Upload
dawz-pratama
View
164
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BIOMAT 2
Citation preview
3
BAB II
2.6.1 Semen seng fosfat
Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertua yang masih digunakan
sampai sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini sering
digunakan sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal maupun
metal-keramik, selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam untuk
melindungi pulpa dari konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum, 1997).
Komposisi Semen Seng Fosfat:
Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 %
danasam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai
basis,konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio 6:1
atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan
putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi
semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9 menit dan kelebihan
tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004).
Sifat Semen Seng Fosfat
1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air
2. Pengerasan seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan keras
disekitarnya atau bahan restorasi lainnya. Oleh karena itu, ikatan utama adalah
berupa kunci mekanis pada pertemuan keuda permukaan dan bukan oleh
interaksi kimia
3. Sifat biologi dari semen ini memiliki keasaman yang cukup tinggi pada saat
protesa ditempatkan pada gigi. Kemudian pH akan naik dengan cepat tetapi
masih sekitar 5,5 pada jam ke-24. Jika digunakan adukan yang encer pH akan
lebih rendah dan akan tetap rendah pada jangka waktu yang lama
4. Sifat semen seng fosfat yang lain diantaranya : meminimalkan kebocoran mikro,
memberikan perlindungan terhadap pulpa, memiliki daya anti bakteri, rasio
bubuk dan cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan (Diputra, 2001)
4
Fungsi Semen Seng Fosfat:
1) Sebagai bahan tambalan sementara
Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside yang dicampur
dengan cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan Seng phosphate maka kavitas tidak
terlalu besar dan kekuatan pengunyahan yang dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak
boleh terlalu besar. Untuk menjamin kestabilan dan kekuatan tambalan sementara serta
mencegah fraktur dari sisa cups di sekeliling kavitas yang besar, bahan ini di gunakan
bersama dengan plat tembaga lembut yang dipotong dan dibentuk yang kemudian
disemenkan di sekliling mahkota dan tambalan sementara dengan menggunakan semen
yang sama (Smith BGN dalam Ricardo, R. 2004).
2) Sebagai Bahan Basis dan Pelapik
Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan bentuk lapisan
yang relatif tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi
pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta menghasilkan penyekat terhadap panas dan
menahan tekanan yang diberikan selama penempatan bahan restorative (Kidd EA dalam
Ricardo, R. 2004).
3) Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti
Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan dan
pengeringan daerah kerja, semen fosfat dengan slow setting dibuat dengan menambah
bubuk dalam jumlah secukupnya dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada glass slab yang
dingin, semen yang telah dicampur dioleskan pada bahan restoratif dan dimasukkan
kedalam kavitas kemudian ditekan secara intermitten sampai posisinya benar-benar baik.
Semen yang telah benar-benar mengeras, sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa
semen di bagian proksimal dan servikal untuk menghindari iritasi gingiva (Craig dalam
Ricardo, R. 2004).
Manipulasi Semen Seng Fosfat
1. Siapkan 3-6 tetes cairan dan bubuk ke glass plate dengan perbandingan rasio bubuk
banding cairan 3:1. Semakin tinggi rasio semakin baik sifat-sifatnya.
2. Campur bubuk dengan cairan. Campur bubuk sedikit demi sedikit. Untuk
memperoleh konsistensi yang diinginkan, suatu aturan yang baik untuk diikuti adalah
5
mengaduk selama 15 detik setelah setiap kali menambahkan bubuk. Penyelesaian
pengadukan biasanya membutuhkan waktu selama 1,5 menit.
Konsistensi sebenarnya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan semen.
Untuk penggunaan sebagai basis harus mencapai konsistensi seperti pasta (Craig dalam
Ricardo, R. 2004).
Waktu pengerasan
Waktu pengerasan seng fosfat sesuai dengan spesifikasi ADA No.9 adalah antara 5-9
menit
Faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan Semen Seng Fosfat.
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi rasio bubuk:
cairan. Tetapi prosedur ini bukan cara yang bisa diterima untuk memperpanjang
waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu sifat fisik dan menghasilkan
semen dengan pH awal yang rendah.
2. Kecepatan pencampuran bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap ditambahkan pada saat pencampuran kedalam
cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan mengurangi jumlah panas
yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih banyak bubuk yang bisa digabungkan
dalam adukan. Karena itu cara seperti ini merupakan prosedur yang dianjurkan untuk
semen seng fosfat.
3. Temperatur alas aduk
Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan
sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini memungkinkan dimasukkannya
bubuk dalam jumlah optimal kedalam cairan tanpa adonan menjadi sangat kental (Craig
dalam Ricardo, R. 2004).
6
GIC KELOMPOK 4
2.2.6 Semen Ionomer Kaca (SIK)
Gambar 13. Contoh produk Semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca merupakan salah satu bahan restorasi plastis di bidang kedokteran
gigi yang perkembangannya paling menarik, bahan ini ditemukan oleh Wilson dan kenk tahun
1972 sebagai bahan pertama yang paling praktis, sewarna dengan gigi dan beradhesi secara
kimiawi walaupun versi awalnya tidak baik dan alaur dalam cairan mulut (Ford dalam Lubis,
F.L. 2004).
2.2.6.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
Menurut kegunaannya, Semen Ionomer Kaca diklasifikasikan menjadi:
1. Tipe I : Luting Cement
Semen ini berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau jembatan, tumpatan tuang dan alat-alat
ortodonti cekat.Semen perekat ini mencegah kebocoran tepi restorasi dan lapisan semen harus
dibuat setipis-tipisnyaagar tidak terlarutkan oleh cairan mulut.
2. Tipe II : Restorative Cement
Guna semen ini sebagai tumpatan estetik sewarna dengan gigi
3. Tipe III : Liner and Basis Cement
4. Tipe IV : Fissure sealants
5. Tipe V : Orthodontic Cements
6. Tipe VI : Core build up
7
7. Tipe VII : Fluoride releasing
8. Tipe VIII : ART(atraumatic restorative technique)
9. Type IX : Deciduous teet. (Philips dalam Lubis, F.L. 2004)
2.2.6.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca
Semen ini adalah sisitem bubuk cairan, yang berbentuk karena reaksi antara kaca
alumino-silikat dengan asam poliakrilat yang sering disebut alumino silikat poyacrilic acid
(ASPA). (Williams dalam Lubis, F.L. 2004).
1). Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandinagn alumina-silikat lebih tinggi pada
semen silikat (Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).
Tabel 3. Komposisi bubuk Semen Ionomer Kaca
2). Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan Semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam poliakrilat dalam
konsentrasi kira-kira 50%.Cairan ini cukup kental cnederung membentuk gel setelah beberapa
waktu.Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat dalah dalam bentuk kopolimer dengan
asam itikonik, maleic atau asam trikarbalik.Asam-asam ini cenderung menambah reaktivitas dari
cairan, mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Wilson dalam
Lubis, F.L. 2004).
Asam tartaric juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik manipulasi dan
meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan.Terlihat peningktan yang
8
berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengandung asam
tartaric.Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan
kekentalan yang tajam (Baum dalam Lubis, F.L. 2004).
Tabel 4. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca
2.2.6.4 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca
Ketika bubuk dan cairan Semen Ionomer Kaca dicampurkan, cairan asam akan memasuki
permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan
mengikuti inti tumpatan (Ford dalam Lubis, F.L. 2004).
Selain cairan sam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk
Semen Ionomer Kaca akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (ca2+)
kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnay karies
sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan gel (Wilson dalam
Lubis, F.L. 2004).
Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-kimia
tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang berasal
dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari Semen Ionomer Kaca
(Galinggih. 2011).
Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan
yang berkontak.Semen Ionomer Kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil (COOH)
multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat.Dalam hal ini memungkinkan pasta
semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara Semen
Ionomer Kaca dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email
berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis (Galinggih. 2011).
9
Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan
kavitas dari pelikel dan debris.Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah
ikatan Semen Ionomer Kaca. Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan
apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di
dalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam
periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan
agar tidak terkontaminasi (Galinggih. 2011).
Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya
adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu
setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan
retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama
beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama
Proses pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan
saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan
pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton,
kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa jam
atau pada proses pengunyahan (Galinggih. 2011).
2.2.6.5 Sifat Semen Ionomer Kaca
Sifat Semen Ionomer Kaca adhesive yang mengikat enamel dan dentin. Ikatan ini terjadi
karean interaksi antara ion-ion golongan karboksil dan semen dan ion-ion kalsium dari gigi,
iakatan ke enamel lebih besar daripda iktannya ke dentin.Pengikatan ini baik sebagai bahan
penutupan kavitas (Wilson dalam Lubis, F.L. 2004).
Hal ini diungkapkan oleh Mal Donado pada tahun 1978, Perbandingan bubuk terhadap
asamnya merupakan faktor penting untuk memperoleh campuran semen dengan sifat-sifat fisik
yang dinginkan. Beberapa sifat dari Semen Ionomer Kaca yang akan diuraikan sebagai berikut
(Wilson dalam Lubis, F.L. 2004):
2.2.6.5.1 Sifat Fisis Seemn Ionomer Kaca
Sifat-sifat fisis dari Semen Ionomer Kaca, antar lain:
a. Anti karies
10
Ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap karies.
b. Thermal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
c. Tahan terhadap abrasi
ASPA tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari
groove yang abrasi servikalnya oleh sikat gigi dan kavitas yang erosi.
