25
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Tematik a. Pembelajaran Tematik Menurut Trianto (2011: 139) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Hal ini menjadikan pembelajaran tematik merupakan perpaduan antara beberapa mata pelajaran yang diberikan dalam satu pembelajaran. Maka, pembuatan modul pembelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah dasar (SD), yang dimana sekolah dasar (SD) menggunakan pembelajaran tematik. b. Landasan Pembelajaran Tematik Landasan pembelajaran tematik mencakup : 1) Landasan Filosofis Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu : Progresivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme. Aliran Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukkan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Maka, aliran progresivisme menjadikan siswa memberikan pengalaman yang nyata ataupun memberikan siswa suasana yang pernah dilakukan oleh siswa. Hal ini akan menimbulkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. a. Pembelajaran Tematik

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Tematik

a. Pembelajaran Tematik

Menurut Trianto (2011: 139) pembelajaran tematik adalah

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan

beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar

yang bermakna kepada peserta didik. Hal ini menjadikan pembelajaran

tematik merupakan perpaduan antara beberapa mata pelajaran yang

diberikan dalam satu pembelajaran. Maka, pembuatan modul pembelajaran

disesuaikan dengan kondisi sekolah dasar (SD), yang dimana sekolah

dasar (SD) menggunakan pembelajaran tematik.

b. Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan pembelajaran tematik mencakup :

1) Landasan Filosofis

Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran

filsafat yaitu : Progresivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme.

Aliran Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu

ditekankan pada pembentukkan kreativitas, pemberian sejumlah

kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan

pengalaman siswa. Maka, aliran progresivisme menjadikan siswa

memberikan pengalaman yang nyata ataupun memberikan siswa

suasana yang pernah dilakukan oleh siswa. Hal ini akan menimbulkan

11

semangat siswa dalam pembelajaran. Aliran Konstruktivisme melihat

pengalaman langsung siswa ( direct expriences ) sebagai kunci dalam

pembelajaran. Pada aliran ini guru memberikan siswa pengalaman

langsung ke siswa sehingga siswa tersebut akan membangun

pengetahuannya sendiri dari pengalaman yang pernah dialaminya.

Aliran Humanisme melihat dari siswa dari segi keunikan/kekhasannya,

potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Hal ini menjadikan guru

harus memperhatikan pemilihan materi, karena dari materilah akan

menimbulkan keunikan, potensi, dan motivasi dari siswa.

2) Landasan Psikologis

Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi

perkembangan siswa dan psikologi belajar. psikologi perkembangan

diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran

tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasannya dan

kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan siswa.

3) Landasan Yuridis

Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakatnya (pasa 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan

pemdidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Pembelajaran

12

tematik memberikan siswanya untuk mengembangkan kemampuannya

sendiri dengan menjadikan pembelajaran yang memaksimalkan

siswanya untuk mencari pengetahuannya sendiri dan gurunya sebagai

memberikan apa yang dibutuhkan oleh siswa.

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran

tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik memang ditentukan pada dasarnya

adalah berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator yang dimana

pembelajaran lebih dominan pada siswa daripada seorang guru. Hal

ini dapat memberikan siswanya dapat mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya dengan sendirinya.

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung

kepada siswa. Dalam hal ini siswa dihadapkan hal-hal yang konkrit

sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak. Guru harus dapat

memberikan bahan ajar, media dan alat peraga yang berbentuk nyata

ataupun konkrit , sehingga siswa dengan melihatnya saja dapat

memberikannya pengetahuan secara langsung.

3) Pemisah Mata Pelajaran tidak begitu Jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan mata pelajaran tidak

begitu jelas karena dalam pembelajaran tematik focusnya kepada

pembahasan tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan siswa.

13

pembelajaran tematik ini juga dapat memberikan pengetahuan

langsung dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan yang ada

disekitar siswa. guru juga diharapkan dapat mengembangkan bahan

ajar sesuai dengan sekitar sekolah agar siswa dapat memahami

pembelajaran dengan mudah.

4) Menyajikan Konsep dari berbagai Mata Pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa

mampu memahami konsep-konsep secara utuh. Pembelajaran tematik

ini juga mengaitkan keadaan ataupun kondisi sekitar sekolah.

