87
E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 1 DAFTAR ISI I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………… 3 B. Landasan Hukum .. …………………………………………………….. 4 C. Maksud dan Tujuan …..………………………………………………… 4 D. Sistimatika ….…………………………………………………………… 5 II. POTENSI WILAYAH A. Potensi Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan ………………………. 6 B. Potensi Sumberdaya Alam ……………………………………………… 7 C. Potensi Bidang Ekonomi ……………………………………………….. 8 D. Potensi Sarana dan Prasarana ………………………………………….. 9 E. PotensiTernak ………………………………………………………….. 9 III KERAGAAN YANG TELAH DICAPAI A. Konsumsi Hasil Ternak …………………………………………………. 10 B. Produksi Ternak dan Olahannya ……………………………………….. 10 C. Populasi Ternak …………………………………………………………. 11 D. Investasi, Lapangan Kerja dan Pergadangan Ternak …………………… 12 E. PDRB Peternakan ……………………………………………………….. 12 F. Bidang Teknis …………………………………………………………... 14 IV MASALAH DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI A. Masalah …………………………………………………………………. 23 B. Tantangan Yang Akan Dihadapi Kedepan ……………………………… 26 V SASARAN UMUM A. Metode Prediksi ………………………………………………………… 28 B. Sasaran Jangka Pendek (2005 – 2009) …………………………………. 29 C. Sasaran Jangka Menegah (2010 – 2014) ……………………………….. 31 D. Sasaran Jangka Panjang (2015 – 2024) ………………………………… 32 E. Sasaran Tahun 2004 ……………………………………………………. 34 VI KEBIJAKAN TEKNIS & PEMBANGUNAN PETERNAKAN 2005-2024 A. Kebijakan Umum ……………………………………………………….. 36 B. Kebijakan Operasional ………………………………………………….. 37 Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . t r a c k e r - s o f t w a r e . c o m Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . t r a c k e r - s o f t w a r e . c o m

contoh daftar isi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 1

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………… 3 B. Landasan Hukum .. …………………………………………………….. 4 C. Maksud dan Tujuan …..………………………………………………… 4 D. Sistimatika ….…………………………………………………………… 5 II. POTENSI WILAYAH A. Potensi Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan ………………………. 6 B. Potensi Sumberdaya Alam ……………………………………………… 7 C. Potensi Bidang Ekonomi ……………………………………………….. 8 D. Potensi Sarana dan Prasarana ………………………………………….. 9 E. PotensiTernak ………………………………………………………….. 9 III KERAGAAN YANG TELAH DICAPAI A. Konsumsi Hasil Ternak …………………………………………………. 10 B. Produksi Ternak dan Olahannya ……………………………………….. 10 C. Populasi Ternak …………………………………………………………. 11 D. Investasi, Lapangan Kerja dan Pergadangan Ternak …………………… 12 E. PDRB Peternakan ……………………………………………………….. 12 F. Bidang Teknis …………………………………………………………... 14 IV MASALAH DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI A. Masalah …………………………………………………………………. 23 B. Tantangan Yang Akan Dihadapi Kedepan ……………………………… 26 V SASARAN UMUM A. Metode Prediksi ………………………………………………………… 28 B. Sasaran Jangka Pendek (2005 – 2009) …………………………………. 29 C. Sasaran Jangka Menegah (2010 – 2014) ……………………………….. 31 D. Sasaran Jangka Panjang (2015 – 2024) ………………………………… 32 E. Sasaran Tahun 2004 ……………………………………………………. 34 VI KEBIJAKAN TEKNIS & PEMBANGUNAN PETERNAKAN 2005-2024 A. Kebijakan Umum ……………………………………………………….. 36 B. Kebijakan Operasional ………………………………………………….. 37

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 2: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 2

VII RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TAHUN 2005 – 2009 A Issu Pokok pembangunan peternakan ………………………………….. 52 B Visi, Misi, Tujuan dan sasaran …………………………………………. 58 C Analisis Lingkungan Styrategis ………………………………………… 59 D Strategi dan Program Prioritas ………………………………………….. 64 E Matriks Program Prioritas, Program Aksi dan Indikator Kinerja ………. 70 VIII LAMPIRAN - LAMPIRAN

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 3: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Propinsi Lampung memiliki luas wilayah 3,3 juta ha, secara administrative terbagi dalam 10 wilayah Kabupaten / Kota, 162 Kecamatan, 2010 Desa dan 165 kelurahan, dengan jumlah penduduk pada tahun 2003 mencapai 6,85 juta jiwa, atau merupakan Propinsi terpadat di luar Pulau Jawa dan Bali. Pertumbuhan penduduk Lampung pada kurun waktu 1980-1990 cukup tinggi yaitu 2,67%, dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Nasional yang hanya 1,97%. Letak geografis Propinsi Lampung sangat strategis, karena berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Pulau Jawa, yang sampai saat ini masih merupakan pusat pertumbuhan ekonomi, budaya dan sekaligus menjadi pusat pemerintahan. Secara topografis Lampung dibagi menjadi 5 (lima) wilayah, yaitu : 1) Daerah tofografi berbukit sampai bergunung, yang meliputi daerah Bukit Barisan,

Gunung Pesawaran, Gunung Rajabasa, Bukit Pugung, Bukit Pesagi dan Sekincau 2) Daerah berombak sampai bergelombang, dicirikan dengan vegetasi tanaman

perkebunan seperti kopi, cengkeh, lada dan tanaman pertanian perladangan 3) Dataran alluvial, daerah ini sangat luas meliputi Lampung Tengah sampai

mendekati pantai sebelah timur, ketinggian nya antara 25 – 74 m dpl, dengan kemiringan 0 – 3 %

4) Dataran rawa pasang surut, berada di sepanjang pantai timur dengan ketinggian ½ - 1 meter.

5) “river basin”, yang terdiri dari Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Semangka dan Way Jepara

Disamping itu secara umum Lampung beriklim tropis-humid dengan angin laut lembah yang bertiup dari Samudra Indonesia, yaitu November – Maret angin bertiup dari arah barat dan barat laut, sedangkan Juli – Agustus angin bertiup dari arah timur dan tenggara. Kelembaban udara di Lampung rata rata berkisar antara 80 – 88% dan ternyata kelembaban udara akan lebih tinggi pada tempat yang tinggi.

Dengan potensi wilayah yang sangat mendukung untuk Pembangunan Peternakan, sampai dengan saat ini Lampung dikenal sebagai salah satu Lumbung Ternak Nasional. Pada tahun 2003 saja Lampung mengeluarkan sapi potong dan kerbau sebanyak 150.382 ekor, kambing dan domba 139.782 ekor , dan babi 26.068 ekor, dengan nilai ± Rp 885,82 milyar. Disamping itu juga Lampung dikenal sebagai barometer industri penggemukan sapi potong, sumber bibit sapi potong dan kambing, dan pusat pengembangan kambing boer. Akan tetapi hal yang terpenting dan yang perlu disadari oleh semua pihak, adalah :

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 4: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 4

1) Bahwa Lampung memiliki potensi sumberdaya pakan untuk ternak ruminansia sangat melimpah. Dari potensi 1,41 juta satuan ternak baru termanfaatkan 33,20%. Demikian juga dengan potensi bahan baku pakan konsentrat seperti jagung dan limbah agro industri

2) Bahwa Lampung memiliki letak geografis yang sangat strategis, sehingga mempunyai keunggulan komperatif terhadap pasar raksasa DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat dibandingkan dengan Propinsi lain.

3) Bahwa pembangunan peternakan masih bertumpu pada peternakan rakyat yang didukung dengan sumber pembiayaan pemerintah, potensi investasi terbesar dari sector swasta masih perlu digali lebih intensif lagi

Oleh sebab itu untuk membangun peternakan di Lampung diperlukan perencanaan pembangunan peternakan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang jelas, sesuai dengan potensi yang ada, aspiratif, akomodatif, serta memperhatikan kendala, tantangan dan peluang yang terus berkembang.

B. Landasan Hukum

Penyusunan Kebijakan Teknis dan Perencanaan Pembangunan Peternakan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, lebih merupakan landasan berfikir logik. Hal ini diawali dengan pemikiran bahwa pembangunan peternakan harus berkelanjutan, memiliki target dan sasaran yang jelas, harus mampu mengejar ketertinggalan atau adanya percepatan, mampu menjawab kendala tantangan dan perubahan yang terus bergulir, serta dengan pertimbangan bahwa apa yang dikerjakan saat ini akan tercermin dan berpengaruh pada pembangunan peternakan dimasa datang.

Sedangkan landasan hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan teknis ini yang merupakan salah satu dokumen perencanaan Pembangunan Peternakan berkelanjutan, adalah Undang – undang No. 32/2004, PP Nomor : 108 Tahun 2000. Renstra Propinsi Lampung, Renstra Departemen Pertanian dan Renstra Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Maksud penyusunan Kebijakan teknis dan perencanaan pembangunan peternakan ini adalah menyusun rancangan kebijakan teknis dan perencanaan pembangunan peternakan jangka panjang, menengah dan pendek, yang memuat beberapa bahasan utama antara lain keragaan pembangunan peternakan yang telah dicapai, masalah atau tantangan yang dihadapi, memuat sasaran kuantitatif jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, menetapkan metoda atau pendekatan teknis

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 5: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 5

yang akan dilaksanakan, serta pada bab tersendiri menyusun Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.

2. Tujuan

Tujuan disusunnya Kebijakan teknis dan perencanaan pembangunan peternakan jangka panjang, menengah dan jangka pendek serta renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah sebagai dokumen perencanaan yang akan menjadi acuan umum pelaksanaan kegiatan pembangunan peternakan di Propinsi Lampung dan akan menjadi acuan bagi Kabupaten Kota, swasta serta masyarakat peternakan pada umumnya.

D. Sistematika

Sistematika penyajian dokumen kebijakan teknis dan perencanaan pembangunan peternakan jangka panjang, menengah dan jangka pendek ini terbagi dalam tujuh bab yang masing masing merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait. Adapun rincian isi dokumen ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, Bab II Potensi Wilayah, bab III Keragaan yang telah Dicapai, Bab IV Masalah dan Tantangan yang akan dihadapi kedepan, Bab V Sasaran yang akan Dicapai, Bab VI Kebijakan Umum dan Kebijakan Operasional, Bab VII Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2005 - 2009 serta Lampiran Lampiran yang memuat dinamika populasi, produksi dan konsumsi hasil ternak serta hal hal yang mendukung atau sebagai penjelasan daripada tulisan ini.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 6: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 6

BAB II POTENSI WILAYAH

A. Potensi Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan

Jumlah penduduk Lampung pada tahun 2003 mencapai 6.852.998 jiwa, yang tersebar di Lampung barat 382.706 jiwa (5,58%), Tanggamus 801.260 jiwa (11,69%), Lampung Selatan 1.177.505 jiwa (17,18%), Lampung Timur 885.080 jiwa (12,92%), Lampung Tengah 1.073.412 jiwa (15,66%), Lampung Utara 549.059 jiwa (8,01%), Way Kanan 359.284 jiwa (5,24%), Tulang Bawang 723.096 jiwa (10,55 %), Kota Bandar Lampung 779.179 jiwa (11,37 %) dan Kota Metro 122.417 jiwa (1,79%). Jika dilihat dari pertumbuhannya, penduduk Lampung selama tahun 1990 – 2000 rata rata tumbuh sebesar 1,02%, menurun drastis jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode 1980-1990 (2,67%) dan tahun 1971-1980 (5,77%). Dengan trend seperti ini diperkirakan pertumbuhan penduduk Lampung periode 2005-2024 juga akan terjadi penurunan.

Berdasarkan sensus pertanian tahun 1993, jumlah rumah tangga di Lampung sebanyak 1.342.578 KK, dari jumlah tersebut 72,59% (974.565 KK) adalah rumah tangga pertanian, dimana 199.089 KK (20,43%) diantaranya adalah rumah tangga peternakan. Jika angka ini dianalogkan pada kondisi tahun 2003, maka jumlah rumah tangga pertanian diperkirakan mencapai 1,08 juta KK, dimana 220.768 KK diantaranya adalah rumah tangga peternakan, yang tersebar di Lampung Tengah, Lampung Timur dan Metro sebanyak 49,25%, Lampung Utara, Tulang Bawang dan Way Kanan 26,48%, Lampung Selatan 20,85%, Lampung Barat 2,33% dan Kota Bandar Lampung 1,09%. Renstra Provinsi Lampung tahun 2005-2009 menyebutkan bahwa pada tahun 2003 struktur tenaga kerja di Lampung masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 66%, sektor industri 10% dan sektor jasa 24%. Ini menunjukan bahwa jika dibandingkan dengan tahun 1993 peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja menurun cukup signifikan yaitu ± 6,59%, sedangkan antara tahun 2000 dan 2001 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian justru meningkat sebesar 1,46%. Hal lain yang merupakan potensi sumberdaya manusia di Provinsi Lampung yang dapat mendukung pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2003 adalah sebagai berikut : Tenaga penyuluh pertanian (1.275 org), Kepala Cabang Dinas Peternakan Kecamatan (155 org),Tenaga inseminator (180 org), Tenaga Pemeriksa Kebuntingan (PKB) (22 org), Tenaga Asisten Teknis Reproduksi (ATR) (14 org), Tenaga Dokter Hewan (92 org), Tenaga Sarjana Peternakan (382 org), Jumlah aparat Dinas Peternakan / yang membidangi peternakan (253 org), Petugas pengawas mutu pakan (25 org), Petugas pengawas mutu bibit (3 org)

Disamping itu kelembagaan pendidikan di Lampung yang memproduksi tenaga ahli dan madya dibidang peternakan antara lain Jurusan Peternakan dan D3 Kesehatan Hewan Universitas Lampung dan D3 peternakan Politeknik .

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 7: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 7

Sementara kelembagaan yang telah ada dan mendukung pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di propinsi Lampung antara lain kelompok peternak (874 kelompok), koperasi peternakan (50 unit), asosiasi kemitraan peternakan ayam ras dan sapi potong (2 ass), assosiasi bisnis peternakan (5 ass), Dinas Peternakan/yang membidangi peternakan (11 dinas), BPTP, Karantina, BPPV, organisasi profesi (8 Staf), kelembagaan keuangan (8 lembaga) serta himpunan mahasiswa peternakan (1 himp).

B. Potensi Sumberdaya Alam

Luas wilayah Propinsi Lampung ± seluas 3,3 juta ha, yang terdiri dari perkampungan 248.109 ha (7,51%), sawah 238.604 ha (8,62%), tegalan dan ladang 675.860 ha (20,47%), perkebunan 703.945 ha (21,32%), kebun campuran 327.866 ha (9,93%), alang alang 90.169 ha (2,73%), hutan 871.979 ha (26,41%), rawa dan danau 15.591 ha (0,47%), tambak 33.844 ha (1,03%) dan penggunaan lain seluas 49.523 ha (1,51%) (Lampung Dalam Angka, 2002). Dari rincian di atas, lahan yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mendukung pengembangan peternakan adalah sebagian lahan perkampungan, lahan sawah, tegalan dan ladang, perkebunan dan perkebunan campuran serta alang alang seluas ± 1,96 juta ha atau 59,40 % dari total luas wilayah Lampung

Lahan sebagai basis ekologi budidaya ternak dan penghasil bahan baku pakan, memegang peranan utama untuk membangun peternakan yang tangguh dan berkelanjutan, ditambah dengan sumberdaya manusia yang terampil, berbudiluhur dan mampu memanfaatkan teknologi serta cerdas menangkap peluang pasar, maka akan menghasilkan peternakan selain tangguh dan berkelanjutan juga akan mampu bersaing dengan produk peternakan dari wilayah atau negeri lain. Lampung memiliki potensi bahan baku pakan yang sangat besar terutama yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan, antara lain jerami padi dan jagung yang tersedia sepanjang tahun mampu menampung 49.550 ekor sapi/kerbau, demikian juga dengan daun singkong, kacang kacangan, daun ubi jalar, limbah kelapa sawit, tebu, nanas, kakao serta limbah agroindustri lainnya. Sehingga berdasarkan perhitungan ketersediaan pakan, Lampung mampu menampung ternak ruminansia besar dan kecil sebanyak 1,41 juta unit ternak. Sementara saat ini baru mencapai 468.180 Unit ternak, atau masih terdapat peluang pengembangan sebanyak 66,80 % ternak ruminansia besar dan kecil antara lain sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, dan domba. Secara tofografis, Lampung juga memiliki wilayah yang secara spesifik sangat cocok untuk pengembangan ternak tertentu, antara lain wilayah yang memiliki ketinggian diatas 700 m dpl seperti Kecamatan Talang Padang, Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus dan sebagian wilayah di Kabupaten Lampung Barat, secara agroklimat sangat cocok untuk pengembangan ternak sapi perah. Demikian juga wilayah wilayah dengan vegetasi monokultur padi, daerah rawa rawa seperti wilayah Rawasragi, Ambarawa dan sebagian besar wilayah Pantai Timur Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung Timur memiliki

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 8: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 8

potensi yang besar untuk pengembangan ternak itik. Sementara daerah lahan kering dengan luas 89,88 % dari seluruh wilayah Lampung, menjadi andalan utama untuk pengembangan sapi potong, walaupun sebenarnya sapi potong dapat dikembangkan pada wilayah yang memiliki bahan baku pakan hijauan atau serat, seperti daerah monokultur padi, perkebunan kelapa sawit, nenas, bahkan didaerah perkebunan tebu. Disamping itu juga Lampung merupakan daerah penghasil jagung dan ubi kayu yang cukup besar. Setiap tahun Propinsi Lampung antara lain menghasilkan jagung tidak kurang dari 1 juta ton, demikian juga dengan ubi kayu setiap tahunnya mencapai 3,5 juta ton, dedak halus 290.000 ton, ketiga komoditi tersebut merupakan bahan baku utama konsenrat.

C. Potensi Bidang Ekonomi

Pada tahun 2001 perekonomian Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 5,15%. Indikator ini menunjukan mulai pulihnya kondisi perekonomian Lampung secara keseluruhan pasca krisis ekonomi tahun 1997. Pemulihan perekonomian di Lampung ini terutama ditunjang oleh kenyataan bahwa hampir semua sektor telah mengalami pertumbuhan positif. Perekonomian Lampung didominasi oleh tiga sektor kegiatan ekonomi, yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan/hotel/restoran dan sektor industri pengolahan, hal ini terlihat dari kontribusi masing masing sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB Propinsi Lampung. Selama kurun waktu 1999-2003 PDRB sektor pertanian Propinsi Lampung atas dasar harga berlaku, mengalami peningkatan sebesar 3,63 % sedangkan atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar 2,73 % Jika dilihat sebarannya pada masing masing lapangan usaha (sektor), maka pada tahun 2003 PDRB sektor pertanian atas dasar harga berlaku terbentuk dari tanaman pangan sebesar 47,86 %, tanaman perkebunan 21,70 % peternakan dan hasil hasilnya 15,81 %, kehutanan 0,77 % dan perikanan 13,86 %. Khusus PDRB bidang peternakan pada tahun 2003 meningkat sebesar 11,32 % yaitu dari Rp. 1,23 Triliun pada tahun 1999 menjadi Rp. 1,90 Triliun pada tahun 2003, sedangkan dilihat kontribusinya terhadap sektor pertanian meningkat sebesar 7,54 %, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian yang hanya 3,63 %.

Subsektor Peternakan selain menjadi andalan pendapatan dari 220 ribu keluarga peternak, juga menjadi andalan pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tahun 2003 jumlah ternak sapi yang dijual keluar Propinsi sebanyak 149.027 ekor, kerbau 1.355 ekor, kambing 135.545 ekor, domba 4.237 ekor babi 26.068 ekor , dan ayam 8,4 juta ekor atau equivalen dengan ± Rp.885,82 milyar, meningkat 7,84% jika dibandingka dengan nilai tahun 2002 yaitu sebesar Rp.821,43 milyar.

Dari sekian banyak usaha pada sub sektor peternakan, Lampung memiliki komoditi unggulan yaitu sapi potong, kambing dan ayam ras, sedangkan komoditi ayam

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 9: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 9

kampung termasuk komoditi yang strategis karena dimiliki oleh hampir seluruh keluarga pertanian yang berjumlah 1,08 juta keluarga. Letak geografis yang sangat strategis yaitu dekat dengan pasar raksasa DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat menyebabkan komoditi peternakan terutama sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi dan ayam kampung, tidak mengalami hambatan dalam pemasaran produknya, kecuali ayam ras karena telah mengalami persaingan antar propinsi yang cukup ketat. Disisi lain potensi ekspor ternak kambing ke daerah Timur Tengah cukup besar, Propinsi Lampung selama ini juga telah mengekspor pakan ternak berupa kulit nenas ke Jepang dan pakan ternak ke Australia

D. Potensi Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan peternakan di Lampung sudah cukup baik, antara lain Pelabuhan Internasional Panjang, Bandara Raden Intan, karantina hewan, Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner, Instalasi Produksi Mani Beku, Rumah Potong Hewan, Pos Kesehatan Hewan, Pos Inseminasi Buatan, Pabrik Pakan. Demikian juga dengan assesibilitas wilayah Lampung cukup baik, listrik dan saluran telepon yang juga cukup memadai. Ini semua akan mendukung berkembangnya investasi dan usaha dibidang peternakan.

E. Potensi Ternak

Populasi ternak yang telah ada merupakan potensi dasar bagi pengembangan peternakan di Lampung. Dari populasi yang ada tersebut ternak dikembangbiakan dan dibudidayakan untuk kepentingan konsumsi local, konsumsi propinsi lain, ekspor dan untuk kebutuhan bibit. Populasi ternak selama lima tahun terakhir di Propinsi Lampung adalah sebagai berikut : Tabel 1. Populasi Ternak di propinsi Lampung Tahun 1999 – 2003

JENIS TERNAK

1999 2000 2001 2002 2003 R (%)

Sapi potong 372.001 372.021 373.534 381.934 387.350 1.02 Sapi perah 86 103 110 105 112 6,83 Kerbau 49.848 49.988 50.012 50.095 52.351 1,21 Kuda 224 176 178 182 196 3,28 Kambing 742.220 725.409 726.350 761.490 810.456 2,22 Domba 45.600 47.624 48.723 59.063 66.938 10,07 Babi 84.740 89.017 94.188 80.723 83.131 0,48 Ayam ras pedaging 19.522.300 22.409.920 22.521.970 23.640.000 22.705.716 4.05 Ayam ras petelur 2.007.560 1.718.138 1.780.313 2.051.600 1.648.030 4,81 Ayam buras 15.109.705 15.140.179 15.163.784 15.178.000 12.601.928 4,44 Itik 429.240 423.741 425.205 515.927 635.076 10,29 Puyuh 20.381 22.924 24.866 40.800 123.159 71,7

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 10: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 10

BAB III KERAGAAN YANG TELAH DICAPAI

A. KONSUMSI HASIL TERNAK

Konsumsi komoditi peternakan yaitu daging, telur dan susu menunjukkan adanya peningkatan kualitas dan kuantitasnya sejalan dengan bertambahnya penduduk, peningkatan daya beli masyarakat serta makin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan gizi. Konsumsi hasil ternak Propinsi Lampung tahun 1999-2003 dapat dilihat pada tabel. 2 berikut :

Tabel 2 : Konsumsi Hasil Ternak di Propinsi Lampung Tahun 1999-2003

No Uraian 1999 2000 2001 2002 2003 Standar

WKPG *)

1.

2.

3.

4.

Daging (kg/kap/th) Telur (kg/kap/th) Susu (kg/kap/th) Protein Hewan (gr/kap/hr)

6,19

4,42

3,51

3.83

6,20

4,48

3,55

3,87

6,64

4,48

3,69

3,99

6,84

4,63

3,71

4,13

6,95

4,45

3,90

4,13

10,1

4,7

6,1

6,0

*) Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 1993.

Bila dibandingkan dengan standar berdasarkan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 1993, konsumsi yang telah dicapai oleh Propinsi Lampung masih belum memenuhi standar. Pada th. 2003 baru mencapai 68,81 % untuk konsumsi daging, 94,68 % konsumsi telur, 63,93 % konsumsi susu, dan 68,83 % untuk konsumsi Protein Hewani. Dengan demikian pencapaian konsumsi hasil peternakan masih perlu ditingkatkan baik melalui peningkatan produksi dan produktivitas ternak, peningkatan pendapatan masyarakat serta bentuk – bentuk kegiatan yang mampu mendorong aspirasi dan pengertian masyarakat tentang begitu pentingnya konsumsi protein hewani asal ternak yaitu daging, telur dan susu.

B. PRODUKSI TERNAK DAN OLAHANNYA

Dengan makin meningkatnya permintaan akan hasil ternak baik untuk Propinsi Lampung maupun luar Propinsi Lampung maka perlu adanya upaya-upaya untuk memacu peningkatan produksi ternak. Produksi hasil peternakan dari tahun 1999 – 2003 terlihat pada tabel. 3 berikut.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 11: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 11

Tabel 3 : Produksi Hasil Ternak Propinsi Lampung Tahun 1999 – 2003 (dalam ton)

No. Komoditi 1999 2000 2001 2002 2003 1. 2. 3. 4. 5.