2.2.6.5.2 Sifat Mekanis Semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca juga memiliki sifat mekanis yaitu:
a. Compressive strength : 150 MPa, lebih rendah dari silikat
b. Tensile strength : 6,6 MPa, lebih tinggi dari silikat
c. Hardness : 49 KHN, lebih lunak dari silikat
d. Frakture toughness : Beban yang kuat dapat terjadi fraktur
(Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).
2.2.6.5.3 Sifat Kimia Semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa
ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari Semen Ionomer Kaca.
Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini
maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi.Semen Ionomer Kaca tahan terhadap suasana
asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini
terjadi karena anya polyanion dengan berat molekul yang tinggi (Phillips dalam Lubis, F.L.
2004).
2.2.6.5.4 Sifat Biologi semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik artinya tidak
mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin ke arah pulpa tidak kurang dari 0,5 mm.
kontaminasi saliva selama penumpatan dan sebelum semen mengeras sempurna akan merugikan
tumpatan karena semen akan mudah larut dan daya adhesi akan menurun. Kavitas harus dijaga
agar tetap kering dengan mngusahakan isolasi yang efektif serta tumpatan ditutup dengan lapisan
resin atau pernis yang kedap air selama beberapa jam setelah penumpatan untuk mencegah
11
desikasi karena hilangnya cairan atau melarut karena menyerap air (Phillips dalam Lubis, F.L.
2004).
2.2.6.6 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca
Kelebihan semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutan dalam air
b. Kemampuan berikatan dengan email dan dentin
c. Biokompabilitas
d. Estetika (penambahan radiopak untuk penyamaan warna dengan gigi
e. Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi
f. Bersifat adhesi
g. Tidak iritatif
h. Mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor untuk mencegah karies lebih
lanjut
i. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit
j. Daya larut yang rendah
k. Bersifat translusent atau tembus cahaya
l. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan email.
Kekurangan Semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar
b. Tidak tahan terhadap keausan
c. Daya lekat pasta lebih kecil terhadap dentin
d. Setelah restorasi butuh proteksi
e. Kekerasan kurang baik
f. Rapuh dan sensitive terhadap air pada waktu pengerasan
g. Dapat larut dalam asam dan air
2.2.6.7 INDIKASI
1. Digunakan pada gigi sulung
2. Kekuatan kunyah relatif tidak besar
12
3. Pada insidensi karies tinggi
4. Gigi yang belum tumbuh sempurna
5. Area yang kontaminasi sulit dihindarkan
6. Pasien kurang kooperatif
ZOE KELOMPOK 6
2.5 Semen Zink Oksida Eugenol
a. Semen oksida seng eugenol
Semen oksida seng eugenol adalah suatu semen tipe sedative yang lembut.
Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, dan berguna sebagai basis
insulatif (penghambat) (Anusavice, 2004).
Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah salah satu
kelebihan jenis semen tersebut. Kelebihan lainnya adalah kemampuan semen
untuk meminimalkan kebocoran mikro, dan memberikan perlindungan terhadap
pulpa. Bahan ini paling sering digunakan ketika merawat lesi-lesi karies yang
besar (Anusavice, 2004).
Campuran konvensional dari oksida seng dan eganol relatif lemah. Di tahun-tahun
terakhir ini mulai diperkienalkan semen-semen oksida seng eganol yang telah
disempurnakan. Salah satu produk OSE yang diperkuat dan cukup terkenal adalah
produk yang menggunakan polimer sebagai penguat. Selain itu, partikel-partikel
bubuk oksida seng telah “dirawat permukaan” untuk menghasilkan ikatan
partikel-partikel ke matriks yang lebih baik. Hal ini menghasilkan kekuatan yang
lebih besar dan durabilitas (masa pakai) yang lebih lama bila digunakan sebagai
bahan sementara. Sejumlah bahan lain, seperti resin hidrogenasi, dapat juga
dijumpai dalam beberapa produk (Anusavice, 2004).
b. Komposi Semen oksida seng eugenol
Berupa bubuk (Zinc oksida dan magnesium oksida) dan Cairan (Larutan eugenol)
(Anusavice, 2004).
13
c. Fungsi Semen oksida seng eugenol
Semen oksida seng eugenol digunakan sebagai bahan perekat sementara dan
permanen restorasi, digunakan sebagai tambalan sementara, sebagai bahan
pelapik, bahan pengisi saluran akar, pembalut periodontal dan pada perawatan
pulpotomi restorasi sementara dan menengah bahan perekat/pengikat sementara
dan permanen untuk restorasi
(Anusavice, 2004).
d. Klasifikasi Semen oksida seng eugenol dalam Spesifikasi ANSI / ADA No. 30:
- Tipe 1 digunakan untuk semen sementara.
- Tipe 2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau alat-alat yang
dibuat di luar mulut.
- Tipe 3 digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.
- Tipe 4 digunakan untuk pelapik kavitas
e. Sifat Semen oksida seng eugenol
1. Sifat Fisik
a. Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk:cairan dari semen OSE akan
mempengaruhi kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio bubuk:cairan,
semakin cepat pengerasannya. Pendinginan alas aduk akan memperlambat
waktu pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik pengembunan. Di
bawah titik embun ini, kondesat akan bergabung dengan adukan dan
reaksi pengerasan akan dipercepat (Anusavice, 2004).
b. Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya, ukuran
perikel yang lebih kecil akan meningkatkan kekuatan. Penggantian
sebagai eogenol dengan asam orto-etoksibensoat berakibat peningkatan
kekuatan, seperti juga panggabungan polimer (Anusavice, 2004).
c. Formula OSE yang dirancang untuk berbagai kegunaan memiliki kekuatan
yang berkisar antara 3 sampai 55Mpa. Kekuatan semen OSE tergantung
pada tujuan kegunaannya dan pada formula yang dirancang untuk tujuan
tersebut(Anusavice, 2004).
2. Sifat Mekanis
14
Sifat mekanis harus memenuhi persyaratan untuk tujuan penggunaan bahan
tersebut,misalnya semen haruslah menghasilkan kekuatan yang cukup dalam
waktu cepat untuk memungkinkan bahan tambal dimasukkan kedalam kavitas
(Anusavice, 2004).
3. Sifat Kimia
Komponen utama dari semen-semen ini adalah oksida seng dan eugenol. Jadi,
reaksi pengerasan dan struktur mikronya pada dasarnya sama dengan pasta
cetak.Meskipun demikian ada berbagai cara melalui mana karateristik dan
manipulasi yang cocok untuk berbagai jenis kegunaan(Anusavice, 2004).
4. Sifat Biologi
Semen oksida seng eugenol mempunyai PH-nya mendekati 7 yang
membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling sedikit mengiritasi
dan cocok secara biologis terhadap pulpa.Selain itu, dapat menutup kavitas
dengan sangat baik untuk menghambat cairan mulut dengan begitu iritasi yang
disebabkan oleh kebocoran mikri dapat dikurangi, Karena sifat biologinya dari
semen oksida seng eugenol membuat semen ini digunakan sebagai sementasi
terakhir (Anusavice, 2004).
f. Manipulasi bahan
1. Bubuk dalam jumlah secukupnya, dan beberapa tetes eugenol diletakkan pada
glassplate.
2. Bubuk dan larutan eugenol diaduk sampai mencapai pasta kental.
3. Pasta yang tercampur akan dapat dipegang tanpa melekat ke jari.
4. Mulai aplikasikan bahan pada kavitas yang sebelumnya dibersihkan dulu
menggunakan aquades steril lalu dikeringkan dengan cotton pellet. (Baum,
1997).
g. Kekurangan dan Kelebihan :
Kekurangan :
1. Bahan ini tidak elastik hingga tidak dapat menjangkau daerah undercut
2. Hanya setting cepat pada bagian yang tipis
3. Adanya kandungan eugenol yang membuat beberapa pasien alergi.
4. Kekuatan yang kurang.
15
5. Kurang tahan terhadap abrasi.
6. Mudah larut dalam cairan rongga mulut.
7. Mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan
Kelebihan :1. Memiliki stabilitas dimensi yang bagus.
2. Memiliki permukaan akurat dan detail.
3. Mempunyai working time yang cukup.
4. Dapat merekam jaringan mulut tanpa kerusakan
5. Mucostatic
6. Daya antibakteri
7. memberikan perlindungan terhadap pulpa
8. Kemampuan semen untuk meminimalkan kebocoran mikro
(Anusavice, 2004).
POLIKARBOKSILAT KELOMPOK 7
1. Semen Polikarboksilat
Semen ini adalah jenis semen baru dan mempunyai perlekatan dengan komponen
kalsium dari struktur gigi. Seng polikarboksilat adalah system semen pertama yang memiliki
ikatan adhesif dengan struktur gigi (Rahmawati, 2011).
A. Sifat Semen Polikarboksilat
1. Compressive strength semen polikarboksilat sekitar 55 MPa, lebih rendah daripada
semen zink fosfat. Namun tensile strength sedikit lebih tinggi.
