20

advokasi No 09

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: advokasi No 09
Page 2: advokasi No 09

Halaman 2

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Saling TukarInformasi

Hidup Petani!Hallo teman-teman di YDA, bagai-

mana kabarnya? Semoga baik-baiksaja. Buku Buletin Advokasi sudah kamibagikan sama kelompok tani dan kamiberterima kasih sekali.

Dan yang menarik sekali adalahpaparan Mas Titus Sriyono tentangkelompoknya. Rencananya kelompokkami akan meneruskan tentang ternaksapi.

Harapan petani-petani hubungan-nya dengan YDA hendaknya terus ber-lanjut, terutama adanya buku-bukuyang sangat penting sekali. Maklum,di Bengkulu langka atau kurang sekalibuku-buku untuk petani.

Mudah-mudahan tiap-tiap bulankita harus saling memberi informasi.Salam buat staf YDA.

Adi OganPetani dan Koordinator

Serikat Tani BengkuluMuara Aman

Lebong Utara, Bengkulu

Berpestisidaatau Tidak,

Dihargai SamaKami dari kelompok Mitra Tani,

dan dari teman YMI dan YDA sedangserius beraktivitas di SLPHT, mencobamembuat dan menggunakan pestisidaalami, hasilnya cukup lumayan.

Pada sebuah pertemuan, salahsatu orang menyeletuk, “Kenapa barusekarang diberitahu Pak, kalau Sayatahu sejak dulu pasti Saya akanmenggunakan pestisida alami saja.Bahannya harganya murah, hasilnyamemuaskan, dan tidak berbahaya,karena sebelumnya Saya selalumenggunakan Decis. Sampai Saya

pening, jalan sempoyongan, keringatbercucuran”.

Saya juga mencoba menanampadi lokal, jenis padi kuatik yangumurnya 5-6 bulan. Tanpa pupuk danpestisida, hasilnya setelah Sayaanalisa cukup lumayan, tidak banyakpengeluaran, ramah lingkungan, dannasinya enak, pokoknya lain dari yanglain.

Hanya saja harga dipasaran samadengan padi/beras unggul, karenabelum termonitornya pasar, makaberas/hasil petani yang berpestisidamaupun tidak harganya sama.

Demikian, maka kami memohonkepada teman-teman YDA bagaimanacaranya memonitor pasaran, dankapan ada penelitian hasil petani yangtanpa pestisida dapat lebih tinggiharganya.

PrawitoKelompok Mitra Tani

Harapan Jaya, TempulingIndragiri Hilir-Riau

Komik RGDipahamiTua-muda

Saya mengucapkan terimakasihkepada YDA, yang telah mengirimkanbuku-buku pada saya (sudah sayaterima tanggal 28 Agustus 2002 lalu).Buku tersebut saya bagikan kepadateman-teman petani.

Buletin Advokasi juga bermanfaatbagi anak-anak (sebagai tamanbacaan anak), sehingga anak sangatbetah main di rumah dengan teman-temannya.

Yang sangat menjadi perhatiananak saya dan temannya adalah bukuRG (rekayasa genetika) bergambarPetruk dkk.

Dengan memahami buku ceritabergambar itu, anak-anak lebihmemahami bahaya-bahaya pestisida

(selama ini kaleng atau botol bekaspestisida sering untuk mainan, namunsaat ini tidak lagi). Begitu juga kalauanak mau jajan/belanja seringbertanya dengan temannya, apakahini kue atau donat Petruk?

Demikian juga, kalau mau makandi rumah atau sarapan, pasti nanya(Sayur Petruk?).

Pokoknya gempar deh. Komik itujuga bermanfaat bagi orang yang tidakbisa membaca (hanya melihatgambarnya dan bertanya pada anakyang membaca, menjadi faham).

Salam,

RadisanRT 01/RW 01 Buantan Lestari

Kecamatan BugarayaKab Siak Riau 28763

ManfaatkanLimbah Panen

Limbah panen kita, jikadimanfaatkan akan memberi nilaitambah secara ekonomi.

Sebagai contoh, jerami dapatdimanfaatkan untuk media jamurmerang. (Di daerah kami) Karenakurangnya pengetahuan petani, makalimbah ini dibiarkan diambil begitusaja, oleh perusahaan jamur merang.

Padahal setelah jerami dibuat me-dia jamur, sisanya dapat dibuat pupukorganik. Dengan demikian petani tidakmendapat apa-apa, sedangkanperusahaan mendapatkan keuntunganyang berlipat ganda.

Marilah kita belajar untukmendapatkan pengetahuan pertaniandalam segala aspeknya, sehinggadapat tercapai petani yang mandiridan sejahtera.

R SuharnoBentak TR 18/RW V

Sidoharjo SragenJawa Tengah

Surat TaniSurat Tani

Page 3: advokasi No 09

Halaman 3

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Salam AdvokasiSalam Advokasi

Buletin Petani Advokasi diter-bitkanoleh Yayasan Duta Awam (YDA),sebagai media komunikasi danadvokasi menuju petani Indonesiamandiri.Redaksi Buletin Petani Advokasimenerima tulisan, gambar/fotodengan misi pemberdayaan petanidari berbagai pihak, khususnya darikalangan petani sendiri.

Penanggung Jawab: M RizaDewan Redaksi: Mediansyah (koordinator), KurniawanEko, Puitri Hatiningsih, Muhammad Yunus, M Zainuri

Hasyim, A Bayu C, Haleluya Giri Rahmasih, Anwar Hadi,Panggah, Retno AW, Willem Molle , Sucipto.

Distribusi: Sumengkar W, F Agnes

Alamat:Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57102Telp: (0271) 710816 Fax: (0271) 729176

e-mail: [email protected]

Puasa, Lebaran, Natal, ganti tahun, hajatan mantu(Penyelenggaraan pernikahan anak), ritual-ritual yangbegitu menyedot harta, tenaga, dan emosional masyarakatluas di negeri ini. Demikian juga keluarga petani, tidakbisa menghindari segala hal itu. Kalaupun dihindari, kitaakan dianggap sebagai penyendiri yang anti sosial.

Keluarga petani, harus cermatmenghitung keuang-annya, untuk belanjapupuk, bibit, dan ‘obat’ (seharusnyapestisida). Juga untuk bayar makan siangburuh tani, sewa traktor, iuran air. Rasanyatak tersisa lagi anggaran untuk hal lain.

Maka petani selalu berpikir keras, untukselalu mencari tambahan lain diluar bertani.Agar impian untuk mensarjanakan anak-anaknya terwujud, agar impiannyaNgomah-ngomahke anak-anaknya bisasampai (menikahkan anak, mengantarpada jenjang dewasa). Anak-anak diharapmenjadi simbol kebanggaan keluargakepada tetangga -tetangga di desa.

Maka tak begitu salah kalau masalah keuangan,menjadi pikiran berat bagi petani. Masalah ekonomimenjadi Top of Mind! (yang pertama dipikirkan).

Karena itulah, Wandiyo seorang petani di Sukoharjo,Jawa Tengah , harus ikhlas melepas istrinya berjualanjamu gendong di sebuah kota di Jawa Timur. Bila Bulanpuasa tiba sampai lebaran, Istrinya baru berkumpul lagidengan keluarga.

Hanya dalam satu bulan puasa itu, istrinya beradasepenuhnya di rumah. Itupun, sang istri bukan istirahattotal, tapi tetap sibuk. Sore menyiapkan buka, siang kesawah membantu suaminya bertani.

Selain bertani, Wandiyo juga mencoba beternak ayam,dan sesekali dia menjadi modin (tukang doa) dikampungnya.

Dengan upaya suami-istri ini, maka dua dari empatanaknya sudah sarjana. Tinggal dua lagi yang jadi bebanpikiran Wandiyo.

Bagi petani seperti Wandiyo, perhitungan keuangansederhana saja. Yaitu, semakin banyak tabungan, semakinsejahtera hidupnya. Bagi dia, selama Harga Dasar Gabah

tetap rendah, dan penghasilan rendahmaka bagaimana bisa dikatakan sejahtera?walau produksi meningkat sebagaimanadiharapkan oleh pemerintah.

Memikirkan kehidupan sehari-hari yangsudah sulit, menyebabkan petani tidak ingintambah susah berpikir. Apalagi meng-hubungkan keterpinggiran hidup merekadengan ulah kapitalisme global atauglobalisasi. Embuh ra weruh!

