21
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan model pembelajaran temuan baru yang inovatif, karena dalam pembelajaran ini lebih memfokuskan siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan permasalahan. Dalam memecahkan masalah siswa bekerjasama dalam kelompok atau tim. Melalui proses kerjasama kelompok yang sistematis, masing-masing siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan Ibrahim dan Nur (Rusman 2012: 241), pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Bukan hanya sebagai sebuah model pembelajaran, namun pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk merangsang daya pikir siswa supaya lebih berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah. Jadi siswa belajar melalui proses secara bertahap tidak dengan instan. Sehingga siswa benar-benar mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Moffit (dalam Rusman 2012: 241) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Bertolak dari permasalahan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada, permasalahan tersebut diangkat dalam pembelajaran, sehingga dari masalah tersebut dijadikan konteks belajar siswa. Sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir kritis dan mengasah ketrampilan siswa dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan model

pembelajaran temuan baru yang inovatif, karena dalam pembelajaran ini

lebih memfokuskan siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan

permasalahan. Dalam memecahkan masalah siswa bekerjasama dalam

kelompok atau tim. Melalui proses kerjasama kelompok yang sistematis,

masing-masing siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan

Ibrahim dan Nur (Rusman 2012: 241), pembelajaran berbasis masalah

merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk

merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi

pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Bukan

hanya sebagai sebuah model pembelajaran, namun pembelajaran berbasis

masalah merupakan pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan

untuk merangsang daya pikir siswa supaya lebih berpikir tingkat tinggi

dalam memecahkan masalah. Jadi siswa belajar melalui proses secara

bertahap tidak dengan instan. Sehingga siswa benar-benar mengalami

proses pembelajaran yang bermakna.

Moffit (dalam Rusman 2012: 241) mengemukakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta

untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi

pelajaran.

Bertolak dari permasalahan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada,

permasalahan tersebut diangkat dalam pembelajaran, sehingga dari

masalah tersebut dijadikan konteks belajar siswa. Sehingga dapat memacu

siswa untuk berpikir kritis dan mengasah ketrampilan siswa dalam

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

9

memecahkan masalah. Dengan demikian siswa dapat memperoleh

pengerahuan sendiri terkait dengan materi pembelajara.

Menurut Howard Barrows dan Keelson dalam (Amir, 2010: 21)

memberikan definisi pembealajaran berbasis masalah yaitu :

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kurikulum dan proses

pembelajaran yang didalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut

siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir

dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta

memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang

menggunakan maslaah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa. Melalui

masalah-masalah kontekstual ini para siswa dituntut untuk berpikir kritis

dan memiliki ketrampilan memecahkan masalah secara berkesinambungan

sehingga memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata

pelajaran, serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

Jadi siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah

materi yang diformulasikan dalam masalah, melalui penugasan dan sikap

positif, ketrampilan secara bertahap dan berkesinambungan. Pembelajaran

berbasis masalah menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu

konsep, prinsip, dan ketrampilan melalui situasi atau masalah yang

disajikan.

Ismail (2002: 1) mengemukakan bahwa langkah-langkah

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

1. Orientasi siswa pada masalah

Guru memberikan contoh masalah pada siswa.

Siswa menemukan masalah.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang memiliki

kemampuan heterogen.

Guru membantu siswa mengemukakan ide kelompoknya sendiri

tentang menyelesaikan masalah tersebut.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

10

3. Membimbing penyelidikan individual

Membimbing siswa menemukan penjelasan dan pemecahan

masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Mendorong siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah

tersebut.

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan kelompok

lain menanggapi hasil penyajian kelompok yang maju.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan

masalah yang telah dipersentasikan di depan kelas.

Bersama dengan siswa menarik kesimpulan.

Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ismail (2000: 1) lebih

memfokuskan pada langkah ke 5 yaitu menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan. Guru membantu siswa untuk mengkaji ulang proses

atau hasil pemecahan masalah yang telah dipresentasikan di depan kelas.

Setelah itu guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan.

