184
i KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: RENITA TRI EKMAWATI 131224079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

  • Upload
    others

  • View
    38

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

i

KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT

PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN

PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

RENITA TRI EKMAWATI

131224079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

KAJIAN BENTUKKALIMAT DANMAKNAKALIMAT

PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN

PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018

SKRIPSI

Oleh:

Renita Tri Ekmawati

131224079

telah disetujui oleh:

'Tanggal : 20 Juli 2019

Dr. B. Widharyanto, M.Pd.

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

SKRIPSI

KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT

PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA T1GA TAHUN

PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018

Dipersembahkan dan ditulis oleh:

Renita Tri Ekmawati

131224079

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 31 Juti 2019

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANlTlA PENGUTI

Ketua

Sekertaris

Anggota 1

Anggota 2

Anggota 3

Nama Lengkap

: Rishe Purnama Dewi, S,Pd., M.Hum.

: Dr. Widharyanto, MPd.

: Dr. Kunjana Rahardi, MHum.

: Prof. Dr. Pranowo.

: Dr. B. Widharyanto, MPd.•

Yogyakarta, 31 Ju1i 2019

Faku1tas Keguruan dan llmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

~~~~.anes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

iv

MOTO

“Bekerja keras dan tak pernah mengeluh akan membuahkan hasil yang baik”

“Dan dengan pengalaman akan menjadikannya cerita indah”

“Satu detik waktu terbuang sia-sia, maka satu peluang akan hilang.”

(Renita)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

v

Halaman Persembahan

Karya tulis ini ku persembahkan untuk:

Ibu dan Ayahku serta seluruh keluarga yang selalu mendukung dengan memberi

semangat dan doa untuk kesuksesanku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

PERNYATAAN KEASLlAN KAR YA TULIS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2019

Penulis,

Renita Tri Ekmawati

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Renita Tri Ekmawati

NIM : 131224079

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KAJIAN BE TUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT

PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN

PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018

Dengan demikian saya memberikan hak kepada perpustakaan Universitas

Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

memublikasikan di internet atau media lain unruk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin maupun emmberikan royalty kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 31 Juli 2019

Yang menyatakan,

R"ifhtkm""i

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

viii

ABSTRAK

Ekmawati, Renita Tri. 2019. Kajian Bentuk Kalimat dan Makna Kalimat pada

Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun periode Desember sampai

April 2018. Skripsi Program Sarjana (S1). Yogyakarta: Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Jurusan Bahasa dan Seni. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu mendeskripsikan pemerolehan

bentuk kalimat pada Inosensia, anak usia 3 tahun, dan mendeskripsikan pemerolehan

makna kalimat pada Inosensia, anak usia 3 tahun.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan

pendekatan studi kasus. Data berupa tuturan Inosensia yang dikumpulkan secara

alamiah melalui proses pengamatan, perekaman, dan pencatatan. Alat yang

digunakan yaitu, alat tulis, HP sebagai perekam dan dokumentasi. Data diambil

selama 4 bulan yaitu bulan Desember 2017 sampai April 2018, pengambilan data

dilakukan ketika anak sedang bermain, makan, dan santai.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Inosensia anak usia tiga tahun dapat

menguasai berbagai macam kalimat yaitu kalimat dari segi bentuk dan kalimat dari

segi makna. Berdasarkan bentuk kalimat dibagi menjadi tiga jenis yaitu berdasarkan

(1) jumlah klausa yang terdiri dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (2)

kelengkapan unsur yang terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap, dan

(3) susunan subjek dan predikat yang terdiri dari kalimat versi dan kalimat inversi.

Inosensia menguasai dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat majemuk setara dan

kalimat majemuk ratapan. Berdasarkan makna kalimat Inosensia memperoleh empat

jenis kalimat yaitu (1) kalimat deklaratif, (2) imperatif, (3) interogatif, dan (4)

interjektif.

Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui hal yang relevan dalam

pemerolehan bahasa anak, khusunya untuk mengetahui bentuk kalimat dan fungsi

kalimat pada anak.

Kata kunci: Pemerolehan bahasa, studi kasus, bentuk kalimat dan makna kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

ix

ABSTRACT

Ekmawati, Renita Tri. 2019. Study of Sentence Forms and Sentence Meanings for the

Acquisition of Languages of Three Year Olds from December to April 2018

Undergraduate Thesis Program (S1). Yogyakarta: Indonesian Language

Education and Literature Programme. Dapartement Of Languages Education

and Arts. Faculty Of Education University Of Sanata Dharma.

Children Language Acquisition at the Case Of Inosensia In This Research Has

Two Objectives To What Kind Of Aspects Of Syntactical Acquisition In Inosensia

Discourses And Sentence Meanings for the Acquisition of Languages of Three Year

Olds.

This research is a descriptive qualitative study using a case study approach

that takes subjects from one child at the age of three. Data in the form of speech

Inosensia collected naturally through the process of observation, recording, and

recording. The tools used are, stationery and HP as a recorder and documentation.

Data is taken for 4 months, namely December 2017 to April 2018, data collection is

done when the child is playing, eating, and relaxing.

The results showed that the Inosensia of three year olds can get various kinds

of sentences, namely the form of the sentence and the meaning of the sentence. Based

on the sentence forms are divided into three types, namely based on (1) the number of

clauses consisting of single sentences and compound sentences, (2) complete

elements consisting of complete sentences and incomplete sentences, and (3) subject

arrangement and predicate consisting of sentences version and inversion sentence.

Inosensia controls two types of compound sentences namely equivalent compound

sentences and lamentative compound sentences. Meaning of the sentence Inosensia

obtained four types of sentences, namely (1) declarative sentence, (2) imperative, (3)

interrogative, and (4) Interjective.

The results of this study are expected to know the relevant things in the

acquisition of children's language, especially to find out the sentence form and

sentence functions in children.

Keywords: Language acquisition, case studies, sentence forms and sentence

meanings.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Bentuk Kalimat

dan Makna Kalimat pada Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun Periode

Desember Sampai April 2018 Studi Kasus pada Inosensia Verlinita Sekar Pelangi.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa Satra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini dapat berhasil berkat adanya bimbingan, arahan, dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc. Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan.

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan dukungan, saran, serta bimbingan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

xi

6. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. Selaku Trianggulator dalam skripsi

ini.

7. Dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi perbaikan skripsi ini.

8. Theresia Rusmiyanti, selaku karyawan secretariat PBSI yang membantu

penulis dalam mengurus keperluan sistem dan pendaftaran ujian skripsi.

9. Staf dan karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah

membantu penulis mendapatkan literature yang menunjang penyelesaian

skripsi ini.

10. Ibu dan Bapakku tercinta yang telah memberikan segala dukungan

nasihat, motivasi, rasa cinta, rasa sayang, perhatian, materi dan doa selama

ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Agustinus Agung Febrianto.S.E, Catharina Lely Septiana Virganita S.S.

dan Anenggria Berta, Inosensia Verlinita sekar Pelangi, Fidelis Ergin

Vistana Ningrat dan seluruh keluargaku yang sudah memberikan

dorongan berupa nasihat, motivasi, perhatian dan doanya.

12. Sahabatku dan teman-teman seperjuanganku Stefin Indra Hapsari, Eko

Oktaviana Dian Bedoih,S.P. Rina Kurniawati,S.Pd. Laurensius Fery,S.Pd.

Giovano Alexander Engko, S.Pd. Theresia Pratiwi, dan teman-teman lain

yang selalu menemani penulis berdiskusi.

13. Teman-teman PBSI 2013, yang telah berbagi suka dan duka bersama-

sama berjuang untuk menyelesaikan studi di Prodi PBSI tercinta ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

xii

14. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Yogyakarta, 31 Juli 2019

Penulis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

HALAMAN MOTO ............................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................. vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI ............................. vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................... x

HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................... xii

HALAMAN BAGAN .......................................................................................... xvi

LAMPIRAN .......................................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

E. Batasan istilah ..................................................................................... 6

F. Sistematika Penyajian ......................................................................... 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan ..................................................................................... 9

B. Landasan Teori ......................................................................................... 10

1. Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak .................................................... 10

2. Pengertian Kalimat .............................................................................. 16

3. Unsur-unsur Kalimar .......................................................................... 17

4. Klasifikasi Kalimat ............................................................................ 25

5. Kalimat Berdasarkan Bentuk ............................................................. 26

6. Kalimat Berdasarkan Makna .............................................................. 39

7. Teori Pemerolehan Bahasa ................................................................ 42

8. Perkembanagan Sosial dan Komunikasi ........................................... 46

9. Pemerolehan Bidang Sintaksis .......................................................... 46

10. Cara Anak Menguasai Makna Kata ................................................... 48

11. Studi Kasus ........................................................................................ 48

C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 51

B. Data dan Sumber Data ............................................................................. 52

C. Metode dan Teknik Penelitian Pengumpulan Data ................................... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 52

E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 53

F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 53

G. Trianggulasi .............................................................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 55

B. Analisis Data Peneliti ............................................................................... 56

1. Analisis Data Berdasarkan Bentuk Kalimat ....................................... 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

xv

2. Analisis Data Berdasarkan Makna Kalimat ........................................ 76

C. Pembahasan ............................................................................................. 89

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 95

B. Implikasi ................................................................................................... 97

C. Saran ......................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 99

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

xvi

DAFTAR BAGAN

2.2 Kerangka Berpikir ………………………………………………………… 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

xvii

LAMPIRAN

Halaman Lampiran .......................................................................................... 121

Lampiran 1 Surat Triangulator ........................................................................ 122

Lampiran 2 Analisis Data ................................................................................ 123

a. Analisis data dari segi jumlah klausa ....................................... 124

b. Analisis data dari segi kelengkapan unsur ............................... 150

c. Analiss data dari segi susunan subjek dan predikat ................ 162

d. Analisis data dari segi makana ................................................. 175

Lampiran 3 Foto subjek .................................................................................. 185

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab satu dalam skripsi ini yaitu pendahuluan berisi paparan mengenai: latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

istilah, dan sistematika penyajian. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia tidak lepas dari komunikasi, karena komunikasi sangatlah penting untuk

saling berinteraksi satu orang dengan yang lain. Sarana untuk berkomunikasi yaitu

bahasa. Bahasa merupakan alat untuk memperlancar komunikasi supaya tidak terjadi

kesalahan dalam menanggapi arti dari tuturan orang lain. Bahasa menurut

Kridalaksana (dalam Chaer 2003: 32), bahasa merupakan sistem lambang yang

arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Bahasa dapat digunakan untuk

menyampaikan ide gagasan yang dimiliki oleh penutur untuk menyampaikan suatu

infrormasi kepada mitra tutur. Bayi yang sejak dalam kandungan sudah mendapatkan

informasi yang dirangsang oleh ibunya, sehingga anak melakukan proses yang

disebut pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau

akuisisi bahasa menurut Dardjowidjodjo (2003:225) menyatakan bahwa pemerolehan

bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural

waktu dia belajar bahasa ibunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

2

Pada usia perkembangan anak, bahasa yang diperolehnya tidak hanya

menyampaikan keinginan untuk meminta sesuatu, namun juga untuk menyampaikan

informasi. Sebelum anak melakukan komunikasi yang akan disampaikan maka anak

terlebih dahulu memperhatikan atau menirukan kalimat yang ujarkan oleh orang tua

atau orang lain. Kata-kata yang diujarkan oleh orang tua atau orang lain dihubungkan

dengan kegiatan, proses, benda yang disaksikan. Ini berarti bahwa anak-anak

menghubungkan hal yang ia dengar melalui proses pemikirannya. (Pateda, 1990:63).

Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya, biasanya untuk menyampaikan

keinginan kepada orang tua atau orang yang sering dengannya. Hal ini peran orang

tua yang sangat penting, karena orang tua yang selalu mengajarkan cara berbahasa

yang baik sesuai dengan tingkatan usia, dengan begitu anak akan memperhatikan dan

menirukan apa yang sudah diperolehnya sehingga dapat menyampaikan

keinginannya. Bahasa pertama anak cenderung kepada bahasa tempat anak tinggal

yang dikenal dengan bahasa ibu. Pemerolehan bahasa pada anak dimulai pada umur

0-5 tahun. Anak membutuhkan perhatian dan bimbingan dari orang tua dan

lingkungan sekitar untuk membantu kelancaran berbahasa anak yang baik. Pada

umumnya anak usia 3 tahun sudah mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang di

dalamnya memiliki unsur subjek dan predikat. Ketika anak berkomunikasi pasti

memiliki bentuk dan makna kalimat yang mana bentuk kalimat menyangkut dengan

kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dibagi menjadi Predikat Frasa

Nominal, adjectival, verbal, preposisional. Sedangkan makna kalimat menyangkut

berita, perintah, tanya, seru, dan Emfatik. Dengan adanya bentuk kalimat dan makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

3

kalimat, maka anak akan dengan jelas berkomunikasi untuk menyampaikan hal yang

diinginkan. Pada saat mempelajari bahasa anak kita banyak mendapatkan hal

bagaimana anak belajar berbicara, mengerti dan menggunakan bahasanya. Agar

seorang anak dapat berbahasa dengan baik, harus didukung dengan pengetahuan

kosakata dan struktur bahasa yang benar. Karena kosakata merupakan unsur yang

paling penting dan dianggap sebagai penanda kemampuan berbahasa anak, ketika

anak sudah banyak memproduksi kosakata berarti anak tersebut sudah dikatakan

mampu dalam pemerolehan bahasa.

Pada usia 3-4 merupakan usia saat seorang anak memperoleh bahasa khususnya

kosakata dengan sangat pesat. Pada usia tersebut anak-anak telah mendapatkan

pendidikan di tingkat kelompok bermain atau play group. Hal tersebut memegang

pengaruh berbahasa pada anak-anak, sebab ketika mendapatkan pendidikan di

sekolah anak-anak akan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini berbeda

dengan usia di bawahnya, bahasa yang digunakan masih terpengaruh bahasa sang ibu

karena pengaruh interaksi lingkungan keluarga. Pendidikan pada anak-anak usia 3-4

tahun difungsikan untuk mendidik anak agar dapat berinteraksi dengan orang lain.

Pendidikan kelompok bermain atau play group sifatnya hanya menolong anak untuk

siap memasuki pendidikan dasar (Chaer, 2009:237).

Penelitian mengenai pemerolehan bahasa dilakukan karena ketika peneliti

melihat hal yang relevan di lingkungan masyarakat khususnya pada anak usia 3

tahun. Peneliti melihat bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam proses anak

melakukan komunikasi, karena pada usia 3 tahun ke atas anak sangat rentan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

4

menirukan ucapan-ucapan yang ia dengar dari orang lain atau teman sebayanya.

Peneliti juga melihat pada anak usia 3 tahun yang suduh cakap dalam menyampaikan

keinginannya dengan menggunakan bentuk kalimat secara baik. Mengenai penelitian

pemerolehan bahasa anak memang menarik dan sangat penting untuk diteliti, karena

dengan bentuk kalimat dan makna kalimat mempunyai kekhasan saat diucapkan oleh

anak itu sendri. Dengan penelitian ini dapat diketahui anak usia 3 tahun ke atas sudah

bisa menyampaikan komunikasi dengan bentuk kalimat dan makna kalimat dengan

baik atau belum karena pada dasarnya anak usia 3 tahun ke atas sudah mampu

menggunakan bentuk kalimat dan makna kalimat secara baik.

Penelitian mengenai kajian bentuk kalimat dan makna kalimat pada anak usia 3

tahun studi kasus pada Inosensia Verlinita Sekar Pelangi, peneliti mempunyai

harapan yaitu supaya mengetahui perkembangan berkomunikasi anak terutama pada

bentuk kalimat dan makna kalimat anak pada usia 3 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemerolehan bentuk kalimat pada Inosensia, anak usia 3

tahun?

2. Bagaimanakah pemerolehan makna kalimat pada Inosensia, anak usia 3

tahun?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, tujuan yang

ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

5

1. Mendeskripsikan pemerolehan bentuk kalimat pada Inosensia, anak usia 3

tahun.

2. Mendeskripsikan pemerolehan makna kalimat pada Inosensia, anak usia 3

tahun.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat guna memperkaya penelitian

bahasa dalam bidang psikolinguistik dan sintaksis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para penutur dalam lingkup

keluarga untuk mempertimbangkan pemerolehan bahasa anak. Dan sebagai

masukan bagi orang tua agar lebih memperhatikan tumbuh kembang anak

terutama dalam proses pemerolehan bahasa anak

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan supaya mengetahui keadaan yang relevan

dalam pemerolehan bahasa pada anak khusunya bentuk kalimat dan fungsi

komunikatif dan dapat menambah pengalaman dalam meneliti bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

6

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa istilah. Istilah-istilah

tersebut dibatasi pengertiannya supaya penelitian ini lebih terarah. Batasan istilah

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pemerolehan bahasa anak

Pemerolehan bahasa anak adalah suatu proses penguasaan bahasa yang

dialami oleh anak.

2. Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang

yang disertai nada akhir turun naik. (Ramlan, 1981:12).

Menurut Tata Bahasa Baku (1988:254) “Kalimat adalah bagian terkecil

ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara

ketatabahasaan”.

3. Bentuk kalimat

Bentuk kalimat adalah wujud kalimat yang dituturkan oleh anak dalam

berbahasa.

bentuk kalimat menurut kamus linguistik adalah penampakan atau rupa

satuan bahasa.

4. Makna kalimat adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata,

jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika

suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya. Peristiwa atau

keadaan tertentu maka ia tidak bisa memperoleh makna dari kata itu

(Tjiptadi, 1984:19).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

7

Makna kalimat adalah hubungan dalam arti kesepadanan, atau

ketidaksepadanan antara ujaran dan semua hal yang ditunjukannya

(Kamus Linguistik, 1982:103).

5. Psikolinguistik

Psikolinguistik adalah ilmu yang mempergunakan bahasa sebagai objek

studi.

6. Sintaksis menurut Kridalaksana (1983:154) adalah pengaturan dan

hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih

besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.

7. Pemerolehan bahasa anak

Perkembangan bahasa anak adalah proses pemerolehan bahasa yang

dialami anak-anak sejak lahir sampai kira-kira menjelang usia sekolah

(Abdul Chaer, 2003: 221).

8. Studi kasus

Sussilo Rahardjo dan Gudnanto (2011:250) Studi kasus adalah suatu

metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan

komperhensif agar diperoleh pemahaman yang yang mendalam tentang

individu tersebut tentang masalah yang dihadapinnya dengan tujuan

masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang

baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

8

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan

yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian.

Bab II merupakan bagian tinjauan pustaka yang digunakan untuk

menganalisis masalah-masalah yang diteliti, yaitu pemerolehan bahasa anak pada usia

3 tahun, tentang penelitian yang relevan dan landasan teori.

Bab III adalah bagian metodologi penelitian yang berisi tentang metode

penelitian. Dalam bab tiga akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian,

(3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrument penelitian, (5) metode dan

teknik analisis data, (6) keabsahan data.

Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan

hasil penelitian.

Bab V merupakan bagian kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian

selanjutnya berkaitan dengan penelitian pemerolehan bahasa anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab dua dalam skripsi ini berisi paparan mengenai: penelitan yang relevan,

landasan teori dan kerangka berpikir. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.

2.1 Penelitian Relevan

Ada dua penelitian yang menurut peneliti relevan dengan penelitian ini,

penelitian tersebut diteliti oleh Anastasia Desmana Wardhani (2008) mahasiswa PBSI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini mengenai Pemerolehan

sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama. Subjek dari penelitiannya adalah

anak yang bernama Raka, berusia dua tahun. Penelitian ini ditulis dalam skripsi yang

berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus

Raka Anak Usia Dua Tahun. Anastasia (2008) memaparkan pemerolehan sintaksis

yang dihasilkan oleh Raka. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa Raka sudah

menghasilkan kalimat berdasarkan makna yang terdiri dari kalimat deklaratif (326

tuturan), kalimat imperatif (84 tuturan), kalimat interogatif (43 tuturan), dan kalimat

eksklamatif (8 tuturan), jadi total kalimat berdasarkan makna yaitu 461 tuturan.

Sedangkan kalimat berdasarkan bentuk yang terdiri dari jumlah klausa (132 tuturan),

kelengkapan unsur (461 tuturan), dan susunan subjek dan predikat (132 tuturan), jadi

total tuturan berdasarkan bentuk yaitu 461 tuturan. Perbedaan dengan peneliti yaitu

peneliti menemukan kalimat majemuk pada Inosensia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

10

Penelitian yang dilakukan oleh Ada (2003) mengenai pemerolehan morfologi

bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek dari penelitiannya adalah anak yang

bernama Ngaisia yang berusia tiga tahun. Penelitian ini ditulis dalam skripsi yang

berjudul Pemerolehan Morfologi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus

Ngaisia. Anak Usia Tiga Tahun. Ada (2003) memaparkan pemerolehan morfologi

yang dihasilkan oleh Ngaisia. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa Ngaisia

sudah menguasai bentuk afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Dalam hal ini orang tua

Ngaisia mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa anaknya.

Perbedaan dengan peneliti yaitu peneliti menganalisis pemerolehan sintaksi dilihat

dari bentuk dan makna kalimat.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hakikat

pemerolehan bahasa anak, pengertian kalimat, pembagian kalimat, dan teori

pemerolehan bahasa anak.

2.2.1 Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak

Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut

Maksan (1993:20) adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh

seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal. Lyons (1981:252) menyatakan

suatu bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan

pengetahuan bahasa pada penutur bahasa disebut pemerolehan bahasa. Artinya,

seorang penutur bahasa yang dipakainya tanpa terlebih dahulu mempelajari bahasa

tersebut. Dardjowidjodjo (2003:225) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

11

proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural waktu dia belajar

bahasa ibunya. Strok dan Widdowson (1974:134) menungkapkan bahawa

pemerolehan bahasa dan akuisisi bahasa adalah suatu proses anak-anak mencapai

kelancaran dalam bahasa ibunya. Huda (1987:1) menyatakan bahwa pemerolehan

bahasa adalah proses alami di dalam diri seseorang menguasai bahasa. Pemerolehan

bahasa biasanya didapatkan hasil kontak verbal dengan penutur asli lingkungan

bahasa itu. Dengan demikian, istilah pemerolehan bahasa mengacu pada penguasaan

bahasa secara tidak disadari dan tidak terpengaruh oleh pengajaran bahasa tentang

sistem kaidah dalam bahasa yang dipelajari. Chaer (2009) menyatakan pemerolehan

bahasa atau akuisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang

kanak-kanak ketika ia memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibunya.

Jadi pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak

kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Pemerolehan bahasa mempunyai suatu permulaan yang tiba-tiba, tanpa disadari.

Kebebasan bahasa mulai sekitar usia satu tahun disaat anak mulai menggunakan kata-

kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk mencapai aneka tujuan

sosial mereka. Pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan gradual yang muncul

dari masyarakat melalui proses yang panjang. Artinya, proses peniruan terjadi kepada

siapa saja, di mana saja dan kapan saja. (McGraw, 1987:570). Pemerolehan bahasa

berbeda dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-

proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

12

setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Pada pemerolehan bahasa anak peneliti

akan meneliti bentuk kalimat dan fungsi bahasa yang dituturkan oleh informan.

Berkaitan dengan pemerolehan bahasa, setidaknya anak-anak memperoleh

dan mempelajari paling sedikit satu bahasa, kecuali anak-anak yang secara fisik

mengalami gangguan atau cacat. Menurut para ahli anak akan mencapai tingkat

penguasaan bahasa orang dewasa dalam waktu kurang lebih 25 tahun. Selanjutnya,

anak selalu berusaha menyempurnakan pemerolehannya dengan menambah

penguasaan kosakata, mempertajam pemahaman akan tata bahasa, dan hal-hal lain

yang menyangkut seluk beluk bahasa ini.

Tahap-tahap perkembangan anak secara kronologis oleh Mackey (1965) sebagai

berikut.

1. Tahap 1, umur 3 bulan

Anak mulai mengenal suara manusia ingatan yang sederhana mungkin

sudah ada, tetapi belum tampak. Segala sesuatu masih terkait dengan apa yang

dilihatnya. Koordinasi anatara pengertian dan apa yang diucapkannya belum

jelas. Anak mulai tersenyum dan mulai membuat suara-suara yang belum teratur.

2. Tahap 2, umur 6 bulan

Anak sudah bisa mulai membedakan antar nada yang “halus” dan nada

yang “kasar”. Dia mulai membuat vokal seperti “aEE. aEE..aEEaEE”

3. Tahap 3, umur 9 bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

13

Anak mulai bereaksi terhadap isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-

macam suara dan tidak jarang kita bisa mendengar kombinasi suara yang

menurut orang dewasa suara yang aneh.

4. Tahap 4, umur 12 bulan

Anak mulai membuat reaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan

suara-suara dan bisa diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya

untuk mendapatkannya sesuatu.

5. Tahap 5, umur 18 bulan

Anak mulai mengikuti petunjuk. Kosakatanya sudah mencapai dua puluhan.

Dalam tahap ini komunikasi dengan menggunakan bahasa sudah mulai tampak.

Kalimat dengan satu kata sudah digantinya dengan kalimat dua kata.

6. Tahap 6,

Umur 2-3 tahun(baik yang pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa

ratus. Anak sudah bissa mengutarakannya isi hatinya dengan kalimat sederhana.

7. Tahap 7, umur 4-5 tahun

Pemahaman anak semakin mantap, walaupun masih sering bingung dalam

hal yang menyangkut waktu (konsep waktu belum bisa dipahaminnya dengan

jelas). Kosakata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah

makin banyak jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimay-kalimat

yang agak rumit mulai digunakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

14

8. Tahap 8, umur 6-8 tahun

Tidak ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang

dewasa sehari-hari. Mulai belajar membaca dan aktivitas ini dengan sendirinya

menambah perbendaharaan katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat

yang agak rumit dan BI pada dasarnya sudah dikuasainya sebagai alat untuk

berkomunikasi

Tahap-tahap perkembangan bahasa anak menurut buku bidang

pengembangan kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006) tahap perkembangan anak dibagi

ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Tahap-tahap

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Linguistik (Masa Meraban)

Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang dialami

oleh anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi menjadi dua bagian

yaitu.

a. Tahap meraba pertama

Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian

kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.

b. Tahap meraba kedua

Usia 6-12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam

ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh ,

celotehnya berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan. Seperti /ba ba

ba, dad a da.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

15

2. Tahap Linguistik

Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada

tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap

linguistik terbagi menjadi empat tahapanan yaitu,

a. Tahap Holofrasis (tahap satu kata)

Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan satu kata. Pada periode ini

disebut holofrase, karena anak-anak menyatakan makana keseluruhan frase

atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkan itu.

b. Tahap ucapan dua kata

Berlangsung sewaktu anak usia 1,5-2 tahun. Tahap ini memasuki tahap

pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat.

Tuturannya mulai bersifat telegrafik artinya apa yang dituturkan anak

hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat dan kata

kerja.

c. Tahap pengembangan tata bahasa

Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh

anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah

mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu

menyusun kalimat yang lebih rumit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

16

2.2.2 Pengertian Kalimat

Menurut Tata Bahasa Baku (2014:317) “Kalimat adalah satuan bahasa

terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh”.

Ramlan (1981:12) mengungkapkan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang

dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun naik. Menurut

Kridalaksana (2001) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri

sendiri, mempunyai pola intonasi final, secara aktual maupun potensial terdiri dari

klausa, klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi

yang merupakan gabungan klausa atau satu klausa, yang membentuk satuan bebas,

jawaban minimal, seruan dan salam. Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008:54)

kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi

final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai kalimat, maka dapat disimpulkan

bahwa kalimat dapat dipahami sebagai satuan kebahasaan yang secara relatif dapat

berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir, dan terdiri dari klausa atau mungkin

beberapa klausa.

Jadi, sedikitnya terdapat 4 unsur yang perlu diperhatikan untuk menyebut

sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia, yakni bahwa (a) kalimat merupakan satuan

kebahasaan tertentu, (b) kalimat memiliki ciri dapat berdiri sendri dan memiliki

makna yang utuh, (c) kalimat memiliki intonasi akhir, baik yang mendatar, menarik,

maupun menurun, dan (d) kalimat memiliki klausa. Selanjutnya bilamna dilihat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

17

dimensi fungsinya, kalimat terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap, dan

keterangan.

2.2.3 Unsur-unsur kalimat

Kalimat dalam bahasa Indonesia tersiri atas dua buah unsur pokok, yakni

unsur subjek dan usnur predikat. Dalam konstruksi kalimat yang lengkap, kedua

unsur yang pokok itu masih dilengkapi lagi dengan objek, komplemen atau

pelengkap, dan keterangan. Jadi kalimat yang benar-benar dikonstruksi secara

lengkap sesunguhnya dapat memiliki lima unsur, yakni subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan. Pada umumnya. Dalam praktik berbahasa pada ragam

ilmiah, tidak semua unsur kebahasaan itu hadir simultan, hal ini bahwa kalimat

memilki dua unsur yang sangat pokok, yakni unsur subjek dan predikat. (dalam

Rahardi, 2009).

Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur kalimat.

1. Subjek

Unsur pembentuk kalimat yang harus disebut pertama disini adalah subjek.

Dalam kalimat, subjek tidak selalu terdapat di depan predikat. Ada beberapa cara

yang yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan subjek kalimat.

a. Mempergunakan pertanyaan [siapa+ yang+ predikat] untuk subjek orang,

mempergunakan pertanyaan [apa + yang + predikat] untuk subjek yang

bukan orang. Perhatikan kalimat berikut ini.

(1) Adik sedang belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

18

Dengan menerapkan formula di atas, maka lalu pertanyaanya adalah

‘siapa yang sedang belajar?’ jawabannya tentu adalah ‘Adik’. Jadi

subjek kalimat di atas adalah ‘Adik’.

(2) Atas perhatian bapak kami ucapkan terima kasih.

Pada kalimat di atas, subjek kalimatnya pasti adalah ‘terima kasih’.

Alasannya, predikatnya adalah ‘kami ucapkan’. Maka rumusan

pertanyaan untuk mengidentifikasi subjeknya adalah ‘Apa yang kami

ucapkan atas perhatian bapak?’ jawabannyya adalah ‘terima kasih’. Jadi

‘terima kasih adalah subjek dari kalimat itu.

b. Subjek kalimat dalam bahasa Indonesia lazimnya bersifat takrif atau bersifat

pasti (definitie). Penanda ketakrifan atau kepastian itu adalah digunakan kata

‘itu’ atau ‘ini’ dibelakang unsur subjek. Perhatikan contoh berikut.

(3) Puisi Vendi itu sangat bagus.

Jelas sekali bahwa unsur ‘ puisi Vendi itu’adalah subjek dari kalimat (4)

tersebut. Kehadiran kata itu dibelakang pusi Vendi menjadikan unsur

kebahasaan itu bersifat takrif atau pasti.

(4) Mencermati persoalan yang sulit itu, saya menjadi bingung kembali.

Bentuk ‘itu’ yang ditempatkan di belakang karangan subjek, yakni

‘persoalan yang sulit’, juga akan menajdikan frasa itu secara keseluruhan

berubah mejadi subjek kalimat.

c. Sebuah subjek dalam kalimat adalah kemungkinan hadirnya kata ‘bahwa’

pada awal kalimat. Jadi bukan ‘bahwa’ yang hadir disembarang tempat pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

19

kalimat itu. lazimnya, subjek kalimat yang diawali dengan ‘bahwa’

merupakan klausa nomina, yang difungsikan untuk mengisi unsur subjek

pada kalimat tersebut. Perhatikan kalimat berikut ini.

(5) Bahwa persoalan itu tidak mudah, telah diketahui oleh para mahasiswa

sebelumnya.

Subjek kalimat di atas adalah ‘bahwa persoalan itu tidak mudah’.

Demikian pula apabila unsur-unsur yang diawali dengan ‘bahwa’ it

terletak dibelakang predikat seperti pada kalimat berikut.

d. Ciri lain dari subjek kalimat adalah bahwa entitas kebahasaan itu

dimungkinkan memiliki pewatas ‘yang’. Dengan kehadiran pewatas ‘yang’

itu, subjek kalimat yang semula hanya berupa kata, lalu berubah menjadi

frasa. Perhatikanlah kalimat berikut ini.

(6) Anak yang nakal itu menangis tidak henti-hentinya dari tadi.

Bentuk kebahasaan yang berbunyi ‘anak yang nakal itu’ adalah subjek

dari kalimat di atas.

e. Ciri yang terkahir yang juga sangat penting bahwa subjek kalimat tidak

pernah didahului preposisi atau kata depan. Kehadiran kata depan atau

preposisi di depan unsur subjek kalimat akan menjadikan subjek kalimat

menjadi tidak jelas dan kabur. Adapun contoh-contoh preposisi yang lazim

ditempatkan secara salah di depan subjek itu adalah sebagai berikut:

‘dalam’, ‘pada’, ‘kepada’, ‘di’, ‘ke’, ‘dari’. Maka, jangan pernah bentuk-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

20

bentuk kebahasaan seperti di atas itu ditempatkan di depan subjek kalimat.

Perhatikan contoh berikut ini.

(7) Kepada para mahasiswa yang belum melunasi pembayaran, diperlukan

keluar ruangan.

Bentuk ‘kepada para mahasiswa yang belum melunasi pembayaran’,

yang sedianya diformulasikan sebagai subjek pada kalimat itu,

merupakan bentuk kebahasaan yang keliru dalam kalimat itu. sebuah

subjek kalimat yang benar, tidak pernah dapat dimungkinkan diawali atau

didahului preposisi atau kata depan. Maka, kalimat di atas seharusnya

berbunyi seperti berikut ini,

(7a)Para mahasiswa yang belum melunasi pembayaran dipersilahkan

keluar ruangan.

2. Predikat

Predikat memiliki karakter yang tidak sama dengan subjek. Akan tetapi kejatian

sebuah subjek menjadi jelas juga karena ada subjek kalimatnya. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa sesungguhnya subjek dan predikat kalimat itu sama-sama

menjadi unsur pokok dalam kalimat. Cara yang paling mudah untuk

mengidentifikasi predikat kalimat adalah sebagai berikut.

a. Mengajukan pertanyaan ‘mengapa atau bagaimana’.

Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

(8) Vendi menangis tersedu-sedu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

21

Predikat kalinat itu dipastikan ‘menangis tersedu-sedu’ karena unsur itu

memberikn jawaban atas pertanyaan ‘bagaimana Vendi?’ atau ‘mengapa

Vendi?’ jadi predikatnya adalah ‘menangis tersedu-sedu’.

(9) Julian sedang membuat buku.

Pertanyaan dengan kata tanya ‘mengapa’ untuk mengetahui predikat

kalimat yakni ‘Mengapa Julian’ jawabannya adalah ‘sedang membuat

buku’.

b. Ciri kedua yaitu bahwa entitas kalimat itu dapat berupa kata ‘adalah’ atau

‘ialah’ disebut sebagai kalimat nominal. Perhatikan contoh kalimat berikut

ini.

(10) Jumlah informan yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah

lima puluh orang.

Dalam kalimat (10), predikat ‘adalah’ digunakan untuk

menghubungkan pelengkap atau komplemen, yakni ‘lima puluh orang’

dengan subjek kalimat, yakni ‘jumlah informan yang akan digunakan di

dalam penelitian itu’.

c. Ciri ketiga yaitu penegasan untuk predikat yang berupa verba dan adjektiva

dilakukan dengan kata ‘tidak’. Adapun untuk predikat yang tidak berupa

verba atau adjektiva, penegasian itu dilakukan dengan menggunakan kata

‘bukan’. Sebagai contoh perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

(11) Anak-anak itu cerdas.

(12) Anak yang cantik itu bukan mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

22

Dalam kalimat (11), kelihatan dengan jelas bahwa adjektiva ‘cerdas’

merupakan predikat kalimat itu dan dapat dinegasikan dengan kalimat

‘tidak’. Adapun kalimat (12), nomina ‘mahasiswa’ dinegasikan dengan

kata ‘bukan’.

d. Ciri keempat yaitu unsur kebahasaan itu didampingi oleh kata-kata yang

berkaitan dengan masalah aspek dan modalitas. Adapun kata-kata yang

berkaitan dengan aspek di dalam linguistik itu diantaranya adalah: ‘telah’,

‘belum’,’akan’, ‘sedang’. Adapun kata-kata yang merupakan modalitas itu

diantaranya adalah: ‘ingin’, ‘hendak’, ‘mau’. Perhatikan contoh kalimat

berikut ini.

(13) Desa yang dulu terbelakang ini sekarang sudah sangat maju.

(14) Katak pun ingin ikut bersuara.

Jadi, kata ‘sudah’ pada kalimat (13) merupakan aspek. Letakanya persis

di depan adjektiva, yakni adjektiva ‘maju’. Adapun pada kalimat (14)

kata ‘ingin’ merupakan modalitas berada di belakang nomina bernyawa

yang menjadi subjek kalimat itu.

3. Objek