Petani sempat menyadari atau tidak, kiniglobalisasi (sistem perdagangan bebasyang dikuasai pemodal besar) berencanatak menyisakan satupun ruang kosongsampai ke pelosok desa.

Sekarangpun, petani Indonesia sudah merasakandampak dari sistem yang diciptakan oleh perusahaan-perusahaan internasional (benih, pestisida dan pupuk yangkita pakai berasal dan diproduksi dari negeri entah berantahyang berada di ujung dunia sana). Globalisasi seolahmengejar kita dan mengajak kita “terus membeli”.

Aneh pula, ketika petani kita menjual produk denganbahan baku ‘obat’ (pestisida) buatan mereka, ternyatakonsumen internasional menolak! “Kadar racunnya terlalutinggi,” kilah mereka.(Puitri)

Jadi petani kecil di jaman globalisasi

Advokasi

Page 4: advokasi No 09

Halaman 4

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

LaporanLaporan

Bulan Desember2002 merupakan‘bulan lebaran (hariraya)’. Paling tidakada dua komunitasmasyarakat akanmerayakannya. Ya,

Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Na-tal. Seperti biasa, menjelang hari rayapasar-pasar, baik pasar tradisionalmaupun super maket, selalu dijejalipembeli. Ada yang membeli bajubaru, alat rumah tangga, kue-kue,bahan makanan, dan lain-lain.Pokoknya segala keperluan untukmerayakan dan meramaikan suasanalebaran.

Semua hasil jerih payah (uang)yang didapat selama ini, tabungan,THR (bagi yang mendapatkan), seolahhendak dihabiskan untuk menyiapkanpesta hari raya. Masyarakat desayang mencari rejeki di kota, membo-rong kebutuhan-kebutuhan tersebut,yang kebanyakan juga berasal daridesa, untuk oleh-oleh sanak saudaradi desa.

Masyarakat desa berbondong-bondong memenuhi angkutan-angkutan umum berangkat ke kotauntuk mencari kebutuhan-kebutuhanperayaan hari raya di desa. Danpemilik-pemilik usaha dan modalmeraup untung dari ‘kebudayaanlebaran’ tersebut.

Sementara meningkatnya pem-belian tersebut tidak otomatis men-datangkan keuntungan bagi produsen-produsen di desa (petani), meskibarang-barang tersebut kebanyakanberasal dari petani.

Lihat saja, baju baru bahandasarnya dari petani kapas, kue-kuebahan bakunya dari petani ubi, petani

gandum, petani padi, dan lain lain.Kemudian, buah, sayur, ikan, dagingbahan bakunya dari petani buah,hortikultura, nelayan dan peternak.Yang meraup untung tetap sajapedagang dan pemilik modal.

Di pasar-pasar loak (tempat men-jual barang bekas) tak kalah ramainya.Kebanyakan dari pengunjung adalahmasyarakat miskin kota dan desa,yang tidak mempunyai cukup uanguntuk membeli barang-barang barudalam memenuhi kebutuhan perayaanhari raya.

Namun banyak juga diantaramasyarakat kita yang belum sempatberkunjung kemanapun, karenamemang belum memiliki uang untukmembeli apapun. Mereka adalahkelompok masyarakat yang tidakcukup mendapatkan hak kesejah-teraan hidup, sebagaimana layaknyawarga masyarakat lainnya, meskipuntugas dan tanggung-jawabnya ter-amat penting bagi negeri dan masya-rakat dunia ini.

Masyarakat miskin kota (gelan-dangan, anak terlantar, pedagangasongan, dll) sangat besar tugas danjasanya bagi negeri ini. Dengan dankarena penderitaan merekalah, makapemerintah, partai politik, dan adadiantaranya ormas dan LSM dapatmembuat program (menjualpenderitaan rakyat ini) untukmendapatkan utangan dari lembaga-lembaga pemberi utang, seperti IMF,Bank Dunia dan ADB (Asian Develop-ment Bank).

Sebagian dana tersebut memangdikucurkan untuk mereka, namunsebagian lainnya (yang jumlahnya ter-kadang lebih besar) justru dinikmatioleh kalangan berduit karena faktor

‘keahliannya atau tugas-tugasnya,jabatannya, dll. Masyarakat miskindesa (petani, nelayan, buruh tani,pekerja kebun, dan lain-lain) yangsangat berjasa dalam menyediakanpangan dan bahan pangan, bahkanbahan-bahan baku lainnya, dijadikanalat untuk menumpuk utang danmenggelembungkan pundi-pundikekayaan dan kekuasaan pelaksana-nya, melalui berbagai mega proyekpertanian.

Penderitaan Petani sebagaiKomoditas Politik

Barang-barang yang pajang dipasar tradisional dan swalayanbanyak berasal dari jerih payah petanidesa. Para petani yang akrab dengantetesan peluh, sengatan matahari dantidak mengenal waktu demi mengelolausaha taninya. Mereka giat meng-emban usaha untuk menjaga agarstok pangan nasional tetap aman.Untuk itu petani terus dipacu (denganberbagai program pemerintah) untukngejar produktifitas!

Kata produktifitas inilah yangselalu dan selalu mereka dengarsebagai upaya untuk mendapatkankesejahteraan. Dengan kata lain tidakproduktif sama saja dengan tidak mausejahtera.

Produktifitas, itulah inti masalahpetani yang disimpulkan oleh ‘pakar-pakar pertanian’ yang bercokol dipemerintahan, dan perguruan tinggi-perguruan tinggi.

Banyak hal yang dijadikan alasanterkait dengan dengan produktifitas.Ada masalah lahan (tidak subur). Adamasalah saluran/air. Ada masalahserangan hama. Ada masalah ‘tidakmodernnya’ teknis pengolahan lahan

ORGANISASI PETANIdari Alat Mobilisasi Petani

Menuju Alat Perjuangan Petani

Page 5: advokasi No 09

Halaman 5

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

LaporanLaporan

sehingga tidak efisien. Ada masalahbenih dan bibit. Ada masalah modalusaha. Banyak lagi. Semuanya untukmenjelaskan pada satu titik, yaknimengejar produktifitas.

Asumsinya, jika masalah-masalahdiatas terselesaikan, hasil produksibanyak dan berlimpah, maka penda-patan petani akan berlimpah pula.

Berangkat dari isu (masalah)produktifitas dengan sub-sub isu lain-nya, banyak pihak kemudian berupayasemaksimal mungkin untuk mendapat-kan keuntungan darinya. Apalagipetani banyak disebut sebagai pihakyang nggak ngerti apa-apa.

Maka lahirlah berbagai konsepbagaimana berbisnis dengan isu-isutersebut. Perusahaan-perusahaanpertanian (pestisida, pupuk, benih,mesin pertanian) melakukan berbagaipendekatan untuk memuluskan usa-hanya.

Oknum-oknum pejabat terkaitkasak-kusuk melobi DPR untuk menge-golkan mega proyek-mega proyek‘peningkatan kesejahteraan petani’.Pelaku bisnis memanfaatkan isu petanimelalui politik dagang.

Pejabat-pejabat negara meman-

faatkan isu petani untuk meraih suaradan dukungan petani pada pemilu.Kalangan dewan mendukung kebi-jakan pemerintah untuk politik ‘asapdapur’ mereka.

Contoh-contoh pandangan di atasbisa kita lihat pada proyek pertaniandan pengembangan sarana dan pra-sarana yang dilaksanakan pemerintahpada masa orde baru. Bimas bukan-nya mensejahterakan petani, tapimalah membuncitkan perut industri-industri pestisida. KUT bukannyamembuat petani jadi tambah pengha-silan, namun sebagian besar dilalapoknum-oknum pelaksana.

Proyek-proyek besar seperti ISDP(Integrated Swamp Development Pro-ject) untuk petani lahan rawa di Kalbar,Riau dan Jambi, TCSSP (programkredit kebun karet) dan banyak lagi,telah selesai dilaksanakan. Bukannyakesejahteraan yang didapat, namunpenderitaan panjang bagi petani,karena bukannya masalah merekaselesai namun malah timbul masalah-masalah baru. Penahanan sertifikatuntuk jaminan kredit, ketergantunganpada pestisida dan pupuk kimia, danlain-lain.