2. Daya larut semen didalam air memang rendah, tetapi jika terkena asam organik
dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar
3. Isolator yang baik sehingga dapat melindungi dentin
4. tindakan pengadukan dan penempatan dengan getaran akan menurangi kekentalan
semen
5. waktu pengerasan lebih pendek ketimbang seng fosfat yaitu sekitar 2,5 menit
6. PH cairan sekitar 1,7 tetapi dapat dinetralkan dengan cepat oleh bubuknya
16
B. Fungsi Semen Polikarboksilat
a. Cementation of crowns and bridges
b. Cementation of inlays and onlays
c. Orthodontic cementation of bands and brackets
d. Base or lining material under composite, amalgam or glass ionomer
e. Temporary filling material (Rahmawati, 2011).
C. Komposisi Semen Polikarboksilat
- Powdernya sama seperti zink phosphate dengan tambahan beberapa produk stannous fluorida.
- Liquidnya terdiri dari larutan air dari asam poliakrilat dari asam akrilik dengan asam karboksilat lain yang tidak jenuh. Misal: asam itakonik
- Berat molekul dari poliasam berkisar antara 30.000 sampai 50.000. Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%(Rahmawati, 2011).
D. Kelebihan dan Kekurangan Semen Polikarboksilat
Kelebihan:
-Waktu pengerasan lebih cepat dari seng fosfat Kekurangan:
-Temperatur alas aduk yang dingin dapat menyebabkan asam poliakrilat mengental.- Tidak sekaku semen fosfat
- Modulus elastis kurang dari setengah semen fosfat(Rahmawati, 2011).
E. Manipulasi Semen Polikarboksilat
Bubuk dan liquid dengan ratio 1,5:1 atau sesuai kebutuhan dicampur sampai membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi semen eugenol sebagai subbasis. waktu pengerasan sekitar 2,5-5 menit, buang kelebihan tumpatan (Phillips dkk., 1985).
A. Reaksi pengerasan Semen Seng Polikarboksilat
Semen ini melibatkan pelarutan permukaan partikel oleh asam yang kemudian
melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan timah, yang menyatu ke rantai polimer
melalui gugus karboksil, seperti yang digambarkan pada Gambar 25-12A. Ion-ion ini
bereaksi dengan gugus karboksil dari rantai poliasam yang ada di dekatnya sehingga
terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras. Semen yang mengeras terdiri
atas matriks gel tanpa bentuk di dalam mana tersebar partikel-partikel yang tidak
bereaksi. Gambar struktur mikronya mirip dengan semen seng fosfat.
17
Juga ada jenis semen ini yang pengerasannya oleh air, seperti telah dijelaskan
pada Bab 24 untuk semen ionomer kaca. Poliasam adalah bubuk yang dikeringkan
dengan cara dibekukan kemudian dicampur dengan bubuk semen. Cairannya adalah air
atau larutan lemah dari NaH2PO4. Meskipun demikian, reaksi pengerasannya adalah
sama terlepas dari apakah poliasam ini dikeringkan dengan dibekukan dan kemudian
dicampur dengan air atau digunakan larutan poliasam lemah yang konvensional sebagai
cairannya.
B. Indikasi dan Kontraindikasi Semen Seng Polikarboksilat
indikasi :
1. Sementasi
2. Basis
3. Lapik pelekat
Kontra-Indikasi :
1. Perawatan pulpa
2. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)
SEMEN SILIKAT KELOMPOK 8
2.2.4 SemenSilikat
Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuatdari aluminoFluoro-Silikat
glass dengan liquid37% asam fosfat. Secara kimia asam melarutkan dan menggabungkan
sebagian kaca. Hal ini menciptakan suatu matriksyangsangatkerasdanrapuh.
Campurancairansemeninisamadengan semenSengfosfat,bagaimanapun,penggunaanutamadalam
kedokterangigi adalahsebagaimaterialyang sewarnadengangigi.Karenamatrikssangatkeras,
rapuhdankurangnya ketahanannyaterhadapabrasi membatasipenggunaannya
sebagaibahanbasisrestorative(Martin S. 2011).
Sampaimunculnya kompositresin, silikatadalahmaterialgigi hanya mengisiwarna
yangtersedia,dan satu-satunyaalternatifuntukamalgamperak
18
sebagai(nonemas)sederhanabahanpengisipermanen. Penggunaannyaterbatas padagigi
depan,ataudaerahkerusakantidakpadapermukaangigi belakangyang mempunyaikekutantekan
besar(Martin S. 2011).
A. Keuntungan Semen Silikat
Selainwarnanya,adalahterdapatfluoridedari glass,(komponendari bahanmatrikskarenareaksi
kimiayangterlibatdalam pencampuranbubuk dengan cairan), fluoridecenderung
mencegahkarieslebih lanjut disekitar margin, (kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua
formulasemen gunakanAl-Fl-Si glassdanasam kombinasi).Masalahutama dengan semen silikat
sebagai bahan restoratif adalah tampilannya. Partikel-
partikelkacarentanterhadaptekanan,mudahberubahwarna dankasar. Kesulitan lain adalah
kerapuhan dari matriks estetik karena menyebabkan permukaan krasing dan majinal chipping
sebagai usia restorasi dan menciptakan lebih banyaktempatpotensialuntuknoda untuk
memperparah(MartinS. 2011).
B. Fungsi Semen Silikat
Restorasisementaragigianterior(Rahmawati,D. 2011)
C. Komposisi Semen Silikat
CampurandaripowderSilika(SiO2),Alumina(Al2O3), senyawafluorida,
beberapagaramkalsiumdenganliquidphosphoricacid(CraigdalamKadariani).
2001).
D. Sifat Semen Silikat
Warnanyasesuaidenganwarnagigidancocokdigunakanuntukrestorasi gigianterior
Tensil strenghtkurang baik
Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut terhadapasamyang
terdapatdalamplak yangmelekatdiatasnya
Terikat secara kimiawi dengan struktur gigi karena adanya fluoride
(kekuatanikatan dengan emailakan lebihbesar daripadadengandentin)
19
Perkembangan biomaterial di bidang kedokteran gigi modern dapat menjadi bukti. Semen
silikat merupakan bahan tambal gigi yang pertama kali dikenal. Saat ini, bahan tersebut sudah
mulaiditinggalkan karena mengandung unsur asam yang dianggap berbahaya bagi pulpa gigi.
Sebagai penggantinya kemudian dikenal glass ionomer cement. Perkembangan bahan tambal
terus bergulirdengan adanya resin komposit polimerisasi sinar tampak dengan.
E. Manipulasi Semen Silikat
ada dua metode pemanipulasian semeniniyaitudenganmetodepemanipulasianmanualdanmetode
pemanipulasianmekanis (O’briendalam Hermanto, L.FM. 2007)
a. Pemanipulasian manual
• Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml
• Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal dan dingin,
juga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt chromium
• Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar selama 1 menit.
• Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk mendapatkan
konsistensi yang di inginkan dan baik(O’briendalam Hermanto, L.FM.2007).
b. Pemanipulasian mekanis
• Dengan menggunakan alat amalgamator.
• Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu wadah dan terpisah
dengan sekat.
• Sekat ini dapat hancur dengan adanya tekanan dari amalgamator.
• Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada
pencampurandapatterjadipanasyang mengakibatkan waktu kerja berkurang (O’briendalam
Hermanto, L.FM.2007).
RESIN KOMPOSIT KELOMPOK 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Resin Komposit
20
Resin komposit adalah bahan tambalan sewarna gigi, dengan bahan dasar polimer dan
ditambahkan dengan partikel anorganik sebagai penguat. Bahan tambalan ini umumnya
mengalami reaksi pengerasan dengan bantuan sinar ( Sinar UV, atau bisa juga dengan visible
light) (Permatasari,2009).
Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurang-kurangnya
dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata diantara keduanya.
Bila didapat konstruksi molekuler yang tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang
tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin komposit
adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel
silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Dalam ilmu
kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada penambahan polimer yang
digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit digunakan untuk mengganti
struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan
fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel
bahan pengisi, dan bahan coupling (Baum, 1997).
Syarat bahan tumpatan dalam kedoktetran gigi resin sebagai berikut :
a. Bahannya Tidak Mengiritasi
b. Tidak Toksik
c. Tidak mudah larut dalam saliva
d. Mudah digunakan
e. Estetika Yang Baik (Hermina, 2003).
2.2 Klasifikasi Resin Komposit
Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin. Klasifikasi
didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama serta cara aktivasinya.
2.2.1 Berdasar Ukuran Partikel
Resin komposit berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi utama di antaranya:
21
1. Komposit tradisional.
Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama tahun 1970-an dan
sudah mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut juga komposit kovensional atau
komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian karena ukuran partikel pengisi relatif
besar. Bahan pengisi yang sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling.
Dilihat dari foto micrograph bahan pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang luas
dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit tradisional adalah 8-12 µm, partikel
sebesar 50µm mungkin ada. Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan akrilik
tanpa bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari
abrasi selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi
yanglebih keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya
bersifat radioulusen (Baum, 1997).
2. Komposit berbahan pengisi mikro
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,
dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan
pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 µm; jadi partikel tersebut lebih kecil200-300
kali di bandingkan rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini
memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akriliktanpa bahan pengisi.
Dari segi estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah aus karena
partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai 0,4 µm.
Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi terdorong.
Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi denganmatriks sekitarnya. Kekuatan
konfresif dan kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikitlebih tinggi dibandingkan dengan
resin komposit konvensionl. Kelemahan dari bahanini adalah ikatan antara partikel
komposit dan matriks yang dapat mengeras adalahlemah mempermudah pecahnya suatu
restorasi (Baum, 1997).
3. Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil
Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari permukaan
komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan ataubahkan meningkatkan
22
sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapaitujuan ini, bahan pengisi
anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa
digunakan dalam komposit tradisional.Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit
berkisar 1-5 µm tetapipenyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas
inimemungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisipartikel
kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak (80% berat dan
60-65 % volume). Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakanquartz sebagai
bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandunglogam berat (Baum,
1997).
4. Komposit hibrid
Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperolehkehalusan
permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementaramempertahankan
sifat partikel kecil tersebut. Ukuran partikel kacanya kira-kira 0,6-1,0 mm, berat bahan
pengisi antara 75-80% berat. Sesuai namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada
komposit hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling barupasinya mengandung silica
koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat.Silica koloidal jumlahnya 10-
20% dari seluruh kandungan pasinya.Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara
komposit konvensionaldan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan
bahan pengisi pasi-mikro. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini
banyakdigunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat
mekanisumumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid ini juga
seringdigunakan untuk tambalan gigi belakang (Baum, 1997).
2.2.2 Cara Aktivasi
Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara khemis
dan aktivasi mempergunakan cahaya.
a. Aktivasi secara khemis
Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung
benzoyl peroxide (BP) initiat or dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic
amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai -- O-- O-- putus dan elektron terbelah diantara
kedua molekul oksigen (O). Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing pad dan
23
diaduk dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan pengadukan
tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal bebas dan
polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian dimasukkan ke dalam
kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe (Anussavice, 2004).
Gambar 6: Aktivasi benzoyl peroxide (BP)
b. Aktivasi menggunakan cahaya
Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar
ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang menggunakan
curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah
diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya.
Disebabkan kebaikan ini, komposit yang menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih
banyak digunakan dibanding material yang diaktivasi secara khemis.
Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal yang
diletakkan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer,
Camphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang diantara 400 - 500 nm dan amine
yang menginisiasi pembentukan radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar
tampak biru (visible blue light, panjang gelombang -468nm) memproduksi fase eksitasi
dari photosensitizer, dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal
bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan.
Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya
dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta dapat
menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru dan
24
terjadi polimerisasi sehingga bahan resin mengeras. Camphorquinone (CQ) menyerap
sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi dengan melepaskan elektron seperti
amine ( dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]). Setelah diaktivasi, CQ
memisahkan atom hidrogen daripada karbon - α yang bertentangan dengan grup amine
dan hasilnya adalah amine dan radikal bebas CQ. Radikal bebas CQ ini sudah bersedia
untuk diaktivasi Annusavice, 2004).
Gambar 7: Resin komposit diaktivasi oleh sinar
2.3 Komposisi Resin Komposit
1. Bahan utama/Matriks resin
Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan atau
aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain itu juga
banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan urethane
25
dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit gigi.
Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun 1950-an dan
awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel
bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan
perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan
akrilat (CH2=CHCOO-). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-
GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.BIS-GMA
memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari dimethacrylate lain
yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan resin yang dapat
diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit melakukan sintesa
antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap struktur gigi
(Anusavice,2004).
2. Filler
Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat material.
Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik kaca dan batang,
partikel seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat (Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca
barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi radiopak.Ukuran partikel
yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15m. Partikel yang dikategorikan berukuran besar
sehingga mencapai 60m pernah digunakan tetapi permukaan tumpatan akan menjadi kasar
sehingga mengganggu kenyamanan pasien (Anusavice,2004)..
Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas dari
material mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai
permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin.
Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:
a. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi
b. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal
c. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten
terhadap abrasi (Anusavice,2004).
26
3. Coupling agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan pada
saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi dengan baik
karena ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat. Melapiskan partikel filler dengan
coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling
agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis
dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada
partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat
khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler diakibatkan
dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler (Anusavice,2004).
Fungsi filler bagi coupling agent adalah:
a. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin.
b. Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin.
(Anusavice,2004).
4.Bahan penghambat polimerisasi
Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer dimethacrylate
dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor).
Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone, tetapi bahan yang sering digunakan pada saat
ini adalah monometyhl ether hydroquinone (Anusavice,2004).
5.Penyerap ultraviolet (UV)
Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi. Camphorquinone
dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV (Anusavice,2004).
6. Opacifiers
27
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit terlihat di
dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan aluminium
dioksida (Anusavice,2004).
7. Pigmen warna
Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang
biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan lain-lain. Ferric
oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium black memberikan warna kehitaman
dan mercuric sulfide memberikan warna merah (Anusavice,2004).
2.4 Sifat-sifat Resin Komposit
Komposit sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit
juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain
(Anusavice, 2004).
1. Sifat fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan
pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasan dan karakteristik permukaan juga
menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini (Anusavice, 2004).
a. Warna.
Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya: Resin komposit resisten terhadap perubahan
warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin
komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak
dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari
penggantian airdalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit
kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat
menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan
warna email dan dentin (Anusavice, 2004).
b. StrengthTensile dan compressive strength
28
Tensile strength Resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini
memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal.
Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda (Anusavice, 2004).
c. Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu
yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured
dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara
kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah
mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan
abrasive rotary (Anusavice, 2004).
2. Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting
terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan
tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu (Anusavice,
2004).
a. Adhesi
Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu : Adhesi terjadi
apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya
tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan
secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan
menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada
email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang
cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin
komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut
(dentin bonding agent) (Anusavice, 2004).
b. Kekuatan dan keausan
29
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan
resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya
digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat
keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga
akhirnya filler lepas (Anusavice, 2004).
3. Sifat khemis
Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi
kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang
disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi
gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujungrantai atau pada ujung – ujung rantai
percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam
kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA). Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu
ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A)
dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua
gugusOH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu
dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan
(Anusavice, 2004).
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit
A. Kelebihan:
1. Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan menambah
material pengisi.
2. Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi.
3. Tidak mengandung merkuri.
4. Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior dan beban
gigitan yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.
5. Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan dibanding
amalgam (Anusavice, 2003)
B. Kekurangan:
30
1. Kurang daya tahan dibanding amalgam serta tidak begitu kuat dalam menahan
tekanan gigitan pada bagian posterior.
2. Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.
3. Lebih cepat aus dibanding amalgam.
4. Teknik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.
5. Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan sukar untuk
mendeteksi karies baru.
6. Memerlukan keterampilan serta biaya yang tinggi (Anusavice, 2003)
2.6 Etsa Asam
Proses etsa asam pada permukaan email akan menghasilkan kekasaran mikroskopik pada
permukaan email yang disebut enamel tags atau micropore sehingga diperoleh ikatan fisik antara
resin komposit dan email yang membentuk retensi mikromekanis. Keberhasilan usaha tersebut
telah mendorong para peneliti untuk melakukan etsa pada dentin, namun walaupun dentin telah
dietsa perlekatan resin komposit terhadap permukaan dentin lebih sulit dibandingkan dengan
perlekatan terhadap permukaan email.Kesulitan ini disebabkan karena dentin merupakan
jaringan yang lebih kompleks dibandingkan dengan email.Email merupakan jaringan yang
hampir termineralisasi secara sempurna, sedangkan dentin merupakan jaringan hidup yang terdiri
dari komponen inorganik (45%), komponen organik (33%), dan air (Demarco FF, 1998).
Komposisi organik substrat dentin memiliki struktur ultra tubulus yang lembab dan
heterogen. Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan perlekatan resin
komposit pada dentin yaitu variasi tingkat mineralisasi dan adanya cairan pada tubulus dentin
yang menghalangi perlekatan (Yazici AR, 2003).
Perlekatan pada dentin juga menjadi lebih sulit dengan keberadaan smear layer. Smear
layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan dentin akibat preparasi
dentin.Smear layer menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier difusi, sehingga
menurunkan permeabilitas dentin. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengetsaan dentin
untuk menyingkirkan smear layer. Fusayama (1980) mempelopori etsa dentin untuk
mendapatkan ikatan secara adhesif antara dentin dan resin komposit dan untuk melarutkan smear
layer. Smear layer dipindahkan melalui pengetsaan dengan asam phosphor 37 % selama 15 detik
31
yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Pengetsaan terhadap intertubular dan peritubular
dentin mengakibatkan penetrasi dan perlekatan bagi bahan bonding sehingga terbentuk hybrid
layer (Bryant RW, 1998).
Berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat dibagi atas dua
kategori yaitu (Soares CJ, dkk., 2005):
1. Total-etch adhesive system
Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa, antara lain :
a. Three-step total-etch adhesive
Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan dengan
tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif. Bahan
primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component).Bahan ini
merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan
menggunakan asam phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik. Untuk mencegah kolaps,
permukaan harus dibuat lembab.Namun, pelembaban dentin sulit dilakukan dengan benar
karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk lebih rendah dari perlekatan ideal jika
dentin terlalu basah atau terlalu kering (Soares CJ, dkk., 2005).
b. Two-step total-etch adhesive
Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle component
atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan
rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif.Bahan ini
merupakan sistem adhesif generasi ke-5. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan
dengan asam phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai 20 detik (Soares CJ, dkk.,
2005).