Unsur kalimat yang disebut objek itu dapat dipertentangkan dengan subjek

kalimat. Berikut ini ciri-ciri objek kalimat.

a. Objek kalimat wajib hadir pada kalimat berpredikat verba aktif. Verba aktif

tersebut lazimnya adalah verba yang berawalan [me-]. Jadi, objek hanya

boleh hadir pada kalimat berpredikat aktif transitif. Kebahasaan itu tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

23

mungkin hadir pada kalimat berpredikat verba pasif [di-], [ber-], atau [ke-

an]. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

(15) Vendi mengambar orang-oragan

(16) Julian meraih hadiah utama BRI.

Dalam kalimat (15) dan (16) di atas, ‘orang-orangan’ dan ‘hadiah

utama’ merupakan objek verba berawalan [me-], yakni ‘mengambar’

dan ‘meraih’. Kalimat dengan predikat verba demikian ini disebut

kalimat aktif transitif. Jadi objek wajib hadir pada kalimat dengan verba

yang bersifat akttif transitif.

Akan tetapi, objek sama sekali tidak bisa dihadirkan pada verba

berawalan [di-], [ber-], dan berkonfiks [ke-an] seperti contoh di bawah

ini.

(17) Vendi dilahirkan di Yogyakarta.

Verba ‘dilahirkan’ pada kalimat (17) tidak diikuti objek, melainkan

diikuti keterangan.

b. Ciri kedua objek kalimat yaitu entitas kebahasaan itu tidak pernah didahului

preposisi atau kata depan. Berikut ini contoh kalimat.

(18) Reni menulis buku itu.

unsur ‘buku itu’ pada kalimat (18) merupakan objek kalimat itu. antara

predikat ‘menulis’ dan objek ‘buku itu’ sama sekali tidak ditemukan

preposisi yang menyisipnya.

(19) Reni menulis dalam buku itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

24

Kalimat (19) berterima dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, jangan

pernah memakasakan bahwa unsur objek dapat hadir pada kalimat itu.

dengan kehadiran kata depan ‘dalam’ di depan objek kalimat ‘buku itu’

maka jadilah unsur itu keterangan bukan objek.

4. Pelengkap

Dalam sebuah kalimat, dimungkinkan hadir pelengkap atau komplemen. Dalam

banyak hal, objek dan pelengkap memiliki kesamaan. Pelengkap mempunyai

kedudukan dibelakang predikat, tidak pernah diawali preposisi atau kata depan, dan

juga bersifat waajib hadir untukm melengkapi kalimat. Pelengkap harus hadir

apabila predikatnya berupa verba aktif intrasitif.

Perbedaan mendasar antara objek dan pelengkap adalah bahwa pelengkap tidak

pernah dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Bilamana terdapat objek dan

pelengkap di belakang predikat dalam kalimat aktif, unsur objek itulah yang akan

berubah menjadi subjek kalimat pasif. Jadi, itulah satu-satunya perbedaan mendasar

antara objek kalimat dan pelengkap atau komplemen. Perhatikan contoh kalimat

berikut ini.

(20) Jualian memberi Vendi buku bekas.

(21) Reni membelikan Julian computer baru.

Dalam kalimat (20), ‘buku bekas’ adalah pelengkap atau komplemen.

Adapun objeknya adalah Vendi. Demikian pula pada kalimat (21) yang

menjadi unsur komplemen itu adalah ‘komputer baru’. Kedua unsur

tersebut tidak mungkin dijadikan subjek pada kalimat pasif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

25

5. Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang sifatnya tidak wajib hadir. Berrbeda

dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap yang sifatnya wajib hadir. Adapun

tugas dari unsur keterangan dalam kalimat adalah memberikan informasi lebih

lanjut tentang sesuatu yang terdapat di dalam kalimat itu. seperti informasi

mengenai waktu, tempat, cara, sebab, tujuan, dan seterusnya.

Keterangan di dalam kalimat dapat berupa frasa, yang ditandai oelh kehadiran

kata depan seperti: ‘di’, ‘pada’, ‘di’, ‘ke’, ‘dari’, ‘kepada’, ‘oleh’, ‘untuk’. Salah

satu ciri dari unsur keterangan, bahwa keterangan itu kehadirannya tidak terikat

posisi. Lazimnya keterangan itu menempati bagian awal dan akhir kalimat.

Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

(22) Sekarang, Vendi sudah dapat mengahsilkan buku.

(23) Vendi sudah dapat menhasilkan buku sekarang.

2.2.4 Klasifikasi Kalimat

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2014:318— 330)

Kalimat dapat dibagi menurut bentuk, dan maknanya (nilai komuikatif). Bentuk

kalimat adalah wujud kalimat yang dituturkan oleh anak dalam berbahasa secara

natural. Sedangkan bentuk kalimat menurut kamus linguistik adalah penampakan atau

rupa satuan bahasa. Makna kalimat adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu

kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu

kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya. Peristiwa atau keadaan tertentu maka

ia tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19). Makna kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

26

adalah hubungan dalam arti kesepadanan, atau ketidaksepadanan antara ujaran dan

semua hal yang ditunjukannya (Kamus Linguistik, 1982:103). Dalam Tata Bahasa

Baku Bahasa Indonesia (1988:267—305) dibedakan dari segi bentuk dan makna

selain itu dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (2003) dibedakan

dari kelengkapan unsur dan susunan subjek dan predikat. Berikut adalah penjelasan

dari jenis-jenis kalimat.

2.2.5 Kalimat berdasarkan bentuk

Menurut Tata Bahasa Baku (2014:318) dilihat dari segi bentuknya kalimat

dibagi menjadi tiga kelompok yakni berdasarkan jumlah klausa (kalimat tunggal dan

kalimat majemuk), berdasarkan kelengkapan unsur (kalimat lengkap dan kalimat

tidak leengkap), berdasarkan susunan subjek dan predikat (kalimat versi dan kalimat

inversi). Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kalimat berdasarkan bentuknya

Menurut jumlah klausa kalimat dibagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat

majemuk. Berdasarkan macam predikatnya kalimat tunggal dapat dibagi lagi menjadi

kalimat yang berpredikat nomina atau frasa nominal, ajektiva atau frasa adjektival,

verba atau frasa verbal, frasa lain seperti sepuluh, hujan dan sebagainya frasa

preposisisonal. Kalimat majemuk juga dapat dibagi menjadi kelompok yang lebih

kecil, yakni kalimat majemuk setara dan kalimat bertingkat. Dari segi maknanya

(nilai komunikatif) kalimat terbagi menjadi lima yaitu kalimat berita, perintah, tanya,

seru, dan emfatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

27

1. Kalimat berdasarkan jumlah klausa

Tata Bahasa Baku (1988:267) Dilihat dari segi bentuknya kalimat dibagi

menjadi dua kelompok yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berikut

pemaparan dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

A. Kalimat Tunggal

Menurut Tata Bahasa Baku (1988:256) kalimat tunggal adalah kalimat yang

terdiri atas satu satu kesatuan bagian inti maupun bukan inti. Kalimat yang terdiri atas

satu klausa, kalimat yang terdiri atas satu unsur S dan P sebagai konstituennya

(Putrayasa, Bagus 2012). Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:56) kalimat tunggal

adalah kalimat yang mempunyai satu subjek dan satu predikat. Dengan demikian,

semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan tetapi, tidak semua kalimat tunggal

merupakan kalimat dasar. Muslich (2015:130) kalimat tunggal adalah kalimat yang

terdiri atas satu klausa (satu subyek, satu predikat) dengan atau tanpa konstituen

bukan inti. Berdasarkan pengertian para ahhli mengenai kalimat tunggal, maka

kesimpulan dari kalimat tunggal yaitu kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat,

selain itu kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek yang hanya terdiri

atas subjek dan predikat saja, namun juga dapat hadirnya unsur manasuka seperti

objek, pelengkap, dan keterangan.

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58) dalam bahasa Indonesia terdapat

enam pola dasar kalimat tunggal, pola yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Subjek (KB) + Predikat (KK) : Pakar Politik berdiskusi.

2. Subjek (KB) + Predikat (KK) + Objek (KB) : Mahasiswa mengikuti Ujian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

28

3. Subjek (KB) + Predikat (KK) + Objek (KB) + Pelengkap (KB) : Dosen

membawakan saya buku Biologi.

4. Subjek (KB) + Predikat (KS) : Harga kertas mahal.

5. Subjek (KB) + Predikat (K.Bil) : Komputernya dua buah.

6. Subjek (KB) + Predikat (KB) : Temanku guru SMA 1.

Pola 1 adalah pola kalimat yang hanya mengandung unsur subjek nomina

(Pakar Politik) dan unsur predikat verba (berdiskusi). Contoh lain adalah sebagai

berikut.

1. Kami Berjuang.

S P

2. Ayah akan berangkat.

S P

3. Kejahatan tersebut dapat diantisipasi.

S P

Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (mahasiswa),

berpredikatkan verba (mengikuti), dan berobjekan nomina (ujian). Contoh lain

sebagai berikut.

4. Kami mencairkan dana.

S P O

5. Pemerintah menyebarluaskan foto pelaku penjarahan.

S P O

6. Komputer dapat mengolah berbagai jenis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

29

S P O

Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (dosen), berpredikatkan

verba (membawakan), berobjek nomina (saya), dan berpelengkap nomina (buku

biologi). Berikut contoh lain kalimat yang mengikuti pola 3.

7. Surat kabar memberikan saya kepintaran.

S P O Pel

8. Beberapa orang mengabari saya berita penculikan.

S P O Pel

Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (harga kertas) dan yang

berpredikatkan adjektiva (mahal). Pola seperti itu dapat dilihat pada kalimat berikut.

9. Suku bunga bank sangat tinggi.

S P

10. Susunan ruang belajar Anda tidak rapi.

S P

Pola 5 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (komputernya) dan yang

berpredikatnya numeralia (dua buah). Kalimat berikut berpola seperti itu.

11. Panjang mobil itu empat meter.

S P

12. Persoalan yang dihadapi pemerintah banyak sekali.

S P

Pola 6 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (temanku) dan yang

berpredikatkan nomina (guru SMA 1) . Berikut adalah contoh lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

30

13. Chairil Anwar pelopor Angkatan 45.

S P

14. Penyusunan rumus besaran sudut itu seorang peneliti.

S P

a. Kalimat Berpredikat Nominal

Kalimat berpredikat nominal adalah kalimat yang predikatnya kata benda atau

frasa benda. Dalam bahasa Indonesia ada jenis kalimat yang predikatnya terdiri atas

nomina (termasuk pronominal) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua nomina

atau frasa nominal yang disejajarkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk

subyek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu penting karena jika

tidak dipenuhi, nomina tadi tidak akan membentuk kalimat (Arifin dan Junaiyah,

2009:56).

Jika kalimat dengan predikat nominal diselipi adalah, verba itu berfungsi

sebagai predikat, sedangkan nominal atau frasa nominal yang mengikutinya menjadi

pelengkap. Dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari, kata adalah dapat disulih

dengan kata ialah atau merupakan. Kendala pemakian ialah adalah bahwa kata itu

tidak dapat mengawali kalimat.

b. Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektival

Kalimat berpredikat adjektival adalah kalimat yang predikatnya kata sifat atau

frasa sifat. (Putrayasa, 2012:16). Predikat kalimat bahasa Indonesia dapat pula

berupa adjektiva atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut.

15. Ayahnya sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

31

16. Pernyataan orang itu benar.

17. Alasan pengunjuk rasa agak aneh.

Pada ketiga contoh tersebut, tiap-tiap subyek kalimatnya adalah ayahnya,

pernyataan orang itu,dan agak aneh. Kalimat yang predikatnya adjektiva sering juga

dinamakan kalimat statif. Kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah

untuk memisahkan subjek dan predikatnya. Hal itu dilakukan apabila subjek,

predikat, atau kedua-duanya panjang.

c. Kalimat Tunggal Berpredikat Verbal

Kalimat berpredikat verbal adalah kalimat yang predikatya verba (kata kerja).

Seperti kita ketahui, bahwa ada bermacam-macam verba yang tiap-tiap verba

mempengaruhi jenis-jenis yang menggunakannya. Berdasarkan penggolongan verba

itu, kalimat yang berpredikat verbal dibagi menjadi empat yaitu kalimat taktransitif,

kalimat ekatransitif, klaimat dwitransitif dan kalimat semitransitif. Akan tetapi

kalimat yang berpredikat verbal hanya dibagi menjadi tiga macam (Alwi, et.al, 1998),

yaitu kalimat taktransitif, kalaimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif. Kalimat

berpredikat verba semitransitif yang objeknya hadir disebut kalimat ekatransitif,

sedangkan yang objeknaya tidak hadir disebut kalimat taktransitif.

1. Kalimat Taktransitif

Kalimat taktransitif adalah kalimat yang tidak berobjek dan tidak

berpelengkap. Kalimat yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap tidak memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

32

dua unsur wajib, yakni subjek dan predikat. Pada umumnya urutan katanya adalah

subjek-predikat. Katagori kata yang dapat mengisi fungsi predikat terbatas pada verba

taktransitif. Seperti halnya kalimat tunggal lain. Kalimat tunggal yang tidak berobjek

dan tidak berpelengkap juga dapat diiringi oleh unsur tidak wajib, seperti keterangan

tempat, waktu, cara. Dan alat. Contoh kalimat verbal yang tidak berobjek dan tidak

berpelengkap dengan unsur tidka wajib diletakan dengan tanda kurung. Berikut

adalah contoh kalimat taktransitif.

18. Bu camat sedang berbelanja

19. Mahasiswa itu sedang berdiskusi.

20. Rombongan menteri mendarat (di tanah yang tidak datar)

21. Dia berjalan (dengan tongkat)

Berdasarkan contoh tersebut tampak pula bahwa verba yang berfungsi

sebagai predikat dalam tipe kalimat itu ada yang berprefiks ber- adapula yang

berprefiks meng-. Dari segi semnatisnya, verba tersebut ada yang bermakna inheren

proses (seperti menguning) dan inheren perbuatan (seperti berbelanja, datang, dan

mendarat). Karena predikat dalam kalimat tidak berobjek dan tidak berpelengkap itu

adalah verba taktransitif, kalimat itu dinamkan kalimat taktransitif.

2. Kalimat Ekatransitif

Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang memiliki satu objek. Menurut Alwi,

et.al (1998), kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur

wajib, yakni subjek, predikat,dan objek. Predikat dalam kalimat ekatrsnitif adalah

verba yang digolongkan dalam kelompok verba ekatransitif. Dari segi makna, semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

33

verba ekatransitif memiliki makna inheren perbuatan. Berikut ini adalah beberapa

contoh kalimat ekatransitif.

22. Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.

23. Presiden merestui pembentukan kalimat umum.

24. Nilai Ebtanas murni menentukan nasib para siswa.

Verba pada tiap-tiap kalimat tersebut adalah memasok, merestui, dan

menentukan. Di sebelah kiri tiap-tiap verba adalah predikat, dan di sebelah kanan

objeknya.

3. Kalimat Dwitransitif

Kalimat Dwitransitif adalah kalimat yang memiliki objek dan pelengkap.

Alwi, et. Al., (1998) menyatakan bahwa ada verba transitif dalam bahasa Inodensia

yang secara semantic mengungkapkan hubungan tiga wujud. Dalam bentuk aktif,

tiap-tiap wujud itu merupakan subjek, objek, dan pelengkap. Verba itu dinamakan

verba dwitransitif.

25. Ida sedang mencari pekerjaan.

26. Ida sedang mencarikan pekerjaan.

27. Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.

Dari contoh (a) di atas yang memerlukan pekerjaan adalah Ida. Dengan

ditambahkannya sufiks-kan pada verba dalam (b) kita rasakan adanya perbedaan

makna yaitu melakukan makna yaitu melakukan perbuatan “mencari” memang Ida,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

34

tetapi pekerjaan itu bukan untuk dia sendiri, meskipun tidak disebut siapa orangnya.

Pada kalimat (c) orang itu secaara eksplisit disebutkan, yakni adiknya.

d. Kalimat berpredikat Numeral

Alwi, et.al (1199: 80 mengatakan bahwa selain macam-macam kalimat yang

predikatnya berupa frasa verbal, adjektival dan nomina yang telah dibicarakan, ada

pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa berupa frasa numeral.

Kalimat berpredikat numeral atau frasa numeral adalah kalimat yang predikatnya kata

bilangan.

B. Kalimat Majemuk

Gorys Keraf, (1984: 167-168) menyatakan kalimat majemuk adalah

penggabungan dari dua kalimat tunggal atau labih, sehingga kalimat yang baru ini

mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk merupakan perluasan

kalimat tunggal yang membentuk satu atau lebih pola kalimat yang sudah ada.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang trdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih.

1. Jenis-jenis kalimat majemuk

Jenis-jenis kalimat majemuk menurut Ramlan (1987) dan Suparman (1981) .

a. Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif).

Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk

yang hubungan antar unsur-unsurnya setara atau sederajat. Berikut adalah contoh

kalimat majemuk setara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

35

28. Ayah berangkat ke kantor. Ibu pergi ke pasar.

Ayah berangkat ke kantor dan Ibu pergi ke pasar.

29. Ia pelajar paling pandai di kelasnya. Ia disenangi teman-temannya.

Ia pelajar paling pandai di kelasnya sebab itu Ia disenangi teman- temannya.

Kalimat majemuk setara terbagi menjadi tiga yaitu:

(a) Kalimat Majemuk Setara Penjumlahan.

Ditandai oleh sambungan dan, lalu, dan lagi. Berikut adalah contoh kalimat

majemuk penjumlahan. Pikiran hanya tumbuh kalau dipergunakan dan akan menjadi

surut kalau dibiarkan menganggur.

(b) Kalimat Majemuk Setara Pertentangan.

Ditandai oleh kata penghubung tetapi dan melainkan. Berikut adalah contoh

kalimat majemuk setara pertentangan. Bukan Arif yang main drama itu tetapi Ari.

b. Kalimat Majemuk ratapan (KMR)

KMR sama S, artinya subjek-subjek dirapatkan. Berikut ini contoh dari kalimat

majemuk rapatan.

30. Pak Burham guru olah raga

S P

Pak Burham , ketua pemuda

S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

36

KMR: Pak Burhan guru olah raga, dan ketua pemuda.

S P1 konj P2

c. Kalimat Majemuk bertingkat (KMB)

Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk bertingkat adalah yang hubungan

antara unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya ada yang menduduki

induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Menurut Chaer (2000)

Kalimat majemuk bertingkat sebagai kalimat luas bertingkat. Kalimat luas bertingkat

adalah kalimat yang dibentuk dari dua buah klausa yang sedang digabungkan menjadi

satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan

sebagainya.

(a) Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian

Ditandai oleh kata penghubung jika, seandainya, dan andai kata. Berikut adalah

contohnya Jika tidak hujan, ia akan dating ke pesta itu.

(b) Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandin

Ditandai oleh kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada dan

laksana. Berikut adalah contoh dari kalimat majemuk bertingkat hubungan

perbandingan. Pak Bahrun menyanyangi semua ponakannya, seperti ia menyayangi

anaknya.

(c) Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

37

Ditandai oleh kata sambung sebab, karena dan oleh karena. Berikut adalah

contoh dari kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban. Dia tidak pergi

sekolah, karena sakit.

3. Kalimat berdasarkan kelengkapan unsur

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (2003) kalimat

berdasarkan kelengkapan unsur dibedakan menjadi dua yaitu kalimat tak lengkap dan

kalimat lengkap. Berikut penjelasasan dari kalimat tak lengkap dan kalimat lengkap.

a. Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap atau disebut dengan kalimat mayor adalah kalimat yang

memiliki klausa lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat.

Contoh dari kalimat lengkap adalah sebagai berikut.

Ibunya penulis novel terkenal.

Makanan ini kiriman dari mertua di Bandung.

b. Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap atau yang disebut “kalimat minor” pada dasarnya

adalah kalimat yang memiliki klausa tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek

saja, predikat saja, objek saja, ataukah keterangan saja. Hal itu bisa terjadi dalam

wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketahui atau disebutkan

sebelumnya. Perhatikan penggalan percakapan berikut.

Amir : Kamu tinggal di mana, Min?

Amin: Di Kampung Melayu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

38

Bentuk di Kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari kalimat lengkap saya

tinggal di Kampung Melayu. Di luar wacana, kalimat tak lengkap sering digunakan

dalam iklan, papan petunjuk dan slogan. Berikut contoh dialog kalimat tak lengkap

antara penjual dan pembeli .

Pembeli : Minta satu kilo Bu.

Penjual : 35.000 (sambil menyerahkan barang).

Berdasarkan dialog tuturan di atas 35.000 merupakan bagian dari bentuk lengkap

Anda harus membayar 35.000.

4. Kalimat berdasarkan susunan subjek dan predikat

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (2003) kalimat

berdasarkan susunan unsur subjek dan predikat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat

versi dan inversi. Berikut ini penjelasan dari kalimat versi dan inversi.

a. Kalimat Versi

Kalimat versi adalah kalimat yang memiliki unsur unsur atau pola kalimat

yang membentuk pola berurutan, yakni S-P-O-K. Berikut contoh kalimat versi.