Jika oknum-oknum kalangan atasmemanfaatkan isu petani untuk mela-kukan usaha-usaha bisnis, mengegol-kan proyek-proyek pertanian, maka dikalangan bawah (pelaksana) meman-faatkan proyek-proyek pertanianuntuk kepentingan pribadi. Maka, tidakmengherankan kalau kemudian adapolitik lahan fiktif dan ‘politik’ pesertafiktif di KUT. Ada politik pemalsuantanda tangan. Ada rekayasa biayaproduksi, dll.

Artinya dari isu-isu pertanian ter-sebut patut dipertanyakan berapamargin (besar) keuntungan yang dinik-mati oleh petani dan berapa yangdinikmati oleh pihak-pihak lain. Atauoknum-oknum. Betapa isu-isu perta-nian tersebut dijadikan ‘komoditaspolitik’ oleh pihak-pihak yang sangatterkait dengan persoalan petani danpertanian.

Organisasi Petani SebagaiTunggangan Politik

Sukses dengan politik-politik di-atas, mulai dari pelaku bisnis, kala-ngan legislatif sampai pada pejabatpolitik mencoba serakah dengan

dok YDA

Page 6: advokasi No 09

Halaman 6

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

LaporanLaporanmempermudah gerakan mobilisasipetani. Sukses menawarkan ‘daga-ngan proyek’ yang berupa input baru,tehnologi baru dan lain-lain, merekamencoba memikirkan ‘efisiensi usaha’.

Artinya bagaimana memanfaat-kan petani dan kelompok-kelompoktertentu untuk memperlancar usahadan memudahkan usaha. Strategi initelah dirancang sejak adanya programBimas.

Seiring dengan pelaksanaan pro-gram, di desa dibentuk kelompok-kelompok tani. Demikian juga ketikaada proyek turun (terutama yang ber-bau kredit). Lama kelamaan menja-murlah yang namanya kelompok tani.

Meski banyak diantaranya yang tidakada kegiatan setelah program selesai.

Bahkan ada juga yang masihberkegiatan namun tidak melakukanaktifitas pertanian. Melalui kelompok-kelompok ini, pihak-pihak luar jadilebih mudah mendekati petani. PakLurah cukup mengundang ketua-ketuakelompok untuk mengkampanyekanprogram pemerintah. Pak Kepala Desacukup hanya dengan mengkomandoketua kelompok untuk menggerakkanmasyarakatnya melakukan suatu kegi-atan. Perusahaan besar sampai peda-gang kecil, cukup dengan membuatperjanjian dengan ketua kelompokuntuk mendapatkan kerjasama pem-

belian produk pertanian.Nasib dan pilihan petani seolah

hanya ditangan ketua kelompok. Peta-ni-petani dengan mudah dimobilisasicukup hanya dengan pencet ‘kodeketua kelompok’. Bayangkan berapakeuntungan orang luar ini dengan efi-siensi kelompok yang telah terbentuk.

HKTI (Himpunan Kerukunan TaniIndonesia) pernah merasakan pahit-nya tudingan bahwa kelompok ini padaujung-ujungnya hanya untuk kepenti-ngan mobilisasi petani oleh partaipolitik tertentu pada masa Orde Baru.Demikian juga KTNA (Kelompok Tanidan Nelayan Andalan) pernahmengalami hal serupa.(M Yunus)

Belajar dari masa lalutersebut, maka tidak heran munculpertanyaan, Siapa yang kemudiandapat dipandang sebagai pihak yangsungguh-sungguh berjuang untukpetani? Departemen dan Dinaskah? PPLkah? Ilmuwankah? LSM-LSMkah? Siapa bisa menjamin?

Berdasarkan pengalamandiatas, maka kita tidak bisa lagimenggan-tungkan nasib kita padapihak-pihak luar. Kita harus merebutnasib dan masa depan kita sendiri.Dengan tetap menggunakanorganisasi yang telah kita punyai.Jangan biarkan pihak lainmenguasai organisasi kita untukkepentingan mereka. Tapi, mari kitapakai organisasi kita untuk kepen-tingan kita-kita semua. Kepentinganpetani.

Bagaimanapun organisasipetani tetap perlu kita bangun.Karena dengan organisasi makausulan dan tuntutan yang kitaperjuangkan untuk kesejahteraanpetani, bukanlah tuntu-tan danperjuangan pribadi, tapi per-juangan dan tuntutan petani.

Kita bisa memakai organisasipetani untuk mengajak kalangan per-guruan tinggi (mahasiswa dan dosen)membantu kita menyelesaikan masa-lah-masalah petani. Dengan organi-sasi petani kita bisa meminta kepaladesa, camat, bupati, gubernur bahkanjika organisasi kita besar memintapresiden, untuk membuat kebijakan-kebijakan yang melindungi dan meng-untungkan petani.

Dengan organisasi petani kita bisamenolak kebijakan dan produk-produkyang tidak sesuai dengan kebutuhanpetani.

Dengan organisasi petani kita bisamengawasi proyek-proyek pertaniandi lingkungan kita.

Dengan organisasi petani kita bisamendesak PPL, dan Dinas Pertanianuntuk banyak-banyak memperhatikanpetani.

Dengan organisasi petani kita bisamemaksa kalangan dewan untuk ber-pikir untuk kita, karena mereka adalahwakil-wakil kita. Bahkan dengan orga-nisasi petani kita bisa memboikot par-tai-partai politik jika mereka tidak jugamemikirkan nasib petani. Toh pendu-

duk negeri ini sebagian besar petani.Namun yang paling penting dan

mendasari semua adalah bahwadengan organisasi petani, maka kitaakan dilatih untuk tidak hanya berpikirtentang nasib kita sendiri-sendiri.Tapi nasib kita bersama! Petani!Dengan modal tersebut makasemakin banyak petani terlibat danbergabung untuk memperjuangkannasib petani melalui organisasipetani, maka semakin dah-syatkekuatan petani. Bahasa keren-nyapetani jadi memiliki bargainingpower. Atau kekuatan untukmenawar-kan hal-hal yangmenguntungkan petani.

Kalau sudah begitu, kapanpunpetani siap melawan pihak-pihakyang tidak berpikir demikesejahteraan petani.

Ingat, di tangan petani pangandunia dibebankan. Di tangan petanipula gizi anak bangsa digantungkan.Kalau tidak ada lagi pihak-pihak yangberpikir demi kesejahteraan petani,suatu saat petani bisa menggilassiapapun dengan organisasi taninya.Siapa takut? (M Yunus)

Organisasi SebagaiAlat Perjuangan Petani

Page 7: advokasi No 09

Halaman 7

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

LaporanLaporan

1. Mendirikan kelompok ini harus dengan tujuan yang jelas dan harus disertai keinsyafan darisetiap anggota kelompok terhadap prosedur kerja kelompok. Maka tujuan pribadi anda masukke dalam kelompok pun harus selaras dengan tujuan kelompok.

2. Sebagai anggota kelompok, anda harus tetap mempraktekkan "pola belajar sendiri" yangsenafas dengan kelompok. Kemudian, pada saat pertemuan kelompok, anda (dan setiap anggota)datang untuk mendiskusikan persoalan yang telah anda dipelajari secara individu. Jadi, danbukan untuk sekadar "meminta tolong" kepada anggota lain. Maka itu, setiap pertemuan harusberencana, dengan acara diskusi yang khusus, sehingga anda dan kawan-kawan (sedikit banyak)dapat mempelajarinya dahulu, secara individu. Dus, kelompok itu tidak perlu dipisahkandengan usaha-usaha memecahkan masalah secara individu, karena sesungguhnya keduanyasaling melengkapi.

3. Kalau dalam kelompok itu ada orang terpelajar yang lebih "cemerlang" pandanglah ia tak lebihdari penasehat semata-mata, jadi jangan sekali-kali anda menggantungkan harapan darinya.

4. Dalam pertemuan kelompok, diskusikanlah pokok-pokok pembicaraan disepakati dahulu agartidak menyimpang dari acara.

5. Setiap anggota mencatat hasil diskusi menurut kebutuhan masing-masing. Pada akhir diskusi,ketua menyimpulkan hasil-hasil diskusi dan membuat catatan hal-hal yang belum terpecahkan,lalu menga-dakan rencana kerja untuk diskusi berikutnya.