2. Self-etch adhesive system
Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa dan primer
digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain :
32
a. Two-step self-etch adhesive
Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian
dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.Bahan ini merupakan sistem adhesif
generasi ke-6.Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan larutan
aqueous berisi phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%. Keuntungannya adalah resiko
kolapsnya kolagen dapat dieliminasi.Kerugiannya adalah larutan harus diperbaharui
secara terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat dikendalikan di tempatnya.
Keefektifan pengetsaan enamel dengan tepat, kurang dapat diramalkan dibandingkan
dengan larutan asam phosphor, karena asam yang digunakan lebih lemah (Soares CJ,
dkk., 2005).
b. One-step self-etch adhesive (all in one)
Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga hanya
terdiri dari satu tahap aplikasi.Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-7 (Soares
CJ, dkk., 2005).
One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan
untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah.Tujuan aplikasi one-step self-etch
adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-
langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding.Smear layer tidak disingkirkan,
sehingga potensi sensitivitas post-operative (pada sistem total-etch) akibat infiltrasi resin
yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin dapat dikurangi. Selain itu, air adalah
komponen yang esensial dalam sistem ini dalam mengadakan ionisasi monomer asam
untuk demineralisasi jaringan keras gigi, jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi
matriks kolagen yang terdemineralisasi (pada sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi.
Pemisahan tahap etching dan rinsing juga dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesive
tidak hanya mempermudah proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga
mengeliminasi beberapa sensitivitas teknik pada sistem total-etch (Soares CJ, dkk., 2005).
2.6.1 Jenis Etsa Asam dan Komposisi
1. Etsa makro
33
a. Hidrochloric, komposisinya 50 % asam hidroclhoric dalam air dengan menggunakan
suhu 700-800 sampai 1 jam. Pemakaiannya untuk besi dan baja.
b. Sulphuric, komposisinya 20 % asam sulphuric dalam air dengan menggunakan suhu
80% waktu yang dipakai 10-20 detik. Penggunaannya untuk bahan besi dan baja.
c. Nitric, komposisinya 25 % asam Nitric dalam air, seperti a dan b boleh dingin kalau
cocok. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja (Anusavice, 2004).
2. Etsa Mikro
a. Asam Nital, komposisinya asam nital 2ml, alkohol (95%) 98 ml. Pemakaiannya untuk
baja karbon, baja paduan rendah dan baja paduan sedang. Waktu sampai 1 menit.
b. Asam pikral, komposisinya asam pikral 4 gram, alkohol 98 ml. Pemakaiannya untuk
baja karbon dalam keadaan normal, dilunakan, dikeraskan dan ditemper. Waktu
pengetsaan beberapa detik sampai 1 menit (Anusavice, 2004).
2.6.2 Reaksi Etsa Asam terhadap Dentin
Pengetsaan pada dentin, mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun 1970, pengetsaan
dilakukan pada email dan dentin yang disebut total ecth tchnique dengan menggunakan asam
fosfat 37 %. Asam ini berpenetrasi sangat sedikit ke dentin sehingga tidak menyebabkan
inflamasi pulpa (Rani, 2011).
Reaksi etsa asam terhadap dentin terjadi perubahan yang dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu :
1. Demineralisasi superfisialis.
Asam pertama kali akan melarutkan smear layer yang terdapat pada bagian dentin
terluar yang telah dipreparasi. Waktu yang diperlukan asam untuk melarutkan smear layer
jauh lebih kecil daripada waktu yang digunakan untuk mengetsa.
2. Demineralisasi Kompleks tubuli dentin
Asam etsa yang telah melarutkan smear layer kemudian berkontak dengan matriks
dentin dan menyebabkan demineralisasi yang akan menghasilkan porositas pada dentin.
Demineralisasi dentin menyebabkan denaturasi kolagen sehingga kolagen dentin menjadi
lemah.
34
3. Perubhn perfusi cairan dentin akibat permeabilitas dentin meningkat
Pelarutan komponen smear layer sebagai akibat berkontaknya asam dengan dentin
dapat meningkatkan permeabilitas dentin.
Smear layer berfungsi dalam :
a. membatasi difusi molekul-molekul besar ataupun kecil berpenetrasi ke dalam pulpa
melalui tubuli dentin.
b. mengatur koveksi cairan tubuli dentin yang berperan dalam mekanisme sensitivitas
dentin sesuai dengan teori hidrodinamik.
c. Smear layer bertanggung jawab terhadap perubahan permeabilitas dentin (Rani, 2011).
2.7 Bonding Agent
Bonding agent didefinisikan sebagai sebuah material dengan viskositas rendah, yang
diaplikasikan di atas permukaan gigi dan membentuk film tipis setelahsetting. Film tipis ini
mengikat dengan kuat permukaan gigi yang di atasnya restorasi komposit resin kental
diaplikasikan. Ini diatur membentuk restorasi resin yang terpadu (Baum, 1985).
Jika dibandingkan dengan unfilled resin akrilik, resin komposit lebih kental, oleh karena
itu tidak membasahi permukaan gigi dengan mudah. Bonding agent dikembangkan untuk
digunakan dalam hubungannya dengan resin komposit. Resin dalambonding agent telah
diencerkan dengan monomer lainnya hingga suatu tingkatan yang memiliki viskositas rendah
dan mudah membasahi permukaan gigi (Anussavice, 2003).
Ketika disapukan pada dinding cavity, secara bebas menembus kedalam porositas kecil
yang dihasilkan oleh etsa asam berpolimerisasi. Itu terasionalisasi bahwa ketika restorasi resin
komposit ini kemudian dimasukkan ke cavity, ia akan mempolimerisasi kehadiran bonding
agent di permukaan cavity. Dengan cara ini, diharapkan adaptasi lebih baik pada
dinding cavity enamel dicapai dengan peningkatan retensi mekanis dari restorasi (Anussavice,
2003).
35
Bonding agent menembus permukaan enamel dan dentin yang teretsa dan
membuat micromechanicalretensi dengan restorasi. Retensi micromechanicalberarti bahwa
ikatan retensi yang terbetuk sangat kecil. Dengan material ini, memungkinkan untuk mengikat
material restorasi pada enamel dan dentin(Bird, 2005).
Etsa asam adalah sebuah teknik dimana etsa asam maleat maupun etsa asam fosfat
ditempatkan di enamel maupun dentin untuk menghilangkan smear layer dalam preparasi
sebagai bonding. Etsa asam dan penggunaan bonding agent merupakan bagian integral dari
semua restorasi resin komposit. Langkah pertama dalam prosedur bonding adalah melalui
pembersihan mekanis permukaan enamel dengan pasta pumice menggunakan rubber
cup. Setelah pembersihan, semua residu pumice dihilangkan dengan semprotan air dan gigi di
keringkan sebelum etsa diaplikasikan (Brid, 2005).
Konsentrasi larutan asam fosfat 35 sampai 50% atau gel merupakan etsa yang
direkomendasikan. Gel lebih mudah dikontrol secara klinis, tetapi keduanya sama-sama etsa
yang dapat diterima. Asam diaplikasikan dengan cotton pellet, artist’s
brush kecil,minisponge atau kertas endodontik. Pertama harus mencoba menjaga asam pada area
etsa yang diharapkan, karena etsa merusak enamel dan tidak dapat diremineralisasi. Asam
diaplikasikan secara berkesinambungan, dengan hati-hati jangan sampai menggosok enamel.
Menggosok enamel akan mematahkan enamel rod yang rapuh dan menghasilkan ikatan resin-
gigi yang lemah. Waktu etsa yang direkomendasikan selama satu menit. Jika usaha pertama tidak
menghasilkan frosty appearancepada permukaan etsa setelah dikeringkan, dapat ditambahkan
waktu untuk mengetsa. Mengetsa lebih dari dua menit tidak menunjukkan hasil yang efektif.
Penembusan etsa dipengaruhi oleh konfigurasi enamel rods. Rods yang memiliki akiran yang
lebar pda cavosurface memungkinkan dietsa sampai kedalaman 20 micron, sementara mereka
yang memiliki sisi yang terbentangkan cavosurface memungkinkan dietsa sampai kedalaman
lima micron (Brid, 2005).
Setelah dietsa, permukaan dicuci selama 30 detik dengan disemprot air bersih dan
dikeringkan dengan udara kering selama 15 menit. Jika tidak dilakukan pencucian, permukaan
mungkin tersisa beberapa kristal monokalsium fosfat yang terlarut yang bisa secara signifikan
mengurangi kekuatan ikatan.Bonding agent yang sekarang diaplikasikan dalam sebuah lapisan
yang uniform pada dinding enamel dan tepi dengan artist’s brush. Jika tepi dalam sementum
atau dentin, dentin bonding agent mungkin agen pilihan (Brid, 2005).
36
2.7.1 Sifat Bonding Agent
A. Sifat kimia
1. Kekuatan ikatan
Sebagian besar bonding agent menghasilkan kekuatan ikatan terhadap enamel dan
superficial dentin 15 sampai 35 MPa. Kekuatan ikatan ditentukan untuk bagian dentin
dalam cenderung lebih rendah daripada superficial dentin. Berbagai masalah klinis dapat
mengurangi kekuatan ikatan (Power, 2006).
