Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pembelajaran Tematik
1. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberikan
pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Sedangkan menurut Kemendikbut
(2013:197) mendefinisikan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu
usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema untuk
memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Tema merupakan alat
atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada peserta didik secara
utuh. Selain itu tema diberikan dengan maksud untuk menyatukan isi kurikulum
dalam satu kesatuan yang utuh dan membuat pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
peserta didik.
Menurut Trianto (2011:154) pembelajaran tematik adalah suatu model
pembelajaran yang mengaitkan materi pelajaran dari beberapa mata pelajaran,
beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi satu kesatuan yang
utuh. Sedangkan menurut Majid (2014:80) mendefinisikan pembelajaran tematik
yaitu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
dengan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang
bermakna bagi peserta didik.
11
Jadi pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan
tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik dikatakan
bermakna apabila peserta didik dapat memahami konsep-konsep yang telah
mereka pelajari melalui pengalaman secara langsung dan menghubungkan dengan
konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
2. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan yang digunakan sebagai dasar untuk penyelenggaraan
pendidikan supaya pelaksanaan pembelajaran tematik tepat pada sasaran, maka
menurut Majid (2014:97-88) ada 3 landasan pembelajaran tematik, adapun 3
landasan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis ini pembelajaran tematik dipengaruhi oleh 3 aliran
filsafat antara lain yaitu, aliran progresivisme, aliran konstruktivisme, dan aliran
humanisme. Aliran progresivisme yaitu memandang proses pembelajaran sebagai
suatu pembentukan kreativitas, suasana belajar yang alami dan memperhatikan
pengalaman peserta didik. Aliran Konstruktivisme yaitu mamandang bahwa
pengalaman langsung sebagai kunci dalam proses pembelajaran dan pengetahuan
sebagai hasil konstruksi manusia, sedangkan aliran humanisme yaitu memandang
peserta didik dari segi keunikan, potensi dan motivasi yang dimilikinya.
b. Landasan Psikologis
Landasan psikologis perkembangan diperlukan karena untuk menentukan
isi atau materi pembelajaran tematik supaya tingkat keluasaan dan kedalaman
sesuai dengan perkembangan peserta didik.
12
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pembelajaran tematik berkaitan dengan kebijakan atau
peraturan tertulis pada UU No.23 Tahun 2002 yaitu tentang perlindungan anak
yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasan sesuai
dengan minat dan bakatnya.
3. Fungsi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik perlu dilakukan pada tingkat sekolah dasar, karena
mengingat pembelajaran tematik tersebut merupakan salah satu model
pembelajaran yang memiliki fungsi penting untuk membangun kompetensi
peserta didik. Menurut Trianto (2011:156-157) fungsi dari pembelajaran tematik
adalah lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik pada proses belajar
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan memperoleh
pengalaman secara langsung dan terlatih untuk menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan (learning by doing). Oleh sebab itu pendidik perlu mengemas
dan merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan
belajar bagi peserta didik. Selain itu dengan adanya penerapan pada pembelajaran
tematik di sekolah dasar, maka akan sangat membantu peserta didik karena sesuai
dengan tahap perkembangan peserta didik yang masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik).
13
4. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik tentunya tidak lepas dari tujuan yang
ingin dicapai. Adapun tujuan pembelajaran tematik menurut S.B Mamat (2005:7-
11) adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran tematik mengharuskan perubahan paradigma pembelajaran lama
yang keliru (berpusat kepada guru).
b. Pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan dan
kecenderungan anak usia dini (rentang 0-8 tahun) yaitu mereka yang pada
umumnya masih memahami suatu konsep secara menyeluruh (holistic) dan
dalam hubungan yang sederhana.
c. Pembelajaran tematik memungkinkan penggabungan berbagai perspektif dan
kajian interdisipliner dalam memahami suatu tema tertentu.
d. Pembelajaran tematik mendorong peserta didik memahami wacana aktual dan
konstekstual.
e. Pembelajaran tematik menuntut penerapan metodelogi pembelajaran yang
bervariasi.
5. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran, menurut Majid (2014:89)
pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik berperan sebagai subjek
belajar dan guru berperan sebagai fasilitator.
b. Memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik, sehingga
dalam memahami suatu hal, peserta didik diharapkan pada sesuatu yang nyata
atau konkret.
14
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran.
e. Bersifat fleksibel, yaitu guru dapat mengaitkan buku ajar dengan mata
pelajaran yang lainnya atau mengaitkan dengan kehidupan peserta didik
sehari-hari.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain, sehingga pembelajaran
berlangsung menyenangkan.
6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terpadu dalam penerapannya memiliki berbagai
kelebihan. Adapun kelebihan pada pembelajaran tematik menurut Depdiknas
adalah sebagai berikut ini :
a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik relevan dengan tingkat perkembangannya.
b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
c. Kegiatan belajar menjadi bermakna bagi peserta didik, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
d. Keterampilan berfikir peserta didik berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
e. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan peserta didik.
f. Keterampilan sosial peserta didik berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus.
Selain kelebihan yang dimiliki menurut Trianto (2011:152), pembelajaran
tematik juga memiliki keterbatasan atau kekurangan, terutama dalam
pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih
15
banyak menurut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi
dampak pembelajaran langsung saja.
B. Tema 3 (Peduli terhadap makhluk hidup) Subtema 2 (Keberagaman
makhluk hidup dilingkunganku) Kelas 4 Sekolah Dasar
Kata tema berasal dari bahasa Yunani “tithenai” yang artinya
“menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata tersebut mengalami
perubahan sehingga kata “tithenai” berubah menjadi kata “tema” (Majid,
2014:86). Sehingga tema merupakan alat atau wadah yang digunakan sebagai
pemersatu pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan (Permendikbud, 2014:240).
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tema
adalah suatu alat atau wadah yang digunakan sebagai pemersatu pembelajaran
untuk mengenal berbagai konsep yang secara utuh supaya mudah untuk dipahami
oleh peserta didik. Tema digunakan sebagai alat untuk menyatukan beberapa mata
pelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh untuk membuat pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
Pengembangan modul pop-up tema 3 subtema 2 kelas 4 sekolah dasar, ini
digunakan untuk menambah materi yang belum dipahami, menambah
pengetahuan, membantu peserta didik dalam mengerjakan tugas yang ada dibuku
siswa, dapat belajar dengan aktif, berfikir kritis dan dapat digunakan untuk belajar
secara individual. Modul pop-up tema 3 subtema 2 ini hanya akan mengkaji 1
pembelajaran saja yang artinya hanya dapat digunakan untuk 1 kali pertemuan
saja di dalam pembelajaran 1 terdiri dari mata pelajaran bahasa Indonesia, IPA
dan SBDP. Adapun kompetensi dasar (KD) yang terdapat pada tema 3 subtema 2
16
pembelajaran 1 kelas 4 sekolah dasar antara lain adalah sebagai berikut
(Permendikbut, 2014).
Tabel 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar Pembelajaran 1 Tema 3 Subtema 2
No. Mata Pelajaran Kompetensi Dasar
1.
2.
3.
Bahasa Indonesia IPA SBDP
3.3 Menggali informasi seorang tokoh melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan.
4.3 Melaporkan hasil wawancara dengan menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif dalam bentuk teks tertulis.
3.2 Mendiskripsikan daur hidup beberapa jenis makhluk hidup.
4.2 Menyajikan secara tertulis hasil pengamatan daur hidup beberapa jenis makhluk hidup.
3.1 Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan pengamatan.
