74
BAB II 2.6.1 Semen seng fosfat Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertua yang masih digunakan sampai sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini sering digunakan sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal maupun metal-keramik, selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam untuk melindungi pulpa dari konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum, 1997). Komposisi Semen Seng Fosfat: Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 % danasam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai basis,konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio 6:1 atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9 menit dan kelebihan tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004). Sifat Semen Seng Fosfat 1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air

Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BIOMAT 2

Citation preview

Page 1: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

3

BAB II

2.6.1 Semen seng fosfat

Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertua yang masih digunakan

sampai sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini sering

digunakan sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal maupun

metal-keramik, selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam untuk

melindungi pulpa dari konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum, 1997).

Komposisi Semen Seng Fosfat:

Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 %

danasam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai

basis,konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio 6:1

atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan

putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi

semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9 menit dan kelebihan

tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004).

Sifat Semen Seng Fosfat

1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air

2. Pengerasan seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan keras

disekitarnya atau bahan restorasi lainnya. Oleh karena itu, ikatan utama adalah

berupa kunci mekanis pada pertemuan keuda permukaan dan bukan oleh

interaksi kimia

3. Sifat biologi dari semen ini memiliki keasaman yang cukup tinggi pada saat

protesa ditempatkan pada gigi. Kemudian pH akan naik dengan cepat tetapi

masih sekitar 5,5 pada jam ke-24. Jika digunakan adukan yang encer pH akan

lebih rendah dan akan tetap rendah pada jangka waktu yang lama

4. Sifat semen seng fosfat yang lain diantaranya : meminimalkan kebocoran mikro,

memberikan perlindungan terhadap pulpa, memiliki daya anti bakteri, rasio

bubuk dan cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan (Diputra, 2001)

Page 2: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

4

Fungsi Semen Seng Fosfat:

1) Sebagai bahan tambalan sementara

Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside yang dicampur

dengan cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan Seng phosphate maka kavitas tidak

terlalu besar dan kekuatan pengunyahan yang dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak

boleh terlalu besar. Untuk menjamin kestabilan dan kekuatan tambalan sementara serta

mencegah fraktur dari sisa cups di sekeliling kavitas yang besar, bahan ini di gunakan

bersama dengan plat tembaga lembut yang dipotong dan dibentuk yang kemudian

disemenkan di sekliling mahkota dan tambalan sementara dengan menggunakan semen

yang sama (Smith BGN dalam Ricardo, R. 2004).

2) Sebagai Bahan Basis dan Pelapik

Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan bentuk lapisan

yang relatif tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi

pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta menghasilkan penyekat terhadap panas dan

menahan tekanan yang diberikan selama penempatan bahan restorative (Kidd EA dalam

Ricardo, R. 2004).

3) Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti

Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan dan

pengeringan daerah kerja, semen fosfat dengan slow setting dibuat dengan menambah

bubuk dalam jumlah secukupnya dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada glass slab yang

dingin, semen yang telah dicampur dioleskan pada bahan restoratif dan dimasukkan

kedalam kavitas kemudian ditekan secara intermitten sampai posisinya benar-benar baik.

Semen yang telah benar-benar mengeras, sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa

semen di bagian proksimal dan servikal untuk menghindari iritasi gingiva (Craig dalam

Ricardo, R. 2004).

Manipulasi Semen Seng Fosfat

1. Siapkan 3-6 tetes cairan dan bubuk ke glass plate dengan perbandingan rasio bubuk

banding cairan 3:1. Semakin tinggi rasio semakin baik sifat-sifatnya.

2. Campur bubuk dengan cairan. Campur bubuk sedikit demi sedikit. Untuk

memperoleh konsistensi yang diinginkan, suatu aturan yang baik untuk diikuti adalah

Page 3: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

5

mengaduk selama 15 detik setelah setiap kali menambahkan bubuk. Penyelesaian

pengadukan biasanya membutuhkan waktu selama 1,5 menit.

Konsistensi sebenarnya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan semen.

Untuk penggunaan sebagai basis harus mencapai konsistensi seperti pasta (Craig dalam

Ricardo, R. 2004).

Waktu pengerasan

Waktu pengerasan seng fosfat sesuai dengan spesifikasi ADA No.9 adalah antara 5-9

menit

Faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan Semen Seng Fosfat.

1. Rasio bubuk dan cairan

Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi rasio bubuk:

cairan. Tetapi prosedur ini bukan cara yang bisa diterima untuk memperpanjang

waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu sifat fisik dan menghasilkan

semen dengan pH awal yang rendah.

2. Kecepatan pencampuran bubuk

Sejumlah bubuk yang secara bertahap ditambahkan pada saat pencampuran kedalam

cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan mengurangi jumlah panas

yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih banyak bubuk yang bisa digabungkan

dalam adukan. Karena itu cara seperti ini merupakan prosedur yang dianjurkan untuk

semen seng fosfat.

3. Temperatur alas aduk

Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan

sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini memungkinkan dimasukkannya

bubuk dalam jumlah optimal kedalam cairan tanpa adonan menjadi sangat kental (Craig

dalam Ricardo, R. 2004).

Page 4: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

6

GIC KELOMPOK 4

2.2.6 Semen Ionomer Kaca (SIK)

Gambar 13. Contoh produk Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca merupakan salah satu bahan restorasi plastis di bidang kedokteran

gigi yang perkembangannya paling menarik, bahan ini ditemukan oleh Wilson dan kenk tahun

1972 sebagai bahan pertama yang paling praktis, sewarna dengan gigi dan beradhesi secara

kimiawi walaupun versi awalnya tidak baik dan alaur dalam cairan mulut (Ford dalam Lubis,

F.L. 2004).

2.2.6.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca

Menurut kegunaannya, Semen Ionomer Kaca diklasifikasikan menjadi:

1. Tipe I : Luting Cement

Semen ini berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau jembatan, tumpatan tuang dan alat-alat

ortodonti cekat.Semen perekat ini mencegah kebocoran tepi restorasi dan lapisan semen harus

dibuat setipis-tipisnyaagar tidak terlarutkan oleh cairan mulut.

2. Tipe II : Restorative Cement

Guna semen ini sebagai tumpatan estetik sewarna dengan gigi

3. Tipe III : Liner and Basis Cement

4. Tipe IV : Fissure sealants

5. Tipe V : Orthodontic Cements

6. Tipe VI : Core build up

Page 5: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

7

7. Tipe VII : Fluoride releasing

8. Tipe VIII : ART(atraumatic restorative technique)

9. Type IX : Deciduous teet. (Philips dalam Lubis, F.L. 2004)

2.2.6.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca

Semen ini adalah sisitem bubuk cairan, yang berbentuk karena reaksi antara kaca

alumino-silikat dengan asam poliakrilat yang sering disebut alumino silikat poyacrilic acid

(ASPA). (Williams dalam Lubis, F.L. 2004).

1). Komposisi Bubuk

Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki

karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandinagn alumina-silikat lebih tinggi pada

semen silikat (Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).

Tabel 3. Komposisi bubuk Semen Ionomer Kaca

2). Komposisi Cairan

Cairan yang digunakan Semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam poliakrilat dalam

konsentrasi kira-kira 50%.Cairan ini cukup kental cnederung membentuk gel setelah beberapa

waktu.Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat dalah dalam bentuk kopolimer dengan

asam itikonik, maleic atau asam trikarbalik.Asam-asam ini cenderung menambah reaktivitas dari

cairan, mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Wilson dalam

Lubis, F.L. 2004).

Asam tartaric juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik manipulasi dan

meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan.Terlihat peningktan yang

Page 6: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

8

berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengandung asam

tartaric.Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan

kekentalan yang tajam (Baum dalam Lubis, F.L. 2004).

Tabel 4. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca

2.2.6.4 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca

Ketika bubuk dan cairan Semen Ionomer Kaca dicampurkan, cairan asam akan memasuki

permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan

mengikuti inti tumpatan (Ford dalam Lubis, F.L. 2004).

Selain cairan sam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk

Semen Ionomer Kaca akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (ca2+)

kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnay karies

sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan gel (Wilson dalam

Lubis, F.L. 2004).

Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-kimia

tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang berasal

dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari Semen Ionomer Kaca

(Galinggih. 2011).

Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan

yang berkontak.Semen Ionomer Kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil (COOH)

multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat.Dalam hal ini memungkinkan pasta

semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara Semen

Ionomer Kaca dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email

berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis (Galinggih. 2011).

Page 7: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

9

Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan

kavitas dari pelikel dan debris.Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah

ikatan Semen Ionomer Kaca. Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan

apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di

dalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam

periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan

agar tidak terkontaminasi (Galinggih. 2011).

Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya

adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu

setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan

retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama

beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama

Proses pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan

saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan

pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton,

kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa jam

atau pada proses pengunyahan (Galinggih. 2011).

2.2.6.5 Sifat Semen Ionomer Kaca

Sifat Semen Ionomer Kaca adhesive yang mengikat enamel dan dentin. Ikatan ini terjadi

karean interaksi antara ion-ion golongan karboksil dan semen dan ion-ion kalsium dari gigi,

iakatan ke enamel lebih besar daripda iktannya ke dentin.Pengikatan ini baik sebagai bahan

penutupan kavitas (Wilson dalam Lubis, F.L. 2004).

