25
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong- kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Misalnya yaitu, pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di lahan-lahan pinggir jalan sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan kemacetan jalanan kota. Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai problematika sosialnya sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah 1

Dampak Pemukiman Kumuh.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dampak Pemukiman Kumuh

Citation preview

Page 1: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan

masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-

kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya berbagai

persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk

menangani dan mengawasinya. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial

di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program

dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai

permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan

ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Misalnya yaitu,

pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di lahan-lahan pinggir jalan

sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan

kemacetan jalanan kota. Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai

problematika sosialnya sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan

solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah

kemauan mereka untuk menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-

faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi ancaman

bagi eksistensi kota yang mensejahterahkan.

Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman

masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap

sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh,

yang sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan

banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai

perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

1

Page 2: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

Karena itulah saya tertarik untuk membahas tentang pemukiman kumuh dan

upaya untuk mengatasinya di perkotaan.

2. Rumusan Masalah

a) Bagaimanakah pengertian dan karakteristik permukiman kumuh?

b) Bagaimanakah sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh?

c) Apa masalah-masalah yang timbul akibat permukiman kumuh?

d) Bagaimana upaya untuk mengatasi permukiman kumuh?

3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

a) Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik permukiman kumuh.

b) Untuk mengetahui sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh.

c) Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul akibat permukiman

kumuh.

d) Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi permukiman kumuh.

2

Page 3: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian dan Karakteristik Permukiman Kumuh

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan.

Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan

sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak

teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan

kumuh.

Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua

bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena

keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul

kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman

berkepadatan tinggi merupakan embrio permukiman kumuh. Dan yang kedua

ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak

perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Yang menjadi

penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.

Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)

1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6

m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena

tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada,

maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.

2. Permukiman ini secara fisik memberi manfaat pokok, yaitu dekat tempat

mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas

3

Page 4: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman disamping

pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan

mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat yang

bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu

dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti

residivis, WTS dan lain-lain.

Kriteria Umum Permukiman Kumuh:

1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang

perlu dibenahi.

2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas,

namun masih dapat ditingkatkan.

3. Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata

pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan

rendah

4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang

paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan

pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.

5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program

pembangunan kota pada umumnya.

6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang

satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.

Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:

1. Berada di lokasi tidak legal

2. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah

(miskin)

3. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota

4

Page 5: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

4. Tdak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)

5. Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal),

ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum

walau tidak selalu murah.

Khomarudin (1997) lingkungan permukiman kumuh dapat didefinisikan

sebagai berikut :

1. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha),

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah,

3. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standar,

4. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan,

5. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur

perundang undangan yang berlaku.

Gambaran lingkungan kumuh, (Khomarudin,1997) adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan permukiman yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya

berdesakan,

2. Luas rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni,

3. Rumah hanya sekedar tempat untuk berlindung dari panas dan hujan,

4. Hunian bersifat sementara dan dibangun di atas tanah bukan milik penghuni,

5. Lingkungan dan tata permukimannya tidak teratur tanpa perencanaan,

6. Prasarana kurang (mck, air bersih, saluran buangan, listrik, jalan lingkungan),

7. Fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan),

8. Mata pencaharian yang tidak tetap dan usaha non-formal,

9. Pendidikan masyarakat rendah.

5

Page 6: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

2. Sebab dan Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh

Dalam perkembangannya pertumbuhan permukiman kumuh ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Constantinos A.Doxiadis (1968),

disebutkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu :

- Growth of density (pertambahan penduduk)

Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan

adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara

manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan

demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman

tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.

- Urbanization (Urbanisasi)

Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi

desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja

di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja

memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini juga akan

menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.

a. Sebab Terbentuknya Permukiman Kumuh Dalam perkembangan suatu kota,

sangat erat kaitannya dengan mobilitas penduduknya. Masyarakat yang

mampu, cenderung memilih tempat huniannya keluar dari pusat kota.

Sedangkan bagi masyarakat yang kurang mampu akan cenderung memilih

tempat tinggal di pusat kota, khususnya kelompok masyarakat urbanisasi yang

ingin mencari pekerjaan dikota. Kelompok masyarakat inilah yang karena tidak

tersedianya fasilitas perumahan yang terjangkau oleh kantong mereka serta

kebutuhan akan akses ke tempat usaha, menjadi penyebab timbulnya

lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan.

Latar belakang lain yang erat kaitannya dengan tumbuhnya permukiman

kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar, baik karena

urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih lanjut, hal ini

6

Page 7: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan

kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru,

sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh

untuk mempertahankan kehidupan di kota.

b. Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh Dimulai dengan dibangunnya

perumahan oleh sektor non-formal, baik secara perorangan maupun

dibangunkan oleh orang lain. Pada proses pembangunan oleh sektor non-formal

tersebut mengakibatkan munculnya lingkungan perumahan kumuh, yang padat,

tidak teratur dan tidak memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang

memenuhi standar teknis dan kesehatan.

