41
BAB V KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK A. Hakikat Model Pembelajaran Tematik 1. Istilah dan Pengertian Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan terra-terra tertentu. Dalam pembahasannya terra itu ditinjau dari berbagai mats pelajaran. Sebagai contoh, terra "Air" dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, terra itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit Yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin :ahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5). Istilah model pembelajaran terpadu sebagai konsep Bering dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach. Jadi berdasarkan istilah tersebut, maka pembelajaran terpadu pada dasarnya lahir salah satunya dari pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach). Definisi mendasar tentang kurikulum terpadu dikemukakan oleh Humphreys, et.al . 1981:11-12) bahwa: "Studi terpadu adalah studi di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mats pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek 293

BAB v. Pembelajaran Tematik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: BAB v. Pembelajaran Tematik

BAB V KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

A. Hakikat Model Pembelajaran Tematik

1. Istilah dan PengertianPembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan

terra-terra tertentu. Dalam pembahasannya terra itu ditinjau dari berbagai mats pelajaran. Sebagai contoh, terra "Air" dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, terra itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit Yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin :ahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.

Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5).

Istilah model pembelajaran terpadu sebagai konsep Bering dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach. Jadi berdasarkan istilah tersebut, maka pembelajaran terpadu pada dasarnya lahir salah satunya dari pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach). Definisi mendasar tentang kurikulum terpadu dikemukakan oleh Humphreys, et.al . 1981:11-12) bahwa:

"Studi terpadu adalah studi di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mats pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. la melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, dan seni. Keterampilan-keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi."

Dengan berpegang pada definsi tematis ini, Shoemaker (1991: 59), mendefinisikan kurikulum terpadu sebagai:

"... pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga melintasi batas-batas mats pelajaran, menggabungkan berbagai aspek kurikulum menjadi asosiasi yang bermakna untuk memfokuskan diri pada wilayah studi yang lebih luas. Kurikulum ini memandang pembelajaran dan pengajaran dalam cara yang menyeluruh (holistik) dan merefleksikan dunia nyata, yang bersifat interaktiff.

Dalam kerangka ini, terdapat berbagai tingkat integrasi, sebagaimana digambarkan oleh Palmer (1991: 59), yang mendeskripsikan praktik-praktik sebagai berikut.(1) mengembangkan subtujuan lintas-kurikulum di dalam penduan kurikulum yang telah ada;(2) mengembangkan model pembelajaran yang mencakup aktivitas dan penilaian lintas

kurikulum;(3) megembangkan pengayaan dan peningkatan aktivitas dengan fokus lintas-kurikulum yang

mencakup saran 'kontak' lintas-kurikulum di setiap tujuan;(4) mengembangkan aktivitas penilaian yang bersifat lintas-kurikulum, mencakup roda

perencanaan sampel dalam seluruh panduan kurikulum.Deskripsi selanjutnya dikemukakan oleh Dressel. Definisi Dressel (1958: 3-5), beranjak dari

293

Page 2: BAB v. Pembelajaran Tematik

pertautan antara wilayah subyek menuju penciptaan modelmodel baru. Dalam kurikulum terpadu, pengalaman pembelajaran yang telah direncanakan tidak hanya membekali siswa dengan pandangan terpadu mengenai pengetahuan umum (melalui pembelajaran model, sistem dan struktur kebudayaan), tapi juga memotivasi dan mengembangkan kekuatan pembelajar untuk memahami hubungan-hubungan baru dan menciptakan model, sistem, dan struktur baru.

Istilah lain yang seringkali digunakan untuk menyebut kurikulum terpadu adalah kurikulum interdisipliner. Kurikulum interdisipliner didefinisikan sebagai organisasi kurikulum yang melintasi batas-batas mata pelajaran untuk berfokus pada permasalahan kehidupan yang komprehensif atau studi lugs yang menggabungkan berbagai segmen kurikulum ke dalam asosiasi yang bermakna (Indrawati, 2009:18).

Apabila dicermati, persamaan di antara definisi tersebut dengan definsi kurikulum terpadu sangat jelas. Jacobs (1989: 8), mendefinisikan kurikulum interdisipliner sebagai: "Pandangan mengenai pengetahuan dan pendekatan kurikula yang menerapkan metodologi dan bahsa dari lebih dari satu disiplin ilmu untuk mengkaji terra, isu, permasalahan, topik, atau pengelaman sentral". Everet dalam Indrawati (2009: 18), mendukung pandangan ini. Selanjutnya is mendefinisikan kurikulum interdisipliner sebagai kurikulum yang memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah obyek aktif karena dengan cara itulah siswa menemukan mata pelajaran yang digabungkan dengan dunia nyata dalam satu aktivitas.

