20
Nomor 6 Tahun II Januari-Pebruari 2002 Advokasi Advokasi Buletin Petani Mungkinkah mandiri dalam hal benih? Profil Aksi: Profil Aksi: Profil Aksi: Profil Aksi: Profil Aksi: Suradi, PNS yang Berjiwa Advokasi Profil Aksi: Profil Aksi: Profil Aksi: Profil Aksi: Profil Aksi: Bagaimana menjadi pembenih bersertifikat? Mungkinkah mandiri dalam hal benih?

Buleti Advokasi No 06

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin Advokasi yda solo, tema terbit: kemandirian petani dalam perbenihan.

Citation preview

Page 1: Buleti Advokasi No 06

Nomor 6 Tahun II Januari-Pebruari 2002

AdvokasiAdvokasiBuletin Petani

Mungkinkah mandiri dalam hal benih?

Profil Aksi:Profil Aksi:Profil Aksi:Profil Aksi:Profil Aksi:Suradi, PNS yang Berjiwa Advokasi

Profil Aksi:Profil Aksi:Profil Aksi:Profil Aksi:Profil Aksi:

Bagaimana menjadi pembenih bersertifikat?Mungkinkah mandiri dalam hal benih?

Page 2: Buleti Advokasi No 06
Page 3: Buleti Advokasi No 06
Page 4: Buleti Advokasi No 06
Page 5: Buleti Advokasi No 06
Page 6: Buleti Advokasi No 06
Page 7: Buleti Advokasi No 06
Page 8: Buleti Advokasi No 06
Page 9: Buleti Advokasi No 06
Page 10: Buleti Advokasi No 06

Halaman 10

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Banyak hal yang tidak dapat kita lakukan sendiri dapatdikerjakan bersama-sama dengan orang lain. Membangunjaringan dengan masyarakat dan terkadang jugamembentuk koalisi antar organisasi bertujuan untukmembawa perubahan. Kita semua memiliki jaringan teman,saudara, kolega, dan kenalan-kenalan lain yang sewaktu-waktu dapat kita mintai dukungan.

Jaringan advokasi juga mirip dengan jaringan yang kitamiliki. Perbedaannya adalah jaringan advokasi dibentukdengan sengaja untuk membantu dalam meraih tujuanadvokasi yang kita harapkan. Sebuah jaringan terdiri dariindividu-individu atau organisasi-organisasi yang bersediauntuk saling membantu dan bekerja sama.

Membangun Jaringan Advokasi

Langkah 1 :Mengetahui siapa saja yang harus ikut berpartisipasi dalamjaringan yang akan kita bentuk.Langkah 2 :Membina hubungan yang terbuka dan saling terbuka sejakdari awal dengan cara : bekerja samalah dalam proyek-proyek yang menarik minat kedua pihak; bantulah merekaagar pekerjaan mereka mendapat perhatian; bantulahmereka dalam proyek-proyek khusus; berbagilahinformasi; hadiri pertemuan mereka dan undanglahmereka ke pertemuan kita.Langkah 3 :Bagaimana membuat mereka tertarik pada tujuan advokasi

MembentukJaringan

dalamAdvokasi

kita. Ajaklah berdiskusi tentang ide-ide dan tujuan advokasikita, serta terbukalah terhadap saran-saran dan idemereka. Perasaan bahwa mereka ikut memiliki suatu idesangatlah penting untuk membina hubungan yang lebihlanjut.Langkah 4 :Bagaimana agar mereka dapat membantu kita. Ketika kitatelah siap, mintalah mereka untuk melakukan satu bantuanspesifik untuk kita. Semakin banyak yang dilakukan merekauntuk kita, maka makin banyak pula yang harus kita lakukanuntuk mereka.

Bahan: Terjemahan dari Modul Pengantar Pelatihan Advokasi karanganRitu R. Sharma terbitan Support for Analysis and Research in Africa(SARA), HHRAA.

Mugi S

Russ

Monitor & AdvokasiMonitor & Advokasi

Page 11: Buleti Advokasi No 06

Halaman 11

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Sebuah koalisi adalah kelompok organisasi-organisasiyang bekerja sama dalam sistem yang terkoordinasi untukmencapai tujuan bersama koalisi yang terorganisasi adalahsalah satu pilihan yang patut dipertimbangkan dalamadvokasi.