5) Bersifat Fleksibel

Pembelajaran tematik fleksibel karena dapat mengaitkan satu

mata pelajaran ke mata pelajaran lain dan bahkan dapat mengaitkan

pembelajaran dengan kehidupan siswa ataupun keadaan lingkungan

siswa berada. Pembelajaran tematik ini dilakukan dengan memadukan

dari tiga atau dua mata pembelajaran yang sesuai dengan tema yang

akan diberikan oleh siswa.

6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

14

2. Kompetensi inti, Kompetensi dasar, dan Materi

a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

2.1 Kompetensi Inti Kelas V

Kompetensi Inti kelas V Sekolah Dasar

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, percaya diri, peduli, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru tetangga, dan negara.

3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat

dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu

tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang

dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

4. Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,

kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam

karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang

mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Sumber : kemendikbud (2017)

Tabel 2.2 Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar Indikator

PPKn

1.3 Mensyukuri keragaman sosial

masyarakat sebagai anugerah Tuhan

Yang Maha Esa dalam konteks

Bhineka Tunggal Ika

2.3 Bersikap toleran dalam keragaman

sosial budaya masyarakat dalam

konteks Bhineka Tunggal Ika

3.3 Menelaah keragaman sosial budaya

masyarakat

4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang

mendukung keragaman sosial budaya

masyarakat

IPS

3.3 Menganalisis peran ekonomi dalam

upaya menyejahterakan kehidupan

masyarakat di bidang sosial dan

budaya untuk memperkuat kesatuan

dan persatuan bangsa Indonesia serta

hubungannya dengan karakteristik

ruang

4.3 Menyajikan hasil analisis tentang peran

ekonomi dalam upaya

menyejahterakan kehidupan

menyejahterakan kehidupan

masyarakat di bidang sosial dan

budaya untuk memperkuat kesatuan

dan persatuan bangsa

3.3.1 Mengidentifikasi keberagaman sosial

budaya

3.3.2 Menggali informasi kebudayaan

Baturunan Manurun Parau di Berau

4.3.1 Mendiskusikan kegiatan yang

mendukung kebudayaan Baturunan

Manurun Parau di Berau

4.3.2 Menyampaikan hasil diskusi

Kegiatan yang mendukung

kebudayaan Baturunan Manurun

Parau di Berau

3.3.1 Menelaah peran ekonomi yang dapat

dikelola sendiri

3.3.2 Mencirikan peran ekonomi yang

dapat kelola sendiri

4.3.1 Mendiskusikan usaha-usaha ekonomi

yang dapat dikelola sendiri

4.3.2 Menyampaikan hasil diskusi usaha

ekonomi yang dapat dikelola sendiri

15

Lanjutan Tabel 2.2

Bahasa Indonesia

3.8 Menguraikan urutan peristiwa atau

tindakan yang terdapat pada teks

nonfiksi

4.8 Menyajikan kembali peristiwa atau

tindakan dengan memperhatikan latar

cerita yang terdapat pada teks fiksi

Oleh Peneliti dan Kemendikbud (2017)

3.8.1 Menjelaskan teks non fiksi

3.8.2 Mengklasifikasi urutan peristiwa atau

tindakan yang ada di teks non fiksi

4.8.1 Menuliskan informasi peristiwa atau

tindakan yang ada pada teks non fiksi

4.8.2 Menyampaikan informasi peristiwa

atau tindakan yang ada pada teks non

fiksi

16

b. Materi

Tahukah kamu bagaimana peran dan pengaruh ekonomi di masyarakat ?

Ekonomi dalam masyarakat memegang peranan yang sangat penting. Apabila

peran ekonomi suatu negara bagus, maka akan terciptanya suatu kesejahteraan

yang baik pula bagi masyarakat setempat dan tidak ada ketimpangan yang sangat

tinggi dimasing-masing masyarakat. Sebaliknya kalau peran ekonomi

dimasyarakat tidak mempunyai peran sama sekali maka akan terjadi ketimpangan

yang sangat jauh dalam kehidupan dimasyarakat, misalnya dari segi

pengangguran, keamanan. Dalam peran ekonomi pasti akan terjadi kegiatan

ekonomi . kegiatan ekonomi ini merupakan kegiatan jual beli terhadap penjual

dengan si pembeli untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari si pembeli.Ada

pun ciri ciri dari kegiatan ekonomi yang dimana dijelaskan sebagai berikut.

1. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan. Pihak yang melakukan produksi dinamakan produsen.

