23
BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan analisis dan pembahasan penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis wacana model Teun A Van Dijk. Menurut Van Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi, yang dalam hal ini adalah praktik produksi media. Pemahaman akan produksi teks pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian, disini Van Dijk juga melihat bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk, dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu. Lewat analisis wacana, bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, perasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001:15). 5.1 Dimensi Teks Menurut Littlejohn (Eriyanto,2001:226) antara bagian teks dalam model Van Dijk dilihat saling mendukung, dan mengandung arti yang koheren satu sama lain, karena semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Prinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu persatu elemen wacana Van Dijk tersebut berkaitan dengan berita Metro Realitas edisi 07/07/2014. Tabel. 5.1.1 Elemen Wacana Van Dijk pada berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014 Struktur Wacana Elemen Temuan Struktur Makro Tema/Topik Mengenai dilema akan nasib warga/petani di kawasan terkait, dilema bagi mereka akan kepemilikan

BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN€¦ · Bentuk kalimat adegan pembawa acara Pada ataupun adegan yang memunculkan voice over (VO) banyak menggunakan kalimat pasif. Struktur Mikro (Sintaksis)

  • Upload
    others

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB V

    ANALISIS & PEMBAHASAN

    Pada bab ini diuraikan analisis dan pembahasan penelitian. Teknik analisis

    yang digunakan adalah analisis wacana model Teun A Van Dijk. Menurut Van

    Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks

    semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi, yang dalam hal ini

    adalah praktik produksi media. Pemahaman akan produksi teks pada akhirnya

    akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian, disini Van Dijk juga

    melihat bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada

    dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang

    membentuk, dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu. Lewat analisis wacana,

    bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu

    disampaikan. Lewat kata, perasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita

    disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut,

    analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks

    (Eriyanto, 2001:15).

    5.1 Dimensi Teks

    Menurut Littlejohn (Eriyanto,2001:226) antara bagian teks dalam model

    Van Dijk dilihat saling mendukung, dan mengandung arti yang koheren satu sama

    lain, karena semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat

    dilihat sebagai suatu piramida. Prinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks

    terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu

    persatu elemen wacana Van Dijk tersebut berkaitan dengan berita Metro Realitas

    edisi 07/07/2014.

    Tabel. 5.1.1

    Elemen Wacana Van Dijk pada berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014

    Struktur Wacana

    Elemen Temuan

    Struktur Makro Tema/Topik Mengenai dilema akan nasib

    warga/petani di kawasan terkait,

    dilema bagi mereka akan kepemilikan

  • 49 bidang tanah yang berada

    dikawasan seluas 350 hektar yang

    tanah tersebut telah dibebaskan oleh

    PT. SAMP.

    Sub topik muncul bersama dengan

    kemunculan pembawa acara karena

    mengacu pada setiap pertanyaan dari

    pembawa acara (lihat adegan

    2,13,32,42 di tabel 4.1)

    Superstruktur

    (Skematik)

    Skema/Alur

    Pendahuluan (lead): Alur dalam

    teks, diawali dengan menampilkan

    beberapa cuplikan kejadian di Teluk

    Jambe Karawang Jabar yang

    direkam oleh Metro Realitas

    (adegan 1&2).

    Isi : Setelah adegan tersebut muncul

    pembawa acara dengan

    mengucapkankan tentang tanah

    sengketa, tanah bersurat sah bisa

    diakui oleh pihak lain atas nama

    hukum. Lalu setelah itu

    narator/voice over muncul, dengan

    mengungkapkan pernyataan yang

    menunjang apa yang telah dikatakan

    oleh pembawa acara, yang didukung

    dengan gambar video yang

    ditampilkan, hasil wawancara

    dengan pihak-pihak yang dikaitkan

    serta dilanjutkan dengan

    menampilkan kegelisahan,

  • kebingungan, keteakutan dan

    ketertindasan warga akan peristiwa

    yang terjadi. (adegan 3-41).

    Penutup : yang pada akhirnya

    dimunculkan kembali pembawa

    acara yang menarasikan tentang

    nasib warga dan bagaimana

    keadilan bagi warga. (adegan 42).

    Keseluruhan dapat dilihat dalam

    tabel 4.1 tentang narasi video berita

    Metro Realitas edisi 07/07/2014

    Struktur Mikro

    (Semantik)

    Latar

    Banyak menampilkan latar terkait

    petani/warga yang melakukan aksi

    penolakan, kebingungan serta

    ketertindasan mereka akibat dilema

    mereka di tanah sengketa.

    Detil

    Terlihat pada setiap pertanyan pembawa

    acara yang setelah itu dijawab oleh voice

    over, dan ditunjang dengan visualisasi,

    terkait dengan dilema warga di tanah

    sengketa.

    Kebenaran eksplisit: (1) berkaitan

    dengan bukti hak milik sah dan

    bukti pembayaran pajak yang

    dilakukan petani/warga terhadap

  • Maksud

    lahan mereka (adegan 16). (2)Warga

    dianggap sebagai sebuah ancaman

    (adegan 7). (3) Ketakutan warga

    untuk kembali meladang (adegan

    20-21). (4) Kesengsaraan akibat

    lahan warga dirampas (adegan 38) .

    (5) Warga akan tetap berusaha

    menolak eksekusi(adegan 33-35).

    (6) Tidak ada tempat untuk warga

    berlindung dari tindak ketidakadilan

    (adegan 41).

    Kebenaran implisit :(1) PT.SAMP

    menjadi pemilik sah atas tanah yang

    di sengketakan (adegan 11&18).

    Pra-anggapan

    Pra-anggapan dari berita terlihat di awal

    berita yang memunculkan pembawa

    acara dengan kurang lebih

    menyatakantentang ‘tanah bisa berpindah

    tangan dalam sekejap atas nama hukum,

    belum lagi tanah bersurat sah, dan

    warga/petani terancam kehilangan

    sumber penghidupan (adegan 2).