3. Masalah-masalah yang Timbul Akibat Permukiman Kumuh

Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari segi

pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak peduli

dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Sementara pada dampak sosial,

dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah

dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah dianggap sebagai sumber

ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial.

Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area.

Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan,

karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang,

seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama

dari segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas

dan kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang memadai. Kondisi

kualitas kehidupan yang serba marjinal ini ternyata mengakibatkan semakin

banyaknya penyimpangan perilaku penduduk penghuninya. Hal ini dapat

diketahui dari tatacara kehidupan sehari-hari, seperti mengemis, berjudi, mencopet

dan melakukan berbagai jenis penipuan. Terjadinya perilaku menyimpang ini

7

Page 8: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

karena sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan

kemampuan yang terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa

impian yang mereka harapkan mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dan

ternyata tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka.

Mereka pada umumnya tidak cukup memiliki kamampuan untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa

modal usaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola

kehidupan kota. Kondisi yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin

memprihatinkan itu mendorong para pendatang tersebut untuk hidup seadanya,

termasuk tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Permukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar

kota, perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai kota. Kepadatan

penduduk di daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai

latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah. Perhatian utama pada

penghuni permukiman ini adalah kerja keras mencari nafkah atau hanya sekedar

memenuhi kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan hidup, dan bahkan tidak

sedikit warga setempat yang menjadi pengangguran. Sehingga tanggungjawab

terhadap disiplin lingkungan, norma sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas

sosial, tolong menolong, menjadi terabaikan dan kurang diperhatikan.

Oleh karena para pemukim pada umumnya terdiri dari golongan-golongan

yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, maka tidak sedikit menjadi

pengangguran, gelandangan, pengemis, yang sangat rentan terhadap terjadinya

perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan, baik antar penghuni itu

sendiri maupun terhadap masyarakat lingkungan sekitanya. Kondisi kehidupan

yang sedang mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan

keterbatasan potensi sumber daya yang tersedia, juga turut membuka celah

timbulnya perilaku menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni

pemukiman kumuh tersebut. Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang

(deviant behaviour) ini juga diperkuat oleh pola kehidupan kota yang lebih

8

Page 9: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

mementingkan diri sendiri atau kelompokya yang acapkali bertentangan dengan

nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat.

Perilaku menyimpang pada umumnya sering dijumpai pada permukiman

kumuh adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan

kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian besar anggota

masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh ini berupa

perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di

sembarang tempat. Kecuali itu, juga termasuk perbuatan menghindari pajak, tidak

memiliki KTP dan menghindar dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti

gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya. Bagi kalangan remaja dan

pengangguran, biasanya penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan,

minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam, bercumbu di depan umum, memutar

blue film, begadang dan berjoget di pinggir jalan dengan musik keras sampai pagi,

mencorat-coret tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih

lanjut perilaku menyimpang tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan

(kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan, penipuan, penodongan, pembunuhan,

pengrusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar, mencopet dan

perbuatan kekerasan lainnya.

Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru yang

menyangkut: (a) masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama

masalah permukiman untuk golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan

lapangan pekerjaan di daerah perkotaan sebagai salah satu faktor penyebab

timbulnya perilaku menyimpang, (b) masalah adanya kekaburan norma pada

masyarakat migran di perkotaan dan adaptasi penduduk desa di kota, (c) masalah

perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau ketiadaan norma

pada masyarakat migran di perkotaan. Disamping itu juga pesatnya pertumbuhan

penduduk kota dan lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan mengakibatkan

semakin banyaknya pertumbuhan pemukiman-pemukiman kumuh yang

menyertainya dan menghiasi areal perkotaan tanpa penataan yang berarti.

9

Page 10: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

Masalah yang terjadi akibat adanya permukiman kumuh ini, khususnya

dikota-kota besar diantaranya wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor,

planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, banjir, penyakit menular dan

kebakaran sering melanda permukiman ini. Disisi lain bahwa kehidupan

penghuninya terus merosot baik kesehatannya, maupun sosial kehidupan mereka

yang terus terhimpit jauh dibawah garis kemiskinan (Sri Soewasti Susanto, 1974)

Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh

adalah:

ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk

bangunan layak huni

rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman

rawan akan bahaya kebakaran

sarana jalan yang sempit dan tidak memadai

tidak tersedianya jaringan drainase

kurangnya suplai air bersih

jaringan listrik yang semrawut

fasilitas MCK yang tidak memadai

4. Upaya Mengatasi Permukiman Kumuh

Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman

kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi

dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan

lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan

dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan

kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan

peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan

lingkungan pemukiman pada umumnya.

10

Page 11: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:

1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi

kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan

membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta

menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.

Bentuk Bentuk Peremajaan Kota Di Indonesia:

1. Perbaikan lingkungan permukiman.

Disini kekuatan pemerintah/public investment sangat dominan, atau sebagai

faktor tunggal pembangunan kota.