6. Diskusi dalam pertemuan kelompok, sedapat mungkin harus singkat dan dibatasi waktunya.

7. Bila Anda bertemu persoalan yang benar-benar sangat kontroversial (rumit dan berasal daripendapat yang berbeda-beda)dan tidak dapat dipecahkan, maka ini dianggap masalah bersamayang nanti ditanyakan pada ahlinya.

8. Akhirnya, setiap anggota kelompok harus sadar bahwa kekuatan kelompok adalah tergantungdari setiap anggota. Tak ubahnya seperti mata rantai, kekuatan rantai tergantung padakekuatan mata rantai yang paling lemah, satu unsur saja lemah seluruh rangkaian rantaimenjadi lemah. (*)

Pertemuan KelompokSebagai Alat Pemecahan Masalah

dan Mengembangkan Diri

Page 8: advokasi No 09

Halaman 8

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

LaporanLaporan

Nun jauh disana di kaki GunungLawu, masuk wilayah KabupatenWonogiri, terdapat sebuah desabernama Nguneng. Karena letaknya diatas perbukitan maka suasananyacukup sejuk dengan pemandanganyang menyegarkan mata. Hamparanpersawahan yang bersekat-sekat khassawah di dataran tinggi seakanmencerminkan kalau sebagianpenduduknya adalah petani.

Dari salah seorang penduduk desatersebut terkuak cerita mengenairahasia kehidupan penduduk DesaNguneng. Kala dahulu penghidupanmasyarakat Desa Nguneng cukup pas-pasan, mereka hanya mengusahakanpertanian secara sendiri-sendiri.

Kalaupun berkelompok, hanyauntuk mengatur air dan menerimadana bantuan dari pemerintah (KUT),sedangkan yang mengarah agar petanimempunyai nilai tawar di mata peme-rintah maupun peningkatan usahataninya belum ada.

Pada tahun 1997 di Desa Ngunengterbentuk sebuah koperasi yang diberinama Jerami (Jejaring Rakyat Man-diri). Jerami adalah sebuah koperasiyang berdiri dengan kesadaran penuhpara anggotanya untuk meningkatkantaraf hidup masyarakat petani DesaNguneng.

Pada awalnya, dari analisis yangmereka lakukan, dipetakanlah bahwapermasalahan penduduk Desa Ngu-neng adalah lemahnya perekonomianpenduduk. Dari hal di atas, maka arahdari pembentukan koperasi inipunmula-mula hanya untuk meningkatkanperekonomian penduduk.

Tetapi setelah koperasi Jeramiberjalan beberapa tahun denganmengadakan pertemuan rutin selapa-nan (tiap 35 hari sekali) dan meng-agendakan diskusi tentang perkemba-ngan informasi pertanian yang selamaini kurang diketahui anggotanya,

pemahaman anggota kelompok sedikitdemi sedikit mulai meningkat.Ternyata permasalahan yang ada tidakhanya masalah ekonomi saja tetapijuga masalah informasi. Juga disadaribahwa yang membutuhkan informasitidak hanya orang tua saja tetapi jugaanak-anak, sehingga Koperasi Jeramimembuat perpustakaan, kursuskomputer dan pendidikan lingkungan.

Seiring diskusi yang dilakukansecara rutin setiap 35 hari sekali ter-sebut, semakin mengasah pemikirananggota Jerami. Makin banyak halyang kemudian mereka sadari sebagaimasalah.

Misalnya, setelah ada ternak sapi,ketersediaan dedak (bekatul) menjadisangat penting sehingga memicumereka untuk membeli dedak secarabersama lewat koperasi. Berkat aksiini, harga dedak di wilayah kabupatenitu bahkan dapat dipenga-ruhi merekasebagai produsen.

Selain permasalahan di atas,mereka mulai menyadari ternyatamasalah yang mereka hadapi itubanyak, misalnya ada masalahketergantungan petani pada pupuk,benih, pestisida, pakan sapi danketerbatasan (serta ketergantungan)informasi.

Tidak lupa, mereka sadari pula,bahwa sebuah permasalahan pula,bila pengalaman sesama petani tidakdapat dimanfaatkan oleh petani lain.

Dari perjalanan panjang tersebutberakibat semakin banyaknya tugasyang harus dipikul oleh koperasiJerami dalam mengabdi kepadamasyarakat Desa Nguneng. Karenasemakin masyarakat menjadi lebihtahu (dengan seringnya melakukandiskusi-diskusi) maka semakin banyakpermasalahan yang kemudian me-ngemuka dan harus ditangani.

Sekarang cakupan kegiatanKoperasi Jerami semakin melebar dari

Masalah Petani & Organisasi PetaniPada suatu pertemuan

‘perumusan program kelompoktani’ yang difasilitasi YDA, terjadidialog yang menarik antar petanipeserta pertemuan.

Setelah membuat daftar ma-salah yang ingin diselesaikan ke-lompok, sebagian besar petani pe-serta dialog, menginginkan sebuahprogram yang bermanfaat, prak-tisnya ialah agar ada “tambahanmodal”.

Mereka mengeluarkan usulan,agar ada program yang dapatmenarik “bantuan” dari luar desakepada kelompok.

Namun anehnya, setelahdiskusi berlanjut dengan menga-nalisa potensi yang mereka miliki,dan segala potensi yang dapatmereka kembangkan. Maka, usulanjadi berbalik mengedepankankemandirian, ketimbang memintabantuan dari luar, apalagi utang.

“Ternyata kami punya segalapotensi untuk mandiri, dan ternyatakami tidak butuh kredit,” kata seo-rang petani dari Sragen JawaTengah.

Harus kita akui, masalahkelemahan ekonomi adalah masa-lah yang melilit sebagian besarpetani di negeri ini. Namun,tambahan modal dari luar, apalagiberwujud utang, hanya akanmenambah ketergantungan petani.Kemudian menghilangkan keman-dirian. Lantas, nasib petani tidakakan pernah terangkat.

Banyak organisasi petani di-bentuk hanya untuk menampungdana dari sebuah program peme-rintah, akibatnya organisasi petanihanya menjadi alat.

Lantas, bagaimana organisasiyang ideal dan dapat meningkatkantarap dan harkat hidup petani?

Page 9: advokasi No 09

Halaman 9

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

LaporanLaporan

keinginan untuk memenuhi kebutuhanakan ekonomi yang menjadi per-masalahan kemudian setelah mela-kukan pertemuan-pertemuan/diskusi-diskusi secara intensip berkembang keproblem petani yang lainnya tidakhanya ekonomi saja tetapi beberapamacam, seperti masalah benih,pupuk, pakan.

Bahkan, kelompok Jerami pernahmelakukan ‘gugatan’ ke IndustriJagung, karena benih jagung yangditanam oleh masyarakat DesaNguneng tidak tumbuh dan hasil darikekompakan bersama tersebutakhirnya perusahaan jagung maumengganti kerugian yang dideritapetani.

Sekarang anggota KoperasiJerami sadar bahwa ekonomi hanyamerupakan salah satu bagian sajadan kemandirianlah yang utama,sehingga seiring berjalannya KoperasiJerami banyak bantuan yang datangdari pemerintah ditolak.

Menurut mereka, bantuan dari luarhanya akan membuat ketergantunganbaru bagi anggota Jerami khususnyadan masyarakat Desa Nguneng padaumumnya, sehingga mereka memilihpengumpulan modal dengan usaha

sendiri walau sedikit-demi sedikit.Sebenarnya banyak contoh

kesuksesan dalam penyelesaianpermasalahan-permasalahan yangterkait dengan pertanian selain diatasmasih banyak lagi, dan semuanyakebanyakan menggunakan kekuatankelompok.

Dari contoh tersebut diataskelihatan betapa pentingnya sebuahkelompok atau organisasi untukmenyelesaikan permasalahan-perma-salahan yang ada di sekelilingnya baikyang terkait secara langsung maupuntidak langsung.

Ketika permasalahan-permasa-lahan disekitarnya sudah dapatdipecahkan maka secara naluriahkelompok/organisasi tersebut akanmemikirkan permasalahan-permasa-lahan yang ada di orang lain/kelompoklain.

Selain itu mereka juga akanmempunyai rasa kemandirian yangbesar (tidak tergantung) dan selalutertarik untuk lebih mengefisienkanusaha taninya, karena mereka sudahlebih tanggap terhadap informasi-informasi yang beredar.