Berdasarkan berbegai definisi sebagaimana yang telah dikemukakan tersebut, pada dasarnya mendukung bahwa kurikulum terpadu adalah pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup. Terdapat kepercayaan yang kuat di antara mereka yang mendukung integrasi kurikulum, bahwa sekolah harus memandang pendidikan sebagai proses mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan di abad ke-21, bukan mats pelajaran diskrit yang terbagi-bagi dalam departemen-departemen yang berbeda. Dengan demikian secara umum, seluruh definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdisipliner mencakup:

(1) kombinasi mata pelajaran;(2) penekanan pada proyek;(3) sumber di luar buku teks;(4) keterkaitan antarkonsep;(5) unit-unit tematis sebagai prinsip-prinsip organisasi;(6) jadwal yang fleksibel; dan(7) pengelompokkan siswa yang fleksibel (Indrawati, 2009:18-19).

Lepas dari berbagai definisi mengenai kurikulum terpadu yang kemudian melahirkan model pembelajaran yang dikenal dengan istilah pembelajaran terpadu. Konsep pembelajaran terpadu pada dasarnya telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya Beans, 1993 dalam Udin Syaefudin dkk, 2006: 4). la memberikan pengertian bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada ,nteraksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini membantu siswa untuk belajar menghubungkan apa yang to/ah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Menurut T. Raka Joni (1996) bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/perisiwa tersebut siswa belajar sekaligus peroses dan isi beberapa mats pelajaran secara serempak.

Sementara Sri Anitah (2003) menyatakan, bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-konsep secara terkoneksi

294

Page 3: BAB v. Pembelajaran Tematik

balk secara inter maupun antar mata pelajaran. Terjalinnya hubungan antar setiap konsep secara terpadu, akan memasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam prows pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan oengalamanpengalaman nyata. Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dengan cara drill merespon tanda-tanda atau signal dari guru yang diberikan secara terpisah-pisah. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Zais, Robert (1976) bahwa pembelajaran terpadu memberikan gambaran bagaimana pengalaman belajar secara terintegrasi memberi dampak yang penuh makna dan bagaimana pengintegrasian itu dilakukan. "Seperti halnya setiap mats pelajaran diperlakukan sebagai keseluruhan yang terintegrasi dalam kurikulum berbasis gestalt, begitu pula semua mats pelajaran dalam kurikulum harus diperlakukan dalam perspektif seperti itu".

Lebih lanjut Hadi Subroto (2000: 9) menegaskan,Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau terra tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan terra tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi matapelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.

Collins (dalam Trianto, 2007: 7), mengatakan:"Pembelajar terintegrasi terjadi ketika sebuah peristiwa atau eksplorasi autentik dari

sebuah topik menjadi faktor pendorong dalam kurikulum. Dengan berpartisipasi dalam peristiwa atau eksplorasi autentik, siswa belajar prows dan isi (materi) yang berkaitan dengan wilayah kurikulum pada waktu yang bersamaan".

Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pendekatan berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak (Depdikbud, 1996 dalam Prabowo, 2000).

Adapun menurut Ujang Sukandi, dkk (2001: 3), pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mats pelajaran dalam satu terra. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan.

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengejaran terpadu, anak akan memahami konsepkonsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.

Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topik merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di dalam eksplorasi tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang bersamaan.

Dalam pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu' dalam oelaksanaan pembelajaran terpadu adalah melalui eksplorasi topik. Dalam eksplorasi topik diangkatlah suatu terra tertentu. Kegiatan pembelajaran oerlangsung di seputar terra kemudian baru membahas masalah konsep-konsep ookok yang terkait dalam terra.

Pembelajaran terpadu/tematik menawarkan model-model Pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun

295

Page 4: BAB v. Pembelajaran Tematik

informal, meliputi Pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Cara ::engemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembe/ajaran /ebih efektif dan menarik. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi bidang studi lain yang relevan akan membentuk sxemata, sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. =erolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang renidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (William dalam Udin 2006: 5).

Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (Panduan KTSP, 2007: 253) sebagai berikut:

1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu terra tertentu.2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar

antar isi matapelajaran dalam terra yang sama.3. Pemahaman materi matapelajaran lebih mendalam dan berkesan.4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih balk dengan mengaitkan matapelajaran lain dengan

pegalaman pribadi siswa.5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema

yang jelas.6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk

mengembangkan suatau kemampuan dalam suatu matapelajaran dan sekaligus dapat mempelajari matapelajaran lain.

7. Guru dapat menghemat waktu sebab matapelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik/ terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, terra, dan masalah yang dihadapi.

2. Prinsip Dasar Pembelajaran TematikSebagai bagian dari Pembelajaran Terpadu, maka Pembelajaran Tematik memiliki prinsip

dasar sebagaimana halnya Pembelajaran Terpadu. Menurut Ujang Sukandi, dkk (2001: 109), Pembelajaran Terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.

Pengajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin dan sating terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan terra secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam kurikulum. Tetapi ingat, penyajian materi pengayaan seperti itu perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.

Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu terra perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: (1)

296

Page 5: BAB v. Pembelajaran Tematik

prinsip penggalian tema; (2) prinsip pengelolaan pembelajaran; (3) prinsip evaluasi; dan (4) prinsip reaksi.

a. Prinsip Penggalian TemaPrinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik.

Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan.1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk

memadukan banyak mata pelajaran;2) Tema harus bermakna, meksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan

bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak; 4) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak;5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di

dalam rentang waktu belajar;6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan

masyarakat (asas relevansi);7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan cumber belajar.

b. Prinsip Pengelolaan PembelajaranPengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya

dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai facilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab menurut Prabowo [2000], bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:1) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses

belajar mengajar;2) Pemberian tanggung-jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang

menuntut adanya kerja sama kelompok;3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam

perencanaan.

c. Prinsip EvaluasiEvaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat

diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain:(1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/se/f

assessment) di samping bentuk evaluasi lainnya;(2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai

berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.d. Prinsip Reaksi

Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Karena itu guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-yujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.

3. Arti Penting Pembejaran Tematik

297

Page 6: BAB v. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik, sebagai model pembelajarn memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: Pertama, pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan -empengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang -

enunjukkan kaftan unsur-unsur konseptual menjadikan prows pembelajaran Eoih efektif. Kaftan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan -'embentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan ngetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah ::asar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap --

_rkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu k=utuhan (ho/isticj.Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, diperoleh beberapa

manfaat yaitu:1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indl(ator serta isi mata pelajaran

akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan;

2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir;

3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; dan

4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin balk dan meningkat,Selain itu, Pembelajaran Tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:a. Dunia anak adalah dunia nyata

Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau peristiwa yang didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberpa mata pelajaran. Misalnya, saat mereka berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar-menawar (Bahasa Indonesia), harga yang naik-turun (IPS), dan beberapa materi pelajaran lain.

b. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Anak menjadi "arsitek" pembangun gagasan barn. Guru dan orang tua hanya sebagai "facilitator" atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

c. Pembelajaran akan lebih bermaknaPembelajaran akan lebih bermakna kalau pelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat

memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.

d. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diriPengajaran terpadu memberi peluang memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranch sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranch sasaran pendidikan itu meliputi

298

Page 7: BAB v. Pembelajaran Tematik

sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih infromasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan), dan ranch kognitif (pengetahuan).

e. Memperkuat kemampuan yang diperolehKemampuan yang diperoleh dari satu mats pelajaran akan sating memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.

f Efisiensi waktuGuru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, gurupun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.

Pembelajaran tematik dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan seperti pembelajaran terpadu. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996), Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya_2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.3) Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.4) Keterampilan berpikir anak berkembang dalam prows pembelajaran terpadu.5) Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatic sesuai lingkungan anak.

g. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain: kerja lama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat

orang lain.Selain keenam kelebihan tersebut, apabila pembelajaran tematik dirancang bersama, dapat

meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian aterkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenagkan, belajar situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna (Indrawati, 2009: pembelajaran terpadu juga menyajikan beberapa keterampilan dalam ., proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran clu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. (Depdiknas, 2000: 2).

Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam

pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, ^nencakup berbagai mats pelajaran.2. hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis can alami.3. dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, t dak terbatas pada buku

paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan zelajar ke berbgai aspek kehidupan.

4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari c-erbagai sudut pandang.5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada Kcmpetisi bisa dikurangi dan

diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.Sedangkan keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain sebagai berikut:

1. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.2. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan Tenyediakan pendekatan proses

belajar yang integratif.3 Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa - yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan

kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.

4. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.5. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga maningkatkan apresiasi

dan pemahaman.Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama

dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak

299

Page 8: BAB v. Pembelajaran Tematik

menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja (Indrawati, 2009: 24). Sementara Puskur Balitbang Diknas (2002: 9), mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran tematis (jika digunakan di SMP atau SMA), antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:

(1) aspek Guru:guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran tematik akan sulit terwujud.

(2) aspek peserta didikpembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif 'baik', balk dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubunghubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menghubungkan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran tematik ini sangat sulit dilaksanakan.

(3) aspek sarana dan cumber pembelajaranpembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau cumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas Internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat.

(4) aspek kurikulumkurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

(5) aspek penilaianpembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian yang meyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari "guru yang berbeda.

(6) aspek suasana pembelajaranpembelajaran tematik berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan 'tenggelamnya' bidang kajian lain. Dengan lain kata, pada saat mengajarkan sebuah terra, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

4. Karakteristik Pembelajaran TematikMenurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatancegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari -inat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan --erkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Vembantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan <egiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang :ring ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan ceterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan -anggap terhadap gagasan orang lain.

300

Page 9: BAB v. Pembelajaran Tematik

Selain itu, sebagai model pembelajaran di sekolah dasar/madrasah ttida'iyah, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik antara lain: bepusat pada siswa; Memberikan pengalaman langsung; Pemisahan ^^atapelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai -atapelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai dengan minat dankebutuhan siswa; dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas, 2006).

a. Berpusat pada siswaPembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centre), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. -

b. Memberikan pengalaman langsungPembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami halhal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelasDalam Pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan terra-terra yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaranPembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mats pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibelPembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mats pelajaran dengan mats pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkanPembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Aktif. Bahwa dalam pembelajaran peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaftan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemuka-kan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah.