Daging Telur Susu Kulit Basah Pupuk/Kotoran Ternak

44.979,61 36.759,40

69,50 776,11

4.769,12

43.412,67 37.085,11

74,79 868,02

4.940,74

44.378,47 37.180,98

77,40 879,83

4.966,87

45.736,01 39.080,32

78,21 893,90

5.122,91

47.407,76 33.903,78

189,97 951,42

4.879,98

Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa produk ternak dari tahun 1999 – 2003 terjadi peningkatan yaitu masing-masing 1,32 % untuk daging, 2,00 % untuk telur, 28,58.% untuk susu, 5,22 % untuk kulit dan 0,64 % untuk pupuk/kotoran ternak. Produksi daging Propinsi Lampung berupa ternak potong yang keluar Propinsi cukup besar, pada tahun 2003 produksi daging yang keluar Lampung setara dengan 33.208,50 Ton, atau 70.% dari produksi untuk konsumsi lokal. Adapun produksi ternak dari Propinsi Lampung yang untuk memenuhi kebutuhan Propinsi lain adalah sebagai berikut : Tabel 4 : Produksi Ternak dari Lampung untuk memenuhi Kebutuhan Propinsi

lain pada Th. 1999 – 2003 (ekor)

No Jenis Ternak 1999 2000 2001 2002 2003 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Babi Unggas

89.252 2.669

101.948 -

24.013 56.826

154.790 2.356

141.979 6.199

41.494 640.077

121.591 2.965

128.261 6.091

34.445 5.857.149

144.291 1.520

126.623 -

26.400 5.944.574

149.027 1.355

135.545 4.237

26.068 8.436.248

Dari tabel tersebut diatas dapat disampaikan bahwa masing – masing selama kurun waktu 5 tahun, sapi potong meningkat menjadi 13,67 %, Kerbau -15,59 %, Kambing 7,38 %, Babi 2,07 % dan unggas selama kurun waktu 4 (Empat) tahun meningkat menjadi 136,21 %.

C. POPULASI TERNAK

Perkembangan populasi ternak selama 5 tahun terakhir dapat dilihat terlihat pada tabel 1 diatas, dimana dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan ternak unggas kecuali itik pada tahun 2002 – 2003 baik Ayam Buras, Ayam Ras Petelur dan Ayam Ras Pedaging mengalami penurunan, yaitu masing-masing 16,98%, 19,67% dan 3,95%. Hal ini sisebabkan terjadinya wabah Flu Burung yang dimulai pada awal Agustus 2003 di beberapa Propinsi di Indonesia termasuk Propinsi Lampung, sehingga terjadi kematian ternak unggas yang mengakibatkan turunnya populasi. Adapun untuk ternak potong (Sapi, kerbau dan kambing) pertumbuhannya 1,02 sampai 2,22% kecuali domba yang mencapai 10,07%.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 12: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 12

Sedangkan pada Tahun 2001–2002 pada Ternak Babi terjadi penurunan populasi sebesar 14,30% yang disebabkan adanya serangan penyakit Hog Kholera pada Babi.

D. INVESTASI, LAPANGAN KERJA DAN PERDAGANGAN TERNAK

Indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja pembangunan peternakan adalah besarnya investasi, penyerapan dan penciptaan lapangan kerja serta perdagangan ternak antar Propinsi. Jika dilihat dari indikator tersebut Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar, diantaranya karena mempunyai letak geografis yang sangat strategis dan lahan yang masih cukup luas. Pencapaian sasaran investasi, lapangan kerja dan perdagangan ternak adalah sebagai berikut : Tabel 5 : Investasi, Lapangan Kerja dan Perdagangan Ternak di Propinsi

Lampung Tahun 2001 - 2003 No Uraian Satuan 2001 2002 2003

I. I N V E S T A S I : a. Pemerintah (Dana

Pembangunan) Rp. Juta 2.357.74 6.856.14 9.802.02

b. Investasi Swasta Rp. Juta 15.169.000 18.169.000 19.220.000 2. Lapangan Kerja - Peternakan Rakyat * Sapi potong STP 21.141 21.480 22.143 * Unggas STP 50.180 51.950 46.129 - Perusahaan Peternakan Orang 1.656 1.600 1.460 3. Nilai Perdagangan Ternak - Ternak Pot yang keluar Rp. Juta 707,63 821,43 885,82 - TernakPot yang masuk Rp. Juta 386,53 402,99 407,08 - Selisih Rp. Juta 321,10 418,44 478,74

Dengan melihat tabel tersebut diatas maka investasi di bidang peternakan selama 3 tahun terakhir meningkat menjadi 65,54 %. Demikian juga dengan besarnya nilai pendapatan yang berasal dari subsektor peternakan yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan peternakan dan besarnya kontribusi PDRB peternakan yaitu berdasarkan hitungan harga berlaku pada tahun 2001 mencapai nilai Rp. 1,52 Trilyun, tahun 2002 mencapai nilai Rp. 1,82 Trilyun dan pada tahun 2003 sebesar Rp. 1,90 Trilyun.

E. PDRB PETERNAKAN

Data PDRB suatu daerah mempunyai manfaat untuk mengetahui tingkat produk bruto yang di hasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian daerah pada kurun waktu tertentu. Dengan demikian PDRB yang berasal dari sub sektor peternakan akan menjadi indikator sampai berapa besar peranan sub sektor peternakan mewarnai pembangunan daerah.

Pencapaian PDRB sub sektor peternakan atas dasar harga konstan dan berlaku dari Tahun 1999-2002 dapat dilihat pada tabel 6 dan 7 berikut :

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 13: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 13

Tabel 6 : Produk Domestik Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Propinsi Lampung atas dasar Harga berlaku Prop. Lampung Th. 1999 – 2003

(Juta Rupiah) Subsektor 1999 2000 2001 2002 2003 R.(%)

Tanaman Pengan PDRB (Rp. Juta) 4.672.264 4.962.262 5.142.897 5.216.219 5.738.798 5,77 Persentase (%) 44,93 47,68 47,29 46,98 47,86 1,59 Tanaman Perkbn PDRB (Rp. Juta) 3.125.581 2.703.102 2.584.933 2.372.749 2.602.478 -4,48 Persentase (%) 30.06 25,97 23,77 21,37 21,70 -7,82 Peternakan PDRB (Rp. Juta) 1.234.482 1.369.115 1.515.249 1.821.506 1.895.887 11,32 Persentase (%) 11.87 13,16 13,93 16,40 15,81 7,54 Kehutanan PDRB (Rp. Juta) 36.312 43.645 65.284 72.618 92.039 26,18 Persentase (%) 035 0,42 0,60 0,65 0,77 21,79 Perikanan PDRB (Rp. Juta) 1.329.659 1.329.355 1.566.989 1.620.324 1.662.603 5,75 Persentase (%) 12.79 12,77 14,41 14.59 13,86 2,03

Total Pertanian 10.398.298 10.407.479 10.875.352 11.103.416 11.991.805 3,63

Tabel 7: Produk Domestik Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Propinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan Propinsi Lampung Tahun 1999-2003.

(Juta Rupiah) Lapangan Usaha 1999 2000 2001 2002 2003 R. (%)

Tanaman Pangan PDRB (Rp. Juta) 1.100.478 1.099.185 1.156.841 1.142.637 1.302.453 4,30 Persentase (%) 42,10 41,90 42,71 42,00 44,73 1,53 Tanaman Perkbn PDRB (Rp. Juta) 721.185 739.179 744.694 759.589 773.362 1,76 Persentase (%) 27,59 28,18 27,49 27,92 26,56 - 0,95 Peternakan PDRB (Rp. Juta) 453.524 471.795 488.716 490.911 501.929 2,57 Persentase (%) 17,35 17,99 18,04 18,04 17,24 - 0,16 Kehutanan PDRB (Rp. Juta) 12.809 17.022 22.937 27.513 32.688 26,39 Persentase (%) 0,49 0,65 0,85 1,01 1,12 22,96 Perikanan PDRB (Rp. Juta) 325.958 295.923 295.723 299.937 301.344 - 1,94 Persentase (%) 12.47 11,28 10,92 11,02 10,35 - 4,55

Total Pertanian 2.613.954 2.623.104 1.708.911 2.720.587 2.911.776 2,73 Dari tabel tersebut dapat diartikan bahwa peranan sub sektor peternakan terhadap pertanian meningkat terus dari Tahun 1999-2002.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 14: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 14

F. BIDANG TEKNIS

1. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Provinsi Lampung yang letak geografisnya berbatasan dengan Propinsi Banten (Pulau Jawa) dan berada di ujung Selatan Pulau Sumatera, menjadikan Lampung sebagai daerah penyangga bagi Provinsi lain di sumatera terhadap penyebaran penyakit yang berasal dari Pulau Jawa, atau sebaliknya penyakit dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa. Sebagaimana diketahui bahwa pintu keluar-masuk ternak / hewan / bahan asal hewan (BAH) dan hasil bahan asal hewan (HBAH) di Lampung ada di beberapa titik, antara lain Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Bakauheni, Simpang Pematang Kab Tulang Bawang, Blambangan Umpu Kab Way Kanan, Lemong Kab Lampung Barat, Bandar Udara Branti, serta beberapa pelabuhan yang sewaktu waktu dipergunakan yaitu antara lain Pelabuhan Sukaraja, Srengsem, Kota Agung, Labuhan Maringgai, Pelabuhan sungai Menggala dan TPI Lempasing. Sebagai upaya perlindungan terhadap ternak dan gangguan penyakit, baik penyakit yang sifatnya strategis ataupun ekonomis, dilakukan tindakan pengamanan ternak secara preventif dalam bentuk pembinaan kesehatan hewan secara utuh, antara lain (1) pengamanan sumberdaya alam, (2) pengamanan lingkungan budidaya ternak, (3) pelayanan kesehatan hewan terpadu, (4) pengamanan produksi bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan, dan (5) pengamanan sarana produksi peternakan. Dalam rangka pengendalian penyakit hewan yang diakibatkan oleh lalu lintas hewan/ternak/BAH/HBAH (Hasil Bahan Asal Hewan), dilakukan pemeriksaan dan pencatatan oleh Karantina Hewan, dengan kondisi pada tahun 2003 adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Data Pengeluaran Ternak, Hewan, BAH, HBAH melalui Stasiun

Karantina Hewan Panjang Tahun 2003 *)

NO URAIAN JUMLAH NO URAIAN JUMLAH 1 Sapi lokal 1.719 ek 12 Daging aym (beku) 49.141 kg 2 Sapi eks impor 59.573 ek 13 Daging ayam (ekspor Jepang) 625.422 kg 3 Sapi bali bibit 161 ek 14 Telur 37.600 kg 4 Kerbau 30 ek 15 Jeroan 245 kg 5 Kuda 1 ek 16 Kulit 100 kg 6 Kambing 55.822 ek 17 Burung 1 ek 7 Babi 1.126 ek 18 Siamang 8 ek 8 DOC 2.500 ek 19 Anjing 1 ek 9 Ayam Buras 30.595 ek 20 Kalong 100 ek 10 Ayam ras broiler 639.831 ek 21 Kera 40 ek 11 Itik 500 ek

*) hanya yang lewat / melapor melalui Stasiun Karantina Hewan Panjang/tarahan

Sedangkan data pemasukan ternak, hewan, BAH, HBAH ke Provinsi Lampung atau untuk Provinsi lain yang melalui karantina hewan adalah sebagai berikut :

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 15: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 15

Tabel 9: Data Pemasukan Ternak, Hewan, BAH, HBAH melalui Karantina Hewan Panjang Tahun 2003

NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN 1 SAPI Brahman cross 91.412 ekor Asal Australia 2 Feather meat/ meat bone 8.480.545 Ton Asal Amerika 3 Kuda 1 ekor Jawa Barat 4 Kambing 25 ekor Asal Jawa

Dari hasil tindakan pengawasan terhadap lalu lintas hewan , ternak, BAH, HBAH, yang tercatat hanya 4 (empat) komoditi pada 1 (satu) tempat yaitu Pelabuhan Karantina Panjang. Sementara lalu lintas pemasukan Hewan Ternak BAH dan HBAH, yang melalui pelabuhan Bakauheni, Bandara Branti serta check poin lalu lintas lainnya tidak tersedia datanya. Sebagaimana diketahui bahwa HBAH masuk khususnya yang melalui Pelabuhan Bakauheni, cukup tinggi antara lain ayam potong, Ayam afkir petelur, sapi, telur, daging, anjing dll. Hal ini disebabkan Stasiun Karantina Hewan kedudukannya (lokus) ada di Pelabuhan Panjang dan Tarahan (holding ground), sementara di pelabuhan Bakauheni yang memiliki arus lalu lintas barang dan orang sangat tinggi, baru pada bulan Maret 2005 ditempatkan Pos Karantina berupa Pos Check Poin, itupun lokasinya diluar area Pelabuhan Bakauheni, sehingga masih ada kendala untuk memantau pemasukan hewan dan bahan asal hewan dari Jawa ke Lampung.

Sementara itu beberapa jenis penyakit strategis dan ekonomis yang telah didiagnosa secara labolatoris dan hasilnya negative antara lain anthrax, brucellosis, BVD, gumboro, salmonellosis, SE, MCF, surra, anaplasmosis, piroplasmosis, tuberculosis dan PMK. Sedangkan yang masih positif berada di Lampung antara lain hog cholera (susfected, lab), ramadewa (lab, serrologis), ND (lab, klinis), rabies (lab, klinis), pullorum (lab), Fasciollosis (lab), CRD (lab), Coccidiosis (lab), helminthiosis (lab), scabies dan orf (klinis), coryza/snot (lab), lymphoid leucosis (Lab), haemochsiosis (lab), BEP (klinis) dan flu burung (lab, klinis).

Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan hewan dan kesmavet, Propinsi Lampung telah memiliki sarana dan prasarana yaitu : Pos Keswan sebanyak 12 unit, karantina hewan 1 unit, BPPV 1 unit, Dinas Peternakan atau yang membidangi peternakan di 10 kab/Kota, rumah potong hewan (RPH) 8 unit, tempat pemotongan hewan (TPH) 64 unit dan rumah potong ayam (RPA) dengan kualifikasi untuk ekspor 1 (satu) unit. Sebagai gambaran, dibawah ini ditampilkan data kejadian penyakit hewan / ternak menular strategis selama tahun 2000 – 2003

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 16: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 16

Tabel 10. : Jumlah Kejadian Penyakit Hewan/Ternak menular Strategis di Propinsi Lampung Tahun 2000 - 2003

NO PENY HWN STRATEGIS 2000 2001 2002 2003 KET 1 Anthrax 0 0 0 0 2 Brucellosis 1 0 0 0 3 Bovine Viral Diarhea 0 0 0 0 4 Gumboro 0 0 0 0 5 Hog Cholera 0 0 1 0 6 Rama Dewa 0 0 0 0 7 New Castle Desease 5 1 0 4 8 Rabies 14 19 28 12 9 Salmonellosis 0 0 0 0 10 SE 0 0 0 0 11 Inf Bovine Rinotracheaisis 0 0 0 1 12 Surra 0 0 0 0 13 Anaplasmosis 0 0 0 0 14 Piroplasmosis 0 0 0 0 15 MCF 2 0 0 0 16 Flu Burung 0 0 0 2

Data diperoleh dari hasil pemeriksaan BPPV wilayah III Bandar Lampung

2. Inseminasi Buatan

Inseminasi Buatan (IB) mulai diintroduksi di Lampung pada tahun 1976, dan perkembangannya sampai saat ini cukup baik, dalam arti pada beberapa aspek masih diperlukan perhatian dan peningkatan, antara lain (1) cakupan wilayah inseminasi dan peningkatan jumlah akseptor, (2) ratio cervis per-conception, (3) conception rate, (4) recording dan system pelaporan, (5) distribusi dan sistem penjualan mani beku, dan N2 Cair (6) dan pengembangan IB swadaya. Dari hasil pengamatan terdapat beberapa hal yang sangat mendasar dan sangat berpengaruh terhadap kinerja IB sebagaimana tersebut diatas, antara lain pengetahuan dan keterampilan peternak, kualitas budidaya (terutama pakan yang diberikan), sosialisasi program IB dan peralatan IB yang relative masih kurang.

Sedangkan keberhasilan program IB yang cukup monumental diantaranya adalah terbangunnya Instalasi Produksi Mani Beku di Terbanggi Besar, tingginya animo peternak yang telah mengenal program IB untuk memanfaatkan teknologi IB, serta meningkatnya pendapatan peternak peserta IB sebagai akibat dari meningkatnya harga jual ternak hasil IB.

Sampai dengan tahun 2003 produksi mani beku IPMB Terbanggi Besar mencapai 50.000 dosis yang terdiri dari 40.000 dosis mani beku sapi dan 10.000 dosis mani beku kambing. Adapun kondisi sarana dan prasarana fisik IPMB Terbanggi besar sampai dengan tahun 2004 adalah sebagai berikut :

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 17: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 17

Tabel 11 Kondisi Sarana dan Prasarana Fisik IPMB Terbanggi Besar Sampai Dengan Tahun 2004 (dalam buah/unit)

NO PERALATAN IPMB TERSE

DIA KEBUTU

HAN KEKURA

NGAN (1) (2) (3) (4) (5) A Peralatan Penampungan

1 Vagina buatan sapi 4 15 11 2 Vagina buatan kambing 2 8 6 3 Sterilisasi vagina buatan 1 1 0 4 Incubator 1 1 0 5 Rak alat alat 1 4 3 6 Inner Linner 4 15 11 7 Termos 2 4 2 8 IB gun sapi 4 6 2 9 IB gun Kambing 2 6 4

B Peralatan pemeriksaan Kualitas

1 Mikroscope listrik 1 1 0 2 Mikroscope cahaya 1 1 0 3 Fotometer 1 1 0 4 Refrigerator 1 1 0 5 CCTV Monitor 1 1 0 6 Incubator alat gelas/kaca 0 1 1 7 Lemari alat alat kaca 1 3 2 8 Timbangan digital 0 1 1

C Peralatan Processing

1 Cool top 1 1 0 2 Filling and Sealing Machine 1 1 0 3 Refrigerator 1 2 1 4 Container Prae Freezing 0 1 1 5 Rak Prae Freezing 2 6 4 6 Sterilisasi Straw 0 1 1

D Peralatan Printing Straw

1 Printing Straw Manual 1 1 0 2 Printing Straw Automatic 0 1 1

E Peralatan Penyimpanan & Distribusi

1 Container deppo 12 24 12 2 Container operasional 2 6 4 3 Vacuum Container 1 2 1 4 Container deppo 200 liter 0 2 2 5 Mobil pengangkut N2Cair & Straw & pakan - 2 2

6. Mobil Operasional 1 2 1

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa program IB mulai diintroduksi pada tahun 1976, atau sudah berjalan selama 28 tahun. Secara umum perkembangannya sampai saat ini adalah sebagai berikut :

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 18: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 18

Tabel 12. Kinerja Pelaksanaan IB di Propinsi Lampung Tahun 1999 – 2003

Tahun NO URAIAN 1999 2000 2001 2002 2003

1 Populasi Sapi (ekor) 372.001 372.021 373.534 381.934 387.350 2 Jumlah betina produktif (ekor) 104.160 104.165 104.589 106.941 108.458 3 Akseptor (ekor) 32.563 31.138 25.816 28.663 29.226 4 Jumlah Inseminasi/Dosis 42.892 39.639 33.530 38.105 40.737 5 SC Ratio - 1,98 2,07 1,40 1,39 6 CR (%) - 55 45.86 60,00 80,50 7 Kebuntingan (%) - - 61,37 62,58 - 8 Kelahirannya (%) - 74,72 92,50 93 98,99

Jumlah akseptor yang dapat di inseminasi pada tahun 2003 mencapai 29.266 ekor, atau baru mencapai 26,63% jika dibandingkan dengan potensi akseptor yang ada yaitu ± 108.458 ekor. Hal ini menunjukan bahwa ada sesuatu yang perlu dikaji karena proses selama kurun waktu 28 tahun, ternyata cakupannya relatife masih rendah.

3. Pembibitan

Masalah utama yang dihadapi dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak salah satunya adalah masih rendahnya ketersedian bibit ternak baik kualitas maupun kuantitasnya. Jumlah dan kualitas bibit sapi lokal masih terbatas sehingga belum mampu memenuhi permintaan produksi, disisi lain sistim dan usaha pembibitan secara keseluruhan belum mendapat porsi perhatian yang memadai, sementara itu peternakan rakyat yang merupakan “armada semut” yang potensial (Sujarmin, 1997) sebagian besar masih merupakan usaha sambilan serta belum menariknya usaha pembibitan sapi potong bagi perusahaan peternakan karena pengembalian modalnya membutuhkan waktu yang relatif lama. Bila dilihat dari usaha pengemukan sapi potong di Provinsi Lampung, ternyata kemampuan ternak lokal dal;am menyediakan bakalan hanya dapat memenuhi 15 – 20 % sedangkan 80 – 85 % masih mendatangkan dari impor (Australia). Sedangkan pembibitan ternak kambing, Provinsi Lampung mempunyai peluang yang besar terkait dengan potensi pasar dan sumberdaya pakan yang ada, serta telah diproduksinya mani beku jenis kambing BOER, BOERAWA, dan PE oleh UPTD IBBITKAN di instalasi Pembuatan Mani Baku Terbanggi Besar. Penggunaan bibit unggul kambing ini masih pada tahap pengenalan (mulai tahun 2002) dengan realisasi akseptor ± 2.500 ekor. Untuk mengembangkan perbibitan di Provinsi Lampung, kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain :

a. Mengembangkan sentra-sentra pembibitan ternak dalam bentuk pembibitan

ternak rakyat/pembibitan pedesaan atau VBC dengan mengutamakan pada daerah-daerah penyebaran ternak pemerintah dan dilaksanakan melalui Pola Sistem Pelayanan Terpadu (SPT), meliputi pembinaan, pelayanan IB (pada VBC sapi dan kambing), pelayanan kesehatan, bimbingan pemasaran/panen hasil, dan pembinaan produksi ternak bibit. Adapun jenis komoditas, dan lokasi sentra pembibitan ternak di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 19: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 19

a) Sapi Potong

NO KABUPATEN / KOTA NO KECAMATAN 1 Lampung Selatan 1 Tanjung Bintang 2 Sido Mulyo 3 Jati Agung 2 Lampung Tengah 1 Simpang Agung 2 Padang Ratu 3 Punggur 4 Gunung Sugih 5 Terbanggi Besar 6 Seputih Mataram 7 Kota Gajah

b) Kambing

NO KABUPATEN / KOTA NO KECAMATAN 1 Tanggamus 1 Talang Padang 2 Sumberejo 2 Lampung Selatan 1 Gedong Tataan 2 Tanjung Bintang 3 Way Lima 3 Lampung Timur 1 Batanghari Nuban 2 Sukadana 3 Way Jepara 4 Lampung Tengah 1 Seputih Surabaya 2 Seputih Banyak 3 Seputih Mataram 4 Kalirejo 5 Padang Ratu 5 Lampung Utara 1 Abung Timur 2 Bukit Kemuning 6 Tulang Bawang 1 Tl. bawang Tengah 2 Lambu Kibang 7 Bandar Lampung 1 Kemiling

c) Itik

NO KABUPATEN / KOTA NO KECAMATAN 1. Tanggamus 1. Pringsewu (Ambarawa) 2. Wonosobo 2. Lampung Selatan 1. Palas 3. Lampung Tengah 1. Trimurjo

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 20: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 20

d) Sapi Perah

NO KABUPATEN / KOTA NO KECAMATAN 1. Tanggamus 1. Talang Padang 2. Kota Metro 1. Metro Utara

e) Ayam Buras

NO KABUPATEN / KOTA NO KECAMATAN 1. Lampung Timur 1. Batanghari 2. Kota Metro 1. Metro Pusat

f) Puyuh

NO KABUPATEN / KOTA NO KECAMATAN 1. Kota Metro 1. Metro Pusat

g) Babi

NO KABUPATEN / KOTA NO KECAMATAN 1. Lampung Tengah 1. Seputih Raman 2. Seputih Mataram

b. Pembinaan pada Perusahaan Pembibitan Ayam Ras

Jumlah perusahaan pembibitan Ayam ras di Provinsi Lampung ada 3 buah yaitu PT. Multi Breeder Adirama Indonesia (PT. MBAI) di Kec. Talang Padang Kab. Tanggamus, PT. Charoen Pokphand Jaya Farm di Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan PT. Indonesia Farming di Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

Perkembangan populasi parent stock, produksi dan distribusi DOC ayam ras pada perusahaan pembibitan di Provinsi Lampung dari Tahun 1999 – 2003 adalah sebagai berikut

Tabel 13 : Produksi dan Distribusi Final Stock Ayam Ras pada

Perusahaan Pembibitan di Prov. Lamp. Tahun 1999 – 2003

Produksi / FS No Nama Perusahaan

TahunPedaging Petelur

Distribusi

1. PT. MBAI 1999 9.548.347 1.733.000 Lpg, Sumatera 2000 10.256.450 2.150.000 Jabotabek 2001 10.149.648 2.500.325 2002 13.942.270 1.400.000 2003 10.575.612 530.000

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 21: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 21

2. PT. Charoen 1999 6.548.750 - Lampung Pokphand 2000 7.850.245 - Lampung 2001 1.696.000 - Lampung 2002 8.370.000 - Lampung 2003 10.484.500 - Lampung 3. PT. Indonesia 1999 - - Farming 2000 2.768.480 - Lampung 2001 3.361.226 - Lampung 2002 - - Tdk.Berproduksi 2003 2.124.986 - Lampung

* Kebutuhan DOC petelur mulai tahun 2002 dipenuhi dari Provinsi lain.

Dari 3 (Tiga) buah perusahaan pembibitan ayam ras di Provinsi Lampung, yang melaksanakan pembibitan ayam ras petelur hanya PT. MBAI dan sejak tahun 2002 perusahaan ini tidak lagi melaksanakan pembibitan ayam ras petelur sehingga kebutuhan bibit ayam ras petelur di Provinsi Lampung sejak tahun 2002 dipenuhi dari Provinsi lain.

Adapun perkembangan produksi bibit ayam ras pedaging tahun 1999 –

2000 meningkat 29,68 %, akan tetapi pada tahun 2000 – 2001 terjadi penurunan sebesar 27,15 %, dan mulai tahun 2001 sampai dengan 2003 meningkat sebesar 52,46 %. Ini menunjukkan bahwa iklim usaha budidaya ayam ras pedaging di Provinsi Lampung semakin berkembang dengan dukungan swasta melalui pola kemitraan seiring dengan semakin meningkatnya daya beli masyarakat serta kebutuhan untuk mengkonsumsi protein asal ternak.