    Nominalisasi Pada adegan 3,8,12,18,33,38 :

    muncul kata 350 hektar

    Pada adekan 5 : muncul kata 7000

    personil.

    Bentuk kalimat Pada adegan pembawa acara

    ataupun adegan yang memunculkan

    voice over (VO) banyak

    menggunakan kalimat pasif.

  • Struktur Mikro

    (Sintaksis)

    Koherensi

    Pada adegan 2 (perbawa acara)

    berkaitan dengan adegan VO

    (3,5,8,12,14,16,18).

    Pada adegan 3 (perbawa acara)

    berkaitan dengan adegan VO

    (20,22,26,28).

    Pada adegan 32 (perbawa acara)

    berkaitan dengan adegan VO

    (33,34,38,40).

    Kata ganti Pembawa acara kerap menggunakan

    kata ganti mereka untuk menyebut

    warga/petani.

    Struktur Mikro

    (Stilistik) Leksikon

    Pada adegan 2,3,18,20,32 : kata

    sengketa.

    Pada adegan 2 : kata terancam.

    Pada adegan 5: kata menghadapi.

    Pada adegan 3,8,12,16,20,33,34 :

    kata eksekusi.

    Pada adegan 22 : kelompok penjaga.

    Pada adegan 32 : aksi represif.

    Pada adegan 38 : kata penguasaan

    paksa, kesengsaraan dan terpaksa.

    Pada setiap adegan bumper in dan memunculkan judul, dimana tulisan’ Ditanah Sengketa’ pada judul tersebut merupakan huruf kapital dan berwarna merah.

    Pada setiap pembawa acara muncul

  • Struktur Mikro(Retoris)

    Grafis : di ambil dari berbagai angle yang juga menampilkan sebuah background, seolah berada di sebuah tempat/ruangan yang sudah tidak berpenghuni, memiliki retakan di tembok, remang-remang.

    Pada adegan 8 : memunculkan gambar tiga desa yang berada dipinggir jalan tol Jakarta-Cikampek.

    Pada adegan 18 : memunculkan sebuah plakat/patok yang bertulis “tanah sah milik PT. Sumber Air Mas Pratama”.

    Pada adegan 41: pada akhir adegan ini, saat akhir dari wawancara memberikan efek pudar pada gambar yang seolah televisi yang rusak.

    Metafora

    Pada adegan 2 : berkaitan dengan kata sekejap.

    Pda adegan 12 : berkaitan dengan kata berkali-kali yang mengacu

    pada perlawanan/penolakan warga. Pada adegan 14: berkaitan dengan

    kata berpuluh-puluh dan tetesan air mata dan darah.

    EkspresiTerlihat pada ekspresi wajah dari

    pembawa acara yang cukup datar, cukup tegas dan tenang, selayaknya seorang

    pencerita/narator yang bijak.

    Kemudian supaya tabel diatas menjadi lebih jelas lagi, akan dijelaskan

    kembali menurut urutan struktur wacana dalam dimensi teks. Pada bagian topik,

    berita Metro Realitas mengedapankan tema “Dilema Petani di tanah Sengketa”,

    yang dimana dilema tesebut ditampakan dalam beberapa adegan.Lalu apabila

    menurut KBBI, dilema merupakan situasi sulit yg mengharuskan orang

    menentukan pilihan antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan

    atau tidak menguntungkan . Berdasarkan penjelasan tentang dilema berkaitan

    dengan situasi sulit untuk menentukan suatu pilihan guna menentukan pilihan

  • yang tidak menyenangkan, setelah itu yang dinampakan dalam berita merupakan

    keadaan/kondisi yang merujuk pada kesengsaraan bagi warga, lalu wujud

    kesengsaraan berupa :

    Wujud kesengsaraan pertama berkaitan dengan tindakan untuk warga tetap

    menolak eksekusi lahan maka akan membuat mereka berhadapan dengan

    personil bersenjata yang identik dengan berlangsungnya kekerasan fisik.

    Wujud kesengsaraan kedua ialah apabila warga tidak melakukan penolakan

    dengan menunjukkan bukti-bukti sah atas tanah yang akan dieksekusi, maka

    mereka harus menyerahkan tanah tersebut, yang mengakibatkan mereka

    kehilangan ladang/lahan garapan/mata pencaharian sehingga membuat

    mereka mengalami kesulitan dan kebingungan dalam memenuhi kebutuhan

    hidup mereka sehari-hari.

    Jadi dari pernjelasan tersebut dapat dilihat bahwa dilema yang dimaksudkan

    dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014 ialah mengenai pilihan yang

    ditentukan warga akan mengarahkan mereka pada kesengsaraan akibat mereka

    berada di tanah sengketa.

    Lalu kemudian mengenai skema/alur, agar mempermudah pemahaman

    alur dibagi menjadi bagian pendahuluan, isi dan penutup. Pada bagian

    pendahuluan berkaitan dengan diawali dengan prolog yang menampilkan

    beberapa cuplikan kejadian yang direkam oleh tim Realitas. Lalu memasuki

    bagian isi dimulai dengan adegan pembawa acara memberikan sedikit narasi yang

    kemudian diakhiri dengan kata tanya, yang kemudian diikuti adegan-adegan yang

    muncul (adegan3-41), untuk menjawab setiap pertanyaan dari pembawa acara

    yang muncul dengan memunculkan suara voice over dan dibumbui dengan uraian

    fakta, hasil wawancara serta visualisasi dari kedua hal tersebut, yang merujuk

    pada menampilkan kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan ketertindasan warga

    akan peristiwa yang terjadi. Dan pada bagian penutup menampilkan kembali

    adegan pembawa acara (adegan 42), dengan menarasikan tentang nasib warga dan

    bagaimana keadilan bagi warga.

  • Pada bagian semantik berhubungan dengan makna yang ingin ditekankan

    oleh berita terkait dengan latar, detil, maksud, pra-anggapan dan nominalisasi.