B. Sifat Biologi
Pelarut dan monomer dalam bonding agent biasanya mengiritasi kulit. Material
tertentu seperti 2-hydroxyethylmethacrylae (HEMA), tidak biokompetibel sebagai
monomer. Bonding agent bisa memproduksi reaksi lokal dan sistemik pada dokter gigi
maupun asisten dokter gigi. Penting bagi dental personnel melindungi diri mereka
sendiri. Proteksi meliputi memakai sarung tangan, mengganti sarung tangan yang
terkontaminasi segera, menggunakan high-volume evakuasi dimana material digunakan,
menjaga semua botol tertutup rapat atau menggunakan sistem unit-dose dan membuang
material sedemikian rupa agat monomer tidak dapat menguap ke dalam udara kantor.
Bahkan dengan sarung tangan ganda, kontak dengan pelarut dan monomer agresif akan
menyebabkan kontak dengan kulit yang sebenarnya dalam beberapa menit (Power, 2006).
2.7.2 Klasifikasi Bonding Agent
Klasifikasi bonding agent berdasarkan aplikasinya ada 2 (dua) macam, yaitu:
A. Enamel bonding agent
Bonding pada enamel terjadi terutama dengan retensi micromechanical setelah etsa
asam digunakan untuk menghilangkansmear layer dan larutnya kristal hidroksiapatit di
permukaan luar dariinterface. Konstitusi cairan perekat masuk ke dalam permukaan irregular
yang baru terbentuk dan menjadi terjebak ke dalamnya setelah perekat berpolimerisasi. Gel
etsa (teruama asam fosfat) dikeluarkan dari alat suntik ke permukaan gigi yang teretsa. Waktu
etsa enamel berbeda tergantung pada tipe dan kualitas enamel. Umumnya, etsa 15 detik
dengan 37% asam fosfat cukup untuk menghasilkan microtags. Walaupun begitu,
sampai macro-spaces jelas, titik akhir karakteristik klinis a frosty enamel appearance tidak
akan berkembang (Power, 2006).
37
Beberapa email mungkin telah diberikan lebih larut sebagai akibat dari fluorosis.
Dalam kasus itu, perpanjangan waktu etsa dibutuhkan untuk memastikan bahwa
ikatanmicromechanical dapat terjadi. Tidak jarang untuk memperpanjang waktu etsa selama
beberapa menit untuk mencapai tingkat etsa yang memadai. Yang harus diperhatikan, dentin
harus dilindungi dari perlakuan asam. Setelah waktu etsa dengan fourth, dan fifth-generasi
system bonding, material dibilas dan struktur gigi dipertahankan dalam kondisi permukaan
lembab untuk tahap ikatan berikutnya. Kemudian, primer dapat mengalir ke permukaan untuk
menembus ke dalam permukaan irreguler yang tersedia. Primer dan perekat yang mengalir ke
dalam irreguler yang lebih besar, seperti perifer prisma menghasilkan resin tag sekali perekat
digunakan. Tag ini sebenarnya ‘macrotags’. Pemeriksaan rincian permukaan tunggal prisma
menghasilkan bentuk tag yang lebih kecil ‘microtag’ dimana perekat mengalir ke ruang-ruang
antara sebagian kristal hidroksiapatit terlarut. Microtag jauh lebih banyak dan berkontribusi
ke sebagian besar retensi micromechanic (Power, 2006).
B. Dentin bonding agent
Tidak seperti enamel, dentin terdiri atas zat organic dan bonding semakin
sulit. Smear layerharus dihilangkan sehingga material dapat mencapai dentin dan berikatan
dengannya. Harus ada jumlah sedikit kelembaban yang dipertahankan agar tidak mongering
pada gigi, dan aplikasi material harus bisa melindungi pulpa, tidak mengiritasinya (Brid,
2005).
Komponen dari dentin bonding agent terdiri dari tiga komponen essensial:
1. Primer
2. Coupling Agent
3. Sealer
Dalam literatur kedokeran gigi, primer umumnya disebutdentine conditioner, dan
terdiri atas berbagai asam yang mengubah penampakan permukaan dan karakteristik dentin.
Satu factor besar pembeda dentin bonding agentadalah variasi dari dentine conditioner yang
telah digunakan selama ini. Ini meliputi asam malat, EDTA, asam oxalate, asam fosfat, dan
asan nitrat. Apa yang mereka miliki pada umumnya adalah mereka semua asam dan mereka
mengubah smear layer menjadi tingkatan yang berbeda. Pengaplikasian asam pada
permukaan dentin menghasilkan reaksi asam basa dengan hidroksiapatit. Ini menyebabkan
hidroksiapatit menjadi larut dan menghasilkan pembukaan tubulus dentin dan membuat
38
permukaan dentin terdemineralisasi yang umumnya hingga kedalaman 4 μm. Semakin kuat
asam, semakin terlihat efeknya. Demikian, untuk EDTA, yang merupakan asam yang tidak
terlalu kuat, hanya sebagian tubulus dentin yang terbuka, sementara itu untuk asam nitrat,
yang merupaka asam kuat, semakin banyak pembukaan tubulus dentin yang terjadi (Baum,
1985).
Peran dari primer adalah bereaksi sebagai adhesivedalam dentin bonding
agent karena mempunyai metode mengikat hidrofobik komposit dan kompomer pada
hidrofilik dentin. Dengan demikian, primer berperan sebagai media penyambung dan terdiri
dari monomer dua fungsi yang terlarut dalam larutan yang sesuai. Monomer dua fungsi dalam
kenyataannya sebuahcoupling agent yang bisa menggabungkan dua material berbeda dengan
jelas. Sistuasi ini dianalogikan sepertibonding resin pada glass di komposit, dimana silane
coupling agent digunakan.
Rumus umum untuk coupling agent dalam dentine conditioner sebagai berikut:
Methacrylate Group –Spacer group-Reactive group
Methacrylate group mempunyai kemampuan untuk mengikat resin komposit dan
menyediakan ikatan kovalen. Methacrylate group harus mampu menyediakan metode yang
memuaskan untuk polimerisasi dengan resin pada komposit (Baum, 1985).
Spacer group harus bisa menyediakan fleksibelitas yang dibutuhkan terhadap
coupling agent untuk meningkatkan potensi untuk mengikat reactive group (Baum, 1985).
Reactive group merupakanpolar pendent- atau end group. Ikatan polar akibat dari
distribusi elektron asimetris dalam ikata. Reaksi polar terjadi sebagai akibat tekanan tarik-
menarik anatar positif dan negative dalam molekul (Baum, 1985).
Dengan demikian,polar pendent- dan end group di atas coupling agent bisa
menggabungkan dengan molekul polar serupa dalam dentin, seperti grup hidroksi di atas
apatit dan grup amino di atas kolagen. Daya tarik mungkin secara fisik sepenuhnya tetapi
dalam beberapa hal, menghasilkan formasi dalam ikatan kimia. Sifat darireactive group ini
akan menentukan apakah ikatan akan pada apatit di dalam dentin atau pada kolagen. Dalam
beberapa kasus, keduanya bisa terlibat (Baum, 1985).
Sangat penting bahwa primer mampu menembus seluruhnya ked lam dan memenuhi
lapisan kolagen yang terdemineralisasi. Jika ini tidak terjadi kemudian lapisan tipis kolagen
yang terdemineralisasi akan tersisa. Lapisan ini tidak akan memperkuat resin dan akan
39
membentuk daerak interfacial yag lemah. Aagar mencapai kedalam penembusan yang bagus,
oleh karena itu coupling agent dilarutkan dalam pelarut, seperti etanol atau aseton. Pelarut
sangat efektif dalam mengeluarkan air dan menggantinya, membawa coupling agent bersama
dengannya dan menembus dentin yang terdemineralisasi (Baum, 1985).
Dentin sealer yang terbaru menggunakan light atau dial cured unfilled Bis-GMA
atau UDMA resin. Walaupun aplikasi dari unfilled resin secara langsung ke permukaan dentin
yang tereaksi dengan asam, akan menghasilkan susuna resin-tag. Perbedaan besar antara tidak
menggunakan primer, hidrofobik resin akan beradaptasi dengan lemah pada hidrofilik dentin.
Ketikaprimer digunakan, aksinya untuk membuat permukaan dentin semakin hidrofobik,
dengan demikian mencegah resin menyusut dari dinding dalam tublus dentin dan menjamin
susunan struktur fitting resin-tag dengan kuat. Permukaan dentin is thus thoroughly
sealed dengan resin yang terikat pada dentin melalui coupling agentpada primer. Sealer ini
akan dengan mudah mengikat resin komposit (Baum, 1985).