4. Pakan Ternak.

Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi peningkatan produksi dan produktivitas ternak ruminansia dan unggas adalah faktor pakan hijauan dan pakan konsentrat. Kendala yang dihadapi dalam penyediaan hijauan makanan ternak antara lain masih rendahnya kualitas pakan yang diberikan karena sebagian besar peternak tidak memiliki kebun rumput. Oleh karena itu upaya pemanfaatan sumber daya pertanian, perkebunan dan Agroindustri menjadi prioritas kegiatan sekaligus dalam rangka meningkatkan kapasitas tampung dari satu satuan luas lahan usaha tani. Dengan demikian akan diperoleh Sinergis yang Produktif yaitu tanaman pertanian/perkebunan memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik. Kegiatan integrasi usaha peternakan dengan tanaman perkebunan/pertanian di Provinsi Lampung sudah dimulai sejak th. 1997 yaitu pengembangan ternak kambing di kawasan kebun singkong, sedangkan melalui sumber dana APBN/APBD dimulai tahun 2003 berupa pilot proyek yaitu sapi - padi, sapi -

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 22: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 22

sawit, sapi - tebu, kambing - coklat dan kambing - singkong dan pada th. 2004 dilanjutkan dengan sapi - pisang. Dari tanaman Pertanian dan tanaman Perkebunan di Propinsi Lampung, dapat dikembangkan integrasi ternak dengan tanaman pertanian/ perkebunan dengan daya tampung antara lain sebagai berikut: 1. Sapi Padi memiliki kapasitas tampung ±341.565 ekor 2. Sapi Tebu memiliki kapasitas tampung ±65.997 ekor 3. Sapi Sawit memiliki kapasitas tampung ±40.228 ekor 4. Kambing Singkong memiliki kapsitas tampung ±1.700.000 ekor 5. Kambing Coklat memiliki kapasitas tampung ±30.130 ekor 6. Kambing Lada memiliki kapasitas tampung ±100.000 ekor 7. Sapi Nanas memiliki kapasitas tampung ±50.000 ekor Adapun jumlah pabrik pakan ternak di Provinsi Lampung berjumlah 5 perusahaan, dan jenis pakan yang diproduksi adalah pakan ayam ras petelur dan pedagang, pakan puyuh, pakan itik dan pakan sapi. Pengawasan mutu dilaksanakan oleh Dinas Peternakan atau yang membidangi peternakan Kabupaten / Kota, dengan jumlah petugas sampai tahun 2003 sebanyak 25 orang. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka melindungi peternak dari kualitas ransum yang tidak sesuai dengan label dan Standart Nasional Indonesia (SNI) dan pada tahun 2004 dilaksanakan pelatihan pengawasan mutu pakan sebanyak 20 orang dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 23: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 23

BAB IV MASALAH DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

A. MASALAH

Permasalahan yang masih harus terus dihadapi dan menjadi tantangan adalah aspek keberlanjutan, yaitu dengan semakin tingginya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat, permintaan terhadap komoditi ternak (daging,telur, susu, kulit dan bibit ternak) terus meningkat, sementara kemampuan suplay khususnya komoditi daging sapi dan susu masih tergantung pada impor, yaitu dalam bentuk impor bakalan sapi, daging, dan impor susu (bahan baku dan olahan). Beberapa permasalahan pokok yang akan menjadi prioritas dalam pemecahannya antara lain :

1. Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

a. Tingkat pendidikan formal petani/peternak umumnya (60 - 70 %) adalah lulusan SD dan tidak lulus SD, akibatnya visi peternak terhadap usaha peternakannya hanya bersifat sambilan, jiwa kewirausahanya masih sangat lemah.

b. Minat tenaga kerja terdidik di pedesaan terhadap usaha peternakan masih

sangat kecil, umumnya lebih tertarik bekerja di sector industri dan jasa di perkotaan

c. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, tenaga fungsional penyuluh peternakan tidak ada lagi, akibatnya kegiatan penyuluhan, pendampingan dan sekolah lapang mengalami banyak hambatan

d. Jumlah dan kualitas (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petugas lapangan

relatif masih kurang antara lain Inseminator, dan paramedis

e. Kelembagaan peternak pada umumnya kurang mandiri dan masih project oriented.

2. Bibit Ternak

b. Jumlah induk sapi potong di Lampung masih sangat kurang baik kualitas maupun kuantitasnya, disisi lain pengeluaran bibit sapi dari Lampung sulit dikendalikan

c. Terjadi banyak perpindahan bibit antar wilayah, padahal sesungguhnya

dengan pendekatan ini tidak menambah populasi, bahkan justru bisa kontra produktif

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 24: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 24

d. Usaha perbibitan ternak (diluar ayam ras) belum diminati oleh perusahaan swasta

e. Untuk usaha penggemukan sapi, Lampung masih mendatangkan bakalan sapi

impor dari Australia sekitar 100.000 – 120.000 ekor per tahun (Secara Nasional 400.000 – 450.000 ekor per tahun)

f. Dilihat dari aspek kualitas, bakalan sapi potong dari Lampung belum dapat

bersaing dengan produk impor

g. Perbibitan ternak kerbau, sapi perah, babi, ayam buras, itik dan puyuh belum mendapat porsi pembinaan yang cukup dibandingkan dengan perlakuannya terhadap ternak sapi potong dan kambing.

3. Pakan Ternak

a. Ditingkat peternak pada umumnya, kualitas pakan yang diberikan pada ternak ruminasia umumnya masih rendah, sehingga berdampak pada rendahnya produksi dan produktivitas antara lain pertambahan berat badan harian, interval kelahiran, berat lahir, produksi susu dan kinerja reproduksi.

b. Kontinuitas pakan hijauan pada musim kemarau masih menjadi kendala para

peternak. Peternak belum melakukan pengolahan dan penyimpangan pakan yang berlimpah pada saat musim hujan dan pada saat panen.

c. Harga pakan unggas (konsentrat) sangat fluktuatif dan pada saat – saat

tertentu relative mahal jika dibandingkan dengan harga produk akhirnya. d. Komponen impor bahan baku pakan masih tinggi, padahal potensi

sumberdaya pakan local banyak yang belum dimanfaatkan. e. Teknologi pengolahan pakan belum dilaksanakan oleh peternak f. Masih kurangnya informasi tentang jumlah dan lokasi bahan baku pakan, baik

hijauan ataupun bahan baku konsentrat

4. Penyakit Hewan

a. Wabah Penyakit flu burung b. Penyakit menular lainnya (SE, Brucellosis, Hog Cholera, Rama Dewa,

Gumboro, ND dll) masih memungkinkan terjadi out break. c. Target pembebasan penyakit rabies di Pulau Sumatera selalu mundur, semula

ditargetkan bebas tahun 1997, mundur ke tahun 2003, kemudian mundur lagi ke tahun 2007. Hal ini membuktikan bahwa kemungkinan ada persoalan yang mendasar dalam upaya pembebasan rabies yang belum teridentifikasi.

d. Obat dan peralatan kesehatan hewan sebagian besar masih impor.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 25: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 25

e. Lalu lintas hewan antar pulau dan antar Provinsi sulit dikendalikan sehingga dapat menimbulkan penyebaran penyakit

5. Pengelolaan Reproduksi

a. Sejak diintroduksi tahun 1976, covering pelayanan IB pada ternak sapi di Provinsi Lampung relatif masih rendah yaitu baru mencapai 26,63 % dari potensi IB yang ada. Sementara IB pada ternak ternak kambing baru dilaksanakan tahun 2003 dan IB pada ternak kerbau masih kesulitan dalam peyediaan mani bekunya.

b. Belum tersosialisasinya IB kambing pada masyarakat c. Pelaksanaan kawin alam tidak dibarengi dengan sistim seleksi dan

penggunaan pejantan yang baik, sehingga masih banyak terjadi inbreeding dan penggunaan pejantan yang berkualitas rendah.

d. Prosentase kelahiran ternak di Lampung relative masih rendah (Sapi 19,00.%) dibandingkan dengan kemampuan potensi genetic (Sapi 30 – 35 % dari populasi), demikian juga persentase kelahiran pada ternak kerbau dan kambing relative masih rendah dibandingkan dengan potensi genetiknya

e. Jarak kelahiran (calving interval) pada sapi masih panjang yaitu rata – rata > 16 Bulan, pada kambing > 8 bulan dan pada ternak kerbau > 24 bulan.

6. Modal, Peralatan dan Teknologi

a. Lembaga permodalan yang ada masih sangat sulit diakses oleh peternak kebanyakan, hal ini terkait dengan pengetahuan, pendidikan dan budaya peternak dan persyaratan yang terlalu memberatkan.

b. Peralatan peternakan sebagian masih mengandalkan barang impor seperti

peralatan IB, peralatan kesehatan dan peralatan pasca panen.

c. Kebijakan makro dalam bidang permodalan belum banyak menyentuh para peternak pada umumnya.

d. Skala usaha peternakan umumnya masih termasuk kedalam katagori

sambilan dan cabang usaha, sehingga tingkat effisiensinya rendah

7. Pasar

a. Propinsi Lampung tidak memiliki pasar hewan/ternak yang representative. b. Posisi tawar peternak masih sangat lemah, bagian keuntungan terbesar

berada pada sector jasa yang dikuasai oleh para blantik (bukan peternak). c. Harga beberapa komoditi peternakan antara lain telur ayam ras, DOC, pakan

konsentrat, ayam broiler dan telur ayam sangat fluktuatif. d. Kurangnya promosi terhadap konsumsi susu

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 26: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 26

B. TANTANGAN YANG AKAN DIHADAPI KEDEPAN.

1. Perdagangan bebas ASEAN sudah diberlakukan sejak tahun 2003 dan perdagangan bebas Asia Fasifik untuk Negara maju tahun 2010 dan untuk Negara berkembang tahun 2020.

2. Ketergantungan impor sapi bakalan, dan daging sapi bahan baku pakan, obat –

obatan, peralatan dan bahan baku susu.

3. Permintaan komoditi peternakan yang terus meningkat baik jumlah ataupun kualitasnya, sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masayarakat, tingkat pendidikan dan budaya konsumsi pangan yang terus berkembang.

4. Dengan adanya perdagangan bebas kebijakan pajak dan bea masuk komoditi

peternakan akan menjadi beban dalam usaha peternakan, akibatnya usaha peternakan kurang dapat bersaing dengan Negara lain.

5. Transformasi struktur perekonopmian daerah/nasional akan terus berkembang

yaitu :

a. Peran relative sektor pertanian terhadap perekonomian semakin menurun, sedangkan peranan peternakan terhadap pertanian diperkirakan akan terus semakin meningkat.

b. Ketergantungan subsektor peternakan terhadap sektor lain semakin tinggi.

c. Globalisasi informasi dan perdagangan.

6. Meningkatnya tuntutan efisiensi, peningkatan kualitas dan kuantitas produk serta

tuntutan terhadap peningkatan kualitas dibidang peternakan dan kesehatan hewan. 7. Dampak negative pelaksanaan otonomi daerah diperkirakan masih akan mewarnai

pelaksanaan pembangunan peternakan, antara lain yang perlu dicermati adalah :

a. Kurang kondusifnya iklim usaha dan investasi. b. Tidak efektif dan efisiennya pelayanan dibidang peternakan dan kesehatan

hewan c. Restrukturisasi organisasi pemerintahan yang melaksanakan fungsi pelayanan

dibidang peternakan dan kesehatan hewan.

8. Terus berlanjutnya pengurasan bibit ternak yang berkualitas ke Provinsi lain dan pemotongan ternak betina bertanduk yang masih produktif.

9. Lampung masih dibayangi dengan munculnya wabah (Out Break) Penyakit flu

burung, serta kewaspadaan terhadap penyakit hewan menular lainnya terutama Brucellosis, Antraks, Rama Dewa, Hog Cholera, Rabies dan Septichaemia

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 27: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 27

Efizotica. Hal ini disebabkan masih “ terbukanya “ pintu – pintu masuk penyakit yaitu diperbatasan dengan Sumatera Selatan dan Bengkulu, Bakauheni, pintu masuk Internasional di pelabuhan Panjang serta Bandara Raden Intan.

10. Untuk mewujudkan Lampung sebagai lumbung ternak, diperlukan upaya

pengelolaan sumberdaya yang optimal dengan curahan input yang minimal. Persoalannya curahan input yang dibutuhkan yaitu dalam bentuk masuknya investasi (Modal, Teknologi, dan Sumberdaya Manusia berkualitas) juga ditentukan oleh sector atau lingkungan eksternal.

11. Membangun komitmen masyarakat peternakan Lampung untuk bersama – sama

mewujudkan Lampung sebagai salah satu lumbung ternak nasional.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 28: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 28

BAB V SASARAN UMUM

A. Metode Prediksi

Pola prediksi penentuan sasaran pengembangan populasi ternak di Provinsi Lampung dalam jangka pendek didasarkan pada upaya peningkatan konsumsi protein hewani asal ternak per kapita per hari. Hal ini berarti bahwa tingkat konsumsi protein akan menjadi variable independent, sedangkan populasi ternak sebagai sumber protein hewani menjadi variable dependent. Model prediksi ini berkebalikan dengan cara yang biasa dilakukan karena pada umumnya prediksi selalu dimulai dengan prediksi populasi dan diikuti dengan prediksi konsumsi protein.

Kelebihan penggunaan metode prediksi konsumsi protein hewani asal ternak

adalah bahwa perencanaan dapat diarahkan ke inti masalah peternakan, yakni peningkatan konsumsi protein hewani asal ternak secara efisien. Nilai duga yang diperolehpun akan lebih relistis dan akurat. Hal ini dimungkinkan karena perhitungan nilai konsumsi protein secara tidak langsung juga memperhitungkan laju pertambahan penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung yang tergambar dalam nilai daya beli masyarakat.

Meskipun demikian terdapat kelemahan karena hasil prediksi populasi akan

menjadi tampak besar, sehingga akan berimplikasi terhadap aspek pembiayaan. Hal ini terjadi karena bentang ukuran populasi dengan konsumsi protein hewani sangat lebar. Faktor penting yang mempengaruhi nilai konsumsi protein per kapita per hari adalah laju pertambahan penduduk. Selama 10 tahun terakhir, yakni dari tahun 1993 s/d 2003, laju pertambahan penduduk di Provinsi Lampung rata-rata mencapai 0,98%. Dengan demikian nilai laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,98% digunakan sebagai acuan.

Pada sisi lain, jumlah konsumsi protein berasal dari protein daging, telur,

dan susu. Protein daging merupakan penjumlahan protein karkas dan protein offal yang berasal dari ternak potong ruminansia dan non ruminansia. Protein telur berasal dari telur ayam buras, ayam petelur, itik, dan burung puyuh. Sedangkan protein susu untuk saat ini hanya bertumpu pada susu yang berasal dari sapi perah, baik produksi dalam provinsi maupun pemasukkan dari luar provinsi.

Sementara itu, proporsi sumbangan dari masing-masing jenis ternak

terhadap jumlah ketersediaan protein, baik dari daging, telur, maupun susu, dianggap tetap dan proporsional. Demikian juga dengan imbangan protein yang berasal dari offal dan karkas. Pilihan untuk menganggap proporsi yang tetap didasarkan pada pembacaan trend proporsi protein antarjenis ternak dan antarjenis daging selama 10 tahun, yakni dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 29: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 29

Pada sisi lain, prediksi populasi akhir diduga dari faktor koreksi yang berasal dari nilai korelasi antara tingkat pemotongan dengan jumlah populasi. Nilai faktor koreksi juga diperoleh dari pengamatan terhadap trend korelasi antara tingkat pemotongan dengan jumlah populasi selama 10 tahun, yakni dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003.

B. Sasaran Jangka Pendek (2005-2009)

Prediksi konsumsi protein per tahun pada tahun 2005-2009 diperkirakan mencapai 4,29; 4,40; 4,51; 4,62; dan 4,73 gram per kapita per hari; dengan laju pertambahan sekitar 2,47 % per tahun. Berdasarkan angka prediksi konsumsi protein ini, maka dapat disusun suatu prediksi populasi dari berbagai jenis ternak dan berbagai sumber protein.Adapun prediksi sasaran konsumsi secara lengkap tertuang pada table 14 berikut :

Tabel 14 : Prediksi Sasaran Konsumsi Daging, Telur, Susu dan Protein

Hewani Tahun 2005 - 2009

No Jenis Ternak 2005 2006 2007 2008 2009 Laju (%) 1 Daging (kg/kap/th) 7,33 7,52 7,72 7,92 8,12 2,59 2 Telur (kg/kap/th) 4,54 4,66 4,78 4,89 5,01 2,49 3 Susu (kg/kap/th) 3,99 4,10 4,20 4,30 4,41 2,53 4 Protein Hewani

(gr/kap/hr) 4,29 4,40 4,51 4,62 4,73 2,47

Prediksi jumlah penduduk, jumlah pemotongan, dan prediksi populasi pada

tahun 2005-2009 secara lengkap disajikan pada Lampiran. Pertambahan penduduk mengacu kepada hasil perhitungan, yakni sebesar 0,98%; namun dalam operasinya angka tersebut memerlukan adjustment; sehingga laju pertambahan penduduk diperkirakan sebesar 0,9493%. Sementara proporsi sumbangan protein antarjenis ternak maupun antarjenis daging, serta faktor koreksi pemotongan dianggap konstan.

Tabel 15 : Prediksi Populasi Ternak Tahun 2005 – 2009

(Ekor) No Jenis Ternak 2005 2006 2007 2008 2009 Laju (%)

1 Sapi Potong 394.501 400.103 405.833 411.547 417.336 1,42 2 Sapi Perah 103 107 110 114 118 3,00 3 Kerbau 52.841 53.178 53.533 53.890 53.890 0,67 4 Kambing 868.133 898.765 929.817 961.287 993.176 2,98 5 Domba 68.806 71.234 73.695 76.189 78.717 3,00 6 Babi 85.586 88.606 91.667 94.769 97.913 3,00 7 Ayam Buras 14.729.894 15.249.652 15.776.512 16.310.476 16.851.544 3,54 8 Ayam Pet. 2.147.052 2.222.813 2.299.609 2.377.440 2.456.307 3,00 9 Ayam Ped. 24.271.933 25.418.899 26.579.962 27.761.136 28.959.427 3,91

10 Itik 648.994 671.894 695.108 718.634 742.473 3,77 11 Puyuh 164.571 170.378 176.264 182.230 188.275 3,00

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 30: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 30

Populasi sapi potong pada tahun 2005-2009 berdasarkan angka prediksi

konsumsi protein daging adalah 394.501; 400.103; 405.833; 411.547; dan 417.336 ekor. Pada populasi sapi potong ini laju pertambahan diperkirakan sekitar 1,42% per tahun. Sedangkan populasi kerbau diprediksikan sebesar 52.841; 53.178; 53.533; 53.890; dan 54.250 ekor; dengan laju pertambahan sekitar 0,67% per tahun.

Prediksi populasi kambing cukup besar, yakni: 868.133; 898.765; 929.817;

961.287; 993.176 ekor; dengan laju pertambahan populasi sebesar 9,28% per tahun. Prediksi populasi domba mencapai : 68.806; 71.234; 73.695; 76.189; dan 78.717 ekor; dengan laju pertambahan 3,00% per tahun. Pada babi, populasi diprediksikan sebesar : 85.586; 88.606; 91.667; 94.769; dan 97.913 ekor; serta mempunyai laju pertambahan sebesar 3,00% per tahun.

Sumbangan protein daging, selain dari ternak ruminan, juga berasal dari

ternak unggas. Sumbangan ternak unggas terhadap protein daging yang asli hanya berasal dari ayam potong. Sedangkan dari ayam buras, ayam petelur, dan itik sumbangan dapat dikatakan sumbangan “semu”. Hal ini terjadi karena ketiga jenis unggas terakhir menyumbangkan daging dalam bentuk ternak afkir. Situasi ini akan mempengaruhi cara penentukan prediksi populasi. Pada ayam potong, prediksi populasi didasarkan pada konsumsi protein daging, sedangkan pada ketiga unggas yang lain prediksi populasi didasarkan pada konsumsi protein telur. Sementara populasi ayam pedaging diprediksikan sebesar: 24.271.933; 25.418.899; 26.579.962; 27.761.136; dan 28.959.427 ekor; dengan pertambahan populasi sebesar 3,91% per tahun.

Pada kelompok unggas, prediksi populasi berdasarkan angka konsumsi telur

pada ayam buras mencapai 14.729.894; 15.249.652; 15.776.512; 16.310.476; dan 16.851.544 ekor; dengan laju pertambahan populasi 3,54% per tahun. Pada ayam petelur, populasi diperkirakan sebesar: 2.147.052; 2.222.813; 2.299.609; 2.377.440; dan 2.456.307 ekor; serta laju pertambahan sebesar 3,00% per tahun. Pada itik, populasi diprediksikan sebesar: 648.994; 671.894; 695.108; 718.634; dan 742.473 ekor; dengan laju 3,77% per tahun. Sedangkan populasi puyuh sebesar: 164.571; 170.378; 176.264; 182.230; dan 188.275 ekor dengan laju pertambahan populasi sebesar 3,00% per tahun.

Pada sisi lain, prediksi jumlah daging impor dari 2005-2009 adalah 37.905;

39.243; 40.599; 41.973; dan 43.365 kg. Sedangkan offal impor mencapai 18.675; 19.334; 20.001; 20.678; dan 21.364 kg. Pada kedua komoditi ini, laju pertambahan mencapai 3,00% pertahun. Sementara kerbau dan kambing perah dianggap tidak berkembang, namun populasi sapi perah cukup berkembang, yakni: 103; 107; 110; 114; dan 118 ekor; dengan laju pertambahan populasi sebesar 3,00% per tahun.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 31: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 31

C. Sasaran Jangka Menengah (2010-2014)

Pada tahun 2010-2014, konsumsi protein hewani asal ternak setiap tahun diperkirakan mencapai 4,84; 4.95; 5,06; 5,17; dan 5,28 gram per kapita per hari. Proporsi protein asal daging terhadap total konsumsi protein hewani asal ternak dari waktu ke waktu dianggap konstan. Populasi ternak potong, baik dari ruminan maupun non ruminan, berdasarkan tingkat konsumsi protein hewani tersebut secara lengkap disajikan pada table 16.

Tabel 16 : Prediksi Konsumsi Daging, Telur, Susu dan Protein Hewani

Tahun 2010 - 2014

No Jenis Ternak 2010 2011 2012 2013 2014 Laju (%) 1 Daging (kg/kap/th) 8,32 8,51 8,71 8,91 9,10 1,27 2 Telur (kg/kap/th) 5,70 5,83 5,96 6,09 6,22 2,21 3 Susu (kg/kap/th) 4,45 4,49 4,53 4,57 4,62 0,94 4 Protein Hewani

(gr/kap/hr) 4,84 4,95 5,06 5,17 5,28 2,20

Sumbangan terbesar protein hewani asal daging masih berasal dari unggas,

baik berupa ayam potong maupun ayam buras, ayam petelur afkir, itik, dan puyuh. Pada periode tahun 2010-2014 diperkirakan populasi ayam buras mencapai 17.399.714; 19.750.488; 20.369.103; 20.995.532; dan 21.629.775 ekor. Prediksi populasi ayam potong mencapai 30.168.628; 31.307.141; 33.051.9905; 33.901.457; dan 35.178.712 ekor. Prediksi populasi ayam petelur sebesar 2.536.209; 2.617.147; 2.699.120; 2.782.128; dan 2.866.172 ekor. Pada itik, populasi diprediksikan sebesar 766.625; 904.103; 932.421; 961.097; 990.130 ekor. Sedangkan puyuh mencapai 194.400; 200.604; 206.887; 213.249; dan 219.691 ekor.

Tabel 17 : Prediksi Populasi Ternak Tahun 2010 – 2014

No Jenis Ternak 2010 2011 2012 2013 2014 1 Sapi Potong 423.318 429.341 435.425 441.608 447.879 2 Sapi Perah 122 126 129 133 137 3 Kerbau 54.612 54.976 55.343 55.712 56.083 4 Kambing 1.025.483 1.055.300 1.088.354 1.121.825 1.155.713 5 Domba 81.277 83.871 86.498 89.158 91.851 6 Babi 101.098 104.325 107.592 110.901 114.251 7 Ayam Buras 17.399.714 19.750.488 20.369.103 20.995.532 21.629.775 8 Ayam Petelur 2.536.209 2.617.147 2.699.120 2.782.128 2.866.172 9 Ayam Pedaging 30.168.628 31.307.141 33.051.990 33.901.457 35.178.712

10 Itik 766.625 904.103 932.421 961.097 990.130 11 Puyuh 194.400 200.604 206.887 213.249 219.691

Pada ternak ruminansia, populasi terbesar diperkirakan berasal dari ternak

kambing, yakni: 1.025.483; 1.055.300; 1.088.354; 1.121.825; dan 1.155.713 ekor. Prediksi populasi sapi potong mencapai: 423.318; 429.341; 435.425; 441.608; dan 447.879 ekor. Populasi domba diprediksikan mencapai 81.277; 83.871; 86.498;

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 32: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 32

89.158; dan 91.851 ekor. Prediksi populasi kerbau mencapai 54.612; 54.976; 55.343; 55.712; dan 56.083 ekor.

Babi diprediksikan mencapai 101.098; 104.325; 107.592; 110.901; dan

114.251 ekor. Disini lain sumbangan dari daging impor diperkirakan mencapai 44.776; 46.205; 47.652; 49.117; dan 50.601 kg; sedangkan offal mencapai 22.059; 22.763; 23.476; 24.198; dan 24.929 kg. Sementara ternak sapi perah dan kuda dianggap tidak memberikan sumbangan yang memadai terhadap ketersediaan protein daging.