Sehingga dari hasil produksi ini akan menghasilkan sebuah produk. Produk

dapat berupa barang dan jasa. Misalnya petani yang menanam padi dan sayur,

dapat disebut produsen. Pabrik tempe, pabrik sepatu, pabrik elektronik, juga

dapat dikatakan sebagai kegiatan produksi. Kegiatan produksi juga meliputi

kegiatan di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan,

dan industri (pabrik). Berikut adalah ciri-ciri kegiatan produksi :

a. Kegiatan produksi menghasilkan barang atau jasa

17

b. Kegiatan untuk membuat barang yang akan diproduksi, dan

c. Meningkatkan nilai guna barang dan jasa

Gambar 2.1 Kegiatan Produksi

2. Kegiatan Konsumsi

Kegiatan konsumi adalah kegiatan menghabiskan atau menggunakan hasil

produksi. Kegiatan ekonomi ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papan. Jadi, konsumsi mencakup setiap kegiatan yang

bertujuan untuk mengurangi atau menghabiskan fungsi ekonomi suatu barang.

Orang yang melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen. Kegiatan

konsumsi dapat dikelompokkan menjadi 2 pola penggunaan, yaitu sebagai

berikut.

a. Pola penggunaan langsung

Pola penggunaan langsung merupakan barang yang langsung dapat

digunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan seperti makanan dan

minuman.

b. Pola penggunaan tidak langsung

18

Pola penggunaan tidak langsung merupakan barang yang dibeli dan

tidak digunakan secara langsung tetapi dapat memberikan manfaat

untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya, kita membeli kompor bukan

untuk dimakan, tetapi digunakan untuk memasak makanan. Jadi,

kebutuhan sebenarnya adalah makanan. Contoh lainnya adalah jika kita

membeli kulkas adalah bukan untuk dipakai langsung ke tubuh kita,

tetapi digunakan untuk menyimpan makanan yang kita beli tadi.

Gambar 2.2 Kegiatan Konsumsi

3. Kegiatan Distribusi

Tidak semua barang bisa didapat konsumen secara langsung dari produsen.

Biasanya para produsen hanya memproduksi. Kemudian mereka menyetorkan

barang hasil produksinya ke agen, penyalur, swalayan, toko, atau warung-

warung. Kegiatan inilah yang dinamakan distribusi. Jadi bisa dikatakan bahwa

kegiatan distribusi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyalurkan barang

dari produsen ke konsumen. Distribusi barang dari produsen ke tangan

konsumen dilakukan dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut.

a. Distribusi langsung

19

Hasil produksi langsung disalurkan oleh produsen kepada konsumen

tanpa menggunakan perantara. Misalnya, penjual mie ayam menjual

langsung mie ayamnya kepada konsumen dengan cara berkeliling.

b. Distribusi tidak langsung

Hasil produksi disalurkan dengan menggunakan perantara yang dimana

produsen menyalurkan hasil produksinya terlebih dahulu kepada

penyalur, lalu penyalur mencari konsumen sehingga diteruskan oleh

konsumen. Penyalur disebut juga distributor. Pihak yang bisa menjadi

distributor adalah agen, pedagang besar, dan pedagang eceran.

Gambar 2.3 Kegiatan Produksi

Seperti itulah seputaran tentang peran ekonomi yang sangat penting bagi

negara. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah ada usaha-usaha kecil yang

dapat dikelola sendiri atau bisakah kita yang menjadi distribusinya ?

Kita telah mempelajari peran dan kegiatan ekonomi sekarang kita akan

mempelajari usaha-usaha yang dapat dikelola sendiri.

20

Dikabupaten Berau memiliki usaha-usaha kecil yang dapat dikelola

sendiri. Kabupaten berau memiliki banyak sekali sumber daya alam yang dapat

memenuhi kebutuhan manusia. Dari perkebunan hingga ke penambangan batu

bara. Dilihat dari halaman dinas perkebunan yang ada di Berau, bahwa

pengelolaan perkebunan banyak sekali peningkatan. Hal ini menandakan bahwa di

Berau memiliki peran ekonomi yang mensejahterahkan masyarakatnya. Contoh

usaha ekonomi perorangan sebagai berikut.

