44
PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan atas karunia dan rahmat Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyajikan Buku Pedoman Kerja Mahasisa Modul Respirasi tahun akademik !"#$%!"#&' Kami menyampaikan terima kasih sedalam%dalamnya kepada tim inti modul Respirasi Program Studi Pendidikan (okter )ni*ersitas Palangka Raya + PSP( )NPAR , tahun akademik !"#$%!"#& yang telah menyum-angkan -uah pikiran dan mem.asilitasi penyelesaian -uku ini' Kami menyadari -aha -uku ran/angan pengajaran ini tak luput dari kesalahan' Kritik dan saran kami -utuhkan untuk per-aikan dan kemajuan di masa yang akan datang' Buku ini kami persem-ahkan untuk meningkatkan kualitas pem-elajaran dan kompentensi /alon dokter di PSP( )NPAR masa mendatang' Kiranya Allah SWT tetap mem-erikan petunjuk untuk penyempurnaan' Semoga Allah SWT selalu melimpahkan -erkat dan rahmat% Nya kepada kita semua' Amin' Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Respirasi, FK Unpar, 2014201! 1

BPKM RESPIRASI PKY

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku Panduan Kegiatan Mahasiswa untuk Modul Respirasi. Berisi tentang jadwal kegiatan kuliah maupun praktikum, pemicu, ketentuan nilai, tata tertib, dan lainnya.

Citation preview

Puji Syukur kami panjatkan atas karunia dan rahmat Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyajikan Buku Pedoman Kerja Mahasiswa Modul Respirasi tahun akademik 2014-2015.

Kami menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada tim inti modul Respirasi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya ( PSPD UNPAR ) tahun akademik 2014-2015 yang telah menyumbangkan buah pikiran dan memfasilitasi penyelesaian buku ini. Kami menyadari bahwa buku rancangan pengajaran ini tak luput dari kesalahan. Kritik dan saran kami butuhkan untuk perbaikan dan kemajuan di masa yang akan datang. Buku ini kami persembahkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompentensi calon dokter di PSPD UNPAR masa mendatang. Kiranya Allah SWT tetap memberikan petunjuk untuk penyempurnaan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada kita semua.

Amin.

1. Latar Belakang

Bernapas adalah salah satu perbuatan yang kita lakukan tanpa sadar sepanjang hari. Banyak proses yang terjadi selama tindakan ini, ketika hidung, saluran pernapasan, dan paru-paru terlibat. Sesungguhnya, bernapas berarti memberi makan sel tubuh kita dengan oksigen. Sel-sel tidak bisa bertahan hidup tanpa respirasi. Memelajari sistem respirasi secara integrasi melalui problem based learning menjadi esensial dan kian dibutuhkan bagi calon dokter mendatang.

Permasalahan kesehatan di Indonesia yang berkaitan dengan sistem respirasi semakin berkembang. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TB. Indonesia telah menempati peringkat tiga besar setelah Cina dan India dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia. Meskipun Indonesia telah berhasil mencapai angka keberhasilan pengobatan sesuai dengan target global yaitu 85 persen, namun timbulnya resistensi obat TB diiringi peningkatan ko-morbid HIV/AIDS-TB memberi tantangan baru dalam tatalaksana TB di Indonesia. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saat ini juga tetap menjadi masalah kesehatan utama. Episode penyakit batuk pilek pada anak usia di bawah lima tahun (balita) di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali setiap tahun. Pada banyak negara berkembang, lebih dari 50% kematian pada umur anak-anak balita disebabkan karena infeksi saluran pernafasan akut pneumonia, yakni infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada akhir tahun 2000, diperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama infeksi saluran pernafasan akut di Indonesia mencapai 6 kasus di antara 1000 bayi dan balita. Indonesia kini mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan pandemi influenza global di masa mendatang. Virus H5N1 yang mengakibatkan flu burung bila bermutasi menjadi bentuk yang dengan mudah menular antarmanusia melatari ancaman pandemi influenza global dan sedang dibahas di berbagai belahan dunia. Khusus di Indonesia, diperkirakan pandemi influenza itu akan mengakibatkan sedikitnya 153 ribu orang meninggal duniaMasih banyak lagi tantangan kesehatan di bidang respirasi di masa mendatang. Oleh karenanya modul respirasi merupakan bagian Kurikulum pendidikan dokter umum KURFAK 2005. Modul respirasi yang dilakukan pada semester 4 merupakan modul ke-7 pada tahap 2 yaitu tahap Medical Sciences, akan berlangsung selama 5 minggu dengan beban 5 SKS. Melalui modul respirasi mahasiswa diperkenalkan dengan sistem respirasi dan organ/sistem terkait serta pemahaman mengenai mekanisme fisiologis dan gangguan sistem repirasi yang bermanifestasi klinik dalam berbagai bentuk. Modul ini menerapkan kegiatan pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk belajar aktif dan mandiri sehingga keterampilan belajar diperoleh dan dicapai kompetensi di bidang respirasi sebagai calon dokter.

2. Kompetensi yang harus dimiliki dalam Pembelajaran Respirasi

Berdasarkan Kurikulum Nasional (KIPDI III) yang berbasis kompetensi, pendidikan kedokteran diarahkan untuk menguasai 7 area kompetensi ditambah 3 kompetensi untuk lulusan PSPD UNPAR. Pada Modul Respirasi, ditujukan untuk menguasai 9 area kompetensi berkaitan dengan pembelajaran ilmu respirasi dan penanganan permasalahannya, yaitu:

1. Keterampilan komunikasi efektif (diajarkan di modul EBP3KH)2. Keterampilan klinik dasar dalam penanganan respirasi

3. Kemampuan menjelaskan ilmu biomedik, klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam pemahaman ilmu respirasi dalam keadaan sehat dan sakit

4. Kemampuan menjelaskan pengelolaan masalah respirasi pada individu, keluarga dan komunitas

5. Kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dalam mengelola informasi untuk mengidentifikasikan masalah dan menegakkan diagnosis serta menyusun rencana selanjutnya6. Mawas diri dan mampu mengembangkan diri atau belajar sepanjang hayat

7. Memahami etika, moral, dan profesionalisme dalam pemahaman ilmu dan penanganan masalah respirasi

8. Kemampuan merencanakan riset untuk menjawab/mengatasi permasalahan dalam ilmu atau penanganan masalah respirasi

9. Kemampuan menjelaskan dan melaksanakan penanganan standar kegawatdaruratan napas3. Tujuan Umum

Melalui Modul Respirasi yang dijalani selama 6 minggu, mahasiswa memiliki kompetensi derajat 1 terkait bidang respirasi yang wajib dimiliki seorang dokter dan merupakan modal dasar dalam penanganan masalah respirasi pada layanan kesehatan.

4. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan Modul Respirasi, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun berdasarkan empati dalam upaya mengelola klien dan pasien dengan mengintegrasikan penalaran biomedis (ilmu dasar) dan klinik, sehingga tercipta kerjasama yang baik antara teman sejawat, tenaga medis profesional lainnya, komunitas, pasien dan keluarga pasien.

2. Berpikir kritis dalam mensintensis dan analisis data khususnya di bidang respirasi dengan mengintegrasikan ilmu dasar (biomedis), klinik dan lingkungan.

3. Menjelaskan mekanisme dasar proses respirasi dengan mengintegrasikan berbagai ilmu dasar

4. Menjelaskan mekanisme yang mendasari berbagai gangguan respirasi

5. Melakukan pemeriksaan jasmani yang terkait sistem respirasi, secara profesional

6. Mengidentifikasi masalah medis data sekunder dan menegakkan diagnosis serta menyusun rencana tatalaksana penanganan masalah respirasi yang meliputi farmakologi, nonfarmakologi pada individu, keluarga dan komunitas dengan menerapkan pendekatan kedokteran berbasis bukti (Evidence-based Medicine/EBM)

7. Menjelaskan dan membuat rencana tindakan pencegahan (primer, sekunder dan tersier bila ada) dan tindak lanjut standar dalam tatalaksana masalah respirasi, dengan memertimbangkan keterbatasan ilmu dalam penatalaksanaan.

8. Menjelaskan dan/atau melakukan prosedur pemeriksaan penunjang standar yang berkaitan dengan sistem respirasi

9. Menjelaskan dan melakukan tindakan medik standar kegawatan napas

10. Aktif dalam mencari, mengumpulkan, menyusun serta menafsirkannya dalam memperoleh informasi dengan memafaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengidentifikasi, sintesis, analisis data sekunder guna merencanakan penatalaksanaan masalah kesehatan respirasi

11. Mengenali isu dan dilema etik serta masalah medikolegal dalam situasi klinik yang berkaitan dengan masalah respirasi dan mengetahui kapan dan bagaimana mendapatkan bantuan pakar atau sumber lain dalam menyelesaikan pilihan etik dan medikolegal tersebut

12. Peka terhadap tata nilai pasien dan mampu memadukan pertimbangan moral dan memiliki keterampilan untuk memutuskan masalah etik yang berhubungan dengan gangguan respirasi

Mahasiswa yang mengikuti Modul Respirasi adalah mahasiswa yang telah melalui tahap 1 sehingga telah mencapai keterampilan belajar sesuai dengan tujuan tahap 1.

Setelah menyelesaikan pembelajaran modul respirasiBila dihadapkan pada data sekunder dan simulasi, mahasiswa mampu menjelaskan struktur makroskopis dan mikroskopis, mekanisme kerja dan interaksi antar sistem respirasi serta sistem organ yang terkait, patogenesis/patofisiologi gangguan pernapasan, serta mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis pernapasan, dan laboratorium yang berkaitan dengan gangguan sistem pernapasan, pendekatan tatalaksana serta tindakan pencegahannya.Rincian sasaran pembelajaran 1. Bila diberikan pemicu mengenai pernapasan mahasiswa mampua. Menjelaskan anatomi dan struktur mikroskopik sistem pernapasan

b. Menjelaskan fisiologi sistem pernapasan dan interaksi dengan sistem organ terkait

c. Menjelaskan pertukaran gas secara mikro dan keseimbangan asam basa

d. Menjelaskan bioenergetika dan pembentukan radikal bebas dalam proses respirasi sel

2. Bila diberikan pemicu masalah pernapasan, mahasiswa mampua. Menjelaskan mekanisme terjadinya masalah dan sistem/organ terkait

b. Menjelaskan histopatologi dan patofisiologi penyakit yang menimbulkan masalah tersebut

c. Menjelaskan etiologi dan sistematika deteksi (pemeriksaan penunjang) yang diperlukan berdasarkan patogenesis dan patofisiolgi dari penyakit yang menimbulkan masalah tersebut

3. Bila diberikan data sekunder, mahasiswa mampua. Merumuskan masalah medis dan kegawatdaruratan-nya (bila ada)

b. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang

c. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding

d. Menjelaskan pendekatan penatalaksanaand.1. medikamentosa: farmakologi obat

d.2. non medikamentosa

e. Menjelaskan penatalaksanaan masalah gangguan saluran napas sebagai masalah nasional (ISPA dan TB)

4. Bila diberi pasien simulasi dengan kelainan respirasi, mahasiswa mampua. Melakukan anamnesis yang sesuai dengan masalah

b. Melakukan pemeriksaan fisis pernapasan

5. Bila diberikan masalah dalam suatu komunitas/masyarakat, mahasiswa mampua. Menentukan besarnya masalah dalam komunitas/masyarakat

b. Menentukan faktor penyebab atau faktor terkait dengan terjadinya masalah

c. Membuat rencana penyelesaian (pencegahan,pengobatan, rehabilitasi) masalah ini di komunitas

Lingkup Bahasan

Lingkup BahasanPokok BahasanSub pokok bahasan

Proses respirasi (pernapasan) normal1. Anatomi saluran napas atas dan adneksa terkait, saluran napas bawah, paru, pleura dan mediastinum

1.1. Struktur makroskopik saluran napas atas dan adneksa terkait, saluran napas bawah, paru, pleura dan mediastinum

1.2. Struktur mikroskopik saluran napas atas dan adneksa terkait, saluran napas bawah, paru, pleura dan mediastinum

1.3. Sistem dan mekanisme pertahanan pernapasan

2. Aspek mekanik dan fisiologik respirasi 2.1. Inspirasi dan ekspirasi (mekanisme bernapas)2.2. Mekanisme respirasi: Ventilasi