Hal ini diungkapkan oleh Mal Donado pada tahun 1978, Perbandingan bubuk terhadap

asamnya merupakan faktor penting untuk memperoleh campuran semen dengan sifat-sifat fisik

yang dinginkan. Beberapa sifat dari Semen Ionomer Kaca yang akan diuraikan sebagai berikut

(Wilson dalam Lubis, F.L. 2004):

2.2.6.5.1 Sifat Fisis Seemn Ionomer Kaca

Sifat-sifat fisis dari Semen Ionomer Kaca, antar lain:

a. Anti karies

Page 8: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

10

Ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap karies.

b. Thermal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel

c. Tahan terhadap abrasi

ASPA tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari

groove yang abrasi servikalnya oleh sikat gigi dan kavitas yang erosi.

2.2.6.5.2 Sifat Mekanis Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca juga memiliki sifat mekanis yaitu:

a. Compressive strength : 150 MPa, lebih rendah dari silikat

b. Tensile strength : 6,6 MPa, lebih tinggi dari silikat

c. Hardness : 49 KHN, lebih lunak dari silikat

d. Frakture toughness : Beban yang kuat dapat terjadi fraktur

(Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).

2.2.6.5.3 Sifat Kimia Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa

ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari Semen Ionomer Kaca.

Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini

maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi.Semen Ionomer Kaca tahan terhadap suasana

asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini

terjadi karena anya polyanion dengan berat molekul yang tinggi (Phillips dalam Lubis, F.L.

2004).

2.2.6.5.4 Sifat Biologi semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik artinya tidak

mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin ke arah pulpa tidak kurang dari 0,5 mm.

kontaminasi saliva selama penumpatan dan sebelum semen mengeras sempurna akan merugikan

tumpatan karena semen akan mudah larut dan daya adhesi akan menurun. Kavitas harus dijaga

agar tetap kering dengan mngusahakan isolasi yang efektif serta tumpatan ditutup dengan lapisan

resin atau pernis yang kedap air selama beberapa jam setelah penumpatan untuk mencegah

Page 9: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

11

desikasi karena hilangnya cairan atau melarut karena menyerap air (Phillips dalam Lubis, F.L.

2004).

2.2.6.6 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca

Kelebihan semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutan dalam air

b. Kemampuan berikatan dengan email dan dentin

c. Biokompabilitas

d. Estetika (penambahan radiopak untuk penyamaan warna dengan gigi

e.  Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi

f.  Bersifat adhesi

g. Tidak iritatif

h. Mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor untuk mencegah karies lebih

lanjut

i. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit

j. Daya larut yang rendah

k. Bersifat translusent atau tembus cahaya 

l. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan email.

Kekurangan Semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar 

b. Tidak tahan terhadap keausan 

c. Daya lekat pasta lebih kecil terhadap dentin

d. Setelah restorasi butuh proteksi 

e. Kekerasan kurang baik  

f. Rapuh dan sensitive terhadap air pada waktu pengerasan

g. Dapat larut dalam asam dan air

2.2.6.7 INDIKASI

1. Digunakan pada gigi sulung

2. Kekuatan kunyah relatif tidak besar

Page 10: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

12

3. Pada insidensi karies tinggi

4. Gigi yang belum tumbuh sempurna

5. Area yang kontaminasi sulit dihindarkan

6. Pasien kurang kooperatif

ZOE KELOMPOK 6

2.5 Semen Zink Oksida Eugenol

a. Semen oksida seng eugenol

Semen oksida seng eugenol adalah suatu semen tipe sedative yang lembut.

Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, dan berguna sebagai basis

insulatif (penghambat) (Anusavice, 2004).

Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah salah satu

kelebihan jenis semen tersebut. Kelebihan lainnya adalah kemampuan semen

untuk meminimalkan kebocoran mikro, dan memberikan perlindungan terhadap

pulpa. Bahan ini paling sering digunakan ketika merawat lesi-lesi karies yang

besar (Anusavice, 2004).

Campuran konvensional dari oksida seng dan eganol relatif lemah. Di tahun-tahun

terakhir ini mulai diperkienalkan semen-semen oksida seng eganol yang telah

disempurnakan. Salah satu produk OSE yang diperkuat dan cukup terkenal adalah

produk yang menggunakan polimer sebagai penguat. Selain itu, partikel-partikel

bubuk oksida seng telah “dirawat permukaan” untuk menghasilkan ikatan

partikel-partikel ke matriks yang lebih baik. Hal ini menghasilkan kekuatan yang

lebih besar dan durabilitas (masa pakai) yang lebih lama bila digunakan sebagai

bahan sementara. Sejumlah bahan lain, seperti resin hidrogenasi, dapat juga

dijumpai dalam beberapa produk (Anusavice, 2004).

b. Komposi Semen oksida seng eugenol

Berupa bubuk (Zinc oksida dan magnesium oksida) dan Cairan (Larutan eugenol)

(Anusavice, 2004).

Page 11: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

13

c. Fungsi Semen oksida seng eugenol

Semen oksida seng eugenol digunakan sebagai bahan perekat sementara dan

permanen restorasi, digunakan sebagai tambalan sementara, sebagai bahan

pelapik, bahan pengisi saluran akar, pembalut periodontal dan pada perawatan

pulpotomi restorasi sementara dan menengah bahan perekat/pengikat sementara

dan permanen untuk restorasi

(Anusavice, 2004).

d. Klasifikasi Semen oksida seng eugenol dalam Spesifikasi ANSI / ADA No. 30:

- Tipe 1 digunakan untuk semen sementara.

- Tipe 2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau alat-alat yang

dibuat di luar mulut.

- Tipe 3 digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.

- Tipe 4 digunakan untuk pelapik kavitas

e. Sifat Semen oksida seng eugenol

1. Sifat Fisik

a. Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk:cairan dari semen OSE akan

mempengaruhi kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio bubuk:cairan,

semakin cepat pengerasannya. Pendinginan alas aduk akan memperlambat

waktu pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik pengembunan. Di

bawah titik embun ini, kondesat akan bergabung dengan adukan dan

reaksi pengerasan akan dipercepat (Anusavice, 2004).

b. Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya, ukuran

perikel yang lebih kecil akan meningkatkan kekuatan. Penggantian

sebagai eogenol dengan asam orto-etoksibensoat berakibat peningkatan

kekuatan, seperti juga panggabungan polimer (Anusavice, 2004).

c. Formula OSE yang dirancang untuk berbagai kegunaan memiliki kekuatan

yang berkisar antara 3 sampai 55Mpa. Kekuatan semen OSE tergantung

pada tujuan kegunaannya dan pada formula yang dirancang untuk tujuan

tersebut(Anusavice, 2004).

2. Sifat Mekanis

Page 12: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

14

Sifat mekanis harus memenuhi persyaratan untuk tujuan penggunaan bahan

tersebut,misalnya semen haruslah menghasilkan kekuatan yang cukup dalam

waktu cepat untuk memungkinkan bahan tambal dimasukkan kedalam kavitas

(Anusavice, 2004).

3. Sifat Kimia

Komponen utama dari semen-semen ini adalah oksida seng dan eugenol. Jadi,

reaksi pengerasan dan struktur mikronya pada dasarnya sama dengan pasta

cetak.Meskipun demikian ada berbagai cara melalui mana karateristik dan

manipulasi yang cocok untuk berbagai jenis kegunaan(Anusavice, 2004).

4. Sifat Biologi

Semen oksida seng eugenol mempunyai PH-nya mendekati 7 yang

membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling sedikit mengiritasi

dan cocok secara biologis terhadap pulpa.Selain itu, dapat menutup kavitas

dengan sangat baik untuk menghambat cairan mulut dengan begitu iritasi yang

disebabkan oleh kebocoran mikri dapat dikurangi, Karena sifat biologinya dari

semen oksida seng eugenol membuat semen ini digunakan sebagai sementasi

terakhir (Anusavice, 2004).

f. Manipulasi bahan

1. Bubuk dalam jumlah secukupnya, dan beberapa tetes eugenol diletakkan pada

glassplate.

2. Bubuk dan larutan eugenol diaduk sampai mencapai pasta kental.

3. Pasta yang tercampur akan dapat dipegang tanpa melekat ke jari.

4. Mulai aplikasikan bahan pada kavitas yang sebelumnya dibersihkan dulu

menggunakan aquades steril lalu dikeringkan dengan cotton pellet. (Baum,

1997).

g. Kekurangan dan Kelebihan :

Kekurangan :

1. Bahan ini tidak elastik hingga tidak dapat menjangkau daerah undercut

2. Hanya setting cepat pada bagian yang tipis

3. Adanya kandungan eugenol yang membuat beberapa pasien alergi.

4. Kekuatan yang kurang.

Page 13: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

15

5. Kurang tahan terhadap abrasi.

6. Mudah larut dalam cairan rongga mulut.

7. Mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan

Kelebihan :1. Memiliki stabilitas dimensi yang bagus.

2. Memiliki permukaan akurat dan detail.

3. Mempunyai working time yang cukup.

4. Dapat merekam jaringan mulut tanpa kerusakan

5. Mucostatic

6. Daya antibakteri

7. memberikan perlindungan terhadap pulpa

8. Kemampuan semen untuk meminimalkan kebocoran mikro

(Anusavice, 2004).

POLIKARBOKSILAT KELOMPOK 7

1. Semen Polikarboksilat

Semen ini adalah jenis semen baru dan mempunyai perlekatan dengan komponen

kalsium dari struktur gigi. Seng polikarboksilat adalah system semen pertama yang memiliki

ikatan adhesif dengan struktur gigi (Rahmawati, 2011).