Keuntungan Dalam Sebuah Koalisi:Memperluas basis dukungan Anda, Andadapat memenangkan sesuatu bersama-samajika Anda tidak dapat memenangkannyasendirianMenyediakan keamanan bagi upaya advokasiAnda dan memberikan perlindungan bagianggota yang tidak dapat bertindak sendirianMemperbesar sumber daya yang ada dengan

cara mengumpulkan dan mendelegasikansumber daya itu untuk bekerja sama dalamkoalisiMeningkatkan sumber daya finansial dan pro-gram untuk sebuah kampanye advokasiMembantu mengembangkan kepemimpinanbaruMembantu dalam jaringan pribadi organisasiMemperluas lingkup kerja Anda

Dua cara untuk membentuk koalisi:Adakan sebuah pertemuan terbuka. Iniadalah cara yang biasa digunakan untukmembentuk suatu koalisi dengan cepat; danbiasanya digunakan untuk pembentukankoalisi informal. Gunakan cara ini hanya jikatujuan dan isu advokasi Anda fleksibel.Sebarkan formulir koalisi terlebih dahulubarulah kemudian menentukan agendaspesifik untuk koalisi ini; tergantung siapasaja yang bergabung dan minat apa yangterwakili dalam koalisi ini.Satukan koalisi hanya berdasarkanundangan. Metode ini digunakan untukmembentuk koalisi yang lebih solid danberjangka waktu lama. Membentuk koalisiberdasarkan undangan artinya isu danagenda dalam koalisi ini akan lebih terfokusdan Anda dapat memilih kelompok mana sajayang dapat menjadi anggota koalisi danmemberikan kontribusi tenaga, kekuatan,sumber daya dan prestise ke dalam koalisitersebut. Kerugian dari metode ini adalahkurang beragamnya anggota koalisi.

MembentukKoalisi

Bahan: Terjemahan dari Modul Pengantar Pelatihan Advokasi karangan Ritu R.Sharma terbitan Support for Analysis and Research in Africa (SARA), HHRAA.

Mugi S

Mugi S

Monitor & AdvokasiMonitor & Advokasi

Page 12: Buleti Advokasi No 06

Halaman 12

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Pengalaman AdvokasiPengalaman Advokasi

Setelah menghimpun data denganmonitoring Program KetahananPangan (PKP) di Kabupaten Sukoharjodan Klaten, juga terhadap Proyek Cor-porate Farming (CF) di KabupatenGrobogan, terdatalah berbagaipermasalahan kongkret.

Diantara persoalan PKP ialahkegiatan kelompok usaha sangat mini-mal sebatas penyaluran kredit dansimpan pinjam. Juga persoalanpartisipasi petani yang belum ideal.

Ditambah lagi, ada kecenderunganpihak-pihak yang terkait dalam PKPbekerja atas dasar project oriented,dan belum berjalannya monitoring danevaluasi yang dilaksanakan olehpengelola proyek secara optimal.

Sedangkan permasalahan dalamCF, terjadinya benturan antara konsepdasar pelaksanaan Corporate Farm-ing (penyatuan lahan, kandang sapisecara komunal) dengan budaya lokal.

Selain itu, soal pemasaran yangmerupakan masalah utama dalampertanian, belum mendapatkanperhatian yang optimal.

Melihat permasalahan itu, petaniyang ikut dalam melakukan monitor-ing CF dan PKP memandang perluuntuk menyampaikan permasalahanini di tingkat DPRD. Hal ini dipandangperlu karena dalam pelaksanaankedua proyek tersebut butuhperbaikan, sedangkan DPRD (dalamhal ini Komisi B) sudah selayaknyamelakukan fungsi kontrol terhadapproyek tersebut.

Dengan menyampaikan masalahyang terjadi dalam pelaksanaan PKPdan CF kepada DPRD, diharapkanmencapai kesepakatan-kesepakatanantara petani dengan DPRD dengan

adanya tindak lanjut yang konkret.“Selain itu, kami berharap dapat

memberikan tambahan pengalamankepada petani dalam melakukandiskusi dengan wakilnya dipemerintahan yang sekaligusmerupakan salah satu dari tahapandalam advokasi. Juga, sekaligusmembuka wacana DPRD mengenaipermasalahan petani khususnya yangterkait dengan proyek-proyekpertanian dari Pemerintah,” kataAgung.

Acara dengar pendapat dengandengan Komisi B DPRD KabupatenGrobogan dilaksanakan tanggal 25Oktober 2001, bertempat di Balai DesaPilang Payung, yaitu lokasi dimana ujicoba CF nasional dilakukan.

Sedangkan dialog dengan KomisiB DPRD Kabupaten Sukoharjodilaksanakan tanggal 15 November2001, bertempat di ruang sidangdewan, gedung DPRD Sukoharjo.Lantas, diskusi petani dengan KomisiB DPRD Kabupaten Klaten dilaksanakantanggal 19 November 2001,bertempat di ruang sidang dewan,gedung DPRD Klaten

Di Kabupaten Klaten, saat dialogdihadiri oleh ketua beserta 5 orangdari 7 orang anggota komisi B, 3 or-ang staf YDA, 5 orang pengurus FKISP(Forum Komunikasi dan InformasiSimpul Petani), 2 orang staf ekonomiBappeda, 4 orang (pimpinan, ass.Pimpinan, pimbagpro dan ass.Pimbagpro) Dipertan, 10 orang petanipeserta PKP.