Sementara sumbangan protein telur berasal dari suatu populasi yang terdiri

atas ayam buras 17.399.714; 19.750.488; 20.369.103; 20.995.532; dan 21.629.775 ekor. Populasi ayam petelur diprediksikan mencapai 2.536.209; 2.617.147; 2.699.120; 2.782.128; dan 2.866.172 ekor. Populasi itik mencapai 766.625; 904.103; 932.421; 961.097; dan 990.130 ekor; sedangkan populasi puyuh diprediksikan mencapai 194.400; 200.604; 206.887; 213.249; dan 219.691 ekor.

Pada sisi lain, sumbangan protein susu terhadap protein hewani asal ternak

berasal dari populasi sapi perah sebanyak 122; 126; 129; 133; dan 137 ekor. Populasi ternak perah yang tersedia diperkirakan hanya berasal dari sapi perah, sedangkan kambing dan kerbau perah dianggap tidak ada. Pada tahun 2014, konsumsi protein susu masih melibatkan pemasukkan susu dari luar daerah.

D. Sasaran Jangka Panjang (2015-2019)

Pada tahun 2015-2019 konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat Lampung diperkirakan mencapai 5,39; 5,50; 5,61; 5,72; dan 5.83 gram per kapita per hari sebagaimana tertuang pada table 18 berikut :

Tabel 18 : Prediksi Konsumsi Daging, Telur, Susu dan Protein Hewani

Tahun 2015 - 2019

No Jenis Ternak 2015 2016 2017 2018 2019 Laju (%) 1 Daging (kg/kap/th) 9,30 9,49 9,69 9,89 10,08 2,03 2 Telur (kg/kap/th) 6,35 6,48 6,61 6,74 6,87 1,99 3 Susu (kg/kap/th) 4,67 4,72 4,77 4,82 4,87 1,05 4 Protein Hewani

(gr/kap/hr) 5,29 5,50 5,61 5,72 5,83 2,46

Berdasarkan hal ini, maka prediksi populasi ternak potong pada tahun

2014-2019, baik dari ruminansia maupun non ruminansia disajikan pada table 19

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 33: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 33

. Tabel 19 : Prediksi Populasi Ternak Tahun 2015 – 2019

No Jenis Ternak 2015 2016 2017 2018 2019 1 Sapi Potong 454.239 460.689 467.231 473.866 480.595 2 Sapi Perah 142 146 150 154 158 3 Kerbau 56.457 56.834 57.213 57.595 57.979 4 Kambing 1.190.020 1.224.743 1.259.884 1.295.443 1.331.419 5 Domba 94.578 97.338 100.131 102.957 105.816 6 Babi 117.643 121.075 124.549 128.065 131.621 7 Ayam Buras 22.271.831 22.921.701 23.579.385 24.244.883 24.918.194 8 Ayam Petelur 2.951.251 3.037.366 3.124.516 3.212.701 3.301.922 9 Ayam Pedaging 36.469.729 37.777.696 39.102.614 40.444.483 41.799.947

10 Itik 1.019.521 1.049.270 1.079.376 1.109.840 1.140.662 11 Puyuh 226.213 232.813 239.493 246.253 253.092

Sumbangan protein daging dari populasi ternak potong tetap didominasi

oleh produksi daging dari ternak non ruminansia. Sumbangan terbesar diberikan oleh ayam potong yang mencapai populasi 36.469.729; 37.777.696; 39.102.614; 40.444.483; dan 41.799.947 ekor. Prediksi populasi terbesar pada ternak ruminansia diperoleh dari ternak kambing sebesar 1.190.020; 1.224.743; 1.259.884; 1.295.443; dan 1.331.419 ekor.

Pada ternak ruminansia besar, populasi sapi potong diprediksikan mencapai

454.239; 460.689; 467.231; 473.866; dan 480.595 ekor. Kerbau diperkirakan mencapai 56.457; 56.834; 57.213; 57.595; dan 57.979 ekor. Daging import diperkirakan mencapai 52.103; 53.624; 55.162; 56.719; dan 58.294 kg; sedangkan offal mencapai 25.669; 26.418; 27.176; 27.943; dan 28.719 kg. Sayangnya, populasi sapi perah dan kuda tetap dianggap tidak memberikan sumbangan terhadap ketersediaan protein asal daging.

Sementara sumbangan dari protein telur berasal dari populasi ayam buras

sebesar 22.271.831; 22.921.701; 23.579.385; 24.244.883; dan 24.918.194 ekor. Ayam petelur mencapai 2.951.251; 3.037.366; 3.124.516; 3.212.701; dan 3.301.922 ekor. Itik diperkirakan mencapai 1.019.521; 1.049.270; 1.079.376; 1.109.840; dan 1.140.662 ekor; sedangkan puyuh mencapai 226.213; 232.813; 239.493; 246.253; dan 253.092 ekor.

Sedangkan sumbangan dari protein susu berasal dari prediksi populasi sapi

perah sebesar 142; 146; 150; 154; dan 158 ekor. Sementara ternak perah yang lain belum memberikan sumbangan protein. Meskipun demikian, patut dicatat bahwa jumlah protein susu tersebut bukan hanya berasal dari populasi sapi perah di Provinsi Lampung saja, melainkan juga melibatkan pemasukan susu dari luar daerah.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 34: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 34

E. Sasaran Tahun 2024

Prediksi perkembangan jumlah penduduk menyebabkan adanya perubahan angka prediksi populasi ternak secara keseluruhan. Pada tahun 2024 jumlah penduduk diperkirakan mencapai 8.191.560 jiwa. Sedangkan tingkat konsumsi protein hewani asal ternak pada tahun itu diprediksi mencapai 6,38 gram per kapita per hari.

Pada tahun 2024 sumbangan protein daging terhadap total konsumsi protein

hewani asal ternak diperkirakan mencapai 3,48 gram per kapita per hari. Jumlah tersebut sebagian besar berasal dari daging ternak unggas.

Protein daging tersebut terutama berasal dari perkembangan populasi ternak

unggas yang diprediksi mencapai 28.401.957 ekor ayam buras dan 48.823.701 ekor ayam pedaging sebagaimana terlihat pada table 20. Sedangkan populasi ayam petelur diperkirakan mencapai 3.763.557 ekor. Namun ternak itik dan puyuh dianggap tidak memberikan sumbangan protein yang signifikan.

. Tabel 20 : Prediksi Populasi Ternak Tahun 2019 – 2024

No Jenis Ternak 2020 2021 2022 2023 2024 1 Sapi Potong 487.419 494.340 501.360 508.479 515.700 2 Sapi Perah 163 167 171 176 180 3 Kerbau 58.365 58.755 59.147 59.541 59.938 4 Kambing 1.367.813 1.404.624 1.479.852 1.279.498 1.517.562 5 Domba 108.708 111.634 114.593 117.585 120.610 6 Babi 135.219 138.858 142.538 146.260 150.023 7 Ayam Buras 25.599.319 26.288.258 26.985.010 27.689.577 28.401.957 8 Ayam Petelur 3.392.178 3.483.470 3.575.797 3.669.159 3.763.557 9 Ayam Pedaging 43.172.306 44.558.149 45.964.270 47.383.819 48.823.701

10 Itik 1.171.841 1.203.378 1.235.273 1.267.525 1.300.135 11 Puyuh 260.010 267.007 274.084 281.240 288.476

Pada sisi lain, sumbangan protein daging dari ternak ruminansia besar

berasal dari populasi sapi potong yang diprediksi mencapai 515.700 ekor; sapi potong import 122.900 ekor dan kerbau 59.938 ekor. Sedangkan sumbangan kuda, sapi perah, daging dan offal impor terhadap protein daging dianggap tidak ada karena kecilnya. Sementara itu, kontribusi ternak ruminansia kecil dan babi sangat signifikan. Populasi kambing diprediksi berkembang mencapai 1.517.562 ekor; dan populasi domba mencapai 120.610 ekor. Sedangkan populasi babi diperkirakan mencapai 150.023 ekor.

Selanjutnya pada ternak penghasil telur, sumbangan protein telur

berkembang sampai 2,37 gram per kapita per hari. Jumlah protein telur tersebut berasal dari prediksi populasi ayam petelur 3.763.557 ekor; itik 1.300.135 ekor; dan burung puyuh 288.476 ekor.

Pembandingan antara prediksi populasi ayam buras dan ayam petelur sebagai penghasil daging dan telur memperlihatkan bahwa sebaran populasi lebih

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 35: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 35

besar pada populasi ternak penghasil telur. Dengan demikian populasi yang lebih relevan digunakan sebagai prediktor adalah jumlah populasi pada ternak penghasil telur.

Terakhir, kontribusi susu dalam penyediaan protein hewani asal ternak pada

tahun 2024 diperkirakan mencapai 5,20 gram per kapita per hari. Protein susu tersebut berasal dari perkiraan populasi sapi perah sebesar 180 ekor; sedangkan populasi kambing dan kerbau perah dianggap tidak berkembang. Meskipun demikian ketersediaan protein susu tersebut bukan hanya berasal dari populasi sapi perah yang ada di Lampung, melainkan juga melibatkan pemasukan susu olahan dari luar daerah.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 36: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 36

BAB VI KEBIJAKAN TEKNIS

PEMBANGUNAN PETERNAKAN 2005 - 2024 A. KEBIJAKAN UMUM

Dalam rangka mencapai sasaran umum jangka panjang (2005 – 2024) , maka kebijakan teknis yang bersifat umum yang akan dilaksanakan di Propinsi Lampung adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan Etos Kerja dan Produktivitas Sumberdaya Manusia

Peternakan Lampung

Sudah menjadi rahasia umum bahwa etos kerja dan produktivitas peternak di Lampung relative lebih rendah, jika dibandingkan dengan peternak di Jawa, apalagi jika dibandingkan dengan Negara Negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam. Etos kerja dan produktivitas tenaga kerja (peternak) sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan formal, pengetahuan dan keterampilan peternak, budaya local yang juga sangat berpengaruh terhadap budaya kerja, serta masih rendahnya minat tenaga kerja muda untuk bekerja dibidang usahatani ternak. Upaya yang akan menjadi prioritas untuk dilaksanakan pada kurun waktu lima tahun kedepan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan mendorong kelembagaan social dan ekonomi di pedesaan untuk lebih berperan dalam upaya pemberdayaan peternak.

2. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha tani-ternak

Kunci keberhasilan usaha di bidang peternakan terutama ditentukan oleh sampai sejauhmana peternak dapat meminimalisasi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas ternak baik dalam bentuk daging, telur, susu ataupun anak dan bibit. Peranan penggunaan teknologi dan peningkatan skala usaha, dalam hal ini akan menjadi titik tolak dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak.

3. Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak dan hasil ternak

Penyediaan produk komoditi ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi local, antar Pulau, bahan baku industri dan permintaan ekspor, merupakan fungsi utama pengembangan ternak. Ketersediaan produk produk tersebut akan dipenuhi dari upaya upaya peningkatan populasi dan produksi hasil ternak dengan intensifikasi (meningkatkan produktivitas per-satuan ternak), ekstensifikasi (meningkatkan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 37: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 37

populasi, perluasan kawasan), dan diversifikasi (vertical dan horizontal) untuk meraih nilai tambah dan sebagai upaya pelestarian komoditi ternak tertentu. Oleh karena itu kebijakan peningkatan populasi dan produktivitas ternak merupakan strategi jangka panjang , harus diupayakan terus menerus sampai kapasitas daya tampung dan produktivitas mencapai titik jenuh .

4. Meningkatkan investasi sub sektor peternakan (pra produksi, produksi dan

pasca produksi)

Faktor permodalan dan investasi merupakan factor yang strategis untuk mencapai sasaran umum jangka panjang, yaitu terciptanya peluang kesempatan kerja produktif pada sub sector peternakan. Pada kondisi saat ini dan kedepan kebijakan moneter (suku bunga, inflasi, nilai tukar rupiah) dan fiscal (pajak, retribusi, tarif bea masuk) yang merupakan kewenangan pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah juga perlu melakukan upaya – upaya untuk mendorong dan memobilisasi sumber – sumber pendanaan yang ada dan berpotensi untuk diinvestasikan pada usaha Peternakan.Tanpa ada investasi baru maka usaha peternakan akan berjalan ditempat dan sasaran umum tidak akan tercapai.

5. Meningkatkan mutu dan daya saing produk peternakan

Dengan semakin terbukanya system perdagangan antar wilayah dan bahkan antar Negara, yang ditandai dengan era perdagangan bebas ASEAN (2003), kesepakatan Negara Negara APEC (2010 untuk Negara maju dan 2020 untuk Negara berkembang), tidak ada jalan lain kecuali upaya meningkatkan mutu dan daya saing produk produk peternakan. Upaya standarisasi, akreditasi, sertifikasi, dan pelaksanaan system manajemen mutu (ISO, HASEP), merupakan bagian dari kebijakan umum yang strategis. Hal ini akan berkaitan dengan upaya penerapan persyaratan kesehatan produk produk peternakan, khususnya komoditi yang akan diekspor dalam bentuk technical barrier on trade (TBT) dan sanitary and phytosanitary (SPS). Oleh karena kebijakan ini berdampak jangka panjang maka harus terus menerus dilaksanakan, ditingkatkan kualitasnya dan dimonitor perkembangannya. Dengan perhatian pada bidang ini diharapkan komoditi unggulan peternakan Lampung yang memiliki potensi ekspor antara lain daging ayam dan produk olahannya, DOC, kambing potong, aneka ternak & ternak hias/exotik serta pakan ternak dimasa mendatang dapat terwujud.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 38: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 38

6. Meningkatkan kemampuan mengelola sumberdaya dan menjaga kelestarian sumberdaya peternakan

Lampung memiliki sumberdaya yang sangat besar yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha berbasis ternak. Namun demikian jika tidak hati hati dalam pengelolaannya, bukan saja tidak akan mendukung keberhasilan usaha ternak itu sendiri, bahkan dapat merusak lingkungan dan mengancam kelestarian pemanfaatannya. Penggunaan bibit ternak eksotik yang unggul, harus dirancang secara cermat dan terpola, sehingga dimasa mendatang tidak ditemukan hal hal yang bersifat kontra produktip, baik yang terkait dengan aspek genetic, penyakit ataupun punahnya plasma nutfah asli yang belum dimanfaatkan.

B. KEBIJAKAN OPERASIONAL

Kebijakan operasional yang akan ditempuh dalam rangka mencapai sasaran jangka pendek (2005 – 2009) yaitu dengan menerapkan beberapa pendekatan teknis bidang khusus, sehingga diharapkan dapat lebih akurat dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pendekatan teknis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan SDM dan Kelembagaan Ekonomi Pedesaan

Percepatan proses tranformasi dari usahatani tradisional ke usahatani industri berintikan “capacity building” untuk memberdayakan petani ternak melalui pembinaan sumberdaya manusia, kelembagaan dan permodalan a. Pembinaan Sumberdaya Manusia

Pembinaan petani / peternak dilaksanakan dengan prinsip “menolong diri sendiri” (self-help) yang didasarkan atas kehendak meningkatkan kemampuan menghasilkan pendapatan (income generating), melalui kegiatan pelatihan, sekolah lapang, magang, incubator agribisnis bagi keluarga peternak agar mereka mampu menjangkau atau mengakses dirinya dengan (1) sumberdaya atau agro input, (2) teknologi, (3) permodalan (4) pengolahan dan pasar. Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia ditempuh melalui 4 (empat) tahapan, yaitu : (1) Peningkatan kesadaran dan percaya diri (awareness and self-confidence

development) (2) Peningkatan kemampuan menghasilkan pendapatan (income generating

ability development) (3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi (welfare development) (4) Peningkatan kesejahteraan social ekonomi (social culture and economic

development)

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 39: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 39

Dengan metoda pembinaan sumberdaya manusia ini diharapkan dapat menghasilakan SDM yang berkualitas, yaitu produktif, kreatif, efisien, disiplin, mandiri berbudiluhur dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pembinaan Kelembagaan Ekonomi Pedesaan

Pembinaan kelembagaan ekonomi pedesaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembinaan SDM peternak, dalam rangka menciptakan system pembinaan yang mandiri dan berkelanjutan Pembinaan dan pengembangan kelembagaan peternak diarahkan untuk terwujudnya kelembagaan ekonomi peternak yang tangguh, yaitu unit usaha ekonomi yang berazazkan kekeluargaan, misalnya koperasi atau kelembagaan kemitraan. Pembinaan SDM melalui pengembangan kelembagaan peternak dilakukan atas dasar 7 (tujuh) prinsip yaitu (1) pendekatan kelompok, (2) keserasian, (3) kepemimpinan kelompok, (4) kemitraan, (5) swadaya, (6) belajar sambil bekerja dan (7) pendekatan keluarga.

c. Bimbingan dan Pembinaan Permodalan

Bimbingan dan pembinaan permodalan diarahkan untuk menghilangkan ketergantungan dan menumbuhkan kewaspadaan memasuki system ekonomi pasar. Permodalan merupakan factor yang sangat penting dan menentukan dalam pembinaan SDM dan pemberdayaan ekonomi pedesaan. Oleh karena itu peternak dengan kelembagaan kelompok dalam wadah koperasi, diberikan bimbingan untuk dapat menjangkau (akses) dengan lembaga keuangan atau bantuan. (1) Untuk kelompok pemula dapat diupayakan dengan bantuan cuma cuma ,

misalnya dari Departemen Sosial atau lembaga non pemerintah (NGO) (2) Untuk kelompok madya dapat diupayakan dengan bantuan bergulir,

misalnya gaduhan ternak atau BPLM (3) Untuk kelompok maju diupayakan melalui kredit bersubsidi, misalnya

KKP, UKM yang dikelola Dinas Koperindag atau bentuk subsidi lainnya (4) Untuk kelompok mandiri diupayakan kredit komersial dengan berbagai

kemudahan (kemitraan, fasilitas khusus) dan akhirnya dengan melalui kredit komersial penuh. Hal lain yang juga penting adalah perlindungan pemerintah terhadap usaha peternakan pada umumnya, yaitu melalui kebijakan yang berfihak pada dunia peternakan.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 40: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 40

2. Pengembangan Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Peternakan Pengembangan sumberdaya, sarana dan prasarana peternakan dimaksudkan untuk memberikan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan kualitas dan efektivitas pelayanan dibidang peternakan dan kesehatan hewan, dalam rangka peningkatan populasi, produksi dan produktivitas ternak, guna meningkatkan ketersediaan komoditi dan produk produk peternakan untuk konsumsi masyarakat Lampung, bahan baku industri, kebutuhan antar Propinsi dan pasar ekspor. a. Dukungan Peningkatan Produktivitas Ternak

Secara normatip peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi fungsi genetic, reproduksi, fisiologi, pakan, kesehatan dan tatalaksana pemeliharaan. Untuk mendukung pelayanan fungsi fungsi teknis, pemerintah provinsi telah menyediakan dukungan sarana dan prasarana peternakan yang dapat di akses oleh peternak dan yang sekaligus merupakan dukungan teknologi antara lain, Instalasi Produksi Mani Beku (IPMB) Terbanggi Besar, Pos Pos Inseminasi Buatan yang tersebar di 10 Kabupaten Kota, Pos Pelayanan Kesehatan Hewan (12 unit), Instalasi Pembibitan Kambing di Negeri Sakti Gedung Tataan, Instalasi Pembibitan Sapi Bali di Campang Tiga Lampung Selatan, Balai Latihan Penyuluh Pertanian (BLPP) Hajimena, serta beberapa institusi vertical antara lain Balai Penyidikan Pengujian Veteriner (BPPV) wilayah III Bandar Lampung , Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Balai Karantina pertanian Panjang, Instalasi BPPT Lampung, Jurusan Peternakan Universitas Lampung, dan Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Lampung. Disamping itu terdapat juga sarana dan prasarana milik “Pusat” yang dapat diakses untuk kepentingan pelayanan bidang peternakan di Lampung, antara lain Balai Embryo Transfer Cipelang Jawa Barat, BIB Lembang dan Singosari, BPTU Sembawa di Sumatera Selatan, Pusat Penelitian Peternakan di Bogor, BPMSOH Bogor, Balai Analisa Pakan di Bekasi Jawa Barat dan beberapa BPTU yang diberi mandate khusus seperti BPTU Baturaden (sapi perah) BPTU Siborong Borong (Babi) dan BPTU Pelaihari (Kambing). Untuk meningkatkan produktivitas ternak di Lampung, utamanya akan dilaksanakan melalui teknologi Inseminasi Buatan dan Embryo Transfer yang didukung dengan peningkatan kualitas pakan, kesehatan dan tatalaksana.

b. Dukungan Pengembangan Perbibitan Ternak

Instalasi Perbibitan Ternak Kambing di Negeri Sakti dan Sapi Bali di Campang Tiga akan berperan dalam memproduksi bibit unggul (elite) sapi Bali dan Kambing (Boer, Boerawa, PE), pengembangan teknologi pakan, produksi bibit hijauan pakan, pedoman beternak yang baik (good farming

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 41: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 41

practices), serta berperan dalam pembinaan kelompok kelompok VBC dan penjaringan bibit unggul. Kedua instalasi ini ditambah dengan IPMB Terbanggi Besar akan berperan untuk menjembatani peternak dengan teknologi. Dimana peternak dapat magang, membandingkan dan dilatih ditempat ini. Disamping itu untuk memperluas jangkauan pembinaan, Kabupaten dan Kota juga perlu didorong untuk mengembangkan Instalasi Pembibitan Ternak, yang dapat dimulai dengan pembentukan UPTD Pembibitan Ternak di masing masing wilayah. Sementara di tingkat Provinsi sendiri, institusi UPTD IB, Perbibitan dan Pakan perlu dikembangkan, paling tidak menjadi 2 (dua) UPTD yaitu UPTD IB dan UPTD Perbibitan dan pakan Ternak.

c. Dukungan Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dibidang kesehatan hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, selain telah didukung oleh BPPV wilayah III Bandar Lampung yang membawahi 4 Propinsi (Lampung, Sumsel, Bangka Belitung dan Bengkulu), perlu menambah jumlah Poskeswan dari 12 unit yang ada saat ini, yaitu di Lampung Tengah (2), Metro (1), Lampung Timur (1), Lampung Selatan (3), Lampung Utara (1) Kota Bandar Lampung (1) dan Tulang Bawang (3), dalam kurun waktu 5 tahun kedepan paling tidak perlu dibangun lagi di 3 (tiga) Kabupaten lainnya. Bahkan dalam jangka panjang untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan hewan, Poskeswan atau dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu perlu dikembangkan pada sentra sentra pengembangan ternak di seluruh wilayah Propinsi. Yang perlu mendapat perhatian adalah penyediaan tenaga medis, paramedic , dan tenaga teknis lain serta peralatan pendukungnya sesuai dengan standar pelayanan minimal bidang kesehatan hewan dan kesehatan mesyarakat veteriner. Operasionalisasi Poskeswan kedepan diharapkan dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan swasta dan masyarakat, melalui bentuk kerjasama tripartite (Pemda, Swasta, Kelompok Peternak) atau bentuk kerjasama lainnya. Hal ini sangat dimungkinkan, karena beberapa jenis pelayanan di bidang keswan sudah dapat dibiayai oleh peternak sendiri. Disamping itu sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan dibidang kesehatan masyarakat veteriner dan sekaligus mencegah masuknya penyakit dari wilayah lain, maka pengawasan lalu lintas hewan, bahan asal hewan (BAH) dan hasil bahan asal Hewan (HBAH), fasilitasi dan pengawasan Rumah Potong Hewan, akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari kegiatan pembangunan peternakan secara keseluruhan.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 42: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 42

d. Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Hewan Menular

Penyakit flu burung atau avian influenza (AI), brucellosis, hog cholera, ramadewa, SE dan rabies merupakan penyakit hewan menular yang diprogramkan pemberantasan dan pengendaliannya secara Nasional ataupun regional. (1) Untuk penyakit rabies telah diprogramkan oleh semua Propinsi di Pulau

Sumatera dan bangka Belitung, bebas pada tahun 2007 (2) Penyakit flu burung dengan menggunakan metoda vaksinasi dan

pengetatan bio security, telah disepakati harus bebas pada tahun 2007 (3) Diharapkan Lampung ditetapkan bebas penyakit SE (free area), karena

sudah sejak tahun 1990 tidak pernak terjadi kasus penyakit tersebut, demikian juga dengan penyakit ramadewa.

(4) Penyakit hog cholera sampai saat ini dapat dilokalisir dan hanya terjadi di Kabupaten Lampung Timur,lima tahun kedepan penyakit ini diharapkan dapat bebas.

Operasionalisasi daripada upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit selain dilaksanakan dengan vaksinasi, peningkatan biosecurity, pengobatan massal, “early warning system”, surveillance dan pemetaan, juga dengan meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap lalu lintas hewan dan bahan asal hewan. Kegiatan tersebut didukung dengan keberadaan BPPV wilayah III Bandar Lampung, Pos cek poin yang ada di Lampung Selatan, tulang Bawang, Way Kanan dan Lampung Barat, 12 unit Poskeswan, Petugas kecamatan dan petugas medis dan paramedic swasta ataupun yang beroperasi secara mandiri.

e. Penyediaan mani beku dan Pelayanan Inseminasi Buatan

Mani beku sapi potong dan kambing diproduksi di IPMB Terbanggi Besar, sedangkan mani beku yang tidak dihasilkan di IPMB akan didatangkan dari BIB Lembang dan BIB Singosari atau impor. Sedangkan peningkatan produksi melalui penerapan embryo transfer, dilaksanakan bekerjasama dengan Balai Embryo Transfer Cipelang dan kelompok peternak . Implementasi daripada pelaksanaan pelayanan Inseminasi Buatan dan Embryo Transfer bekerjasama dengan Kabupaten/Kota dan para inseminator yang tersebar di 10 kabupaten / Kota sebanyak ± 180 orang, melalui pengembangan kelompok kelompok binaan yang dirancang melalui model “Village Breeding Centre” (VBC), sebagai upaya membentuk kelompok ternak “elite” sebagai sumber pejantan donor untuk IB dan betina donor untuk ET.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 43: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 43

Pelayanan Inseminasi Buatan dan embryo tangsfer serta bentuk pelayanan aspek reproduksi dan fisiologis lainnya, diarahkan untuk dapat dilaksanakan secara swadaya atau sharring yang adil antara pemerintah, peternak dan kalau memungkinkan fihak swasta.