A. Sifat Semen Polikarboksilat

1. Compressive strength semen polikarboksilat sekitar 55 MPa, lebih rendah daripada

semen zink fosfat. Namun tensile strength sedikit lebih tinggi.

2. Daya larut semen didalam air memang rendah, tetapi jika terkena asam organik

dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar

3. Isolator yang baik sehingga dapat melindungi dentin

4. tindakan pengadukan dan penempatan dengan getaran akan menurangi kekentalan

semen

5. waktu pengerasan lebih pendek ketimbang seng fosfat yaitu sekitar 2,5 menit

6. PH cairan sekitar 1,7 tetapi dapat dinetralkan dengan cepat oleh bubuknya

Page 14: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

16

B. Fungsi Semen Polikarboksilat

a. Cementation of crowns and bridges

b. Cementation of inlays and onlays

c. Orthodontic cementation of bands and brackets

d. Base or lining material under composite, amalgam or glass ionomer

e. Temporary filling material (Rahmawati, 2011).

C. Komposisi Semen Polikarboksilat

- Powdernya sama seperti zink phosphate dengan tambahan beberapa produk stannous fluorida.

- Liquidnya terdiri dari larutan air dari asam poliakrilat dari asam akrilik dengan asam karboksilat lain yang tidak jenuh. Misal: asam itakonik

- Berat molekul dari poliasam berkisar antara 30.000 sampai 50.000. Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%(Rahmawati, 2011).

D. Kelebihan dan Kekurangan Semen Polikarboksilat

Kelebihan:

-Waktu pengerasan lebih cepat dari seng fosfat Kekurangan:

-Temperatur alas aduk yang dingin dapat menyebabkan asam poliakrilat mengental.- Tidak sekaku semen fosfat

- Modulus elastis kurang dari setengah semen fosfat(Rahmawati, 2011).

E. Manipulasi Semen Polikarboksilat

Bubuk dan liquid dengan ratio 1,5:1 atau sesuai kebutuhan dicampur sampai membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi semen eugenol sebagai subbasis. waktu pengerasan sekitar 2,5-5 menit, buang kelebihan tumpatan (Phillips dkk., 1985).

A. Reaksi pengerasan Semen Seng Polikarboksilat

Semen ini melibatkan pelarutan permukaan partikel oleh asam yang kemudian

melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan timah, yang menyatu ke rantai polimer

melalui gugus karboksil, seperti yang digambarkan pada Gambar 25-12A. Ion-ion ini

bereaksi dengan gugus karboksil dari rantai poliasam yang ada di dekatnya sehingga

terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras. Semen yang mengeras terdiri

atas matriks gel tanpa bentuk di dalam mana tersebar partikel-partikel yang tidak

bereaksi. Gambar struktur mikronya mirip dengan semen seng fosfat.

Page 15: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

17

Juga ada jenis semen ini yang pengerasannya oleh air, seperti telah dijelaskan

pada Bab 24 untuk semen ionomer kaca. Poliasam adalah bubuk yang dikeringkan

dengan cara dibekukan kemudian dicampur dengan bubuk semen. Cairannya adalah air

atau larutan lemah dari NaH2PO4. Meskipun demikian, reaksi pengerasannya adalah

sama terlepas dari apakah poliasam ini dikeringkan dengan dibekukan dan kemudian

dicampur dengan air atau digunakan larutan poliasam lemah yang konvensional sebagai

cairannya.

B. Indikasi dan Kontraindikasi Semen Seng Polikarboksilat

indikasi :

1. Sementasi

2. Basis

3. Lapik pelekat

Kontra-Indikasi :

1. Perawatan pulpa

2. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)

SEMEN SILIKAT KELOMPOK 8

2.2.4 SemenSilikat

Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuatdari aluminoFluoro-Silikat

glass dengan liquid37% asam fosfat. Secara kimia asam melarutkan dan menggabungkan

sebagian kaca. Hal ini menciptakan suatu matriksyangsangatkerasdanrapuh.

Campurancairansemeninisamadengan semenSengfosfat,bagaimanapun,penggunaanutamadalam

kedokterangigi adalahsebagaimaterialyang sewarnadengangigi.Karenamatrikssangatkeras,

rapuhdankurangnya ketahanannyaterhadapabrasi membatasipenggunaannya

sebagaibahanbasisrestorative(Martin S. 2011).

Sampaimunculnya kompositresin, silikatadalahmaterialgigi hanya mengisiwarna

yangtersedia,dan satu-satunyaalternatifuntukamalgamperak

Page 16: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

18

sebagai(nonemas)sederhanabahanpengisipermanen. Penggunaannyaterbatas padagigi

depan,ataudaerahkerusakantidakpadapermukaangigi belakangyang mempunyaikekutantekan

besar(Martin S. 2011).

A. Keuntungan Semen Silikat

Selainwarnanya,adalahterdapatfluoridedari glass,(komponendari bahanmatrikskarenareaksi

kimiayangterlibatdalam pencampuranbubuk dengan cairan), fluoridecenderung

mencegahkarieslebih lanjut disekitar margin, (kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua

formulasemen gunakanAl-Fl-Si glassdanasam kombinasi).Masalahutama dengan semen silikat

sebagai bahan restoratif adalah tampilannya. Partikel-

partikelkacarentanterhadaptekanan,mudahberubahwarna dankasar. Kesulitan lain adalah

kerapuhan dari matriks estetik karena menyebabkan permukaan krasing dan majinal chipping

sebagai usia restorasi dan menciptakan lebih banyaktempatpotensialuntuknoda untuk

memperparah(MartinS. 2011).

B. Fungsi Semen Silikat

Restorasisementaragigianterior(Rahmawati,D. 2011)

C. Komposisi Semen Silikat

CampurandaripowderSilika(SiO2),Alumina(Al2O3), senyawafluorida,

beberapagaramkalsiumdenganliquidphosphoricacid(CraigdalamKadariani).

2001).

D. Sifat Semen Silikat

Warnanyasesuaidenganwarnagigidancocokdigunakanuntukrestorasi gigianterior

Tensil strenghtkurang baik

Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut terhadapasamyang

terdapatdalamplak yangmelekatdiatasnya

Terikat secara kimiawi dengan struktur gigi karena adanya fluoride

(kekuatanikatan dengan emailakan lebihbesar daripadadengandentin)

Page 17: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

19

Perkembangan biomaterial di bidang kedokteran gigi modern dapat menjadi bukti. Semen

silikat merupakan bahan tambal gigi yang pertama kali dikenal. Saat ini, bahan tersebut sudah

mulaiditinggalkan karena mengandung unsur asam yang dianggap berbahaya bagi pulpa gigi.

Sebagai penggantinya kemudian dikenal glass ionomer cement. Perkembangan bahan tambal

terus bergulirdengan adanya resin komposit polimerisasi sinar tampak dengan.

E. Manipulasi Semen Silikat

ada dua metode pemanipulasian semeniniyaitudenganmetodepemanipulasianmanualdanmetode

pemanipulasianmekanis (O’briendalam Hermanto, L.FM. 2007)

a. Pemanipulasian manual

• Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml

• Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal dan dingin,

juga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt chromium

• Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar selama 1 menit.

• Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk mendapatkan

konsistensi yang di inginkan dan baik(O’briendalam Hermanto, L.FM.2007).

b. Pemanipulasian mekanis

• Dengan menggunakan alat amalgamator.

• Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu wadah dan terpisah

dengan sekat.

• Sekat ini dapat hancur dengan adanya tekanan dari amalgamator.

• Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada

pencampurandapatterjadipanasyang mengakibatkan waktu kerja berkurang (O’briendalam

Hermanto, L.FM.2007).

RESIN KOMPOSIT KELOMPOK 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Resin Komposit

Page 18: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

20

Resin komposit adalah bahan tambalan sewarna gigi, dengan bahan dasar polimer dan

ditambahkan dengan partikel anorganik sebagai penguat. Bahan tambalan ini umumnya

mengalami reaksi pengerasan dengan bantuan sinar ( Sinar UV, atau bisa juga dengan visible

light) (Permatasari,2009).

Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurang-kurangnya

dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata diantara keduanya.

Bila didapat konstruksi molekuler yang tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang

tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin komposit

adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel

silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Dalam ilmu

kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada penambahan polimer yang

digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit digunakan untuk mengganti

struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan

fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel

bahan pengisi, dan bahan coupling (Baum, 1997).

Syarat bahan tumpatan dalam kedoktetran gigi resin sebagai berikut :

a. Bahannya Tidak Mengiritasi

b. Tidak Toksik

c. Tidak mudah larut dalam saliva

d. Mudah digunakan

e. Estetika Yang Baik (Hermina, 2003).

2.2 Klasifikasi Resin Komposit

Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin. Klasifikasi

didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama serta cara aktivasinya.

2.2.1 Berdasar Ukuran Partikel

Resin komposit berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi utama di antaranya:

Page 19: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

21

1. Komposit tradisional.

Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama tahun 1970-an dan

sudah mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut juga komposit kovensional atau

komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian karena ukuran partikel pengisi relatif

besar. Bahan pengisi yang sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling.

Dilihat dari foto micrograph bahan pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang luas

dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit tradisional adalah 8-12 µm, partikel

sebesar 50µm mungkin ada. Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan akrilik

tanpa bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari

abrasi selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi

yanglebih keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya

bersifat radioulusen (Baum, 1997).