Di Kabupaten Sukoharjo, dialogdihadiri oleh 7 orang anggota komisiB sedangkan ketua tidak datangkarena menerima hadiah Supra Insus

di Jakarta, 15 orang wakil petanipeserta PKP dan 5 orang staf YDA.Sedangkan di Grobogan, hadir 4 or-ang anggota komisi B (sekretaris,bendahara, anggota dan stafadministrasi), 3 orang pengurus CF“Bersemi”, 10 orang petani peserta CF,5 orang staff YDA, serta Kepala DesaPilang Payung.

Berbagai Persoalan LapanganDalam dialog di Grobogan, petani

peserta CF menyampaikan adanyamasalah pada pelaksanaanpembangunan saluran irigasi yangmenjadi bagian dari proyek CF.

Juga, petani menyebutkan bahwahasil penjualan sapi CF merugikanpetani. Dari 29 sapi yang digaduhpetani hanya 1 orang yang merasauntung. Dikatakan, sapi seharga 2,5juta rupiah itu, setelah dirawat selama3 bulan hanya laku 2,4 rupiah jutasehingga petani merasa rugi belumditambah lagi dengan biaya selamaperawatan.

Disebutkan pula, Adanya sarana-sarana produksi peternakan yangtercantum dalam RKK belumdirealisasikan. Disebutkan pula, adamasalah pada tempat yang digunakanuntuk mendirikan kandang. Tempat itumilik orang lain, bukan milik CF, jadiberpotensi masalah di hari depan.

Tambah lagi, tidak adanya jaminanpasar atas produk yang dihasilkan darilahan CF, padahal semula pengurussanggup untuk mencarikan pasar.

Sementara, petani peserta PKPSukoharjo, kepada anggota Dewansetempat menyampaikan hal-halantara lain soal kriteria keanggotaanPKP yang tidak jelas.

Petani 3 Kabupaten di JatengDialogkan PKP/CF dengan DPRD

Dipertan Klaten: Yang penting dana turun dahulu. Prosedur dan mekanismenya bisa belakangan.

Page 13: Buleti Advokasi No 06

Halaman 13

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Pengalaman AdvokasiPengalaman Advokasi

Juga, tidak adanya pelatihanmaupun pendampingan administratifuntuk pengurus yang telah menye-babkan banyak kerancuan dalampengelolaan organisasi.

Disamping itu tidak adanyapendampingan teknis dari pengelolakepada kelompok untuk membantumemecahkan masalah yang muncul.

Petani Sukoharjo (dan Klaten) jugamengkhawatirkan adanya rencana(konsep) penyatuan lahan dalamJuklak pengembangan PKP. Hal manadiramalkan petani, hanya akanmenimbulkan problem sosial.

Petani juga protes, terhadapminimnya tingkat partisipasi darimasyarakat dalam proyek, sejak dari

penentuan lokasi sam-pai dalam pelaksa-naannya.

Sedangkan di Ka-bupaten Klaten, petaniPKP mempermasalah-kan hal-hal antara lain,rendahnya sosialisasiproyek kepada masya-rakat penerima pro-yek.

Selain itu, dirasasekali rendahnya parti-sipasi masyarakatmaupun peserta pro-yek sejak dari pemi-lihan lokasi PKP sampaike pembuatan kepu-t u s an - k epu t u s ankelompok.

Sedangkan kinerjapengurus juga buruk,sehingga kelompokhanya mempunyaikegiatan menyalurkandana dan simpanpinjam (tidak adakegiatan kelompokyang mendukungpeningkatan penda-patan anggota maupunpenyelesaian per-m a s a l a h a n -permasalahan yangmuncul).

B e r d a s a r k a nkenyataan itu, petani mengusulkankepada Dewan, untuk melihat lagitentang pelaksanaan perkreditanpertanian di Indonesia.

Dikatakan, walaupun tujuan pro-gram itu untuk membantu petani, te-tapi kenyataannya hanya mem-beratkan petani.

Juga, perlunya transparasi daripihak pelaksana proyek mengenaiaturan-aturan dalam PKP serta masadepannya. Perlu juga dilaksanakanpelatihan-pelatihan dan pendam-pingan ke kelompok.

Petani Klaten menuntut Dewanuntuk aktif melakukan pengawasanPKP, walaupun dari segi asal dananyabukan dari APBD setempat.

Tanggapan Dewan

Menurut Komisi B DPRD Gro-bogan, diskusi yang diadakan itumerupakan langkah awal daripendidikan demokrasi bagi ma-syarakat khususnya petani.

Menurut Dewan, diskusi inibertujuan untuk mencari jalan keluarterhadap permasalahan yang dihadapibaik bagi petani maupun pengurusuntuk menentukan strategi menujuperbaikan-perbaikan pelaksanaan CFminimal untuk dua tahun ke depan.

Dari diskusi di Grobogan dapatdipetakan adanya tiga komponendalam pelaksanaan CF: adanyakelemahan dan kekuatan pengurusselama menjalankan program CF,serta peta permasalahan riil yang adadi lapangan.