A. Usaha Perkebunan

Gambar 2.4 Perkebunan Kelapa sawit

Perkebunan kelapa sawit ini bisa dikatakan usaha yang dikelola

sendiri. Di kabupaten Berau menjadi salah satu daerah sentra

perkembangan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit yang

digarap oleh masyarakat juga terus tumbuh di Bumi Batiwakkal (Berau).

Usaha ini memiliki modal yang terbatas karena masih banyak petani

kelapa sawit yang menjual hasil produksi kebunnya ke pabrik kelapa sawit

21

yang juga merupakan pemiliki kebun inti atau kebun sendiri sedangkan

petani mandiri yang terpaksa harus membawa hasil produksi kebunnya ke

pabrik yang berada di luar dari kecamatannya, bahkan harus keluar daerah

lain.

B. Usaha Perdagangan

Gambar 2.5 Toko Oleh-oleh Khas Berau

Usaha perdagangan merupakan usaha yang akan memenuhi

kebutuhan ekonomi bagi penjual. Seperti pedagang kaki lima yang ada

di Tepian Teratai ada berbagai pedagang bakso, pentol, pempek, toko

penjualan oleh-oleh khas berau, dan lain-lain

C. Usaha Jasa

Gambar 2.6 Pembuatan Batik Rutun Khas Berau

22

Usaha jasa yang ada di Berau kebanyakan sama dengan daerah

lain, secara umum banyak usaha jasa yang dikelola contohnya.bengkel,

fotokopi, konter pembuatan makanan, pembuatan batik dan lain – lain.

D. Industri Kecil

Gambar 2.7 Pembuatan Amplang

Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan

pengolahan bahan baku dipabrik dan menghasilkan suatu barang yang

dapat dipasarkan atau di perjual belikan. Contohnya adalah pembuatan

batik daerah, pembuatan amplang dan sebagainya.

Setelah belajar dari kegiatan ekonomi, dengan adanya batik khas Berau

sedikit disinggung. Maka kita akan mempelajar budaya-budaya yang ada di Berau

sesuai dengan yang ada di teks non fiksi. Tapi, sebelum ke budaya-budaya yang

ada di Berau. kita akan mempelajari terlebih dahulu kita akan mempelajari teks

non fiksi.

Teks nonfiksi ialah sebuah karangan atau tulisan yang bersifat informatif,

penulisnya mempunyai tanggung jawab atas kebenaran dari peristiwa, orang,

23

dan/atau informasi yang disampaikannya. Teks Non-fiksi adalah teks yang

menceritakan kejadian yang sudah terjadi pada penulis dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenaran dari teks tersebut.contohnya seperti Penerbitan

akademik, Surat,Buku harian Biografi,dan Biograf. Teks Non-fiksi juga dapat

disajikan baik secara obyektif maupun subyektif. Teks Non fiksi dibagi menjadi 2,

yaitu :

a. Nonfiksi Murni : buku yang berisi pengembangan berdasarkan data –

data yang benar-benar ada dan dapat dipercaya

b. Nonfiksi Kreatif : berawal dari data yang benar-benar sudah terjadi dan

dapat dipercaya kemudian dikembangkan melalui imajinasi yang pada

akhirnya akan menjadi sebuah novel dan puisi

Gambar 2.8 Novel

Oleh sebab itu, teks non fiksi merupakan teks yang sumbernya jelas dan

dapat dipercaya. Sehingga, memudahkan pembacanya tertarik dan bisa dijadikan

sebuah acuan dalam membuat novel atau sebagainya. Tetapi tidak hanya dengan

mendapat data yang terpercaya tetapi juga harus mengerti alur peristiwa dalam

24

teks. Alur peristiwa yang ada di teks non fiksi kurang lebih sama dengan buku

cerita pada umumnya. Alur tersebut menjadi 6 bagian yaitu:

1. Tahap pengenalan (Eksposition atau Orientasi)

Tahap dimana penulis menceritakan pengantar atau pengenalan situasi

cerita. Dibagian ini juga dikenalkannya semua tokoh-tokoh, suasana dan waktu

serta dikenalkannya pokok permasalahan

2. Tahap pemunculan konflik (Rising action)

Ditahap ini mulailah tahap mulainya masalah utama akan terjadi yang

diatasi oleh tokoh protagonis.

3. Tahap konflik memuncak (Turning point atau Klimaks)

Tahap ini terjadi permasalahan yang memuncak sehingga membawa

pembaca ikut terbawa emosinya ketika membaca bagian ini.