2. Komposit berbahan pengisi mikro

Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,

dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan

pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 µm; jadi partikel tersebut lebih kecil200-300

kali di bandingkan rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini

memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akriliktanpa bahan pengisi.

Dari segi estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah aus karena

partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai 0,4 µm.

Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi terdorong.

Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi denganmatriks sekitarnya. Kekuatan

konfresif dan kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikitlebih tinggi dibandingkan dengan

resin komposit konvensionl. Kelemahan dari bahanini adalah ikatan antara partikel

komposit dan matriks yang dapat mengeras adalahlemah mempermudah pecahnya suatu

restorasi (Baum, 1997).

3. Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil

Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari permukaan

komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan ataubahkan meningkatkan

Page 20: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

22

sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapaitujuan ini, bahan pengisi

anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa

digunakan dalam komposit tradisional.Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit

berkisar 1-5 µm tetapipenyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas

inimemungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisipartikel

kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak (80% berat dan

60-65 % volume). Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakanquartz sebagai

bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandunglogam berat (Baum,

1997).

4. Komposit hibrid

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperolehkehalusan

permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementaramempertahankan

sifat partikel kecil tersebut. Ukuran partikel kacanya kira-kira 0,6-1,0 mm, berat bahan

pengisi antara 75-80% berat. Sesuai namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada

komposit hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling barupasinya mengandung silica

koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat.Silica koloidal jumlahnya 10-

20% dari seluruh kandungan pasinya.Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara

komposit konvensionaldan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan

bahan pengisi pasi-mikro. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini

banyakdigunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat

mekanisumumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid ini juga

seringdigunakan untuk tambalan gigi belakang (Baum, 1997).

2.2.2 Cara Aktivasi

Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara khemis

dan aktivasi mempergunakan cahaya.

a. Aktivasi secara khemis

Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung

benzoyl peroxide (BP) initiat or dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic

amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai -- O-- O-- putus dan elektron terbelah diantara

kedua molekul oksigen (O). Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing pad dan

Page 21: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

23

diaduk dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan pengadukan

tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal bebas dan

polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian dimasukkan ke dalam

kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe (Anussavice, 2004).

Gambar 6: Aktivasi benzoyl peroxide (BP)

b. Aktivasi menggunakan cahaya

Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar

ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang menggunakan

curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah

diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya.

Disebabkan kebaikan ini, komposit yang menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih

banyak digunakan dibanding material yang diaktivasi secara khemis.

Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal yang

diletakkan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer,

Camphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang diantara 400 - 500 nm dan amine

yang menginisiasi pembentukan radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar

tampak biru (visible blue light, panjang gelombang -468nm) memproduksi fase eksitasi

dari photosensitizer, dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal

bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan.

Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya

dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta dapat

menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru dan

Page 22: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

24

terjadi polimerisasi sehingga bahan resin mengeras. Camphorquinone (CQ) menyerap

sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi dengan melepaskan elektron seperti

amine ( dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]). Setelah diaktivasi, CQ

memisahkan atom hidrogen daripada karbon - α yang bertentangan dengan grup amine

dan hasilnya adalah amine dan radikal bebas CQ. Radikal bebas CQ ini sudah bersedia

untuk diaktivasi Annusavice, 2004).

Gambar 7: Resin komposit diaktivasi oleh sinar

2.3 Komposisi Resin Komposit

1. Bahan utama/Matriks resin

Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan atau

aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain itu juga

banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan urethane

Page 23: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

25

dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit gigi.

Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun 1950-an dan

awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel

bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan

perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan

akrilat (CH2=CHCOO-). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-

GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.BIS-GMA

memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari dimethacrylate lain

yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan resin yang dapat

diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit melakukan sintesa

antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap struktur gigi

(Anusavice,2004).

2. Filler

Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat material.

Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik kaca dan batang,

partikel seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat (Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca

barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi radiopak.Ukuran partikel

yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15m. Partikel yang dikategorikan berukuran besar

sehingga mencapai 60m pernah digunakan tetapi permukaan tumpatan akan menjadi kasar

sehingga mengganggu kenyamanan pasien (Anusavice,2004)..

Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas dari

material mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai

permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin.

Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:

a. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi

b. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal

c. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten

terhadap abrasi (Anusavice,2004).

Page 24: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

26

3. Coupling agent

Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan pada

saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi dengan baik

karena ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat. Melapiskan partikel filler dengan

coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling

agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis

dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada

partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat

khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler diakibatkan

dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler (Anusavice,2004).

Fungsi filler bagi coupling agent adalah:

a. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin.

b. Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin.

(Anusavice,2004).

4.Bahan penghambat polimerisasi

Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer dimethacrylate

dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor).

Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone, tetapi bahan yang sering digunakan pada saat

ini adalah monometyhl ether hydroquinone (Anusavice,2004).

5.Penyerap ultraviolet (UV)

Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi. Camphorquinone

dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV (Anusavice,2004).

6. Opacifiers

Page 25: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

27

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit terlihat di

dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan aluminium

dioksida (Anusavice,2004).

7. Pigmen warna

Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang

biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan lain-lain. Ferric

oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium black memberikan warna kehitaman

dan mercuric sulfide memberikan warna merah (Anusavice,2004).

2.4 Sifat-sifat Resin Komposit

Komposit sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit

juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain

(Anusavice, 2004).

1. Sifat fisik

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan

pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasan dan karakteristik permukaan juga

menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini (Anusavice, 2004).

a. Warna.

Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya: Resin komposit resisten terhadap perubahan

warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin

komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak

dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari

penggantian airdalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit

kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat

menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan

warna email dan dentin (Anusavice, 2004).

b. StrengthTensile dan compressive strength

Page 26: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

28

Tensile strength Resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini

memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal.

Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda (Anusavice, 2004).

c. Setting

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu

yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured

dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara

kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah

mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan

abrasive rotary (Anusavice, 2004).

2. Sifat mekanis

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting

terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan

tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu (Anusavice,

2004).

a. Adhesi

Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu : Adhesi terjadi

apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya

tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan

secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan

menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada

email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang

cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin

komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut

(dentin bonding agent) (Anusavice, 2004).

b. Kekuatan dan keausan

Page 27: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

29

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan

resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya

digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat

keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga

akhirnya filler lepas (Anusavice, 2004).

3. Sifat khemis

Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi

kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang

disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi

gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujungrantai atau pada ujung – ujung rantai

percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam

kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA). Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu

ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A)

dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua

gugusOH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu

dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan

(Anusavice, 2004).

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit

A. Kelebihan:

1. Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan menambah

material pengisi.

2. Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi.

3. Tidak mengandung merkuri.

4. Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior dan beban

gigitan yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.

5. Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan dibanding

amalgam (Anusavice, 2003)

B. Kekurangan:

Page 28: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

30

1. Kurang daya tahan dibanding amalgam serta tidak begitu kuat dalam menahan

tekanan gigitan pada bagian posterior.

2. Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.

3. Lebih cepat aus dibanding amalgam.

4. Teknik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.

5. Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan sukar untuk

mendeteksi karies baru.

6. Memerlukan keterampilan serta biaya yang tinggi (Anusavice, 2003)

2.6 Etsa Asam

Proses etsa asam pada permukaan email akan menghasilkan kekasaran mikroskopik pada

permukaan email yang disebut enamel tags atau micropore sehingga diperoleh ikatan fisik antara

resin komposit dan email yang membentuk retensi mikromekanis. Keberhasilan usaha tersebut

telah mendorong para peneliti untuk melakukan etsa pada dentin, namun walaupun dentin telah

dietsa perlekatan resin komposit terhadap permukaan dentin lebih sulit dibandingkan dengan

perlekatan terhadap permukaan email.Kesulitan ini disebabkan karena dentin merupakan

jaringan yang lebih kompleks dibandingkan dengan email.Email merupakan jaringan yang

hampir termineralisasi secara sempurna, sedangkan dentin merupakan jaringan hidup yang terdiri

dari komponen inorganik (45%), komponen organik (33%), dan air (Demarco FF, 1998).

Komposisi organik substrat dentin memiliki struktur ultra tubulus yang lembab dan

heterogen. Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan perlekatan resin

komposit pada dentin yaitu variasi tingkat mineralisasi dan adanya cairan pada tubulus dentin

yang menghalangi perlekatan (Yazici AR, 2003).

Perlekatan pada dentin juga menjadi lebih sulit dengan keberadaan smear layer. Smear

layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan dentin akibat preparasi

dentin.Smear layer menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier difusi, sehingga

menurunkan permeabilitas dentin. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengetsaan dentin

untuk menyingkirkan smear layer. Fusayama (1980) mempelopori etsa dentin untuk

mendapatkan ikatan secara adhesif antara dentin dan resin komposit dan untuk melarutkan smear

layer. Smear layer dipindahkan melalui pengetsaan dengan asam phosphor 37 % selama 15 detik

Page 29: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

31

yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Pengetsaan terhadap intertubular dan peritubular

dentin mengakibatkan penetrasi dan perlekatan bagi bahan bonding sehingga terbentuk hybrid

layer (Bryant RW, 1998).

Berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat dibagi atas dua

kategori yaitu (Soares CJ, dkk., 2005):

1. Total-etch adhesive system

Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa, antara lain :

a. Three-step total-etch adhesive

Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan dengan

tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif. Bahan

primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component).Bahan ini

merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan

menggunakan asam phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik. Untuk mencegah kolaps,

permukaan harus dibuat lembab.Namun, pelembaban dentin sulit dilakukan dengan benar

karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk lebih rendah dari perlekatan ideal jika

dentin terlalu basah atau terlalu kering (Soares CJ, dkk., 2005).

b. Two-step total-etch adhesive

Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle component

atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan

rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif.Bahan ini

merupakan sistem adhesif generasi ke-5. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan

dengan asam phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai 20 detik (Soares CJ, dkk.,

2005).

2. Self-etch adhesive system

Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa dan primer

digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain :

Page 30: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

32

a. Two-step self-etch adhesive

Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian

dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.Bahan ini merupakan sistem adhesif

generasi ke-6.Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan larutan

aqueous berisi phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%. Keuntungannya adalah resiko

kolapsnya kolagen dapat dieliminasi.Kerugiannya adalah larutan harus diperbaharui

secara terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat dikendalikan di tempatnya.

Keefektifan pengetsaan enamel dengan tepat, kurang dapat diramalkan dibandingkan

dengan larutan asam phosphor, karena asam yang digunakan lebih lemah (Soares CJ,

dkk., 2005).

b. One-step self-etch adhesive (all in one)

Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga hanya

terdiri dari satu tahap aplikasi.Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-7 (Soares

CJ, dkk., 2005).

One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan

untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah.Tujuan aplikasi one-step self-etch

adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-

langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding.Smear layer tidak disingkirkan,

sehingga potensi sensitivitas post-operative (pada sistem total-etch) akibat infiltrasi resin

yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin dapat dikurangi. Selain itu, air adalah

komponen yang esensial dalam sistem ini dalam mengadakan ionisasi monomer asam

untuk demineralisasi jaringan keras gigi, jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi

matriks kolagen yang terdemineralisasi (pada sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi.

Pemisahan tahap etching dan rinsing juga dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesive

tidak hanya mempermudah proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga

mengeliminasi beberapa sensitivitas teknik pada sistem total-etch (Soares CJ, dkk., 2005).

2.6.1 Jenis Etsa Asam dan Komposisi

1. Etsa makro

Page 31: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

33

a. Hidrochloric, komposisinya 50 % asam hidroclhoric dalam air dengan menggunakan

suhu 700-800 sampai 1 jam. Pemakaiannya untuk besi dan baja.

b. Sulphuric, komposisinya 20 % asam sulphuric dalam air dengan menggunakan suhu

80% waktu yang dipakai 10-20 detik. Penggunaannya untuk bahan besi dan baja.

c. Nitric, komposisinya 25 % asam Nitric dalam air, seperti a dan b boleh dingin kalau

cocok. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja (Anusavice, 2004).

2. Etsa Mikro

a. Asam Nital, komposisinya asam nital 2ml, alkohol (95%) 98 ml. Pemakaiannya untuk

baja karbon, baja paduan rendah dan baja paduan sedang. Waktu sampai 1 menit.

b. Asam pikral, komposisinya asam pikral 4 gram, alkohol 98 ml. Pemakaiannya untuk

baja karbon dalam keadaan normal, dilunakan, dikeraskan dan ditemper. Waktu

pengetsaan beberapa detik sampai 1 menit (Anusavice, 2004).

2.6.2 Reaksi Etsa Asam terhadap Dentin

Pengetsaan pada dentin, mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun 1970, pengetsaan

dilakukan pada email dan dentin yang disebut total ecth tchnique dengan menggunakan asam

fosfat 37 %. Asam ini berpenetrasi sangat sedikit ke dentin sehingga tidak menyebabkan

inflamasi pulpa (Rani, 2011).

Reaksi etsa asam terhadap dentin terjadi perubahan yang dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu :

1. Demineralisasi superfisialis.

Asam pertama kali akan melarutkan smear layer yang terdapat pada bagian dentin

terluar yang telah dipreparasi. Waktu yang diperlukan asam untuk melarutkan smear layer

jauh lebih kecil daripada waktu yang digunakan untuk mengetsa.

2. Demineralisasi Kompleks tubuli dentin

Asam etsa yang telah melarutkan smear layer kemudian berkontak dengan matriks

dentin dan menyebabkan demineralisasi yang akan menghasilkan porositas pada dentin.

Demineralisasi dentin menyebabkan denaturasi kolagen sehingga kolagen dentin menjadi

lemah.

Page 32: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

34

3. Perubhn perfusi cairan dentin akibat permeabilitas dentin meningkat

Pelarutan komponen smear layer sebagai akibat berkontaknya asam dengan dentin

dapat meningkatkan permeabilitas dentin.

Smear layer berfungsi dalam :

a. membatasi difusi molekul-molekul besar ataupun kecil berpenetrasi ke dalam pulpa

melalui tubuli dentin.

b. mengatur koveksi cairan tubuli dentin yang berperan dalam mekanisme sensitivitas

dentin sesuai dengan teori hidrodinamik.

c. Smear layer bertanggung jawab terhadap perubahan permeabilitas dentin (Rani, 2011).

2.7 Bonding Agent

Bonding agent didefinisikan sebagai sebuah material dengan viskositas rendah, yang

diaplikasikan di atas permukaan gigi dan membentuk film tipis setelahsetting. Film tipis ini

mengikat dengan kuat permukaan gigi yang di atasnya restorasi komposit resin kental

diaplikasikan. Ini diatur membentuk restorasi resin yang terpadu (Baum, 1985).

Jika dibandingkan dengan unfilled resin akrilik, resin komposit lebih kental, oleh karena

itu tidak membasahi permukaan gigi dengan mudah. Bonding agent dikembangkan untuk

digunakan dalam hubungannya dengan resin komposit. Resin dalambonding agent telah

diencerkan dengan monomer lainnya hingga suatu tingkatan yang memiliki viskositas rendah

dan mudah membasahi permukaan gigi (Anussavice, 2003).

Ketika disapukan pada dinding cavity, secara bebas menembus kedalam porositas kecil

yang dihasilkan oleh etsa asam berpolimerisasi. Itu terasionalisasi bahwa ketika restorasi resin

komposit ini kemudian dimasukkan ke cavity, ia akan mempolimerisasi  kehadiran  bonding

agent di permukaan cavity. Dengan cara ini, diharapkan adaptasi lebih baik pada

dinding cavity enamel dicapai dengan peningkatan retensi mekanis dari restorasi (Anussavice,

2003).

Page 33: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

35

Bonding agent menembus permukaan enamel dan dentin yang teretsa dan

membuat micromechanicalretensi dengan restorasi. Retensi micromechanicalberarti bahwa

ikatan retensi yang terbetuk sangat kecil. Dengan material ini, memungkinkan untuk mengikat

material restorasi pada enamel dan dentin(Bird, 2005).

Etsa asam adalah sebuah teknik dimana etsa asam maleat maupun etsa asam fosfat

ditempatkan di enamel maupun dentin untuk menghilangkan smear layer dalam preparasi

sebagai bonding. Etsa asam dan penggunaan bonding agent merupakan bagian integral dari

semua restorasi resin komposit. Langkah pertama dalam prosedur bonding adalah melalui

pembersihan mekanis permukaan enamel dengan pasta pumice menggunakan rubber

cup. Setelah pembersihan, semua residu pumice dihilangkan dengan semprotan air dan gigi di

keringkan sebelum etsa diaplikasikan (Brid, 2005).

Konsentrasi larutan asam fosfat 35 sampai 50% atau gel merupakan etsa yang

direkomendasikan. Gel lebih mudah dikontrol secara klinis, tetapi keduanya sama-sama etsa

yang dapat diterima. Asam diaplikasikan dengan cotton pellet, artist’s

brush kecil,minisponge atau kertas endodontik. Pertama harus mencoba menjaga asam pada area

etsa yang diharapkan, karena etsa merusak enamel dan tidak dapat diremineralisasi. Asam

diaplikasikan secara berkesinambungan, dengan hati-hati jangan sampai menggosok enamel.

Menggosok enamel akan mematahkan enamel rod yang rapuh dan menghasilkan ikatan resin-

gigi yang lemah. Waktu etsa yang direkomendasikan selama satu menit. Jika usaha pertama tidak

menghasilkan frosty appearancepada permukaan etsa setelah dikeringkan, dapat ditambahkan

waktu untuk mengetsa. Mengetsa lebih dari dua menit tidak menunjukkan hasil yang efektif.

Penembusan etsa dipengaruhi oleh konfigurasi enamel rods. Rods yang memiliki akiran yang

lebar pda cavosurface memungkinkan dietsa sampai kedalaman 20 micron, sementara mereka

yang memiliki sisi yang terbentangkan cavosurface memungkinkan dietsa sampai kedalaman

lima micron (Brid, 2005).

Setelah dietsa, permukaan dicuci selama 30 detik dengan disemprot air bersih dan

dikeringkan dengan udara kering selama 15 menit. Jika tidak dilakukan pencucian, permukaan

mungkin tersisa beberapa kristal monokalsium fosfat yang terlarut yang bisa secara signifikan

mengurangi kekuatan ikatan.Bonding agent yang sekarang diaplikasikan dalam sebuah lapisan

yang uniform pada dinding enamel dan tepi dengan  artist’s brush. Jika tepi dalam sementum

atau dentin, dentin bonding agent mungkin agen pilihan (Brid, 2005).