Anggota Dewan menghimbauhendaknya keputusan-keputusanataupun kebijakan-kebijakan yangdihasilkan berdasarkan rapatpengurus dapat disosialisasikankepada anggota, melalui mediapertemuan apapun sehingga jika adaperubahan keputusan ataupunkebijakan akan dapat dipahami dandiketahui.

Di Sukoharjo, komisi B Dewansetempat, melalui sekretarisnya,mengatakan bahwa pihaknya kurangbegitu paham mengenai pelaksanaanPKP di wilayahnya. Juga karena pihakDipertan Sukoharjo tidak dapat hadir,maka pertanyaan-pertanyaan daripetani akan ditampung dahulu olehDewan.

Sementara Dewan Klaten dalamforum dialog, mengkritik pihakDipertan yang kurang hati-hati bahkancenderung sembrono dalammelaksanakan proyek ini, dancenderung melaksanakan proyek daripusat sekadar berjalan saja.

Pihak Dewan cukup terkejut ketikaDipertan setempat mengatakan, “Yangpenting dana turun dahulu dariPemerintah. Sedangkan prosedur danmekanismenya bisa belakangan.”(Bayu/Retno)

Eko

Suasana dialog di Sukoharjo, Klaten dan Grobogan

Page 14: Buleti Advokasi No 06

Halaman 14

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Profil AksiProfil Aksi

Jiwa kepeloporan Suradi (40) priaasal Desa Dibal Kecamatan Dono-hudan Kabupaten Boyolali yang dalamkesehariannya bekerja pada BalaiPengawasan dan Sertifikasi Benihbagian Sertifikasi Benih, DepartemenPertanian, menyebabkan dia mela-kukan advokasi masalah-masalahyang ada didesanya.

Didorong kegelisahan melihatbeberapa ketimpangan, dia pernahmengirimkan surat pada Polisi, Bupati,Gubernur, Kejati sampai DPRD tentangberbagai masalah, hingga ia seringdiundang oleh aparat desa dan DPRDuntuk mengklarifikasi apa yang ia tulis.Beberapa surat tersebut ternyatacukup ampuh membuat menye-lesaikan masalah yang ada, walaupunbelum semuanya tuntas.

Kepada Buletin Advokasi, Suradibercerita, pernah ia menemukanpenyimpangan sejumlah 82 sak se-men pada Proyek PengembanganKecamatan (PPK) di tempat tinggalnya.Setelah diadakan sidang antaraCamat, Fasilitator Kecamatan dan darikabupaten akhirnya semen tersebutdapat dikembalikan.

Setelah sempat berjuang sen-dirian, Suradi menyadari bahwadibutuhkan wadah organisasi agarperjuangan dapat berjalan baik.Dengan bantuan beberapa kawanyang berlatar belakang sarjana danmahasiswa, ayah empat orang anakini mendirikan sebuah lembaga yangdiberi nama LSM Peduli KepentinganRakyat pada tanggal 23 Desember2000 lalu, dengan tujuan menekanpenyimpangan proyek pemerintahyang ditujukan untuk masyarakatkhususnya petani.

Dituturkannya, pada kasus PPK diDesa Manggung Kecamatan Dono-hudan Kabupaten Boyolali, dia

bersama kawan-kawannya jugamenemukan penyimpangan danasebesar kurang lebih 10 juta, yangoleh masyarakat setempat danatersebut tidak dapat diminta/ditagih.

“Akhirnya masalah tersebut dilaporkanpada Camat. Setelah itu diadakanpertemuan antara Camat, DinasPengairan, LSM, dan ketua P3A untukmencari penyelesaian tentang pro-gram apa yang baik untuk dilak-sanakan, karena uang tersebutberasal dari petani dan harus kembalike petani juga,” kata dia.

Bersama teman-teman ia jugamembongkar kasus pada ProyekKetahanan Pangan (PKP) setempat,dimana Kadus yang sekaligus sebagaiketua kelompok dan P3A “membawa”uang Rp 7 juta. Setelah melalui prosessidang, Kadus tersebut mau mengakuiperbuatan dan mengembalikan uangtersebut. “Uang tersebut sebenarnyamilik kelompok tani Dono Rahayu-Donohudan. Setelah kami mela-yangkan surat pada bupati dan PimproPKP, akhirnya masalah tersebut dapatterselesaikan, dan petani penerimaproyek dapat kembali menerima kreditmereka.”

Walau berstatus Pegawai NegeriSipil (PNS) Golongan IIIA, Suradi tetapkonsisten memperjuangkan hak-hakpetani, dengan berbagai resikonya.“Ancaman keselamatan dari pihakyang pernah diungkap kejahatannyamerupakan hal yang biasa.

Saya dan kawan-kawan berprinsip,bahwa hidup dan mati manusia sudahdiatur oleh Tuhan,” ungkap dia tentangresepnya dalam menghadapi resikoyang ada.