4.2 Membuat karya seni kolase dengan berbagai bahan di lingkungan sekitar.
C. Kajian Tentang Modul
1. Pengertian Modul
Modul pembelajaran tematik adalah modul yang mengandung karakteristik
pembelajaran tematik, sehingga mampu mengoptimalkan pelaksanaan
pembelajaran tematik. Menurut Prastowo (2011:104) modul merupakan salah
satu bentuk bahan ajar yang berupa cetakan yang dirancang untuk kegiatan belajar
secara mandiri oleh peserta didik, karena modul dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan yang digunakan untuk belajar secara mandiri atau individual. Hal ini
peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran minimal
dari seorang pendidik secara langsung. Menurut Surahman (dalam
Prastowo,2011:105) mendefinisikan modul yaitu sebagai kesatuan bahan belajar
yang disajikan dalam bentuk “self-instruction”, artinya bahan belajar yang
17
disusun di dalam modul dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri dengan
bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain.
Berdasarkan beberapa pandangan tentang pengertian modul tersebut, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk
bahan ajar cetak yang dikemas secara sistematis, dan menarik sehingga mudah
untuk dipelajari secara individual atau mandiri.
2. Fungsi Modul
Penggunaan modul pada kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
upaya yang digunakan untuk melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Modul
lebih banyak digunakan oleh peserta didik ketika mereka berada di rumah masing-
masing, maka dari itu menurut Prastowo (2011:107-108) modul memiliki
berbagai fungsi, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Bahan ajar mandiri, maksudnya penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
belajar sendiri tanpa tergantung pada kehadiran pendidik.
b. Pengganti fungsi pendidik, maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus
mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah untuk
dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuannya, maka dari
itu modul bisa dikatakan sebagai pengganti fungsi atau peran fasilitator.
c. Alat evaluasi, maksudnya dengan menggunakan modul peserta didik dituntut
untuk mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaan materi yang telah
mereka pelajari.
18
d. Bahan rujukan bagi peserta didik, maksudnya modul tersebut mengandung
berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, oleh sebab itu modul
dikatakan sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
Berdasarkan dari beberapa fungsi modul seperti yang telah dijelaskan
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi modul secara keseluruhan
yaitu sebagai alat pembelajaran yang mandiri atau individual untuk peserta didik,
serta dapat mengukur tingkat penguasaan materi yang telah mereka pelajari.
3. Tujuan Modul
Tujuan modul akan memberikan gambaran mengenai sasaran yang ingin
dicapai melalui penggunaan modul dalam pembelajaran. Menurut Prastowo
(2011:108-109) menjelaskan ada enam hal yang menjadi tujuan dari penggunaan
modul dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri, tanpa bimbingan minimal dari
seorang pendidik.
b. Peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter pada kegiatan pembelajaran.
c. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi peserta didik.
d. Melatih kejujuran bagi peserta didik.
e. Mengakomodasikan berbagai tingkat dan kecepatan belajar bagi peserta didik,
sehingga peserta didik yang memiliki kecepatan belajarnya tinggi, maka dapat
lebih cepat untuk mengerjakannya, sebaliknya bagi peserta didik yang lambat
belajar, maka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali.
f. Peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah
mereka pelajari.
19
Berdasarkan uraian tentang tujuan modul tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa, tujuan dari penggunaan modul yaitu dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan pembelajaran secara tuntas
sesuai dengan kecepatan belajar mereka masing-masing.
4. Karakteristik Modul
Menurut Prastowo (2011:109-110) Modul pembelajaran merupakan salah
satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik secara mandiri atau
individual. Modul yang baik maka harus disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik, intelektual peserta didik serta disusun secara sistematis, menarik, jelas,
efektif dan efisien. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Untuk menghasilkan modul yang baik, maka
penyusunanya harus sesuai dengan kriteria. Adapun karakteristik modul adalah
sebagai berikut :
a. Self instructional, peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak yang lainnya.
b. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang
dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.
c. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab atau bersahabat
dengan pemakainya atau penggunanya.