Menurut Forgaty dalam Wena (2008: 243) Pembelajaran berbasis

masalah dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur, sesuatu yang

kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya

melalui diskusi dan penelitian. Langkah-langkah yang harus dilalui oleh

siswa adalah :

1. Menemukan masalah

2. Mengidentifikasi masalah

3. Mengumpulkan fakta

4. Menyusun hipotesis (dugaan sementara)

5. Melakukan penyelidikan

6. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan

7. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif

8. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah

Pada langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menurut Forgaty

dalam Wena (2008: 243) yaitu pada poin ke 8 yaitu mengusulkan solusi, jadi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

11

siswa mengusulkan pemecahan masalah yang tepat untuk memecahkan

masalah. Solusi diambil dari beberapa alternatif yang disuguhkan oleh siswa.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Hamdani

(2010: 87-88), sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

yang dipilih

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal, dan lain-lain)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan

data, hipotesis, pemecahan masalah

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai, seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan

temannya

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Penekanan pada langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah menurut

Hamdani (2010: 87-88), yaitu pada poin ke 4 Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan dan

membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Untuk mengasah

kreativitas siswa, tiap kelompok harus mempertunjukkan hasil karya dengan

presentasi. Guru membantu siswa dalam mempersiapkan karya sesuai dengan

kreativitas masing-masing kelompok.

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah dari

beberapa ahli, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran

2) Menemukan masalah

3) Mengidentifikasi masalah

4) Mengorganisasikan tugas belajar

5) Membuat hipotesis

6) Mengumpulkan informasi

7) Melakukan penyelidikan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

12

8) Menyempurnakan masalah yang telah didefinisikan

9) Memecahkan masalah

10) Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif

11) Mengusulkan solusi

12) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

13) Mengevaluasi

Adapun langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah yang

dipadukan dengan aktivitas siswa :

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Mengobservasi

3. Mengidentifikasi masalah

4. Merumuskan masalah

5. Membuat hipotesis

6. Penelitian :

a. Mengumpulkan data

7. Menganalisis data :

a. Mengklasifikasi data

8. Memecahkan masalah

9. Menyimpulkan

10. Mengusulkan saran

11. Mengevaluasi

12. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

13. Mengkomunikasikan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

13

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,

mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa

ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan

terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi,

memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan

ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat

tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan

hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis

penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional,

merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Pada prinsipnya belajar

adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa

aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar

mengajar”(Sardiman, 2001:93).

Aktivitas belajar yang maksimal harus mencakup aspek fisik atau

psikis. Kedua aspek ini perlu berjalan dengan seimbang, sehingga

mencapai hasil belajar yang maksimal. Belajar memerlukan perbuatan,

jadi tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Aspek aktivitas yang diperlukan dalam kegiatan fisik berupa

ketrampilan-ketrampilan dasar. Ketrampilan yang termasuk dalam

ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Jadi selama proses

belajar siswa diharapkan menunjukkan ketrampilan-ketrampilan dasar

tersebut. Sehingga terlihat secara nyata bahwa siswa sedang belajar.

Ketrampilan yang diperlukan selama proses belajar tidak hanya

ketrampilan dasar, namun perlu adanya kegiatan psikis yang berupa

ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan terintegrasi ini meliputi

ketrampilan mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data,

menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar

variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian,

menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional,

merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Dengan memiliki

ketrampilan-ketrampilan dasar dan terintegrasi, maka siswa belajar

bermakna, yaitu belajar dengan mengalami sendiri.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

14

Menurut Kunandar (2008: 272), aktivitas belajar adalah keterlibatan

siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar

mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran

sangat diperlukan untuk menumbuhkan sikap, perhatian dan aktivitas

siswa. Keterlibatan siswa secara aktif dapat menunjang keberhasilan

proses pembelajaran. Siswa didorong untuk benar-benar terlibat secara

langsung selama proses pembelajaran. Sehingga dengan adanya

aktivitas siswa selama proses pembelajaran, maka akan memperoleh

manfaat dari pembelajaran tersebut.