4. Tahap konflik menurun (Antiklimaks)

Tahap ini dimana masalah mulai mereda dan teratasi karena adanya

penyelesaian dari tokoh-tokoh yang memiliki peran terhadap masalah

5. Tahap penyelesaian (Resolution)

Ditahap ini merupakan tahap dimana penyelesaian terhadap cerita. Akhir

dari sebuah cerita bisa menjadi bahagia, sedih, ataupun memiliki sambungan

untuk cerita selanjutanya.

Bagaimana teman-teman belajar tentang teks non fiksi ? sekarang kita

akan mempelajari budaya dari kabupaten Berau yang dimana menceritakan

budaya yang bernama “Baturunan Manurunkan Parau”. Baturunan manurunkan

Parau ini adalah sebuah budaya yang dijadikan sebuah ajang perlombaan yang

dimaksud untuk mempererat antar suku-suku yang tingga di Berau. nah, dibawah

25

ini tidak terlepas dari teks non fiksi yang dimana teks dibawah ini memiliki

sumber terpecaya dan benar-benar terjadi. Sekarang ayo kita membaca teks

berikut dengan seksama.

KEBUDAYAAN BATURUNAN MANURUNKAN PARAU

DIKABUPATEN BERAU

Kabupaten Berau adalah salah satu kabupaten yang ada di Kalimantan

Timur. Kabupaten Berau memanglah tidak terkenal seperti wisatanya seperti

Derawan. Derawan adalah salah satu dari sekian banyak wisata yang ada di

Berau. Selain itu, Berau juga memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Seperti

budaya yang sering dilihat adalah budaya orang Berau sendiri yaitu Baturunan

Manurunkan Parau. Baturunan Manurunkan Parau ini merupakan menurunkan

perahu lomba, yang ada di samping keraton gunung tabur yang ditepung tawari

oleh Putri keraton dan dibacakan doa oleh sesepuh agama Gunung Tabur.

Kemudian, perahu yang beratnya lebih 300 kilo gram itu, diangkat beramai-

ramai dengan satu orang, untuk kemudian diturunkan ke Sungai Segah. Perahu

kayu dengan kelir kuning ini memiliki panjang 19 meter. Kapasitas perahu itu,

mampu memuat 30 laki-laki dewasa. Ujung depan perahu berbentuk ukiran

kepala naga tengah menganga. Sementara batang lehernya tertulis Naga Sekuin,

dimana dalam bahasa Banua (Berau) berarti naga kepala dua. Buritan perahu

berbentuk ekor yang diukir bulat pendek.

26

Gambar 2.9 Kebudayaan Baturunan Manurunkan Parau

Baturunan sejatinya memiliki arti serupa gotong royong antar penduduk yang

saling membantu, apabila ada salah satu warga ada yang belum selesai menuai

padi. Begitu pula bila ada warga yang selesai membuat perahu. Ketika perahu

hendak diturunkan ke sungai, para tetangga diundang dan kerabat diajak makan

bersama lalu dilanjutkan dengan mendorong perahu beramai-ramai sampai ke

sungai. Baturunan bisa pula diartikan sebagai silaturahmi, pertemanan,

persahabatan, keamanan, kekerabatan, kerja sama, kekompakan, satu tujuan,

menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat Berau.

3. Modul Pembelajaran

Menurut (Anwar, 2010) bahwa Modul pembelajaran adalah bahan ajar

yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi,

metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan. Sehingga menurut peneliti, Modul

pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis berupa buku

pelajaran yang membantu siswa untuk memahamkan pembelajaran yang akan

dilakukan didalam kelas dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

27

dibuat oleh guru. Modul yang baik tidak hanya menarik tetapi harus bisa

merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap ilmu yang dipelajari

(sudarno,2015). Hal ini menjadi acuan dalam pengembangan modul

pembelajaran pada penelitian ini. Berkenaan dengan modul pembelajaran

akan terasa sama jika hanya mengembangkan dari buku tema lalu dibuat ke

modul. Maka peneliti disini mengembangkan modul digital yang berbasis

kearifan lokal dan akan memudah bagi siswa untuk memahami pembelajaran,

karena siswa akan mempelajari daerah tempat tinggalnya.

a. Karakteristik Modul

Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran

sebagai berikut

1) Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak

tergantung pada pihak lain.

2) Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit

kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.

3) Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada

media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media

lain.

4) Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi

terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5) User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab

bersahabat/akrab dengan pemakainya.

6) Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak

28

b. Komponen-komponen Modul Pembelajaran

Menurut Mustaji (2008: 30-32) komponen-komponen modul

pembelajaran dibagi menjadi tujuh yaitu sebagai berikut.

1) Perumusan tujuan instruksional yang eksplisit dan spesifik, tujuan

tersebut dirumuskan dari komptensi dasar agar mendapat

pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dari siswa setelah

mempelajari modul,

2) Petunjuk guru. Petunjuk guru ini memberikan penjelasan kepada

guru agar mengajarkannya dengan mudah dan dapat menjelaskan

kepada siswa cara penggunaan modul pembelajaran .

3) Lembar Kegiatan Siswa. Modul pembelajaran berisi materi-materi

pelajaran yang memiliki nilai kearifan lokal yang harus dikenalkan

kepada siswa dan memudahkan siswa juga dalam mendalami materi.

4) Lembar Kerja Siswa (LKS). Berisikan tentang pertanyaan-

pertanyaan yang ada dilembar kegiatan siswa yang dimana

mencakup kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa,

5) Kunci lembar kerja. Berisikan jawaban-jawaban yang dari lembar

kerja siswa dan siswa dapat melakukan penilaian sendiri terhadap

apa yang telah dikerjakannya.

6) Lembar evaluasi. Berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur

tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.

7) Kunci lembar evaluasi. Berisikan pertanyaan-pertanyaan yang ada

dilembar evaluasi.

29

4. Kearifan Lokal

Kearifan lokal menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 yaitu

Memberikan pengertian tentang kearifan lokal, yaitu nilai-nilai luhur yang

berlaku dalam tata kehidupan masyarakat antara lain untuk melindungi

dan mengolah lingkungan hidup secara lestari. Maka sebagai guru,

haruslah mengenalkan budaya di setiap daerah yang ada di indonesia.

terutama di daerahnya masing-masing, selain dapat mengetahui juga bisa

melestarikan. Untuk itu peneliti akan mengembangkan modul digital yang

berbasis kearifan lokal yang dimana akan mengarah pada kearifan lokal

daerah Kab.Berau.Adapun ciri-ciri kearifan lokal sebagai berikut:

a. Mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.

b. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke

dalam budaya asli.

c. Sanggup memberi petunjuk pada perkembangan

5. Kearifan Lokal Kabupaten Berau Indikator Pengembang

Kearifan lokal kabupaten Berau adalah sebagai bahan

pengembangan modul yang berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal

kabupaten Berau memiliki banyak sekali budaya-budaya yang perlu

diajarkan pada generasi selanjutnya yang nantinya akan memiliki

pengaruh dalam menjaga dan melestarikan budaya-budaya yang ada di

Kabupaten Berau. Kearifan lokal yang dimiliki oleh Berau antara lain

makanan khas, tradisi ada istiadat, rumah adat, pariwisatanya dan lain-lain.

Sehingga, untuk itu bahwa modul kearifan lokal ini dapat membantu guru

untuk dapat mengenalkan budaya-budaya yang ada disekitar sekolah agar

30

siswa dapat menjadikan hal ini menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga

atau melestarikan kebudayaan yang ada di Kabupaten Berau.

Impelementasi kearifan lokal dalam lingkup persekolahan tidak terlepas

dari aspek kurikulum sekolah, pembelajaran, Iklim/budaya sekolah,

kepemimpinan dan manajemen sekolah dan hubungan sinergis dengan

masyarakat (Wagiran, 2011). Hal ini menjelaskan bahwa dalam sekolah

guru memiliki kebebasan dalam mengembangkan produk yang dimana

memiliki lingkup kearifan lokal yang tentunya dibatasi oleh Kompetensi

dasar. Seperti halnya dijelaskan di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dengan standar isi tahun 2006, memberikan keleluasaan dimasing-

masing satuan pendidikan atau sekolah untuk mengembangkan kurikulum

sesuai dengan kondisi lingkungan, karakteristik siswa dan sekolah.

sehingga secara tidak langsung guru memiliki peran yang sangat penting

dalam pembelajaran yang dapa mengembangkan produk atau media

maupun bahan ajar sesuai dengan kondisi yang ada disekitar sekolah.