f. Konsistensi, konsistensi dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
20
5. Unsur-Unsur Modul
Menurut Kemendikbut (dalam Prastowo, 2011:114-115) ada lima unsur
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan modul. Adapun lima unsur
tersebut yaitu akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Judul modul, berisi mengenai nama modul dari suatu kajian tertentu. Dalam pengembangan modul ini, bagian judul berisi mengenai tema dan subtema yang akan dipelajarinya.
b. Petunjuk umum, memuat tentang penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran yang terdiri dari Sembilan langkah umum yaitu (a) kompetensi dasar, (b) pokok bahasan, (c) indikator, (d) referensi, (e) strategi pembelajaran, (f) menjelaskan pendekatan,dan langkah, (g) lembar kegiatan pembelajaran, (h) petunjuk memahami langkah dan materi, (i) evaluasi.
c. Materi yang ada di dalam modul, menjelaskan mengenai rinci materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan.
d. Evaluasi, bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta didik sesuai materi yang telah diberikan.
e. Kunci lembar evaluasi, test dan rating scale yang tercantum dalam lembar evaluasi yang disusun oleh penulis modul dalam item test. Adapun item test tersebut disusun dan dijabarkan dari rumusan tujuan pada modul. Oleh sebab itu, dari hasil jawaban terdapat teks soal tersebut dapatlah diketahui tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul yang bersangkutan. Kunci jawaban dari lembaran evaluasi juga disusun oleh penulis modul.
Berdasarkan paparan tentang tujuan modul tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa modul memiliki struktur yang bervariasi. Atas pertimbangan
tersebut peneliti melakukan pengembangan modul sesuai dengan kebutuhan tanpa
mengurangi esensi dari modul itu sendiri.
6. Kelebihan dan Kekurangan Modul
Menurut Mbulu (2011:90) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan modul memiliki berbagai macam kelebihan dan kekurangan,
adapun kelebihan dan kekurangan modul yaitu sebagai berikut :
21
a. Kelebihan Modul
1) Bagi peserta didik yaitu untuk mengetahui taraf hasil belajar yang telah
dicapainya, peserta didik dapat termotivasi dalam pembelajaran karena tidak
ada rasa persaingan antar temannya setelah melakukan evaluasi, peserta didik
dapat mengukur kemampuannya sendiri.
2) Bagi pendidik yaitu mempunyai waktu yang lebih untuk memberikan bantuan
perhatian secara individual terhadap peserta didik. Pendidik juga memiliki
banyak waktu untuk memberikan pembelajaran tambahan terhadap peserta
didik apabila mereka kurang memahami materi yang ada pada modul tersebut.
b. Kekurangan Modul
1) Bagi peserta didik memerlukan kedisiplinan yang tinggi, sehingga artinya
mereka harus sanggup untuk mengatur waktu dan tanggung jawab pada saat
mengerjakan modul, pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama.
2) Kekurangan bagi pendidik yaitu apabila seorang pendidik di dalam
pembelajarannya menggunakan modul, maka hendak diberikan waktu untuk
mempelajari modul tersebut, hal tersebut dilakukan supaya pembelajarannya
berjalan dengan lancar.
D. Kajian Tentang Pop-Up
1. Pengertian Pop-Up
Peran bahan ajar di dunia pendidikan sangatlah penting. Adanya bahan
ajar akan membantu proses pembelajaran menjadi mudah bagi peserta didik dalam
memahami materi pembelajaran, selain itu juga dapat meningkatkan kualitas
mengajar guru yang akan berdampak pada kualitas hasil belajar serta motivasi
belajar bagi peserta didik. Media dibedakan menjadi dua bagian yaitu media dua
22
dimensi dan media tiga dimensi. Media tiga dimensi salah satunya yaitu berupa
pop-up.