Purwodarminto (2007:20) aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan.

Segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik

fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktifitas. Selama belajar

seseorang melakukan berbagai aktivitas baik fisik maupun non fisik

yang dianggap dapat menunjang mereka untuk memperoleh suatu

pengetahuan.

Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik, apabila ada

aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Guru perlu menimbulkan aktivitas

siswa dalam berpikir maupun berbuat. Aktivitas ini melibatkan fisik

maupun non fisik. Jadi semua anggota tubuh harus ikut serta dalam

proses pembelajaran, yang perlu diimbangi dengan kemampuan indra

penghubung dan berfikir. Jika aktivitas yang dilakukan siswa rendah,

maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, demikian

pula dengan hasil belajar yang tidak maksimal.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa

aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,

mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis, serta keterlibatan siswa

dalam bentuk sikap, pikiran, dan perhatian guna menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari

kegiatan tersebut.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

15

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan

langkah-langkah dalam aktivitas :

1. Mengobservasi

2. Mengidentifikasi variabel

3. Menyusun hipotesis

4. Mendefinisikan variabel

5. Mengumpulkan data

6. experimen

7. Mengumpulkan data

8. Menganalisis data

9. Klasifikasi

a) Tabulasi data

b) Prediksi

c) Hubungan antar variabel

d) Menyajikan data

e) Kesimpulan

10. Mengkomunikasikan

Penilaian hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes,

baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai

dengan alat non tes atau bukan tes. Penggunaan nontes untuk menilai hasil

dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan

menggunakan alat melalui tes dalam meniali hasil dan proses belajar. Para

guru pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada non tes,

mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang

dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil yang diperoleh siswa

setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Teknik Non-tes berisi

pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah.

Instrumen non-tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner

berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, siswa diminta untuk menjawab

atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan

instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan siswa, misalnya

potensi siswa. Hasil pengukuran melalui instrumen non tes berupa angka

disebut kuantitatif dan buka berupa angka seperti penyataan sangat baik,

baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan sebagainya disebut kualitatif. Ada

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

16

beberapa macam teknik non tes, beberapa diantaranya seperti unjuk kerja

(performance), penugasan, proyek, tugas individu, tugas kelompok, laporan,

ujian praktik, dan portofolio (Wardani, Naniek Sulistya, 2012 : 11- 12 ).

Berikut adalah uraian singkat tentang jenis teknik non tes menurut

(Wardani, Naniek Sulistya, 2012 : 12-13).

a. Unjuk Kerja

Suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui

pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu

yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara,

berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta

didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi

peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan

memainkan alat musik; kemampuan berolahraga; ketrampilan

menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain

peran, bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.

b. Penugasan

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung

penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu

tertentu.

Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni

perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan

penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk

menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman,

dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan

mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan

kemampuan menginfromasikan subjek secara jelas.

c. Tugas Individu.

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada siswa yang

dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada

waktu-waktu tertentu dalam bentuk seperti pembuatan kliping,

pembuatan makalah dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang

terlibat pada siswa sebaiknya menerapkan (apply),

menganalisis (analyse), mengevaluasi (evaluate), dan membuat

(create).

d. Tugas Kelompok.

Sama dengan tugas individu, namun dikerjakan secara

kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja

kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya

adalah tertulis dengan menjawab uraian secara bebas dengan

tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

17

e. Laporan

Penilaian yang berbentuk laporan tugas atau pekerjaan yang

diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan

pratikum dan laporan Pemantapan Praktikum Lapangan (PPL).

f. Responsi atau ujian pratik.

Suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada

kegiatan praktikumnya seperti mata kuliah PPL.

g. Portofolio.

Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan

kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi

tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran

yang dianggap terbaik oleh siswa, pekerjaan-pekerjaan yang

sedang dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selesai

dilakukan, berbagai keterangan yang diperoleh siswa,

keselarasan antara pembelajaran dan tujuan spesifik yang telah

dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya sehari-hari,

evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil

observasi guru.