Televisi itu dimatikan

S P

Kemarin, pacarku menangis karena sedih.

Ket S P Ket

b. Kalimat Inversi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

39

Kalimat inversi adalah kalimat yang urutannya terbalik, urutan fungsi dalam

bahasa Indonesia boleh dikatakan pola: (a) subjek, (b) predikat, (c) objek, dan (d)

pelengkap. Akan tetapi ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang

predikatnya mendahului subjek. Di samping urutan P-S. Berikut adalah contoh dari

inversi.

Matikan televisi itu!

S P

Menangis pacarku kemarin karena sedihnya.

P S K K

2.2.6 Kalimat berdasarkan makna

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2014:323) Makna Kalimat

dibagi menjadi lima yaitu kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, interjektif dan

emfatik. Berikut penjelasan mengenai kalimat berdasarkan makna.

1. Kalimat Berita (Kalimat Deklaratif)

Kalimat berita atau yang sering disebut kalimat deklaratif., yaitu kalimat yang

isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Jika suatu saat kita

mengetahui ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian menyampaikan peristiwa itu

kepada orang lain, maka kita memberitakan kejadian itu, kalimatnya bemacam-

macam, seperti berikut.

a. Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

40

b. Hujan deras tadi siang mengakibatkan beberapa titik di Yogyakarta tergenang

banjir.

c. Pantai parangtritis bukannlah satu-satunya destinasi wisata di Yogyakarta.

Dari segi bentuknya, kalimat di atas bermacam-macam. Ada yang

memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif, dan sebagainya.

Akan tetapi, jika dilihat nilai komunikatifnya (maknanya), maka kalimat tersebut

adalah sama, yakni semua merupakan kalimat berita. Dengan demikian, kalimat

berita dapat berbentuk apa saja. Asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam

bentuk tulisannya, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik. Dalam bentuk lisan,

nada suara berkahir dengan nada turun.

2. Kalimat Perintah (kalimat imperatif)

Kalimat perintah, atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang maknanya

memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat yang dapat memiliki bentuk

perintah umumnya adalah kalimat taktransitif atau transitif (baik aktif ataupun pasif).

Kalimat yang predikatnya adjektiva kadang-kadang juga memiliki bentuk perintah.

Tergantung pada macam adjektivanya. Sebaliknya kalimat yang bukan verbal atau

adjektival tidak memiliki bentuk perintah. Dalam bentuk tulis, kalimat perintah sering

kali diakhiri dengan tand seru (!) meskipun tanda titik bisa dipakai. Dalam bentuk

lisan, nadanya agak naik sedikit.

3. Kalimat Tanya (kalimat interogatif)

Kalimat tanya yang sering disebut kalimat interogatif, adalah kalimat yang

isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika orang itu menegtahui jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

41

terhadap suatu masalah atau keadaan, maka ia menanyakan dan kalimat yang dipakai

adalah kalimat tanya. Ada lima cara untuk membentuk kalimat tanya: dengan

menambahkan kata apa (kah), dengan membalikan urutan kata, dengan memakai kata

bukan atau tidak. dengan mengubah intonasi kalimat, dan dengan memakai kata

tanya. Berikut a Dia istri pak Bambang.

Apa dia istri pak Bambang?

dalah contoh dari kaliamt tanya.

4. Kalimat Seru (kalimat interjektif)

Kalimat seru yang dinamakan kalimat interjektif, adalah kalimat yang

mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka

kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva.

Biasanya kalimat seruan digunakan untuk menyatakan perasan kagum, heran, takut,

cemas, dan kecewa. Misalnya Bintang kecil yang lucu. Contoh tersebut menyatakan

sikap kagum kepada bintang.

2.2.7 Teori Pemerolehan Bahasa

Teori pemerolehan bahasa anak dibagi menajdi teori behaviorisme, teori

nativisme, teori kognitivisme dan teori interaksionisme.

1. Teori Behaviorisme

Perkembangan bahasa adalah bentuk atau hasil dari pengaruh lingkungan.

Artinya, pengetahuan merupakan hasil dari intearaksi dengan lingkungannya melalui

pengkondisian stimulus yang menimbulkan respons. Teori ini bertitik tolak pada

pendapat bahwa anak dilahirkan tidak membawa apa-apa, sehingga memerlukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

42

proses belajar. Proses belajar ini melalui imitasi, modeling, atau belajar reinforcement

(Hetherington, 19980. Skinner memakai teori stimulus-respon dalam menerangkan

perkembangan bahasa, yaitu bahwa bila anak mulai belajar berbicara yang merupakan

bukti berkembangnya bahasa anak, maka orang yang berada disekelilingnya

memberikan respons yang positif sebagai penguat (reinforcement). Dengan adanya

respon positif tersebut maka anak cenderung mengulang kata tersebut atau tertarik

mencoba kata lain.

Dalam teori ini, Skinner menekankan agar para pendidik PAUD untuk

senantiasa menghadirkan suasana kelas dengan latihan yang diberikan kepada anak

harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan

melalui berbagai tahapan, mulai dari yang sederhana sampai lebih rumit, contohnya

system pembelajaran drilling. Pada awlanya, anak akan memeberikan respons pada

setiap pembelajaran dan dapat segera memberi respons. Pendidik perlu memberikan

respons pada setiap pembelajaran drilling. Pada awalnya, anak akan memberikan

respons pada setisp pembelajaran dan dapat segera memberi resspons. Pendidik perlu

memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau

hadiah.

Ahli lain, Albert Bandura mencoba menerangkan dari sudut teori belajar

social. Dia berpendapat anak belajar bahasa karena menirukan suatu model. Tingkah

laku imitasi ini tidak mesti harus menerima reinforment sebab belajar model dalam

prinsipnya lepas dari reinforment dari luar.

2. Teori Nativisme (Nativistic Approach)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

43

Pelopor teori ini adalah Chomsky, seorang ahli linguistik. Ia berpendapat

bahawa bahasa sudah ada dalam diri anak, merupakan bawaan lahir, telah ditentukan

secara biologis, bersifat alamiah. Pada saat seorang anak lahir, ia telah memiliki

seperangkat kemampuan berbahasa yang disebut tata bahasa Umum atau Universal

Grammar. Jadi dalam diri manusia sudah ada innate mechanism, yaitu bahwa bahasa

seseorang itu ditentukan oleh sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia atau sudah

diprogram secara genetic. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak

banyak mendapat rangsangan, anak tetap daapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar

meniru bahasa yang didengarkannya, tetapi juga mampu menarik kesimpulan dari

polaa yang ada.

Sejak lahir anak manusia sudah dilengkapi dengan alat yang disebut dengan

alat penguasaan/pemerolehan bahasa (language acquisition/LAD). Dan hanya

manusia yang mempunyai LAD. LAD ini mendapatkan inputnya dari tata bahasa dari

lingkungan.

LAD ini dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk

mengelola masukan (input) dan menentukan apa yang dikuasai lebih dahulu seperti

bunyi, kata, frasa, kalimat, dan seterusnya. Meskipun kita tidak tahu persis tepatnya

dimana LAD itu berada, karena sifatnta yang abstrak (invisible). Dalam bahasa juga

terdapat konsep universal sehingga secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat

yang universal ini. Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa

dalam waktu singkat dan bisa menguasai system bahasa yang rumit. LAD juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

44

memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bauakan bunyi

bahasa.

Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah

dipasang tombol serta kabel listrik, mana yang dipencet itulah yang akan

menyebabkan bola lampu tertentu meyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti

apa ditentukan oleh input dan sekitarnya. Nature diperlukan karena tanpa input dari

alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud (Dardjowidjojo, 2003).

Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahsa, di mana anak perlyy

mendapatkan model pembelajran bahasa sejak dini. Anak belajar bahasa dengan cepat

sebelum usiaa 10 tahun, apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Usia

lebih daro 10 tahun, anak kesulitan dalam mempelajari bahasa.

3. Teori Kognitivisme

Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang mengatakan

bahwa bahasa itu salah satu di antar beberapa kemampuan yang berasal dari

kematangan kognitif. Jadi, perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-urutan

perkembangan kognitif. Perkembangaan bahasa tergantung pada kemampuan

kognitif tertentu, kemaampuan pengolahan informasi, dan motivasi. Piaget (Mussen

dkk, 1984) dan pengikutnya menyatakan bahawa perkembangan kognitif

mengarahkan kemampuan berbahasa, dan perkembangan bahasa tergantung pada

perkembangan kognitif. Menurut Piaget struktur yang kompleks itu bukan pemberian

alam dan bukan sesuatu yang dipelajari dan lingkungan melainkan struktur itu timbul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

45

secara tak terlelakan sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus antara tingkat

fungsi kognisi anak dengan lingkungan kebahasaanya.

4. Teori Interaksionisme

Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan

hasil interaksi antara kemampuan mental pembeelajaran dan lingkungan bahasa.

Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan ‘input’

dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD

sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidaak mungkin anak dapat

menguasai bahasa tertentu secara otomatis. Faktor intern dan ekstern dalam

pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat memengaruhi. Benar jika teori

yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa anak telah ada sejak lahir (telah ada

LAD). Hal ini telah dibuktikan oelh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan

oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahawa sejak lahir anak telah dibekali

berbagai kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan

berbahasa (Campbel, dkk, 2006: 2-3).

2.2.8 Perkembangan Sosial dan Komunikasi

Ada pendapat bahwa sejak lahir bayi usia sekitar setahun dianggap belum

punya bahasa atau belum berbahasa (Poerwo, 1989). Anggapan ini belum

mencerminkan perilaku yang sesungguhnya, sebab meskipun dikatakan belum

mempunyai bahasa, tetapi sebenranya bayi itu sudah berkomunikasi. Menangis

merupakan salah satu cara petama untuk berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.

2.2.9 Pemerolehan Bidang Sintaksis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

46

Dalam bidang sintaksis, anak memulai bahasa dengan mengucapkan satu kata.

Bagi anak sebenernya kalimat penuh, tetapi karena ia belum dapat mengatakan lebih

dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu. Sebagai contoh

anak tersebut bernama Pelangi dan pesan yang disampaikan adalah Pelangi mau

maem, dia akan memilih ngi (untuk Pelangi), mau (untuk mau), aem (untuk maem).

Dalam pola pikir yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai

tentang informasi lama dengan informasi baru kepada pendengarnya. Pada tiga kata

kalimat Pelangi mau maem, yang baru adalah kata maem. Karena itu anak memilih

kata aem, dan bukan ngi, atau mau. Dapat dikatakan bahawa dalam ujaran satu kata,

anak tidak sembarang memilih kata yangdia akan katakansebagai informasi baru.

Dalam bentuk sintaksisnya ujaran satuk kata sangat sederhana karena memang hanya

terdiri dari satu kata saja. Namun dalam semantik, ujaran satu kata adalah kompleks

karena satu kata ini bisa memiliki lebih dari satu makna.

Pada umur 2 tahun anak mulai mengeluarkan ujaran dua kata ( UDK). Anak

mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah.

Untuk mengatakan lampu menyala, anak bukan mengatakan /lampunala/ tetapi

/lampu// nala/ “lampu nyala” dengan jeda diantara lampu dan nyala, jeda ini makin

lama makin pendek sehingga menjadi ujuaran yang normal. Dengan adanya dua kata

dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang dimaksud oleh

anak Karena cakupan makana lebih terbatas.

2.2.10 Pemerolehan Bidang Diksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

47

Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan oleh penulis, sebagai ungkapan

akan daya cipta atau penyampaian makna agar lebih mudah diterima pembaca. Jenis

diksi sangat beragam, tiap jenis diksi berperan untuk menyampaikan idea atau

gagasan seseorang. Pemilihan diksi yang tepat akan mempermudah penyampaian ide

atau gagasan itu sendiri (Keraf, 1984:22-23).

a. Makna kata

Kata sebagai satuan dari pembendaharaan kata sebuah bahasa mengandung

dua aspek yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi

adalah segi yang dapat diserap dengan panca indra, yaitu mendengar atau dengan

melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam

pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek tadi. Pada waktu orang

berteriak “maling!” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa ada seseorang telah

berusaha mencuri barang milik orang lain. Jadi bentuk ekspresinya adalah kata

maling yang diucapkan oleh orang tadi. Sedangkan makna atau isi adalah reaksi yang

timbul pada orang yang mendengar (Keraf, 1984:25-26).

2.2.11 Cara Anak Menguasai Makna Kata

Pada dasarnya ketika meneliti suatu makna yang dituturkan oleh anak, maka

harus menetahui apakah yang dituturkan anak adalah makana yang sesungguhnya.

Cara anak menentukan suatu kata bukanlah hal yang mudah, anak harus menganalisis

segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu akhirnya sama dengan

makna yang dipakai sama dengan orang dewasa. Dalam hal penentuan makna suatu

kata , anak mengikuti prinsip-prinsip universal, salah satu diantaranya adalah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

48

dinamakan overextension yang telah diterjemahkan menjadi penggelembungan

makna (Dardjowidjojo 2000). Seperti kasus pada Echa waktu itu telah diperkenalkan

dengan konsep tentang semut dan suatu saat dia melihat nyamuk, dia menamakan

binatang itu semut. Mungkin bagi Echa kata semut tadi digelembungkan maknanya

pada binatangyang ukurannya kecil. Dapat dikatakan bahwa penggelembungan dapat

berdasarkan bentuk, ukuran, gerakan, bunyi, dan tekstur.

2.2.12 Studi Kasus

Menurut Bogdan dan Biken (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci

terhadap suatu latar ataau satu oraang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen

atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus

sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara

intensif dan rinci. Jenis-jenis studi kasus antara lain.

a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian

organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.

b. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian

organisasi tertentu dan dalam kurun wkatu tertentu

c. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan data melalui

observasi peran atau pelibatan. Sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi

tertentu.

d. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan

maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang

khas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

49

e. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus yang dipusatkan

pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

50

2.2 Kerangka Berpikir

Teori Kajian Bentuk Kalimat dan makna pada anak usia 3 tahun

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat Tata

Bahasa Baku

(2014:318)

1. Kalimat Tunggal

2. Kalimat

Majemuk

Makna Kalimat

Makna Kalimat Tata

Bahasa Baku (2014)

1. Kalimat Deklaratif

2. Kalimat Imperatif

3. Kalimat

Interogratif

4. Kalimat interjektif

Jenis Kalimat menurut Tata Bahasa

Baku Bahasa Indonesia (1988)

Jenis Kaliimat menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi

ketiga (2003)

Berdasarkan

Kelengkapan unsur

Berdasarkan subjek dan

predikat

1. Kalimat Lengkap

2. kalimat Tak

lengkap

1. Kalimat Versi

2. Kalimat Inversi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab tiga dalam skripsi ini yaitu berisi paparan mengenai metodologi

penelitian. Pada metodelogi penelitian akan diuraikan mengenai: Jenis penelitian,

data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

dan teknik analisis data. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan

pendekatan studi kasus yang mengambil subyek dari satu anak pada umur tiga tahun.

Menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bentuk bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Herdiansyah (2010:9)

penelitian kualitatif adalah sebagai suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk

memahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan

proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang

diteliti. Penelitian studi kasus merupakan metode yang diterapkan untuk memahami

individu lebih mendalam dengan dipraktikan secara integratif dan komperhensif. Hal

ini dilakukan supaya peneliti bisa mengumpulkan dan mendapatkan pemahaman yang

mendalama mengenai individu yang diteliti (Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011)

Penelitian studi kasus bertujuan seecara khusus menjelaskan dan memahami objek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

52

yang ditelitinya secara khusus sebagai suatu kasus. Yin (2003,2009) menyatakan

bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk

menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana

keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Sementara itu, Stake (2005)

menyatakan bahwa penelitian studi kasus bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan

atau keunikan karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang diteliti.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang dicari dalam pemerolehan bahasa anak yaitu tuturan anak usia 3

tahun khususnya pada bentuk kalimat dan makna kalimat. Sumber data berasal dari

tuturan anak yang dituturkan setiap hari yang diambil di kalangan keluarga.

Keseluruhan data berasal dari tuturan anak dengan orang tua dan peneliti dengan

informan yang diambil secara alami dalam bentuk video dan rekaman anak. Nama

subjek peneliti adalah Inosensia Verlinita Sekar Pelangi, tempat dan tanggal lahir

Cilacap 13 September 2014, usia 3 tahun.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode cakap yang meliputi teknik catat, rekam, dan

simak libat cakap, selain itu peneliti menggunakan metode simak meliputi teknik

pancing, rekam, cakap, dan cakap semuka.

1. Teknik pengumpulan Data

Langkah yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yaitu sebagai berikut.

a. Mencatat atau merekam ketika informan sedang melakukan penggunaan

bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

53

b. Mentranskrip data tuturan yang sudah diperoleh dari informan

c. Memberi kode supaya mudah dalam mengelompokan datanya

d. Menganalisis bentuk kalimat dan makna kalimat

e. Memberikan kesimpulan terhadap data yang sudah diperoleh.

2. Instrumen Penelitian

Alat penunjang untuk melakukan wawancara yaitu menggunakan, alat rekam dan

buku. Peneliti ini telah melihat bagaimana perkembangan bahasa anak dalam

kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut dapat mempermudah dalam melakukan

penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teknik

analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan

secara panjang lebar dengan keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat

(Nurastuti, 2007: 203). Untuk meneliti data, peneliti menggunakan langkah-langkah

berikut.

1. Tahap Klasifikasi

Peneliti mengelompokan data berdasarkan tahap pemerolehan bahasa yang

mengacu pada teori

2. Tahap Identifikasi

Peneliti melakukan identifikasi data. Identifikasi data dilakukan dengan mengkaji

tuturan-tuturan anak dengan teori-teori perkembangan bahasa.

3. Tahap Interpretasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

54

Peneliti memberikan pemaknaan temuan-temuan yang ada dalam penelitian.

4. Tahap Deskriptif

Penelitian memaparkan hasil kajian dan menyimpulkan pembahasan.

4. Trianggulasi

Peneliti juga menggunakan teknik untuk mengetahui keabsahan data yaitu

menggunakan teknik trianggulasi. Penelitian ini menggunakan tiga macam

trianggulasi, yang pertama trianggulasi sumber data yang berupa sumber data, teknik

pengumpulan data yang berupa informasi dari tempat, dan peristiwa. Kadua,

trianggulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari observasi, dan

dokumen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini disajikan (1) deskripsi data penelitian, (2) analisis data

penelitian, (3) pembahasan hasil penelitian. Berikut ini masing-masing diuraikan satu

persatu.

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian ini berupa tuturan lisan yang disajikan oleh Inosensia dalam

bentuk percakapan. Data dapat diklasifikasikan atas dua katagori yaitu data dari segi

bentuk dan data dari segi makna. Data dari segi bentuk terdiri dari 114 tuturan, dan

data dari segi makna terdiri dari 114 tuturan.

4.1.1 Data dari segi bentuk