Page 34: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

36

2.7.1 Sifat Bonding Agent

A. Sifat kimia

1. Kekuatan ikatan

Sebagian besar bonding agent menghasilkan kekuatan ikatan terhadap enamel dan

superficial dentin 15 sampai 35 MPa. Kekuatan ikatan ditentukan untuk bagian dentin

dalam cenderung lebih rendah daripada superficial dentin. Berbagai masalah klinis dapat

mengurangi kekuatan ikatan (Power, 2006).

B. Sifat Biologi

Pelarut dan monomer dalam bonding agent biasanya mengiritasi kulit. Material

tertentu seperti 2-hydroxyethylmethacrylae (HEMA), tidak biokompetibel sebagai

monomer. Bonding agent bisa memproduksi reaksi lokal dan sistemik pada dokter gigi

maupun asisten dokter gigi. Penting bagi dental personnel melindungi diri mereka

sendiri. Proteksi meliputi memakai sarung tangan, mengganti sarung tangan yang

terkontaminasi segera, menggunakan high-volume evakuasi dimana material digunakan,

menjaga semua botol tertutup rapat atau menggunakan sistem unit-dose dan membuang

material sedemikian rupa agat monomer tidak dapat menguap ke dalam udara kantor.

Bahkan dengan sarung tangan ganda, kontak dengan pelarut dan monomer agresif akan

menyebabkan kontak dengan kulit yang sebenarnya dalam beberapa menit (Power, 2006).

2.7.2 Klasifikasi Bonding Agent

Klasifikasi bonding agent berdasarkan aplikasinya ada 2 (dua) macam, yaitu:

A. Enamel bonding agent

Bonding pada enamel terjadi terutama dengan retensi micromechanical setelah etsa

asam  digunakan untuk menghilangkansmear layer dan  larutnya kristal hidroksiapatit di

permukaan luar dariinterface. Konstitusi cairan perekat masuk ke dalam permukaan irregular

yang baru terbentuk dan menjadi terjebak ke dalamnya setelah perekat berpolimerisasi. Gel

etsa (teruama asam fosfat) dikeluarkan dari alat suntik ke permukaan gigi yang teretsa. Waktu

etsa enamel berbeda tergantung pada tipe dan kualitas enamel. Umumnya, etsa 15 detik

dengan 37% asam fosfat cukup untuk menghasilkan microtags. Walaupun begitu,

sampai macro-spaces jelas, titik akhir karakteristik klinis a frosty enamel appearance tidak

akan berkembang (Power, 2006).

Page 35: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

37

Beberapa email mungkin telah diberikan lebih larut sebagai akibat dari fluorosis.

Dalam kasus itu, perpanjangan waktu etsa dibutuhkan untuk memastikan bahwa

ikatanmicromechanical dapat terjadi. Tidak jarang untuk memperpanjang waktu etsa selama

beberapa menit untuk mencapai tingkat etsa yang memadai. Yang harus diperhatikan, dentin

harus dilindungi dari perlakuan asam. Setelah waktu etsa dengan fourth, dan fifth-generasi

system bonding, material dibilas dan struktur gigi dipertahankan dalam kondisi permukaan

lembab untuk tahap ikatan berikutnya. Kemudian, primer dapat mengalir ke permukaan untuk

menembus ke dalam permukaan irreguler yang tersedia. Primer dan perekat yang mengalir ke

dalam irreguler yang lebih besar, seperti perifer prisma menghasilkan resin tag sekali perekat

digunakan. Tag ini sebenarnya ‘macrotags’. Pemeriksaan rincian permukaan tunggal prisma

menghasilkan bentuk tag yang lebih kecil ‘microtag’ dimana perekat mengalir ke ruang-ruang

antara sebagian kristal hidroksiapatit terlarut. Microtag jauh lebih banyak dan berkontribusi

ke sebagian besar retensi micromechanic (Power, 2006).

B. Dentin bonding agent

Tidak seperti enamel, dentin terdiri atas zat organic dan bonding semakin

sulit. Smear layerharus dihilangkan sehingga material dapat mencapai dentin dan berikatan

dengannya. Harus ada jumlah sedikit kelembaban yang dipertahankan agar tidak mongering

pada gigi, dan aplikasi material harus bisa melindungi pulpa, tidak mengiritasinya (Brid,

2005).

Komponen dari dentin bonding agent terdiri dari tiga komponen essensial:

1. Primer

2. Coupling Agent

3. Sealer

Dalam literatur kedokeran gigi, primer umumnya disebutdentine conditioner, dan

terdiri atas berbagai asam yang mengubah penampakan permukaan dan karakteristik dentin.

Satu factor besar pembeda dentin bonding agentadalah variasi dari dentine conditioner yang

telah digunakan selama ini. Ini meliputi asam malat, EDTA, asam oxalate, asam fosfat, dan

asan nitrat. Apa yang mereka miliki pada umumnya adalah mereka semua asam dan mereka

mengubah smear layer menjadi tingkatan yang berbeda. Pengaplikasian asam pada

permukaan dentin menghasilkan reaksi asam basa dengan hidroksiapatit. Ini menyebabkan

hidroksiapatit menjadi larut dan menghasilkan pembukaan tubulus dentin dan membuat

Page 36: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

38

permukaan dentin terdemineralisasi yang umumnya hingga kedalaman 4 μm. Semakin kuat

asam, semakin terlihat efeknya. Demikian, untuk EDTA, yang merupakan asam yang tidak

terlalu kuat, hanya sebagian tubulus dentin yang terbuka, sementara itu untuk asam nitrat,

yang merupaka asam kuat, semakin banyak pembukaan tubulus dentin yang terjadi (Baum,

1985).

Peran dari primer adalah bereaksi sebagai adhesivedalam dentin bonding

agent karena mempunyai metode mengikat hidrofobik komposit dan kompomer  pada

hidrofilik dentin. Dengan demikian, primer berperan sebagai media penyambung dan terdiri

dari monomer dua fungsi yang terlarut dalam larutan yang sesuai. Monomer dua fungsi dalam

kenyataannya sebuahcoupling agent yang bisa menggabungkan dua material berbeda dengan

jelas. Sistuasi ini dianalogikan sepertibonding resin pada glass di komposit, dimana silane

coupling agent digunakan.

Rumus umum untuk coupling agent dalam dentine conditioner sebagai berikut:

Methacrylate Group –Spacer group-Reactive group

Methacrylate group mempunyai kemampuan untuk mengikat resin komposit dan

menyediakan ikatan kovalen. Methacrylate group harus mampu menyediakan metode yang

memuaskan untuk polimerisasi dengan resin pada komposit (Baum, 1985).

Spacer group harus bisa menyediakan fleksibelitas yang dibutuhkan terhadap

coupling agent untuk meningkatkan potensi untuk mengikat reactive group (Baum, 1985).

Reactive group merupakanpolar pendent- atau end group. Ikatan polar akibat dari

distribusi elektron asimetris dalam ikata. Reaksi polar terjadi sebagai akibat tekanan tarik-

menarik anatar positif dan negative dalam molekul (Baum, 1985).

Dengan demikian,polar pendent- dan end group di atas coupling agent bisa

menggabungkan dengan molekul polar serupa dalam dentin, seperti grup hidroksi di atas

apatit dan grup amino di atas kolagen. Daya tarik mungkin secara fisik sepenuhnya tetapi

dalam beberapa hal, menghasilkan formasi dalam ikatan kimia. Sifat darireactive group ini

akan menentukan apakah ikatan akan pada apatit di dalam dentin atau pada kolagen. Dalam

beberapa kasus, keduanya bisa terlibat (Baum, 1985).

Sangat penting bahwa primer mampu menembus seluruhnya ked lam dan memenuhi

lapisan kolagen yang terdemineralisasi. Jika ini tidak terjadi kemudian lapisan tipis kolagen

yang terdemineralisasi akan tersisa. Lapisan ini tidak akan memperkuat resin dan akan

Page 37: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

39

membentuk daerak interfacial yag lemah. Aagar mencapai kedalam penembusan yang bagus,

oleh karena itu coupling agent dilarutkan dalam pelarut, seperti etanol atau aseton. Pelarut

sangat efektif dalam mengeluarkan air dan menggantinya, membawa coupling agent bersama

dengannya dan menembus dentin yang terdemineralisasi (Baum, 1985).

Dentin sealer yang terbaru menggunakan light atau dial cured unfilled Bis-GMA

atau UDMA resin. Walaupun aplikasi dari unfilled resin secara langsung ke permukaan dentin

yang tereaksi dengan asam, akan menghasilkan susuna resin-tag. Perbedaan besar antara tidak

menggunakan primer, hidrofobik resin akan beradaptasi dengan lemah pada hidrofilik dentin.

Ketikaprimer digunakan, aksinya untuk membuat permukaan dentin semakin hidrofobik,

dengan demikian mencegah resin menyusut dari dinding dalam tublus dentin dan menjamin

susunan struktur fitting resin-tag dengan kuat. Permukaan dentin is thus thoroughly

sealed dengan resin yang terikat pada dentin melalui coupling agentpada primer. Sealer ini

akan dengan mudah mengikat resin komposit (Baum, 1985).