Tabel 2.1

Teknik, Bentuk, Kepentingan, dan Jenis Evaluasi Pembelajaran

Non Tes

Teknik Bentuk Kepentingan Jenis

Non Tes

Penilaian Hasil Lebih sesuai untuk

indikator afektif

Pengamatan,

Daftar cek/Periksa,

Skala Sikap,

Catatan Diri, Buku

Harian, Penilaian

Diri, Angket,

Ungkapan

Perasaan, Catatan

Anekdot,

Sosiogram.

Portofolio

(Penilaian Proses

dan Hasil)

Dipakai untuk

mengamati

perkembangan

kemampuan

kognitif dan

psikomotor

Puisi, Karangan

Gambaran/Tulisan,

Peta/Denah, Desain

Makalah, Laporan

Observasi, Laporan

penyelidikan,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

18

Laporan penelitian,

Laporan

eksperimen,

Sinopsis, Naskah

Pidato, Naskah

Pidato, Naskah

Drama, Doa,

Rumus, Kartu

Ucapan, Surat

komposisi musik,

Teks lagu, Resep,

Makanan.

Berdasarkan dari uraian tentang teknik non tes diatas, penelitian untuk

aktivitas belajar siswa menggunakan bentuk skala sikap untuk penilaian

hasil yang kemudian akan ditindak lanjuti menggunakan observasi sebagai

penilaian proses. Hal ini dikarenakan aktivitas belajar siswa termasuk

dalam kemampuan afektif. Dari kedua teknik tersebut guru dapat melihat

tingkat aktivitas belajar tiap siswa.

2.1.3 Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)

Istilah “ ilmu pengetahuan sosial” atau yang lebih dikenal dengan

IPS merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar menengah,

atas, maupun perguruan tinggi, biasanya ditingkat perguruan tinggi

lebih dikenal dengan nama”social studies” (Sapriya 2009:19).

Soemantri (Gunawan 2011:17) berpendapat bahwa istilah IPS

merupakan subprogram dengan tingkat pada tingkat pendidikan dasar

dan menengah, maka lahirlah nama pendidikan IPS.

Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humoniaria, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan

(Soemantri dalam buku Dr. Sapriya 2009:11). Pengertian tentang

pendidikan IPS diatas menunjukan bahwa mata pelajaran ilmu

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

19

pengetahuan sosial yang diambil, atau diperoleh dari lingkungan

masyarakat yang sangat dekat dengan kehidupan siswa sehingga

pendidikan IPS penting diberikan di sekolah dasar, menengah dan

sekolah tingkat atas bahkan ditingkat perguruan tinggi yang memang

mempunyai konsentrasi dan layak diberikan pendidikan IPS.

IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan

pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT,

RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara,

negara tetangga, kemudian dunia. Anak bukanlah sehelai kertas putih

yang menunggu untuk ditulisi, atau replika orang dewasa dalam format

kecil yang dapat dimanipulasi sebagai tenaga buruh yang murah,

melainkan, anak adalah individu yang unik, yang memiliki berbagai

potensi yang masih laten dan memerlukan proses serta sentuhan-

sentuhan tertentu dalam perkembangannya. Mereka yang memulai dari

egosentrisme dirinya kemudian belajar, akan menjadi berkembang

dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan

mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi

dalam dunianya. Maka dari itu, pendidikan IPS adalah salah satu upaya

yang akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu, dan lingkungan

sekitar bagi anak.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD

yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi

yang berkaitan dengan isu sosial . Memuat materi geografi, sejarah,

sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan

untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis,

bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

20

Sesuai dengan kurikulum KTSP (2008:575), mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis,

rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan

keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat

lokal, nasional, maupun global.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS SD menurut (Gunawan, 2012:

39) adalah sebagai berikut:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

e. IPS sebagai pendidikan global, yakni mendidik siswa akan

kebinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia.

Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa.

Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan

transportasi antar bangsa di dunia. Mengurangi kemiskinan

kebodohan dan perusakan lingkungan.