3. Pengembangan Pakan

Pakan ternak merupakan factor produksi yang paling dominan dalam usaha peternakan, oleh karena itu dalam membangun peternakan yang mantap dan tangguh factor pakan akan menjadi kunci keberhasilan utama. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan produksi (populasi) dan produktivitas ternak yang akan berpengaruh langsung kepada pendapatan peternak, perlu dirancang upaya atau teknik untuk meningkatkan kualitas dan penyimpanan pakan serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pakan yang ada. Secara garis besar pendekatan teknis yang akan dikembangkan di Lampung adalah sebagai berikut :

a. Integrasi Ternak Dengan Tanaman Pertanian dan Perkebunan

Konsep paling efisien dalam pengembangan pakan untuk ruminansia adalah mengintegrasikan ternak ruminansia dengan usaha pertanian dan perkebunan, baik pada skala usaha tani kecil ataupun pada skala perusahaan pertanian / perkebunan. Berdasarkan perhitungan data tahun 2003, lahan perkebunan sawit, tebu, coklat, lada, kopi, singkong, nenas dan tanaman padi, dapat menampung ternak sapi sebanyak 549.000 ekor dan ternak kambing 1.830.000 ekor.

Hal yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan pola integrasi ternak ini adalah pemanfaatan pupuk organic yang dihasilkan dari kotoran ternak untuk menjaga kesuburan lahan. Dampak lain daripada pola ini akan mendukung pengembangan komoditi eksotik yang akan menjadi unggulan Lampung, yaitu antara lain :kopi dan lada organic.Secara teknis pemanfaatan pakan pada lahan pertanian dan perkebunan dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Integrasi ternak dengan perkebunan sawit

Sumber pakan pada pola integrasi dengan perkebunan sawit dapat diharapkan dari rumput yang tumbuh di bawah pohon sawit, pengolahan daun sawit, dan limbah pengolahan sawit. Meskipun demikian, tampaknya yang paling mudah adalah mengharapkan pada rumput yang tumbuh di bawah pohon sawit. Dengan demikian sangat diharapkan untuk mendorong diversikasi usaha perkebunan sawit dengan sisipan usaha penggemukan sapi. Kapasitas tampung ternak sapi pada perkebunan sawit ± 40.200 ekor

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 44: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 44

• Integrasi ternak dengan perkebunan tebu

Introduksi ternak sapi ke dalam perkebunan tebu sebenarnya telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda pada tahun 1830, yaitu mengintroduksi sapi Ongol kedalam perkebunan tebu, dengan tujuan sebagai alat transportasi tebu, kenyataannya saat ini sapi jenis Ongol dan peranakannya (PO) berkembang di Jawa khususnya disekitar perkebunan tebu. Untuk meningkatkan kualitas pakan yang bersumber dari daun pucuk tebu, terlebih dahulu dapat dilakukan fermentasi dan penambahan pakan acditive serta pemberian pakan konsentrat. Dengan demikian introduksi populasi baru di kawasan industri gula dapat dikatakan tidak ada masalah.

• Integrasi ternak dengan perkebunan nenas

Usaha penggemukan sapi yang terintegrasi dengan perkebunan nenas (pabrik pengalengan nenas) dengan memanfaatkan limbah telah dilaksanakan oleh salah satu perusahaan besar di Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Selain mampu menanggulangi persoalan limbah, perusahaan ini juga memanfaatkan pupuk organic untuk tanaman nenasnya, bermitra dengan peternak di sekitar serta menjual pakan yang berasal dari limbah nenas kepada peternak yang membutuhkan. Di Lampung masih terdapat 2 (dua) perusahaan perkebunan nenas yang memiliki potensi untuk dipadukan dengan usaha peternakan, yaitu di Kabupaten Lampung Tengah dan di Kabupaten Lampung Utara. Secara teknis limbah nenas ini juga dapat digunakan sebagai pakan ternak kambing dan domba.

• Integrasi ternak dengan perkebunan singkong

Potensi pakan hijauan yang berasal dari limbah tanaman singkong di Lampung pada tahun 2001 sebanyak 1,7 juta ton / tahun atau mampu menampung 1,70 juta ekor kambing, padahal populasi kambing tahun 2003 baru mencapai 810.000 ekor. Artinya kalau 50% saja potensi limbah singkong dimanfaatkan untuk ternak kambing, maka akan ada tambahan populasi sebanyak 850.000 ekor. Yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan limbah tanaman singkong untuk pakan adalah kandungan HCN yang dapat menyebabkan ternak keracunan. Dibeberapa tempat, ternak kambing telah mengalami adaptasi dan mampu mengkonsumsi daun singkong segar, bahkan ada yang sampai 100%. Upaya lain untuk meningkatkan daya guna daun singkong adalah dengan melalui pengolahan dan dapat disimpan dalam bentuk pellet, hay atau sillase

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 45: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 45

• Integrasi ternak dengan perkebunan kopi , lada dan coklat

Pengertian integrasi ternak kambing kedalam perkebuan kopi dan lada, lebih menekankan pada pemanfaatan tanaman pelindung yang biasanya menggunakan tanaman leguminosa (glirisidae , lamtoro dan dadap), kulit coklat, dan dedak kopi untuk campuran konsentrat, rumput yang ada di sekitarnya serta pemanfaatan pupuk organic untuk tanaman utama. Sehingga petani mendapatkan 2(dua) sumber nilai tambah, yaitu dari peningkatan produksi tanaman utama (kopi, lada dan coklat) serta dari produksi ternak kambing. Potensi pengembangan ternak kambing yang diintegrasikan dengan perkebunan coklat, kopi dan lada mencapai 130 -150.000 ekor

• Integrasi ternak dengan perkebunan pisang

Lampung merupakan salah satu pemasok utama buah pisang ke Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, dimana 67,9 % berada di Kabupaten Lampung Selatan. Dari luasan yang ada di Lampung (±4,5 juta rumpun) paling tidak bisa menampung ±45.000 ekor sapi per tahun, yang memanfaatkan bonggol, daun dan rumput disekitar kebun.

• Integrasi ternak dengan pertanian padi

Jerami padi di Lampung yang memiliki potensi sebagai pakan ternak dan mampu menampung sapi dan kerbau sebanyak ±341.565 ekor, belum banyak dimanfaatkan, sebagian besar masih dibakar. Padahal dengan sedikit proses pengolahan fermentasi, pengeringan dan tambahan unsur mikro, akan meningkatkan palatabilitas dan kandungan gizi sebagai pakan.

• Integrasi ternak itik di kawasan tambak udang

Integrasi ternak itik di kawasan tambak udang telah diintroduksikan sejak tahun 2002 di Kabupaten Tulang Bawang. Limbah dari tambak udang berupa kepala udang, memiliki kandungan protein dan mineral yang baik untuk pakan udang. Itik yang mengkonsumsi kepala udang menghasilkan telur dengan kuning telur yang khas yaitu berwarna orange.

b. Pengembangan Teknologi Pengolahan dan Penyimpanan Pakan

Teknologi pengolahan dan penyimpanan pakan yang perlu dikembangkan di Lampung antara lain : • Teknologi pengolahan dan penyimpanan jerami padi, pucuk tebu, kulit

kakao, daun dan batang singkong, pelepah dan tandan sawit, dan sumber hijauan lainnya, seperti fermentasi jerami, pembuatan sillase

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 46: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 46

• Teknologi penyusunan ransum, misalnya sampai berapa persen daun

singkong racun dapat diberikan dalam ransum kambing, atau maksimal berapa persen bungkil sawit ada dalam ransum ayam petelur serta pemberian feed supplement (misalnya supplement blok)

Tentu yang penting disini adalah, (1) meningkatkan akses dengan lembaga penelitian dan (2) bagaimana mengintroduksikannya kepada peternak

c. Gerakan penanaman dan pengembangan hijauan pakan

Mengingat masih rendahnya apresiasi peternak terhadap pakan ternak, maka dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemauan peternak dalam menyediakan pakan masih diperlukan kegiatan kegiatan yang bersifat ”gerakan”. Antara lain misalnya gerakan penghijauan dengan menggunakan tanaman leguminosa, gerakan tidak membakar jerami padi setelah panen, gerakan menanam rumput unggul atau gerakan pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan.

d. Inventarisasi Limbah Agroindustri

Kegiatan dalam 5 (lima) tahun mendatang yang dapat dilakukan adalah menginventarisasi ketersediaan semua bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Inventarisasi tersebut meliputi ketersediaan jumlah, lokasi, kondisi, serta teknologi pengolahan yang dibutuhkan. Informasi mendetail tentang hal ini sangat membantu pengembangan limbah agroindustri sebagai sumber pakan. Berbagai limbah agroindustri yang mungkin untuk dikembangkan adalah limbah perikanan, baik berupa ikan maupun udang; perkebunan kakao, perkebunan kelapa, industri tapioka, dan pabrik kacang tanah.

e. Pengembangan Pabrik Pakan Mini

Masalah pokok dalam penyediaan pakan ternak adalah rentang jarak yang terbentang lebar antara sumber bahan pakan, pabrik pakan, dan konsumen. Dengan demikian secara ideal antara sumber bahan, pabrik dan konsumen harus berada dalam satu lingkaran yang dekat. Pemikiran ini memunculkan konsep pengembangan pabrik pakan dalam skala kecil di kawasan pemeliharaan ternak. Pabrik pakan mini mempunyai skala usaha 1 – 3 ton per hari dengan jangkauan sebaran 10-20 Km dari lokasi pabrik. System produksi yang digunakan adalah Mix and Delivery , artinya setelah pakan dicampur

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 47: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 47

kemudian langsung didistribusikan. Proses ini lebih menguntungkan karena tidak diperlukan proses pengeringan. Pada 5 tahun pertama disarankan untuk membangun 5 pabrik pakan di 5 kabupaten yang mempunyai populasi ternak cukup padat. Dengan demikian setiap tahun dapat dibangun 1 pabrik pakan mini.

4. Pengembangan Usaha Peternakan Kebijakan pengembangan usaha peternakan dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan usaha agar investasi di bidang peternakan meningkat , sehingga tercipta peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Disamping itu kebijakan ini diperlukan untuk mempercepat proses transformasi melalui dukungan terhadap proses sebelum peroduksi, produksi / budidaya, pasca panen dan pemasaran. a. Dukungan Pra Produksi dan Pasca Produksi

Dukungan tersebut berupa upaya untuk meningkatkan investasi, standarisasi, akreditasi, sertifikasi dan pengawasan terhadap agro input yang meliputi bibit, pakan, obat obatan, vaksin, dan peralatan. Sedangkan dukungan terhadap kegiatan pasca produksi yaitu pengolahan hasil dan pemasaran dilakukan melalui penciptaan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha peternakan serta kemitraan antara perusahaan peternakan dan peternakan rakyat. Dukungan dan bimbingan ditujukan untuk memberikan kemudahan melalui pelayanan usaha, pelatihan / magang, incubator agribisnis, informasi pasar, promosi, temu usahan dan lain lain.

b. Dukungan Permodalan dan Investasi

Dukungan permodalan dilaksanakan dengan cara mendekatkan para peternak terhadap fasilitas permodalan yang ada seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP), kredit usaha kecil menengah (UKM), Surat Utang Pemerintah (SUP), modal ventura, kemitraan dengan perusahaan swasta atau melalui kebijakan anggaran ditingkat Propinsi ataupun Kabupaten. Sistem permodalan dengan cara bergulir melalui pola Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) sebagaimana yang telah berjalan selama ini, akan didorong terus untuk menjadi sumber permodalan alternative dan menjadi dana abadi para peternak.

c. Dukungan Informasi dan Promosi

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 48: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 48

Informasi pasar dan promosi yang berkaitan dengan pengembangan usaha sangat diperlukan. Pengembangan informasi melalui jaringan internet telah mulai dirintis dan akan terus dikembangkan sehingga menjadi media informasi yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Promosi dilakukan terutama terhadap komoditi unggulan peternakan Lampung yaitu sapi potong, kambing dan ayam ras sehingga dapat dikenal dan diminati oleh pasar, baik pasar Nasional ataupun pasar ekspor. Promosi juga dilakukan dalam rangka menarik minat para investor guna mengembangkan usaha peternakan , baik pada sector hulu, budidaya ataupun pengolahan. Yang tidak kalah pentingnya adalah juga promosi dalam rangka menanamkan kecintaan dan kebiasaan makan (food habit) produk produk hasil peternakan lokal serta upaya meningkatkan konsumsi protein hewani asal ternak (daging, telur dan susu). Gerakan Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI) dan gerakan peningkatan konsumsi daging, telur dan susu, masih sangat relevan untuk tetap diapresiasikan kepada masyarakat Lampung. Dengan demikian produk produk peternakan Lampung akan lebih diminati dan usaha peternakan akan berkembang lebih cepat.

5. Pengembangan Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong

Pengembangan usaha perbibitan ternak sapi potong akan tetap dikembangkan melalui model pengembangan sentra bibit pedesaan (Village Breeding Centre = VBC) dengan basis peternakan rakyat. Pada model ini selain mengoptimalkan fungsi fungsi teknis (genetic, reproduksi, fisiologi, pakan, kesehatan dan tatalaksana) juga diterapkan manajemen pengelolaan perbibitan ternak yaitu pencatatan, penimbangan/ pengukuran, seleksi dan penyortiran, kastrasi, IB, embryo transfer dan sertifikasi. Disamping itu aspek pasar juga menjadi hal yang sangat penting untuk dikelola secara kelembagaan. Pengembangan usaha pembibitan ternak sapi ini menjadi sangat strategis dan mutlak untuk mendapatkan porsi prioritas, karena sampai saat ini usaha penggemukan sapi sebagian besar masih tergantung pada bakalan impor. Usaha penggemukan selain dilaksanakan oleh perusahaan swasta, juga dikembangkan usaha penggemukan yang terintegrasi dengan VBC . Usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong selain dilaksanakan dengan model inti plasma dan VBC, dapat pula dilaksanakan melalui model kerjasama tripartite antara swasta, pemerintah dan peternak.

6. Pengembangan Usaha Sapi dan Kambing Perah

Pengembangan ternak sapi perah selalu dihubungkan dengan peternak yang memiliki keterampilan budidaya lebih baik, kelembagaan kelompok sebagai

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 49: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 49

pengelola, proses pengolahan, dan pemasaran (konsumen susu murni dan harga yang pantas). Keempat komponen penentu ini masih bermasalah pada sentra pengembangan sapi perah di Kecamatan Talang Padang dan Metro, walaupun sebenarnya pada kondisi saat ini semuanya bermuara pada harga jual susu di tingkat peternak dan produksi susu yang rendah, sebagai akibat dari kualitas bibit dan pakan yang dibawah standar. Dalam rangka pengembangan sapi perah kedepan perlu dilakukan upaya perbaikan sebagai berikut : a. Pada aspek teknis antara lain perlu ada perbaikan bibit, pakan, pelayanan

kesehatan dan tatalaksana pemeliharaan. b. Untuk mempermudah pembinaan dan meningkatkan posisi tawar peternak,

maka kelembagaan peternak harus di restrukturisasi c. Promosi yang luas agar masyarakat mau minum susu murni d. Kemitraan dengan perusahaan swasta e. Secara paralel perlu ada introduksi pengembangan ternak kambing yang

memproduksi susu. f. Perbaikan penanganan pasca panen g. Sebagai upaya terakhir tapi terbatas adalah subsidi atau bantuan pakan

konsentrat.

7. Pengembangan Usaha Pembibitan dan Penggemukan Kambing/ Domba

Peluang pasar ternak kambing kedepan sangat prospektif, terutama untuk memenuhi pasar Jakarta, banten , Jawa barat dan pasar ekspor ke Negara Negara Timur Tengah. Oleh karena itu ternak kambing dan ternak domba akan dikembangkan dengan sasaran menghasilkan ternak dengan bobot minimal 40 kg pada umur 10 bulan. Pengembangannya yaitu sebagaimana yang telah dilaksanakan saat ini pada ternak kambing, yaitu dengan cara persilangan antara kambing PE dengan Kambing Boer, dengan menggunakan teknologi inseminasi buatan dan pengembangan sentra sentra perbibitan.

8. Pengembangan Usaha Ayam Ras

Usaha peternakan ayam ras sudah sangat maju dan banyak ditentukan oleh peran swasta. Pemerintah dalam hal ini akan lebih banyak untuk mendorong untuk tumbuhnya iklim usaha yang kondusif dan membangun kemitraan antara swasta dan peternak yang lebih proporsional.

9. Pengembangan Usaha Burung Puyuh

Usaha peternakan burung puyuh dapat dilakukan pada lahan yang relatip sempit dan diusahakan secara intensif, oleh sebab itu ternak burung puyuh dapat dikembangkan di wilayah pinggiran perkotaan seperti Kota Bandar Lampung,

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 50: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 50

Metro, Kotabumi, Kalianda, Pringsewu, Bandarjaya, serta kota kota kabupaten dan kecamatan lainnya. Pengembangannya selain secara mandiri , dapat dilakukan dengan system bapak angkat atau kemitraan antara peternak dengan “poultry shops” atau distributor pakan / obat lainnya.

10. Pengembangan Intensifikasi Ayam Bukan Ras (buras) dan Itik

Sebagaimana diketahui bahwa komoditi ayam buras posisinya sangat strategis jika dikaitkan dengan upaya peningkatan konsumsi protein hewani asal ternak, karena hampir 100% keluarga petani di Lampung memelihara ayam buras walaupun dengan jumlah yang relative kecil. Oleh sebab itu program Intensifikasi Ayam Buras (intab) yang telah dintroduksi sejak tahun 1980-an, perlu “direplikasi” ulang dengan konsepsi yang telah disempurnakan, misalnya dikaitkan dengan upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit flu burung. Demikian juga dengan intensifikasi ternak itik (Intik)

11. Pengembangan Usaha Ternak Babi

Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan babi dilakukan terhadap wilayah wilayah yang secara social tidak menimbulkan penolakan, antara lain pada wilayah komunitas masyarakat Bali, seperti di kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah dan kabupaten Tulang bawang. Disamping itu juga Propinsi Lampung memiliki peluang untuk relokasi usaha peternakan Babi yang ada di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, baik dikembangkan pada komunitas masyarakat Bali ataupun dikembangkan secara khusus di Pulau Pulau yang ada di Lampung.

12. Pembinaan dan Pelayanan Teknis Ternak kerbau

Usaha ternak kerbau masih merupakan peternakan rakyat dengan pemeliharaan yang relative terbatas, karena pada umumnya memerlukan habitat di daerah rawa – rawa walaupun juga dapat dipelihara di dataran tinggi Selain itu jarak kelahiran ternak kerbau / calving interval) cukup panjang yaitu 18 – 20 bulan sehingga menyebabkan perkembangan ternak ini lambat dibandingkan dengan ternak sapi. Pengembangan ternak kerbau di Provinsi Lampung perlu mendapat perhatian mengingat ternak ini merupakan obyek penting dalam urusan adat istiadat suku Lampung, misalnya pada acara perkawinan, kematian dan sebagainya. Adapun pengembangan ternak ini dilakukan melalui peningkatan pembinaan dan pelayanan kesehatan hewan, persilangan dengan kerbau unggul lokal melalui

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 51: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 51

teknologi Inseminasi Buatan serta pengembangan pembuatan mani beku ternak kerbau.

13. Pengembangan Aneka Ternak

Sebagai upaya substitusi dan dalam rangka meningkatkan konsumsi daging, maka “ Aneka Ternak” yang terdiri dari kelinci, entok, angsa, kalkun dan rusa perlu dikembangkan lebih luas lagi, terutama komoditi yang sudah familier dengan petani di Lampung yaitu entok, angsa, kalkun dan kelinci.

Sedangkan ternak rusa masih diperlukan upaya sosialisasi dan ujicoba

secara terencana. Disamping itu juga dalam rangka meningkatkan pendapatan dan peluang usaha masyarakat dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan perlu dikembangkan juga ternak yang bersifat exotic atau ternak hias antara lain, ayam kipas, ayam kate, ayam cemani, ayam pelung, bekisar dan lain – lain.

14. Peningkatan Fungsi Koordinasi dan Kerjasama

a. Peningkatan fungsi Koordinasi antar Provinsi dengan Kabupaten/Kota, antar kabupaten kota dan antar Propinsi dengan Pusat

b. Peningkatan koordinasi lintas sector, hal ini sangat penting karena keberhasilan pembangunan peternakan lebih dari 60% ditentukan oleh sector lain

c. Peningkatan Kerjasama dan koordinasi dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi, organisasi profesi dan swasta

BAB VII RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2005 – 2009

A. ISSUE POKOK PEMBANGUNAN PETERNAKAN : 1. Konsumsi Protein hewani asal ternak masih rendah

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 52: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 52

Sebagaimana diketahui bahwa konsumsi protein hewani sangat menentukan tingkat kecerdasan seseorang, bahkan beberapa pakar mengukur tingkat keberhasilan pembangunan dari tingkat konsumsi protein hewani dan menganggap jika konsumsi protein hewani terlalu rendah akan terjadi apa yang disebut “ loose generation”. Secara Nasional konsumsi protein hewani asal ternak Indonesia masih sangat rendah. Jika dibandingkan dengan Negara Negara di Asia, Indonesia hanya berada di atas Banglades dengan tingkat konsumsi protein hewani 4,7 gram/kapita/hari atau 78,33% dari standar minimal FAO. Sebagai gambaran perbandingan tingkat konsumsi daging, telur dan susu beberapa Negara di Asia, dan Propinsi di Indonesia, sebagai berikut : Tabel 14. Perbandingan Konsumsi Daging, Telur dan Susu Beberapa

Negara di Asia dan Beberapa Propinsi di Indonesia tahun 2002

KONSUMSI (kg/kapita/tahu) NO NEGARA*/ PROPINSI** Daging Telur Susu

1 Banglades 3,08 0,68 31,55 2 China 39,00 10,10 2,96 3 Jepang 25,97 20,54 10,72 4 Malaysia 46,87 17,62 3,82 5 Philipina 24,96 4,51 0,25 6 Thailand 25,00 9,15 2,04 7 Indonesia 7,10 3,48 6,50 8 Lampung 6,84 4,63 3,71 9 Sumatera Barat 5,33 5,87 0,50 10 Sumatera Selatan 6,30 4,03 3,43 11 Bengkulu 3,97 3,50 1,50 12 DKI Jakarta 17,36 13,71 22,31 13 Jawa Barat 6,60 2,72 7,02 14 Sulawesi Selatan 4,21 6,53 3,01 15 Kalimantan Selatan 4,76 5,35 2,50

Berdasarkan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional tahun 1998 dan FAO, bahwa standar konsumsi minimal protein hewani asal ternak adalah protein hewani 6 gram/kapita/hari, daging 10,3 kg/kapita/tahun, telur 6,5 kg /kapita/tahun dan susu 7,2 kg/kapita/tahun. Sementara konsumsi protein hewani yang dicapai Propinsi Lampung pada tahun 2004 baru mencapai 4,15 gram/kapita/hari atau baru mencapai 69,16% dari standar minimal yang ditetapkan WKPG dan FAO. Pencapaian tersebut setara dengan konsumsi daging 7,09 kg/kapita/tahun (68,83%), telur 4,28 kg/kapita/tahun (65,85%) dan susu 4,35 kg/kapita/tahun (60,42%). Jika dilihat dari konsumsi masing masing komoditi, maka penduduk Lampung pada tahun 2004 baru makan daging sapi 0,97kg/kapita/tahun, kambing dan domba 0,30 kg, ayam kampung 3,55 kg, dan ayam ras 2,01 kg. Sementara konsumsi telur di Lampung pada tahun 2004 mencapai 68 butir/kapita/tahun. Bandingkan dengan konsumsi telur di Malaysia 300 butir/kapita/tahun, Filipina 70 butir, Thailand 100 butir, Vietnam 40 butir, serta konsumsi daging ayam

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 53: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 53

Malaysia 23 kg, Filipina 4 kg, Thailand 16,8 kg dan Vietnam 1 kg. Sementara konsumsi beras Nasional (133 kg/kapita/tahun) adalah konsumsi beras tertinggi di Dunia.

Issu rendahnya konsumsi protein hewani asal ternak, selain menyangkut aspek produksi dan distribusi, juga sangat terkait dengan daya beli masyarakat, tingkat pendidikan, budaya dan kebijakan pemerintah. Dari data tersebut di atas dan trend konsumsi produk peternakan dari tahun ke tahun di Propinsi Lampung, maka peranan produk unggas khususnya daging ayam kampung dan ayam broiler memegang peranan yang sangat penting, yaitu pada tahun 2004 mencapai 5,57 kg atau 78,56% dari total konsumsi daging. Dilihat dari sifatnya, komoditi unggas termasuk komoditi yang cepat dikembangkan. Artinya kebijakan pemerintah Propinsi Lampung dalam upaya meningkatkan konsumsi daging, perlu memprioritaskan kepada komoditi unggas. Karena selain cepat dikembangkan, dapat dipelihara oleh semua lapisan masyarakat, juga harganya relative terjangkau. Sebagai gambaran, jika sampai dengan tahun 2009 konsumsi daging ayam kampung ditargetkan naik 1 kg menjadi 4,55 kg/kapita per tahun, maka populasi (sesaat) pada tahun tersebut harus mencapai 16,15 juta ekor . Sedangkan ayam ras pedaging jika pada tahun 2009 ditargetkan naik 1 kg maka diperlukan populasi (kumulatif) sebesar 35,6 juta ekor atau diperlukan peningkatan populasi rata rata 10,76% per-tahun. Sementara pertumbuhan populasi ayam pedaging selama 5 tahun terakhir hanya 4,05 %.