Efektif, artinya adalah berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Dengan kata lain dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang menjadi tujuan dan arapan yang hendak dicapai.

Kreatif, berarti dalam pembelajaran peserta didik, melakukan serangkaian proses pembelajaran secara runtut dan berkesinambungan yang meliputi:

1) Memahami masalahMenemukan ide yang terkaitMempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih mudah diterimaMenemukan gap yang harus diisi untuk memecahkan masalah

2) Merencanakan Pemecahan MasalahMemikirkan macam-macam strategi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalahMemilih strategi atau gabungan strategi yang paling efektif dan efisienMerancang tahap-tahap eksekusi

3) Melaksanakan rencana pemecahan masalahMenentukan titik awal kegiatan Pemecahan masalahMenggunakan penalaran untuk memperoleh solusi yang dapat dipertanggungjawabkan

301

Page 10: BAB v. Pembelajaran Tematik

4) Memeriksa ulang pelaksanaan Pemecahan masalah Memeriksa ketepatan jawaban dan langkah-langkahnya

Menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa waktu, penuh percaya did, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagiSelain keempat karakter utama tersebut, pembelajaran tematik sebagai bagian dari

pembelajaran terpadu juga memiliki karakter sebagaimana pembelajaran terpadu. Menurut Depdikbud (1996: 3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: nolistik, bermakna, otentik, dan aktif.a. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberpa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.b. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antqr konsepkonsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari_ Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran Yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul didalam kehidupannya.C. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.d. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terusmenerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang Baling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari sutau terra yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan terra tersebut.

C. SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN TEMATIKSintaks Pembelajaran Tematik pada dasarnya mengikuti langkahlangkah (sintak)

pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo, 2000: 6). Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung [direct instructions], model pembelajaran kooperatif [cooperative learning], maupun model pembelajaran berdasarkan' masalah [ problem based instructions].

302

Page 11: BAB v. Pembelajaran Tematik

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sintaks pembelajaran terpadu at bersifat luwes dan fleksibel Artinya, bahwa sintak dalam Pembelajaran tematik dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran yang dikenal ,,an istilah setting atau merekonstruksi.

Menurut Prabowo (2000), langkah-langkah (sintaks) pembelajaran adu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru Cleigan ada sedikit perbedaan yakni sebagai berikut: Pertama, Tahap perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh guru antara lain; (1) 1enentukan Kompetensi Dasar; dan (2) Menentukan Indikator dan Hasil Belajar. Kedua, Tahap Pelaksanaan yang meliputi sub-tahap: (I) Proses Pembelajaran oleh Guru. Adapun langkah yang ditempuh guru, antara lain: (1) Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa; (2) Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa; (3) Menyampaikan keterampilan proses yang akan dikembangkan; (4) Menyampaikan alat dan bahan yang dibutuhkan; dan (5) Menyampaikan pertanyaan kunci. (II) Tahap Manajemen, yang meliputi langkah-langkah: (1) Pengelolaan kelas, di mana kelas dibagi dalam beberapa kelompok; (2) Kegiatan Proses; (3) Kegiatan pencatatan data; dan (4) Diskusi. Ketiga, Evaluasi, yang meliputi: (1) Evaluasi proses. Adapun hal-hal yang menjadi perhatian dalam evaluasi proses terdiri dari: (a) Ketepatan hasil pengamatan; (b) Ketepatan penyusunan alat dan bahan; dan (c) Ketepatan menganalisa data. (2) Evaluasi hasil, yaitu penguasaan konsep-konsep sesuai indikator yang telah ditetapkan. (3) Evaluasi psikomotorik, yaitu penguasaan penggunaan alat ukur

Sedangkan menurut Hadisubroto (2000: 21), dalam merancang pembelajaran terpadu sedikitnya ada empat hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut: (1) Menentukan Tujuan, (2) Menentukan materi/media, (3), Menyusun skenario KBM, (4) Menentukan evaluasi.

1. Tahap Perencanaana. Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan Jenis Keterampilan yang dipadukan

Karakteristik mata Pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti contoh diberikan oleh Fogarty (1991: 28), untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dengan keterampilan sosial (social skill). Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking ski//) dan keterampilan mengorganisir (organizing ski/n.b. Memilih Kajian Mated, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.c. Menentukan Sub Keterampilan yang dipadukan

Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking skills), keterampilan social (socializing skills), clan keterampilan mengorganisasi (organizing skills), yang masing-masing terdiri atas subu-sub keterampilan. Subketerampilan-subketerampilan yang dapat dipadukan diperlihatkan pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1Unsur-Unsur Keterampilan Berpikir, Keterampilan Sosial dan Keterampilan MengorganisasiKemampuan Berpikir Kemampuan Sosial Kemampuan Mengorganisasi

303

Page 12: BAB v. Pembelajaran Tematik

MemprediksiMenyimpulkanMembuat HipotesisMembandingkanMengklasifikasiMenggeneralisasiMembuat skalaPrioritas

Memperhatian pendapat orangMengklarifikasiMenjelaskanMemberanikan diriMenerima pendapat orangMenolak pendapat orang

Jaringan (faring labalaba)Diagram VennDiagram AlirLingkaran SebabakibatDiagram alir/tidak alitKisi-kisi/matrikPeta Konsep

Mengevaluasi MenyepakatiMeringkaskan

Diagram rangka ikan

(Sumber: Fogarty, 1991: 25)d. Merumuskan Indikator Hasil Belajar

Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi: audience (peserta didik), behaviour (perilaku yang diharapkan), condition (media/alat) dan degree (jeniang/jumiah).e. Menentukan langkah-langkah pembelajaran

Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.