Materi IPS yang akan diteliti yaitu mengenal permasalahan sosial

di daerahnya Kelas 4 Semester 2, dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar sebagai berikut :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

21

Tabel 2.2

Standar kompetensi dan kompetensi dasar

Mata pelajaran IPS untuk kelas 4 semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam,

kegiatan ekonomi dan

kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten / kota

dan provinsi

2.1. Mengenal aktivitas ekonomi

yang berkaitan dengan

sumber daya alam dan

potensi lain didaerahnya

2.2. Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkat-

kan kesejah-teraan

masyarakat

2.3. Mengenal perkembangan

teknologi produksi

komunikasi dan transportasi

serta pengalaman

menggunakannya

2.4. Mengenal permasalahan

sosial di daerahnya

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi :

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan

teknologi dilingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

Kompetensi Dasar :

2.4 Mengenal permasalahan sosial daerahnya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

22

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Pembelajaran

berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

kelas IV B di SDN Bareng 1 Kecamatan Klojen kota Malang” oleh Arif Budi

Saputra (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar, pada

siklus I dari 34 siswa 20 siswa tuntas mencapai KKM, sedangkan 14 siswa yang

lain belum tuntas belajar atau belum mencapai KKM. Ketuntasan klasikal yang

diperoleh dari siklus I ini sebesar 59% saja. Rata-rata kelas pada siklus II adalah

74,71 dan 27 siswa yang tuntas belajar sedangkan 7 siswa yang lainnya belum

tuntas belajar (belum berhasil). Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus II

adalah sebesar 79%. Kelebihan : model pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, dari 34 siswa setelah dilakukan perbaikan 27

siswa berhasil mencapai KKM, sedangkan 7 siswa belum mencapai KKM. Jadi

ada peningkatan sebesar 20%. Kelemahan: namun masih ada kelemahan dari

penelitian ini, yaitu hasil yang dicapai tidak maksimal. Artinya tidak 100% siswa

mencapai KKM. Cara mengatasi: sebaiknya perbaikan dilaksanakan sampai III

siklus, sehingga dapat memaksimalkan model pembelajaran berbasis masalah.

Sehingga peningkatan hasil belajar siswa mencapai 100%.

Penelitian yang berjudul “Penerapan model pembelajaran pembelajaran

berbasis masalah (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS kelas IV SDN Janjangwulung II Kecamatan Puspo Kabupaten

Pasuruan” oleh Maria Safitri (2009). Hasil penelitian ini menunjukkan

peningkatan hasil belajar siswa, pada siklus I rata-rata kelas siswa sebesar 66 dan

siklus 2 dengan rata-rata 85.3 dari data diatas diperoleh peningkatan rata-rata nilai

siswa sebesar 19.3 dengan kategori sangat baik dan sebanyak 16 siswa telah

mencapai standar nilai ketuntasan belajar. Kelebihan: bahwa dengan menerapkan

model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV

SDN Janjangwulung Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan, dengan peningkatan

rata-rata nilai sebesar 19.3. Kelemahan: pada penelitian ini masih ditekankan

pada hasil belajarnya saja, belum ada variabel lain yang diteliti. Cara mengatasi:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

23

akan lebih baik jika variabel penelitian ditambah, jadi tidak hanya fokus pada

hasil belajar saja.

Penelitian yang berjudul “Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa materi operasi hitung di kelas IV

SDN Tanjungrejo IV Malang” oleh Rakhmawati Lestari (2009). Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa menyangkut

pemahaman materi Operasi hitung kurang. Hal tersebut dapat dilihat pula pada

hasil ulangan harian siswa sebelum diterapkan pembelajaran berbasis masalah.