Difusi

Perfusi

2.3. Pengaturan pernapasan Pengendalian oleh sistem saraf Interaksi dinding dada, pleura, paru pada sistem pernapasan

Refleks khusus pada proses respirasi

2.4. Ruang rugi anatomi dan fisiologi

2.5. Surfaktan perannya pada inflasi, deflasi paru serta stabilisasi alveoli2.6. Dinamik pada sistem respirasi Resistensi paru dan jalan napas

Aliran laminar vs turbulen

Prinsip Bernoulli

Elastic reccoil paru dan dinding dada

Tonus otot polos bronkus

3. Proses pertukaran gas

3.1. Transport O23.2. Oksigenasi dan kurva disosiasi oksigen3.3. Ventilasi alveolar dan proses eliminasi CO2 oleh sistem sirkulasi 3.4. Pengaturan asam basa3.5. Bioenergetika dan pembentukan radikal bebas pada proses respirasi sel

4. Volume paru dan kapasitas paru4.1. Volume statik dan dinamik serta kapasitas paru4.2. Compliance paru4.3. Flow-volume loop dan keterbatasan aliran udara ekspirasi4.4. Spirometri

Infeksi saluran napas atas dan bawah1. Etiologi 1.1. Bakteri

1.2. Virus

1.3. Jamur

1.4. Parasit

1.5. Kolonisasi kuman

1.6. Ekologi mikroba

2. Patogenesis & patofisiologi2.1. Mekanisme masuknya agent (patogen) ke dalam sistem respirasi2.2. Bersin2.3. Batuk2.4. Post nasal drip syndrome

2.5. Sesak napas

3. Imunopatologi3.1. Respons imun

3.1.1. Respons imun spesifik3.1.2. Respons imun nonspesifik3.2. Inflamasi

4. Perubahan berdasarkan patogenesis & patofisiologi4.1. Perubahan makroskopik 4.2. Perubahan mikroskopik4.3. Organ/sistem terkait4.4. Perubahan parameter laboratorium klinik

5. Pemeriksaan penunjang5.1. Dasar diagnostik 5.2. Bahan pemeriksaan5.3. Pewarnaan gram5.4. Pemeriksaan radiologi

6. Tatalaksana 6.1. Medikamentosa (farmakologi anti infeksi dan simtomatik)6.2. Non-medikamentosa

7. Kesehatan

Masyarakat7.1. Besar masalah7.2. Mortalitas & morbiditas7.3. Pencegahan

Penyakit obstruktif

saluran napas atas dan bawah1. Etiologi1.1. Intralumen dan ekstralumen1.2. Benda asing

2. Faktor risiko2.1. Alergen 2.2. Asap rokok2.3. Polusi Udara (IndoorOutdoor)2.4. Genetik

3. PatologiSaluran napas atas, bawah dan parenkim2.1. Kelainan anatomi 2.2. Inflamasi2.3. Edema2.4. Sumbatan mukus2.5. Bronkokonstriksi2.6. Airway Remodeling2.7. Patologi forensik

3. Patofisiologi4.1. Obstruksi hidung 4.2. Bronkospasme4.3. Hipoventilasi4.4. Ketidakseimbangan ventilasi/perfusi4.5. Gangguan difusi4.6. Air trapping4.7. Hipoksia4.8. Hiperkapnia4.9. Sianosis

5. Jenis Penyakit Obstructive Airway5.1. Rhinitis

5.2. Asma

5.3. PPOK

5.4. OSAS (Obstructive Sleep Apnea Syndrome)

6. Diagnosis6.1. Gejala dan Tanda (anamnesis dan pemeriksaan jasmani)6.2. Foto Toraks6.3. Laboratorium: pemeriksaan sputum, eosinofil total, dan IgE spesifik6.4. Analisis gas darah6.5. Spirometri (termasuk uji bronkodilator)

7. Tatalaksana7.1. Medikamentosa (Farmakologi bronkodilator, anti-inflamasi, simtomatik)7.2. Non-medikamentosa (pengangkatan benda asing)

8. Terapi oksigen8.1. Indikasi

8.2. Low vs high dose8.3. Cara pemberian

9. Kesehatan masyarakat9.1. Besarnya masalah

9.2. Morbiditas, mortalitas

9.3. Pencegahan

Neoplasma saluran napas atas, napas bawah dan mediastinum1. Etiologi & faktor risiko

1.1. Polutan

1.2. Asap Rokok

1.3. Agen Karsinogenik

1.4. Genetik

1.5. Virus Epstein-Barr

2. Patogenesis2.1. Karsinogenesis2.2. Penyebaran tumor

3. Klasifikasi3.1. Tumor jinak dan ganas3.2. Jenis histologik

4. Diagnostik4.1. Cara pemeriksaan/ pengambilan sampel

4.2. Diagnostik serologi

4.3. Diagnostik patologi anatomi

4.4. Radiodiagnostik

5. Modalitas terapi5.1. Pembedahan

5.2. Non pembedahan (Kemoterapi & radioterapi)

Tuberkulosis

1. M. Tuberculosis

1.1. Karakteristik biologi

1.2. Transmisi

1.3 Replikasi di tubuh manusia

1.3. Mekanisme resistensi

1.4. Faktor Risiko

Pajanan

Infeksi

Sakit

Kematian

2. Patofisiologi & patogenesis2.1. Patogenesis infeksi dan sakit

2.2. TB primer dan TB pasca primer

2.3. Reaktivasi dan Re-infeksi

3. Imunologi

3.1. Imunopatogenesis

3.2. Mekanisme uji tuberkulin

3.3. Mekanisme vaksinasi BCG

4. Diagnosis

4.1. Tanda dan gejala (anamnesis dan pem. jasmani)

4.2. Pemeriksaan laboratorium (spesimen sputum yang baik, pewarnaan BTA ZN, dll, pembacaan skala IUATLD, kultur M.Tb, penyimpanan sediaan, pembuangan limbah)

3.1. Foto toraks

3.2. Uji tuberkulin

3.3. Sistem skoring TB anak

5. Klasifikasi TB paru4. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan dan beratnya penyakit sesuai WHO/program Nasional

5.1. Identifikasi TB di luar paru

5.2. Komplikasi (batuk darah, pneumotoraks, empiema, dll)5.3. Komorbid5.4. TB dan kehamilan

6. Intervensi efektif6.1. Pentingnya penemuan sputum BTA (+)6.2. Strategi DOTS 6.3. Rasionalisasi pengobatan (paduan obat, lama pengobatan, fase awal dan fase lanjutan, cara pemberian (intermiten vs daily), dosis, FDC)