Salah satu varian jenis buku yang sedang dibicarakan saat ini adalah
adanya buku berbentuk pop-up. Buku pop-up ini merupakan jenis buku yang di
dalamnya terdapat lipatan gambar yang dipotong dan muncul membentuk gambar
tiga dimensi ketika halamannya dibuka. Menurut seseorang professional dan
pengamat di bidang paper engineering, Ayu alit (2014), mendefinisikan pop-up
yaitu sebuah ilustrasi yang ketika halamannya dibuka, ditarik, atau diangkat, akan
timbul tingkatan, sehingga memiliki kesan berbentuk tiga dimensi. Menurut
Dzuanda (2011:1) pop-up book merupakan sebuah buku yang memiliki bagian
yang dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta mampu memberikan
visualisasi cerita yang menarik, mulai dari segi tampilan gambar yang dapat
bergerak ketika halamannya dibuka. Selain itu menurut pendapat Bluemel dan
Taylor (2012:22) menjelaskan pengertian pop-up adalah sebuah buku yang
menampilkan potensi untuk bergerak dan interaksinya melalui penggunaan kertas
lipatan, gulungan, bentuk roda dan putarannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pop-up, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pop-up merupakan buku yang mengandung unsur hiburan
melalui gambar ilustrasinya yang bisa dibentuk, bergerak, dan menimbulkan efek
timbul pada halaman kertasnya pada saat dibuka. Tampilan buku pop-up sangat
menarik karena memiliki kesan unsur tiga dimensi.
23
2. Jenis-jenis Teknik Pop-Up
Ada beberapa jenis-jenis teknik pop-up yang dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pembuatan pop-up. Menurut Dzuanda (2011:23) terdapat beberapa macam
teknik pembuatan pop-up antara lain sebagai berikut :
a. Transformation, yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari potongan-potongan
pop-up yang disusun secara vertikal.
b. Volvelles, yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran dalam
pembuatannya.
c. Peepshow, yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan kertas
yang disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi kedalaman
dan perspektif.
d. Pull-tabs, yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang ditarik dan didorong
untuk memperhatikan gerakan gambaran baru.
e. Carousel yaitu, teknik ini didukung dengan tali, pita atau kancing yang
apabila dibuka dan dilipat kembali berbentuk benda yang komplek.
f. Box and cylinder yaitu, gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak naik
dari tengah halaman ketika halaman dibuka.
3. Manfaat Pop-Up
Penggunaan media pop-up di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
dasar tentunya memiliki berbagai manfaat. Adapun manfaat pop-up untuk
pembelajaran menurut Dzuanda (2011:5-6) adalah sebagai berikut :
a. Mendekatkan anak dengan orang tua, karena pop-up merupakan kesempatan
kepada orang tua untuk mendampingi anak disaat menggunakannya.
b. Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan baik.
24
c. Mengembangkan kreatifitas anak.
d. Merangsang imajinasi anak.
e. Menambah pengetahuan serta memberi pengenalan bentuk pada benda.
f. Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pop-up dapat bermanfaat untuk
proses pembelajaran yaitu membantu guru dalam menyampaikan materi kepada
peserta didik, selain itu penggunaan pop-up ini juga dapat memudahkan peserta
didik dalam belajar.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pop-Up
a. Kelebihan Pop-Up
1) Memberikan visualisasi cerita yang menarik sehingga peserta didik tidak
mudah bosan dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
2) Dapat digunakan di dalam kelas maupun di luar kelas.
3) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, sehingga peserta didik tidak bosan
dan pendidik tidak kehabisan tenaga.
4) Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena tidak hanya
mendengar uraian pendidik tetapi juga aktivitas lain.
b. Kekurangan Pop-Up
1) Waktu mengajarnya cenderung lama.
2) Menuntut penelitian.
3) Biaya yang dikeluarkan lebih mahal dan lebih besar jika dibandingkan dengan
buku pada umumnya.
4) Terbatasnya keahlian dalam membuat media pembelajaran tersebut.
25
E. Karakteristis Peserta Didik Kelas 4 SD
Peserta didik memasuki usia sekolah dasar, yakni antara usia 6-12 tahun,
pada masa ini anak mengalami transisi yang ditandai dengan berakhirnya masa
kanak-kanak, yaitu suatu masa ketika anak tumbuh dan berkembang dalam semua
bidang dan mulai pada suatu fase perkembangan yang lebih perlahan-lahan.