    Maka apabila diuraikan secara runtut menjadi :

    Latar : menampilkan dari sisi petani/warga yang melakukan aksi

    penolakan, kebingungan serta ketertindasan mereka. Dan mengenai

    bagaimana mereka hidup sehari-hari, dan hal-hal yang mungkin terjadi

    apabila mereka kehilangan ladang mereka. Hal tersebut berkaitan dengan

    apa yang diucapkan oleh pembawa acara yang kemudian dijawab oleh

    voice over bersamaan dengan dimunculnya gambar terkait oleh itu.

    Detil : kontrol terhadap informasi, terlihat pada setiap kata tanya yang

    diucapkan oleh pembawa acara dibagian akhir dalam empat adegan yang

    memunculkannya, yang kemudian dijawab oleh voice over berbarengan

    dengan dinampaknya adegan-adegan terkait kata-kata voice over .

    Maksud : informasi yang diuraikan secara eksplisit dan jelas yang berguna

    untuk menonjokan kebenaran ialah Kebenaran eksplisit: (1) berkaitan

    dengan bukti hak milik sah dan bukti pembayaran pajak yang dilakukan

    petani/warga terhadap lahan mereka (adegan 16). (2) Warga dianggap

    sebagai sebuah ancaman (adegan 7). (3) Ketakutan warga untuk kembali

    meladang (adegan 20-21). (4) Kesengsaraan akibat lahan warga dirampas

    (adegan 38). (5) Warga akan tetap berusaha menolak eksekusi(adegan 33-

    35). (6) Tidak ada tempat untuk warga berlindung dari tindak ketidakadilan

    (adegan 41). Kemudian informasi yang merugikan akan diuraikan secara

    implisit, dan tersembunyi karena bertolak belakang dengan versi

    “kebenaran” Metro Realitas ialah PT.SAMP menjadi pemilik sah atas tanah

    yang disengketakan (adegan 11&18). Yang sebenarnya diperkuat dengan

    hasil wawancara bersama bagian hukum dari PT.SAMP, yang menyatakan

    akan ada uang pembayaran ganti rugi lahan atau dibahasakan sebagai uang

    ‘kerohiman’ (adegan 36).

    Pra-anggapan : terlihat di akhir berita yang memunculkan pembawa acara

    yang kurang lebih menyimpulkan dalam bentuk pertanyaan mengenai

    keadilan bagi rakyat kecil dengan mempertanyakan kemampuan hukum di

  • Indonesia apabila dihadapkan dengan kekuasaan pihak pemodal (adegan

    42).

    Nominalisasi : berkaitan dengan pengelompokan yang dilakukan oleh

    wartawan, cenderung muncul dan dipertegas dengan menyatakan jumlah

    terkait dengan bilangan, terdapat di adegan 3,8,12,18,33,38 menggunakan

    kata 350 hektar menunjukan tanah yang bermasalah. Lalu pada adegan ke-5

    menggunakan kata 7000 personil, merujuk pada jumlah personil yang

    mengalami bentrok dengan warga.

    Dari penjabaran tersebut dapat terlihat makna dari berita Metro Realitas

    07/07/2014. Berita Metro Realitas tersebut menunjukkan makna bahwa para

    warga/petani sedang mengalami penindasan, baik berupa keputusan pengadilan

    yang memenangkan pihak PT.SAMP, ataupun dari pihak eksekutor (polisi) yang

    memperlakukan warga sebagai ancaman dan menebar ketakutan bagi warga. Serta

    ada makna tersembunyi yang bisa dilihat, yaitu mengenai apa yang dilakukan

    warga yang berwujud aksi penolakan dan perlawanan tersebut merupakan suatu

    hal yang benar karena warga memiliki bukti sah akan tanah dan warga telah

    membayar pajak dengan rutin (kebenaran versi Metro Realitas).

    Mengenai struktur sintaktis, memiliki elemen bentuk kalimat, koherensi

    dan kata ganti. Sehingga apa bila diuraikan menjadi :

    Bentuk kalimat : bentuk yang muncul baik dari pembawa acara ataupun

    narator merupakan bentuk kalimat pasif karena Metro Realitas berusaha

    menceritakan keadaan/kondisi para warga Teluk Jambe melalui kata-kata

    pembawa acara dan voice over sehingga mengarah pada kalimat pasif yang

    dimana seseorang menjadi obyek pernyataannya.

    Koherensi : pertalaian antar kalimat yang muncul ialah serupa percakapan

    (tanya-jawab) antara pembawa acara dan voice over, yang dikemas seperti

    orang yang sedang menceritakan suatu peristiwa dan mencoba

    menggambarkan mengenai fakta yang ada.

    Koherensi kondisional :tentang kalimat hubung sebagai penjelas, dan anak

    kalimat adalah cermin dari kepentingan komunikator (Metro Realitas),

    sebab bisa memberi keterangan yang baik atau buruk terhadap suatu

  • pernyataan. Hal tersebut bisa dilihat pada banyak adegan yang melibatkan

    pembawa acara dan voice over.

    Koherensi pembeda : bagaimanaperistiwa atau fakta dibedakan.peristiwa

    dapat dibuat seolah-olah bertentangan atau kontras. Dalam berita ini

    koherensi pembeda mungkin terdapat dalam adegan 8 menyangkut

    pernyataan voice over ”sebenarnya penolakan ini bukan tanpa dukungan

    pemerintah daerah”. Jadi VO menyatakan sebenarnya pememerintah tidak

    akan melakukan eksekusi lahan, yang dimana hal tersebut di perkuat

    dengan hasil wawancara terhadap pak Sukarya, namun kenyataaanya

    eksekusi lahan tersebut tetap berjalan dan mengakibatkan bentrokan.

    Kata ganti : kata ganti yang sering muncul ialah kata ‘mereka’. Dari kata

    tersebut bisa terlihat bahwa posisi Metro Realitas ialah sebagai pencerita

    yang menceritakan sebuah kejadian/peristiwa dari sudut pandang orang

    ketiga yang ‘memungkinkan’ dianggap objektif.