31

Tabel 2.3 Indikator pengembangan Modul Berbasis Kearifan Lokal Kab. Berau

Kompetensi Dasar Tahapan Kegiatan Pembelajaran

IPS

3.3 Menganalisis peran

ekonomi dalam upaya

menyejahterakan

kehidupan masyarakat di

bidang sosial dan budaya

untuk memperkuat

kesatuan dan persatuan

bangsa Indonesia serta

hubungannya dengan

karakteristik ruang

4.3 Menyajikan hasil analisis

tentang peran ekonomi

dalam upaya

menyejahterakan

kehidupan masyarakat di

bidang sosial dan budaya

untuk memperkuat

kesatuan dan persatuan

bangsa

Indikator

3.3.1 Menelaah peran

ekonomi yang dapat

dikelola sendiri

3.3.2 Mencirikan peran

ekonomi yang dapat

dikelola sendiri

4.3.1 Mendiskusikan usaha-

usaha ekonomi yang

dikelola sendiri disekitar

rumah

4.3.2 Menyampaikan hasil

diskusi usaha ekonomi

yang dapat dikelola

sendiri

PPKn

1.3 Mensyukuri keragaman

sosial masyarakat sebagai

anugerah Tuhan Yang

Maha Esa dalam konteks

Bhineka Tunggal Ika

2.3 Bersikap toleran dalam

keragaman sosial budaya

masyarakat dalam konteks

Bhineka Tunggal Ika

3.3 Menelaah keragaman

sosial budaya masyarakat

4.3 Menyelenggarakan

kegiatan yang mendukung

keragamann sosial budaya

masyarakat

Guru menanyakan tentang

perkerjaan yang ada disekitar

sekolah

Guru memberikan modul

pembelajaran

Guru memberitahukan untuk

membaca terlebih dahulu

tentang peran ekonomi yang

ada di Berau

Guru menjelaskan perkerjaan

apa saja yang dapat

mensejahterahkan kehidupan

masyarakat

Guru Menanyakan peran

ekonomi yang ada diberau

Guru megidentifikasi tentang

usaha ekonomi yang dikelola

sendiri

Guru memberitahukan siswa

untuk mencari jenisjenis

usaha ekonomi yang dikelola

sendiri yang ada disekitar

rumah

Guru memberitahukan siswa

untuk menyampaikan hasil

dari mencari jenis-jenis usaha

ekonomi yang dikelola

sendiri disekitar rumah

Guru Menjelaskan tentang

keberagaman sosial

Guru mencontohkan kegiatan

keberagaman sosial

baturunan manurunkan parau

Guru memberitahukan untuk

berdiskusi dengan orang yang

ada dirumahnya

Guru memberitahukan untuk

menyampaikan hasil dari

diskusi

Siswa menjawab yang

ditanyakan oleh guru

Siswa membuka halaman

yang diberitahukan oleh guru

Siswa membacanya sesuai

dengan pemberitahuan guru

Siswa mendengarkan

penjelasan guru

Siswa menjawab pertanyaan

guru

Siswa mengamati guru

Siswa mencari jenis-jenis

usaha ekonomi yang dikelola

sendiri di sekitar rumah

Siswa menyampaikannya

hasil dari mencari jenisjenis

usaha ekonomi yang dikelola

sendiri disekitar rumah

Siswa mendengarkan

penjelasan guru

Siswa memperhatikan guru

Siswa melakukan diskusi

dengan orang yang ada

dirumahnya

Siswa menyampaikan hasil

diskusi yang dilakukannya

dengan orang yang ada

dirumah

32

Lanjutan tabel 2.3

Indikator

3.3.1 Mengidentifikasi

keberagaman sosial

budaya

3.3.2 Menggali informasi

keberagaman

kebudayaan Baturunan

Manurun Parau di Berau

4.3.1 Mendiskusikan

Kegiatan yang

mendukung

kebudayaan Baturunan

Manurun Parau di Berau

4.3.2 Menyampaikan hasil

diskusi Kegiatan yang

mendukung

kebudayaan Baturunan

Manurun Parau di Berau

Bahasa Indonesia

3.8 Menguraikan urutan

peristiwa atau tindakan

yang terdapat pada teks

nonfiksi

4.8 Menyajikan kembali

peristiwa atau tindakan

dengan memperhatikan

latar cerita yang terdapat

pada teks fiksi

Indikator

3.8.1 Menjelaskan teks non

fiksi