Ada 9 siswa (30%) yang kemampuan menyelesaikan soal operasi hitung mencapai

nilai 75-100, terdapat 10 siswa (33, 33%) yang mencapai nilai antara 60-75, dan

ada 11 siswa (36, 67%) yang memperoleh nilai di bawah 50, padahal nilai standar

ketuntasan minimal untuk pelajaran matematika yang ditentukan oleh SDN

Tanjungrejo IV Malang adalah 60. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada

peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa selama pemberian tindakan. Aspek

kemampuan berpikir kritis pada siklus I yang diamati meliputi merumuskan

masalah, prosentase rata-rata skor kelompok untuk aspek ini adalah 50%. Aspek

yang kedua yaitu memberikan argumen dengan prosentase rata-rata skor

kelompok sebesar 56,75%. Aspek yang ketiga adalah melakukan deduksi dengan

prosentase rata-rata skor kelompok sebesar 53,25%. Aspek yang keempat adalah

melakukan induksi dengan prosentase rata-rata skor kelompok sebesar 53,25%.

Aspek yang kelima adalah melakukan evaluasi dengan prosentase rata-rata skor

kelompok sebesar 54,25%. Dan aspek yang terakhir adalah memutuskan dan

melaksanakan dengan perolehan prosentase rata-rata skor kelompok sebesar

57,50%. Untuk siklus II ada peningkatan kemampuan berpikir kritis bila

dibandingkan dengan siklus I, diantaranya: untuk aspek merumuskan masalah

prosentase rata-rata skor kelompok untuk aspek ini adalah 58,25% meningkat

8,25%. Aspek yang kedua yaitu memberikan argumen dengan prosentase rata-rata

skor kelompok sebesar 59,25% meningkat sebesar 2,5%. Aspek yang ketiga

adalah melakukan deduksi dengan prosentase rata-rata skor kelompok sebesar

65,75% meningkat sebesar 12,5%. Aspek yang keempat adalah melakukan

induksi dengan prosentase rata-rata skor kelompok sebesar 65% meningkat

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

24

sebesar 11,75%. Aspek yang kelima adalah melakukan evaluasi dengan

prosentase rata-rata skor kelompok sebesar 78,25% meningkat sebesar 24%. Dan

aspek yang terakhir adalah memutuskan dan melaksanakan dengan perolehan

prosentase rata-rata skor kelompok sebesar 80,75% dan mengalami peningkatan

sebesar 23,25%. Kelebihan: model pembelajaran berbasis masalah dapat

diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena ciri

utama dari model pembelajaran ini adalah pemecahan masalah secara kritis.

Kekurangan: Dari hasil penelitian pada aspek kedua yaitu memberikan argumen

mengalami peningkatan yang sangat minim, hanya 2,5%. Cara mengatasi: yaitu

dengan penelitian lebih lanjut, memfokuskan pada aspek argumentasi.

Penelitian yang berjudul “Penerapan pembelajaran model pembelajaran

berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mata

pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Lebak Winongan Pasuruan” oleh Nafisah

(2010). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan pembelajaran model

Pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan

aktivitas siswa siswa kelas IV SDN Lebak. Hal ini terbukti dari persentase

aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I 53,5% (cukup), pertemuan II 55,6%

(cukup), pada siklus II pertemuan I 68,7% (baik), pertemuan II 85,4% (baik

sekali). Penerapan pembelajaran model Pembelajaran berbasis masalah dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran IPS siswa

kelas IIV SDN Lebak Winongan terbukti dari rata-rata nilai hasil belajar siswa

pada pratindakan adalah 57,4 (cukup) dan pada siklus I pertemuan I 63,3 (baik),

pertemuan II 69,0 (baik). Pada siklus II pertemuan I nilai rata-rata hasil belajar

siswa 78,6 (baik), pertemuan II rata-rata hasil belajar 83,6 (baik sekali).

Kelebihan: adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah IPS yang baik

sekali dengan rata-rata hasil belajar 83,6. Kelemahan: masih kurang maksimal

dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Cara mengatasi : perlunya

penelitian lebih lanjut, sampai 3 siklus, sehingga mencapai hasil yang maksimal.

Penelitian yang berjudul “Peningkatan hasil belajar PKn dengan

menggunakan model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan

berorganisasi siswa kelas IV SDN Rejosalam I Kecamatan Pasrepan Kabupaten

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

25

Pasuruan” oleh Yulia Nuryani Candra (2010). Berdasarkan hasil ditemukan dari

18 siswa hanya 3 siswa yang sudah tuntas belajar sedangkan 15 siswa belum

tuntas belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil sebelum dilaksanakan model

Pembelajaran berbasis masalah diketahui nilai rata-rata kelas 56,7 dengan

ketuntasan belajar klasikal 22,2 %, meningkat menjadi nilai rata-rata 69,4 dengan

ketuntasan belajar klasikal 50%. Pada siklus II mengalami peningkatan lagi

menjadi 84,4 dengan ketuntasan belajar klasikal 88,8%. Kelebihan: Model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kelemahan: masih ada beberapa siswa yang belum tuntas mencapai KKM. Cara

mengatasi: sebaiknya dilakukan perbaikan lagi, supaya mencapai hasil maksimal

yaitu 100%.

2.3 Kerangka Berpikir

Aktivitas belajar siswa mata pelajaran IPS siswa kelas 4 SDN Sumowono

02 Kabupaten Semarang masih rendah dan dibawah KKM. Siswa SDN

Sumowono 02 kurang memahami dan menguasai konsep mengenai mengenal

permasalahan sosial di daerahnya . Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran guru

belum tepat dalam menggunakan metode dan media yang mengaktifkan peran

siswa, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan kurang antusias dalam mengikuti

pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka merumuskan rencana

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dan termotivasi dalam

mengikuti pembelajaran IPS khususnya pada materi mengenal permasalahan

sosial di daerahnya sehingga aktivitas belajar meningkat melalui model

pembelajaran berbasis masalah.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah adalah

sebagai berikut:

1. Observasi masalah sosial didaerahnya

2. Identifikasi masalah sosial didaerahnya

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

26

3. Perumusan masalah sosial didaerahnya

4. Penyusunan hipotesis masalah sosial didaerahnya

5. Klasifikasi data instrumen angket

6. Pemecahan masalah sosial didaerahnya

7. Kesimpulan masalah sosial didaerahnya

8. Saran masalah sosial didaerahnya

9. Evaluasi masalah sosial didaerahnya

10. Penyajian hasil masalah sosial didaerahnya

11. Presentasi

Dengan demikian maka diharapkan dengan mengimplementasikan model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

mata pelajaran IPS materi mengenal permasalahan sosial di daerahnya kelas 4

SDN Sumowono 02 Kabupaten Semarang.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

27

Keterangan: RA = Rubrik Aktivitas

TABEL 2.3

KERANGKA BERPIKIR AKTIVITAS SISWA & PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Proses Belajar Mengajar IPS

KD : 2.4 mengenal permasalahan sosial didaerahnya

Pembelajaran Konvensional

Metode : Ceramah dan bersifat teacher

center, Guru sebagai subyek & nara sumber

Aktivitas Belajar Siswa Rendah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Skor

Aktivitas

1. Observasi masalah sosial didaerahnya

2. Identifikasi masalah sosial didaerahnya

3. Perumusan masalah sosial

didaerahnya

4. Penyusunan Hipotesis masalah

sosial didaerahnya

5. Klasifikasi Data instrumen angket

6. Pemecahan masalah sosial

didaerahnya

7. Kesimpulan masalah sosial

didaerahnya

8. Membuat Saran masalah sosial

didaerahnya

10. Penyajian Hasil masalah sosial

didaerahnya

9. Evaluasi masalah sosial didaerahnya

11. Presentasi penyajian hasil masalah

sosial didaerahnya

1. RA Observasi

2. RA Identifikasi

3. RA Rumusan

Masalah

4. RA Penyusunan

Hipotesis

5. RA Klasifikasi

Data

6. RA Pemecahan

Masalah

7. RA Kesimpulan

8. RA Membuat saran

11. Rubrik Presentasi

9. RA Evaluasi

10. Rubrik Hasil

Aktivitas

Belajar IPS

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ......8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah

28

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir maka dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut: apabila pembelajaran dengan menggunakan

model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan aktivitas

belajar pada Mata Pelajaran IPS Siswa kelas 4 Semester 2 SDN 02 Sumowono

Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013.