Suradi mengatakan, bahwa ia siapkapan dan dimanapun dalam per-juangan memberantas segala bentukkorupsi terhadap proyek pemerintahdengan membawa data atau buktiyang ada, “Karena kalau hal inidibiarkan, lama-kelamaan Negara iniakan hancur secara perlahan,” kata diaprihatin. (Eko)

Suradi, PNS yang Berjiwa Advokasi

Eko

Suradi

Tetapi setelah “dikejar” olehlembaga yang dibentuknya, bahkanhampir dilaporkan kepada Polisi, barudana tersebut dapat turun.

Mereka juga pernah mengadvokasimasalah P3A. Yaitu kasus WadukCengklik di Boyolali yang mengairisejumlah 2000 hektar, dimana petanidipungut iuran sebesar Rp. 30.000/hadalam satu musim tanam. “Menurutpengurus P3A, dana yang terkumpuldalam satu tahun tersebut (+ 120 juta)hampir habis untuk operasional.Namun, dalam pertemuan pada bulanJuni 2000 pejabat yang memeganguang tersebut mengatakan mem-punyai dana sebesar 450 juta. Ketikaditanyakan uang tersebut untukkeperluan/program apa, Si Pejabattidak menjawab dengan jelas.

“Karena kalau dibiarkan, lama-kelamaan Negara ini akan hancur secara perlahan”

Page 15: Buleti Advokasi No 06

Halaman 15

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Kilas Berita TaniKilas Berita TaniPertanian Organik

Masih SekadarOmongan

Kalangan petani mengemukakan,masalah pertanian organik yangmenjamin kelestarian lingkungan alamdan kesehatan para petani, hingga saatini masih jadi “omongan“ kalanganpemerintah. Dinilai, pemerintah belummelakukan tindakan nyata.

Pernyataan itu disampaikan petanidalam Gelar Budaya Petani danpameran produksi petani 20-23Oktober di Gedung Purna BudayaYogyakarta.

Gelar budaya yang diprakarsaiAliansi untuk Kedaulatan Petani ituantara lain memamerkan benih dantekhnologi lokal petani, pasar tani,pentas seni petani, seni rupapertunjukan tani, dialog agraria danpengelolaan sumber daya alam, dansaresehan petani dan konsuman.

Pertanian organik , yang merupa-kan budaya petani lokal , pentingdikenali kalangan petani kembalikarena budaya itu nyaris punah olehprogram-program pemerintah sendiri.(Kompas 22 Oktober 2001)

Beras Organik SragenBebas Pestisida

Beras organik petani Sragen,mendapat sertifikasi dari lembagaSucofindo dan dinyatakan bebaspestisida setelah melewati ujilaboratorium No 2942297 untuk IR-64 dan No 2942298 untuk MenthikWangi.

Salah seorang petani , Paimin dariDesa Glonggong Gondang Sragenyang pernah mendapat penghargaanpelopor padi organik dari GubernurJateng Mardiyanto, mengaku sangatgembira melihat hasil uji laboratoriumitu. Dia bersama rekan-rekannyasudah lebih 12 kali panen, tidakmemakai obat-obatan. Bahkan tidakmemakai pupuk urea.

Sragen sebagai salah satu lumbungpadi di Jawa Tengah, setiap tahunmenghasilkan 480 ribu ton gabahkering atau sekitar 230 ribu ton beras.Beras organik hanya 0,3 % dari totalproduksi. Sedang lahan padi organikdi Sragen mencapai 239 hektar atau0,6% dari lahan pertanian 40.156hektar. (Solopos 31 Oktober 2001)

Berkedok MembelaPetani, Pedagang

Minta Proteksi Tarif

Pengenaan tarif bea masuk (BM)yang tinggi terhadap komoditas impor-yang berdampak pada kenaikan hargakomoditas yang sama didalam negeri– belum tentu melindungi petani. BMyang tinggi justeru hanya meng-untungkan pedagang-pedagang(trader) yang selama ini mengklaimmembela petani.

“Yang kontroversial beras. Seolah-olah kita menjadi pahlawan, kita belapetani kalau beras impor kita kenakanBM sebesar 60%. Itu bukan membantupetani,” Kata Anggota Komisi PengawasPersaingan Usaha (KPPU) Faisal Basri.

Faisal menjelaskan, cadanganberas sekarang ini banyak berada ditangan pedagang. “Petani tidak punyaberas . Petani umumnya juga membeliberas. Kalau dikenakan BM berassebesar 60% harga beras impormenjadi mahal. Pedagang dalamnegeri yang mempunyai stok beras,lanjut Faisal juga mempunyaikeleluasaan untuk menaikkan hargaberas yang dibeli petani juga. (Kompas22 Nop 2001)

Terpilihnya Riza melalui prosesrapat yang dipimpin Direktur Eksekutifsebelumnya, Nila.

Setelah itu, Riza secara resmidisahkan oleh Board (Badan Pembina)sebagai Ketua Dewan Pengurus atauDirektur Eksekutif YDA baru, meng-gantikan Nila yang telah empat tahunmemimpin lembaga advokasi itu.