2. Pengurasan populasi ternak terutama sapi dan kambing Diawali dengan berbagai program peningkatan populasi, produksi dan produktivitas ternak, yang secara monumental diawali dengan program BPSD (Bimbingan Peternak Sapi Pedaging) pada tahun 1977, kemudian dilanjutkan dengan proyek penyebaran ternak P3TK-IFAD pada tahun 1983, kemitraan penggemukan sapi, kemitraan ayam, yang didukung dengan peningkatan kualitas pelayanan yaitu kesehatan, inseminasi buatan, pengembangan pakan dan penyuluhan, serta program pendukung lainnya, baik yang dibiayai APBN ataupun APBD, maka secara bertahap yang dimulai tahun 1993, Propinsi Lampung dikenal sebagai penghasil ternak potong dan bibit dan secara rutin mensuplai ternak potong untuk kebutuhan pasar DKI Jakarta, Jawa Barat. Seiring dengan perjalanan waktu, Propinsi Lampung pun semakin dikenal sebagai salah satu Lumbung ternak Nasional. Akan tetapi setelah diberlakukannya UU nomor 22 tahun 1999, beberapa Propinsi di Sumatera melalui APBD dan APBN-nya banyak kegiatan pengadaan bibit ternak khususnya sapi dan kambing. Ternak tersebut sebagian dibeli (“dipindahkan”) dari Lampung, setiap tahun tidak kurang dari 40.000 ekor bibit sapi dan kambing “pindah” dari Lampung ke beberapa Propinsi di sumatera, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan. Sebenarnya ini adalah peluang yang sangat baik

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 54: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 54

untuk peternak di Lampung, akan tetapi jika pengeluaran ternak bibit yang berkualitas tidak dapat dikendalikan, maka secara bertahap Lampung akan kekurangan bibit betina dan pejantan unggul. Sebagai contoh, pada saat Propinsi Lampung sedang mulai mengembangkan kambing boerawa yaitu silangan antara Kambing PE dan Kambing Boer, dan dibeberapa sentra telah menghasilkan bibit, ternyata dengan iming iming harga yang cukup tinggi (Rp 1 – 1,5 juta per ekor kambing boerawa umur 8 bulan), peternak menjual kambing boerawanya. Hal tersebut sangat wajar dan sesuai dengan hukum ekonomi, akan tetapi persoalannya dikuatirkan pada saatnya nanti, Propinsi lain akan lebih cepat mengembangkan kambing boerawa karena memiliki sumber pembiayaan yang jauh lebih besar dari Lampung. Hal lain yang sampai saat ini juga menjadi bumerang dalam pengembangan peternakan di Lampung, adalah ketergantungannya terhadap sapi bakalan impor. Sapi bakalan lokal secara kualitas dan kuantitas belum mampu memenuhi kebutuhan usaha penggemukan sapi di Lampung yang membutuhkan 120.000 – 140.000 ekor bakalan per - tahun. Untuk ini juga perlu ada strategi pengembangan perbibitan yang komprehenship dan berkelanjutan, sehingga Lampung akan memiliki keunggulan ,daya saing dan tetap sebagai salah satu lumbung ternak Nasional.

3. Adanya wabah flu burung (avian influenza) dan penyakit strategis lainnya Penyakit flu burung pada unggas (avian influenza) di Lampung disebabkan oleh virus influenza A (highly pathogenic) dari family Orthomyxoviridae . Penyakit ini dapat menimbulkan kematian sampai 100% dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternak. Oleh sebab itu dalam rangka melindungi peternak dari kerugian yang besar, maka pemerintah telah menerbitkan pedoman pengendalian dan pemberantasan penyakit flu burung pada unggas. Adapun materi pokok dari pedoman tersebut antara lain berisi langkah langkah pencegahan dan pemberantasan yaitu, (1) pelaksanaan biosekuriti secara ketat, (2) pelaksanaan vaksinasi, (3) pembatasan lalulintas hewan dan bahan asal hewan, (4) surveillance dan penelusuran, (5) peningkatan kesadaran masyarakat, (6) stamping out serta (7) monitoring, pelaporan dan evaluasi. Mengingat penyakit ini merupakan penyakit yang baru muncul di Lampung (Indonesia) dan baru dikenal oleh masyarakat peternakan, maka upaya yang harus menjadi prioritas adalah sosialisasi kepada masyarakat peternakan. Penyakit ini juga telah menyebabkan terhentinya ekspor daging ayam dari Lampung ke Jepang, oleh karena itu untuk membebaskan penyakit ini selain langkah langkah sebagaimana tersebut di atas, perlu dukungan pembiayaan yang cukup besar baik dari APBD Propinsi, APBD Kabupaten / Kota, APBN dan partisipasi swasta dan masyarakat serta koordinasi vertical dan horizontal.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 55: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 55

Disamping penyakit Flu Burung, di Lampung juga terdapat beberapa penyakit menular dan strategis yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yaitu penyakit Brucellosis , Septichaemia Epyzotica (SE), Ramadewa pada sapi Bali, Hog Cholera, dan penyakit Rabies.

4. Kurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan peternakan dan kesehatan hewan

Pelayanan publik dibidang peternakan perlu dikembangkan menjadi lebih transparan, partisipatif, dan berorientasi pada pengguna. Privatisasi adalah salah satu metoda untuk meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, kendatipun biasanya kepentingan bisnisnya lebih dikedepankan, tapi yang penting dengan privatisasi akan terjadi persaingan yang sehat, sehingga peternak dapat memilih yang terbaik dengan harga yang terjangkau.

Upaya pemberdayaan masyarakat yaitu dengan memberi kekuasaan , mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan, merupakan bagian dari upaya meningkatkan pelayanan publik. Contoh pelayanan IB dan pelayanan kesehatan hewan berbasis masyarakat. Pelayanan publik dibidang peternakan yang masih perlu disosialisasikan dan dikembangkan antara lain perlindungan atau jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan produk peternakan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH), pendampingan dan penyuluhan, meningkatkan aksesibilitas peternak terhadap sumber permodalan dan teknologi, dan bentuk pelayanan public lainnya di bidang peternakan. Kurangnya akses peternak terhadap pelayanan public dibidang peternakan antara lain disebabkan banyaknya alih fungsi penyuluh pertanian, serta tidak adanya rekrutmen penyuluh dan petugas lapangan.

Disisi lain sebenarnya dengan diberlakukannya UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah seharusnya fungsi pelayanan publik semakin baik, karena dalam undang undang tersebut antara lain mengatur penyerahan wewenang dari pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia atau disebut desentralisasi. Pelimpahan kewenangan tersebut harus bertumpu pada batasan bahwa pelayanan yang dilimpahkan harus lebih efisiensi dan efektif. Tugas pelayanan tersebut dapat dilaksanakan oleh institusi diluar pemerintah atau dilakukan melalui swastanisasi, dimana upaya swastanisasi harus didasarkan pada asumsi bahwa lembaga sektor swasta mampu lebih fleksibel , dapat bersaing secara sehat diantara para penyedia jasa pelayanan serta mampu meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan harga yang pantas.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 56: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 56

5. Terbatasnya modal untuk pengembangan peternakan

Masalah ini merupakan factor pembatas utama yang selalu dihadapi para peternak. Akan tetapi persoalannya benarkah modal itu tidak ada ? ataukah peternak yang tidak memiliki kamampuan untuk akses ke sumber atau pemilik modal ? atau pemerintah yang belum berfihak kepada peternak ? atau lembaga keuangan dan pemilik modal yang sangat awam terhadap usaha peternakan yang sebenarnya layak ? atau antara peternak, kelompok peternak dengan pemilik modal / lembaga keuangan belum ada yang memfasilitasi ? atau aparat pemerintah (petugas peternakan) tidak melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat ? Ternyata banyak sekali kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan peternak tidak memiliki modal. Akan tetapi dari pertanyaan pertanyaan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada 3 (tiga) pemegang kendali primer yang memegang peranan, dalam hal ini yaitu pemilik modal atau lembaga keuangan, pemerintah, dan peternak Faktor lain yang secara paralel harus berdampingan dengan pengembangan aspek permodalan adalah : a. Menumbuhkan keberpihakan pemerintah (komitmen) untuk membangun

usaha dibidang peternakan dan kesehatan hewan khususnya pada skala kecil dan menengah.

b. Membangun dan menumbuhkan kepercayaan lembaga keuangan kepada peternak dan kelompok peternak,

c. Meningkatkan apresiasi lembaga keuangan dan pemilik modal lainnya terhadap berbagai usaha peternakan yang layak dibiayai

d. Meningkatkan kualitas pelayanan aparat pemerintah, terutama dalam hal pendampingan terhadap kelompok binaan dan difasilitasi secara langsung agar kelompok dapat berhubungan dengan lembaga keuangan

e. Adanya peraturan perundangan yang mendukung dan berfihak pada peternak.

6. Potensi sumberdaya alam belum dimanfaatkan secara optimal

Sebagaimana diketahui bahwa Lampung memiliki potensi sumberdaya alam yang mampu menampung ternak ruminansia sebanyak 1,41 juta unit ternak. Sampai dengan tahun 2003 ternak yang ada baru mencapai 468.180 unit ternak atau baru mencapai 33,20% dari potensi sumberdaya alam yang tersedia, atau masih tersedia ruang dan potensi pakan untuk 941.820 unit ternak. Jika pertumbuhan populasi ternak seperti saat ini yaitu 2-4%, maka untuk mencapai kapasitas daya tampung optimal (1,41 juta unit ternak), diperlukan waktu 35 – 40 tahun.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 57: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 57

Upaya kita tentu bagaimana mendorong agar potensi sumberdaya alam yang ada dapat secara optimal dimanfaatkan dan mempercepat waktu pencapaiannya, misalnya menjadi 10 atau 15 tahun. Disamping itu juga upaya peningkatan produksi selain dilaksanakan melalui peningkatan populasi ternak, juga dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas, antara lain peningkatan bobot hidup ternak, peningkatan pertambahan berat badan harian dan diversifikasi produk. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan teknologi yang mudah diaplikasikan oleh peternak, ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia, menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk pengembangan investasi serta yang tidak kalah pentingnya adalah membangun komitmen semua komponen pembangunan yaitu masyarakat, swasta & pemerintah.

7. Koordinasi antara Pusat, Propinsi dan Kabupaten

Kurang dan rancunya koordinasi antar Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota serta antara Pemerintah (pusat) dan Daerah Propinsi , antara lain merupakan salah satu dampak negative dari pelaksanaan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 4 ayat (2) yaitu “ Daerah Daerah sebagaimana disebut pada ayat (1), masing masing berdiri sendiri dan tidak mempunyai hubungan hierarki satu sama lain”. Walaupun UU nomor 22 tahun 1999 secara otomatis tidak berlaku lagi setelah terbitnya UU nomor 32 tahun 2004, akan tetapi nuansa pasal 4 ayat (2) pada UU nomor 22 tahun 1999, diperkirakan tidak akan serta merta merubah sikap dan perilaku dalam melaksanakan koordinasi sesuai dengan ketentuan yang baru.

8. Skala usaha peternakan belum ekonomis

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tahun 2002 di Propinsi Lampung, peternak yang memiliki sapi 1 – 3 ekor mencapai 43,70%, 4-6 ekor = 44,80%, 7-10 ekor = 8,75%, 11-20 ekor = 2,3% dan >20 0,45%. Sedangkan ternak kambing yang memiliki 1-10 ekor 61,25%, 11-20 ekor = 32,75% dan >20 ekor = 6,0%. Ternak babi 1-10 ekor = 58%, 11-30 ekor = 34,0% dan >30 ekor = 8,0%. Ternak itik ≤ 30 ekor = 70%, 31-50 ekor = 16,0% dan >50 ekor = 14,0%.

Dari angka sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peternak sapi potong yang skala usahanya masih termasuk skala usaha sambilan mencapai 88,5%, dan cabang usaha = 11,05%. Pada peternak kambing usaha sambilan 61,25% dan cabang usaha 32,70%, pada ternak babi usaha sambilan 58,0%, cabang usaha 34,0%, serta pada ternak itik 86,00% adalah usaha sambilan dan cabang usaha 14 %

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 58: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 58

Ciri daripada usaha peternakan yang sambilan dan cabang usaha adalah kurang efisien di dalam pengelolaan factor factor produksi. Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan daya saing kualitas produk peternakan, perlu adanya upaya peningkatan skala usaha secara bertahap, melalui peningkatan aksesibilitas peternak terhadap modal dan teknologi, peningkatan kualitas dan kontinuitas produk, dan perluasan pangsa pasar.

B. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1. VISI

MEWUJUDKAN LAMPUNG SEBAGAI LUMBUNG TERNAK YANG TANGGUH DAN MANDIRI

2. MISI

1. Meningkatkan populasi dan produksi ternak guna menyediakan bahan pangan asal ternak yang terjamin baik kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya, dengan harga terjangkau serta semakin berperan dlm menyediakan kebutuhan nasional

2. Mewujudkan sumberdaya manusia dan kelembagaan peternakan yg tangguh , mandiri dan professional

3. Meningkatkan daya saing produk unggulan peternakan Lampung 4. Memanfaatkan potensi sumberdaya alam local secara optimal, dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan.

3. TUJUAN

1) Meningkatkan konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat Lampung 2) Meningkatkan produktivitas ternak 3) Meningkatkan kualitas pelayanan di bidang peternakan 4) Meningkatkan skala usaha peternakan 5) Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi tepat guna terutama dibidang

pakan, reproduksi, budidaya dan pengolahan produk peternakan. 6) Meningkatkan kualitas dan kontinuitas produk unggulan peternakan yaitu

sapi potong dan kambing. 7) Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya 8) Meningkatkan peranan Provinsi Lampung sebagai salah satu Lumbung

ternak Nasional 9) Meningkatkan pendapatan peternak

4. SASARAN

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 59: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 59

Sasaran umum yang ingin dicapai pada tahun 2009 adalah :

1) Tercapainya konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat Lampung pada tahun 2009 sebesar 4,73 gram/kapita/hari

2) Terwujudnya peningkatan produktivitas ternak, antara lain : a. Tingkat kelahiran ternak pada tahun 2009 meningkat masing masing

ternak sapi potong menjadi 23,5 %, Kambing 40,15 %, kerbau 11,55 %, domba 39,15 %, dan babi 57,35 %

b. Service per conseption pelayanan IB ternak sapi pada tahun 2009 meningkat menjadi 1,39 %

c. Rata rata calving interval 14 bulan pada ternak sapi dan 8 bulan pada ternak kambing

3) Meningkatnya kualitas pelayanan publik dibidang peternakan, antara lain : a. Covering pelayanan kesehatan meningkat 40 % b. Covering pelayanan Inseminasi Buatan meningkat 26,63 %

4) Terwujudnya peningkatan skala usaha peternakan antara lain pada tahun 2009 skala usaha sambilan dan cabang usaha pada peternakan sapi potong meningkat statusnya 1 % dan 3,9 % , skala usaha ternak kambing 3 %, skala usaha ternak babi 5 % dan skala usaha ternak itik meningkat 2 %.

5) Populasi ternak sapipotong 55 % merupakan hasil IB dan ternak kambing 30 % merupakan kambing unggul hasil IB (Persilangan kambing Boer, PE).

6) Terwujudnya optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pengembangan peternakan pada tahun 2009 sebesar 5 %

7) Pengeluaran ternak ke Propinsi lain untuk kebutuhan bibit dan ternak potong pada tahun 2009 adalah: sapi potong 172.151 ekor, kambing dan domba 243.543 ekor kerbau 2.411 ekor, babi 24.478 ekor dan unggas 8,86 juta ekor

8) Pendapatan peternak minimal sama dengan UMR

C. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

Analisis lingkungan strategis adalah suatu analisis yang dilakukan secara objektif dan komprenship dengan mempergunakan data yang akurat, terbaru dan berasal dari lingkungan insternal dan eksternal. Analisis lingkungan strategis merupakan satu upaya objektif untuk merumuskan dan memformulasikan strategi pembangunan yang dilakukan dengan pendekatan “SWOT”, yaitu dengan menganalisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (pelunag dan ancaman) yang dihadapi, baik dalam pembanguanan daerah,sector ataupun dalam pembangunan sub sektor peternakan khususnya di Propinsi Lampung. Melalui analisis ini diharapkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung dapat melihat secara objektif kondisi-kondisisi internal dan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas fungsi manajemen, masyarakat, swasta dan pemerintah. Jadi perencanaan strategis sangat penting untuk memperoleh keunggulan kinerja baik berupa produk ataupun servis yang sesuai dengan keinginan dan tuntunan stakeholder sebagaimana yang tertuang dalam visi dan misi

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 60: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 60

yang telah ditetapkan serta dapat mengantisipasi dengan cepat kemungkinan perubahan yang juga terjadi dengan cepat.

1. Analisis Lingkungan Internal(Kekuatan dan Kelemahan) Secara riel Propinsi Lampung memiliki kekuatan besar yang mampu mempercepat lajunya perkembangan peternakan, tapi juga sekaligus memiliki kelemehan yang kemungkinan besar dapat menghambat kemajuan dan / atau rencana pembangunan peternakan yang telah ditetapkan. Dengan mengetahui kelemahan dan kekuatan internal sejak dini, diharapkan seluruh jajaran dan masyarakat peternakan mampu menagntisipasi dan mampu mengubah kekuatan menjadi peluang, serta mengubah kelemahan menjadi ancaman yang harus diatasi. Secara sistematis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Propinsi Lampung dalam pembangunan peternakan adalah sebagai berikut : a. Kekuatan

1) Sumberdaya Alam • Lahan sebagai basis ekologi. sumber pakan dan tempat budidaya

dimiliki Lampung sangat luas yaitu 3,3 juta ha, dimana 54,18% -nya adalah lahan yang dapt dipergunakan untuk budidaya ternak

• Kapasitas tampung Lampung untuk ternak ruminansia sebanyak 1,41 juta unit ternak, sementara pada tahun 2003 baru mencapai 33,20% atau 468.180 unit ternak

• Bahan baku pakan konsentrat melimpah di Lampung, anatara lain jagung, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil sawit, mollase, kulit biji kopi, gaplek dan lain lain

2) Letak geografis dan tofografis

o Letak geografis Lampung sangat strategis karena berada di pintu gerbang Sumatera dan Jawa

3) Pasar

Lampung dekat dengan pasar raksasa DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Sampai saat ini Lampung menjadi salah satu pemasok ternak potong ke DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat serta bibit sapi dan kambing ke Propinsi di Sumatera

Lampung memiliki komoditi yang mempunyai prospek untuk di ekspor yaitu ternak kambing, ayam ras dan pakan ternak

Potensi pasar lokal juga masih dapat ditingkatkan, mengingat konsumsi daging, tellur dan susu masih rendah

4) Perusahaan Swasta Perusahaan swasta telah banyak berkembang di Lampung antara

lain bergerak di bidang penggemukan sapi potong, ayam ras, pakan ternak dan distributor / deppo obat hewan

Beberapa perusahaan swasta telah melakukan kemitraan dengan kelompok peternak disekitarnya

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 61: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 61

5) Komoditi unggulan Komoditi ternak unggulan Lampung telah dikenal oleh masyarakat

di luar Propinsi , yaitu sapi potong dan kambing

6) Kebijakan Pemerintah Dukungan pemerintah Provinsi & Kab/Kota untuk menjadikan

Lampung sebagai Lumbung Ternak Nasional Dukungan pembiayaan melalui APBD Propinsi cenderung terus

meningkat

7) Sarana dan Prasarana

• Propinsi Lampung telah memiliki Instalasi pembuatan mani Beku di Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah

• Prasarana pendukung lainnya adalah BPPV, Pelabuhan Internasional Panjang, BPTP, karantina hewan, Poskeswan, Pos Satgas, dan Pos Inseminasi Buatan

b. Kelemahan

1) Sumberdaya Manusia • Pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak relative rendah, hal

ini antara lain disebabkan tingkat pendidikan formal petani ternak juga rendah, yaitu SD kebawah.

• Tenaga kerja terdidik justru lebih tertarik bekerja di kota kota besar • Aksesibilitas kelembagaan peternak terhadap modal, teknologi dan

informasi masih sangat rendah

2) Modal • Para peternak pada umumnya tidak memiliki modal yang cukup • Skala usaha beternak umumnya masih rendah • Lembaga permodalan sulit diakses oleh peternak pada umumnya • Kebijakan makro dibidang permodalan belum menyentuh para

peternak kecil dipedesaan, sementara peternak sendiri aksesibilitasnya rendah

3) Ternak

• Kualitas bibit dan produktivitas ternak di Lampung masih rendah • Usaha perbibitan ternak belum diminati oleh perusahaan swasta • Tingkat kepemilikan ternak relatip masih rendah • Data populasi ternak kurang akurat • Usaha penggemukan sapi potong masih tergantung pada bakalan

umpor

4) Peralatan , Mesin dan Bahan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 62: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 62

• Sebagian besar peralatan dan mesin peternakan masih tergantung dari barang impor, antara lain peralatan IB, peralatan kesehatan hewan, peralatan dan msin budidaya

• Bengkel alat alat peternakan belum berkembang dengan baik

5) Obat dan pakan Sebagian bahan baku obat dan obat hewan masih diimpor Sebagian bahan baku pakan konsentrat antara lain tepung ikan

masih tergantung dari bahan baku impor

6) Kesehatan Hewan Masih adanya penyakit hewan menular di Lampung antara lain

SE, Brucellosis. Hog Cholera, Ramadewa, Flu Burung, dan ND Lalu lintas hewan antar Pulau dan antar Propinsi sulit

dikendalikan, sehingga dapat menimbulkan penyebaran penyakit Jumlah Poskeswan dan petugas pelayanan kesehatan sangat

terbatas .

7) Kebijakan Pemerintah • Pungutan retribusi di Kabupaten / Kota yang kontra produktip

karena semakin menambah biaya produksi • Perencanaan dan pembiayaan pembangunan peternakan yang

kurang tepat • Adanya euphoria otonomi daerah

2. Analisis Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)

a. Peluang

1) Mengintegrasikan usaha peternakan kedalam usaha / perusahaan pertanian, perkebunan dan perikanan serta optimalisasi pemanfaatan lahan marginal

2) Lampung memiliki kapasitas tampung ternak ruminansia sebanyak 1,41 juta AU, sementara yang ada baru mencapai 33,20 %, jadi masih ada peluang pengembangan sebesar 66,80 %

3) Mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku pakan lokal 4) Meningkatkan produktivitas ternakmelalui penggunaan bibit unggul,

teknologi dan tatalaksana budidaya yang efisien

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 63: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 63

5) Pengembangan ternak kambing Boerawa yang memiliki potensi pasar di dalam dan di Luar Negeri

6) Lampung memiliki potensi bahan baku pakan yang melimpah, baik bahan baku konsentrat ataupun hijauan. Dapat dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi produksi ataupun untuk pasar ekspor

7) Ayam ras yang merupakan salah satu unggulan Lampung, dapat dirintis ulang sebagai komoditi ekspor, dan sebagai substitusi daging merah (sapi, kerbau, kambing, domba dan babi)

8) Dengan semakin baiknya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan di Lampung serta masih rendahnya konsumsi protein hewani masyarakat Lampung, maka ini akan menjadi potensi pasar yang cukup besar

9) Dengan semakin dikenalnya Lampung sebagai salah satu Lumbung ternak Nasional dan iklim usaha yang semakin kondusip, akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya dalam bidang peternakan di Lampung .

10) Letak geografis Lampung yang dekat denga pasar raksasa DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, ditunjang dengan potensi sumberdaya alam serta iklim usaha yang semakin baik, juga menjadi daya tarik investasi

b. Ancaman 1) Globalisasi perdagangan 2) Euporia otonomi daerah 3) Semakin tingginya ketergantungan dan keterkaitan antar sektor 4) Adanya tuntutan efisiensi, kualitas dan kontinuitas produk 5) Out break penyakit flu burung dan penyakit hewan menular lainnya 6) Pengurasan populasi sapi potong dan kerbau yang diakibatkan

pengeluaran yang tidak terkendali dan pemotongan ternak betina produktip

7) Ketergantungan pasokan sapi bakalan dari Australia 8) Kemungkinan terjadinya bioterorisme 9) Restrukturisasi organisasi

D. STRATEGI (CARA MENCAPAI TUJUAN & SASARAN)

1. KEBIJAKAN

Kebijakan yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan peternakan di Propinsi Lampung adalah :

Kebijakan yang digunakan dalam rangka meningkatkan konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat Lampung (Tujuan 1) , antara lain: a. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap manfaat protein hewani bagi

tubuh manusia b. Meningkatkan produksi daging, telur dan susu, agar harganya terjangkau

masyarakat

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 64: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 64

c. Diversifikasi terhadap jenis produk peternakan yang biasa dikonsumsi masyarakat dengan dengan produk peternakan lain yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Misalnya mengembangkan ternak kelinci, burung merpati atau yang semula fokus terhadap daging sapi (daging merah) ke daging ayam (daging putih) yang memiliki fleksibilitas yang tinggi

d. Pengembangan pengolahan pasca panen produk produk peternakan menjadi bahan konsumsi yang menarik dan aman dikonsumsi

e. Hal lain yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi protein hewani adalah daya beli, budaya dan tingkat pendidikan masyarakat, oleh karena itu peningkatan koordinasi lintas sector menjadi sangat penting.