2.7.3 Persyaratan Ideal Bonding Agent

1. Biokompatibel, tidak toksik, non-iritasi, tidak beracun.

2. Tidak bereaksi dengan konstituen organik maupun inoeganik.

3. Sesuai denan viskositas rendah untuk mengalir dengan mudah pada permukaanadherend.

4. Membasahi permukaan gigi dengan mudah.

5. Ketebalan film yang tipis.

6. Membentuk ikatan permanent yang kuat.

7. Stabilitas dimensi yang bagus.

8. Harus mempunyai kedua grup hidrofilik dan hidrofobik.

9. Serupa C.O.T.E. sebagai ggi 911.4ppm/oC).

10. Konduktivitas termal rendah.

11. Jangka hidup bagus (Baum, 1985).

2.7.4 Generation Bonding

1. First Generation

Pada tahun 1956, Buonocore dan rekannya menunjukkan bahwa penggunaan asam

glycerophosphoric dimetakrilat yang mengandung resin yang akan mengobligasi asam

Page 38: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

40

sehingga mengakibatkan tergoresnya dentin. Obligasi ini diyakini karena interaksi antara

molekul resin bifungsional dengan ion kalsium hidroksiapatit (Kugel,2000).

Tentu saja, perendaman dalam air akan mengurangi ikatan ini. Sembilan tahun

kemudian Bowen mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan N-

phenylglycine dan metakrilat glisidil, atau NPG-GMA (Kugel,2000).

NPG-GMA adalah molekul bifungsional atau coupling agent. Ini berarti bahwa salah

satu ujung molekul ini mengobligasi ke dentin sedangkan obligasi lainnya (polimerisasi)

ke resin komposit. Kekuatan ikatan tersebut dari sistem awal hanya 1 sampai 3

megapascal (Kugel,2000).

2. Second Generation

Seperti perbaikan dilakukan di agen kopling perekat untuk komposit, adhesi ke

dentin meningkat. Pada akhir 1970-an, sistem generasi kedua diperkenalkan. Mayoritas

ester halophosphorous dimasukkan resin berisi seperti bisphenol-A metakrilat glisidil,

atau bis-GMA, atau hidroksietil metakrilat, atau HEMA (Kugel,2000).

Sistem generasi kedua yang terikat dengan dentin harus melalui ikatan ion kalsium

oleh kelompok chlorophosphate. Ini adalah ikatan lemah (dibandingkan dengan generasi

kelima dan sistem generasi keenam) tetapi generasi tersebut adalah perbaikan signifikan

atas sistem generasi pertama (Kugel,2000).

Sebagai dentin bonding ditingkatkan, penghapusan lapisan smear menjadi perlu,

tetapi bukan tanpa kontroversi.Salah satu perhatian utama dengan sistem ini adalah

bahwa ikatan fosfat kalsium dalam dentin tidak cukup kuat untuk menahan hidrolisis

yang dihasilkan dari rendaman air. Hidrolisis ini, sehingga baik dari paparan air liur atau

kelembapan pada dentin sendiri, bisa mengakibatkan resin komposit debonding dari

dentin dan menyebabkan kebocoran mikro (Kugel,2000).

Karena dentin tidak terukir dalam sistem ikatan awal, banyak adhesi itu karena ikatan

ke lapisan smear. Beberapa sistem generasi kedua dianggap melembutkan lapisan smear

dan dengan demikian meningkatkan penetrasi resin. Namun, sistem ini menghasilkan

kekuatan ikatan dentin yang lemah dan tidak bisa diandalkan (Kugel,2000).

Page 39: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

41

3. Third Generation

Dengan sistem generasi ketiga, etsa asam dentin sebagian menghilangkan dan / atau

memodifikasi smear layer. Efek ini disebabkan oleh larutan primer. Asam membuka

tubulus dentin parsial dan meningkatkan permeabilitas mereka. Asam harus dibilas

sepenuhnya sebelum primer diterapkan. Primer mengandung monomer resin hidrofilik

yang meliputi hidroksietil trimelitat anhidrida, atau 4-META, dan dimetakrilat bifenil,

atau BPDM. Primer mengandung gugus hidrofilik yang infiltrat lapisan smear,

memodifikasi dan mempromosikan adhesi dentin, dan kelompok hidrofilik primer

menciptakan adhesi resin (Kugel,2000).

Setelah aplikasi primer, resin terisi ditempatkan pada dentin dan enamel. Sistem-

sistem adhesi generasi ketiga biasanya menggunakan primer dentin-resin hidrofilik.

Dentin primer mungkin 6 persen fosfat penta-akrilat, atau PENTA, 30 persen HEMA, dan

etanol 64 persen. Setelah etsa dan aplikasi primer, perekat resin terisi diterapkan pada

dentin dan enamel (Kugel,2000).

Dalam sebagian besar sistem ini, primer fosfat memodifikasi smear layer dengan

melembutkan, setelah penetrasi, menyembuhkan, membentuk permukaan yang keras.

Perekat ini kemudian diterapkan, melampirkan primer sembuh dengan resin komposit.

Ikatan untuk mengolesi-lapisan yang tertutup dentin tidak sukses sebelum tahun 1990

(Kugel,2000).

4. Fourth Generation

Penghapusan lapisan smear dicapai dengan sistem ikatan generasi keempat.

Fusayama dan rekannya mencoba untuk menyederhanakan ikatan dengan enamel dan

dentin dengan etsa persiapan dengan 40 persen fosfat acid.18 Sayangnya, hal tersebut

tidak dipahami bahwa prosedur ini overetched dentin dan mengakibatkan runtuhnya serat

kolagen terkena (Kugel,2000).

Pada tahun 1982, Nakabayashi dan rekannya melaporkan pembentukan lapisan

hibrida yang dihasilkan dari metakrilat dipolimerisasi dan dentin.9 Lapisan hybrid

didefinisikan sebagai "struktur terbentuk pada jaringan keras gigi (enamel, dentin,

Page 40: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

42

sementum) oleh demineralisasi permukaan dan bawah permukaan , diikuti oleh infiltrasi

monomer dan polimerisasi berikutnya. " (Kugel,2000).

Penggunaan teknik total-etch adalah salah satu karakteristik utama dari generasi

keempat ikatan systems.Teknik total-etch memungkinkan etsa enamel dan dentin secara

simultan menggunakan asam fosfat selama 15 sampai 20 detik. Permukaan harus

dibiarkan lembab ("ikatan basah"), namun, untuk menghindari jatuhnya kolagen ,

penerapan solusi primer hidrofilik dapat menyusup ke jaringan kolagen terkena

membentuk lapisan hybrid .Sayangnya, "lembab dentin" tidak mudah didefinisikan secara

klinis dan dapat menyebabkan obligasi yang kurang ideal jika dentin yang berlebihan

(Kugel,2000).

5. Fifth Generation

Untuk menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi langkah-langkah ikatan

dan dengan demikian, waktu kerja, sistem yang lebih baik diperlukan. Juga, dokter

membutuhkan cara yang lebih baik untuk mencegah keruntuhan kolagen demineralisasi

dentin. Generasi kelima sistem ikatan dikembangkan untuk membuat penggunaan bahan

perekat lebih dapat diandalkan bagi para praktisi (Kugel,2000).

Generasi kelima terdiri dari jenis bahan perekat yang disebut "sistem satu botol”.

Untuk memudahkan penggunaan klinis, "satu-botol" sistem gabungan primer dan perekat

menjadi satu solusi yang akan diterapkan setelah etsa enamel dan dentin secara

bersamaan (teknik basah-ikatan total etch) dengan 35-37 persen asam fosfat selama 15

sampai 20 detik . Sistem ini menciptakan ikatan saling mekanis dengan terukir dentin

melalui tag resin, cabang samping perekat dan pembentukan lapisan hibrida dan

menunjukkan nilai obligasi kekuatan tinggi baik ke enamel tergores dan dentin

(Kugel,2000).

6. Sixth Generation

Baru-baru ini, beberapa sistem ikatan dikembangkan dan diusulkan sebagai generasi

keenam bahan perekat. Sistem ini ikatan dicirikan oleh kemungkinan untuk mencapai

ikatan yang tepat untuk enamel dan dentin menggunakan hanya satu solusi. Bahan-bahan

Page 41: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

43

ini harus benar-benar menjadi sistem ikatan satu langkah. Sayangnya, evaluasi pertama

sistem baru ini menunjukkan ikatan yang cukup untuk dentin sedangkan ikatan dengan

enamel kurang efektif. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa sistem generasi

keenam terdiri dari larutan asam yang tidak dapat disimpan di tempat, harus di-refresh

terus menerus (Kugel,2000).

Namun, perbaikan ke arah penyederhanaan prosedur klinis ikatan dapat membawa

kita lebih dekat untuk mencapai sistem ikatan yang ideal (Kugel,2000).

2.8 Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi

Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponen-

komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat

sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan

kovalen atau ion (Cabe, 1984).

Perlekatan pada resin komposit terjadi secara mekanis atau retensi, perlekatan yang kuat

antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan

semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut.

Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu

pengetsaan asam dan pemberian bonding (Cabe, 1984).

1. Teknik etsa asam

Etsa adalah cara yang betujuan untuk merubah keadaan permukaan jaringan gigi.

Etsa asam pada email membuat terbentuknya mikroporositas pada permukaan email.

Teknik etsa untuk meningkatkan kekuatan lekat tumpatan komposit terhadap jaringan

email (Anusavice, 2003). Bahan komposit yang ada sekarang ini tidak memiliki

kemampuan untuk menahan kebocoran tepi dan kebocoran cairan mulut sering terjadi

pada bagian yang berdekatan dengan restorasi ini. Meskipun demikian, bahan tersebut

juga merupakan restorasi yang bermanfaat, meskipun bahan-bahan tersebut juga

merupakan restorasi yang bermanfaat, meskipun bahan-bahan tersebut amat sensitif

terhadap teknik (Anusavice, 2003).