Dalam Rapat Tahunan, antara laindisepakati penyempurnaan AnggaranDasar (AD), dan adanya kelanjutanproses audit menyeluruh atas sistempendanaan yayasan oleh akuntanpublik, hingga dapat dibuat meka-nisme dan prosedur lembaga yanglebih bagus.

Rapat tersebut juga mengkritisiprogram-program yang telahdilaksanakan oleh YDA selama ini.Diharapkan di tahun-tahun mendatangYDA sebagai lembaga advokasi petani,akan lebih bermanfaat bagi kalanganpetani indonesia (*)

Tim YDA Solo, pada bulan Januari2002 ini berangkat ke ProvinsiBengkulu untuk pengorganisasianadvokasi berlandaskan monitoringpartisipatif terhadap proyek BRDP(Bengkulu Regional DevelopmentProject) yang merupakan proyekpembangunan wilayah pedesaan/pertanian dan sumber alam dari danautang luar negeri (Bank Dunia).

Dalam pelaksanaan monitoringtersebut YDA bekerjasama denganlembaga YASVA (Yayasan AdvokasiPerempuan dan Anak). Monitoringpartisipatif dimulai dengan melakukanpelatihan pada petani setempat, untukmelakukan pengumpulan datapelaksanaan BRDP.

Rangkaian kegiatan YDA-YASVA-petani itu dilanjutkan dengan seminardi tingkat petani hingga tingkatnasional sebagai langkah advokasi bagipetani peserta proyek (*)

M RizaDirektur Baru YDA

Yayasan Duta Awam (YDA) punyaDirektur Eksekutif baru, yaituMuhammad Riza yang terpil ihmenggantikan Nila Ardhianie, dalamRapat Tahunan YDA, Sabtu 5 Januari2002.

Tim YDA SoloBerangkat

ke Bengkulu

Page 16: Buleti Advokasi No 06

Halaman 16

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Santai berhadiah!&&

Pemenang kuis (TTS) edisi 4 Agustus-September 2001:Dewi Maryam, Cangkring Rt 01/I Jimus Polanharjo Klaten Jateng

1 2

3 4

Perhatikan urutan gambar di bawah ini:

Apa hikmahyang dapat kita ambil?

Pilihlah salah satu dari jawaban dibawah ini, yang paling tepatmenurut anda untuk mengartikanurutan (cerita) gambar ini.

a) Tikus sayang anak.b) Anak tikus bermain kaleng bekas.c) Tikus suka menggigit temannya.d) Tikuspun tahu akan bahaya pestisida.e) Gambar tengkorak ditakuti tikus.f) pak tani meracun tikus.g) Tikus makin pintar.h) Tikus doyan pestisida tertentu.

Kirim jawaban anda melaluisurat pos/kartu pos ke:

Redaksi Buletin PetaniADVOKASI,

Yayasan Duta Awam,Jl. Adisucipto 184 i Solo.

Jangan lupa tempelkan kuponyang tersedia di bawah ini.

Pemenang beruntungmendapatkan tanda

persahabatan dari redaksi,diumumkan pada dua

penerbitan mendatang.

KUPON SANTAI &BERHADIAHEDISI No. 6

advokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasi

advokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasi

advokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasi

advokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasi

advokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasiadvokasi

B e r oB e r o

Kisah ini dialami oleh seorang petaniperempuan sebut saja Bu Limbuk.Sebagai petani di Desa Pojokgunung,yang berudara bersih, walau sudahcukup berumur, kondisi kesehatanLimbuk sangat prima dan tidak pernahmasuk angin.

Sejak berkenalan dengan teman-teman LSM di suatu kota, makasemangat dan jiwa muda Limbuk yangselalu ingin belajar rupanya mendapatsaluran yang tepat.

Nah, suatu hari Bu Limbuk dapatundangan menghadiri latihan penelitiandi bidang pertanian dari sebuah LSM dikota S. tentu saja dia langsungberangkat dengan semangat setelahberpamitan dengan sang suami tercinta.“Pak-e bebeknya dijaga jangan sampaistress supaya telurnya besar-besar,” kataLimbuk berpamitan pada sang suami.

Karena sang suami mendukung kema-juan istrinya, dia oke-oke saja sang istrimenimba ilmu di kota S untuk beberapahari. “ Wah kalau begitu saya kesepiandong,” keluhnya dalam hati.

Singkat cerita dia jadi berangkat walaudengan berat hati meninggalkan suamiuntuk beberapa hari. Ketika sampai didi tempat pelatihan dia terkejut karenaternyata di sebuah hotel berbintang.“Mbok tempatnya sederhana saja. Ngiritsesuai dengan kondisi bangsa yangsedang krisis,” protesnya patriotik.

Toh panitia sudah memesankan kamarhotel yang kasurnya bisa menthul-menthul kaya perahu diayun gelom-bang. Limbuk-pun menyesuaikan diri.