Selama ini kelompok/organisasipetani yang ada masih terpilah-pilah

dok YDA

berdasarkan kinerjanya, misalnyaKelompok Tani yang akan membahassekitar bercocok tanam, P3A yangakan membahas hanya padapengelolaan air, ada pembentukankelompok yang khusus mengelolaAlsintan dll.

Seharusnya, pemerintah melihatbahwa petani itu satu kesatuan yangutuh dengan kegiatan yang terkaitdibidang pertanian, sehingga apabilamasih ada pengkotakan-pengkotakanakan mengakibatkan timbulnyapermasalahan-permasalahan baruantar petani.

Namun, dengan hanya satuorganisasi petani/kelompok tani yangdidalamnya ada beberapa kegiatan,kemungkinan dapat terselesaikannyasebuah permasalahan semakin besarkarena akan banyak anggota yangmemberikan sumbangan pemikiranpemecahan masalah dan dapatmengurangi timbulnya permasalahan-permasalahan baru.

Dari contoh diatas dapat diambilpelajaran sebelum kelompok terben-tuk diperlukan diskusi-diskusi secararutin agar anggotanya memahamidan sadar betul mengapa harusmendirikan kelompok. (Bayu)

Page 10: advokasi No 09

Halaman 10

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Monitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & Advokasi

A. Kelompok Ngudi Makmur, Desa Banyuurip, KecamatanKlego, Boyolali, Jateng. (Mampu membuat benih padibersertifikat, dan telah mengembangkan model belajaralternatif untuk petani, memiliki ahli pemupukan, hama,peternakan dan pestisida alami ).

B. Kelompok Tani Sidodadi, Dusun Pencil, Desa Boto,Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jateng.(Mampu melakukan penangkaran dan pemurnian benihpadi).

C. Sagiman, Dusun Setren, Desa Kedungombo, Baturetno,Wonogiri. (Memurnikan Varietas Kedelai).

D. Maryanto, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, KabupatenKlaten, Jateng. (Strategi pengembangan agribisnisJamur Kuping).

E. Kelompok Tani Makmur , Dusun Kalangan, Desa Sangge,Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. (Mampumengembangkan pasar untuk produk pertanian –padi-langsung ke konsumen).

F. Kelompok Tani Mulyo, Dusun Purworejo, Desa Dlingo,Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.(Mengembangkan pasar alternatif dan mengem-bangkan sistem lumbung padi sebagai strategipemasaran).

Ayo Berjaringan& Meningkatkan

Kualitas Kelompok

Dengan berjaringan, kelompok kita akan menambah wawasan dan menambah kemampuanuntuk memecahkan masalah kita. Dengan berjaringan kekuatan makin kuat, dankelemahan dicarikan jalan keluar.Dengan berjaringan, kita saling membantu.

Berikut ini adalah daftar beberapa kelompok, yang masing-masing dengan keunggulannya tersendiri.Kirimi surat atau kabar, kepada rekan petani anda ini, siapa tahu kita dapat bekerjasama makin baik,menambah semangat untuk menuju petani mandiri.

dok YDA

Kuilu

Page 11: advokasi No 09

Halaman 11

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Monitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiMonitor & AdvokasiG. Kelompok Peduli Lingkungan (KPL), Desa Bade,

Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Jateng.(Mengembangkan sebuah kelompok advokasi untukmasalah-masalah yang dihadapi petani).

H. Kelompok Tani Sidodadi, Dukuh Wates, Dusun Sruni,Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali Jateng.(Mengembangkan sistem penyusuan anak sapi –pedhet-yang optimal, disebut panti pedhet, sebagaialternatif jatuhnya harga susu).

I. Parmin dan Daud, petani di Desa Kayutrejo,Kecamatan Wododaren, Kabupaten Ngawi, Jatim.(Mengembangkan cara pengendalian tikus dengansistem blok).

J. Surati, Kelompok Tani Perempuan di DusunSumbersari, Desa Sendangmulyo, KecamatanTirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. (Ahli melakukanpengendalian hama uret).

K. Sukino, petani di Dusun Pindan, Desa Setrorejo,Baturetno, Kabupaten Wonogiri. (Ahli PHT Kedelai,khususnya masalah hama wereng kedelai).

L. Yamtini, Kelompok Perempuan Tani Desa KedungPilang, Kedung Pilang, Kabupaten Boyolali, Jateng.(Mengembangkan permodalan berbasis kelompokpetani perempuan).

M. Kelompok Jerami, Desa Nguneng, KecamatanBulukerto, Kabupaten Wonogiri. (mengembangkansistem permodalan mandiri dan cara beternak sapipotong yang berorientasi pada pemasaran. Juga kuatdalam keorganisasian)

Sebenarnya di seluruh Indonesia, masih banyak individu atau kelompok yang berasal dari kalangan petani sendiri,yang memiliki prestasi tertentu.Kelompok anda dapat mendiskusikan dan melakukan komunikasi dengan jaringan sesama petani ini, untuk melangkahsaling mengisi ke arah kemajuan kaum tani.

Tahukah anda, jika anda tau kelompok anda memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Namun tidak dapat disebarkanpemanfaattannya bagi sesama petani, maka hal itu adalah sebuah masalah tersendiri?

Sekali lagi,Ayo Berjaringan!

Kuilu

Kuilu

Page 12: advokasi No 09

Halaman 12

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Desa Harapan Jaya, merupakansalah satu dari 5 desa Unit Pemuki-man Transmigrasi (UPT) daerah rawapasang surut di Kabupaten IndragiriHilir-Riau sejak tahun 1979.

Pada tahun 2001, di desa ini pulatumbuh sebuah organisasi petanibernama “Mitra Tani”. Organisasi inimuncul karena adanya berbagai per-masalahan petani di desa HarapanJaya.

Mereka merasa perlu berorga-nisasi setelah melihat rusaknya agro-ekosistem (kondisi lingkungan khusus-nya tanah dan air), resistensi (mening-katnya kekebalan hama), resurjensi(peningkatan serangan hama) danresidu (sisa endapan) pestisida seba-gai dampak dari pelaksanaan ISDP (In-tegrated Swamp Development Project-Program Pertanian Rawa Terpadu,sebuah proyek yang didanai dari utangBank Dunia).

Melihat kondisi yang terjadi terse-but, 20 orang petani yang terdiri dari4 orang petani pemandu, 4 orangpetani pemonitor, dan 12 orang petanilainnya berkumpul dan berdiskusibersama, melakukan identifikasi dananalisa masalah, memetakan stake-holder, dan merumuskan kegiatanyang dirancang untuk mengatasiberbagai permasalahan mereka.

Merancang KegiatanKegiatan pertama kali yang di-

gagas dan dirancang oleh kelompokini adalah SLPHT di Desa HarapanJaya. Kegiatan tersebut difasilitasi olehYayasan Duta Awam (YDA) melaluistaf lapangannya, kemudian MitraTani merencanakan kegiatan SLPHT,sebagai salah satu kegiatan alternatifuntuk memecahkan masalah petani

Memecahkan Persoalan Petanidengan

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu(SLPHT)

yang mereka hadapi. Tujuannya ada-lah untuk meningkatkan pengetahuan,pemahaman dan keterampilan dasarPHT bagi petani, agar petani menjadiahli PHT.

Dalam SLPHT dan penerapannya,Mitra Tani menggunakan 4 prinsipmanajemen yang mendasari PHT.Keempat prinsip tersebut adalahsebagai berikut :1. Budidaya tanaman sehat2. Mendayagunakan musuh alami3. Pengamatan secara rutin (mingguan)4. Petani ahli PHT

Pola yang diterapkan dalampenyelenggraaan SLPHT mengikutidaur belajar melalui pengalaman,yaitu melakukan (mengalami), meng-ungkapkan, menganalisis, mengum-pulkan dan menerapkan.

Pelaksanaan SLPHTPelaksanaan SLPHT yang dise-

lenggarakan Mitra Tani dimulai ber-dasarkan 2 tahapan yakni :A. Persiapan SLPHT

Persiapan meliputi pemilihankelompok tani, pemilihan petanipeserta, tempat dan lahan belajar,bahan dan alat belajar, materi danwaktu belajar. Kesemua kegiatanpersiapan dilakukan secarabersama-sama, melalui prosesdiskusi pada pertemuan tingkatdesa, dan kelompok tani.