7. Tatalaksana medikamentosa (obat anti tuberkulosis)

7.1. Regimen pengobatan sesuai klasifikasi7.2. Farmakologi obat-obat antituberkulosis (OAT)7.3. Efek samping dan penanganannya7.4. Evaluasi hasil pengobatan dan pemeriksaan ulang (sputum BTA dan foto toraks)

8. Nonmedikamentosa8.1. Edukasi

8.2. Pengawas minum obat (PMO)

8.3. Nutrisi 8.4. Peranan pembedahan pada TB

9. Kesehatan masyarakat

9.1. Masalah (Multi Drugs Resistance/MDR, HIV)

9.2. Morbiditas, mortalitas

9.3. Pencegahan9.4. Lacak sumber penularan (pasien anak), Lacak orang tertular (pasien BTA +)

10. Respons Pengobatan10.1. Selesai pengobatan (Pengobatan lengkap)

10.2. Kesembuhan

10.3. Kegagalan

10.4. Putus obat

10.5. Kekambuhan

Kegawatdaruratan 1. Gagal napas (Etiologi, Patogenesis, Potential threat, analisis gas darah)1.1. Obstruksi (termasuk obstruksi mekanik)

1.2. Aspirasi

1.3. Infeksi saluran napas akut

1.4. Asfiksia neonatus

2. Batuk darah 2.1. Etiologi2.2. Patogenesis2.3. Potential threat

3. Pneumotoraks3.1. Etiologi3.2. Patogenesis3.3. Radiodiagnostik3.4. Potential threat

Aspek Medikolegal1.1. Informed Consent1.2. Standar Pemeriksaan pasien

10 penyakit prioritas lingkup bahasan dalam proses pembelajaran1) Tuberkulosis2) Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)3) Pneumonia

4) Bronkitis akut

5) Bronkiektasis

6) Efusi pleura

7) PPOK (termasuk emfisema dan bronkhitis kronis)

8) Asma

9) Kegawatdaruratan paru (gagal napas, pneumotoraks, batuk darah)

10) Keganasan (Ca nasofaring, Ca paru, tumor mediastinum)Daftar Rujukan

DepartemenRujukan

Patologi anatomi1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins Basic Pathology. 7th ed. International edition. Saunders; 2003.p.453-508

2. Underwood JCE (editor). General and Systematic Pathology. 3rd ed. Edinburgh: Churchill-Livingstone; 2000.p.325-60

Patologi klinik1. John Bernard Henry, clinical Diagnosis and management by laboratory methods 20th ed. WB Saunders Company.p. 12603

Anatomi1. Drake R.L, Vogl W, Mitchell : Grays Anatomy for Students. Philadelphia: Churchill Livingstone; 2005.2. Marie B.E.N, Mallat J: Human Anatomy 3rd ed , Benyamin Cummings, 2001

3. Moore K.L, Agnk A.M.R: Essensial Clinical Anatomy, 2nd ed, Lippincott, Williams & Wilkins 2002

4. Tortora G.J Principles of Human Anatomy, 8th ed Benyamin/Cummings Science Publishing, CA 1999

IKA1. Nelsons Textbook of Pediatrics

2. Kendig: Disorders of the respiratory tract in children

3. Crofton: Clinical Tuberculosis

4. Lincoln: Tuberculosis in Children

Biokimia1. Rodwell V.W. Kennelly P.J., Protein myoglobin and hemoglobin dalam Harper Illustrated Biochemistry 2003, 26th ed. Hal 40-48 Lange Publication/Mc Graw-Hill, New York

2. Marks D.B., Marks A.D., Smith C.M., Basic Medical Biochemistry, a clinical approach, 2nd 2001 Mc Graw- Hill, New York

Parasitologi1. Spieksma F. TH. M, The House-Dust Mite, Dermatophagides Pteronyssinus, Leiden, 1967

2. Neva FA, Brown HN: Basic Clinical Parastology, 6th ed. London: Prentice- Hall International, 1996

3. Buku kuliah Parasitologi Kedokteran ed 3 (2003) editor: Gandahusada, S, Pribadi W, Illahude HD, Balai Penerbit FKUI

Farmakologi1. Bertram G Katzung: Basic and Clinical Pharmacology 9th ed 20042. Antimicrobal Agents. General Considerations In Goodman &Gilmans: The Pharmocologycal Basis of Therapeutics 10th ed 2001 1143- 11703. Farmakologi dan Terapi, ed 5, Farmakologi FKUI, 2007.

Rehabilitasi Medik

1. Randall L. Braddom, M.D: Chapter 33:Concepts in Pulmonary Rehabilitation in Physical Medicine and Pulmonary Rehabilitation 2nd ed WB Saunders Company 1996, 687- 7012. Carolyn, Kissner; Lynn Allen Colby : Chapter 19. Management of Pulmonary Condition. in Therapeutic Exercise, Foundations and Techniques; 4 th ed; FA Davis Company, 2002, : 738-71

Fisiologi1. Ganong W. Review of Medical Physiology, 22nd ed. McGraw-Hill Medical, 2005.2. Guyton AC, Hall E. Text book of Physiology, 9th ed. WB Saunders Co, 1996.3. Rhoades R, Pflanzers RG. Human Physiology, 3rd ed. Perennial (HarperCollins), 1995.

4. Sherwood L. Human Physiology from cells to system, 7th ed. Brooks Cole, 2008.

Pulmonologi1. Fishmans pulmonary diseases & disorders. Fishman AP, Elia JA, Fishman JA, Grippi MA, Kniser LR, Senior RM, editors. 3rd ed. The Mc Graw Hill Companies.

2. Pedoman Penatalaksanaan Asma PDPI 20053. Pedoman Penatalaksanaan PPOK PDPI

4. Pedoman Penatalaksanaan Kanker Paru PDPI

5. Pedoman Penatalaksanaan Asma PDPI

6. Pedoman Penatalaksanaan Pneumonia, PDPI

7. Pulmonologi Klinik. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI

8. Depkes RI. Tuberkulosis dalam kurikulum pendidikan dokter berbasis kompetensi. Jakarta; 2005

THT1. Soepardi EA, Iskandar N. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke 4. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2000

2. Adams GL, Boies JR, Hilger PA. Boeis Fundamental of Otolaryngology. 6th ed. 1989

3. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke 13. Binarupa Aksara. 1994

Anestesi1. Morgan Clinical Anesthesiology 20062. Millers Anesthesia 2006

Mikrobiologi1. Jawetz, Melnick & Adelbergs Medical Microbiology. Brooks, GF. Butel JS, Ornston LN. 20 th ed. Appleton & Lange Publ 1995.