Kebijakan yang digunakan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak (Tujuan 2), antara lain : a. Meningkatkan pemanfaatan teknologi tepatguna bekerjasama dengan

lembaga penelitian, perguruan tinggi dan perusahaan swasta b. Meningkatkan kinerja aspek aspek bibit, pakan, kesehatan, reproduksi dan

fisiologi ternak dan tatalaksana pemeliharaan c. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak

Kebijakan yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pelayanan di bidang peternakan (Tujuan 3), antara lain : a. Melakukan swastanisasi atau mengembangkan metoda pelayanan public

berbasis masyarakat di bidang peternakan b. Didukung dengan organisasi yang terdesentralisasi, efektip dan efisien c. Didukung dengan adanya perubahan perilaku dari pemberi pelayanan atau

mengubah sikap dan mental model (Oentarto,2004) d. Merumuskan pedoman standar pelayanan minimal di bidang peternakan dan

kesehatan hewan

Kebijakan yang digunakan dalam rangka meningkatkan skala usaha peternakan (Tujuan 4), antara lain : a. Meningkatkan aksesibilitas peternak / kelompok peternak kepada lembaga

keuangan dan pemilik modal b. Mengembangkan pola usaha peternakan yang efisien, efektip dan

menguntungkan, misalnya melalui introduksi pengolahan dan penyimpanan pakan, kemitraan dan berkelompok.

Kebijakan yang digunakan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dibidang pakan reproduksi, keswan tatalaksana pemeliharaan dan pengolahan produk peternakan (Tujuan 5), adalah antara lain : a. Mengembangkan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan, murah dan

mudah dilaksanakan oleh peternak b. Meningkatkan kerjasama dengan Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi dan

Perusahaan Swasta c. Melaksanakan percontohan, pelatihan, magang dan pendampingan

pemanfaatan teknologi pada pra produksi budidaya dan pasca panen

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 65: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 65

Kebijakan yang digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kontinuitas produk unggulan peternakan (Tujuan 6), antara lain : a. Optimalisasi pemanfaatan teknologi antara lain, penggunaan bibit unggul,

IB, embryo transfer, b. Memfasilitasi dan mendorong pemerintah pusat, pemda dan swasta untuk

mengimpor bibit unggul terutama sapi, kambing dan GPS ayam ras c. Mengembangangkan kawasan produk peternakan unggulan d. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pakan local untuk

mengganti/mengurangi ketergantungan impor bahan baku pakan. Kebijakan yang digunakan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam (Tujuan 7), antara lain : a. Mendorong atau bekerjasama dengan perusahaan swasta untuk

memanfaatkan limbah perkebunan, pertanian dan perikanan sebagai pakan ternak melalui pola integrasi

b. Mendorong perusahaan swasta dibidang perkebunan/ pertanian dan agroindustri lainnya untuk membuka usaha terpadu dengan memasukan usaha peteranakan sebagai cabang atau bagian dari perusahaan intinya.

c. Mengembangkan teknologi pengolahan dan penyimpanan pakan yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan dan perikanan

d. Menggali sumber permodalan untuk mendukung usaha peternakan yang terintegrasi dengan usaha pertanian/perkebunan/perikanan.

Kebijakan yang digunakan dalam rangka meningkatkan peranan Propinsi Lampung sebagai salah satu Lumbung ternak Nasional (Tujuan 8), antara lain : a. Melakukan percepatan peningkatan populasi ternak melalui pengembangan

system perbibitan, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan peningkatan kualitas pakan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan hewan dan IB, pengendalian pemotongan betina produktif dan pengendalian pengeluaran bibit unggul keluar Propinsi

b. Mengembangkan pola integrasi ternak kedalam perusahaan petani & perkebunan serta agroindustri lainnya.

c. Mengembangkan komoditi ternak unggulan Lampung yang tidak dimiliki oleh wilayah lain antara lain ternak kambing Boer, Boerawa dan penggemukan sapi eks impor

d. Memberikan insentif bagi investor yang mengembangkan usahanya secara bermitra dengan masyarakat sekitar

Kebijakan yang digunakan dalam rangka meningkatkan pendapatan peternak, (Tujuan 9), adalah : a. Meningkatkan skala usaha dan produktivitas ternak b. Meningkatkan aksesibilitas peternak terhadap sumber permodalan dan

teknologi c. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan (PSK) peternak

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 66: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 66

d. Mendorong tumbuhnya dan memfasilitasi kelembagaan peternak menjadi kelembagaan yang mampu berperan sebagai mediator bagi anggotanya untuk membangun usaha peternakan

e. Meningkatkan pangsa pasar produk produk peternakan

2. PROGRAM PRIORITAS 1) Program Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dan

Kelembagaan Peternakan

a. Arah Program ini diarahkan untuk menciptakan sumberdaya manusia dan kelembagaan peternakan yang tangguh dan mandiri, mampu mengoptimalkan dan mengakses sunber daya (alam, modal dan teknplogi), untuk memperoleh manfaat yang sebesar besarnya bagi peningkatan produksi dan produktivitas ternak dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

b. Tujuan

a) Meningkatkan profesionalisme dan produktivitas peternak dan petugas

b) Meningkatkan peranan dan kualitas kelembagaan peternak dan kelembagaan lain yang mendukung pembangunan dibidang peternakan

c) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak

2) Program Pengembangan Integrasi Ternak dengan Tanaman Pertanian/ Perkebunan

a. Arah

Program ini diarahkan untuk mendorong perusahaan perkebunan / pertanian dan agroindustri lainnya untuk melaksanakan diversifikasi usaha bidang peternakan dan mengembangkan kemitraan dengan nilai ternak yang ada disekitar perusahaan.

b. Tujuan

a) Meningkatkan “capacity building” dari padalahan usaha pertanian/perkebunan sekaligus meningkatkan pendapatan per satuan luas lahan usaha

b) Meningkatkan populasi ternak c) Meningkatkan pendapatan peternak disekitar perusahaan d) Mengembangkan usaha tani terpadu.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 67: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 67

3) Program Peningkatan Produksi & Produktivitas Ternak

a. Arah Program ini diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, melalui penerapan panca usaha ternak, yaitu penggunaan bibit unggul, penanganan dan penerapan teknologi reproduksi, pengembangan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pakan, penanganan kesehatan hewan dan pengelolaan / tatalaksana budidaya

b. Tujuan

e) Mendorong percepatan peningkatan populasi ternak f) Mempertahankan stabilitas potensi Lampung sebagai lumbung

ternak Nasional g) Mengembangkan potensi Lampung sebagai salah satu pusat bibit

ternak sapi dan kambing h) Menyediakan daging, telur, susu serta produk olahannya untuk

konsumsi masyarakat Lampung dalam jumlah dan kualitas yang cukup serta harga yang terjangkau

i) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak

4) Program Pembinaan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner a. Arah

Program ini diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan hewan peliharaan dan ternak milik peternakan rakyat melalui upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian dan penolakan penyakit hewan serta peningkatan kualitas pelayanan dibidang kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet)

b. Tujuan a) Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak b) Menurunkan tingkat kematian (mortalitas) dan derajat kejadian

penyakit (morbiditas) c) Meningkatkan kesehatan lingkungan budidaya d) Mencegah tejadinya penularan penyakit zoonosis dari hewan

l\kepada manusia e) Meningkatkan keamanan dan kesehatan produk produk peternakan

yang dikonsumsi, dengan mengembangkan produk yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal)

f) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 68: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 68

5) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan dibidang Peternakan

a. Arah Program ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan public dibidang peternakan yang lebih berorientasi kepada pengguna, partisipatip, transparan, serta dengan mengembangkan bentuk bentuk pelayanan yang berbasis masyarakat dan swastanisasi, terutama dalam bidang kesehatan hewan, inseminasi buatan, penyuluhan dan pelatihan teknis, peningkatan pemberdayaan peternak dan kelompok peternak, pengembangan perbibitan dan pakan ternak.

b. Tujuan a) Meningkatkan partisipasi dan peranan masyarakat dan swasta b) Meningkatkan tingkat keberhasilan pelayanan Inseminasi buatan c) Meningkatkan derajat kesehatan, menekan tingkat kematian dan

tidak terjadinya out break penyakit hewan menular d) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak

6) Program Pengembangan agribisnis dan kemitraan peternakan

a. Arah Program ini diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi pedesaan, guna memperoleh nilai tambah yang tinggi dengan masukan teknologi, manajemen dan akses pasar. Dalam hubungan ini peranserta swasta dan badan usaha lain untuk ikut berpartisipasi mewujudkan industri peernakan yang sinergis dengan peternakan rakyat dan sumberdaya local

b. Tujuan

a) Meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran hasil serta meningkatkan kualitas dan daya saing produk di pasar dalam dan luar negeri

b) Menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya agribisnis dan agroindustri, serta meningkatkan investasi di bidang peternakan

c) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak d) Mengembangkan kemitraan peternakan yang adil dan saling

menguntungkan

7) Mengembangkan Ternak Kambing Boerawa

a. Arah Program ini diarahkan untuk Pengembangan Kambing Boerawa yang merupakan hasil persilangan antara kambing Boer Dengan Kambing peranakan Etawa adalah membuka peluang pasar export kambing potong ke pasar Timur Tengah.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 69: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 69

b. Tujuan a) Meningkatkan bobot kambing potong, diharapkan pada umur 8 bulan

dapat mencapai bobot 30 – 40 kg b) Mengembangkan kawasan pembibitan kambing Boerawa c) Meningkatkan kualitas daging kambing melalui persilangan dan

perlakuan lainnya

8) Program Peningkatan kualitas data dan Perencanaan Pembangunan Peternakan

a. Arah

Program ini diarahkan untuk mewujudkan perencanaan pembangunan peternakan yang akuntabel, yang didukung dengan ketersediaan data peternakan yang akurat dan omprehenship.

b. Tujuan a) Meningkatkan kualitas data peternakan yaitu data yang memenuhi

criteria akurat, komprehenship dan tepat waktu b) Meningkatkan kualitas pelayanan penyediaan data dan informasi

bidang peternakan c) Meningkatkan kualitas perencanaan dan proses pelaksanaan

pembangunan peternakan

9) Program Pengembangan Ternak Perah

a. Arah Arah dari pengembangan Kambing Boerawa yang merupakan hasil persilangan antara kambing Boer Dengan Kambing peranakan Etawa adalah membuka peluang pasar export kambing potong ke pasar Timur Tengah.

b. Tujuan 1. Mengembangkan sentra – sentra peternakan sapi dan kambing perah 2. Meningkatkan kualitas budidaya peternakan sapi dan kambing perah 3. Meningkatkan kualitas SDM peternak sapi dan kambing perah 4. Meningkatkan populasi sapi dan kambing perah 5. Meningkatkan konsumsi susu murni

10) Pengembangan & Pembinaan Ternak Kerbau & Aneka Ternak

a. Arah Program ini diarahkan untuk mengembalikan peranan ternak kerbau sebagai ternak unggulan Lampung serta mengembangkan aneka ternak sebagai komoditi substitusi untuk memenuhi kebutuhan daging.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 70: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 70

b. Tujuan a) Meningkatkan populasi & produksi ternak kerbau b) Meningkatkan peranan aneka ternak dan unggas dalam memenuhi

kebutuhan daging dan telur c) Mengembangkan komoditi aneka ternak sebagai alternative usaha

dibidang peternakan.

E. MATRIKS PROGRAM PRIORITAS, PROGRAM AKSI DAN INDIKATOR KINERJA TAHUN 2005 – 2009

1. Program Prioritas, Program Aksi & Indikator Kinerja Tahun 2005

PROGRAM PRIORITAS

PROGRAM AKSI TAHUN 2005 INDIKATOR KINERJA

1. Peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan peternakan

1. Lomba Kelompok Peternak 2. Magang dan pelatihan penyuluh

pertanian (PPL) 3. Promosi dan sosialisasi produk

unggulan peternakan 4. Pembinaan klp. Pet. Penerima integrasi 5. Pembinaan klp pet. Penerima bantuan

mesin pakan 6. Pembinaan kampong tua

o Terpilihnya juara 1,2 dan 3 lomba kelompok, yang terdiri dari 5 jenis & dapat menjadi contoh.

o ± 450 anggota kelp dan ±1500 anggota kelp lainnya termotipasi u/ meningkatkan kualitas usahanya

Peternak peserta magang 20 orang PPL peserta pelatihan 50 orang Dikenalnya produk unggulan pet.

Lampung oleh Masyarakat Meningkatnya pangsa pasar produk

unggulan pet.Lampung

Meningkatnya kualitas keg. (kelembagaan Adm, budidaya, pengelola keuangan)

2. Pembinaan Kesehatan Hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

1. Pemberantasan dan pengendalian penyakit Flu Burung

2. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit hewan menular pada ternak

3. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit rabies 4. Pembinaan dan pelayanan kesehatan

masyarakat veteriner

o Tidak terjadi out break penyakit flu burung

o Masy memahami dan terampil cara pengend & penolakan peny. flu burung Tdk terjadi out break penyakit hewan menular di Lampung Kerugian peternak dapat dihindari

Menurunnya kasus gigitan oleh hewan penular rabies

Masyarakat merasa aman mengkonsumsi produk peternakan (daging, telur susu) Menurunnya kasus penularan penyakit zoonosis

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 71: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 71

3. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak

1. Pengembangan perbibitan ternak

2. Pembuatan mani beku di IPMB Terbanggi Besar

3. Pembin. & peningk. kualitas pakan serta pengemb. integrasi ternak dgn tanaman pertanian / perkebunan

4. Pelayanan redistribusi dan penjualan ternak tidak layak bibit asset pemda Propinsi - Pembinaan teknis adm. Gaduhan ternak

asset Pemerintah Propinsi Lampung

5. Pengembangan perbibitan Kambing di IPKU Negeri Sakti

6. Pengembangan perbibitan ternak sapi bali di IPSB Campang Tiga

7. Pembinaan dan pengawasan pengemb

perbibitan ternak pemerintah

Terwujudnya klpk klpk VBC sapi kambing, ayam buras dan itik, Berkembangnya jenis jenis ternak bibit hasil silangan, di kelompok peternak Meningkatnya produk ternak bibit.

Produksi mani beku sapi 35.000

dosis dan Kambing 10.000 dosis Meningkatnya performan IPMB

Terbanggi besar o Meningkatnya pengetahuan, sikap dan

keterampilan (PSK) peternak dalam mengelola dan memanfaatkan pakan & kompos

o Berkembangnya pemanfaatan limbah pertanian/ perkebunan dan perikanan untuk pakan & kotoran untuk pupuk tanaman

o Tumbuhnya minat perusahaan swasta/agroindustri untuk mengemb. usaha Peternakan secara terpadu

Terealisasinya :

Ternak setoran layak bbt 100 ekor Revolving 100 ekor Jmlh penggaduh baru 100 KK Terbinanya teknis adm. Gaduhan ternak asset Pem. Prop.Lampung - Lokasi 100 Desa - Kec. 66 Kec - Kab. 8 Kab.

Menghasilkan bibit kambing Boer,

Boerawa, PE & Saanen yg berkualitas sebanyak 18 ekor

Menghasilkan pejantan unggul untuk diambil maninya sebanyak 2 ekor

Mengasilkan bibit sapi bali unggul 7 ekor/tahun Menghasilkan pejantan sapi bali untuk diambil maninya sebanyak 2 ekor

Tertib laporan, tertib pengelolaan adm gaduhan ternak

4. Peningkatan kualitas pelayanan di bidang peternakan

1. Peningkatan kualitas pelayanan Inseminasi Buatan dan kesehatan hewan

2. Penyusunan perencanaan 2006,

pengumpulan dan pengolahan data 2005 serta Pemantauan dan Evaluasi

Covering pelay. IB meningkat 5% S/C 1,39 % dan CR 80%

Tersedia publikasi data dalam bentuk

buku statistic, buku saku, dan situs internet

Up dating data di web site berjalan dengan baik

Tersusunnya perencanaan pemb. Pet. yang akuntabel, realistis dan meng-

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 72: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 72

3. Penyusunan dan sosialisasi Standar

Pelayanan Minimal (SPM) bidang peternakan

akomodasi aspirasi & peran serta masy SPM yang telah disusun difahami

dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

Tersusunnya SPM bidang tertentu

5. Pngemb. agribisnis peternakan

1. Pembinaan dan pengembangan ternak dengan pola integrasi

2. Demplot pabrik pakan ternak

Termanfaatkannya limbah tanaman pisang untuk pakan

Identifikasi tanaman tebu, jerami padi Terbangunnya 2 unit pabrik pakan

ternak di kelpk peternak Harga pakan lebih murah, peternak

dapat nilai tambah Percontohan pabrik pakan 2 unit

6. Peningkatan kualitas data & perenc. Pemb. Pet.

1. Pengumpulan, Pengolahan dan publikasi data

2. Penyusunan perencanaan pemb. peternakan tahun 2006

3. Monitoring dan Pengendalian

Tersusun dan terpublikasikan nya data pemb. Peternakan

Tersusunnya perenc. Pemb. Pet tahun 2006 yang akuntabel, realistis dan akomodatif

Kegiatan pemb.pet. dapat di laks. dgn baik (tepat waktu, mutu sasaran)

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 73: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 73

2. Program Prioritas, Program Aksi & Indikator Kinerja Tahun 2006 PROGRAM PRIORITAS

PROGRAM AKSI TAHUN 2006 INDIKATOR KINERJA

1. Peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan peternakan

1. Lomba Kelompok Peternak 2. Latihan petugas IB, Neg.Sakti &

Campang Tiga 3. Latihan petugas & pengawasan

Kesmavet 4. Pelatihan Teknis Pet. KCD & PPL 5. Kontes Ternak 6. Pemb. Kelp. Peternak Kampung Tua 7. Latihan pengolah produk pet. 8. Latihan teknis bagi petugas.

o Terpilihnya juara 1,2 dan 3 lomba kelompok, yang terdiri dari 5 jenis

o ± 450 anggota kelp dan ±1500 anggota kelp lainnya termotipasi u/ meningkatkan kualitas usahanya

Peternak peserta magang 20 orang PPL peserta pelatihan 50 orang

Meningkatnya kualitas pelayan

bidang pet di tingkat Kecamatan (50 Kec)

Dikenalnya produk unggulan

peternakan Lampung oleh Masyarakat

Meningkatnya pangsa pasar produk unggulan peternakan Lampung

2. Pengembangan

Integ. Ternak 1. Sosialisasi integrasi ternak dengan

tanaman perkebunan, pertanian dan Perikanan.

2. Demplot pola integrasi sapi dengan

perkebunan tebu (Pengelolaan pucuk tebu)

3. Demplot pola integrasi ternak kambing pola perkebunan coklat/kopi, lada dan singkong.

4. Demplot pola integrasi sapi pada usaha tani padi

5. Demplot pola integrasi ternak kamb. Pada usaha tani padi

Konsepsi integrasi ternak dengan tanaman perkebunan dikenal masy. Dari swasta.

Tersedia leaflet (10.000 Exp) Proposal pola integrasi.

• Tersedia demplot pola integrasi sapi – tebu, sapi- pisang, sapi – padi

• Meningkatkan PSK Peternak dapat menarik minat swasta untuk mengembangkan pola integrasi.

3. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak

1. Pengembangan perbibitan ternak (Sapi, Kambing, Ayam Buras, Itik)

2. Pembuatan mani beku di IPMB

Terbanggi Besar 3. Pengembangan pejantan unggul

(Sapi,Kambing,Kerbau) di IPMB

• Terwujudnya klpk klpk VBC sapi, kambing, ayam buras dan itik, entok, domba, kelinci

• Berkembangnya jenis jenis ternak bibit hasil silangan, di kelompok peternak

• Meningkatnya produksi ternak bibit Produksi mani beku sapi 40.000 dosis dan Kambing 10.000 dosis

• Sapi pejantan unggul 5 ekor • Kerbau pejantan 2 ekor • Kambing pejantan Boer 20 ekor

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 74: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 74

4. Pembinaan & peningkatan kualitas pakan • Demplot pakan seimbang • Pengembangan Pabrik pakan mini • Demplot peternak sillase • Demplot pembuatan specimen

wafer/hay jerami • Demplot pengolahan kepala udang • Gerakan penanaman HPT • Inventarisasi & Publikasi bahan baku

pakan lokal • Demplot pembuatan pakan lengkap.

5. Pelayanan redistribusi dan seleksi

ternak bibit asset pemerintah.

6. Pengembangan perbibitan Kambing &

unggas di IPKU Negeri Sakti • Pemb. Fasilitas pet. Ayam di IPKU

Negeri Sakti • Penyebaran & Penjaringan

Kambing Boerawa. • Pengemb. Kambing perah.

7. Pengembangan perbibitan ternak sapi

bali di IPSB Campang Tiga • Penyusunan pedoman/system

pengend & pemberantasan AI • Pembibitan HMT • Pengujian Bibit ternak.

o Kualitas pakan yang diberikan

ditingkat peternakan setempat o Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya

pakan local. o Kontinuitas pakan terjamin

Terealisasinya : Ternak setoran layak bbt 110 ekor Revolving 110 ekor Jmlh penggaduh baru 110 KK Terbinanya ternak asset Pem. Prop.

Lampung pada : - Lokasi 182 Desa - Kec. 66 Kec - Kab. 8 Kab

Produksi bibit ayam cemani, kate dan

pelung Terjaringnya kambing pejantan

boerawa yang berkualitas Produksi susu kambing 500 lt/th

Menghasilkan pejantan unggul 5 ekr Prod. HMT 1000.000 stek

4. Pengemb. TernakKamb.Boerawa

1. Pengadaan bibit kambing Boer 2. Pengembangan instalasi pembibitan

kambing IPKU Negeri Sakti 3. Pengadaan Kambing Betina Induk

v Tersedianya bibit unggul kamb. Boerv Berkembangnya sentra bibit kambing

unggul

5. Pembinaan Kesehatan Hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

4. Pemberantasan dan pengendalian penyakit Flu Burung • Penyusunan pedoman/system

pengend. & pemberantasan AI • Sosialisasi • Vaksinasi dan Pengobatan

5. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit hewan menular pada ternak

6. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit rabies

o Terbangunnya system pengend. &

Pemberantasan AI & ND o Out Break AI dpt diantisifasi o Masy. Memahami & terus berperan

serta dlm pengend. & Pemberant. AI.

Tdk terjadi out break penyakit hewan menular di Lampung Kerugian peternak dapat dihindari

Menurunnya kasus gigitan oleh hewan penular rabies

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 75: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 75

7. Pembinaan, Sosialisasi dan pelayanan kesehatan masyarakat veteriner

Masy. merasa aman mengkonsumsi produk pet. (daging, telur susu)

Menurunnya kasus penularan peny. zoonosis

6. Pngembangan agribisnis peternakan

1. Pengemb. & Pembinaan kemityraan peternakan (Sapi, Ayam Ras & Kambing)

2. Pengembangan UKM dan peningk skala

usaha peternakan melalui pembiayaan Perbankan

3. Pengemb. Lembaga keuangan Mikro

(LKM) & pembinaan KKMB 4. Promosi dan sosialisasi produk &

potensi unggulan peternakan. 5. Pembinaan & pengawasan pengemb.

perbibitan ternak pemerintah

Jumlah & Kualitas kemitraan peternak meningkat

Meningkatnya aksesibiliotas peternak

kepada sumber-sumber pembiayaan usaha.

Skala usaha meningkat

• Tumbuhan LKM di tingkat kelp. • Optimalnya peran KKMB • Produk pet. Unggulan Lampung

semakin dikenal • Potensi pengemb. Pet. Di Lamp.

Dikenal terutama oleh pihak investor.

• Tertib laporan, tertib pengel. adm

gaduhan ternak

7. Pengembangan Ternak Perah

1. Dukungan terhadap peternakan sapi perah di Gisting Kab. Tanggamus

2. Pengembangan ternak kambing perah di Gedong Tataan Kab. LS & KBL

3. Sosialisasi minum susu sapi dan kambing

Meningkatkan produksi susu sapi dan kambing

Meningkatnya minat masyarakat untuk minum susu sapi dan susu kambing

8. Peningkatan kualitas pelay di bidang pet.

4. Peningkatan kualitas pelayanan IB • Pedoman, sosialisasi, penyediaan

straw dan alat IB 5. Peningkatan kualitas kesehatan hewan

dan kesmavet 6. Pengembangan Pos Pelayanan Keswan 7. Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal

(SPM) bidang peternakan 8. Revisi Perda No. 1 Tahun 1977.

Covering pelayanan IB meningkat 5%

S/C 1,39 % dan CR 80% Meningkatnya peran serta masy dan

swasta dalam yan kes wan Mortalitas & morbiditas menurun

• Terbangunnya 1 – 2 unit pos pelay. SPM yang telah disusun difahami

dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

Tersusunnya SPM bidang tertentu • Pelayanan, pencegahan & pemb.

bibit pet. Meningkat • Perda pengganti lebih baik.