B. Pelaksanaan SLPHTSLPHT merupakan proses

belajar petani yang berlangsungsecara periodik (mingguan) sesuaidengan Organisme PenggangguTanaman (OPT, hama)-nyaselama 1 musim tanam (14 kalipertemuan)

Kegiatan SLPHT dilaksanakanpada pagi hari, minimal 6 jam efektif.Kegiatan yang berlangsung dalamSLPHT meliputi :

1. Kerja LapanganSebelum pengamatan agro-ekositem, peserta melakukankerja lapangan pada lahanbelajar, seperti sanitasi,pengairan, penyiangan dansebagainya.

2. Pengkajian agroekosistemMerupakan materi pokokdalam SLPHT, tiap subkelompok mengamati petakyang telah ditentukan untukmengetahui perkembanganagroekosistem.Mereka menggambar kondisilingkungannya dan mela-kukan analisa agroekosistem,melalui proses diskusi kelom-pok dan diskusi besar (pleno).Di akhir proses diskusi pleno,semua peserta menyimpul-kan analisa agro-ekosistemdan memutuskan tindakanyang akan dilakukan untukpengelolaan agro-ekosistemselanjutnya.

3. Topik khususTopik khusus yang disajikandan dipelajari dalam setiappertemuan dipilih berdasar-kan permasalahan yang di-hadapi oleh petani saat itu.Jika pada waktu pertemuantidak menghadapi masalah,materi topik khusus diambildari petunjuk lapangan (Pet-lap) SLPHT, yang disesuaikandengan tahapan pertumbu-han dan perkembangantanaman.

Pengalaman AdvokasiPengalaman Advokasi

Page 13: advokasi No 09

Halaman 13

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

4. Dinamika kelompokKegiatan ini dirancang untukmenjadi penyegar suasana/bina suasana agar kondisikerjasama, kreativitas, danproses perencanaan makinberjalan bagus.

Manfaat/hasil yang diperolehSLPHT yang dilaksanakan selama

satu musim tanam, melalui prosesbelajar dari pengalaman peserta telahbanyak memperoleh manfaat.Manfaat yang sangat dirasakanpeserta yakni :1. Peserta langsung mempraktekan

pengetahuan dan ketrampilanpada lahan usaha tani.

2. Hasil pengalaman dari lahanmasing-masing dijadikan bahandiskusi pada pertemuan selan-jutnya.

DampakPelaksanaan SLPHT selain

memberikan hasil/manfaat, tetapijuga membawa dampak bagi petanidan kehidupan pertanian secaraumum.

Beberapa aspek kehidupanpertanian yang terkena dampakantara lain : pola pikir dan pengunaan

input kimia (pestisida). Kasus-kasusdampak yang terjadi setelah SLPHTdiantaranya adalah sebagai berikut :1. Cara pandang

Sebelum adanya SLPHT, petaniberanggapan bahwa pestisidaadalah satu-satunya “obat” yangdikenal petani untuk mengen-dalikan OPT. Namun setelahmereka mengikuti SLPHT, telahmengubah cara pandang danpemahaman mereka, bahwapestisida selain membawa bahandan dampak negatif terhadap agroekosistem, juga sangat berbahayaterhadap pemakai (manusia).

2. Penurunan penggunaan inputkimia (Pestisida)Sebelum ada SLPHT, seluruhpetani di Desa Harapan Jaya Kec.Tempuling, INHIL, menggunakanpestisida pada lahan sawahnya,sebagian besar petani meng-aplikasikan 4 jenis pestisida dalamsetiap musim (herbisida/ racunrumput, insektisida/racun serang-ga, fungisida/jamur dan rodenti-sida/racun tikus). Setelah me-ngikuti SLPHT dan paham akanbudidaya tanaman sehat, merekamengurangi jenis dan dosis pesti-sida yang digunakan usaha tani.

3. PembelaanSebelum ada SLPHT, penentuankebutuhan Saprotan sangatditentukan oleh rekomendasi dariISDP atau pihak Dinas Pertanian.Namun setelah para petanimengikuti SLPHT, semua kebutuh-an saprotan dalam usaha tani,telah ditentukan oleh merekasendiri, berdasarkan pengetahuandan pengalaman yang diperolehpada SLPHT.Organisasi petani Mitra Taniberharap, melalui kegiatan SLPHT,petani dan pemandu, dapatmemasyarakatkan PHT, sehinggaSLPHT akan terus hidup danberkembang, serta melembaga dilapisan masyarakat petani.

KesimpulanSLPHT di Desa Harapan Jaya,ternyata tidak hanya menambahpengetahuan tentang cara perta-nian yang sehat, ramah ling-kungan dan berkelanjutan.Juga menambah wawasan, me-numbuhkan kemandirian dan me-nimbulkan kesadaran berorgani-sasi dalam memecahkan per-soalan-persoalan petani, bukanhanya pertanian. (Sucipto)

Pengalaman AdvokasiPengalaman Advokasi

Kegiatan SLPHT di Desa Harapan Jaya, mencita-citakan pertanian yang sehat, ramah lingkungan dan berkelanjutan.Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi petani “Mitra Tani” ini dirasakan menambah wawasan, menumbuhkankemandirian dan menimbulkan kesadaran berorganisasi dalam memecahkan persoalan-persoalan petani setempat,

dok YDAdok YDA

Page 14: advokasi No 09

Halaman 14

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Profil AksiProfil Aksi

Lontaran Adi Ogan ini, mencuatketika para petani, bersama YDA,mengadakan kegiatan dialog ke FraksiReformasi dan PKB di Gedung DPR-RItanggal 17 September 2002.

Kisah pengusiran ini dimulai ketikaAdi bersama kawan-kawannya,antara lain AriyantoDjalal dan KokoSumardi awal Sep-tember 2002 me-nyampaikan per-masalahan pemba-ngunan beronjongpengendali SungaiKetahun dan jalandi desanya.

Pembangunan beronjong dan jalan itudinilai tidak sesuai standar bangunandan bestek yang telah diberikanKimpraswil (Pemukiman danPrasarana Wilayah) ketika kontrakditandatangani.

Laporan Adi dan kawan-kawan,disampaikan pada sebuah acara yangdihadiri Gubernur setempat.

Dalam acara yang di maksudkanuntuk melihat kesiapan masyarakatterkait dengan rencana pemekaranwilayah di daerah itu. Disitulah, AdiOgan kawan kawan menyampaikan

beberapa persoalan.Di acara itu, merekamengatakan, men-

dukung rencanap e m e k a r a nwilayah. Namun,ada hal-hal ataupersoalan yangharus diselesai-kan terlebih da-hulu.

Beberapa masalah yang belumselesai antara lain :1. Kasus BRDP (Bengkulu Regional

Development Project), dimanadijanjikan untuk tiap desa men-dapat Rp 150 juta, tetapi sampaisaat cerita ini disampaikan belumada uangnya.

2. Masalah KUT, menurut Gubernurwaktu pidato di acara panen rayaterdahulu, uang KUT yang dibayarpetani akan dikembalikan kedaerah. Hal mana seiring otonomidaerah akan menambah PAD.Adi Ogan dan kawan-kawanmempertanyakan hal ini danmenyatakan akan memonitoruntuk meniadakan penyimpangandalam pelaksanaan kembalinyadana KUT yang dibayar petani.

3. Ada perusahaan batu granit yangdiresmikan dengan dana 1 milyar(yang dikelola oleh Bupati ber-sama anaknya) sampai sekarangmandul dan proyeknya tidak jalan.

4. Diungkapkan pula, kondisi trans-migran UPT Ladang Palembangatas persoalan lahan dan per-soalan sarana pertanian yangseharusnya sudah mereka terima.

5. Kemudian, adanya permasalahpada proyek pembangunanberonjong sungai dan jalan yangdilaksanakan oleh Daerah TingkatI dan II.

Proyek Beronjong dan JalanLebih lanjut Adi menyampaikan

pembangunan beronjong (tanggulsungai) sepanjang 60 Km dan jalansepanjang 5,5 Km. Dalam pembangu-nannya dinilai terdapat kejanggalan.

“Ini (proyek dari dana) utang luarnegeri seperti yang terlihat padapapan, inikan mau dibayar rakyatPak!” Kata Adi.