2. Clinical microbiology procedures handbook. Isenberg HD. ASM Publication

Buku panduan utama dicetak tebal.

Metode pengajaran yang digunakan pada Modul Respirasi adalah pengajaran aktif mandiri (student centered), terintegrasi dengan menggunakan pendekatan metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah (BDM) sebagai metode pengajaran utama serta metode pembelajaran lainnya seperti praktikum, kuliah. Dalam metode pengajaran BDM tercakup diskusi kelompok (DK), kegiatan mandiri dan pleno termasuk presentasi kelompok dan pelurusan/masukan oleh nara sumber.Berdasarkan konsep pentahapan pembelajaran, metode pengajaran pada Modul Respirasi meliputi tahap orientasi, latihan dan umpan balik. Jumlah jam metode pengajaran yang tercakup dalam tahap orientasi, latihan dan umpan balik dapat dilihat pada matriks kegiatan.

A.Tahap Orientasi

Bertujuan memberikan wawasan mengenai luasnya lingkup respirasi dan dampak masalah dalam kehidupan serta pengelolaannya dalam ilmu kedokteran

1. Kuliah

2. Pleno

3. Praktikum

4. KKD

5. PBL (Diskusi Kelompok Mahasiswa)

B. LatihanBertujuan untuk mengembangkan serta mempertajam dan meningkatkan kemampuan melalui berbagai pengalaman belajar

1. Diskusi kelompok/ PMSS

2. Praktikum

3. Presentasi (Pleno)

4. KKD

C. Umpan balik

Bertujuan untuk memberikan pelurusan pemahaman dan/atau masalah respirasi dalam kehidupan dan pengelolaannya dalam ilmu kedokteran

1. Kuliah

2. Diskusi kelompok

3. Pleno

4. Praktikum

5. KKD

I. SUMBER DAYA MANUSIATim Pengelola ModulKetua Modul dr. Supak Silawani

Sekretarisdr. Septi Handayani, M.Si

BendaharaMega

Sekretariat

Anggota1. dr. Donna Novina kahanjak, M.Biomed2. dr. Fransiska D. Alexandra, M.Biomed3. dr. Tisha Patricia Oedoy4. dr. Nirma Donna Ratu5. dr. Jeika6. Astri Widiarti, S. Farm., Apt