2.7.3 Persyaratan Ideal Bonding Agent
1. Biokompatibel, tidak toksik, non-iritasi, tidak beracun.
2. Tidak bereaksi dengan konstituen organik maupun inoeganik.
3. Sesuai denan viskositas rendah untuk mengalir dengan mudah pada permukaanadherend.
4. Membasahi permukaan gigi dengan mudah.
5. Ketebalan film yang tipis.
6. Membentuk ikatan permanent yang kuat.
7. Stabilitas dimensi yang bagus.
8. Harus mempunyai kedua grup hidrofilik dan hidrofobik.
9. Serupa C.O.T.E. sebagai ggi 911.4ppm/oC).
10. Konduktivitas termal rendah.
11. Jangka hidup bagus (Baum, 1985).
2.7.4 Generation Bonding
1. First Generation
Pada tahun 1956, Buonocore dan rekannya menunjukkan bahwa penggunaan asam
glycerophosphoric dimetakrilat yang mengandung resin yang akan mengobligasi asam
40
sehingga mengakibatkan tergoresnya dentin. Obligasi ini diyakini karena interaksi antara
molekul resin bifungsional dengan ion kalsium hidroksiapatit (Kugel,2000).
Tentu saja, perendaman dalam air akan mengurangi ikatan ini. Sembilan tahun
kemudian Bowen mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan N-
phenylglycine dan metakrilat glisidil, atau NPG-GMA (Kugel,2000).
NPG-GMA adalah molekul bifungsional atau coupling agent. Ini berarti bahwa salah
satu ujung molekul ini mengobligasi ke dentin sedangkan obligasi lainnya (polimerisasi)
ke resin komposit. Kekuatan ikatan tersebut dari sistem awal hanya 1 sampai 3
megapascal (Kugel,2000).
2. Second Generation
Seperti perbaikan dilakukan di agen kopling perekat untuk komposit, adhesi ke
dentin meningkat. Pada akhir 1970-an, sistem generasi kedua diperkenalkan. Mayoritas
ester halophosphorous dimasukkan resin berisi seperti bisphenol-A metakrilat glisidil,
atau bis-GMA, atau hidroksietil metakrilat, atau HEMA (Kugel,2000).
Sistem generasi kedua yang terikat dengan dentin harus melalui ikatan ion kalsium
oleh kelompok chlorophosphate. Ini adalah ikatan lemah (dibandingkan dengan generasi
kelima dan sistem generasi keenam) tetapi generasi tersebut adalah perbaikan signifikan
atas sistem generasi pertama (Kugel,2000).
Sebagai dentin bonding ditingkatkan, penghapusan lapisan smear menjadi perlu,
tetapi bukan tanpa kontroversi.Salah satu perhatian utama dengan sistem ini adalah
bahwa ikatan fosfat kalsium dalam dentin tidak cukup kuat untuk menahan hidrolisis
yang dihasilkan dari rendaman air. Hidrolisis ini, sehingga baik dari paparan air liur atau
kelembapan pada dentin sendiri, bisa mengakibatkan resin komposit debonding dari
dentin dan menyebabkan kebocoran mikro (Kugel,2000).
Karena dentin tidak terukir dalam sistem ikatan awal, banyak adhesi itu karena ikatan
ke lapisan smear. Beberapa sistem generasi kedua dianggap melembutkan lapisan smear
dan dengan demikian meningkatkan penetrasi resin. Namun, sistem ini menghasilkan
kekuatan ikatan dentin yang lemah dan tidak bisa diandalkan (Kugel,2000).
41
3. Third Generation
Dengan sistem generasi ketiga, etsa asam dentin sebagian menghilangkan dan / atau
memodifikasi smear layer. Efek ini disebabkan oleh larutan primer. Asam membuka
tubulus dentin parsial dan meningkatkan permeabilitas mereka. Asam harus dibilas
sepenuhnya sebelum primer diterapkan. Primer mengandung monomer resin hidrofilik
yang meliputi hidroksietil trimelitat anhidrida, atau 4-META, dan dimetakrilat bifenil,
atau BPDM. Primer mengandung gugus hidrofilik yang infiltrat lapisan smear,
memodifikasi dan mempromosikan adhesi dentin, dan kelompok hidrofilik primer
menciptakan adhesi resin (Kugel,2000).
Setelah aplikasi primer, resin terisi ditempatkan pada dentin dan enamel. Sistem-
sistem adhesi generasi ketiga biasanya menggunakan primer dentin-resin hidrofilik.
Dentin primer mungkin 6 persen fosfat penta-akrilat, atau PENTA, 30 persen HEMA, dan
etanol 64 persen. Setelah etsa dan aplikasi primer, perekat resin terisi diterapkan pada
dentin dan enamel (Kugel,2000).
Dalam sebagian besar sistem ini, primer fosfat memodifikasi smear layer dengan
melembutkan, setelah penetrasi, menyembuhkan, membentuk permukaan yang keras.
Perekat ini kemudian diterapkan, melampirkan primer sembuh dengan resin komposit.
Ikatan untuk mengolesi-lapisan yang tertutup dentin tidak sukses sebelum tahun 1990
(Kugel,2000).
4. Fourth Generation
Penghapusan lapisan smear dicapai dengan sistem ikatan generasi keempat.
Fusayama dan rekannya mencoba untuk menyederhanakan ikatan dengan enamel dan
dentin dengan etsa persiapan dengan 40 persen fosfat acid.18 Sayangnya, hal tersebut
tidak dipahami bahwa prosedur ini overetched dentin dan mengakibatkan runtuhnya serat
kolagen terkena (Kugel,2000).
Pada tahun 1982, Nakabayashi dan rekannya melaporkan pembentukan lapisan
hibrida yang dihasilkan dari metakrilat dipolimerisasi dan dentin.9 Lapisan hybrid
didefinisikan sebagai "struktur terbentuk pada jaringan keras gigi (enamel, dentin,
42
sementum) oleh demineralisasi permukaan dan bawah permukaan , diikuti oleh infiltrasi
monomer dan polimerisasi berikutnya. " (Kugel,2000).
Penggunaan teknik total-etch adalah salah satu karakteristik utama dari generasi
keempat ikatan systems.Teknik total-etch memungkinkan etsa enamel dan dentin secara
simultan menggunakan asam fosfat selama 15 sampai 20 detik. Permukaan harus
dibiarkan lembab ("ikatan basah"), namun, untuk menghindari jatuhnya kolagen ,
penerapan solusi primer hidrofilik dapat menyusup ke jaringan kolagen terkena
membentuk lapisan hybrid .Sayangnya, "lembab dentin" tidak mudah didefinisikan secara
klinis dan dapat menyebabkan obligasi yang kurang ideal jika dentin yang berlebihan
(Kugel,2000).
5. Fifth Generation
Untuk menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi langkah-langkah ikatan
dan dengan demikian, waktu kerja, sistem yang lebih baik diperlukan. Juga, dokter
membutuhkan cara yang lebih baik untuk mencegah keruntuhan kolagen demineralisasi
dentin. Generasi kelima sistem ikatan dikembangkan untuk membuat penggunaan bahan
perekat lebih dapat diandalkan bagi para praktisi (Kugel,2000).
Generasi kelima terdiri dari jenis bahan perekat yang disebut "sistem satu botol”.
Untuk memudahkan penggunaan klinis, "satu-botol" sistem gabungan primer dan perekat
menjadi satu solusi yang akan diterapkan setelah etsa enamel dan dentin secara
bersamaan (teknik basah-ikatan total etch) dengan 35-37 persen asam fosfat selama 15
sampai 20 detik . Sistem ini menciptakan ikatan saling mekanis dengan terukir dentin
melalui tag resin, cabang samping perekat dan pembentukan lapisan hibrida dan
menunjukkan nilai obligasi kekuatan tinggi baik ke enamel tergores dan dentin
(Kugel,2000).
6. Sixth Generation
Baru-baru ini, beberapa sistem ikatan dikembangkan dan diusulkan sebagai generasi
keenam bahan perekat. Sistem ini ikatan dicirikan oleh kemungkinan untuk mencapai
ikatan yang tepat untuk enamel dan dentin menggunakan hanya satu solusi. Bahan-bahan
43
ini harus benar-benar menjadi sistem ikatan satu langkah. Sayangnya, evaluasi pertama
sistem baru ini menunjukkan ikatan yang cukup untuk dentin sedangkan ikatan dengan
enamel kurang efektif. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa sistem generasi
keenam terdiri dari larutan asam yang tidak dapat disimpan di tempat, harus di-refresh
terus menerus (Kugel,2000).
Namun, perbaikan ke arah penyederhanaan prosedur klinis ikatan dapat membawa
kita lebih dekat untuk mencapai sistem ikatan yang ideal (Kugel,2000).
2.8 Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi
Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponen-
komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat
sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan
kovalen atau ion (Cabe, 1984).
Perlekatan pada resin komposit terjadi secara mekanis atau retensi, perlekatan yang kuat
antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan
semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut.
Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu
pengetsaan asam dan pemberian bonding (Cabe, 1984).
1. Teknik etsa asam
Etsa adalah cara yang betujuan untuk merubah keadaan permukaan jaringan gigi.
Etsa asam pada email membuat terbentuknya mikroporositas pada permukaan email.
Teknik etsa untuk meningkatkan kekuatan lekat tumpatan komposit terhadap jaringan
email (Anusavice, 2003). Bahan komposit yang ada sekarang ini tidak memiliki
kemampuan untuk menahan kebocoran tepi dan kebocoran cairan mulut sering terjadi
pada bagian yang berdekatan dengan restorasi ini. Meskipun demikian, bahan tersebut
juga merupakan restorasi yang bermanfaat, meskipun bahan-bahan tersebut juga
merupakan restorasi yang bermanfaat, meskipun bahan-bahan tersebut amat sensitif
terhadap teknik (Anusavice, 2003).