2. Pembangunan rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh.

3. Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan sektor swasta seperti

munculnya super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan banyak

kritik dalam aspek sosial yaitu penggusuran, kurang adanya integrasi jaringan

dan aktifitas trafik yang sering menciptakan problem diluar super blok).

Faktor tunggalnya adalah pihak swasta besar.

Pemerintah juga telah membentuk institusi yaitu Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas

diuraikan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun

2002 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas

pokok dan fungsi tersebut tercermin dalam struktur organisasi, proses

pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional, serta komposisi sumber

daya manusia dan latar belakang pendidikannya. Dalam melaksanakan

tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf Ahli dan

Inspektorat Utama, serta 7 deputi yang masing-masing membidangi bidang-

bidang tertentu.

11

Page 12: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro, pembangunan

ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber daya manusia,

pembangunan regional dan sumber daya alam, pembangunan hukum,

penerangan, politik, hankam dan administrasi negara, kerja sama luar negeri,

pembiayaan dalam bidang pembangunan, pusat data dan informasi

perencanaan pembangunan, pusat pembinaan pendidikan dan pelatihan

perencanaan pembangunan (pusbindiklatren), program pembangunan

nasional(propenas), badan koordinasi tata ruang nasional,

landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan eksternal.

12

Page 13: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

BAB III

ANALISIS

Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka selanjutnya.

Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan melakukan relokasi

ke kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus tersebut, pemerintah bisa

membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu berbentuk vertikal (rumah

susun) yang ramah lingkungan untuk disewakan kepada mereka. Namun,

pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi sarana pendukung lainnya,

seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang bisa diakses hanya dengan berjalan

kaki, tanpa harus menggunakan kendaraan.

Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan

banyak lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau,

sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini

masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan hijau

tersebut.

Pemerintah dapat menerapkan program rekayasa sosial, di mana tidak

hanya menyediakan pembangunan secara fisik, tetapi juga penyediaan lapangan

pekerjaan bagi masyarakat, sehingga mereka dapat belajar survive. Perlu

dukungan penciptaan pekerjaan yang bisa membantu mereka survive, misalnya

dengan pemberdayaan lingkungan setempat yang membantu mereka untuk

mendapatkan penghasilan, sehingga mereka memiliki uang untuk kebutuhan

hidup.

Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman kumuh di

perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang tahu benar apa

yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat dilibatkan, persoalan

mengenai permukiman kumuh bisa segera diselesaikan. Melalui kontribusi

13

Page 14: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

masukan dari masyarakat maka akan diketahui secara persis instrumen dan

kebijakan yang paling tepat dan dibutuhkan dalam mengatasi permukiman kumuh.

Dalam mengatasi permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari

negara, terutama untuk menilai program yang disampaikan masyarakat sudah

sesuai sasaran atau harus ada perbaikan. Kerja sama Pemerintah dan Swara (KPS)

dalam membenahi kawasan kumuh, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur

pendukung dibutuhkan.

Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik semata-

mata tetapi yang lebih penting mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat di

kawasan kumuh. Jadi masyarakat juga harus menjaga lingkungannya agar tetap

bersih, rapi, tertur dan indah. Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman,

tertip, dan asri.

14

Page 15: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di

kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak

terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara

pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan

permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari alternatif

tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.

Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area.

Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan,

karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang,

seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman

kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard

untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat

wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan

tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih,

jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.

Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:

1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi

kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan

membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta

menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.

15

Page 16: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

2. Saran

Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan

lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan masyarakat

harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.

16

Page 17: Dampak Pemukiman Kumuh.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ami-archuek. 2009. Permukiman Kota. (Online), (http://ami-

archuek06.blogspot.com, Diakses 23 Desember 2009).

Chyntiawati, deby. 2009. Masalah Sosial Permukiman Kumuh. (Online),

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pemukiman-kumuh/, Diakses

23 Desember 2009).

Fitrilubis, Nurul. 2009. Pembangunan Dengan Sistem Partisipasi Masyarakat

Sebagai Salah Satu Usaha Untuk Meningkatkan Dan Memperbaiki

Kehidupan Masyarakat Permukiman Kumuh. (Online),

(http://nurulfitrilubis.wordpress.com/2009/04/18/pembangunan-dengan-

sistem- partisipasi-masyarakat-sebagai-salah-satu-usaha-untuk-

meningkatkan-dan-memperbaiki-kehidupan-masyarakat-permukiman-

kumuh/, Diakss 23 Desember 2009).

Qurow-yun. 2009. Fenomena Masyarakat Miskin Perkotaan. (Online),

(http://qurow- yun.blogspot.com/2009/05/fenomena-masyarakat-miskin-

perkotaan.html, Diakses 23 Desember 2009).

Rukmana, Deden.2008. Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan.

(Online), (http://dedenrukmana.wordpress.com/, Diakses 23 Desember

2009).

17