9. Peningkatan kualitas data & perenc. Pemb. Pet.

1. Pengumpulan, Pengolahan dan publikasi data

2. Penyusunan perencanaan pemb. peternakan tahun 2007

Tersusun dan terpublikasikan nya data pemb. Peternakan

Tersusunnya perenc. Pemb. Pet tahun 2007 yang akuntabel, realistis dan akomodatif

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 76: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 76

3. Monitoring dan Pengendalian

Kegiatan pemb.pet. dapat di laksanakan dengan baik (tepat waktu, mutu sasaran)

10. Pengemb. Dan Pembin. Ternak kerbau & aneka ternak

1. Pembinaan dan introduksi IB pada kerbau

2. Pengembangan aneka ternak IPKU di Negeri Sakti

Meningkatnya produktivitas ternak kerbau melalui Inseminasi Buatan

Berkembangnya aneka ternak di IPKU di Negeri Sakti.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 77: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 77

3. Program Prioritas, Program Aksi & Indikator Kinerja Tahun 2007 PROGRAM PRIORITAS

PROGRAM AKSI TAHUN 2007 INDIKATOR KINERJA

1. Peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan peternakan

1. Lomba Kelompok Peternak 2. Latihan petugas IB, Neg.Sakti &

Campang Tiga 3. Latihan petugas & pengawasan

Kesmavet 4. Pelatihan Teknis Pet. KCD & PPL 5. Kontes Ternak 6. Pemb. Kelp. Peternak Kampung Tua 7. Latihan pengolah produk pet. 8. Latihan teknis bagi petugas.

o Terpilihnya juara 1,2 dan 3 lomba kelompok, yang terdiri dari 5 jenis

o ± 450 anggota kelp dan ±1500 anggota kelp lainnya termotipasi u/ meningkatkan kualitas usahanya

Peternak peserta magang 20 orang PPL peserta pelatihan 50 orang

Meningkatnya kualitas pelayan bidang

pet di tingkat Kecamatan (50 Kec)

Dikenalnya produk unggulan peternakan Lampung oleh Masyarakat

Meningkatnya pangsa pasar produk unggulan peternakan Lampung

2. Pengembangan Integ. Ternak

1. Sosialisasi integrasi ternak dengan tanaman perkebunan, pertanian dan Perikanan.

2. Demplot pola integrasi sapi dengan

perkebunan tebu (Pengelolaan pucuk tebu)

3. Demplot pola integrasi ternak kambing pola perkebunan coklat/kopi, lada dan singkong.

4. Demplot pola integrasi sapi pada usaha tani padi

5. Demplot pola integrasi ternak kamb. Pada usaha tani padi

Konsepsi integrasi ternak dengan tanaman perkebunan dikenal masy. Dari swasta.

Tersedia leaflet (10.000 Exp) Proposal pola integrasi.

• Tersedia demplot pola integrasi sapi – tebu, sapi- pisang, sapi – padi

• Meningkatkan PSK Peternak dapat menarik minat swasta untuk mengembangkan pola integrasi.

3. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak

1. Pengembangan perbibitan ternak 2. (Sapi, Kambing, Ayam Buras, Itik) 3. Pembuatan mani beku di IPMB

Terbanggi Besar 4. Pengembangan pejantan unggul

(Sapi,Kambing,Kerbau) di IPMB 6. Pembinaan & peningkatan kualitas pakan • Demplot pakan seimbang

• Terwujudnya klpk klpk VBC sapi, kambing, ayam buras dan itik, entok, domba, kelinci

• Berkembangnya jenis jenis ternak bibit hasil silangan, di kelompok pet.

• Meningkatnya produksi ternak bibit Produksi mani beku sapi 40.000 dosis dan Kambing 10.000 dosis

• Sapi pejantan unggul 5 ekor • Kerbau pejantan 2 ekor • Kambing pejantan Boer 20 ekor o Kualitas pakan yang diberikan ditingkat

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 78: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 78

• Pengembangan Pabrik pakan mini • Demplot peternak sillase • Demplot pembuatan specimen

wafer/hay jerami • Demplot pengolahan kepala udang • Gerakan penanaman HPT • Inventarisasi & Publikasi bahan baku

pakan lokal • Demplot pembuatan pakan lengkap.

7. Pelayanan redistribusi dan seleksi ternak

bibit asset pemerintah.

8. Pengembangan perbibitan Kambing &

unggas di IPKU Negeri Sakti • Pemb. Fasilitas pet. Ayam di IPKU

Negeri Sakti • Penyebaran & Penjaringan

Kambing Boerawa. • Pengemb. Kambing perah.

9. Pengembangan perbibitan ternak sapi

bali di IPSB Campang Tiga • Penyusunan pedoman/system

pengend & pemberantasan AI • Pembibitan HMT • Pengujian Bibit ternak.

peternakan setempat o Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya

pakan local. o Kontinuitas pakan terjamin

Terealisasinya : Ternak setoran layak bbt 110 ekor Revolving 110 ekor Jmlh penggaduh baru 110 KK Terbinanya ternak asset Pem. Prop.

Lampung pada : - Lokasi 182 Desa - Kec. 66 Kec - Kab. 8 Kab

Produksi bibit ayam cemani, kate dan

pelung Terjaringnya kambing pejantan

boerawa yang berkualitas Produksi susu kambing 500 lt/th

Menghasilkan pejantan unggul 5 ekr Prod. HMT 1000.000 stek

4. Pengemb. TernakKamb.Boerawa

1. Pengadaan bibit kambing Boer 2. Pengembangan instalasi pembibitan

kambing IPKU Negeri Sakti 3. Pengadaan Kambing Betina Induk

v Tersedianya bibit unggul kamb. Boer v Berkembangnya sentra bibit kambing

unggul

5. Pembinaan Kesehatan Hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

1. Pemberantasan dan pengendalian penyakit Flu Burung • Penyusunan pedoman/system

pengend. & pemberantasan AI • Sosialisasi • Vaksinasi dan Pengobatan

2. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit hewan menular pada ternak

3. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit rabies 4. Pembinaan, Sosialisasi dan pelayanan

kesehatan masyarakat veteriner

o Terbangunnya system pengend. &

Pemberantasan AI & ND o Out Break AI dpt diantisifasi o Masy. Memahami & terus berperan serta

dlm pengend. & Pemberant. AI.

Tdk terjadi out break penyakit hewan menular di Lampung Kerugian peternak dapat dihindari

Menurunnya kasus gigitan oleh hewan penular rabies

Masy. merasa aman mengkonsumsi produk pet. (daging, telur susu)

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 79: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 79

Menurunnya kasus penularan peny. zoonosis

6. Pngembangan agribisnis peternakan

1. Pengemb. & Pembinaan kemityraan peternakan (Sapi, Ayam Ras & Kamb)

2. Pengembangan UKM dan peningk

skala usaha peternakan melalui pembiayaan Perbankan

3. Pengemb. Lembaga keuangan Mikro

(LKM) & pembinaan KKMB 4. Promosi dan sosialisasi produk &

potensi unggulan peternakan. 5. Pembinaan & pengawasan pengemb.

perbibitan ternak pemerintah

Jumlah & Kualitas kemitraan peternak meningkat

Meningkatnya aksesibiliotas peternak

kepada sumber-sumber pembiayaan usaha.

Skala usaha meningkat

• Tumbuhan LKM di tingkat kelp. • Optimalnya peran KKMB • Produk pet. Unggulan Lampung

semakin dikenal • Potensi pengemb. Pet. Di Lamp.

Dikenal terutama oleh pihak investor. • Tertib laporan, tertib pengel. adm

gaduhan ternak

7. Pengembangan Ternak Perah

1. Dukungan terhadap peternakan sapi perah di Gisting Kab. Tanggamus

2. Pengembangan ternak kambing perah di Gedong Tataan Kab. LS & KBL

3. Sosialisasi minum susu sapi dan kambing

Meningkatkan produksi susu sapi dan kambing

Meningkatnya minat masyarakat untuk minum susu sapi dan susu kambing

8. Peningkatan kualitas pelay di bidang pet.

1. Peningkatan kualitas pelayanan IB • Pedoman, sosialisasi, penyediaan

straw dan alat IB 2. Peningkatan kualitas kesehatan hewan

dan kesmavet 3. Pengembangan Pos Pelayanan

Kesehatan Hewan 4. Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal

(SPM) bidang peternakan 5. Revisi Perda No. 1 Tahun 1977.

Covering pelayanan IB meningkat 5% S/C 1,39 % dan CR 80% Meningkatnya peran serta masy dan

swasta dalam yan kes wan Mortalitas & morbiditas menurun

• Terbangunnya 1 – 2 unit pos

pelayanan SPM yang telah disusun difahami dan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Tersusunnya SPM bidang tertentu • Pelayanan, pencegahan & pemb. bibit

pet. Meningkat • Perda pengganti lebih baik.

9. Peningkatan kualitas data & perenc. Pemb. Pet.

1. Pengumpulan, Pengolahan dan publikasi data

2. Penyusunan perencanaan pemb. peternakan tahun 2008

3. Monitoring dan Pengendalian

Tersusun dan terpublikasikan nya data pemb. Peternakan

Tersusunnya perenc. Pemb. Pet th. 2008 yang akuntabel, realistis dan akomodatif

Kegiatan pemb.pet. dapat di laksanakan dengan baik (tepat waktu, mutu sasaran)

10. Pengemb. Dan Pembin. Ternak kerbau & aneka ternak

3. Pembinaan dan introduksi IB pada kerbau

4. Pengembangan aneka ternak IPKU di Negeri Sakti

Meningkatnya produktivitas ternak kerbau melalui Inseminasi Buatan

Berkembangnya aneka ternak di IPKU di Negeri Sakti.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 80: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 80

4. Program Prioritas, Program Aksi & Indikator Kinerja Tahun 2008 PROGRAM PRIORITAS

PROGRAM AKSI TAHUN 2008 INDIKATOR KINERJA

1. Peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan peternakan

1. Lomba Kelompok Peternak 2. Latihan petugas IB, Neg.Sakti &

Campang Tiga 3. Latihan petugas & pengawasan

Kesmavet 4. Pelatihan Teknis Pet. KCD & PPL 5. Kontes Ternak 6. Pemb. Kelp. Peternak Kampung Tua 7. Latihan pengolah produk pet. 8. Latihan teknis bagi petugas.

o Terpilihnya juara 1,2 dan 3 lomba kelompok, yang terdiri dari 5 jenis

o ± 450 anggota kelp dan ±1500 anggota kelp lainnya termotipasi u/ meningkatkan kualitas usahanya

Peternak peserta magang 20 orang PPL peserta pelatihan 50 orang

Meningkatnya kualitas pelayan

bidang pet di tingkat Kecamatan (50 Kec)

Dikenalnya produk unggulan

peternakan Lampung oleh Masyarakat

Meningkatnya pangsa pasar produk unggulan peternakan Lampung

2. Pengembangan

Integ. Ternak 1. Sosialisasi integrasi ternak dengan

tanaman perkebunan, pertanian dan Perikanan.

2. Demplot pola integrasi sapi dengan

perkebunan tebu (Pengelolaan pucuk tebu)

3. Demplot pola integrasi ternak kambing pola perkebunan coklat/kopi, lada dan singkong.

4. Demplot pola integrasi sapi pada usaha tani padi

5. Demplot pola integrasi ternak kamb. Pada usaha tani padi

Konsepsi integrasi ternak dengan tanaman perkebunan dikenal masy. Dari swasta.

Tersedia leaflet (10.000 Exp) Proposal pola integrasi.

• Tersedia demplot pola integrasi sapi – tebu, sapi- pisang, sapi – padi

• Meningkatkan PSK Peternak dapat menarik minat swasta untuk mengembangkan pola integrasi.

3. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak

1. Pengembangan perbibitan ternak 2. (Sapi, Kambing, Ayam Buras, Itik) 3. Pembuatan mani beku di IPMB

Terbanggi Besar 4. Pengembangan pejantan unggul

(Sapi,Kambing,Kerbau) di IPMB

• Terwujudnya klpk klpk VBC sapi, kambing, ayam buras dan itik, entok, domba, kelinci

• Berkembangnya jenis jenis ternak bibit hasil silangan, di kelompok peternak

• Meningkatnya produksi ternak bibit Produksi mani beku sapi 40.000 dosis dan Kambing 10.000 dosis

• Sapi pejantan unggul 5 ekor • Kerbau pejantan 2 ekor • Kambing pejantan Boer 20 ekor

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 81: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 81

10. Pembinaan & peningk. kualitas pakan • Demplot pakan seimbang • Pengembangan Pabrik pakan mini • Demplot peternak sillase • Demplot pembuatan specimen

wafer/hay jerami • Demplot pengolahan kepala udang • Gerakan penanaman HPT • Inventarisasi & Publikasi bahan baku

pakan lokal • Demplot pembuatan pakan lengkap.

11. Pelayanan redistribusi dan seleksi

ternak bibit asset pemerintah.

12. Pengembangan perbibitan Kambing

& unggas di IPKU Negeri Sakti • Pemb. Fasilitas pet. Ayam di IPKU

Negeri Sakti • Penyebaran & Penjaringan Kambing

Boerawa. • Pengemb. Kambing perah.

13. Pengembangan perbibitan ternak sapi

bali di IPSB Campang Tiga • Penyusunan pedoman/system

pengend & pemberantasan AI • Pembibitan HMT • Pengujian Bibit ternak.

o Kualitas pakan yang diberikan

ditingkat peternakan setempat o Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya

pakan local. o Kontinuitas pakan terjamin

Terealisasinya : Ternak setoran layak bbt 110 ekor Revolving 110 ekor Jmlh penggaduh baru 110 KK Terbinanya ternak asset Pem. Prop.

Lampung pada : - Lokasi 182 Desa - Kec. 66 Kec - Kab. 8 Kab

Produksi bibit ayam cemani, kate dan

pelung Terjaringnya kambing pejantan

boerawa yang berkualitas Produksi susu kambing 500 lt/th

Menghasilkan pejantan unggul 5 ekr Prod. HMT 1000.000 stek

4. Pengemb. TernakKamb.Boerawa

1. Pengadaan bibit kambing Boer 2. Pengembangan instalasi pembibitan

kambing IPKU Negeri Sakti 3. Pengadaan KambingBetina Induk

v Tersedianya bibit unggul kamb. Boerv Berkembangnya sentra bibit

kambing unggul

5. Pembinaan Kesehatan Hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

1. Pemberantasan dan pengendalian penyakit Flu Burung • Penyusunan pedoman/system

pengend. & pemberantasan AI • Sosialisasi • Vaksinasi dan Pengobatan

2. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit hewan menular pada ternak

3. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit rabies

o Terbangunnya system pengend. &

Pemberantasan AI & ND o Out Break AI dpt diantisifasi o Masy. Memahami & terus berperan

serta dlm pengend. & Pemberant. AI.

Tdk terjadi out break penyakit hewan menular di Lampung Kerugian peternak dapat dihindari

Menurunnya kasus gigitan oleh hewan penular rabies

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 82: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 82

4. Pembinaan, Sosialisasi dan pelayanan kesehatan masyarakat veteriner

Masy. merasa aman mengkonsumsi produk pet. (daging, telur susu)

Menurunnya kasus penularan peny. Zoonosis

6. Pngembangan

agribisnis peternakan

1. Pengemb. & Pembinaan kemityraan peternakan (Sapi, Ayam Ras & Kamb)

2. Pengembangan UKM dan peningk skala

usaha peternakan melalui pembiayaan Perbankan

3. Pengemb. Lembaga keuangan Mikro

(LKM) & pembinaan KKMB 4. Promosi dan sosialisasi produk &

potensi unggulan peternakan. 5. Pembinaan & pengawasan pengemb.

perbibitan ternak pemerintah

Jumlah & Kualitas kemitraan peternak meningkat

Meningkatnya aksesibiliotas peternak

kepada sumber-sumber pembiayaan usaha.

Skala usaha meningkat

• Tumbuhan LKM di tingkat kelp. • Optimalnya peran KKMB • Produk pet. Unggulan Lampung

semakin dikenal • Potensi pengemb. Pet. Di Lamp.

Dikenal terutama oleh pihak investor. • Tertib laporan, tertib pengel. adm

gaduhan ternak

7. Pengembangan Ternak Perah

1. Dukungan terhadap peternakan sapi perah di Gisting Kab. Tanggamus

2. Pengembangan ternak kambing perah di Gedong Tataan Kab. LS & KBL

3. Sosialisasi minum susu sapi dan kamb.

Meningkatkan produksi susu sapi dan kambing

Meningkatnya minat masyarakat untuk minum susu sapi dan susu kambing

8. Peningkatan kualitas pelay di bidang pet.

1. Peningkatan kualitas pelayanan IB • Pedoman, sosialisasi, penyediaan

straw dan alat IB 2. Peningkatan kualitas kesehatan hewan

dan kesmavet 3. Pengembangan Pos Pelayanan

Kesehatan Hewan 4. Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal

(SPM) bidang peternakan 5. Revisi Perda No. 1 Tahun 1977.

Covering pelayanan IB meningkat

5% S/C 1,39 % dan CR 80% Meningkatnya peran serta masy dan

swasta dalam yan kes wan Mortalitas & morbiditas menurun

• Terbangunnya 1 – 2 unit pos

pelayanan SPM yang telah disusun difahami

dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

Tersusunnya SPM bidang tertentu • Pelayanan, pencegahan & pemb.

bibit pet. Meningkat • Perda pengganti lebih baik.

9. Peningkatan kualitas data & perenc. Pemb. Pet.

1. Pengumpulan, Pengolahan dan publikasi data

2. Penyusunan perencanaan pemb. peternakan tahun 2009

Tersusun dan terpublikasikan nya data pemb. Peternakan

Tersusunnya perenc. Pemb. Pet tahun 2009 yang akuntabel, realistis dan akomodatif

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 83: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 83

3. Monitoring dan Pengendalian

Kegiatan pemb.pet. dapat di laksanakan dengan baik (tepat waktu, mutu sasaran)

10. Pengemb. Dan Pembin. Ternak kerbau & aneka ternak

1. Pembinaan dan introduksi IB pada kerbau

2. Pengembangan aneka ternak IPKU di Negeri Sakti

Meningkatnya produktivitas ternak kerbau melalui Inseminasi Buatan

Berkembangnya aneka ternak di IPKU di Negeri Sakti.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 84: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 84

5. Program Prioritas, Program Aksi & Indikator Kinerja Tahun 2009

PROGRAM PRIORITAS

PROGRAM AKSI TAHUN 2009 INDIKATOR KINERJA

1. Peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan peternakan

1. Lomba Kelompok Peternak 2. Latihan petugas IB, Neg.Sakti &

Campang Tiga 3. Latihan petugas & pengawasan

Kesmavet 4. Pelatihan Teknis Pet. KCD & PPL 5. Kontes Ternak 6. Pemb. Kelp. Peternak Kampung Tua 7. Latihan pengolah produk pet. 8. Latihan teknis bagi petugas.

o Terpilihnya juara 1,2 dan 3 lomba kelompok, yang terdiri dari 5 jenis

o ± 450 anggota kelp dan ±1500 anggota kelp lainnya termotipasi u/ meningkatkan kualitas usahanya

Peternak peserta magang 20 orang PPL peserta pelatihan 50 orang

Meningkatnya kualitas pelayan bid.

pet di tingkat Kecamatan (50 Kec)

Dikenalnya produk unggulan peternakan Lampung oleh Masyarakat

Meningkatnya pangsa pasar produk unggulan peternakan Lampung

2. Pengembangan

Integ. Ternak 1. Sosialisasi integrasi ternak dengan

tanaman perkebunan, pertanian dan Perikanan.

2. Demplot pola integrasi sapi dengan

perkebunan tebu (Pengelolaan pucuk tebu)

3. Demplot pola integrasi ternak kambing pola perkebunan coklat/kopi, lada dan singkong.

4. Demplot pola integrasi sapi pada usaha tani padi

5. Demplot pola integrasi ternak kamb. Pada usaha tani padi

Konsepsi integrasi ternak dengan tanaman perkebunan dikenal masy. Dari swasta.

Tersedia leaflet (10.000 Exp) Proposal pola integrasi.

• Tersedia demplot pola integrasi sapi – tebu, sapi- pisang, sapi – padi

• Meningkatkan PSK Peternak dapat menarik minat swasta untuk mengembangkan pola integrasi.

3. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak

1. Pengembangan perbibitan ternak 2. (Sapi, Kambing, Ayam Buras, Itik) 3. Pembuatan mani beku di IPMB

Terbanggi Besar 4. Pengembangan pejantan unggul

(Sapi,Kambing,Kerbau) di IPMB

• Terwujudnya klpk klpk VBC sapi, kambing, ayam buras dan itik, entok, domba, kelinci

• Berkembangnya jenis jenis ternak bibit hasil silangan, di kelompok peternak

• Meningkatnya produksi ternak bibit Produksi mani beku sapi 40.000 dosis dan Kambing 10.000 dosis

• Sapi pejantan unggul 5 ekor • Kerbau pejantan 2 ekor • Kambing pejantan Boer 20 ekor

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 85: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 85

5. Pembinaan & peningkatan kualitas pakan • Demplot pakan seimbang • Pengembangan Pabrik pakan mini • Demplot peternak sillase • Demplot pembuatan specimen

wafer/hay jerami • Demplot pengolahan kepala udang • Gerakan penanaman HPT • Inventarisasi & Publikasi bahan baku

pakan lokal • Demplot pembuatan pakan lengkap.

6. Pelayanan redistribusi dan seleksi ternak

bibit asset pemerintah. 7. Pengembangan perbibitan Kambing &

unggas di IPKU Negeri Sakti • Pemb. Fasilitas pet. Ayam di IPKU

Negeri Sakti • Penyebaran & Penjaringan Kambing

Boerawa. • Pengemb. Kambing perah.

8. Pengembangan perbibitan ternak sapi

bali di IPSB Campang Tiga • Penyusunan pedoman/system

pengend & pemberantasan AI • Pembibitan HMT • Pengujian Bibit ternak.

o Kualitas pakan yang diberikan

ditingkat peternakan setempat o Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya

pakan local. o Kontinuitas pakan terjamin

Terealisasinya : Ternak setoran layak bbt 110 ekor Revolving 110 ekor Jmlh penggaduh baru 110 KK Terbinanya ternak asset Pem. Prop.

Lampung pada : - Lokasi 182 Desa - Kec. 66 Kec - Kab. 8 Kab

Produksi bibit ayam cemani, kate dan

pelung Terjaringnya kambing pejantan

boerawa yang berkualitas Produksi susu kambing 500 lt/th

Menghasilkan pejantan unggul 5 ekr Prod. HMT 1000.000 stek

4. Pengemb. TernakKamb.Boerawa

1. Pengadaan bibit kambing Boer 2. Pengembangan instalasi pembibitan

kambing IPKU Negeri Sakti 3. Pengadaan Kambing Betina Induk

v Tersedianya bibit unggul kamb. Boerv Berkembangnya sentra bibit

kambing unggul

5. Pembinaan Kesehatan Hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

1. Pemberantasan dan pengendalian penyakit Flu Burung • Penyusunan pedoman/system

pengend. & pemberantasan AI • Sosialisasi • Vaksinasi dan Pengobatan

5. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit hewan menular pada ternak

6. Pemberantasan, pengendalian dan

penolakan penyakit rabies

o Terbangunnya system pengend. &

Pemberantasan AI & ND o Out Break AI dpt diantisifasi o Masy. Memahami & terus berperan

serta dlm pengend. & Pemberant. AI.

Tdk terjadi out break penyakit hewan menular di Lampung Kerugian peternak dapat dihindari

Menurunnya kasus gigitan oleh hewan penular rabies

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 86: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 86

7. Pembinaan, Sosialisasi dan pelayanan kesehatan masyarakat veteriner

Masy. merasa aman mengkonsumsi produk pet. (daging, telur susu)

Menurunnya kasus penularan peny. zoonosis

6. Pngembangan agribisnis peternakan

1. Pengemb. & Pembinaan kemityraan peternakan (Sapi, Ayam Ras & Kamb)

2. Pengembangan UKM dan peningk skala

usaha peternakan melalui pembiayaan Perbankan

3. Pengemb. Lembaga keuangan Mikro

(LKM) & pembinaan KKMB 4. Promosi dan sosialisasi produk &

potensi unggulan peternakan. 5. Pembinaan & pengawasan pengemb.

perbibitan ternak pemerintah

Jumlah & Kualitas kemitraan peternak meningkat

Meningkatnya aksesibiliotas peternak

kepada sumber-sumber pembiayaan usaha.

Skala usaha meningkat

• Tumbuhan LKM di tingkat kelp. • Optimalnya peran KKMB • Produk pet. Unggulan Lampung

semakin dikenal • Potensi pengemb. Pet. Di Lamp.

Dikenal terutama oleh pihak investor. • Tertib laporan, tertib pengel. adm

gaduhan ternak

7. Pengembangan Ternak Perah

1. Dukungan terhadap peternakan sapi perah di Gisting Kab. Tanggamus

2. Pengembangan ternak kambing perah di Gedong Tataan Kab. LS & KBL

3. Sosialisasi minum susu sapi dan kamb.

Meningkatkan produksi susu sapi dan kambing

Meningkatnya minat masyarakat untuk minum susu sapi dan susu kambing

8. Peningkatan kualitas pelay di bidang pet.

1. Peningkatan kualitas pelayanan IB • Pedoman, sosialisasi, penyediaan

straw dan alat IB 2. Peningkatan kualitas kesehatan hewan

dan kesmavet 3. Pengembangan Pos Pelayanan Keswan 4. Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal

(SPM) bidang peternakan 5. Revisi Perda No. 1 Tahun 1977.

Covering pelayanan IB meningkat

5% S/C 1,39 % dan CR 80% Meningkatnya peran serta masy dan

swasta dalam yan kes wan Mortalitas & morbiditas menurun

• Terbangunnya 1 – 2 unit pos pelay. SPM yang telah disusun difahami

dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

Tersusunnya SPM bidang tertentu • Pelayanan, pencegahan & pemb.

bibit pet. Meningkat • Perda pengganti lebih baik.

9. Peningkatan kualitas data & perenc. Pemb. Pet.

1. Pengumpulan, Pengolahan dan publikasi data

2. Penyusunan perencanaan pemb. peternakan tahun 2010

Tersusun dan terpublikasikan nya data pemb. Peternakan

Tersusunnya perenc. Pemb. Pet tahun 2010 yang akuntabel, realistis dan akomodatif

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om

Page 87: contoh daftar isi

E:\KEBIJ TEK-260405.doc/Datin 87

3. Monitoring dan Pengendalian

Kegiatan pemb.pet. dapat di laksanakan dengan baik (tepat waktu, mutu sasaran)

10. Pengemb. Dan Pembin. Ternak kerbau & aneka ternak

1. Pembinaan dan intorduksi IB pada kerbau

2. Pengembangan aneka ternak IPKU di Negeri Sakti

Meningkatnya produktivitas ternak kerbau melalui Inseminasi Buatan

Berkembangnya aneka ternak di IPKU di Negeri Sakti.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.comClic

k to buy N

OW!PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om