Menurut Piaget dalam Rita Izzaty (2008:105) anak pada usia sekolah dasar
termasuk pada tahap operasional konkret. Pada usia tersebut anak mulai
menghilangkan sifat egoisentrisme yakni sudah mampu melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain, proses berfikir mengarah pada kejadian rill atau nyata, dapat
berfikir secara konkret dan tidak abstrak, serta mulai mengembangkan
kemampuan konversinya.
Pada usia tersebut anak akan berhubungan dengan proses pembelajaran
dalam suatu sistem pendidikan. Menurut teori Gestalt, pembelajaran harus
bermakna dan menekankan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak. Berdasarkan tahap perkembangan anak tersebut, maka
proses pembelajaran seharusnya sesuai dengan perkembangan peserta didik serta
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Program pembelajaran disusun secara fleksibel dan memperhatikan perbedaan
individual anak.
2. Pembelajaran disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas.
3. Melibatkan penggunaan berbagai media, bahan ajar dan sumber belajar
sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan
berbagai proses perkembangannya (Amin Budiamin, dkk, 2009:84)
26
Pada saat melakukan proses pembelajaran sebaiknya memperhatikan hal-
hal berikut :
1. Pembelajaran tidak harus berpusat pada pendidik, akan tetapi berpusat pada
peserta didik.
2. Materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta
didik.
3. Pendidik dan peserta didik harus sama-sama terlibat dalam proses
pembelajaran.
4. Urutan bahan dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama,
karena akan sulit dipahami oleh peserta didik jika urutannya locat-loncat.
5. Pendidik harus mampu memperhatikan tahap perkembangan kognitif peserta
didik dalam melakukan stimulasi perkembangan.
6. Pembelajaran hendaknya dibantu dengan benda-benda konkret pada anak
sekolah dasar kelas awal.
Agar proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik,
maka dibutuhkan dengan adanya dukungan penuh dari pihak sekolah. Sekolah
sebaiknya mengatur lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik dapat
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Dengan lingkungan yang penuh
rangsangan untuk belajar, maka proses pembelajaran aktif akan terjadi sehingga
mampu membawa peserta didik untuk maju ke tahap yang berikutnya. Hal
tersebut didukung dengan adanya penggunaan bahan ajar yang sesuai.
F. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian dan pengembangan pada modul pop-up tema 3 subtema 2 kelas
4 sekolah dasar, ini didasarkan pada penelitian yang terkait dengan pengembangan
27
modul yang terlebih dahulu. Beberapa penelitian yang terdahulu dengan
menggunakan modul dan pop-up Seperti penelitian yang dilakukan oleh Anggi
Nur Cahyani tahun (2014) dengan judul penelitian “pengembangan modul
berbasis pop-up book pada materi alat-alat optik untuk siswa SMPLB-B
(tunarungu) kelas VIII”. Dengan hasil penelitian bahwa modul pop-up book pada
materi alat-alat optik untuk siswa SMPLB-B (Tunarungu) kelas VIII, Kualitas
sangat baik oleh ahli materi, media, dan guru fisika SMPLB-B (Tunarungu) dan
telah memenuhi elemen modul, dan peserta didik sangat setuju dengan adanya
modul yang telah dikembangkan, sehingga dapat membantu peserta didik dalam
melakukan proses pembelajaran fisika pada peserta didik SMPLB-B (Tunarungu).
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Wiwit Rahmawati tahun (2015)
dengan judul penelitian “pengembangan media pop-up book pada tema air, bumi,
dan matahari” subtema 2 pembelajaran 3” kelas II sekolah dasar. Hasil
penelitiannya pada tahap uji coba produk dan uji coba pemakaian menunjukkan
bahwa media pop-up book valid atau tepat digunakan untuk tema air, bumi, dan
matahari subtema 2 pembelajaran 3 kelas II sekolah dasar dengan kompetensi
dasar kekayaan alam, pengukuran baku dan tidak baku serta karya seni. Respon
peserta didik terhadap media masuk kategori sangat bagus. Berdasarkan hasil
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran pop-up book pada
tema air, bumi, dan matahari subtema 2 pembelajaran 3 dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran tematik tema air, bumi, dan matahari subtema 2 pembelajaran
3 kelas II sekolah dasar dan penelitian tersebut menggunakan jenis teknik pop-up
model Volvelles dan Box and cylinder.