7. Elsa Trinovita, S. Farm., Apt

8. Trilianty Lestarisa, S. Si, M.Kes.

9. Fatmaria, S. Farm., Apt

Penanggung Jawab Praktikum

DAFTAR FASILITATOR DISKUSI KELOMPOK KULIT & JARINGAN PENUNJANG

NoNama FasilitatorKelompok

1.dr. Supak SilawaniI

2.dr. Septi Handayani, M.SiII

3.dr. III

4.dr.IV

5.dr.V

PLENO/UMPAN BALIK

PlenoTanggalNarasumberModerator

I-IVdr. Mual Parhusip, Sp.Pdr. Septi Handayani, M.Si dan dr. Supak Silawani

KELOMPOK DISKUSI MODUL RESPIRASI

Kelompok Diskusi I

Fasilitator : dr. NO.KELOMPOK 1

1.Sheren Vinera Lins

2.Sofia Eugenia M

3.Mira Aprilia

4.Ismi Sholihah

5.M. Chairil Rizkyta A

6.Fahli Rahmadana A

7.Theresia Alfionita S

8.Helen Angelin M

9.Novia Kaisarianti

10.Rayma Hayati

11.Evan Kristanto Gampa

12.Gladys Suwanti

13.Yusuf Alamalik S

Kelompok Diskusi II

Fasilitator : dr. NO.KELOMPOK 2

1.Risda Fajrianty A

2.Dwi Murning Asih

3.Thea Desideria R

4.Aulia Dewi Ratih

5.Devina Aulia Aziza

6.Christianity

7.Feromiya Oksa

8.Nova Auditha

9.Azka Rizky Pamula

10.Yogi Prasetyo

11.Wahyu Setiawan

12.Octavia Putri W E

13.Dian Triyeni Adi

Kelompok Diskusi III

Fasilitator : dr. NO.KELOMPOK 3

1.Nurul Hadiyati M

2.Noor Anisa

3.Aditya Chandra F

4.Muhamad Riduan

5.Anugerah Pasca G

6.Widya Lovina

7.Radianti Frederika

8.Yohana Winda Tiurma

9.Kartika Sari

10.Desta Fransisca

11.Puspa Negara

12.Efraim Said Sudarto

Kelompok Diskusi IVFasilitator : dr. NO.KELOMPOK 4

1.Fenri Mayer

2.Novi Magdalena P

3.Asnan Azis Fatoni

4.Widi Cahya Utami

5.Nadia Marsha

6.Gilang Aria Sentosa

7.Al Fattah Nandayu S

8.Ria Astria

9.Novita Devi Alfionita

10.Ratna Chairunnisa

11.Sabrina

12.Sri Rejeki

Kelompok Diskusi VFasilitator : dr. NO.KELOMPOK 5

1.Yolanda Priscilla P

2.Hennie Alvionita J

3.Ririn Puji Nurhayati

4.Nugraha Iwan S

5.Finkainarae

6.Inda Yanti

7.Ni Made Yogaswari

8.Jean Stepani Saragih

9.Alamul Huda

10.Muhammad Yamin

11.Rera Richard Rabi M

12.Anggini Tsamaratul Q

Tabel Topik Kuliah dan Pengajar

NoTopik

K1Kuliah pengantar

K2Histologi Sistem Respirasi

K3Anatomi saluran napas

K4Mekanisme pertukaran gas dan protein pengangkutnya di paru & jaringan

K5ROS dan peran CO2 dalam keseimbangan asam basa

K6Mekanika pernapasan dan Pengaturan Pernapasan

K7Tanda Inflamasi dan Infeksi

K8Pengaruh tungau & debu pada pernapasan

K9Sesak Napas

K10Ketahanan Struktural dan Mukosa Saulran Pernapasan Atas

K11Hipoksia, Gangguan ventilasi dan keseimbangan asam basa

K12Mycobacterium Tuberculosis dan prinsip resistensi

K13Infeksi saluran napas dan Tuberkulosis

K14Patologi Neoplasma Paru

K15Regimen Pengobatan TB

K16Penatalaksanaan Neoplasma Paru

K17Respons Imun TB , Dasar Vaksinasi BCG dan Uji Tuberkulin

K18Farmakologi OAT dan Infeksi lainnya

K19Rehabilitasi Medik pada Gangguan Pernapasan

K20Farmakologi bronkhodilator, Kortikosteroid & simptomatik

II. SARANA & PRASARANAA. Sarana

1. Buku Rancangan Pengajaran (BRP), buku pedoman kerja mahasiswa (BPKM) dan buku panduan staf pengajar (BPSP)

2. Hand out/ outline kuliah3. Penuntun praktikum dan penuntun KKD

4. Alat bantu mengajar: In focus multimedia, white board, flip chart, komputer

5. Boneka (phantom)

6. Sarana praktikum (mikroskop, cadaver, CD, komputer, reagen habis pakai, peraga lainnya)

7. Alat periksa (kelengkapan pemeriksaan THT dan tindakan intubasi)

B. Prasarana 1 ruang kuliah besar kapasitas 50 mhs

5 ruang diskusi kelompok yang dapat menampung @10 mahasiswa

Ruang Praktikum berkapasitas 50 mahasiswa

Anatomi

Histologi

Fisiologi Biokimia

Patologi Anatomi/Parasitologi

Parasitologi

Mikrobiologi/Patologi Klinik

Radiologi

5 Ruangan untuk KKD Perpustakaan Ruang komputer Sekretariat

Evaluasi Hasil Pendidikan (EHP)Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pendidikan mahasiswa. Untuk dapat dievaluasi secara sumatif mahasiswa harus memenuhi persyaratan yang meliputi kewajiban mengikuti minimal sebagai berikut:

80% kegiatan diskusi kelompok dan pleno 80% kegiatan praktikum

Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir kegiatan modul. Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa serta untuk memperoleh informasi umpan balik bagi pengelola modul dilaksanakan 2 kali tes formatif pada minggu ke-2 dan 4, tes sumatif pada akhir minggu ke-2 dan ke-5. Penilaian formatif juga dilaksanakan terhadap sikap dan perilaku mahasiswa, dilaksanakan oleh staf pengajar dan teman mahasiswa.

PEMBOBOTAN

Formatif

Knowledge

True-False pada akhir minggu ke-2 & 4Proses

Peer assessment, oleh staf pengajar dan teman mahasiswa

Sumatif

Proses

Observasi diskusi kelompok

25%

Student note book

5%

Laporan kegiatan Praktikum

10%

(dan Penilaian selama praktikum untuk Biokimia dan Fisiologi)

Knowledge

MCQ Sumatif

45%

Ujian Praktikum

15%

Kriteria kelulusan: nilai rata-rata minimal 65 untuk semua komponen.

Evaluasi Program Pendidikan (EPP)

- Evaluasi Program

80% mahasiswa lulus dengan nilai minimal B dan rata-rata minimal 3.00

- Evaluasi proses program

90% kegiatan berlangsung sesuai waktu dan rencana

Perubahan jadual, waktu dan kegiatan tidak lebih dari 10% dan berlangsung lancar

Setiap kegiatan dihadiri minimal 90% mahasiswa, tutor, fasilitator, nara sumber

KUMPULAN PEMICU

Abi dan Anto, dua sahabat berusia 18 tahun, menyelam untuk pertama kalinya di Wakatobi menggunakan alat self-contained underwater breathing apparatus (SCUBA) berisi udara biasa untuk menyelam selama 2 jam. Tanpa disadari mereka menyelam sampai kedalaman 30 meter dan telah berada di kedalaman selamahampir 2 jam. Anto memberi isyarat kepada Abi bahwa mereka sudah harus segera menghentikan penyelaman. Anto memutuskan untuk tetap naik ke permukaan sedangkan Abi masih ingin menyelam sambil melihat terumbu karang terindah di dunia. Setelah lima belas menit di permukaan, Anto belum melihat Abi naik ke permukaan. Anto segera kembali menyelam untuk mencari Abi. Kecurigaan Anto terbukti, dia melihat sahabatnya melayang dalam air tidak bergerak. Dengan cepat Anto membawa Abi naik ke permukaan. Sesampai di pantai, Anto memberikan bantuan hidup lanjut pada Abi. Syukurlah Abi segera sadar dan bernapas kembali.

PEMICU 2Liburan sudah tiba, waktu yang dinanti-nanti oleh keluarga pak Muis. Ibu dan anak-anak dengan riang gembira mempersiapkan keberangkatan ke Puncak. Setelah beberapa jam, sampailah mereka di vila Melati. Ketika menjelang sore, cuaca bertambah dingin, ibu merasa dadanya berat disertai batuk-batuk kecil. Ibu mempersiapkan makan malam dan mereka makan malam dengan lahapnya. Ketika ibu hendak tidur, ibu mengeluh sesak napas disertai napas berbunyi, batuk bertambah disertai dahak berwarna jernih. Ayah menanyakan apakah ibu membawa obat yang biasa diminum tetapi ibu tidak membawanya. Dengan segera ayah membawa ibu ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan pertama. Sesampainya ibu di RS, bibir ibu terlihat berwarna kebiruan, napasnya cepat dan ibu terlihat sesak. Untung saja dokter segera memberikan pertolongan dan sesak napas ibu berkurang.PEMICU 3

Hampir satu bulan ini, pak Nasir, tetangga kami terdengar batuk-batuk. Pak Nasir saat ini tinggal seorang diri. Istrinya baru saja meninggal dunia 2 bulan yang lalu karena sakit paru-paru. Sengaja saya bertamu ke rumahnya untuk menanyakan kesehatan pak Nasir, dari hasil bincang-bincang, pak Nasir mengeluhkan batuk berdahak sudah sekitar 2 bulan, kadang-kadang batuk berwarna kehijauan dan 1 minggu sebelumnya dahak disertai darah, pak Nasir sempat panik tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, maklumlah karena beliau tinggal seorang diri. Apabila menjelang pagi hari, batuk bertambah disertai sesak napas dan nyeri dada sebelah kanan. Pak Nasir juga mengeluhkan tidak napsu makan sehingga berat badannya berkurang sekitar 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Demam naik turun tetapi tidak terlalu tinggi. Ketika tidur beliau sering terbangun dan berkeringat. Saya menganjurkan pak Nasir agar mengontak keluarga yang terdekat untuk menemani beliau berobat ke puskesmas terdekat.PEMICU 4Dina, umur 7 tahun diantar oleh ibunya ke IGD RS tempat anda bertugas pada pukul 02.00 dinihari. Ibu pasien khawatir karena napas anaknya terlihat sesak dan berbunyi ngik-ngik, sejak jelang tengah malam. Sejak 2 hari sebelumnya, Dina mengalami demam, batuk, dan pilek dengan hidung tersumbat. Kakak pasien sakit serupa beberapa hari sebelumnya.

Keluhan sesak dan ngik-ngik seperti ini merupakan kejadian yang ketiga kalinya. Terakhir terjadi dua bulan yang lalu. Pasien sering mengalami pilek dan batuk berulang sejak sekitar setahun yang lalu. Pilek batuk berulang hampir tiap bulan, kadang disertai demam. Batuk pilek biasanya berlangsung hingga 1-2 minggu. Jika sedang mengalami pilek batuk pasien mengeluh sakit kepala, dan napasnya berbau tidak enak.

Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa Dina sering mendengkur hampir tiap kali tidur. Bila ibunya mengamati, bunyi dengkuran saat tidur secara berkala terhenti beberapa saat yang kemudian diikuti gelagapan dan suara napas tercekik dan pasien seperti akan terbangun. Namun pasien kemudian tidur lagi dan kemudian mulai terdengar kembali dengkurannya. Dalam semalam hal ini dapat terulang beberapa kali.

PROBLEM BASED LEARNING :

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (BDM)

A. FALSAFAH DASAR

Sebagai calon ilmuwan, mahasiswa senantiasa wajib menggunakan ilmu pengetahuan dalam menjelaskan terjadinya suatu masalah serta penanggulangannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran mahasiswa, perolehan ilmu pengetahuan perlu dilatihkan bersama dengan ketrampilan berpikir analitik yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menanggulangi masalah sesuai dengan metode ilmiah disiplin ilmu tertentu.

Seorang dokter akan senantiasa menanggulangi masalah kedokteran pasien/masyarakat, karena itu penerapan langkah penanggulangan masalah secara ilmiah perlu menjadi satu kemahiran, di samping pembinaan sikap kepedulian terhadap lingkungan sejak awal. Secara khusus metode belajar berdasarkan masalah (BDM/PBL) bertujuan memantapkan pembelajaran dengan cara menghubungkan apa yang telah diketahui mahasiswa dengan pengetahuan baru, yang dapat menunjukkan kesinambungan pengetahuan yang dipelajarinya. Cara pembelajaran ini sebenarnya akan selalu dapat digunakan bahkan setelah seseorang lulus dari pendidikan dokter, karena seorang dokter senantiasa akan menghadapi masalah, dan melakukan langkah penanggulangan masalah dengan menerapkan ilmu pengetahuan dasar kedokteran. Pemantapan pembelajaran terjadi kalau mahasiswa dapat mengadakan elaborasi pengetahuan yang telah dikuasainya.

B. LANGKAH BDM

1. Identifikasi masalah yang terdapat pada pemicu. Istilah yang tidak jelas diklarifikasi.

2. Analisis masalah, yaitu dengan menguraikan kemungkinan faktor penyebabnya.

3. Penyusunan pertanyaan yang berkaitan dengan tiap faktor penyebab yang memerlukan penjelasan, yang dilanjutkan dengan membuat hipotesis yang sesuai.

4. Menetapkan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab tiap pertanyaan.

5. Menjawab pertanyaan yang sudah dapat dijawab langsung berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki.

6. Untuk pertanyaan yang belum diketahui jawabannya, dilakukan identifikasi sumber pembelajaran yang sesuai.

7. Belajar mandiri. Hasil belajar mandiri/tugas baca dicatat dalam buku catatan.

8. Menyusun pengetahuan baru berdasarkan berbagai hal yang telah dipelajari (pengetahuan lama dan baru).

9. Langkah BDM dapat diulang seluruhnya atau sebagian sebagaimana dibutuhkan.

10. Mengidentifikasi hal-hal yang belum dipelajari.

11. Merangkum hal-hal yang telah dipelajari.

12. Bila mungkin, menguji pemahaman pengetahuan yang didapat dengan menerapkannya pada masalah lain.

C. PANDUAN UNTUK MAHASISWA

Berdasarkan Langkah BDM dalam butir B, Diskusi dapat dibagi menjadi Diskusi Kelompok-1 (DK-1) untuk penerapan langkah 1 s/d 7, serta Diskusi kelompok-2 untuk penerapan langkah 9 s/d 12.

Panduan Diskusi Kelompok-1 (DK-1)

1. Untuk setiap diskusi kelompok, pilihlah Ketua dan Sekretaris secara bergilir.

2. Bacalah dengan seksama setiap uraian pemicu. Masing-masing mahasiswa membaca sendiri.

3. Identifikasi berbagai masalah dalam pemicu tersebut.

4. Buatlah analisis masalah, yaitu kemungkinan hubungan antara berbagai isu bila ada, atau kemungkinan mekanisme yang mendasari berbagai hal yang teridentifikasi di butir (3). Selanjutnya disusun suatu hipotesis berdasarkan analisis masalah.

5. Susunlah sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai kemungkinan hubungan tersebut, atau yang berkaitan dengan kemungkinan mekanisme yang mendasari hal tersebut yang Saudara belum ketahui.

6. Urutkan pertanyaan tersebut secara sistematik berdasarkan pertanyaan kunci: apa, mengapa, bagaimana dan seterusnya.

7. Tetapkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjawab tiap pertanyaan.

8. Pilih pertanyaan yang sudah dapat dijawab langsung berdasarkan ilmu pengetahuan yang Saudara miliki.

9. Untuk pertanyaan yang belum terjawab, rencanakan pencarian jawaban secara mandiri. Jika tugas belajar mandiri dibagi dalam kelompok, setiap pertanyaan sedikitnya dijawab oleh 2-3 mahasiswa.

10. Saudara harus mencatat proses diskusi mulai dari analisis masalah (langkah 3) sampai dengan tugas belajar mandiri (langkah 9).

Belajar mandiri (BM)

Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar mahasiswa secara mandiri, yang dilaksanakan setiap selesai diskusi kelompok. Hasil pencarian dalam belajar mandiri dicatat dalam buku catatan Saudara. Rujukan yang digunakan dalam belajar mandiri wajib dicantumkan, yang dapat disusun dengan sistem nomor rujukan.

Panduan Diskusi Kelompok-2 (DK-2)1. Pilihlah Ketua dan Sekretaris Diskusi Kelompok.

2. Tiap mahasiswa melaporkan hasil tugas belajar mandirinya dengan menyebut sumber bacaannya. Mahasiswa lainnya menyimak dan mencatat seperlunya bila ada yang perlu dibahas.

3. Setelah semua melaporkan hasil tugas baca, dilakukan pembahasan bersama. Dalam pembahasan, kaitkan selalu pembahasan dengan pertanyaannya.

4. Gunakan jawaban yang Saudara peroleh untuk menjelaskan masalah yang teridentifikasi dalam pemicu.

5. Setelah seluruh kegiatan diskusi selesai, seluruh peserta kelompok menyusun/merapikan catatan hasil tugas baca yang dikumpulkan dari masing-masing peserta (rangkuman), dalam buku catatan masing-masing.

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN KURFAK 2005

TATA LAKSANA UJIAN MODUL

Penilain modul dinilai dari 2 aspek :

1. Kognitif dan praktek dengan bobot 60%

2. Proses sikap dan attitude dengan bobot 40%

Tindak Lanjut di modul

Jika tidak lulus modul, dilakukan remedial pada akhir semester. Nilai modul sesudah remedial maksimal C+, dan nilai ini merupakan angka yang dibawa ke rapat yudisium. Tidak ada perbaikan angka pada rapat yudisium dan tidak ada remedial pasca yudisium.

TINDAK LANJUT YUDISIUM semester genap

1. Lulus

2. Mengulang modul 3. DO

Predikat kelulusan

ip/ipkYUDISIUM TINGKATYUDISIUM SARJANA KEDOKTERAN

2.00 2.75MemuaskanMemuaskan

2.76 3.50sangat memuaskansangat memuaskan

3.51 4.00Penghargaancum laude

ip/ipkYUDISIUM PROFESI

2.50 3.00Memuaskan

3.01 3.50 sangat memuaskan

3.51 4.00cum laude

Keterangan:

1. Lulus modul : nilai akhir 65 (C+) untuk setiap modul dengan nilai steiap komponen tidak kurang dari 65

2. Mengulang modul : Bila nilai modul kurang dari C+a. Modul yang tidak lulus harus diulang terlebih dahulu pada kesempatan pertama sesuai jadwal KURFAK 2005

b. Mahasiswa dapat melanjutkan ke modul semester selanjutnya

c. Rencana waktu pengulangan modul pada satu tahun akademik diatur oleh Ketua Sub Program

3. DO- putus studi (sesuai dengan peraturan akademik UI SK no 478/SK/R/UI/2004)

a. Apabila pada evaluasi 2 (dua) semester pertama tidak memperoleh IP minimal 2,0 (dua koma nol) dari sekurang-kurangnya 24 SKS terbaik

b. Apabila pada evaluasi 4 semester pertama tidak memperoleh IP minimal 2,0 (dua koma nol) dari sekurang-kurangnya 48 SKS terbaik

c. Apabila pada evaluasi 8 semester pertama tidak memperoleh IP minimal 2,0 (dua koma nol) dari sekurang-kurangnya 96 SKS terbaik

d. Apabila pada evaluasi akhir masa studi tidak memeproleh indeks prestasi minimal dari beban studi yang dipersyaratkan dengan nilai terendah C+e. Apabila masa studi tidak dapat diselesaikan dalam waktu 1 n

Panduan penetapan nilai modul

SUB PROGRAM ILMU KEDOKTERAN TERINTEGRASI/

INTEGRATED MEDICAL SCIENCES

KURFAK 2005 FAKULTAS KEdOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

Perbandingan nilai Proses : Pengetahuan = 40 : 60

Nilai minimum yang harus dicapai di setiap komponen penilaian = 65, dengan ketentuan sbb:

Nilai Proses dapat terdiri atas nilai diskusi PBL, praktikum, buku catatan, dengan masing-masing nilai minimum = 65 Nilai Pengetahuan dapat terdiri atas berbagai nilai hasil ujian (mis ujian sumatif1, ujian sumatif 2, ujian praktikum, dsb) dengan masing-masing ujian nilai minimum = 65

Nilai modul ditetapkan berdasarkan perhitungan bobot masing-masing nilai, sesuai ketentuan modul yang tercantum dalam BRPTINDAK LANJUT APABILA NILAI MINIMUM KOMPONEN TIDAK TERCAPAI

Apabila nilai minimum komponen penilaian tidak tercapai, penghitungan nilai modul tidak dapat dilakukan. Pada saat itu nilai diadministrasikan di SIAK NG dengan nilai I

Mahasiswa dengan nilai I diberi kesempatan mengikuti program perbaikan nilai (remedial). Penjadwalan remedial ditetapkan oleh ketua modul, dengan memperhatikan bahwa mahasiswa diberi kesempatan untuk menyiapkan diri dan tidak mengganggu keikutsertaan mahasiswa di modul lain. Program remedial diselenggarakan satu kali, dan dalam KBK FKUI 2005 waktu yang disediakan untuk program remedial adalah di akhir semester berjalan.

Proses perbaikan nilai (remedial) akan menghasilkan nilai komponen sebagai pengganti nilai sebelumnya, dengan ketentuan nilai maksimum hasil remedial adalah 65.

Selanjutnya nilai modul dihitung berdasarkan ketentuan penghitungan nilai modul seperti yang tercantum dalam BRP.

Apabila telah dilaksanakan proses perbaikan nilai (remedial) dan masih belum dapat mencapai nilai minimal, maka nilai modul diadministrasikan dengan nilai