2. Tahap PelaksanaanPrinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi: Pertama, guru

hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pemebelajaran memungkinkan siswa menjadi pembelajar mandiri; Kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; dan Ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas (1996: 6).

Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran. Menurut Muchlas (2002:7), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran.

3. Tahap EvaluasiTahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.

Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996: 6), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.

(1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya.

(2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajaryang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

Secara konkret sintaks pembelajaran terpadu dapat dilihat dalam tabel 1.2. Sintaks ini dikembangkan dengan mengadopsi sintaks model pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran langsung terlihat dari fase-fase yang digunakan maupun langkahlangkah yang ditempuh guru, sedangkan sintaks pembelajaran kooperatif ditunjukkan pada kagiatan guru di fase 3 dan 4.

Tabel 1.2Sintaks Pembelajaran Tematik dalam setting Pembelajaran Langsung dan Pembelajaran

304

Page 13: BAB v. Pembelajaran Tematik

KooperatifTahap Tingkah laku guru

Fase-1Pendahuluan

Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnyaMemotivasi siswaMemberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswaMenjelaskan tujuan pembelajaran (KompetensiDasar dan Indikator)

98Fase-2Presentasi Mated

'I.2.3.

Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan iPresentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui baganMemodelkan penggunaan peralatan melalui bagan

Fase-3MembimbingPelatihan

Menempatkan siswa ke dalam kelompokkelompok belajarMengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompokMembagi buku siswa dan LKSMengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatanMemberikan bimbingan seperlunyaMengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan

Fase-4Menelaah pemahaman dan memberikan umpan batik

Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelasMeminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakanMeminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasiMembimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi

Fase-5Mengem- bangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Mengecek dan memberikan umpan batik terhadap tugas yang dilakukanMembimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajariMemberikan tugas rumah

Fase-6 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atauMenganalisis dan mengevaluasi

evaluasi terhadap kinerja mereka

(Sumber: Trianto, 2005: 122).

Pembelajaran tematik dipengaruhi tiga aliran filsafat: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme (Balitbang Depdiknas, 2006:5). Progresivisme memandang proses pembelajar-an perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasa-na alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat peng-alaman langsung sebagai kunci pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil kon-struksi

305

Page 14: BAB v. Pembelajaran Tematik

atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masingmasing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasan-nya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontri-busi dalam hal bagaimana isi/ materi pembelajaran tematik tersebut disampai-kan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan tersebut adalah (1) UU No. 23, tahun 2002, pasal 9 tentang perlin-dungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. (2) UU No. 20, Tahun 2003, Bab V, Pasal 1, tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuannya. (3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Bab II bagian B.1.c menyatakan bahwa pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedang-kan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman lang-sung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghu-bungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu mengemas pengalaman belajar yang mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antarmata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keu-tuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan Sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan-nya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan.

Ciri khas dari pembelajaran tematik sebagai berikut. Pengalaman dan kegiatan belajar rele-van dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Kegiatan belajar tematik lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama. Kegiatan belajar tematik dapat membantu mengem-bangkan keterampilan berpikir siswa. Kegiatan belajar tematik menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. Keghiatan belajar tematik dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (Puskur Balitbang Depdiknas, 2006:6).

306

Page 15: BAB v. Pembelajaran Tematik

Dengan pembelajaran yang memanfaatkan tema diharapakan akan diperoleh beberapa manfaat sebagai berikut. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indika-tor serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. Dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran maka pengua-saan konsep akan semakin baik dan meningkat,

Sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut. Berpusat pada siswa. Memberikan pengalaman langsung. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Bersifat fleksibel. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Balitbang Depdiknas, 2006:6).

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Dalam pembelajaran tematik perbedaan antarmata pelajaran menjadi tidak jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran tematik bersifat luwes. Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan siswa berada. Siswa diberi kesempatan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kelas/semester : Materi Pokok : Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

307

Page 16: BAB v. Pembelajaran Tematik

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian KD1 1.

1.2 2.

2.3. 3.

3.4. 4.

4.

C. Tujuan PembelajaranPertemuan 1

Rumusan tujuan pembelajaran mengandung ABCD (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree) atau CABD (Condition, Audience, Behaviour, dan Degree)

Pertemuan 2Rumusan tujuan pembelajaran mengandung ABCD (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree) atau CABD (Condition, Audience, Behaviour, dan Degree)

Pertemuan ke nRumusan tujuan pembelajaran mengandung ABCD (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree) atau CABD (Condition, Audience, Behaviour, dan Degree)

D. Materi Pembelajaran Berisi konsep atau materi-materi esensial.

Dapat berisi peta konsep E. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran

1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)2. (Bisa juga berisi penggunaan model pembelajaran tertentu,

yang sejalan/relevan dengan Scientific Approach), misalnya: a. Pembelajaran Berbasis projekb. Pembelajaran Berbasis masalah, atauc. Pembelajaran Berbasis inkuirid. Dsb.