44
Salah satu cara yang paling efektif dalam meningkatkan perlekatan mekanis dan
menutup tepi adalah dengan menggunakan teknik etsa asam. Prosedur ini secara nyata
memperluas penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang
kuat antara resin dan email, membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif
kedokteran gigi, seperti resin logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket
ortodontik. Proses mendapatkan ikatan antara email dan bahan restorasi berbasis resin
mencakup melakukan etsa email sehingga terjadi kelarutan pada tempat tertentu dengan
mikroporus. Email teretsa memiliki energi permukaan yang tinggi, tidak seperti
permukaan email normal dan memungkinkan resi dengan mudah membasahi permukaan
serta menembus sampai ke dalam mikroporus. Begitu resin menembus ke dalam
mikroporus tersebut, bahan akan terpolimerisasi untuk membentuk ikatan mekanik
terhadap email. Resig tag tersebut akan menembus 10-20µm ke dalam porus email.
Sejumlah asam telah digunakan untuk menghasilkan mikropors yang diinginkan, tetapi
asam yang secara universal digunakan adalah asam fosforik dengan konsentrasi antara
30%-50%. Konsentrasi sebesar 37% merupakan konsentrasi yang terbanyak di pasaran.
Konsentrasi lebih dari 50% menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat
pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Lamanya waktu
pemberian etsa bervariasi, tergantung khususnya pada riwayat gigi. Sebagai contoh, gigi
dengan kandungan florida yang tinggi, yang berasal dari sumber airyang mendung flour
mungkin memerlukan waktu etsa yang lebih lama seperti juga gigi susu. Pada gigi susu,
peningkatan lamanya pemberian etsa diperlukan untuk menghasilkan pola etsa pada email
yang lebih aprismatik dibandingkan email gigi permanen (Anusavice, 2003).
Begitu gigi dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, dan email
dikeringkan dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna
putih, seperti bersalju, menunjukkan bahwa etsa berhasil. Permukaan itu harus dijaga
tetap bersih dan kering sampai resin diletakkan untuk membentuk ikatan yang baik.
Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email, kontaminasi mudah
terjadi karena kecenderungan untuk mengurangi tingkat energi pada permukaan teretsa.
Penurunan potensial pada energi permukaan ini membuat lebih sulit untuk membasahi
permukaan dengan resin bonding yang memiliki energi permukaan lebih tinggi
dibandingkan dengan permukaan yang terkontaminasi. Jika terjadi kontaminasi,
45
kontaminasi tersebut harus segera dibersihkan, dan email dikeringkan serta dietsa
kembali selama 10 detik (Anusavice, 2003).
Pengaruh ETSA terhadap permukaan enamel:
Mempersiapkan permukaan enamel.
Melarutkan bahan luar enamel.
Melarutkan kalsium bagian tertentu dengan permukaan enamel
Hal yang perlu diperhatikan pada waktu etsa sebagai berikut :
a. Alat untuk aplikasi yaitu Cotton pellet/brush kecil.
b. Cara :
- Etsa diaplikasikan pada email selama 15-20 detik.
- Dicuci dengan semprotan air minimal 30 detik sebanyak 20cc.
- Dikeringkan dengan semprotan udara sampai terlihat berwarna putih
(porus) (Anusavice, 2003).
2. Macam dan Sifat Bahan Bonding
a. Bahan Bonding Email
Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa
pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email dikembangkan
untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa. Umumnya kekentalan
bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk
menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak
mempunyai potensi perlekatan tetapi cenderung meningkatkan ikatan mekanis dengan
membentuk resin tag yang optimum pada email (Cabe, 1984).
b. Bahan Bonding Dentin
Dentin mempunyai hambatan besar terhadap ikatan perlekatan dibandingkan email,
karena dentin adalah jaringan hidup. Dentin bersifat heterogen dan terdiri atas bahan
anorganik (hidroksiapatit) 50% volume, bahan organik (khususnya kolagen tipe 1) 30%
volume, dan cairan 20% volume. Kandungan air yang tinggi membuat persyaratan lebih
46
ketat untuk bahan yang dapat secara efektif menjembatani antara dentin dan bahan
restorasi.
Dentin bonding terdiri dari :
a. Dentin Conditioner
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk
pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin conditioer antara
lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric.
b. Bahan Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan
antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin bersifat
hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari monomer
bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai.
c. Sealer
Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan
HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.
Sifat Kimia Bahan Bonding Dentin
Idealnya, adhesif dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan
juga membasahi permukaan, memungkinkannya berpenetrasi menembus pori di dalam
dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena
kebanyakan matriks resin komposit bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung
baik bahan hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus dirancang untuk
47
berinteraksi dengan permukaan dentin yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus
berikatan dengan restorasi resin (Cabe, 1984).
2.9 Jenis-jenis Karies dan Kelasnya
A. Jenis-jenis Karies
1. Karies superfisialis
Karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa sakit.
(Gambar A)
2. Karies media
Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bahagian pertengahan antara
permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin,
makanan masam dan manis. (Gambar B)
3. Karies profunda
Karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada
pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan.
Pada tahap ini apabila tidak dirawat,maka gigi akan mati dan memerlukan rawatan yang
lebih kompleks. (Gambar C) (Tarigan, 1990).
B. Kelas Karies menurut G.V Black :
1. Kelas I
Karies pada permukaan occlusal yaitu pada 2/3 occlusal, baik pada permukaan
labial/lingual/palatal dari gigi-geligi dan juga karies yang terdapat pada permukaan
lingual gigi-geligi depan.
48
2. Kelas II
Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi belakang temasuk karies
yang menjalar ke permukan occlusalnya.
3. Kelas III
Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi depan dan belum
mengenai incisal edge.
4. Kelas IV
Karies pada permukaan proximal gigi-geligi depan dan telah mengenai incisal edge.
5. Kelas V
Karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan buccal/labial atau lingual palatinal
dari seluruh gigi-geligi.
6. Kelas VI
Karies yang terdapat pada daerah incisal edge gigi depan atau pada ujung cups dari gigi
belakang (Tarigan, 1990).
2.10 Indikasi dan Kontraindikasi Resin Komposit
A. Indikasi Resin komposit
1. Restorasi klas I, II, III, IV dan V
2. Sebagai bahan base lining atau core built up
3. Sebagai sealant pada restorasi resin preventif
4. Restorasi estetis seperti : veneers, penutupan diastema, modifikasi kontur gigi
5. Semen untuk restorasi indirect resin
6. Splinting
B. Kontraindikasi Resin Komposit
1. Restorasi Posterior dengan beban pengunyahan yang besar
2. Kontrol cairan buruk
2.11 Aplikasi Resin Komposit
49
1. Restorasi karies kelas I, II, III, IV dan V
A. Klas 1
Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk digunakan
merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil yang berada ada permukaan
oklusal yang cukup sehat, tetap dapat dilakukan restorasi dengan komposit etsa
asam asalkan fisur yang masih ada juga direstorasi pada saat yang bersamaan.
B. Klas II
Pada klas II resin komposit dapat digunakan tetapi pada umumnya dipergunakan
restorasi amalgam untuk klas ini.
C. Klas III
Semen komposit adalah bahan pilihan baik berupa bahan tumpat konvensional atau
teknik etsa asam.
D. Klas IV
Bahan komposit ini kurang ideal karena ketahanan terhadap abrasinya yang rendah.
Meskipun demikian, kavitas yang mengenai tepi insisal dapat direstorasi menggunakan
semen komposit dengan teknik etsa asam.
E. Klas V
Prinsip yang melatarbelakangi desain kavitas dan teknik preparasi yang akan ditumpat
dengan bahan restorasi komposit adalah sama persis dengan desain untuk restorasi
amalgam.
2. Untuk Veneer
Veneer merupakan suatu lapisan tipis bahan tambal yang menutupi permukaan
bagian luar gigi, sehingga gigi Anda yang mengalami perubahan warna tidak akan terlihat.
Veneer dapat digunakan untuk merubah bentuk, ukuran, warna dan posisi gigi.
50
Dapat digunakan untuk menutup diastema sentral atau multiple. Yang dapat
digunakan adalah komposit atau porselen. Bahan porselen lebih mahal biayanya daripada
komposit, namun warnanya lebih tahan lama dan rwlatif lebih kuat.
Sebelum – Terdapat perubahan warna gigi yang di sertai adanya celah-celah di antara gigi central
rahang atas.
Sesudah – Menutup celah-celah pada gigi sentral & warna yang tampak lebih cerah sehingga
senyum pasien tampak lebih cantik.
3. Untuk Crown (pada mahkota)
51
4. Untuk Bridge (jembatan)
5. Menyambung gigi patah akibat trauma
6. Aplikasi Fissure Sealant
Untuk menutup atau menambal lubang-lubang potensial karies pada pit dan fissure
gigi.
7. Tahapan tehnik restorasi preventif resin :
(1) pemberian rubber dam
52
(2) hasil preparasi kavitas
(3) pemberian etsa asam berupa gel selama 15 detik
(4) pemberian dentin/enamel primer
(5) selapis tipis resin adhesive
(6) aplikasi resin komposit pada kavitas
1 2
3 4
5 6