Data ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) berdasarkan jenis klausa berupa

kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (2) berdasarkan kelengkapan unsur berupa

kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap, (3) berdasarkan subjek dan predikat

berupa kalimat versi dan inversi.

4.1.2 Data dari segi makna

Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan data pemerolehan kalimat dari segi

fungsi komunikatif, Data ini dibagi menjadi empat bagian yaitu (1) deklaratif, (2)

imperatif, (3) interogatif, (4) interjektif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

56

4.2 Analisis Data Peneliti

Pada bagian analisis data, peneliti mengelompokan data menjadi dua, yaitu

bentuk kalimat dan makna kalimat. Pada analisis data peneliti menggunakan teknik

analisis deskriptif . Analisis deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan

secara panjang lebar dengan keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat

(Nurastuti, 2007: 203). Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan empat tahap

yaitu tahap klasifikasi, tahap identifikasi, tahap interpretasi dan tahap deskriptif.

Berikut disajikan analisis data peneliti.

4.2.1 Analisis data berdasarkan bentuk kalimat

Pada bagian ini disajikan analisis data pemerolehan yang dituturkan oleh

Inosensia berdasarkan bentuk kalimat. Berikut ini masing-masing diuraikan satu

persatu.

A. Aspek Jumlah Klausa

Pemerolehan kalimat berdasarkan aspek jumlah klausa dibagi menjadi dua

yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.. Berikut ini adalah sebagian contoh

kalimat tunggal yang dihasilkan Inosensia berdasarkan segi bentuk.

1. Kalimat Tunggal

Berikut ini disajikan contoh kalimat tunggal yang diperoleh Inosensia dari segi

bentuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

57

(1) Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya) (A1(8))

Ibu: “Iya dek.”

Anak: “Iiih.. ada bintang.”

Ibu: “Bintang apa dek?”

Anak: “Bintang kecil yang lucu.”

Ibu: “Iya

Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan

mainan balon Tama ora seneng . iii aja dientokna jajane.”

Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”

Data (A1(8)) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kening biar sembuh ya” termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Kening biar sembuh ya” adalah pemerolehan

bentuk kalimat tunggal. Ketiga peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti

menafsirkan bahwa kalimat “Kening biar sembuh ya” termasuk dalam kalimat

tunggal yang memiliki pola dasar kalimat S-P, memiliki satu peristiwa pokok yaitu

membicarakan anak yang ingin menyembuhkan ibunya supaya keningnya sembuh,

kalimat tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi

sehingga disebut kalimat tunggal. Keempat peneliti mendeskripsikan kalimat.

Kalimat “Kening biar sembuh ya” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

58

subjek dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Kening biar sembuh ya” terbagi menjadi

kening sebagai subjek dan biar sembuh ya sebagai predikat.

(2) Ibu: “Tadi udah ditimbang?”

Anak: “Wis.” (udah) (A1(3.7)

Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”

Anak “Sikile… uuu wawah.” (Kakinya jatuh)” (A1(4.8)

Data (A1(4) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui empat

langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk kalimat.

Peneliti menentukan bahwa kalimat “kakinya jatuh” termasuk pemerolehan bentuk

kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa

kalimat “kakinya jatuh” adalah pemerolehan bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “kakinya jatuh”

termasuk dalam kalimat tunggal yang memiliki pola kalimat S-P, memiliki satu

peristiwa pokok yaitu membicarakan tentang kakinya yang sedang sakit, kalimat

tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga

disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat

“kakinya sakit” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek dan

predikat. Jika diuraikan kalimat “kakinya sakit” terbagi menjadi kakinya sebagai

subjek dan sakit sebagai predikat yaitu berpredikat adjektival.

(3) Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”

Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (A1(20.52)

S P O Ket.tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

59

Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”

Anak: “Eyang Ti sama Ino.”

Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’

Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu bola.” (A1(20.54)

S P O

Data (A1(20.54) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Aku lihat voly di cilacap.” termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Aku Lihat Volly di Cilacap.” adalah pemerolehan

bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti

menafsirkan bahwa kalimat “Aku Lihat Volly di Cilacap.” termasuk dalam kalimat

tunggal yang memiliki pola dasar kalimat S-P-O-K, memiliki satu peristiwa pokok

yaitu membicarakan bahwa dia menonton volli di Cilacap. kalimat tersebut memiliki

struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat

tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Aku Lihat Volly di

Cilacap.” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek, predikat, objek,

dan keterangan. Jika diuraikan kalimat “Aku lihat volly di Cilacap.” terbagi menjadi

Aku sebagai subjek, lihat sebagai predikat, voli sebagai objek didahului kata kerja

transitif, di Cilacap sebagai keterangan tempat.

Data (a1(20.54), dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

60

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.”

termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.

Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.” adalah

pemerolehan bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,

peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.” termasuk

dalam kalimat tunggal yang mempunyai pola kalimat dasar yaitu S-P-O, memiliki

satu peristiwa pokok yaitu membicarakan bahwa dia ingin sepatu voly , kalimat

tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga

disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda

aku pengen sepatu bola.” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek

dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.” terbagi

menjadi Aku sebagai subjek, pengen sebagai predikat yaitu berpredikat verbal, sepatu

bola sebagai obyek.

(4) Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (A1(24.75)

S P O

(Bunda melihat Baby shek)

Ibu: “Baby shek dimana sayang?”

Anak: “Di HP Eyang Kakung.”

Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya apa?”

Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”

Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.”

Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe ya.”

Anak: Bunda ndeleng baby shark.” (A1(24.78)

Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

61

Anak : “Ayo.”.

Data (A1(24.75) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda ndeleng Baby Shark” (Bunda lihat

Baby Shark) termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi

kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda ndeleng Baby Shark” (Bunda

lihat Baby Shark) adalah pemerolehan bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bunda ndeleng

Baby Shark” (Bunda lihat Baby Shark) termasuk dalam kalimat tunggal yang memiliki

pola kalimat S-P-O, memiliki satu peristiwa pokok yaitu membicarakan bahwa dia

menonton baby shark, kalimat tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak

memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti

mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda ndeleng Baby Shark” (Bunda lihat Baby

Shark) termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika

diuraikan kalimat “Bunda ndeleng baby shek!” terbagi menjadi bunda sebagai subjek,

lihat sebagai predikat yaitu berpredikat verbal, baby shark sebagai obyek.

(5) Ibu: “Ini buat apa dek?”

Anak: “Dimatiin, kie ada putih-putih. Jarannya makan aem-aem.”

(Kudanya makan aem-aem) (A1(27.103)

S P

Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”

Anak: “Ini blimbing, pisang.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

62

Data (A1(27.103), dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Jarannya makan aem-aem.”

(Kudanya makan aem-aem) termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti

mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Jarannya makan

aem-aem.” (Kudanya makan aem-aem) adalah pemerolehan bentuk kalimat tunggal.

Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat

“Jarannya makan aem-aem.” (Kudanya makan aem-aem).” termasuk dalam kalimat

tunggal yang memiliki pola kalimat S-P, memiliki satu peristiwa pokok yaitu

membicarakan bahwa ada kuda yang sedang makan, kalimat tersebut memiliki

struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat

tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Jarannya makan aem-

aem.” (Kudanya makan aem-aem).”. termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari

subjek dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Jarannya makan aem-aem.” (Kudanya

makan aem-aem).”. terbagi menjadi jaran (kuda) sebagai subjek, makan aem-aem

sebagai predikat yaitu berpredikat verbal. Selain 7 contoh data tuturan dari segi

kalimat tunggal , 107 data tuturan kalimat tunggal yang lain disajikan pada Lampiran

analisis data 1.

2. Kalimat Majemuk

Berikut ini disajikan contoh kalimat majemuk yang diperoleh Inosensia dari segi

bentuk kalimat.

Anak: “Bunda sakit dan Ino nggak sakit sininya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

63

Data (A1(26.100) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda sakit dan Ino nggak

sakit sininya”. termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti

mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda sakit dan

Ino nggak sakit sininya.” adalah pemerolehan bentuk kalimat majemuk setara.

Ketiga peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat

“Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.” termasuk dalam kalimat majemuk setara,

karena terdapat lebih dari satu klausa, memiliki unsur yang sederajat. Keempat

peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda sakit dan Ino nggak sakit

sininya.” termasuk dalam kalimat majemuk setara. Jika diuraikan kalimat “Bunda

sakit dan Ino nggak sakit sininya” terbagi menjadi Bunda sebagai subjek dan sakit.

Ino sebagai subjek, nggak sakit sebagai predikat sebagai predikat dengan predikat

verbal. Selain 2 contoh data tuturan kalimat majemuk, terdapat 1 data tuturan

kalimat majemuk yang lain disajikan pada Lampiran analisis data 2.

B. Kelengkapan Unsur

Pemerolehan kalimat berdasarkan aspek kelengkapan unsur dibagi menjadi

dua yaitu kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Berikut ini adalah sebagian

contoh kalimat lengkap yang dihasilkan Inosensia berdasarkan segi bentuk.

1. Kalimat lengkap

Berikut ini contoh kalimat lengkap yang diperoleh Inosensia dalam segi

kelengkapan unsur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

64

(6) Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya mbog ana motor.” (A2(12.31)

S P O

( Anak lewat-lewat terus ya, takut ada motor.)

Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”

Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”

Ibu: “Bebeknya ke mana?”

Anak: “Bebeknya ilang.”

Data (A2(12.31) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana

motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.) termasuk pemerolehan bentuk

kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa

kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya

takut ada motor.)” adalah pemerolehan bentuk kalimat lengkap. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat

terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)” termasuk

dalam kalimat lengkap karena memenhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat

yang lengkap. Yang memenuhi kalimat tersebut memiliki struktur yang sederhana

dan tidak memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti

mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.”

(anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)” termasuk dalam kalimat lengkap

karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Bocah lewat-lewat

terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.) terbagi

menjadi anak sebagai subjek, lewat-lewat sebagai predikat verbal, mbog ana motor

sebagai objek.

(7) Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

65

(Bunda, sekarang hormat). (A2(10.27)

S K P

Iih pakdhe Gung).

Ibu: “Iya, Bunda hormat.

Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?).

Data (A2(10.27) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat.” termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat.” adalah pemerolehan

bentuk kalimat lengkap. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti

menafsirkan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat.” termasuk dalam kalimat

lengkap karena memenhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat yang lengkap.

Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda, sekarang hormat.”

termasuk dalam kalimat lengkap karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika

diuraikan kalimat “Bunda, sekarang hormat.” terbagi menjadi bunda sebagai subjek,

sekarang sebagai keterangan waktu, dan hormat sebagai predikat verbal.

(8) Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya) (A2(8.21)

S P

Ibu: “Iya dek.”

Anak: “Iiih.. ada bintang.”

Ibu: “Bintang apa dek?”

Anak: “Bintang kecil yang lucu.” (A2(8.23)

S P

Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

66

Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan

mainan balon Tama ora seneng . iii aja dientokna jajane.” (A2(8.24)

Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”

Data (A2(8,21) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Batuk ben mari ya” (Kening

biar sembuh ya) termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti

mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Batuk ben mari

ya?” (Kening biar sembuh ya) adalah pemerolehan bentuk kalimat lengkap. Ketiga,

peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Batuk ben

mari ya?” (Kening biar sembuh ya) termasuk dalam kalimat lengkap karena

memenhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat yang lengkap. Keempat, peneliti

mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya).”

termasuk dalam kalimat lengkap karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika

diuraikan kalimat “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya) terbagi menjadi

kening sebagai subjek, biar sembuh ya sebagai predikat verbal. Selain 5 contoh data

tuturan kalimat lengkap, terdapat 58 data kalimat lengkap yang lain disajikan pada

Lampiran analisis data 2.

2. Kalimat tidak lengkap

Berikut ini contoh kalimat yang diperoleh Inosensia berdasarkan kalimat tidak

lengkap.

(9) Ibu: “Ini namanya apa?”

Anak : “Namanya oyong”. (labu)

Ibu: “Itu berapan dek?”

Anak: “60 ribu”. (A2(1.2)

Ibu: “buat apa itu, dek?”

Anak: “Buat bunda.” (A2(1.3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

67

Data (A2(1.2) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “60 ribu” termasuk pemerolehan bentuk

kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa

kalimat “60 ribu” adalah pemerolehan bentuk kalimat tidak lengkap. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “60 ribu” termasuk

dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek dan predika, hanya terdiri

dari frasa saja. Kalimat “60 ribu” termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat,

peneliti mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka

akan “Harga oyongnya 60 ribu”.

(10) Ibu: “Tadi udah ditimbang, dek?”

Anak: “Wis.” (A2(3.7)

Data (A2(3,7) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “wis” termasuk pemerolehan bentuk

kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa

kalimat “wis” adalah pemerolehan bentuk kalimat tidak lengkap. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “wis” termasuk

dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek dan predikat, hanya terdiri

dari frasa saja. Kalimat “wis” termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat,

peneliti mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka

akan “tadi sudah ditimbang”.

(11) Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).

Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

68

Anak: “Ke Cilacap?” (A2(5.14)

Ibu: “iya dek.”

Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).

Data (A2(5.14) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ke Cilacap” termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “ke Cilacap” adalah pemerolehan bentuk kalimat

tidak lengkap. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan

bahwa kalimat “ke Cilacap” termasuk dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada

unsur subjek dan predikat, hanya terdiri dari frasa saja. Kalimat “ke Cilacap”

termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat

Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka akan “Bunda, mau pergi ke

Cilacap?”

(12) A2 (7.20)

Anak: “Ayun-ayun dulu.”

Data (A2(7.20) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ayun-ayun dulu” termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Ayun-ayun dulu” adalah pemerolehan bentuk

kalimat tidak lengkap. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti

menafsirkan bahwa kalimat “Ayun-ayun dulu” termasuk dalam kalimat tidak lengkap

karena tidak ada unsur subjek dan predikat, hanya terdiri dari frasa saja. Kalimat

“Ayun-ayun dulu” termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

69

mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka akan

“Aku mau ayun-ayun dulu.

(13) Ibu: “Ences itu siapa dek?”

Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.”

Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”

Anak: “Bukan..hehe.” (A2(13.36)

Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”

Data (A2(13.36) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bukan” termasuk pemerolehan

bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi

bahwa kalimat “bukan” adalah pemerolehan bentuk kalimat tidak lengkap. Ketiga,

peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “bukan

termasuk dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek dan predikat,

hanya terdiri dari frasa saja. Kalimat “bukan” termasuk dalam kalimat tidak lengkap.

Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat

lengkap maka akan “Ence bukan teman aku”. Selain 5 contoh data tuturan kalimat

tidak lengkap, terdapat 47 data kalimat tidak lengkap yang lain disajikan pada

Lampiran analisis data 2.

C. Susunan Subjek dan Predikat

Pemerolehan kalimat berdasarkan susunan subjek dan predikat dibagi menjadi

dua yaitu kalimat versi dan inversi. Berikut ini adalah sebagian contoh kalimat versi

yang dihasilkan Inosensia berdasarkan segi bentuk.

1. Kalimat Versi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

70

Berikut ini contoh kalimat versi yang diperoleh Inosensia berdasarkan bentuk

kalimat.

(14) Ibu: “Tadi udah ditimbang, dek?”

Anak: “Wis.”

Ibu: “Coba apanya yang ditimbang?”

Anak: “sikile uuuu…wawah” (kakinya jatuh). (A3(3.8)

S P

Data (A3(3.8)) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “kakinya jatuh” termasuk pemerolehan

bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi

bahwa kalimat “kakinya jatuh” adalah pemerolehan bentuk kalimat versi atau kalimat

yang terstruktur. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan

bahwa kalimat “kakinya jatuh” termasuk dalam kalimat versi karena terdapat subjek

dan predikat yang terstruktur. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat

“kakinya sakit” termasuk dalam kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat

yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat “kakinya sakit” terbagi menjadi kakinya

sebagai subjek dan sakit sebagai predikat yaitu berpredikat adjektival.

(15) Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.” (Bunda, sekarang

hormat. Iih pakdhe Gung). (A3(10.23)

(Bunda sekarang hormat)

S P

Ibu: “Iya, Bunda hormat.

Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

71

Data A3(10.23) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat” termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat” adalah pemerolehan bentuk

kalimat versi atau kalimat yang terstruktur. Ketiga, peneliti menginterpretasikan

kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat” termasuk

dalam kalimat versi karena terdapat subjek dan predikat yang terstruktur. Keempat,

peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda, sekarang hormat” termasuk dalam

kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika diuraikan

kalimat “Bunda, sekarang hormat” terbagi menjadi kakinya sebagai subjek dan sakit

sebagai predikat yaitu berpredikat verbal.

(16) Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat

terus ya takut ada motor.) (A3(12.31)

Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”

Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”

Ibu: “Bebeknya ke mana?”

Anak: “Bebeknya ilang.”(A3(12.33)

Data (A3(12.31) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana

motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.) termasuk pemerolehan bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

72

kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa

kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya

takut ada motor.)” adalah pemerolehan bentuk kalimat versi. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat

terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)” termasuk

dalam kalimat versi karena memenuhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat

yang lengkap. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bocah lewat-

lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)”

termasuk dalam kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur.

Jika diuraikan kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-

lewat terus ya takut ada motor.) terbagi menjadi anak sebagai subjek, lewat-lewat

sebagai predikat verbal, mbog ana motor sebagai objek. Selain 5 contoh data tuturan

kalimat versi, terdapat 96 data kalimat versi yang lain disajikan pada Lampiran

analisis data 3.

2. Kalimat Inversi

Berikut ini contoh kalimat inversi yang diperoleh Inosensia berdasarkan bentuk

kalimat.

(18) Ibu: “Itu apa?”

Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau kacang hijau)

Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”

Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel (susah) kaos kakinya.”

(A2(8.17)

Data (A2(8,17) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kotor kaos kakinya termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

73

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Kotor kaos kakinya.” adalah pemerolehan bentuk

kalimat inversi atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kotor kaos

kakinya” termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.

Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “kotor kaos kakinya.” termasuk

dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika

diuraikan kalimat “kotor kaos kakinya” terbagi menjadi kotor sebagai subjek dan kaos

kakinya sebagai predikat yaitu berpredikat adjektival.

(19) Anak: “Sakit pakai tisu.” (A2(22.60)

P S

Data (a2(22,60) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Sakit pakai tisu.”.termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Sakit pakai tisu.”adalah pemerolehan bentuk

kalimat inversi atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Nonton dedek.”

termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek. Keempat, peneliti

mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Nonton dedek.” termasuk dalam kalimat inversi

karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

74

“kakinya sakit” terbagi menjadi kakinya sebagai subjek dan sakit sebagai predikat

yaitu berpredikat adjektival.

(20) A2(22.62)

Beli di pasar malam bunda ora melu pasar malem

P K S P K

(Beli di pasar malam, Bunda gak ikut pasar malem).

Data (A2(22.62) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Beli di pasar malam, Bunda gak ikut

pasar malem” termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti

mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Beli di pasar

malam, Bunda gak ikut pasar malem” adalah pemerolehan bentuk kalimat inversi

atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,

peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Beli di pasar malam, Bunda gak ikut pasar

malem” termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.

Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Beli di pasar malam, Bunda

gak ikut pasar malem” termasuk dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek dan

predikat yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat “Beli di pasar malam, Bunda gak

ikut pasar malem” terbagi menjadi beli termasuk predikat kata kerja, di pasar malam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

75

sebagai keterangan, bunda sebagai subjek dan gak ikut sebagai predikat kata kerja,

dan pasar malam sebagai yaitu keterangan tempat.

(21) A2( 24.67)

Anak: Bagus ada jarannya (kuda).

P S

Data (A2(24.67) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bagus ada jarannya” termasuk

pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Bagus ada jarannya” adalah pemerolehan bentuk

kalimat inversi atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bagus ada

jarannya” termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.

Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bagus ada jarannya” termasuk

dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika

diuraikan kalimat bagus sebagai predikat dan jarannya (kudanya) sebagai subjek.

(22) A2(22.64)

Anak: “Beli doraemon.”

P S

Data A2922.26) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

76

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Beli doraemon” termasuk pemerolehan

bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi

bahwa kalimat “Beli doraemon” adalah pemerolehan bentuk kalimat inversi atau

predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,

peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Beli doraemon” termasuk dalam kalimat inversi

karena predikat mendahului subjek. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat.

Kalimat “Beli doraemon” termasuk dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek

dan predikat yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat beli sebagai predikat dan

doraemon sebagai subjek. Selain 5 contoh data tuturan kalimat inversi, terdapat 8

data kalimat inversi yang lain disajikan pada Lampiran analisis data 3.

4.2.2 Analisis data berdasarkan makna

Pada bagian ini disajikan analisis data pemerolehan yang dituturkan oleh

Inosensia berdasarkan makna. Berikut ini masing-masing diuraikan satu persatu.

A. Pemerolehan Kalimat Deklaratif

Pada bagian pemerolehan kalimat deklaratif yang diperoleh Inosensia

merupakan pemerolehan yang sering dituturkan. Berikut ini cuplikan contoh kalimat

deklaratif yang diperoleh Inosensia.

(23) Anak: “Dibumbuin.”

Ibu: “iya dibumbuin.”.

Anak: “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit) B1(a,2)

Ibu: “Siapa itu dek?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

77

Anak: “Kancane Bunda ya?”.

(temannya bunda ya?)

Data B1(a.2) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam makna

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Dibumbuin sitik (dibumbuhin sedikit)”

termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.

Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Dibumbuin sitik (dibumbuhin sedikit)”

adalah pemerolehan makna kalimat deklaratif (kalimat berita). Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Dibumbuin sitik

(dibumbuhin sedikit)” termasuk dalam kalimat deklaratif karena memberikan

informasi, pada dialog Inosensia ketika bericara kalimat deklaratif dengan nada datar.

Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, pada saat Inosensia menuturkan kalimat

deklataif, ia tidak membutuhkan jawaban dari lawan tuturnya, ia hanya

memberitahukan bahwa masak-masakannya sudah dibumbuinnya.

(24) Ibu:”Tadi udah ditimbang?”

Anak:”Wis.” (udah) B1(a.3.7)

Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”.

Anak: “Sikile(kaki) uuuu… wawah.” (jatuh) B1(a.3.8)

Data B1(a.3.7) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “wis (udah) termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

78

pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “wis (sudah)” adalah pemerolehan makna kalimat

deklaratif (kalimat berita) . Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti

menafsirkan bahwa kalimat “wis (sudah)” termasuk dalam kalimat deklaratif karena

memberikan informasi, pada dialog Inosensia ketika bericara kalimat deklaratif

dengan nada datar. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, ketika ibunya

bertanya apakah Inosensia sudah ditimbang? Inosensia hanya mejawab dengan

singkat “Wis” (sudah) yang merupakan kalimat deklaratif bahwa Inosensia sudah

ditimbang.

Data B1(a.3.8) peneliti menaganalis data melalui empat langkah yang

pertama, peneliti mengklasifikasikan data ke dalam makna kalimat, kedua peneliti

menentukan bahwa kalimat “Sikile wawah (kakinya sakit)” termasuk pemerolehan

makna kalimat. Ketiga peneliti menentukan bahwa kalimat “Sikile wawah (kakinya

sakit)” merupakan makna kalimat deklaratif (kalimat berita), karena memberikan

informasi tentang keadaan yang sedang dialami Inosensia. Keempat, peneliti

mendeskripasikan kalimat, bahwa anak memberitahukan keadaan yang di alami yaitu

kakinya jatuh, hal tersebut merupakan kalimat berita.

(25) Ibu: “Itu apa?”

Anak: “Kacang ijo, purun kacang ijo?” (mau kacang hijau?).

Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

79

Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel.” (susah). B1(a.6.16)

Data B1(a.6.16) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kotor kaos kakinya, bunda ini

angel. (Kotor kaos kakinya, bunda ini susah)” termasuk pemerolehan makna kalimat.

Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat

“Kotor kaos kakinya, bunda ini angel. (Kotor kaos kakinya, bunda ini susah)” adalah

pemerolehan makna kalimat deklaratif (kalimat berita) . Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kotor kaos

kakinya, bunda ini angel. (Kotor kaos kakinya, bunda ini susah)” termasuk dalam

kalimat deklaratif karena memberikan informasi, pada dialog Inosensia ketika

bericara kalimat deklaratif dengan nada datar. Keempat, peneliti mendeskripsikan

kalimat, Inosensia meemberitahukan bahwa kaos kaki yang dipakai kotor.

(26) Ibu: “Di kasih siapa dek?”

Anak: “Dikasih babi.” B1(a.18.47)

Ibu: “Bagus nggak?”

Anak: “Bagus.” B1(a.18.48)

I bu: “Lagi gluduk udan.”

Data B1(a.18.47) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “dikasih babi” termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

80

pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “dikasih babi” adalah pemerolehan makna kalimat

deklaratif (kalimat berita) . Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti

menafsirkan bahwa kalimat “dikasih babi” “nonton dedek” termasuk dalam kalimat

deklaratif karena memberikan informasi, pada dialog Inosensia ketika bericara

kalimat deklaratif dengan nada datar. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,

Inosensia menonton dedek dan diberitahukan kepada ibunya.

Data B1(a.18.48) dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui

empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam makna

kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “bagus” termasuk pemerolehan makna

kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa

kalimat “bagus” adalah pemerolehan makna kalimat deklaratif (kalimat berita) .

Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat

“bagus” termasuk dalam kalimat deklaratif karena memberikan informasi, pada

dialog Inosensia ketika bericara kalimat deklaratif dengan nada datar. Keempat,

peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia memberitahukan bahwa bonekaya bagus.

Selain 5 contoh data tuturan kalimat deklaratif, 53 data kalimat deklaratif yang lain

disajikan pada lampiran analisis data 4.

B. Pemerolehan kalimat imperatif

Kalimat imperatif yang dihasilkan pada umumnya memiliki maksud meminta

secara langsung agar orang lain melakukan perintah subjek. Kalimat imperatif yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

81

dihasilkan Inosensia tidak terlalu banyak, tuturan pada kalimat imperatif

menggunakan lebih dari tiga kata. Berikut cuplikan contoh kalimat imperatif yang

diperoleh Inosensia.

(26) Anak: “Bunda meng ndi?” (Bunda kemana?)

Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”

Anak: “Ke Cilacap?”

Ibu: “Iya dek.”

Anak: “Ya cepet, cepet lunga.” (ya pergi, cepet pergi.). B1(a.5.15)

Data B1(a.5.15) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ya cepet, cepet lunga.”

termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.

Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Ya cepet, cepet lunga.” adalah pemerolehan

makna kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan

kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Ya cepet, cepet lunga.” termasuk

dalam kalimat imperatif karena bersifat menyuruh. Keempat, peneliti

mendeskripsikan kalimat, Inosensia meminta ibunya untuk segera pergi.

(27) Anak : “Ambilkan laptop!” B1(a.14.37)

Ibu: “Laptop untuk apa?”

Anak: “Untuk melihat gambar.”

Ibu: “Gambar apa?”

Anak: “Gambar pitik (ayam), kelinci.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

82

Data B1(A.14.37) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ambilkan laptop.” termasuk

pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “Ambilkan laptop..” adalah pemerolehan makna

kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,

peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Ambilkan laptop.” termasuk dalam kalimat

imperatif karena bersifat menyuruh. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,

Inosensia meminta ibunya untuk mengambilkan laptop yang akan digunakan untuk

menonton gambar.

(28) Anak: “Nonton bola mandi!” B1(a.15.40)

Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”

Anak:”Di sana !”

Data B1(a.15.40) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “nonton bola mandi.” termasuk

pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat “nonton bola mandi..” adalah pemerolehan makna

kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,

peneliti menafsirkan bahwa kalimat “nonton bola mandi.”. termasuk dalam kalimat

imperatif karena bersifat menyuruh, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,

tuturan tersebut tidak menggunakan penanda menyuruh, tetapi sudah mengerti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

83

maksud dari tuturan Inosensia yaitu menyuruh ibunya untuk menemani nonton bola

mandi.

(29) Anak:“Bunda siki homat !” (Bunda sekarang hormat). Iihh pak de

Gung. B1(a.10.27)

Ibu : “Iya, bunda hormat.”

Anak: “Ino ndi?” (Ino mana?)

Data B1(a.10.27) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda siki homat (Bunda

sekarang hormat!)”. termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti

mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda siki homat

(Bunda sekarang hormat!)”. adalah pemerolehan makna kalimat imperatif (kalimat

perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa

kalimat “Bunda siki homat (Bunda sekarang hormat!)”..” termasuk dalam kalimat

imperatif karena bersifat menyuruh, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,

Inosensia menyutuh ibunya untuk hormat karena sedang bermain upacara. Selain 5

contoh data tuturan kalimat imperatif 26 data kalimat deklaratif yang lain disajikan

pada Lampiran analisis data 4.

C. Pemerolehan kalimat interogatif

Kalimat interogatif atau kalimat tanya umumnya untuk menanyakan sesuatu.

Bentuk yang dihasilkan masih sederhana, tetapi Inosensia dapat membedakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

84

penanda kalimat seperti siapa untuk menanyakan orang, apa untuk menanyakan

barang dan kata tanya lainnya. Berikut ini contoh kalimat interogatif yang dihasilkan

Inosensia.

(30) Anak: “Dibumbuin.”

Ibu: “iya dibumbuin.”.

Anak: “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit)

Ibu: “Siapa itu dek?”

Anak: “Kancane Bunda ya?”. B1(a.2.6)

(temannya bunda ya?)

Data B1(A.2.6) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kancane Bunda ya? (temannya

bunda ya)”. termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi

kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat Kancane Bunda ya? (temannya

bunda ya)”. adalah pemerolehan makna kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga,

peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kancane

Bunda ya? (temannya bunda ya)”termasuk dalam kalimat interogatif karena bersifat

bertanya sesuatu, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia bertanya

tentang orang yang sesang lewat di depannya.

(31) Anak: “Bunda meng ndi?” (Bunda kemana?) B1(a.5.13)

Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”

Anak: “Ke Cilacap?”

Ibu: “Iya dek.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

85

Anak: “Ya cepet, cepet lunga.” (ya pergi, cepet pergi.)

Data B1(a.5.13) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda meng ndi?”termasuk

pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti

mengidentifikasi bahwa kalimat Bunda meng ndi? adalah pemerolehan makna

kalimat interogatif. (kalimat tanya) Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,

peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kancane Bunda ya? (temannya bunda

ya)”termasuk dalam kalimat interogatif karena bersifat bertanya sesuatu, Keempat,

peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia bertanya untuk mencari ibunya.

(32) Ibu: “Itu apa?”

Anak: “Kacang ijo, purun kacang ijo?” (mau kacang hijau?) B1(a.6.16)

Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”

Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel.” (susah).

Data B1(A.6.16) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kacang ijo, purun kacang ijo?”

(Kacang hijau, mau kacang hijau?) termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua,

peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Kacang

ijo, purun kacang ijo?” adalah pemerolehan makna kalimat interogatif. (kalimat

tanya) Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa

kalimat “Kacang ijo, purun kacang ijo?” termasuk dalam kalimat interogatif karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

86

bersifat bertanya sesuatu, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia

menawarkan kacang hijau buat bundanya.

(33) Ibu: “Kenapa Eyang Kakung?”

Anak: “Eyang Kakung mana?” B1(a.7.18)

Ibu:”Di sekolahan

Anak:“iiiii…..”(menangis)

Ibu: “Mandi yuk?”

Anak : “Ayun-ayun dulu.”

Data B1(a.7.18) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Eyang Kakung mana?”

termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.

Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Eyang Kakung mana?” adalah

pemerolehan makna kalimat interogatif. (kalimat tanya) Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Eyang Kakung

mana?” termasuk dalam kalimat interogatif karena bersifat bertanya sesuatu,

Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia bertanya kepada bundanya

dimana eyang kakung. Selain 4 contoh data tuturan kalimat interogatif, terdapat 15

data kalimat interogatif yang lain disajikan pada Lampiran analisis data 4.

D. Pemerolehan kalimat interjejektif

Kalimat interjektif adalah kalimat yang menyatakan seruan dan juga ungkapan

perasaan senang, sedih, maupun kecewa. Kalimat interjektif yang dihasilkan

Inosensia sangat sedikit. Hal ini dikarenakan Inosensia lebih suka mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

87

perasaan secara langsung dengan ekspresi dan perbuatan. Berikut contoh kalimat

interjektif yang diperoleh Inosensia.

(34) Anak:”Batuk (kening) ben mari ya?” (biar sembuh ya?)

Ibu : “Iya dek.”

Anak: “Iiihh.. ada bintang.”

Ibu: “Bintang apa dek?”

Anak: “Bintang kecil yang lucu.” B1(a.8.23)

Ibu:”Iya dek, makan ya enak?”

Anak: “Enak, iiii jijih jatuh.” (iii..jorok jatuh). Bunda, tama nakal kan

mainan balon tama ora seneng. Ii aja dientokna jajane.

Ibu : “Iya, mandi dulu yuk?”

Data B1(a.8.23) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bintang kecil yang lucu.”

termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.

Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bintang kecil yang lucu.” adalah

pemerolehan makna kalimat interjektif (Kalimat seruan) Ketiga, peneliti

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bintang kecil

yang lucu.)”termasuk dalam kalimat intejektif karena bersifat menyanjung bintang

yang lucu, peneliti mendeskripsikan kalimat, kalimat yang dituturkan Inosensia

memberikan pujian terhadap bintang kecil yang lucu.

(35) Ibu: “Di kasih siapa dek?”

Anak: “Dikasih babi.”

Ibu: “Bagus nggak?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

88

Anak: “Bagus”. B1(a.18.48)

Ibu: lagi gluduk udan.”

Anak:”Eyang Kakung udan aja nyetel TV.”

Data B1(a.18.48) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bagus”. termasuk pemerolehan

makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi

bahwa kalimat “Bagus”. adalah pemerolehan makna kalimat interjektif (Kalimat

seruan) Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa

kalimat “Bagus.”termasuk dalam kalimat intejektif karena bersifat memberikan

pujian kepada kado yang diberi untuk Inosensia. Peneliti mendeskripsikan kalimat,

kalimat yang dituturkan Inosensia memberikan pujian terhadap boneka yang dikasih

temannya bunda.

(36) Anak: “Kucingnya lucu bunda.” B1(a.21.55)

Ibu: Kucingnya warna apa?

Anak: “Warna Kuning.”

Data B1(a.21.21) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif

melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam

makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kucingnya lucu bunda.”

termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.

Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Kucingnya lucu bunda.” adalah

pemerolehan makna kalimat interjektif (Kalimat seruan) Ketiga, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

89

menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kucingnya lucu

bunda.” termasuk dalam kalimat intejektif karena bersifat memberikan pujian kepada

kado yang diberi untuk Inosensia. Peneliti mendeskripsikan kalimat, kalimat yang

dituturkan Inosensia memberikan pujian terhadap kucing yang sangat lucu. Selain 3

contoh data tuturan kalimat interjektif , terdapat 3 data kalimat interjektif yang lain

disajikan pada Lampiran analisis data 4.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan makna pemerolehan

kalimat pada studi kasus Inosensia usia tiga tahun. Berdasarkan hasil analisis,

ditemukan beberapa kalimat dari segi bentuk dan fungsi komunikatif yang diperoleh

Inosensia. Secara keseluruhan bentuk kalimat dibagi menjadi tiga jenis yaitu

berdasarkan jumlah klausa yang terdiri dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk,

berdasarkan kelengkapan unsur yang terdiri dari kalimat lengkap dan tidak lengkap,

berdasarkan kalimat susunan subjek dan predikat yang terdiri dari kalimat versi dan

inversi. Fungsi komunikatif terdiri dari 4 jenis yaitu kalimat deklaratif, imperatif,

interogatif dan interjektif.

Teori yang digunakan dalam analisis bentuk dan makna adalah teori Alwi

(dalam Tata Bahasa Baku, 2014:318), Penelitian terdahulu yang digunakan oleh

peneliti adalah penemuan dari Desmana Wardhani (2008) yang berjudul Pemerolehan

Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Raka Usia Dua Tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

90

Dan penelitian yang relevan kedua yaitu Margaretha Ada (2003) yang berjudul

Pemerolehan Morfologi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Ngaisia.

Anak Usia Tiga Tahun.

4.3.1 Bentuk kalimat dalam studi kasus Inosensia usia tiga tahun

Peneliti mengelompokan menjadi dua pembahasan mengenai bentuk kalimat,

yaitu berdasarkan segi teori dan segi penelitian yang relevan. Berikut ini masing-

masing akan diuraikan pembahasan dari segi teori dan penelitian yang relevan.

1) Segi Teori

Peneliti menemukan dua acuan teori mengenai bentuk kalimat yaitu teori Alwi

(dalam tata bahasa baku, 2014) yang menyatakan bahwa bentuk pemerolehan kalimat

dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan majemuk. Menurut Alwi (dalam

tata bahasa baku, 2014) pola kalimat tunggal dibagi menjadi enam pola yaitu S-P, S-

P-O, S-P-Pel, S-P-Ket, S-P-O-Pel, S-P-O-Ket. Peneliti menemukan enam pola

kalimat tunggal pada tuturan Inosensia yaitu pola S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-O-Pel, S-

P-Ket, S-P-O-Ket. Proses pemerolehan kalimat Inosensia lebih dahulu memperoleh

pola kalimat tunggal S-P karena Inosensia menggunakan kalimat yang sederhana

terlebih dahulu. Kalimat Majemuk menurut Alwi (dalam tata bahasa baku, 2014)

terbagi menajdi tiga yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk ratapan, dan

kalimat majemuk bertingkat. Peneliti menemukan dua jenis kalimat majemuk yaitu

kalimat majemuk setara (2 tuturan) dan kalimat majemuk ratapan (1 tuturan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

91

Inosensia memperoleh kalimat majemuk setara karena hubungan antar unsur-

unsurnya setara atau sederajat. Inosensia memperoleh kalimat majemuk ratapan

karena subjek-subjek dirapatkan atau kalimat majemuk rapatan sama dengan

subjeknya..

Moeliono (dalam tata bahasa baku, 2003) menyatakan bahwa bentuk kalimat

pemerolehan bahasa dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kelengkapan unsur yang

terdiri dari kalimat lengkap dan tidak lengkap. Inosensia lebih banyak memperoleh

kalimat lengkap dibandingkan dengan kalimat tidak lengkap, hal ini dikarenakan

Inosensia sudah menguasi lima pola kalimat tunggal. Proses pemerolehaan kalimat,

Inosensia pada umur 3 tahun memperoleh kalimat tidak lengkap pada tuturan

pertama, kemudian pada umur 3,2 bulan Inosensia sudah mulai memperoleh kalimat

lengkap hingga pada saat proses penelitian Inosensia lancar dalam menggunakan

kalimat lengkap.

Susunan subjek dan predikat yang terdiri dari kalimat versi dan inversi, Inosensia

lebih banyak memperoleh kalimat versi dibandingkan kalimat inversi, dan pada saat

proses penelitian Inosensia lebih sering menggunakan kalimat versi dibandingkan

kalimat inversi, dikarenakan anak usia tiga tahun sudah mampu mengucapkan

susunan kalimat seperti menggunakan kata benda, orang, dan binatang terlebih

dahulu untuk beribicara, setelah itu menggunakan kata kerja dan kata sifat.

Berdasarkan penelitian ini, peneliti mengetahui bahwa Inosensia sudah mampu

memperoleh kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, kalimat lengkap dan kalimat

tidak lengkap, kalimat versi dan inversi. Penelitian ini sejalan dan bersifat konfirmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

92

dengan teori Alwi (dalam tata bahasa baku, 1988) dan Moeliono (dalam tata bahasa

baku, 2003). Sehingga penelitian ini bersifat mendukung.

2) Segi Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai bentuk kalimat, berbeda karena

peneliti menganalisis data bentuk kalimat berdasarkan pendapat Alwi (dalam tata

bahasa baku, 1988) dan Moeliono (dalam tata bahasa baku, 2003). Penelitian

terdahulu yaitu Desmana (2008) menggunakan teori Alwi (dalam tata bahasa baku,

1988). Peneliti menemukan kalimat majemuk pada Inosensia hal ini disebabkan

Inosensia sudah mampu mengucapkan ujaran dengan menggunakan kata penghubung

dan penelitian Desmana (2008) hanya menemukan kalimat tunggal, dan tidak

menemukan kalimat majemuk dikarenakan ujaran yang dihasilkan masih berbentuk

ujaran dua kata sampai tiga kata. Kelengkapan unsur, Inosensia lebih dahulu

memperoleh kalimat lengkap dan Raka pada penelitian yang relevan lebih dahulu

menggunakan kalimat tidak lengkap dilihat dari hasil analisis. Selanjutnya

berdasarkan susunan subyek dan predikat yaitu kalimat versi dan inversi, Inosensia

lebih dahulu menggunakan kalimat versi hal ini dapat dilihat pada Lampiran analisis

data 2 yang sudah urut waktu pemerolehannya, dan Raka pada penelitian yang

relevan lebih menggunakan kalimat inversi karena masih tidak lengkap dengan

menggunakan kalimat. Dari hasil perbandingan antara peneliti dengan penelitian yang

relevan, maka peneliti bersifat menambahkan keterangan dari hasil penelitian

Desmana (2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

93

4.3.1 fungsi komunikatif pada studi kasus Inosensia usia tiga tahun

Peneliti mengelompokan menjadi dua pembahasan mengenai fungsi

komunikatif yaitu berdasarkan segi teori dan segi penelitian yang relevan, diuraikan

sebagai berikut.

1) Segi Teori

Peneliti menemukan acuan teori mengenai makna kalimat pemerolehan bahasa,

yaitu teori Alwi (dalam tata bahasa baku, 2014) yang menyatakan bahwa makna

kalimat dibagi menjadi lima yaitu kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, interjektif,

dan emfatik. Peneliti memperoleh empat makna kalimat yaitu kalimat deklaratif,

imperatif, interogatif, dan interjektif.

Inosensia memperoleh kalimat deklaratif terlebih dahulu dikarenakan anak pada

usia tiga tahun lebih cenderung mempunyai rasa ingin bercerita ketika melihat hal

yang masih asing yang berupa cerita, dan kabar, setelah memperoleh kalimat

deklaratif anak memperoleh kalimat interogatif, karena setelah anak memberitahukan

atau memberi informasi kepada lawan tutur, maka penutur bertanya karena

mempunyai rasa ingin tahu, setelah memperoleh kalimat interogatif, Inosensia

memperoleh kalimat perintah yaitu ketika anak sudah mengerti dengan jawaban

pertanyaannya maka anak memberikan perintah atau imperatif, pada usia tiga tahun

anak sudah mulai memberikan perintah kepada lawan tuturnya seperti menyuruh

ibunya membuatkan susu karena anak belum bisa membuat susu sendiri, selain itu

anak usia tiga tahun juga sudah dapat memberikan apresiasi terhadap hal atau benda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

94

yang menarik yang disebut kalimat interjektif. Sehingga penelitian ini bersifat

memperbaharui hasil penemuan dengan acuan teori Arifin dan Junaiyah (2008).

2) Segi penelitian yang relevan

Penelitian terdahulu Desmana (2008) makna kalimat menggunakan teori dari

Alwi (dalam tata bahasa baku, 1988). Peneliti menemukan empat makna kalimat

yaitu deklaratif, imperatif, interogatif, dan interjektif dalam tuturan Inosensia.

Desmana (2008) menemukan empat makna kalimat yaitu deklaratif, imperatif,

interogatif dan interjektif dalam tuturan Raka. Pada penelitian Desmana (2008) ujaran

yang menegenai makna kalimat masih menggunakan ujaran dua kata, sedangkan

dalam penelitian Inosensia sudah menguasi lebih dari dua ujaran. Ujaran pertama kali

yang diucapkan Raka yaitu kalimat perintah, sedangkan Inosensia kaimat berita

terlebih dahulu. Sehingga penelitian bersifat melengkapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

95

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, diuraikan mengenai kesimpulan penelitian, implikasi penelitian

dan saran-saran untuk pembaca.

5.1 Kesimpulan

Peneliti dapat menarik simpulan berdasarkan analisis data dan pembahasan.

Simpulan data ada dua hal yaitu pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan bentuk

kalimat dan pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan makna kalimat.

5.1.1 Pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan bentuk kalimat.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, berikut ini akan disajikan hasil

penelitian yang dapat ditarik kesimpulannya. Peneliti memperoleh tiga jenis kalimat

dari segi bentuk yaitu kalimat berdasarkan jumlah klausa, kelengkapan unsur dan

susunan subjek dan predikat. Pola kalimat tunggal teridi dari S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-

P-Ket, S-P-O-Pel, dan S-P-O-Ket. Inosensia sudah memperoleh kalimat yang dari

segi bentuk disebut (1) klimat tunggal berpola S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-O-Pel, S-P-

Ket, dan S-P-O-Ket.. Peneliti menemukan dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat

majemuk setara (2 tuturan) dan kalimat majemuk rapatan (1 tuturan). Inosensia

memperoleh kalimat majemuk setara karena hubungan antar unsur-unsurnya setara

atau sederajat. Inosensia memperoleh kalimat majemuk ratapan karena subjek-subjek

dirapatkan atau kalimat majemuk rapatan sama dengan subjeknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

96

Inosensia juga menguasai kalimat yang dari segi kelengkapan unsurnya

disebut (1) kalimat lengkap, dan (2) kalimat tidak lengkap. Inosensia menguasai

kalimat yang dari segi susunan subjek dan predikat disebut (1) kalimat versi dan (2)

kalimat inversi.

5.1.2 Pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan makna kalimat

Inosensia memperoleh kalimat deklaratif terlebih dahulu dikarenakan anak

pada usia tiga tahun lebih cenderung mempunyai rasa ingin bercerita ketika melihat

hal yang masih asing yang berupa cerita, dan kabar, setelah memperoleh kalimat

deklaratif anak memperoleh kalimat interogatif, pada kalimat Interogatif anak sudah

mampu menggunakan kata tanya apa, siapa, dimana, dan mengapa, karena setelah

anak memberitahukan atau memberi informasi kepada lawan tutur, maka penutur

bertanya karena mempunyai rasa ingin tahu, setelah memperoleh kalimat interogatif,

Inosensia memperoleh kalimat perintah yaitu ketika anak sudah mengerti dengan

jawaban pertanyaannya maka anak memberikan perintah atau imperatif, pada kalimat

imperatif anak sudah mampu menggunakan kalimat imperatif halus,

larangan,permohonan dan ajakan. Anak usia tiga tahun mulai memberikan perintah

kepada lawan tuturnya seperti menyuruh ibunya membuatkan susu karena anak

belum bisa membuat susu sendiri, selain itu anak usia tiga tahun juga sudah dapat

memberikan apresiasi terhadap hal atau benda yang menarik yang disebut kalimat

interjektif. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menemukan anak usia tiga

tahun sudah bisa memberikan informasi berupa cerita yang penutur alami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

97

Konteks terjadinya tuturan dapat mempengaruhi pemerolehan tuturan yang

dihasilkan oleh subjek. Saat subjek sedang bermain, pasti akan muncul kalimat

interogatif misalnya menanyakan tentang nama benda yang sedang dimainkannya

dengan kalimat tunggal ataupun kalimat majemuk. Konteks merupakan satu kesatuan

dari proses pemerolehan kalimat.

5.2 Implikasi Temuan bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan mengetahui

bagaimana pemerolehan bahasa anak yang diperoleh khususnya pada umur tiga

tahun. Penelitian ini menemukan jenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna kalimat

studi kasus pada Inosensia. Berikut ini implikasi yang muncul dari penelitian ini.

Pemerolehan bahasa pertama merupakan hal yang sangat penting bagi

perkembangan komunikasi anak. Pemerolehan bahasa muncul saat anak mengerti

bahasa ibunya. Pemerolahan bahasa berasal dari proses alamiah di abwah sadar,

sehingga anak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat melatih

kemampuan bahasanya mulai dari bentuk ujaran satu kata, sampai akhirnya ujaran

multi kata. Dengan demikian anak mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan

lebih baik. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih dalam mengenai

pemerolehan bahasa anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

98

5.3 Saran

5.3.1 Bagi Orang Tua

Peran orang tua sangat penting dalam memberikan tutur kata yang baik dan

benar kepada anak, supaya anak dapat memperoleh bentuk kalimat dan makna

kalimat (nilai komunikatif) dengan baik.

5.3.2 Bagi peneliti lain

Diharapkan akan dijadikan acuan untuk peneliti lain yang juga meneliti

tentang pemerolehan bahasa anak untuk mengkaji lebih lanjut dalam mengidentifikasi

pemerolehan bahasa anak khususnya bentuk kalimat dan makna kalimat (nilai

komunikatif).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

99

DAFTAR PUSTAKA

Ada, Margaretha. 2003. Pemerolehan Morfologi Bahasa Indonesia sebagai

Bahasa Pertama: Kasus Ngaisia, Anak Usia Tiga Tahun.

Alwi, Hasan, dkk. 1998 . Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Alwi, Hasan, dkk. 2014. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka.

Arifin, Zaenal & Junaiyah, H.M. 2009. Sintaksis. Jakarta: PT Grasidno.

Chaer, Abdul, Psikolinguistik , Kajian Teoritik, Jakarta: PT Rineka Cipta

CPNS 2003.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun, 2007. Metode Penelitian Bahasa : Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moeliono, Anton M; Dardjowidjojo, Soenjono. 1988. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Moeliono, Anton M. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi

ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.

Putrayasa, Ida Bagus. 2012. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: PT

Refika Aditama.

Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Kalimat Efektif. Bandung: PT Refika Aditama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

100

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Erlangga.

Rahardi, Kunjana. 2010. Kalimat Baku Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah.

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ramlan, M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Sugiyono, 2012. Metodologi Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabetha:

Bandung.

Sukini. 2010. Sintaksis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Pengajaran Sintaksis. Jakarta: Gramedia.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:

Angkasa.

Wardani, Anastasia Desmana. 2008. Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia

Sebagai Bahasa Pertama: Kasus Raka Anak Usia dua Tahun.

Yogyakarta: PBSI. FKIP Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

101

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

102

SURAT TRIANGGULATOR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

103

LAMPIRAN ANALISIS DATA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

124

Lampiran Analisis Data 1 dari segi bentuk berdasarkan jumlah klausa

Kalimat dari segi bentuk terdiri dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal terdiri dari enam pola yaitu S-P, S-PO, S-P-Pel, S-P-Ket, S-P-

O-Pel, S-P-O-K, dan kalimat majemuk terdiri dari tiga jenis yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk ratapan, dan kalimat majemuk bertingkat. Berikut ini

akan disajikan analisis data yang lebih rinci.

Kalimat Tunggal Kalimat majemuk Keterangan

S-P S-P-O S-P-Pel S-P-Ket

S-P-O-Pel

S-P-O-K

KM.setara

KM.

Ratapan

KM.

Bertingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

125

LAMPIRAN ANALISIS DATA 1 DARI SEGI BENTUK BERDASARKAN JUMLAH KLAUSA

N

O

KO

DE

DATA TUTURAN KETERANGAN

1 A1

(1)

Ibu: “Ini namanya apa?”

(1). Anak : “Namanya oyong”. (namanya labu). (S-P-

Pel)

Ibu: “Itu berapan dek?”

(2). Anak: “60 ribu”. (S-P)

Ibu: “buat apa itu, dek?”

(3). Anak: “Buat bunda.” (S-P)

(1) Namanya Oyong. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia maka menjadi kalimat lengkap yaitu

Buah ini namanya oyong.

S P Pel

a. Alat uji subjek kalimat dengan menerapkan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Selain itu untuk subjek

yang bukan orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat].

Untuk mengetahui mana subjek kalimat pada tuturan di atas maka menerapkan formula pertanyaan apa namanya oyong?

Jawabannya adalah ‘Buah ini’. Maka ‘Buah ini’ merupakan subjek kalimat di atas.

a. Pembuktian predikat yaitu menggunakan rumus mengapa/bagaimana. Untuk mengetahui mana predikat kalimat di atas maka

menggunakan rumus mengapa buah ini? jawabannya adalah ‘namanya’. Maka predikat kalimat di atas adalah ‘namanya’.

b. ‘oyong’, merupakan pelengkap.

(2) 60 ribu . jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi

Oyong harganya 60 ribu.

S P

a. Alat uji subjek kalimat dengan menerapkan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Selain itu untuk subjek

selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kpada kalimat di atas maka menggunakan

rumus apa yang harganya 60 ribu? Jawabannya adalah ‘oyong’. Maka subjek pada kalimat di atas adalah ‘Oyong’.

b. Pembuktian predikat menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas adalah

bagaimana Oyong? Jawabannya ‘Harganya 60 ribu’. Maka predikat kalimat di atas adalah ‘harganya 60 ribu” merupakan

predikat frasa numeralia karena terdapat angka 60 ribu.

(3) Buat bunda. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi

Oyongnya buat bunda.

S P

a. Alat uji subjek adalah dengan menerapkan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, selain itu untuk subjek bukan

orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan rumus apa

yang buat bunda? Jawabannya ‘oyongnya’. Maka oyong merupakan subjek pada kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas adalah

bagaimana oyongnya? Jawabannya ‘Buat Bunda’.

2 A1

(2) (4)Anak: “Dibumbuin !” (S-P)

(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit). (S-

P-K) Ibu: “Siapa itu dek?”

(6)Anak: “Kancane Bunda ya?” (temannya bunda

ya?). (S-P)

(4) Dibubuin. Jika Inosensia menuturkan kalimat lengkap, maka menjadi

Oyongnya dibumbuin.

S P

a. Alat uji untuk mengetahui subjek kalimat dengan menerapkan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Untuk

subjek selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus

apa yang dibumbuin? Jawabannya ‘oyongnya’. Maka subjekt kalimat tersebut adalah ‘oyongnya’.

b. Untuk mengetahui apakah dibumbuin merupakan predikat yaitu menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk kalimat

di atas menggunakan rumus bagaimana oyongnya? Jawabannya adalah ‘dibumbuin’. Dibumbuin merupakan predikat frasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

126

verba.

(5) Dibumbuin sitik. Jika Inosensia menuturkan kalimat lengkap, maka menajdi

Oyongnya dibumbuhin sitik ya. (sedikit)

S P K

a. Alat uji subjek kalimat dengan menerapkan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan rumus apa yang

dibumbuin sedikit? Jawabannya adalah ‘Oyongnya’. Maka ‘oyongnya’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Untuk mengetahui apakah itu predikat yaitu dengan rumus mengapa atau bagaimana. Rumus yang digunakan untuk menguji

predikat kalimat di atas adalah bagaimana oyongnya? Jawabannya adalah dibumbuin sedikit ya.”. Maka ‘dibumbuin sedikit ya’

merupakan predikat frasa verba.

c. Sedikit ya. Merupakan keterngan cara.

(6) Temannya bunda ya. Jika Inosensia menuturkan kalimat lengakp, maka menjadi.

Temannya Bunda ya yang lewat.

S P

a. Untuk menguji subjek kalimat menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus siapa yang lewat?

Jawabannya adalah ‘temannya bunda ya’. Maka ‘temannya bunda ya’ merupakan subjek pada kalimat di atas.