Memasuki hari kedua, terjadilahperistiwa memilukan. Bu Limbukmengeluh badannya kurang enak danperutnya sakit. Panitia menjadi sibuk, adayang mengusulkan dikerokin, dibelikanobat. Bahkan dengan khawatir, ketuapanitia meminta salah seoranganggotanya untuk mengantarkan BuLimbuk ke rumah sakit terdekat untukdi-check. Dan gawatnya, ternyatapenyakit Bu Limbuk dengan cepatmenular ke beberapa peserta lain.

Ketua panitia sempat mendatangimanajer hotel, sebab jangan-jangan

para peserta itu diberi makanankadaluarsa…, tapi dugaan panitia initidak terbukti.

Menghadapi keadaan ini, kemudianpanitia mengumpulkan semua pesertayang sakit dan yang sehat untukditanya, “siapa tahu terkuakpenyebabnya” desah ketua panitia.Lasmini, salah seorang panitia melakukaninterogasi ke peserta. Bahkan demikelengkapan data, apa saja yangdilakukan dalam kamar-pun ditanyakan.

Inilah hasil penyelidikan Lasmini,”Ternyata semua ini terjadi karenapeserta tidak tahu kalau ada selimutdikamar masing-masing. Juga ditambahtidak bisa mematikan AC (pendinginudara) sehingga menderita kedinginan.Ditambah lagi, ketika sarapan merekahanya meminum teh/kopi pahit karenamalu bertanya letak gula yangsebenarnya sudah ada di tiap meja”.

Mendengar iru semua peserta dengankompaknya berkata oo…, ada yangsekedar geli di hati. Namun ada pulayang langsung protes ke panitia. (Bayu)

Hotel Berbintang-gate

Page 17: Buleti Advokasi No 06

Halaman 17

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

KajianKajian

BBM belum lagi naik (waktu itu),masyarakat kita sudah dihebohkandengan naiknya harga beras disejumlah pasar tradisional yangmembuat heboh para pedagang danibu rumah tangga.

Namun, ada pertanyaan yangharus diajukan. Siapakah yangdiuntungkan dari kenaikan berasyang mengagetkan dan telahmemaksa pemerintah mela-kukan Operasi Pasar (OP) ini?

Jangan-jangan, ketikasaatnya petani panen justeruharga gabah kembali anjlokakibat OP yang dilakukan Bulogdengan gencar tersebut.

Memang petani yang bisabisa panen di pertengahanJanuari 2002, bisa menyabetkeuntungan yang tinggi. Hargagabah basah potong untuk jenisIR 64 sekitar Rp 140.000/kuintal.

Kenaikan harga beras yangterus berlanjut, meskidikeluhkan pembeli tapi dinantioleh petani. Di pasar Legi Solo,jenis Menthik Wangi Rp 3.500/kg, Memberamo Rp 3.400/kg ,C4 Rp 3.300/kg, IR 64 I Rp3.600/kg. Padahal sebelumnyaharga beras berkisar Rp 2.800/kg.

“Yang terang kami sekarangmasih harap-harap cemas. Jangan-jangan ketika kami panen di bulandepan (Febuari) atau awal Maret,harga gabah kembali anjlok akibatoperasi pasar Bulog dengan gencartanpa memikirkan nasib petani”. UjarMulyono (46), petani dari Tanggung-harjo, Grobogan.

Sementara itu, harga pupukmasih dirasa tinggi, pupuk TSsekarang Rp 77.000/sak/50 kg. Pupukurea Rp 50.000 per sak (SuaraMerdeka 15 Januari 2002, Solopos10 Januari 2002).

Beras Naik! Petani Untung?

Kondisi musim yang tidak menentujuga menjadi kecemasan tersendiri.Sebagai contoh, turunnya hujan yangtidak menentu akhir-akhir ini membuatsebagian besar petani yang tersebardi beberapa kecamatan di Blorakebingungan. Karena hujan yang sa-ngat jarang itu mengakibatkan 71 hatanaman padi puso, terdiri dari

tanaman padi yang masih berbentukpersemaian ataupun sudah berusia 25-40 hari.

“Tanaman padi saya mestinyasudah waktunya memupuk, tapi karenatidak ada hujan terpaksa tidak bisa.Perkiraan panenan tahun ini minim,”jelas petani di wilayah KecamatanBanarjero Blora.

Dan banyak pihak yangmemperkirakan, naiknya harga gabahtidak akan bertahan lama. Bisa jadi(seperti yang sudah-sudah) saat panenraya nanti, akan jatuh juga hingga dibawah Rp 100.000/kuintal.

Sementara itu, Bulog kini

sebenarnya tidak lagi bisa diandalkanuntuk melakukan kontrol atas harga.

Hal ini dikatakan oleh KabulogWidjanarko Puspoyo (Suara Merdeka,15 Januari) bahwa peran Bulog sudahjauh berubah.