Page 42: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

44

Salah satu cara yang paling efektif dalam meningkatkan perlekatan mekanis dan

menutup tepi adalah dengan menggunakan teknik etsa asam. Prosedur ini secara nyata

memperluas penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang

kuat antara resin dan email, membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif

kedokteran gigi, seperti resin logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket

ortodontik. Proses mendapatkan ikatan antara email dan bahan restorasi berbasis resin

mencakup melakukan etsa email sehingga terjadi kelarutan pada tempat tertentu dengan

mikroporus. Email teretsa memiliki energi permukaan yang tinggi, tidak seperti

permukaan email normal dan memungkinkan resi dengan mudah membasahi permukaan

serta menembus sampai ke dalam mikroporus. Begitu resin menembus ke dalam

mikroporus tersebut, bahan akan terpolimerisasi untuk membentuk ikatan mekanik

terhadap email. Resig tag tersebut akan menembus 10-20µm ke dalam porus email.

Sejumlah asam telah digunakan untuk menghasilkan mikropors yang diinginkan, tetapi

asam yang secara universal digunakan adalah asam fosforik dengan konsentrasi antara

30%-50%. Konsentrasi sebesar 37% merupakan konsentrasi yang terbanyak di pasaran.

Konsentrasi lebih dari 50% menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat

pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Lamanya waktu

pemberian etsa bervariasi, tergantung khususnya pada riwayat gigi. Sebagai contoh, gigi

dengan kandungan florida yang tinggi, yang berasal dari sumber airyang mendung flour

mungkin memerlukan waktu etsa yang lebih lama seperti juga gigi susu. Pada gigi susu,

peningkatan lamanya pemberian etsa diperlukan untuk menghasilkan pola etsa pada email

yang lebih aprismatik dibandingkan email gigi permanen (Anusavice, 2003).

Begitu gigi dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, dan email

dikeringkan dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna

putih, seperti bersalju, menunjukkan bahwa etsa berhasil. Permukaan itu harus dijaga

tetap bersih dan kering sampai resin diletakkan untuk membentuk ikatan yang baik.

Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email, kontaminasi mudah

terjadi karena kecenderungan untuk mengurangi tingkat energi pada permukaan teretsa.

Penurunan potensial pada energi permukaan ini membuat lebih sulit untuk membasahi

permukaan dengan resin bonding yang memiliki energi permukaan lebih tinggi

dibandingkan dengan permukaan yang terkontaminasi. Jika terjadi kontaminasi,

Page 43: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

45

kontaminasi tersebut harus segera dibersihkan, dan email dikeringkan serta dietsa

kembali selama 10 detik (Anusavice, 2003).

Pengaruh ETSA terhadap permukaan enamel:

Mempersiapkan permukaan enamel.

Melarutkan bahan luar enamel.

Melarutkan kalsium bagian tertentu dengan permukaan enamel

Hal yang perlu diperhatikan pada waktu etsa sebagai berikut :

a. Alat untuk aplikasi yaitu Cotton pellet/brush kecil.

b. Cara :

- Etsa diaplikasikan pada email selama 15-20 detik.

- Dicuci dengan semprotan air minimal 30 detik sebanyak 20cc.

- Dikeringkan dengan semprotan udara sampai terlihat berwarna putih

(porus) (Anusavice, 2003).

2. Macam dan Sifat Bahan Bonding

a. Bahan Bonding Email

Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa

pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email dikembangkan

untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa. Umumnya kekentalan

bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk

menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak

mempunyai potensi perlekatan tetapi cenderung meningkatkan ikatan mekanis dengan

membentuk resin tag yang optimum pada email (Cabe, 1984).

b. Bahan Bonding Dentin

Dentin mempunyai hambatan besar terhadap ikatan perlekatan dibandingkan email,

karena dentin adalah jaringan hidup. Dentin bersifat heterogen dan terdiri atas bahan

anorganik (hidroksiapatit) 50% volume, bahan organik (khususnya kolagen tipe 1) 30%

volume, dan cairan 20% volume. Kandungan air yang tinggi membuat persyaratan lebih

Page 44: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

46

ketat untuk bahan yang dapat secara efektif menjembatani antara dentin dan bahan

restorasi.

Dentin bonding terdiri dari :

a. Dentin Conditioner

Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk

pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin conditioer antara

lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric.

b. Bahan Primer

Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan

antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin bersifat

hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari monomer

bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai.

c. Sealer

Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan

HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.

Sifat Kimia Bahan Bonding Dentin

Idealnya, adhesif dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan

juga membasahi permukaan, memungkinkannya berpenetrasi menembus pori di dalam

dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena

kebanyakan matriks resin komposit bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung

baik bahan hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus dirancang untuk

Page 45: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

47

berinteraksi dengan permukaan dentin yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus

berikatan dengan restorasi resin (Cabe, 1984).

2.9 Jenis-jenis Karies dan Kelasnya

A. Jenis-jenis Karies

1. Karies superfisialis

Karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa sakit.

(Gambar A)

2. Karies media

Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bahagian pertengahan antara

permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin,

makanan masam dan manis. (Gambar B)

3. Karies profunda

Karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada

pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan.

Pada tahap ini apabila tidak dirawat,maka gigi akan mati dan memerlukan rawatan yang

lebih kompleks. (Gambar C) (Tarigan, 1990).

B. Kelas Karies menurut G.V Black :

1. Kelas I

Karies pada permukaan occlusal yaitu pada 2/3 occlusal, baik pada permukaan

labial/lingual/palatal dari gigi-geligi dan juga karies yang terdapat pada permukaan

lingual gigi-geligi depan.

Page 46: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

48

2. Kelas II

Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi belakang temasuk karies

yang menjalar ke permukan occlusalnya.

3. Kelas III

Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi depan dan belum

mengenai incisal edge.

4. Kelas IV

Karies pada permukaan proximal gigi-geligi depan dan telah mengenai incisal edge.

5. Kelas V

Karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan buccal/labial atau lingual palatinal

dari seluruh gigi-geligi.

6. Kelas VI

Karies yang terdapat pada daerah incisal edge gigi depan atau pada ujung cups dari gigi

belakang (Tarigan, 1990).

2.10 Indikasi dan Kontraindikasi Resin Komposit

A. Indikasi Resin komposit

1. Restorasi klas I, II, III, IV dan V

2. Sebagai bahan base lining atau core built up

3. Sebagai sealant pada restorasi resin preventif

4. Restorasi estetis seperti : veneers, penutupan diastema, modifikasi kontur gigi

5. Semen untuk restorasi indirect resin

6. Splinting

B. Kontraindikasi Resin Komposit

1. Restorasi Posterior dengan beban pengunyahan yang besar

2. Kontrol cairan buruk

2.11 Aplikasi Resin Komposit

Page 47: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

49

1. Restorasi karies kelas I, II, III, IV dan V

A. Klas 1

Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk digunakan

merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil yang berada ada permukaan

oklusal yang cukup sehat, tetap dapat dilakukan restorasi dengan komposit etsa

asam asalkan fisur yang masih ada juga direstorasi pada saat yang bersamaan.

B. Klas II

Pada klas II resin komposit dapat digunakan tetapi pada umumnya dipergunakan

restorasi amalgam untuk klas ini.

C. Klas III

Semen komposit adalah bahan pilihan baik berupa bahan tumpat konvensional atau

teknik etsa asam.

D. Klas IV

Bahan komposit ini kurang ideal karena ketahanan terhadap abrasinya yang rendah.

Meskipun demikian, kavitas yang mengenai tepi insisal dapat direstorasi menggunakan

semen komposit dengan teknik etsa asam.

E. Klas V

Prinsip yang melatarbelakangi desain kavitas dan teknik preparasi yang akan ditumpat

dengan bahan restorasi komposit adalah sama persis dengan desain untuk restorasi

amalgam.

2. Untuk Veneer

Veneer merupakan suatu lapisan tipis bahan tambal yang menutupi permukaan

bagian luar gigi, sehingga gigi Anda yang mengalami perubahan warna tidak akan terlihat.

Veneer dapat digunakan untuk merubah bentuk, ukuran, warna dan posisi gigi.

Page 48: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

50

Dapat digunakan untuk menutup diastema sentral atau multiple. Yang dapat

digunakan adalah komposit atau porselen. Bahan porselen lebih mahal biayanya daripada

komposit, namun warnanya lebih tahan lama dan rwlatif lebih kuat.

Sebelum – Terdapat perubahan warna gigi yang di sertai adanya celah-celah di antara gigi central

rahang atas.

Sesudah – Menutup celah-celah pada gigi sentral & warna yang tampak lebih cerah sehingga

senyum pasien tampak lebih cantik.

3. Untuk Crown (pada mahkota)

Page 49: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

51

4. Untuk Bridge (jembatan)

5. Menyambung gigi patah akibat trauma

6. Aplikasi Fissure Sealant

Untuk menutup atau menambal lubang-lubang potensial karies pada pit dan fissure

gigi.

7. Tahapan tehnik restorasi preventif resin :

(1) pemberian rubber dam

Page 50: Kumpulan Bahan Ujian Blok 8

52

(2) hasil preparasi kavitas

(3) pemberian etsa asam berupa gel selama 15 detik

(4) pemberian dentin/enamel primer

(5) selapis tipis resin adhesive

(6) aplikasi resin komposit pada kavitas

1 2

3 4

5 6