Adi Ogan Tetap Menyuarakan KebenaranPak Kades Ngamuk, Rekayasa Surat Pengusiran

“Saya diusir dari desa, lalu sayaharus pergi kemana? demikianucapan terlontar dari Adi Ogan,petani yang berasal dari desaTalang Bunut, Muara Aman,Kabupaten Bengkulu Utara,Provinsi Bengkulu.

dok YDA

Page 15: advokasi No 09

Halaman 15

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Profil AksiProfil AksiMendengar laporan tersebut

Gubernur cukup tanggap dan menga-takan, “Saya perintahkan Pak Camatdan Pak Kades hari ini, periksa jalanitu kalau ada kejanggalan”.

Pada waktu dicek, Bawasda, Kim-prawsil, PU, Tingkat I dan II, Kades,dan camat turun ternyata memang di-temui kejanggalan. Kejanggalanantara lain, prasarana umum tersebutdibangun “sekadarnya” dengan bahanbaku yang tidak berkualitas.

Jelasnya, telah terjadi manipulasiterhadap harga bahan baku. Maka,atas perintah Gubernur, beronjongtersebut dibongkar habis!

Masyarakat tentu bersyukur, tapiada pihak yang merasa dirugikan,yaitu kontraktornya (PT Hasta Respati)dan Kades setempat yang ternyataadalah subkontraktor pelaksanapembangunanya.

Pengusiran Adi OganTentu saja, laporan Adi tersebut

membuat marah kepala desa TalangBunut (Daarul Maukup SAg) si sub-kontraktor.

Daarul kemudian melakukan“penggalangan tanda tangan” danberhasil mengumpulkan dukungan 145warga desa. Warga desa itu memangikut menandatangani surat pernya-taan bernomor 140/045/2022/2002tanggal 4 September 2002.

Surat yang isinya mengusir AdiOgan dari desa itu, ditembuskan padaBupati Rejang Lebong, GubernurBengkulu, Ketua DPRD Rejang Lebong,Kapala Dinas Kimpraswilkab, KapalaDinas Kimpraswil Propinsi Bengkulu,Kajari, Ketua PN, Kapolsek dan KoramilLebong Utara.

Mengetahui itu, Adi kemudianmelacak persoalan ini, sampai mene-mui sejumlah wartawan di ibukotaprovinsi.

Ternyata dalam penggalangantanda tangan itu, warga desa tidakdiberitahu untuk apa membubuhkantandatangan. Warga hanya ditanya,apakah mereka setuju adanya pemba-ngun PDAM, beronjong, dan jalan?

Kalau mereka setuju, maka silakantandatangan di surat itu!

Karena tidak tahu maksud yangsebenarnya, maka warga (termasukjuga bibi dan keponakan Adi Ogansendiri) mau saja menandatanganidaftar yang disodorkan Kades.

Keluarga bersedihPeristiwa pengusiran dengan surat

rekayasa itu, membuat keluarga Adimenjadi tidak tenang. Sang istrimenjadi sedih dan anak Adi menangis.

Kabar yang simpang siur tersebutcepat tersebar di desa. Bahkan pihak-pihak tertentu menempelkan selebaran(yang memojokkan Adi) di rumah-rumah. Sampai-sampai menjadi bahanobrolan di kala ibu-ibu mencuci disungai.

Tanggal 15 September 2002, se-hari sebelum Adi bersama empatkawannya dari Bengkulu hendak pergike DPR-RI Jakarta (diajak YDA untukikut berdialog dengan Anggota DPR),Tripika setempat mendatangi Adiuntuk rapat guna menyelesaikanmasalah tersebut, waktu itu Adimenjanjikan bersedia berdialogsetelah kepulangannya dari Jakarta.

Adi mengatakan pada Tripika,bahwa semua harus diselesaikan se-suai prosedur hukum, atau secaraadat. “Kalau secara adat sih gampang,Pak Kades dikalungi sandal kelilingkampung dan ngomong kepada wargabahwa Adi Ogan lah pihak yang benar”.

Dukungan pada Adi OganDilain pihak, laporan Adi Ogan dan

kawannya tentang berbagai problemdi desanya, ditindaklanjuti oleh BadanPengawasan Daerah (Bawasda)Rejang Lebong dengan memerintah-kan kontraktor untuk membongkarbangunan sepanjang 60 meter danmengerjakan ulang, termasuk akanmemeriksa Kades Talang Bunut.

Tindakan Adi Ogan dan kawan-kawan mendapat dukungan dariberbagai kalangan, diantaranya dariDrs Mirza Yasben MS Soc Sc, seorangtokoh masyarakat Lebong yangmengecam sikap Kades Talang bunutyang memobilisasi warganya untukmengusir Adi Ogan dari Desa.

Hal senada juga disampaikanjuga oleh Sekretaris Jendral SerikatTani Bengkulu (STAB). STAB menga-takan bahwa tindakan yang dilakukanoleh Kades merupakan sikap penge-cut. “Seharusnya Kades merasabangga, bahwa ada warganya yangmampu bersikap kritis berdasar datadan fakta yang benar”.

Dukungan diberikan pula M ZainalArifin SH, seorang anggota FraksiReformasi DPR-RI asal pemilihanBengkulu. Zainal menyatakan duku-ngan kepada Adi saat dialog denganpetani di Jakarta. Bahkan Zainalberjanji akan melanjutkan dialogsecara khusus dengan Adi Ogan diBengkulu, saat DPR-RI reses di BulanOktober 2002. (Kurniawan EY)

Adi Ogan(inzet,berbaju

hitam) saatberdialogdengan

wakil-wakilrakyat diGedungDPR-RIJakarta,

tanggal 17September

dok YDA

Page 16: advokasi No 09

Halaman 16

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

B e r oB e r o

Sebuah warung di dekat YDASolo, sempat geger. Apa pasal?Kisahnya begini, adalah Wily yang anakAmbon asli (pinggiran) makan siangdi warung yang dijaga gadis manis itu.Si Jong Ambon datang sendiri dankemudian memesan masakankegemarannya, nasi + ikan asin +sambal terasi + sayur asem, danminumnya air putih.

Baru beberapa sendok, datanglahdua rekan sekantornya yang terdiridari Joni yang anak Lampung danAsep yang asli Sunda, “Es teh dua,”kata si Asep kepada gadis penjagawarung.

Lalu Asep dan Joni menyeruputminumannya sambil ngobrol kesana-kemari, dengan bahasa ibu mereka.

Sambil minum, kedua Sundaneseitu, mengambil beberapa roti sobekmanis, di meja warung dan lantasmenikmatinya.

Nah, ketika kedua anak kurangtata ini, merasa cukup kenyang.Mereka bengkit dari kursi dan berkata

kepada si Ambon dalam bahasa DayakBenuaq (mereka bertiga memangpernah lama bertugas di kalimantanTimur, sehingga biasa berkomunikasidalam bahasa Dayak). Terje-mahannya begini, “Kami pulangduluan ya, tolong dibayarin nih,minuman es dua gelas ditambah rotiempat bungkus.” Keduanya lantasngeloyor pergi…

Si Ambon tidak menjawab, cumamengangguk dan tersenyum kecutmelihat tingkah kedua kawan-kawanya itu. Apa yang terjadi? SiMbak penjaga warung ternyata panik,karena merasa dua nasabah-nya adayang melarikan diri, ” Loh, nengdibocah loro sing ngombe es mau.Waaah, mlayu tanpa mbayar. Rugiaku!” kata dia dengan kesal dan terusmenyumpah-nyumpah dua anak“nakal” tadi dalam bahasa Jawa.

Si Wily tetap dengan tenangmenyelesaikan makannya tanpa tahudan tanpa peduli terhadap si gadispenjaga warung yang sedang gundah

gulana kehilangan costumer itu.Setelah selesai menikmati makan

siangnya, Wily bangkit dari kursi danmendekati kasir. “Saya makan nasi +ikan asin + sambal terasi + sayurasem, tambah air putih. Terus duakawan saya tadi minum dua es tehditambah empat roti,” kata dua denganwajah tak berdosa.

Seketika si Mbak terkaget, danberkata, ”Lho, jadi dua orang yang tadikawan kamu dan mereka tidakmelarikan diri tho? Ko’ kamu diam sajawaktu saya nyumpah-nyumpah,kerena mengira mereka melarikan diritanpa membayar?”

“Lho, si Mbak marah-marah padamereka ya? Saya kira tadi Mbak laginyanyi tembang Jawa,” kata Wilyserius. Ternyata, Wily yang tidakfaham bahasa Jawa, tidak menyadaribahwa si gadis penjaga warungsedang meributkan dua kawannya.