Dia menyebutkan, Bulog sejak 1998sudah diubah dengan corak baru. KiniBolog tidak lagi memegang monopoli

impor. Untuk impor beras, sudahdibebaskan menjadi milik swasta.

Juga, harga beras tidak lagidikendalikan, tapi dibebaskan danpemerintah tidak lagi mempunyaihak tunggal dan kemampuanuntuk melakukan intervensi pasar.

Kabulog berpendapat, me-mang seharusnya komoditastertentu seperti beras harusnyadiperlakukan secara khusus.

Kongkretnya, kata Kabulog,beras seharusnya termasukkomoditas yang diproteksi.Sehingga kepentingan produsen(petani) lokal dan konsumendapat diseimbangkan oleh kitasendiri.

Namun apa daya, dalambeberapa hal minat melakukanproteksi tampaknya akanberbenturan dengan aturan main

WTO.Disamping itu, Bulog juga punya

“beban sejarah” yang buruk. Justeruketika pada jaman lembaga ini punyakesempatan yang besar untukmembela petani dan konsumen.Lembaga ini dulu telah dijadikan alatoleh pihak tertentu untuk menanggukdana untuk keperluan politik.

Akhirnya , konsumen dalam hal initernyata lebih bisa bersuara keras.bagaimana dengan para produsenlokal (petani) kita?

Front Perjuangan ada di banyaksisi. Memang masih banyak yang harusdilakukan (*)

Mugi S

Page 18: Buleti Advokasi No 06
Page 19: Buleti Advokasi No 06

Halaman 19

Buletin Petani ADVOKASI No 6 Januari-Pebruari 2002

Utang EkologisTidak ada Lagi Yang Bisa DirampasMereka Justeru Memiliki UtangEkologis Kepada Kita

Buku ini menu-turkan secara gam-blang, bagaimanap e n g h i s a p a nsumber daya yangdilakukan negaranegara maju padanegara Selatan.Dus, membuktikanbahwa negara

Utaralah yang justeru (secara ekologis)memiliki utang kepada negara Selatan!

Keuntungan PalsuPemenang dan Pecundang yangsebenarnya, Ketika IMF, Bank Dunia,

dan WTO Memasuki Negara Kita

Buku ini mema-parkan bagaimanapaket pemba-ngunan (utang)yang ditawarkankepada negara kita,justeru akan mem-buat kita terpurukke jurang kemiskin-an tak berujung!

Kelompok Peduli Lingkungan:Lokomotif Perjalanan menuju PetaniAdvokasi

Membagi penga-laman sebuah ke-lompok petaniyang melakukanadvokasi untukdiri mereka sen-diri.Komik atau ceritabergambar ini di-tulis berdasarkanpengalaman Kelompok PeduliLingkungan Desa Badhe Klego Boyolalidalam meng-advokasi persoalan dilingkungannya.

Komik dari sebuah pengalamanMonitoring PartisipatifTerhadap Proyek Bank Dunia.

Proyek yang dibiayai dari utang luarnegeri harus diwaspadai dan diawasi olehwarga. Komik ini membagi pengalamanYDA bagaimana cara memonitornya, de-ngan kekuatan warga secara partisipatifdan mandiri serta terorganisasi.

Media Untuk AksiMedia Untuk Aksi

Poster & Stiker“Lingkaran Racun

Pestisida”

Dengan poster/stiker ini, dipaparkandampak penggunaan pestisida yangmeracuni lingkungan hidup kita, bagaikanlingkaran yang saling bertaut

Sampul berwarna;47 halaman,

dilengkapi gambar-gambar menarik.Pengganti ongkos cetak Rp 4.000,-

Sampul berwarna;26 halaman,

dilengkapi gambar-gambar menarik.Pengganti ongkos cetak Rp 3.000,-

Dilengkapi 72 gambar menarikcover luks18 halaman hitam putihPengganti ongkos cetak Rp 3.000,-

Dilengkapi 88 gambar menarik18 halaman hitam putih

Pengganti ongkos cetak Rp 4.500,-

Full colorUkuran poster : 69,5 x 47,5 Cm

Ukuran Stiker: 10 x 13,5 CmPengganti cetak poster Rp 2.000

Pengganti cetak stiker Rp 800

Sebuah komik:Utang Luar Negeri Indonesia

Selain memberikan fakta-fakta yangterjadi, komik ini dengan lugas dansederhana, mengungkap bagaimanamasyarakat harus bersikap terhadapproyek yang dibiayai dari utang luarnegeri.

Tersedia edisi bahasa Indonesiamaupun Inggris

Dilengkapi 60 gambar menarikcover luks18 halaman hitam putihPengganti ongkos cetak Rp 3.000,-

Tersedia edisi bahasa Indonesiamaupun Inggris

Page 20: Buleti Advokasi No 06

Pemasangan papan peringatan bahaya pestisidaoleh kelompok Pembela Lingkungan (KPL) Bela Tani

Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau JayaKabupaten Pontianak, Kalimantan Barat

(Foto: Dok YDA)