28
Gambar 2.1 Model Teknik Pembuatan Pop-Up (Penelitian Wiwit (2015)).
Dari kedua penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadulu, maka
terdapat kesamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu, sama-sama
mengembangkan produk bahan ajar cetak berupa modul pop-up. Namun juga
memiliki perbedaan dari peneliti sebelumnya seperti dari segi tema yang dikaji,
subjek penelitian, objek penelitiannya. Pada penelitian dan pengembangan ini,
peneliti mengkaji pada pembelajaran tematik pada tema 3, subtema 2, yang di
dalamnya mengkaji 1 pembelajaran yang artinya hanya dapat digunakan untuk 1
kali pembelajaran saja. Terdiri dari mata pelajaran bahasa Indonesia, IPA dan
SBDP dengan subjek penelitian yaitu peserta didik kelas 4 sekolah dasar, Objek
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu di SDN Purwantoro 2 Malang,
Sedangkan pada penelian yang sebelumnya menggunakan subjek penelitian
peserta didik SMPLB-B (tunarungu) kelas VIII, dan kelas II sekolah dasar. materi
pembelajaran yang dikajipun juga berbeda. pada penelitian terdahulu yang
pertama mengkati materi alat-alat optik, sedangkan pada penelitian yang terdahulu
kedua mengkaji tema air, bumi, dan matahari subtema 2 pembelajaran 3. serta
jenis teknik pop-up yang digunakan juga berbeda.
29
G. Kerangka Pikir
Pembelajaran tematik di sekolah dasar akan memberikan peluang pada
pembelajaran terpadu yang lebih menekankan keterlibatan peserta didik dalam
proses pembelajaran, sehingga membuat peserta didik terlibat secara kreatif dalam
proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam menyelesaikan kegiatan
pembelajaran, Langkah selanjutnya peserta didik diharapkan dapat belajar secara
mandiri tanpa bimbingan minimal dari seorang pendidik, sehingga dengan begitu
maka tujuan pembelajaran akan menjadi bermakna dan mudah untuk dicapai.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tematik agar menjadi bermakna maka
dibutuhkannya sebuah pengembangan bahan ajar yang inovasi berupa
pengembangan modul pop-up tema 3 subtema 2 kelas 4 sekolah dasar. Maka dari
itu peneliti dapat menyusun kerangka pikirnya sebagai berikut :
30
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Kegiatan Pembelajaran Tematik di Kelas 4 SDN Purwantoro 2 Malang.
Bahan Ajar
Buku Guru LKS Tambahan materi yang diambil dari internet
1. Materi yang ada dibuku siswa sangat singkat, sehingga apabila peserta didik diminta untuk mmengerjakan tugas yang ada dibuku siswa mengalami kesulitan.
2. Kurang mendorong untuk melakukan kegiatan belajar secara individual. 3. Peserta didik kurang berfikir kritis. 4. Peserta didik cenderung ramai sendiri.
Solusi
Pengembangan Modul Pop-Up Tema 3 Subtema 2 Kelas 4 Sekolah Dasar
Model Pengembangan Research and Development (R&D) dimodifikasi menjadi 7 langkah :
(1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba
Produk, (7) Revisi Produk
Meningkatkan motivasi bagi guru untuk lebih kreatif dalam
membuat bahan ajar cetak berupa modul pop-up
Pembelajaran tematik menjadi lebih bermakna dan dapat dijadikan
sebagai bahan belajar individual dengan adanya moduk pop-up
Buku Siswa