    Pengingkaran : menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu,

    padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang

    menyangkal persetujuannya tersebut. Berhubungan dengan kepemilikan

    sah tanah oleh PT. SAMP (adegan 18), yang kemudian ditampilkan pula

    dalam adegan yang sama sama bahwa sebagian pengadilan juga

    memenagkan warga atas kepemilikan 49 bidang tanah.

    Lalu pada elemen leksikon, secara ideologis, pilihan kata yang dipakai

    menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.

    Dalam bagian ini akan banyak mengambil arti kata dari Kamus Bersar Bahasa

    Indonesia (KBBI) supaya bisa mendapatkan arti kata yang lebih objektif. Kembali

    mengenai pemilihan kata secara ideologis, akan diuraikan sebagai berikut :

    Pada adegan 2,3,18,20,32 : kata sengketa, berarti sesuatu yg menyebabkan

    perbedaan pendapat; pertengkaran; perbantahan;(2)pertikaian;

    perselisihan . Dari arti tersebut dapat dipahami bahwa kata sengketa berarti

    pertengkaran/pertikaian yang mengesankan pada akan adanya korban.

    Maka yang dinampakan sebagai korban ialah awarga/petani.

  • Pada adegan 2 : kata terancam.berarti diancam oleh; (2) dalam keadaan

    bahaya. Yang berasal dari kata dasar ancam yang memiliki arti

    menyatakan maksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yg

    merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain .

    Melalui arti itu dapat disimpulkan mengenai makna terancam, yang kata

    tersebut mengandung suatu kondisi dimana seseorang/kelompok dalam

    keadaan bahaya akibat ada pihak lain yang berusaha atau memiliki niat

    untuk merugikan/menyulitkan seseorang/kelompok tersebut. Sehingga

    yang dinampakan dalam keadaan bahaya atau dirugikan aadalah para

    petani/warga yang harus kehilangan lahan mereka.

    Pada adegan 5: kata menghadapi, mempunyai arti berhadapan dng: anak

    itu sedang (2) bertemu muka dng; berjumpa dng; (3) menjumpai;

    mengalami (bahaya, musibah, kesulitan, dsb; (4) melawan; bertanding

    dng; (5) menyambut . Dapat dipahami apabila menurut konteks adegan

    maka kata menjadi ialah melawan atau bertanding sehingga dalam

    pemakaian kata tersebut mengidentikan bahwa pihak polisi eksukutor

    dilapangan melawan para warga, yang tentu hasilnya bisa dilihat dengan

    jelas pihak polisi yang menang. Sebab mereka merupakan alat negara,

    memiliki wewenang dan persiapan yang sistematis termasuk didalamnya

    ialah perlengkapan dan persenjataan.

    Pada adegan 3,8,12,16,20,33,34 : kata eksekusi, memiliki makna

    pelaksanaan putusan hakim; pelaksanaan hukuman badan peradilan,

    khususnya hukuman mati’ (2)penjualan harta orang karena berdasarkan

    penyitaan . Jadi dapat diartikan pelaksanaan hukuman berdasarkan putusan

    dari hakim. Maka pemilihan kata tersebut merujuk pada warga/petani

    sebagai sebuah pihak yang bersalah, yang dilain sisi padahal petani/warga

    memiliki surat sah akan tanah. Dari hal itu dapat disyaratkan akan

    ketertindasan petani/warga yang telah memiliki surat sah namun dianggap

    sebagai pihak yang bersalah oleh hakim.

    Pada adegan 22 : kelompok penjaga. Kelompok berarti kumpulan (tt

    orang, binatang, dsb); 2 golongan (tt profesi, aliran, lapisan masyarakat,

  • dsb) . Sedangkan penjaga adalah orang yg bertugas menjaga . Lalu apabila

    kedua arti tersebut digabungkan, kelompok penjaga merupakan kumpulan

    orang yang bertugas menjaga. Dalam adegan tersebut bukan pihak

    kepolisian yang dirujuk, melainkan sekumpulan orang yang memakai

    seragam keamanan, keadaan tersebut berkaitan dengan pertanyaan dari

    pembawa acara tentang keterlibatan kelompok preman . Akan tetapi

    pertanyaan itu tidak terjawab dengan jelas mengenai keterlibatan

    kelompok preman sebab dari beberapa hasil wawancara yang ditampilkan

    di adegan itu tidak ada yang menyatakan keberadaan kelompok itu. Jika

    kembali mengenai kasus dari berita-berita tanah air perebutan lahan yang

    melibatkan pemodal biasanya melibatkan pihak preman juga, seperti kasus

    di Mesuji. Kemudian dari pemilihan kata kelompok penjaga, memungkin

    bahwa pihak Metro Realitas berusaha untuk menambahkan kadar tentang

    kesengsaraan dan penindasan yang di alami warga/petani.

    Pada adegan 32 : aksi represif. Kata aksi berarti gerakan atau tindakan .

    Sedangkan kata ekspresif bermakna bersifat represi (menekan,

    mengekang, menahan, atau menindas) . Sehingga apabila kedua kata

    tersebut digabungkan, memiliki arti tindakan yang bersifat

    menekan/menindas. Jadi kata tersebut dipilih bersangkutan dengan aksi-

    aksi dari pihak pemerintah, melalui eksekutor (polisi) lahan yang

    memperlakukan warga yang menolak eksekusi dengan perbuatan yang

    menekan ataupun menindas dengan membubarkan paksa warga yang

    menghalangi kegiatan tersebut dan sehingga memberikan ketakutan

    kepada warga/pertani yang akan kembali meladang di tanah mereka.

    Pada adegan 38 : kata penguasaan paksa. Pada adegan ini kata penguasaan

    berarti proses, cara, perbuatan menguasai . Setelah itu kata paksa ialah

    mengerjakan sesuatu yg diharuskan walaupun tidak mau; (2)kekerasan;

    perkosaan . Jadi apabila disatukan menjadi sebuah proses menguasai yang

    dalam prakteknya melibatkan kekerasan. Sehingga pemilihan kata dalam

    adegan ini bertujuan untuk menampilkan sebuah kekerasan dalam upaya

  • penguasaan lahan, yang didalam prakteknya melibatkan pengadilan dan

    kepolisian.