b. Untuk menguji predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Pertanyaan utuk kalimat di atas adalah bagaimana

temannya bunda? Jawabannya adalah “yang lewat’. maka ‘yang lewat’ adalah predikat frasa verba.

3 A1

(3)

Ibu: “Tadi udah ditimbang?”

(7)Anak: “Wis.” (udah). (S-K-P)

Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”

(8) Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.” (Kakinya jatuh).

(S-P)

Dari percakapan Inosensia dapat dianalisis sebagai berikut.

(7) Wis (udah). Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi

Inosensia tadi sudah ditimbang.

S K P

a. Untuk membuktikan bahwa kalimat merupakan subjek maka menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang,

dan untuk subjek selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas yaitu

menggunakan rumus siapa yang sudah di timbang? Jawabannya adalah ‘Inosensia’. Maka ‘Inosensia’ merupakan subjek

kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat pada kalimat di atas menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Bagaimana Inosensia? Jawabannya

adalah ‘sudah ditimbang’. ‘sudah ditimbang’ merupakan predikat frasa verba.

c. Keterangan tidak terkait posisi, pada kalimat di atas keterangan berada di tengah subjek yaitu keterangan waktu.

(8) Kakinya jatuh

S P

a. Untuk menguji subjek kalimat menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus apa yang jatuh?

Jawabannya adalah ‘kakinya’. ‘kakinya’ merupakan subjek pada kalimat di atas.

b. Untuk menguji predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Bagaimana kakinya? Jawabannya adalah ‘jatuh’.

Maka ‘jatuh’ merupakan predikat.

4 A1

(4) (9). Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng

sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke

(9) Tadi malam Eyang Ti kaget terus ke

Ket.waktu S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

127

sekolahan). (S-P-K)

Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana lindu.” (tadi

malam lagi tidur tiba-tiba ada gempa).

Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing oyeg-

oyeg.” (aku juga tadi malam mau tidur ada yang

bergerak-gerak).

Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga kaget).

(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu

kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga

bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya

ada di kursi).

(K-S-P- Pel- O-K)

Ibu: “Ino nangis gak?

(11). Ino: “Aku malah nendang bata di luar.” (aku

menendang batu di luar). (S-P-O-K)

Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba krasa bange.”

(iya kan aku lagi duduk tiba-tiba krasa banget).

(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku

keluar digendong Eyang Ti). (S-P-O)

sekolahan

Ket.tempat.

a. Alat uji subjek kalimat menerapkan pertanyaan [siapa + yang +predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang

kaget? Jawabannya adalah ‘Eyang Ti’. Maka ‘Eyang Ti’ merupakan subjek kalaimat di atas.

b. untuk mengetahui predkat menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Mengapa Eyang Ti? Jawabannya adalah ‘kaget’.

Maka ‘kaget’ merupakan predikat frasa adjektiva.

c. Tadi malam, merupakan keterangan waktu. Sekolahan merupakan keterangan tempat karena menunjukan suatu tempat.

Keterangan tidak terkait posisi bisa di awal, tengah dan akhir.

(10) Tadi malam juga bundaku takut terus

Ket.waktu S P

tidur,

Pel

terus rambutnya ada di kursi.

O K

a. Untuk mengetahui subyek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan

orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Pertanyaan untuk kalimat di atas adalah siapa yang takut terus tidur?

Jawabannya adalah ‘Bundaku’. Maka ‘Bundaku’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Rumus predikat adalah menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk kalimat di atas menggunakan pertanyaan

mengapa Bundaku? Jawabannya adalah ‘takut terus tidur’. Merupakan predikat frasa adjektiva dan verba.

c. Tadi malam merupakan keterangan waktu. Terus rambutnya ada di kursi merupakan keterangan tempat.

(11) Aku menendang batu di luar.

S P O K

a. Pembuktian subyek dengan menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus siapa yang

menendang? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat dengan menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Bagaimana aku? Jawabannya adalah

‘Mrnendang’. Maka ‘menendang’ merupakan predikat frasa verba.

c. Pembuktian objek yaitu dengan menggunaka rumus langsung dibelakang predikat, dapat menjadi subjek kalimat pasif, tidak

didahului preposisi, didahului kata bahwa. Dibuktikan dengan merubah objek menjadi subjek kalimat pasif yaitu : batu

ditendang aku.

d. Di luar merupakan keterangan tempat.

(12) Aku keluar digendong Eyang Ti.

S P O

a. Pembuktian subjek dengan menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus siapa yang

keluar digendong? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat di atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

128

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Kalimat di atas menggunakan pertanyaan bagaimana

aku? Jawabannya adalah ‘keluar digendong’. Maka ‘Keluar digendong’ merupakan predikat frasa verba.

c. Pembuktian objek dengan rumus langsung dibelakang predikat, dapat menajdi subjek kalimat pasif. Dapat dibuktikaan: Eyang

Ti keluar mengendong aku. Maka eyang ti merupakan objek.

5 A1

(5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).

(S-P)

Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”

(14). Anak: “Ke Cilacap?” (S-P-K)

Ibu: “iya dek.”

(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).

(S-P)

(13) Bunda kemana? Jika inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Bunda pergi kemana?

S P

a. Pembuktian subyek dengan menggunakan rumus [Siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus siapa yang

pergi kemana? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? Jawabannya adalah ‘pergi kemana’. Maka ‘pergi kemana’ merupakan predikat.

(14) Ke Cilacap. jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Bunda pergi ke Cilacap.

S P K

a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Pertanyaan untuk mengetahui subjek kalimat di atas adalah siapa yang pergi?

Jawabannya adalah ‘Bunda’. maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘pergi, maka

‘pergi’ merupakan predikat frasa verba.

c. Ke Cilacap merupakan keterangan tempat.

(15) Cepet pergi. Jika Inosensia menyuruh dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Bunda cepat pergi.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan subjek yaitu menggunaka n rumus [siapa + yang predikat] untuk subjek orang, dan untuk

subjek selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan

pertanyaan siapa yang cepat pergi? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat dii atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagimana. Bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘cepat pergi’.

Maka ‘cepat pergi’ merupakan predikat frasa verba.

6 A1

(6)

Ibu: “Itu apa?”

(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau

kacang hijau). (S-P)

Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”

(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel

(susah) kaos kakinya.” (P-S)

(16) Kacang ijo purun. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi.

Bunda mau kacang ijo?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus siapa yang

mau kacang ijo? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘mau kacang ijo’. maka ‘mau kacang ijo’ merupakan predikat

frasa verba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

129

(17) Kotor kaos kakinya.

P S

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus apa yang

kotor? Jawabannya adalah ‘kaos kakinya’, maka ‘kaos kakinya’ merupakan subjek kalimat..

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan rumus mengapa atau bagaimana. Bagaimana kaos kakinya?? Jawabannya

‘kotor’, maka ‘kotor’ merupakan predikat frasa adjektiva.

7 A1

(7)

Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”

(18). Anak: “Eyang kakung mana?” (S-P)

Ibu: “Di sekolahan.”

(19). Anak: “iiiii…(menangis). (S-P-Pel)

Ibu: “mandi yuk?”

(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (S-P)

(18) Eyang kakung pergi ke mana?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan rumus pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain

orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan rumus

siapa yang pergi kemana? Jawabannya adalah ‘Eyang Kakung’. Maka ‘Eyang kakung’ merupakan subjek kalimat di atas.

(19) Iiii…(menangis). Jika Inosensia menyampaikan tturan dengan lengkap, maka menjadi

Ino ditinggal Eyang kakung.

S P Pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang ditinggal Eyang kakung? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana, maka untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘ditinggal. Maka ‘ditinggal merupakan predikat frasa verba.

(20) Pembuktian pelenkap, yaitu bahwa Eyang kakung sebagai pelengkap dari subjek.

(21) Ayun-ayun dulu. Jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menajdi

Aku mau ayun-ayun dulu.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas smenggunakan pertanyaan

siapa yang mau ayun-ayun dulu? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan

pertanyaan bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘mau ayun-ayun dulu’, maka ‘mau ayun-ayun dulu’ merupakan predikat frasa

verba.

8 A1

(8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar

sembuh ya). (S-P)

Ibu: “Iya dek.”

(22). Anak: “Iiih.. ada bintang ”. (S-P)

Ibu: “Bintang apa dek?”

(23). Anak: “Bintang kecil yang lucu.” (S-P)

Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”

(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh).

Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora

(22) Kening biar sembuh ya.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

biar sembuh? Jawabannya adalah ‘kening’, maka ‘kening’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana kening? Jawabannya adalah ‘biar sembuh’, maka ‘biar sembuh’ merupakan predikat frasa

verba.

(23) Iii…ada bintang. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

130

seneng . iii aja dientokna jajane.” (P-P-S-P)

Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”

Bunda ada bintang.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

ada bintang? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengettahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimanabunda? Jawabannya ‘lada bintang’, merupakan predikat frasa verba.

(24) Bintang kecil yang lucu.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orangm dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan apa lyang lucu? Jawabannya adalah ‘Bintang kecil’, maka ‘Bintang kecil’ merupakan subjek kalimat

di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertantyaan mengapa atau bagaimana, untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bintang kecil? Jawabannya adalah ‘lucu’, maka ‘lucu’ merupakan predikat frasa adjektiva.

(25) Enak…ii jorok jatuh. Tama nakal

P S

kan mainan balon. Tama tidak suka.

P S p

a. Pembuktian subjek menggunkan rumus jawaban atas pertanyaan apa/siapa, bentuk kata benda. Tuturan tersebut menggunaka

rumus siapa yang nakal? Jawabbnya yaitu Tama, Tama merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan rumus jawaban atas pertanyaan apa/siapa, bagaimana, mengapa, diapakan. Tuturan tersbeut

dapat menggunakan rumus apa yang dilakukan Tama? Jawabannya mainan Bola.

9 A1

(9) (25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama

Sari ya). (S-P-O)

Ibu: “Kenapa dek?”

(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak, ya nang Ino

dijorna nangis.” (K-S-P-K)

(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin

nangis). Bunda, tadi ada Ino di gambar, ngko tak

golekna. (Bunda, tadi ada Ino di gambar nanti

dicariin ya?).

(26) Jangan sama sari ya. Jika Inosensia menuturkan lengkap, maka akan menjadi.

Bunda jangan main sama Sari ya.

S P O

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang jangan main? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘jangan main’, maka ‘jangan main’ merupakan predikat frasa

verba.

c. Pembuktian objek, menggunakan bentuk pasif yaitu Sari jangan main bersama Bunda.

(27) Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino

Ket S P K

didiemin nangis.

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk pertanyaan subjek orang, dan untuk pertanyaan

subjek selain orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan

pertanyaan siapa yang nangis dikeplak? Jawabannya adalah ‘Tama’, maka ‘Tama’ merupakan subjek orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

131

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana, untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa Tama? Jawabannya adalah ‘nangis dikeplak’, merupakan predikat frasa verba.

Tadi merupakan keterangan tempat. ‘ya sama Ino didiemin nangis’ merupakan keterangan cara.

10 A1

(10) 27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”

(Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung). (S-K-P)

Ibu: “Iya, Bunda hormat.

(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?). (S-P)

(28) Bunda, sekarang hormat.

S K P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang hormat? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Bunda? jawabannya adalah ‘hormat’, maka hormat merupakan predikat frasa verba.

c. ‘Sekarang’ merupakan keterangan waktu.

(29) Ino ndi. Jika Inosensia menuturkan dengan kalimat lengkap, maka menjadi Ino dimana hormatnya?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untu subjek orang, dan untuk subjek bukan orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang dimana hormatnya? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat kalimat di

atas menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘dimana hormatnya’ merupakan predikat frasa verba. .

11 A1

(11) 29). Anak: “Bunda ada semutnya lho.” (S-P)

Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk dek?”

(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.” (S-P)

(30) Bunda ada semutnya lho

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek bukan orang menggunakan

pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang ada semuntya/

jawabannya adalah ‘Bunda’, Maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan

pertanyaan bagaimana Bunda? jawabannya adalah ‘ada semutnya lho’, merupakan predikat frasa nomina.

(31) Punyaku panjang.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk mengetahui subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

panjang? Jawabannya adalah ‘punyaku’, maka ‘punyaku’ merupakan subjek kata benda.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan

pertanyaan bagaima punyaku? Jawabannya adalah ‘panjang’, merupakan predikat frasa adjektiva.

12 A1(

12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana

motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)

(S-P-Pel)

Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”

(32) Anak lewat-lewat terus ya takut ada

S P P

motor.

pel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

132

(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”

(S-P-pel)

Ibu: “Bebeknya ke mana?”

(33). Anak: “Bebeknya ilang.” (S-P)

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang lewat-lewat terus? Jawabannya adalah ‘Anak’, maka ‘Anak’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa anak? Jawabannya adalah ‘lewat-lewat terus ya ‘, merupakan predikat frasa verba.

c. Pembuktian motor merupakan pelengkap untuk predikat.

(33) Mba-mba ke sini sama Tama

S P Pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang ke sini? Jawabannya adalah ‘Mba-mba’, merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat mengginakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan

pertanyaan mengapa mba-mba? Jawabanya adalah ‘ke sini’, merupakan predikat frasa verba.

c. Pembuktian pelengkap, sebagai pelengkap subjek dan predikat.

(34) Bebeknya ilang

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan rumus pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek predikat orang, dan untuk subjek

selain orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan

pertanyaan apa yang hilang? Jawabannya adalah ‘Bebeknya’, maka ‘Bebeknya’ merupakan subjek selain orang.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di aatts

menggunakan pertanyaan mengapa bebeknya? Jawabannya adalah ‘ilang (hilang)’, merupakan predikat frasa verba.

13 A1(

13)

Ibu: “Ences di mana?”

(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan, Ences di

rumah.” (S-P-S-K) dan kalimat majemuk ratapan.

Ibu: “Ences itu siapa dek?”

(35). Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.” (S-P)

Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”

(36). Anak: “Bukan..hehe.” (S-P)

Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”

(35) Ences tidak di sekolahan, Ences di

S P S

rumah.

K

Kalimat tersebut termasuk kalimat majemuik ratapan, karena subjek-subjek dirapatkan atau kalimat majemuk ratapan sama dengan

subjeknya.

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek bukan orang

menggunakan pertanyaan siapa yang tidak ke sekolahan jawabanhya adalah “Ences’, merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiimana? Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa Ences? Jawabannya adalah ‘tidak di sekolahan’, maka ‘Ences tidak di sekolahan’

meripakan predikat frasa verba.

c. Keterangan pada tuturan yaitu keterangan tempat.

(36) Ences temannya Eyang Kakung.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat], dan untuk subjek selain orang menggunakan pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

133

[apa + yang + predikat]. pertanyaan untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan siapa yang temannya Eyang

kakung? Jawabannya adalah ‘Ences’, maka ‘’Ences’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Ences? Jawabannya adalah bagaimana Ences? Jawabanya adalah ‘Temannya Eyang

Kakung’, maka ‘Temannya Eyang Kakung’ merupakan predikat frasa nominal.

(37) Bukan. Jika Inosensia menjawab dengan lengkap, maka menjadi

Ences bukan temannya Ino.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siaa yang

bukan temannya Ino? Jawabannya adalah ‘Ences’, maka ‘Ences’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunaan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Ences? Jawabannya adalah ‘bukan temannya Ino’. Maka merupakan predikat dari kalimat

di atas.

14 A1(

14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (S-P-O)

Ibu: “Laptop untuk apa?”

(38)Anak: “Untuk melihat gambar.” (S-P-O)

Ibu: “Gambar apa?”

(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.” (P-S)

(38) Ambilkan leptop. Jika diubah menajadi kalimat lengkap, maka menjadi.

Bunda ambilkan leptop.

S P O

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + prediat]. Untuk mengetahui subjek klimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang

ambilkan? Jawabannya adalah Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat di atas menggunakan

pertanyaan bagaimana bundaa? Jawabannya adalah ‘ambilkan’. Merupakan predikat frasa verba.

c. Objek dapat diganti kalimat pasif yaitu laptop diambil Bunda.

(39) Untuk melihat gambar. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi.

Leptop untuk melihat gambar

S P O

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

untuk melihat? Jawabannya adalah ‘Laptop’, merupakan subjek selain orang.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan predikat mengapa atau bagamana. Untuk mengetahui predikat kalimat di

atas menggunakan pertanyaan bagaimana leptop? Jawabannya adalaah ‘untuk melihat’. Merupakan predikat frasa verba.

c. Pembuktian objek menggunakan kalimat aktif yaitu ‘gambar untuk melihat laptop’.

(40) Gambar ayam, kelinci. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka akan menajdi kalimat.

Melihat gambar ayam, kelinci.

P S

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk selain orang menggunakan

pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan subjek yaitu apa yang melihat?

Jawabannya adalah ‘gambar ayam, kelinci’, merupakan subjek selain orang.

b. Pembuktian predikat predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

134

menggunakan bagaimana gambar ayam, kelinci jawabannya ‘melihat’, merupakan predikat frasa verba.

15 A1(

A1

(15)

(40). Anak: “Nonton bola mandi.” (S-P-Pel)

Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”

(41). Anak: “Di sana.” (P-S-K)

(41) Nonton bola mandi. Jika Inosensia berkata dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Aku pengen nonton bola mandi.

S P pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang ++ predikat]. untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas mnggunakan pertanyaan

siapa yang pengen nonton? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat menggunakan pertanyaan

mengapa aku? Jawabannya adalah ‘pengen nonton’, maka ‘pengen nonton’ merupakan predikat frasa verba.

c. Pembuktian pelengkap yaitu melengkapi predikat.

(42) