Bahan Osce Blok 26

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

I. SKENARIO A BLOK 26Budi, seoarang anak laki-laki berusia 3 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba seperti es. Empat hari yang lalu budi demam tinggi terus-menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi. Satu hari yang lalu panas mulai turun diserai mimisan. Sejak 6 jam yang lalu, pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.Pemeriksaan fisik.Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2 0C, TB: 98cm. Rumple leede test (+).Keadaan spesifik: Kepala: Konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-)Thorak: sistemtis, dyspnea (-), jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-) irama derap (-). Paru: suara napas ventrikuler, kiri-kanan, wheezing (-)Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU(+) normal.Extremitas: akral dingin, capillary refill time 4.Pemeriksaan penunjang:Hb: 12 g/dl, Ht: 45 vol%, Leukosit: 2800/mm3, trombosit: 45.000/mm3.II. KLARIFIKASI ISTILAHMenggigil: Tubuh gemetar secara involunter seperti demam.

Demam: Peningkatan temperatur suhu tubuh di atas normal, 37,2 0C.

Mimisan: Perdarahan hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil yang terletak di bagian anterior septum nasal kartilaginosa.

Filiformis: berbentuk benang; Nadi yang teraba sangat lemah.

Rumple leede test: Salah satu cara untuk menentukan demam berdarah atau tidak dengan cara menghitung banyaknya ptechiae yang muncul setelah bendungan darah pada tangan di lepas.

Dyspnea: Pernapasan yang sukar atau sesak.

Wheezing: Mengi, suara bersuit yang dibuat dalam bernapas.

Capillary refill time: Test yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi).

Delirium: Gangguan mental/penurunan kesadaran, biasanya mencerminkan keadaan keracunan yang biasanya di tandai oleh ilusi, halusinasi, kegiarangan, kegelisahan gannguan memori dan inkoheren.

III. IDENTIFIKASI MASALAH1. 4 hari yang lalu Budi (3th) demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut.2. Budi sudah diberi obat penurun panas, panas turun sebentar dan kemudian naik lagi.3. 1 hari yang lalu panas Budi mulai turun disertai miminsan.4. Sejak 6 jam yang lalu Budi tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.5. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2 0C, TB: 98cm. Rumple leede test (+). Kepala: Konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-). Thorak: sistemtis, dyspnea (-), jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-) irama derap (-). Paru: suara napas ventrikuler, kiri-kanan, wheezing (-). Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU(+) normal. Extremitas: akral dingin, capillary refill time 4.6. Pemeriksaan penunjang: Hb: 12 g/dl, Ht: 45 vol%, Leukosit: 2800/mm3, trombosit: 45.000/mm3.

IV. ANALISIS MASALAH1. 4 hari yang lalu Budi (3th) demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut.a. Jelaskan Klasifikasi demam !Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi: Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas, diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis, dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapatditelusuri dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom virus.Di samping klasifikasi tersebut di atas, masih ada klasifikasi lain. Klasifikasi demam berdasarkan tipe demam disajikan pada tabel berikut:

b. Apa makna klinis dari:i. demam tinggi terus menerus pada kasus ?Jawab:Demam tinggi yang terjadi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus seperti pada kasus ini merupakan salah satu tanda dari infeksi virus Dengue. Ada 4 serotipe dari virus Dengue (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4). Virus ini termasuk dalam grup B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Keempat serotype virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus Dengue ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopticus yang biasanya hidup di kebun-kebun. Masa inkubasinya sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari).Setelah virus masuk, maka virus akan bereplikasi di dalam tubuh. Setelah waktu 4-6 hari (masa inkubasi), penderitanya mulai demam tinggi. Virus masuk ke sirkulasi dan jaringan.Setelah virus masuk ke dalam tubuh lewat gigitan nyamuk, maka tubuh akan membentuk zat anti yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk. Tanda atau gejala yang timbul ditentukan oleh reaksi antara zat anti yang ada dalam tubuh dengan antigen yang ada dalam virus dengue yang baru masuk.Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh makrofag (Antigen Presenting Cell). Viremia akan terjadi sejak 2 hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam. Antigen yang menempel pada makrofag akan mengaktivasi sel T-Helper dan menarik makrofag lainnya untuk menangkap lebih banyak virus. Sedangkan sel T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisiskan makrofag. Telah dikenali tiga jenis antibody yaitu antibody netralisasi, antibody hemagglutinasi, antibody fiksasi komplemen. Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam. Demam tinggi merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita infeksi virus dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul. Sel penjamu yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor panas yang dimunculkan adalah jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF-alfa, IL-1, IL-6, dan sebaliknya sitokin yang meredam panas adalah TGF-beta, dan IL-10. Mediator-mediator seperti IFN, IL-1, IL-6, IL-12, TNF, dll ini yang menyebabkan terjadinya demam. Demam pada kasus ini terjadi terus menerus karena virus ini beredar dalam sirkulasi dan merangsang terjadinya demam terus menerus.

ii. tidak menggigil pada kasus ?Jawab:Tidak adanya menggigil kemungkinan bisa terjadi karena dua hal. Pertama karena telah tercapainya set point baru suhu tubuh yang lebih tinggi dari sebelumnya, karena menggigil terjadi dengan tujuan untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi oleh hipotalamus sehingga tubuh harus memproduksi dan menghemat panas selama beberapa jam untuk mencapai set point tersebut. Kedua, tidak menggigil bisa terjadi karena virus yang masuk ke tubuh sudah mengalami banyak mutasi sehingga tidak menyebabkan menggigil.

iii. sakit kepala pada kasus ?Jawab:Adanya virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan mengaktifkan kompleks virus-Ab (monosit dan makrofag) yang akan meengeluarkan histamin. Pengeluaran histamin yang mengakibatkan vasodilatasi (vasoaktif), vasodilatasi tersebut terjadi di pembuluh darah otak sehingga terjadi gangguan pada tekanan intrakranial yang menghasilkan nyeri kepala.

iv. pegal-pegal pada kasus ?Jawab:Salah satu tanda dari demam berdarah adalah adanya myalgia atau yang bisa kita artikan pada kasus ini adalah pegal-pegal. Myalgia yang terjadi pada kasus ini disebabkan oleh PGE2. PGE2 sebagai produk metabolisme asam arakidonat dapat menyebabkan rasa nyeri karena menaikkan kepekaan nosiseptor, fenomena ini disebut sentral sensitisasi. Tinggi rendahnya kadar PGE2 mempunyai korelasi dengan berat ringannya mialgia. Kadar PGE2 yang menurun menyebabkan mialgia berkurang (Tamtomo, 2007). Jadi, mialgia terjadi sebagai salah satu efek dari peningkatan kadar PGE2 pada proses demam.

v. sakit perut pada kasus ?jawab:Nyeri perut merupakan gejala utama demam berdarah. Fenomena ini terlihat pada anak-anak lebih tua atau orang dewasa karena mereka mampu merasakan. Nyeri perut dapat dirasakan di ulu hati dan daerah di bawah lengkungan iga sebelah kanan. Nyeri perut di bawah lengkung iga sebelah kanan lebih mengarah pada penyakit demam berdarah dengue dibandingkan nyeri perut pada ulu hati. Penyebab nyeri perut bawah lengkungan iga sebelah kanan adalah pembesaran hati (liver) dalam peregangan dari membran yang membungkus jantung. Dalam gejala berikut dapat diikuti dengan pendarahan dari pembuluh darah kecil di membran. Sementara nyeri perut di ulu hati yang menyerupai gejala lambung (sakit maag) juga dapat dipicu oleh rangsangan obat penurun panas khususnya obat yang dikenal sebagaiaspirin. Untuk memastikan bahwa ada nyeri penekanan perut (merasa dengan penekanan) untuk dilakukan di ulu hati dan rusuk lengkung sisi kanan, terutama pada anak-anak yang tidak mampu untuk mengeluh.

2. Budi sudah diberi obat penurun panas, panas turun sebentar dan kemudian naik lagi.a. Apa saja jenis-jenis obat penurun panas ?Jawab:Tujuan pengobatan dengan antipiretik bukan untuk menormalkan suhu melainkan untuk membuat anak merasa agak nyaman dan menurunkan 1 - 2 derajat C. Antipiretik tersebut antara lain: Parasetamol FarmakodinamikParasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. FarmakokinetikParasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Obat ini diekskresikan melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%0 dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. IndikasiPenggunaannya untuk meredakan demam tidak seluas penggunaannya sebagai analgetik. Sediaan.Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5 ml. Selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. DosisUntuk nyeri dan demam , oral 2-3 dd 0.5-1 g, maks 4 g/hari. Pada penggunaan kronis maks 2.5 g /hari. Anak-anak 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 thn 120-180 mg, 4-6 thn 180 mg, 7-12 thn 240-360 mg. Rektal 20 mg/kg setiap kali, dewasa 4 dd 0.5-1 g, anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 thn 2-3 dd 240 mg, 4-6 thn 4 dd 240 mg dan 7-12 thn 2-3 dd 0.5 g. Efek samping.Reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis diatas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversibel. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal. Gejala toksisitasAnoreksia, mual, muntah serta sakit perut yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penanggulangannya dengan cuci lambung, di samping perlu zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walalupun mencapai air susu ibu. Aspirin FarmakodinamikMerupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgesik, anti piretik dan anti-inflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. FarmakokinetikPada pemberian oral, diabsorbsi secara cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Setelah diabsorbsi, salilisat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, cairan peritoneal, liur dan air susu. Biotransformasi salisilat terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama dimikrosom dan mitokondria hati. Salisilat diekskresi dalam bentuk metabolitnya terutama ginjal, sebagian kecil melalui keringat dan empedu. SediaanAspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan 500 mg untuk dewasa. DosisPada nyeri dan demam oral 4 dd 0.5-1 g p.c, maks 4 g sehari, anak-anak sampai 1 tahun 10 mg/kg 3-4 dd sehari, 1-12 thn 4-6 dd, di atas 12 tahun 4 dd 320-500 mg, maks 2 g/hari. Rektal dewasa 4 dd 0.5-1 g, anak-anak sampai 2 thn 2 dd 20mg/kg, di atas 2 thn 3 dd 2o mg/kg pc. Efek SampingMerupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidensinya sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal dengan ciri muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernapasan, konvulsi, dan adakalanya koma. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16 tahun. Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat. Kendati masuk ke air susu, ibu dapat menggunakan asetosal dalam laktasi, tetapi sebaiknya secara isidentil IbuprofenDosis sebesar 5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan parasetamol. Sama halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan perforasi. Oleh karena itu, jangan berikan ibuprofen kepada: anak demam yang dicurigai mengalami infeksi dengue anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah anak berusia kurang dari 6 bulan Jenis LainnyaTurunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik, tetapi jauh lebih toksik (membahayakan). Di negara maju, preparat metamizole (misalnya NOVALGIN) tidak dipakai sebagai anti demam karena obat ini masuk daftar teratas reaksi anafilaksis dan bisa menyebabkan supresi sumsum tulang. Semua obat dari kelompok pirazolin tidak boleh digunakan selama kehamilan dan laktasi.

b. Mengapa panas turun sebentar dan kemudian naik lagi ?Jawab:Pada kasus ini panas terjadi sebagai respon berlangsungnya proses patogenesis dari infeksi dengu. Proses diawali dari respon imunologik. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE). Ada juga respon seluler pada limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluuler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 memproduksi interfereon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkann TH2 memproduksi IL4, IL5, IL6 dan IL10 (Suhendro, 2009). Pada proses awal ini, dapat dipahami bahwa respon antibodi terhadap infeksi dengue justru semakin mempercepat replikasi virus. Respon imunitas seluler menghasilkan sitokin pro inflamasi yang merupakan pirogen endogen yang meningkatkan suhu tubuh.Pada fase febril demam dengue, pemberian paracetamol dapat menurunkan suhu tubuh. Karena parasetamol akan menghambat siklooksigenase pusat yang menganggu sintesis prostaglandin sehingga dapat menekan efek zat prigoen endogen. Namun prasetamol bukan blockade langsung prostaglandin. Jadi pemberian parasetamol tidak dapat memutus rantai replikasi virus dan pembentukan zat pirogen endogen. Sehingga pemberian paracetamol hanya dapat menurunkan suhu tubuh dalam waktu singkat.

3. 1 hari yang lalu panas Budi mulai turun disertai miminsan.4. Sejak 6 jam yang lalu Budi tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.a. Apa makna klinis tangan dan kaki teraba dingin seperti es ?Jawab:Kaki dan tangan teraba dingin menunjukkan bahwa Budi sudah memasuki fase shock akibat dari DBD yang dideritanya.Derajat klinis dari DBD, menurut WHO 1997 di bagi menjadi 4 derajat. Derajat ke 4 menunjukan terjadinya syok. Berikut tanda-tanda terjadinya syok: Sistem Kardiovaskular Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah. Nadi cepat dan halus (nadi filiform >112 x/menit). Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah (diastolik 32x/menit). Sistem saraf pusatPerubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan. Sistem GastrointestinalBisa terjadi mual dan muntah Sistem EkskresiProduksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien anak 1-2 cc/kgBB/jam5. Pemeriksaan fisik:a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan: Keadaan umumInterpretasiMekanisme

Kesadaran (delirium)AbnormalTerjadinya penurunan volume intravaskular menyebabkan hipoperfusi otak sehingga terjadilah gangguan kesadaran.

Tekanan darah (70/50)AbnormalPenurunan volume intravaskular menyebabkan terjadinya penurunan sistole dan diastole

Nadi (filiformis)AbnormalMenurunnya volume plasma menyebabkan tubuh melakukan kompensasi berupa nadi filiformis

RR (36x)TakipneuMeningkatnya permeabilitas kapiler menyebabkan cairan dari vaskular berpindah ke jaringan interstitial, hal ini menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan dan meningkatkan respiration rate

Suhu( 36,2)Normal (dak tau)

Kepala dan ekstrimitasHasil Pemeriksaan FisikNilai NormalInterpretasi

Konjungtiva tidak pucatTidak pucatNormal. Konjungtiva tidak pucat menunjukkan bahwa pendarahan pada kasus (mimisan) tidak menyebabkan anemia. Menyingkirkan diagnosis malaria.

Nafas cuping hidung (-)Tidak adaNormal. Menunjukkan tidak adanya distress pernapasan.

Akral dinginSyok hipovolemik. Peningkatan permeabilitas kapiler CIS ke CES (plasma leakage) penurunan preload penurunan volume sekuncup dan curah jantung hantaran darah (oksigen) ke jaringan tubuh terutama perifer berkurang Akral dingin dan Capillary Refill Time memanjang (>2 detik)

Capillary Refill Time 4 10 ptekie ketahanan kapiler menurun

Capillary refill timeWaktu pengisian kapiler (CRT=Capillary Refill Time), merupakan dasar memperkirakan kecepatan aliran darah perifer. Untuk menguji pengisian kapiler, tekanlah dengan kuat ujung jari dan kemudian lepaskan dengan cepat. Secara normal, reperfusi terjadi hampir seketika dengan kembalinya warna pada jari. Reperfusi yang lambat menunjukkan kecepatan aliran darah perifer yang melambat.Capillary refill time (CRT) adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi).Nilai normal:Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2 detik.CRT memanjang (> 2 detik) pada: Dehidrasi (hipovolemia). Syok. Peripheral vascular disease. HipotermiaCRT memanjang utama ditemukan pada pasien yang mengalami keadaan hipovolemia (dehidrasi,syok), dan bisa terjadi pada pasien yang hipervolemia yang perjalanan selanjutnya mengalami ekstravasasi cairan dan penurunan cardiac output dan jatuh pada keadaan syok.6. Pemeriksaan penunjang:a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan penunjang/Laboratorium ?Jawab:HematologiNormalKasusInterpretasiKeterangan

Hb10-16 gr/dl12 gr/dlNormal-

Ht33-38 vol%45 vol%MeningkatKebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3

Leukosit9000-12000/mm32800/mm3MenurunMulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45 % dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat

Trombosit200000-400000/mm345000/mm3MenurunUmumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8

7. Tambahan a. Bagaimana cara penegakkan diagnosis pada kasus ini ? apa saja pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan ?Jawab: Penegakkan Diagnosis Demam DengueDemam Dengue (DD) merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut: Nyeri kepala Nyeri retro-orbital Mialgia / Atralgia. Ruam kulit. Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif). Leukopenia, dan pemeriksaan serologi dengue positif. Demam Berdarah DengueDiagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium (WHO tahun 1997).Kriteria Klinis: Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, biasanya bifasik. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk *uji bendung positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan / melena. Hepatomegali.

Pemeriksaan penunjang LaboratoriumPemeriksaan penunjang untuk kasus ini adalah dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biruPemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.\

Parameter laboratori yang dapat diperiksa: LeukositDapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat Trombositumumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi sumsum tulang. Hematokritkebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal. Sering ditemukan mulai hari ke-3. Hemostasisdilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah. Imunoserologi: IgMIgGInterpretasi

+-Infeksi primer

++Infeksi sekunder

-+Riwayat terpapar/ dugaan infeksi sekunder

--Bukan infeksi Flavivirus, ulang 3-5 hari bila curiga.

Protein Albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. SGOT/SGPT dapat meningkat. Ureum, kreatinin: dapat meningkat pada keadaan gagal ginjal akut. Gas darah: terdapat gangguan pada konsentrasi gas darah sesuai dengan keadaan pasien. Elektrolit: sebagai parameter pemberian cairan Golongan darah dan cross match: dilakukan sebelum tindakan tranfusi darah untuk keamanan pasien. RadiologiPemeriksaan foto roentgen dada, bisa didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan. Pemeriksaan foto dada dilakukan atas indikasi dalam keadaan klinis ragu-ragu dan pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan.

b. Apa Defferential Diagnosis (DD) dan Working Diagnosis (WD) pada kasus ini ?Jawab:WD: Dengue shock syndrome.Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang luas. Pada hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) yang disertai demam. Pada hari ke 3-4, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar, apabila gejala klinis lain seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjadi nyata. Kesulitan kadang-kadang dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis; dalam hal ini trombositopenia dan hemokonsentrasi di samping penilaian gejala klinis lain sperti tipe dan lama demam dapat membantu.

c. Apa etiologi dan factor risiko pada kasus ini ? EtiologiVirus DengueVirus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. virus dengue berasal dari kelompok Arbovirus B, yaitu Arthropod-borne virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina (vektor). Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus dari family Flaviviridae, terdiri atas 4 tipe virus yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Struktur antingen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masingmasing tipe virus tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar tipe virus, tetapi juga di dalam tipe virus itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Keempat serotype ini ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak Faktor Risiko UmurSelama awal tahun epidemi pada setiap negara, penyakit DBD kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun. Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5 tahun. Tetapi pada tahun 1998-2000 proporsi kasus DBD pada umur 15-44 tahun meningkat. Keadaan tersebut perlu diwaspadai bahwa DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa. Jenis KelaminJenis kelamin pernah ditemukan perbedaan nyata diantara anak laki-laki dan perempuan. Beberapa negara melaporkan banyak kelompok wanita dengan Dengue Shock Syndrome menunjukkan angka kematian lebih tinggi daripada laki-laki. Jumlah TrombositPenurunan jumlah trombosit atau trombositopenia pada umumnya terjadi sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit dibawah 100.000/UI, biasanya dapat dijumpai pada antara hari ketiga sakit sampai hari ketujuh. Apabila diperlukan pemeriksaan trombosit perlu diulangi setiap hari sampai suhu turun. Kadar HematokritPeningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.

d. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini ?Jawab:Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock syndrome (DSS); ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus yang terinfeksi. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4. Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara - negara baru dan, dalam dekade ini, dari kota ke lokasi pedesaan. Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia.Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat.Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak. 90% di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%. Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada kelompok umur 45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar 3,64%.

e. Bagaimana patogenesis terjadinya kasus ini ?Jawab:Nyamuk Aedes spp yang sudah terin-fesi virus dengue, akan tetap infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat meng-gigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus lim-paticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya. Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, anti-body dependent cell-mediated cytotoxity (ADCC) dan ADE. Berdasarkan perannya, terdiri dari antobodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah in-feksi virus, dan antibody non netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi yang berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS.Terdapat dua teori atau hipotesis immunopatogenesis DBD dan DSS yang masih kontroversial yaitu infeksi sekunder (secondary heterologus infection) dan anti-body dependent enhancement (ADE). Dalam teori atau hipotesis infeksi sekunder disebutkan, bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu serotipe virus dengue, akan terjadi proses kekebalan ter-hadap infeksi serotipe virus dengue tersebut untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan terjadi infeksi yang berat. Ini terjadi karena antibodi heterologus yang terbentuk pada infeksi primer, akan membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat dinetralisasi bahkan cenderung membentuk kompleks yang infeksius dan bersifat oponisasi internalisasi, selanjutnya akan teraktifasi dan memproduksi IL-1, IL-6, tumor necrosis factor-alpha (TNF-A) dan platelet activating factor (PAF); aki-batnya akan terjadi peningkatan (enhancement) infeksi virus dengue. TNF alpha akan menyebabkan kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan kerusakan endothel pembuluh darah yang mekanismenya sampai saat ini belum diketahui dengan jelas.34 Pendapat lain menjelaskan, kompleks imun yang ter-bentuk akan merangsang komplemen yang farmakologisnya cepat dan pendek dan ber-sifat vasoaktif dan prokoagulan sehingga menimbulkan kebocoran plasma (syock hipolemik) dan perdarahan. Anak di bawah usia 2 tahun yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi dari ibu ke anak, dalam tubuh anak tersebut terjadi non neutralizing antibodies akaibat adanya infeksi yang persisten. Akibatnya, bila terjadi infeksi virus dengue pada anak tersebut, maka akan langsung terjadi proses enhancing yang akan memacu makrofag mudah terinfeksi dan teraktifasi dan mengeluarkan IL-1, IL-6 dan TNF alpha juga PAF.Pada teori ADE disebutkan, jika ter-dapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat menetralisasi virus, justru akan men-imbulkan penyakit yang berat. Kinetik immunoglobulin spesifik virus dengue di da-lam serum penderita DD, DBD dan DSS, didominasi oleh IgM, IgG1 dan IgG3.Selain kedua teori tersebut, masih ada teori-teori lain tentang pathogenesis DBD, di antaranya adalah teori virulensi virus yang mendasarkan pada perbedaan serotipe virus dengue yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang kesemuanya dapat ditemukan pada kasus-kasus fatal tetapi berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Selanjutnya ada teori antigen-antibodi yang berdasarkan pada penderita atau kejadian DBD terjadi penurunan aktivitas sistem komplemen yang ditandai penurunan kadar C3, C4 dan C5. Disamping itu, pada 48-72% penderita DBD, terbentuk kompleks imun antara IgG dengan virus dengue yang dapat menempel pada trombosit, sel B dan sel organ tubuh lainnya dan akan mempengaruhi aktivitas komponen sistem imun yang lain. Selain itu ada teori modera-tor yang menyatakan bahwa makrofag yang terinfeksi virus dengue akan melepas berbagai mediator seperti interferon, IL-1, IL-6, IL-12, TNF dan lain-lain, yang bersa-ma endotoksin bertanggungjawab pada terjadinya sok septik, demam dan peningkatan permeabilitas kapiler.Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat, hanya dalam beberapa hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat tapi derajat kerusakan jaringan (tissue destruction) yang ditimbulkan tidak cukup untuk menyebabkan kematian karena infeksi virus; kematian yang terjadi lebih disebabkan oleh gangguan metabolik (Candra, 2010).

f. Apa manifestasi klinis pada kasus ini ?Jawab:Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat berupa demam yang tidak khas (undifferentiated fever), demam dengue (tanpa perdarahan atau dengan perdarahan), demam berdarah dengue tanpa syok atau sindrom syok dengue (SSD).Pada umumnya, pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini, pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.1. DemamPenyakit DBD didahului oleh demam tinggi yang mendadak terus menerus berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak spesifik seperti: anoreksia, lemas, nyeri pada tulang, sendi, punggung, dan kepala.2. Manifestasi PerdarahanPerdarahan terjadi pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3 setelah demam. Bentuk perdarahan dapat berupa: Ptekie, purpura, ekimosis Perdarahan konjungtiva Perdarahan dari hidung (mimisan atau epistaxis) Perdarahan gusi Muntah darah, BAB darah (melena) HematuriGejala ini tidak semua harus muncul pada setiap penderita, untuk itu diperlukan tourniquet test dan biasanya positif pada sebagian besar penderita DBD.3. Renjatan (Syok)Renjatan terjadi karena perdarahan atau kebocoran plasma ke ekstravaskular melalui kapiler yang rusak. Tanda-tanda: Kulit teraba dingin pada ujung jari dan kaki Penderita menjadi gelisah Nadi cepat, lemah, kecil, sampai tidak teraba Tekanan nadi menurun (