3.8.2 Mengklasifikasi urutan

peristiwa atau tindakan

yang ada diteks non

fiksi

4.8.1 Menuliskan informasi

peristiwa atau tindakan

yang ada pada teks non

fiksi

4.8.2 Menyampaikan

informasi peristiwa atau

tindakan yang ada pada

teks non fiksi

Guru menjelaskan teks non

fiksi

Guru mencontohkan teks non

fiksi dengan menunjukkan

teks baturunan manurunkan

parau

Guru memberitahukan untuk

mencari informasi penting

yang terdapat dalam teks

baturunan manurunkan parau

Guru memberitahukan untuk

menyampaikan informasi

yang didapat dalam teks non

fiksi yaitu baturunan

manurunkan parau

Siswa mendengar penjelasan

guru

Siswa memperhatikan guru

Siswa mencari informasi

penting yang terdapat dalam

teks baturunan manurunkan

parau

Siswa menyampaikan hasil

penemuannya

33

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Tabel 2.4 Penelitian Relevan

No Peneliti Persamaan Perbedaan Keunggulan

1. Tyas Deviana (2018)

yang berjudul “

Analisis Kebutuhan

Pengembangan Modul

Pembelajaran Berbasis

Kearifan lokal

Kabupaten

TulungAgung untuk

Kelas V SD Tema

Bangga Sebagai

Bangsa Indonesia”

- Dilakukan di kelas 5

Sekolahh dasar

- Membahas kearifan

lokal

- Bentuk Modul

Pembelajaran

- Penelitian Analisis

- Metode Penelitian

Menggunakan

Pendekatan

Kualitatif

- Membahas

Beberapa sekolah

yang ada di

tulungagung

Penelitian ini

memiliki

keungulan

karena didaerah

Berau, saat

pembelajaran

tematik masih

belum

menggunakan

modul yang

berbasis kearifan

lokal 2. Dek Ngurah Laba

Laksana Putu Agus

Wawan Kurniawan,

Irama Niftalia (2016)

yang berjudul

“Pengembangan Bahan

Ajar Tematik Sd Kelas

Iv Berbasis Kearifan

Lokal Masyarakat

Ngada”.

- Isinya Membahas

kearifan lokal

- Bentuk Modul

Pembelajaran

- Penelitian

Pengembangan

- Menggunakan

Metode model

ADDIE

- Perbedaan Tempat

kearifan lokal

3. Kaeimatus Saidah dan

Rian Dawariswara

(2019) yang berjudul

Pengembangan bahan

ajar materi dongeng

berbasis kearifan lokal

jawa timur bagi siswa

kelas III SD

- Isinya membahas

kearifan lokal

- Bentuk bahan ajar

pembelajaran

- Menggunakan

metode model

Borg & Gall

(1997)

- Perbedaan Tempat

kearifan Lokal

4. Hesti Yuni Ayu

Lestari, Riyadi, Siti

Kamsiyati, Vita

Purnama sari (2001)

yang berjudul

Pengembangan Bahan

Ajar Berbasis Muatan

Lokal Keanekaragaman

Motif Ngawi sebagai

Sumber Belajar di

Kelas V Sekolah dasar

- Membahas tentang

Kearifan Lokal

- Menghasilkan

bahan ajar

- Menggunakan

Metode Model

Reseach and

Development

- Membahas tentang

batik

34

C. Kerangka Berpikir

Kondisi Ideal :

Modul pembelajaran adalah

bahan ajar yang disusun

secara sistematis dan menarik

yang mencakup isi materi,

metode dan evaluasi yang

dapat digunakan secara

mandiri untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan.

Menurut (Anwar, 2010)

Kondisi lapangan

Belum adanya bahan ajar

yang mengajarkan budaya

sekitar sekolahan

Keterbatasan bahan ajar dan kondisi dalam

melakukan pembelajaran di kelas 1 Sekolah

Dasar Negeri 001 Tanjung Redeb

Pengembangan Modul Digital Berbasis

Kearifan Lokal Kabupaten Berau Kelas 1

Sekolah Dasar

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara, Angket,

Dokumentasi, Observasi

Teknik Analisis Data

Kualitatif Kuantitatif

Hasil yang diharapkan adalah produk modul

pembelajaran digital berbasis Kearifan Lokal