F. Sumber Belajar

308

Page 17: BAB v. Pembelajaran Tematik

G. Media Pembelajaran Media Alat dan bahan

H. Langkah-langkah Kegiatan PembelajaranTahap Kegiatan Guru Waktu

Penda-huluan

Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan tujuan belajar dan macam kegiatan belajar

Inti Mengamati:1. Guru menyajikan fenomena (benda/kejadian yang menarik dan

problematik), yang berdurasi pendek, dan bisa diulang-ulang ..........2. Guru mengarahkan siswa mengamati ........ untuk mengidentifikasi

fakta tentang ........ Menanya:1. Guru memancing siswa mengajukan/menyusun pertanyaan terkait

fakta.2. Guru menginventarisasi pertanyaan yang disusun siswa3. (untuk SD) Guru memilih pertanyaan yang perlu ditindaklanjuti Menginvestigasi:1. Guru memfasilitasi/membimbing (kelp.) siswa untuk melakukan

investigasi (dengan serangkaian langkah teknis)2. Guru membimbing (kelp.) siswa mencatat data3. Guru membimbing (kelp) siswa mengorganisasi dataMenalar:1. Guru memancing siswa untuk memaknai data2. Guru memfasilitasi (kelp) siswa mmbuat kesimpulanMengomunikasi:1. Guru memfasilitasi (kelp.) siswa mengomunikasikan hasil kepada

kelp lainPenutup Guru mengajak siswa untuk merumuskan kesimpulan

Guru memberikan penugasan-penugasan terkait

Contoh (penggunaan model PBL: Alternatif 2)

Pert. ke:

Bagian/tahap Kegiatan Guru Menit ke:

1 Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah

o Guru melakukan apersepsi dengan mengetengahkan beberapa permasalahan aktual yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati (wacana-wacana dari LKS-1)

1-10

Tahap 2: o Guru menstimulasi siswa untuk mengenali dan memecahkan 11-30

309

Page 18: BAB v. Pembelajaran Tematik

Pengorganisa-sian siswa untuk belajar

permasalahan tersebut, serta mencapai indikator/hasil belajar yang telah dirumuskan.

o Guru menyampaikan perlunya kerja berkelompok dalam kelompok yang efektif (berisi 4-5 anak, heterogen), dan jika belum ada, guru menstimulasi pembentukannya, sehingga ada 8-9 kelompok dan bekerja sesuai LKS-1.

o Guru menunjukkan sumber belajar, ialah objek pengamatan dan referensi yang ada dan relevan

o Guru menunjukkan prinsip kegiatan belajar dan alokasi waktunya.

Tahap 3: Pembimbingan penyelidikan siswa

o Guru membimbing siswa dalam mengenali, menganalisis, dan merencanakan memecahkan permasalahan, dan melakukan pengamatan objek di sekitar sekolah, pada tiap kelompok siswa.

o Guru memberikan tugas rumah pada siswa secara berkelompok untuk melakukan kegiatan-kegiatan pada LKS-2 (termasuk merunut referensi terkait), untuk diskusikan pada pertemuan 4.

31-90

2 Tahap 4: Pengembangan dan penyajian hasil karya

o Guru membuka pelajaran dengan membuka forum tanya jawab berkaitan dengan hasil pengerjaan LKS-2.

o Guru mengarahkan siswa mengorganisasi data kelompoko Guru membimbing siswa melakukan diskusi kelompok dan studi

referensi guna memperoleh jawaban atau solusi atas permasalahan masing-masing kelompok

1-45

3 o Guru membuka pelajaran dengan membuka forum tanya jawab berkaitan dengan hasil diskusi kelompok.

o Guru menunjuk 3 kelompok terkait macam wacana, mem-presentasikan hasil pengerjaan LKS-1 dan LKS-2.

o Mengarahkan tiap kelompok untuk mampu mengumpulkan hasil akhir kerjanya.

1-70

Tahap 5:Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

o Guru mengajak tiap siswa melakukan evaluasi atau refleksi diri dengan menyuruh mengisi lembar refleksi diri akhir pelajaran.

o Guru menutup pelajaran dengan mengadakan tes lisan, untuk mengetahui penguasaan pada beberapa konsep penting terkait dengan materi dalam LKS-1 dan LKS-2

71-90

4 o Guru memberikan review atau komentar umum atas pelaksanaan pemecahan masalah dari LKS-1 dan LKS-2

o Guru melakukan klarifikasi atas beberapa kekeliruan atau kekurangan prosedur dan juga mispersepsi siswa selama melakukan berbagai kegiatan belajar pada LKS-1 dan LKS-2.

1-45

I. PenilaianYk, 2014

Mengetahui Guru,

Lampiran 1: Penilaian Sikap SpiritualPetunjuk:

310

Page 19: BAB v. Pembelajaran Tematik

Lakukan penilaian terhadap diri Anda sendiri dalam hal menjaga kesehatan organ-organ tubuh yang merupakan wujud rasa sukur kepada Tuhan yang telah menciptakan. Lembar Penilaian Diri:

No. Aspek yang dinilaiSkor

K C B SB

1. Menjaga kesehatan organ-organ tubuh yang merupakan wujud dari rasa sukur kepada tuhan yang telah menciptakan

Rubrik Penilaian:Aspek yang

dinilaiPenilaian

K C B SBMenjaga kesehatan organ-organ tubuh yang merupakan wujud dari rasa sukur kepada tuhan yang telah menciptakan.

Tidak merawat kesehatan makan dan minum semaunya dan tidak berolahraga.

Merawat kesehatan organ-organ tubuh dengan makan dan minum yang sehat tapi tidak berolahraga

Kesehatan dengan makan dan minum yang sehat dan berolahraga kadang- kadang

Merawat keseh-tan prganorgan tubuh dengan cara makan dan minum yang sehat dan berolahraga teratur.

311

Page 20: BAB v. Pembelajaran Tematik

Lampiran 2: Penilaian Sikap SosialInstrumen Penilaian Diri: Digunakan untuk menilai sikap sosial

peserta didik dalam hal kepedulian pada kesehatan diri sendiri

1. Lembar Penilaian Diri: Kepedulian pada kesehatan diri sendiri

Digunakan untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam hal kepedulian pada kesehatan diri sendiri.

Petunjuk:Lakukan penilaian pada diri Anda sendiri dalam hal kebiasaan-kebiasaan sehat yang Anda lakukan sehari-hari.

No. Aspek yang dinilaiSkor

K C B SB

a. Kebiasaan makanb. Kebiasaan minumc. Kebiasaan jajand. Kebiasaan mencuci tangane. Kebiasaan menggosok gigi

Rubrik Penilaian:

No.

Aspek yang

dinilai

PenilaianK C B SB

a. Kebiasaan makan

Malas makan

Kurang dari tiga kali dengan menu kurang sehat

Makan tiga kali sehari dengan menu kurang sehat

Selalu makan tiga kali sehari dengan menu sehat

b. Kebiasaan minum

Jarang minum

Lebih suka minum bukan air putih

Minum air putih dan minuman lainnya

Sering minum air putih (kurang lebih delapan liter sehari)

c. Kebiasaan jajan

Sangat sering makan jajanan

Kadang-kadang jajan

Sering makan makanan di rumah, sedikit jajan.

Lebih memilih makan makanan di rumah daripada

312

Page 21: BAB v. Pembelajaran Tematik

jajan di luar rumah

d. Kebiasaan mencuci tangan

Malas mencuci tangan

Kadang-kadang mencuci tangan

Mencuci tangan sebelum makan kadang-kadang masih diingatkan

Selalu mencuci tangan sebelum makan dengan kesadaran sendiri

e. Kebiasaan menggosok gigi

Malas menggosok gigi

Hanya menggosok gigi setelah makan atau sebelum tidur

Menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur tapi masih sering diingatkan

Selalu menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur dengan kesadaran sendiri

Lampiran 3: Penilaian Pengetahuan

Tes Tulis: Digunakan untuk menilai pengetahuan peserta didik dalam materi pokok sistem organ dan organisme.

Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar!

1. Jelaskan pengertian organ dan sistem organ2. Sebutkan semua sistem organ yang menyusun tubuh manusia3. Perhatikan Gambar dibawah ini!a.

b.

313

Page 22: BAB v. Pembelajaran Tematik

c.

Tuliskan nama-nama organ pada gambar sesuai dengan No yang ditunjuk?4. Jelaskan hubungan antara sistem organ dan organisme

Lampiran 4: Penilaian Ketrampilan Penilaian Observasi: Digunakan untuk menilai ketrampilan peserta siswa

dalam membuat model sel tumbuhan/sel hewan Lembar Kerja siswa :

1) Bentuk gabus/tanah liat/lilin plastisin menjadi bentuk model sel hewan atau tumbuhan sesuai pilihan kelompok.

2) Rakit model sel tersebut lengkap ndengan organel yang ada, beri warna yang berbeda tiap organel yang berbeda dengan spidol warna atau cat warna

3) Beri nomor / nama tiap organel tersebut 4) Langkah no 1 – 3 dapat digunakan dengan bahan yang

berbeda misal tanah liat5) Laporkan hasil kerjaan

Instrumen tes praktek

No Indikator Hasil Penilaian 3 ( Baik) 2 ( Cukup) 1 ( Kurang)

1 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan secara lengkap

2 Membuat dan merakit model sel tumbuhan / hewan dengan rapi

314

Page 23: BAB v. Pembelajaran Tematik

3 Mempresentasikan hasil karya model sel hewan/ tumbuhan dengan jelas

Rubrik Penilaian:

No. Indikator Rubrik1. Menyiapkan alat dan

bahan Melakukan penyelidikan

3. Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan

2. Menyiapkan sebagian alat dan bahan yang diperlukan

1. Tidak menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Membuat dan merakit model sel hewan dan tumbuhan.

3. Dibuat dengan sangat rapi dan sangat menarik

2. Dibuat cukup rapi dan cukup menarik1. Dibuat tidak rapi dan tidak menarik

3. Mempretasikan hasil model sel tumbuhan dan sel hewan

3 Mampu mempresentasikan dengan benar, bahasa mudah dimengerti dan percaya diri

2. Mampu mempresentasikan dengan benart, bahasa mudah dipahami dan kurang percaya diri

1. Mampu mempresentasikan dengan benar, bahasa sulit dimengerti dan tidak percaya diri

Kriteria penilaian :Nilai = jumlah skor yang diperoleh

x 100 Skor Maksimum

Lampiran 5: Lembar Kerja SiswaNama: …………………………… Kelas/No: …………… Kelompok: ……………………

Lembar Kegiatan SiswaPengaruh Limbah Deterjen terhadap Perilaku Ikan

TujuanMenyelidiki pengaruh limbah deterjen terhadap perilaku ikan

MasalahSetiap makhluk hidup memiliki kemampuan adaptif terhadap perubahan lingkungan di habitatnya. Misalnya, ikan Mas dapat hidup pada habitat air dengan derajat keasaman yang relatif normal dengan nilai pH 7. Perubahan lingkungan perairan yang dicemari limbah deterjen, pH air lingkungan itu akan meningkat lebih dari 7. Mungkinkah limbah deterjen mempengaruhi perilaku ikan Mas?

315

Page 24: BAB v. Pembelajaran Tematik

Perubahan perilaku ikan Mas dapat diamati antara lain berapa kali tutup insang (operculum) membuka/menutup selama 1 menit.

Pertanyaan penelitianDari pernyataan tersebut, tuliskan sebuah pertanyaan penelitian.………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

HipotesisBerdasarkan permasalahan di atas, bersama kelompok rumuskan hipotesismu!Hipotesis penelitian: ……………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………..

Bahan dan Alat Toples, gelas kimia volume 250 ml 4 buah Air Air bersih Air sabun Ikan Mas (bisa diganti yang lain) 4 ekor Sabun (sabun mandi, sabun cuci piring, sabun cuci pakaian)

atau deterjen Stopwatch Gelas ukur 250 ml Termometer Kertas lakmus, pH Universal

Merancang Langkah-langkah EksperimenRancanglah prosedur eksperimen untuk menguji hipotesismu. Gunakan gambar di atas untuk memandu Anda dalam menyusun prosedur tersebut dengan menggunakan berbagai alat dan bahan yang sudah disediakan. …………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………..

316

Page 25: BAB v. Pembelajaran Tematik

……………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………

Melakukan EksperimenSetelah rancangan prosedur disusun, laksanakan eksperimennya. Simpanlah perangkat eksperimen ditempat yang aman.

Perhatian :Jangan lupa mencuci tangan setelah mengambil ikan atau deterjen dan meletakkan ikan dalam toples!

Hasil PenyelidikanTuliskan hasil pengamatanmu (data) dan organisasikan dalam suatu tabel.

Analisis1. Mengamati dan inferensi. Apakah perilaku ikan berbeda antara

perlakuan (jenis-jenis deterjen ) itu? Bila ya, bagaimana ? ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………...

Kesimpulan2. Menyimpulkan. Sebutkan faktor tak hidup yang diuji dalam

eksperimen ini. Sebutkan faktor hidup yang dipengaruhi ? …………………………………………..…………………………………………………………………………………...

3. Inferensi. Apakah semua ikan merespon terhadap perbedaan pH dengan cara yang sama ? Bagaimana Kamu mencari tahu ?Adakah upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran tersebut?Bagaimana caranya? ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Berpikir Kritis4. Bagaimanakah perilaku ikan jika di perairan tercemar oleh

limbah yang lain, misalnya minyak, pupuk, pestisida, dan lain-lain?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………PenguatanSetelah melakukan penyelidikan di atas, jawablah pertanyaan berikut.

317

Page 26: BAB v. Pembelajaran Tematik

5. Dengan menggunakan kalimatmu sendiri, tuliskan apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan.Pencemaran lingkungan adalah ………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6. Dengan memperhatikan hasil penyelidikan dan berbagai pustaka, tuliskan cara-cara untuk mengurangi pencemaran, khususnya pencemaran oleh limbah deterjen.Cara-cara mengurangi limbah deterjen di perairan ………………….………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………...........................

7. Tuliskan tiga ciri-ciri pencemaran! ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

8. Penyelidikan yang telah kamu lakukan termasuk jenis pencemaran yang mana? Mengapa termasuk jenis pencemaran tersebut? …………………………………….…………………………………

9. Tuliskan contoh lingkungan yang tercemar!……………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………..

Lampiran 6: Gambar Sungai tercemar limbah deterjen

318

Page 27: BAB v. Pembelajaran Tematik

319