Tapi akhirnya happy ending, konflikantar etnis tidak meluas. Ternyatahanya kesalahpahaman. Syukurlah!

Konflik Antar Etnis di Warung Nasi

Kirim jawaban anda melalui suratpos/kartu pos ke:

Redaksi Buletin PetaniADVOKASIYayasan Duta Awam,

Jl. Adisucipto 184 i Solo

Jangan lupa tempelkan kuponyang tersedia di bawah ini.

Pemenang beruntungmendapatkan tanda persahabatandari redaksi, diumumkan pada dua

penerbitan mendatang.

Kupon Santai & BerhadiahEdisi 7

Kupon Santai & BerhadiahEdisi 9

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Akanlebih baik jika anda terlebih dahulu berdiskusi dengankelompok (organisasi petani) anda sebelum menjawabpertanyaan di bawah ini:

Pertanyaan 1:Menurut anda, apa saja masalah-masalah yangdihadapi profesi petani sekarang ini? (masalah yanganda rasakan, atau yang ada di sekitar anda sendiri).

Pertanyaan 2:Menurut anda, bagaimana supaya para petani dapatmengatasi (menyelesaikan) masalah-masalahnya,secara bertahap atau secara langsung, dengan baikatau strategis?

Pertanyaan 3:Menurut Anda, bagaimanakah sebuah organisasipetani yang baik itu?

Santai berhadiah!&& Pemenang Kuis No 7Mukani

Blok B Dusun Tegal wangiDesa Rumbai Jaya, Tempuling

Kab Inderagiri HilirRiau

Page 17: advokasi No 09

Halaman 17

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Kilas Berita TaniKilas Berita TaniIndustri

Pakan TernakTerus Impor

JagungPengurus Gabungan Pengusaha

Makanan Ternak (GPMT) memper-kirakan produsen pakan ternaknasional masih akan mengimporjagung untuk produksi 2003.Sementara itu total kebutuhan jagungnasional diperkirakan 3,5 juta tonuntuk tahun 2003.

Menurut Ketua GPMT, BudiartoSubianto, pada 2001 total imporjagung mencapai 1,2 juta ton.Sedangkan hitungan sementara untuk2002 adalah 1,4 juta ton.

Kata Budiarto, jagung yangdiimpor pada umumnya berasal dariCina dan Benua Amerika, tapi bukandari Amerika Serikat.

Sedangkan menurut data imporIndustri dan Perdagangan No 223 BPS,impor jagung dari Cina periodeJanuari-Mei 2002 mencapai 131.920ton.

Sedangkan dari Amerika Serikat67.597 ton, Thailand 20 ton dannegara-negara lain 22.910 ton.

Mengapa bukanjagung lokal?

Menurut Budiarto, pihaknya tidakmemilih jagung lokal, “Industri pakanternak membutuhkan jagung yangmemenuhi standar industri sepertikadar air dan aflatoxin.”

Sebelumnya, Memperindag RiniMS Soewandi mengungkapkan bahwaimpor jagung 2001 senilai 150 DollarAmerika sebenarnya tidak perlu,karena Indonesia dapat mengisikebutuhan pasar dalam negeri.

Hanya saja, menurut Rini, jagungkita terhambat sistem pemasaran danpengolahan paska panen, khususnyamasalah pengeringan. (Solopos, 11Desember)

YamisaDisidang di PN

BandungKetua Yamisa (Yayasan Misi Islam

Sunah Waljamaah) Abdul Rahman,mulai disidangkan di PengadilanNegeri Bandung, 16 Desember.

Pengadilan ini digelar terkaitdakwaan bahwa Yamisa telahmelakukan penipuan berkedokpengumpulan dana masyarakatdengan iming-iming bonus besar.

Menurut Kepala Kejaksaan Negeri(Kajari) Bandung, Nur Rochmat, kasusYamisa merupakan kasus nasionalyang meminta korban masyarakatcukup banyak.

Diduga sekitar 60.000 anggotamasyarakat dari berbagai daerahmenjadi korban Yamisa. (Kompas,10 Desember)

Enjeng GondokBahan BakuKerajinan

Tanaman enceng gondok yangdikenal sebagai gulma air, ternyatadapat bernilai ekonomis tinggi.

Tanaman ini dapat dimanfaatkanbatangnya sebagai bahan bakukerajinan anyaman seperti tas,dompet dan pigura.

Pemanfaatan batang encenggondok ini dicontohkan oleh Narto, 23,yang mengambil enceng gondok dariKali Jagir Surabaya, Jawa Timur.

Setelah enceng gondokdikeringkan, Narto mengirimnya keBali. Kemudian diolah menjadikerajinan anyaman.

Di Bali, hasil kerajinan dari encenggondok ternyata diminati olehwisatawan asing maupun wisatawandomestik. (Kompas, 10 Desember)

Kartel BerasInternasional

TerbentukKartel adalah istilah yang biasanya

dihubungkan dengan jaringan atausindikat kejahatan (industri) narkotika.Dalam sebuah perdagangan sistemkartel, maka harga dan kuota (jumlah)yang akan dilempar ke pasar dapatditentukan segelintir orang saja.

Selama penghujung tahun ini, kitaseperti terlena dengan berita bomBali, sehingga ada peristiwa pentingyang hampir luput dari perhatian kita.Tanggal 9 Oktober, di Bangkok, limanegara pengekpor beras, yaitu Thai-land, India, Cina, Vietnam dan Paki-stan, berkumpul untuk merencanakanpembentukan kartel beras.

Bagi mereka, produksi besar yangsudah melampaui jumlah kebutuhandunia ini, cukup merepotkan. Sehinggadiusulkan agar harga minimum berasditurunkan pada tingkat harga padatahun 1997. Diperkirakan harga berasmemang akan terus turun. (Kompas,3 Desember)

Undang-Undang (UU) PerkebunanPerkebunan, mendapat kritikan kerasdari sejumlah elemen masyarakat.Dalam aturan-aturannya, menjadikanUU Perkebunan tersebut hanya se-bagai alat untuk melakukan eksplorasisumber daya alam, tanpa diiringidengan langkah-langkah konservasi.Selain itu juga tidak memberikanperlindungan terhadap hak tanahulayat dan tanah adat.

UU tersebut menonjolkan aspekekonomi dan eksploitasi sumber dayaalam, sementara aspek konservasiterabaikan. (*)

Undang-UndangPerkebunan Bikin

Heboh

Page 18: advokasi No 09

Halaman 18

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Resep KitaResep Kita

Langkah ISiapkan alat-alat yang diperlukan utuk membuat pupukcair, yaitu drum, penutup drum dapat berupa plastik hitam,tali, karung goni atau karung berbahan nilon juga boleh,dan batu.

Langkah IIKarung diisi dengan daun-daunan yang telah dicincanghalus, atau kotoran yang masih segar, kira-kira 3/4 karung,lalu diikat ujungnya.

Langkah IIIMasukkan karung yang telah diisi bahan baku pupuktersebut ke dalam drum kosong kemudian diisi air (2 literair untuk 2 kilo berat isi karung).

Langkah IVLetakkan batu di atas karung sehingga tenggelam, dandrum dijaga selalu tertutup. Selain itu letakkan drum ditempat yang teduh.

Membuat SendiriPupuk Cair

Anda dapat membuat sendiri pupuk cair, yang bermanfaat, mudah diserap tanaman, murah:

Page 19: advokasi No 09

Halaman 19

Buletin Petani ADVOKASI No 9 Nopember-Desember 2002

Resep KitaResep Kita

Langkah VSetelah 2-3 minggu (jika daun muda 3 malam), karung diangkat. Larutan dalam drum itulah yang disebut denganpupuk cair. Ampasnya juga dapat digunakan untuk menyuburkan tanah.

Langkah VIEncerkan pupuk cair dengan air (1 bagian pupuk ditambah3 bagian air jika bahan dari daun, dan 4-6 bagian air jikabahan dari kotoran ternak) kemudian disiramkan padatanah di sekitar tanaman (upayakan jangan terkenatanaman anda).

Sumber: baik gambar maupun keterangan gambardiadaptasi dari CD KUILU,sebuah program komputer

untuk format dan perancangan,hasil kolaborasi banyak illustrator dan NGO,

antara lain Driya Media, Cuso Indonesia,Le Chat Orange

dan Canadian Bureaufor International Education

Page 20: advokasi No 09