    Pada adegan 38 : kata kesengsaraan. Berarti perihal yang berkaitan dengan

    sengsara, kemudian sengsara sendiri adalah kesulitan dan kesusahan

    hidup; penderitaan .Kata ini ditampilkan dalam kalimat kedua setelah

    “penguasaan paksa” yang menampakan efek dari kata tersebut.

    Pada adegan 38 : kata terpaksa. Kata tepaksa yang memiliki akar kata

    ‘paksa’ diberi imbuhan ter- maka menjadi berbuat di luar kemauan sendiri

    krn terdesak oleh keadaan; mau tidak mau harus; tidak boleh tidak .

    Penampilan kata terpaksa muncul setelah pemakaian kata “kesengsaraan”,

    dan merujuk pada warga/petani yang kehilangan mata pencahariannya atau

    mau tidak mau mereka kehilangan lahannya.

    Jadi pada adegan 38 apabila diringkas maka penggunakanketiga kata

    tersebut sangat berkaitan mulai dari praktek, efek dan kondisi yang

    melekat pada warga/petani.

    Maka pada bagian leksikon, terkait dengan pemilihan kata secara ideologis jika

    disimpulkan ialah tak terlepas dari ideologi partai NASDEM yang memiliki Ketua

    Umum Surya Paloh, yang dimana sosok tersebut dikenal pemilik Metro Tv.

    Ideologi NASDEM yang menyangkut dengan apa yang mereka sebut restorasi,

    mengacu pada mandat untuk menjadikan manusia Indonesa yang adil, makmur,

    dan sejahtera, merdeka sebagai negara, merdeka sebagai rakyat.

    Sehingga ideologi yang tampak dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014,

    iyalah mengenai bagaimana mereka membenarkan apa yang dilakukan warga,

    dalam bentuk penolakan eksekusi karena mereka memiliki bukti sah atas tanah.

    Jadi Pihak Metro Realitas lebih condong membela warga serta menceritakan

    kesengsaraan mereka akibat perlakuan tidak adil dari pengadilan dan perlakuan

    tidak kekerasan oleh pihak kepolisian yang kedua tersebut merupakan bagian

    lembaga/alat dari negara.

    Pada bagian retoris, terbagi dalam elemen grafis, metafora dan ekspresi.

    Lalu jika diuraikan menjadi :

  • Grafis : Pada setiap adegan bumper in dan memunculkan judul, dimana

    tulisan’ Ditanah Sengketa’ pada judul tersebut merupakan huruf kapital

    dan berwarna merah sehingga mengesankan darah, perlawanan,

    kesengsaraan, penindasan dan derita. Lalu ada setiap pembawa acara

    muncul, di ambil dari berbagai angle/sudut yang juga menampilkan

    sebuah background, seolah berada di sebuah tempat/ruangan yang sudah

    tidak berpenghuni, memiliki retakan di tembok, remang-remang

    mengidentikan sebuah tempat yang suram tidak layak ditinggali dan

    seperti tempat yang menyimpan kenangan buruk. Yang memungkinkan

    keterkaitan penekanan dengan nama Realitas, sehingga penekanan ini

    menunjukan bahwa realitas yang ada sekarang merupakan bagian

    kenangan buruk dan hal suram sehingga setiap isu yang diangkat terkait

    hal tersebut.

    Setelah itu adegan 8, memunculkan gambar tiga desa yang berada

    dipinggir jalan tol Jakarta-Cikampek, penekanan yang ingin disampaikan

    berkaitan dengan beberapa aksi warga pada 2013 yang sempat menutup

    jalan tol.

    Pada adegan 18, memunculkan sebuah plakat/patok yang bertulis

    “tanah sah milik PT. Sumber Air Mas Pratama”. Hal tersebut menekankan

    kepada keputusan Mahkamah Agung yang telah memenangkan PT.SAMP

    dan merebut secara paksa tanah warga.

    Lalu Pada adegan 41, pada akhir adegan ini, saat akhir dari

    wawancara memberikan efek pudar pada gambar yang seolah televisi yang

    rusak. Sehingga penekanan mengenai warga yang mencari perlindungan

    lain akibat tindakan aparat yang begitu merugikan warga.

    Metafora : pada adegan 2, berkaitan dengan kata sekejap, yang berasal dari

    kata kejap yang berarti kedip/sekedipan . Sehingga penekanan terasa jelas

    bersangkutan dengan cepatnya para warga kehilangan tanahnya tanpa

    warga bisa berbuat sesuatu yang berarti akan tanah sah yang mereka

    miliki.

  • Dalam adegan 12, berkaitan dengan kata berkali-kali yang

    mengacu pada perlawanan/penolakan warga. Menunjukan penekanan

    mengenai banyaknya atapun berbagai upaya yang dilakukan warga untuk

    menolak hasil dari pengadilan.

    Pada adegan 14, berkaitan dengan kata berpuluh-puluh dan tetesan

    air mata dan darah.Kata berpuluh-puluh mengacu pada lamanya lahan

    yang petani garap. Seharusnya sudah cukup menggunakan kata “sudah

    lama”, yang diubah menjadi bentuk bilangan yang terkesan sangat-sangat

    lama. Lalu kata tetesan air mata dan darah, berhubungan dengan sebuah

    perjuangan dan identik dengan bentuk kepedihan dan kesengsaraan.

    Ekpresi : terlihat pada ekspresi wajah dari pembawa acara yang cukup

    datar, cukup tegas dan tenang, selayaknya seorang pencerita/narator yang

    bijak dan terkesan objektif dikarenakan pembawa acara seolah-olah

    sendang bercerita yang berhubungan dengan kemasan dari berita, disajikan

    dengan sudut pandang orang ketiga.

    5.2 Dimensi Kognisi Sosial

    Analisis wacana van Dijk tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena

    struktur wacana itu sendiri menunjukan atau menandakan sejumlah makna,

    pendapat dan ideologi. Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial merupakan

    suatu hal penting dalam memahami proses produksi berita (Eriyanto 2001:266).

    Namun dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yang berkaitan dengan data

    dan informasi tentang proses produksi berita, karena peneliti tidak memiliki akses

    untuk melakukan wawancara kepada redaktur atau team Metro Realitas sehingga

    dalam analisis kognisi sosial akan cenderung lebih interpretatif berdasarkan

    konteks yang melekat dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014. Kemudian

    melalui dimensi kognisi sosial ini, peneliti menganalisis bagaimana kognisi dari

    komunikator dalam memahami seseorang atau sebuah peristiwa tertentu yang

    akan ditulis kedalam sebuah teks. Dalam penelitian ini, yang menjadi

    komunikator adalah Metro Realitas.

    Dengan melihat secara utuh berita Metro Realitas edisi 07/07/2014 yang

    disusun secara sistematis berkaitan dengan ucapan pembawa acara yang diakhiri

  • dengan sebuah kalimat tanya, dan dijawab/dilanjutkan dengan perkataan voice

    overyang bersamaan dengan ditampilkannya berbagai adegan dan hasil

    wawancara yang menunjang perkataan dari voice over. Lalu berita dengan tema

    dilema petani ditanah sengketa tersebut apabila dilihat pola dari alur pendahuluan,

    isi, dan penutup (skema), pertama, banyak memunculkan sosok atau figur Narkim

    (warga), baik hasil wawancara darinya ataupun gambaran kehidupan seharinya.

    Yang ditambahi dengan wawancara dari warga lain seperti pak Aca, Umar dan

    Sukarya. Kedua, kemudian dari pihak yang mendukung warga yaitu Amandaus

    yang mendampingi warga (hukum) dan Hilal yang merupakan Ketua Serikat Tani

    Karawang. Dan semua tokoh tersebut membicarakan tentang kekerasan hingga

    penindasan terjadi, kekhawatiran mereka akan kelangsungan kehidupan mereka,

    dan permintaan mereka pada pemerintah bersangkutan dengan alasan mereka

    melakukan penolakan. Lalu dari penjabaran tersebut bentuk kekerasan dikontruksi

    kan oleh Metro Realitas, dengan menyusun setiap adegan yang di imbuhi

    perkataan voice over yang dimana ditampilkan melalui bentuk ketidakadilan dari

    pengadilan dan secara eksplisit ditampilkan oleh perlakuan polisi terhadap para

    warga yang melakukan aksi penolakan terhadap eksekusi lahan. Sehingga

    memunculkan pesan bahwa negara yang diwakili pengadilan dan kepolisian pada

    saat melakukan eksekusi lahan menunjukan tindak ketidakadilan yang diwarnai

    dengan segala bentuk kekerasan yang diterima warga sehingga menimbulkan

    bentuk-bentuk penindasan dan kesengsaraan bagi warga terkait dengan

    kelangsungan hidup mereka.

    Lalu pemberitaan tersebut menunjukan letak posisi dari Metro Realitas,

    dimana tim Realitas memposisikan dirinya seolah-olah sebagai pencerita/narator

    yang bijak dan objektif, namun jika dilihat secara mendalam melalui dimensi teks

    dan kognisi sosial, tim Realitas cenderung membenarkan/membela warga Teluk

    Jambe Karawang. Serta hal tersebut di perkuat di adegan terakhir tentang

    penyimpulan informasi yang mempertanyakan mengenai mampukah hukum

    memberikan keadilan pada rakyat kecil apabila dihadapkan dengan pemodal.

    Sehingga seluruh hal tersebut terkait dengan misi Metro Realitas berhubungan

  • dengan investigasi secara mendalam terhadap sebuah tragedi , dengan penyajian

    informasi yang lebih aktual dan faktual, tanpa ada yang ditutup-tutupi.

    5.3 Dimensi Analisis Sosial

    Untuk melihat proses produksi dan reproduksi wacana dalam masyarakat,

    van Dijk menawarkan analisis sosial yang menguraikan bagaimana kelompok

    dominan membentuk wacana yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa menopang

    dominasi serta kekuasaannya. Menurut van Dijk, ada tiga hal yang dilihat dalam

    analisis sosial, yaitu praktik kekuasaan, dominasi dan akses (Eriyanto 271-274).

    Dalam berita Metro Realitas terlihat ada bentuk keperpihakan kepada

    warga/petani yang berada di kawasan Teluk Jambe Karawang. Yang merupakan

    perwujudan ideologis dari restorasi NASDEM dan partai tersebut merupakan

    salah satu partai pendukung calon CAPRES 2 yaitu JOKOWI-JK yang

    berlawanan dengan CAPRES 1 PRABOWO-HATTA yang didukung oleh

    presiden SBY yang juga merupakan Ketua Umum Demokrat. Dan sejarah dari

    Prabowo yang terlibat pelanggaran HAM dengan supremasi kemiliteran. Serta

    berita ini muncul pada 07/07/2014, yang berarti dua hari sebelum pencoblosan

    untuk PEMILU 2014 berlangsung, sehingga pembentukan realitas yang nampak,

    ialah menggiring opini dan kesadaran masyarakat akan kemungkinan hal akan

    terjadi apabila Prabowo menjadi Presiden, karena sangat bersangkutan dengan

    kemiliteran yang indentik dengan kekerasan. Dan dari hal itu mengisyartkan

    mengenai kembalinya era Orde Baru, karena Prabowo juga memiliki hubungan

    kekerabatan/kedekatan dengan Soeharto. Selain itu berita ini membangun

    kesadaran lain akan ketidakadilan pemerintah dan bentuk kekerasan yang

    dilakukan dibawah pimpinan SBY.

    5.3.1 Praktik Kekuasaan

    Kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan yang dimiliki suatu

    kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan umumnya didasarkan

    pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan

    pengetahuan. Selain kontrol langsung dan bersifat fisik, kekuasaan juga bisa

    berbentuk persuasif, yakni tindakan seseorang yang secara tidak langsung

    mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan,

  • sikap dan pengetahuan (Eriyanto, 2001: 271-272). Surya Paloh selaku pemilik

    Metro Tv dan ketua umum dari NASDEM yang mendukung CAPRES 2

    JOKOWI-JK. Maka kekuasaan yang jelas terlihat ialah kekuasaan yang berbentuk

    persuasif, hal itu di perkuat dengan salah satu fungsi media yaitu untuk

    mempersuasi (to persuade). Melalui penayangan berita Metro Realitas “Dilema

    Petani Di Tanah Sengketa”, ditayangkan pada tanggal 07/07/2014 tepat sebelum

    PEMILU 2014 berlangsung, yang menunjukan kesan buruk pemerintahan dengan

    menampilkan kekerasan dan penindasan yang dialami warga akibat ketidakadilan.

    Dan dimana pemerintahan tersebut dibawah SBY yang mendukung Prabowo,

    untuk membangun ataupun mengkontruksi sebuah pandangankepada khalayak

    ramai mengenai apa yang akan terjadi apabila Prabowo menjadi Presiden

    nantinya.

    5.3.2 Dominasi

    Dominasi lebih melihat mengenai penyalahgunaan kekuasaan, dominasi

    direproduksi lewat pemberian akses khusus terhadap sumber-sumber sosial secara

    diskriminatif. Dominasi juga direproduksi dengan melegitimasi akses tertentu

    lewat bentuk-bentuk kontrol pikiran yang manipulatif dan cara lain agar kelompok

    yang didominasi bisa menerima keadaan tersebut secara suka rela (Eriyanto,

    2001: 273). Lalu pihak yang terdominasi ialah khalayak yang diterpa oleh berita

    tersebut, khalayak yang terdominasi tersebut mungkin tidak sadar bahwa mereka

    secara suka rela telah menanamkan dipikiran mereka mengenai kekerasan yang

    berada di bawah pemerintahan SBY dan kekerasan yang mungkin akan terjadi

    apabila Prabowo menjadi Presiden.

    5.3.3. Akses

    Analisis Wacana van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses.

    Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besr dibandingkan dengan kelompok

    yang tidak berkuasa, oleh karena itu mereka yang lebih berkuasa mempunyai

    kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media dan kesempatan lebih

    besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak (Eriyanto, 2001: 274), apalagi

    dalam penelitian ini obyek studi memiliki hubungan yang erat dengan salah satu

  • media yang sudah besar di Indonesia. Akses yang lebih besar bukan hanya

    memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi

    juga menentukan topik pada isi wacana apa yang disebarkan. NASDEM yang

    diketuai Surya Paloh yang menjadi salah satu tim sukses JOKOWI-JK termasuk

    didalam kategori ini, Surya Paloh memiliki akses pada media Metro TV sehingga

    lebih memiliki kesempatan untuk mempengaruhi khalayak/audience terkait

    dukungannya terhadap JOKOWI-JK sehingga sangat menguntungkan. Dengan

    menampilkan kekerasan dan penindasan terhadap warga, akibat ketidakadilan

    yang bermuara pada pemerintahan SBY dan terkait bahwa SBY juga mendukung

    Prabowo Subiyanto sehingga memunculkan indikasi gambaran mengenai bentuk

    pemerintahan macam apa yang yang berjalan apabila Prabowo menjadi Presiden.

    Dari banyak penjelasan pada dimensi teks, kognisi sosial dan analisis

    sosial dapat disimpulkan mengenai wacana yang berusaha di sampaikan dan di

    sebarkan Oleh Metro Realitas edisi 07/07/2014, ialah bentuk ketidakadilan dari

    pengadilan yang terkait dengan pemerintahan SBY, dengan memenangkan

    PT.SAMP atas tanah seluas 350 hektar yang didalam kawasan tersebut terdapat

    tanah milik warga dengan bukti sah. Yang mengakibatkan munculnya kekerasan

    dan penindasan terhadap warga Teluk Jambe Karawang karena eksekusi paksa

    yang dilakukan kepolisian selaku wakil pengadilan. Dan berkaitan dengan

    dukungan Metro Tv kepada JOKOWI-JK, yang mencoba menanamkan

    pandangan akan sebuah realitas yang mungkin terjadi apabila Prabowo menjadi

    penguasa.

    5.4. Keterkaitan Kekerasan Negara dalam Wacana Metro Realitas edisi

    07/07/2014

    Pada bagian ini akan menjabarkan tentang keterkaitan wacana dengan

    kekerasan negara yang dibantu dengan teori akar kekerasan Erich Fromm dan

    kemudian dikaitkan dengan tipologi kekeran Johan Galtung guna menjawab

    rumusan masalah mengenai keterkaitan kekerasan negara dengan wacana yang

    disebarkan oleh Metro Realitas edisi07/07/214. Pada mulanya akan ditilik

    mengenai akar kekekerasan, yang berhubungan erat dengan penyebab kekerasan

  • yang muncul. Kekerasan disini dilihat dari sudut pandang, pihak

    negara/pemerintah yang dimana dimunculkan dalam berita dengan penampilan

    yang diwakilkan oleh pihak eksekutor/polisi.

    5.4.1 Akar Kekerasan

    Pihak kepolisian selaku eksukutor ataupun wakil dari pengadilan pada saat

    dilapangan yang merupakan alat bagi negara untuk memelihara keamanan dan

    ketertiban masyarakat dan Bitner menyebutkan bahwa apabila hukum bertujuan

    untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya melawan kejahatan.

    Dan akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkrit apa yang disebut

    sebagai penegakan ketertiban (Satjipto Rahardjo, 2009:117). Serta polisi

    merupakan berbentuk lembaga yang berada di dalam sistem kenegaraan .

    Kemduian polisi juga mengenal bentuk kekerasan, yakni kekerasan legal dan

    kekerasan ilegal. Kekerasan legal adalah tindakan atau rangkaian tindakan dari

    atau oleh aparat penegak hukum untuk dan atas nama kepentingan penegakan

    hukum, dan dilakukan sesuai dengan ketentuan atau prosedur hukum yang

    langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan akibat pada fisik, psikis,

    sosial, dan moral seseorang atau sekelompok orang. Sementara, kekerasan ilegal

    ialah tindakan atau serangkaian tindakan seseorang atau sekelompok orang yang

    langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan akibat pada fisik, psikis,

    sosial, dan moral seseorang atau sekelompok orang lainnya, dan tindakan itu

    dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang tidak memiliki hak dan

    kewenangan . Kemudian apabila dilihat dengan akar kekerasan Erich Fromm yang

    membagi antara agresi lunak dan agresi jahat, maka :

    Agresi Lunak : bersifat spontan namun reaktif dan defensif bertujuan

    menghilangkan ancaman, baik dengan menghindari maupun dengan

    menghancurkan sumbernya, Dalam berita yang menampilkan polisi

    sebegai eksekutor tergolong dalam faktor agresi penegasan diri, agresi

    defensif dan agresi kompromis. Agresi penegasan diri nampak pada saat

    mereka membubarkan paksa warga yang menghalangi tanpa ada rasa ragu

    atau segan dalam melakukannya. Agresi defensif terkait dengan tujuan

    kedatangan polisi di TKP, dan nampak ketika para polisi mempertahankan

  • diri guna kelangsungan hidup mereka saat terjadi bentrokan dengan warga,

    dan kemudian mereka membangun tenda-tenda darurat untuk menjaga

    lahan eksekusi guna mengamankan situasi. Serta jika mereka dapat

    menyelesaikan eksekusi tersebut hingga akhir, maka mereka akan

    meninggalkan tempat itu. Lalu agresi kompromis, terkait dengan

    pergerakan polisi yang didasari oleh instruksi-instruksi dari atasan mereka,

    karena kemiliteran ataupun polisi di didik untuk menaati perintah bukan

    untuk mempertanyakan perintah.

    Agesi jahat. Jika melihat agresi jahat yang mengacu pada tindakan polisi

    dalam wacana berita Realitas pada edisi 07/07/2014, bersangkutan dengan

    bagaimana kekejaman polisi ditampilkan dengan melakukan pemukulan,

    pengusiran paksa dan menyemprotkan water cannon terhadap warga yang

    menghalangi proses eksekusi karena warga dianggap sebagai sebuah

    ancaman, dan selain itu mereka juga merusak tatanan kehidupan sosial

    yang ada dengan mengeksekusi lahan seluas 350 hektar yang di dalamnya

    ada tanah sah milik warga.Bisa dikatakan merusak tatanan sosial karena

    warga akan kehilangan lahan dan perkerjaanya bahkan mungkin tempat

    tinggalnya, sehingga budaya ataupun adat di daerah itu akan hilang

    bersama hilangnya warga.

    Lalu yang bisa disimpulkan adalah, akar dari kekerasan polisi ialah menuruti

    perintah dari atasan mereka, dimana atasan mereka juga mendapatkan

    instruksi dari pihak pengadilan guna mengeksekusi lahan seluas 350 hektar.

    Yang dilaksanakan dengan mengedapankan agresi penegasan diri dan agresi

    difensif guna meredam situasi, atau menguasai situasi dengan menebar

    kekejaman yang mewujud pada penindasan dan ketakukan warga akan

    mereka, yang mencapai taraf merusak tatanan sosial warga Teluk Jambe

    Karawang.

    5.4.2. Kekerasan Negara

    Negara merupakan suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah

    (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga

    negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan

  • (kontrol) yang dimonopoli dari kekuasaan yang sah. Keterkaitan polisi dan

    negara dapat dilihat di bagian sebelumnya. Yang bisa dipahami bahwa polisi

    merupakan alat bagi negara dalam menjalankan kepentinganya, dimana dalam

    berita Realitas edisi 07/07/2014, eksekusi yang terjadi merupakan mandat dari

    pengadilan melalui putusan Mahkamah Agung. Sehingga campur tangan

    negara sangat kental dalam tragedi kekerasan dan penindasan yang dialami

    warga Teluk Jambe Karawang. Johan Galtung memandang kekerasan negara

    yang dibagi dalam kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan

    kultural. Ketiga kekerasan tersebut bisa saling berkaitan antara kekerasan

    langsung menjadi sebuah peristiwa, kekerasan struktural adalah sebuah proses,

    sedangkan kekerasan kultural adalah sebuah sesuatu yang bersifat permanen.

    Dan apabila wacana berita Realitas 07/07/2014 dilihat dengan tipologi

    tersebut maka :

    Kekerasan langsung : yang mewujud dalam sebuah perilaku, terlihat

    dengan apa yang dilakukan polisi terhadap warga, bentuk-bentuk

    intimidasi ataupun penindasan yang sangat merugikan warga, baik

    dalam perlakuan pembubaran paksa dan atau intimidasi yang berupa

    penjagaan ketat di lahan yang bersangkutan hingga warga ketakutan

    untuk kembali meladang.

    Kekerasan Struktural :mewujud dalam struktur, bersangkutan dengan

    bagaimana polisi melakukan eksekusi yang mendapatkan mandat yang

    berupa keputusan Mahkamah Agung ,yang merupakan badan

    kehakiman tertingi, yang sangat lekat dengan kenegaraan.

    Kekerasan Kultural : mewujud dalam sikap, terkait dan berhubungan

    dengan tindakan polisi tentang bagaimana mereka di didik dan dilatih

    untuk menghadapi ancaman yang muncul pada saat mereka melakukan

    tugasnya.

    Sehingga dari ulasan diatas bisa dipahami bahwa wacana berita Metro

    Realitas terkait dengan kekerasan negara nampak pada susunan tipologi dalam

    bagian kekerasan struktural. Yang dimana dalam hal itu menampilkan campur

  • tangan pemerintahan dalam tragedi tersebut dan memperlihatkan tentang

    bagaimana polisi bertindak dan atas mandat dari siapa mereka memiliki

    wewenang untuk melakukan eksekusi lahan seluas 350 hektar di Teluk Jambe

    Karawang.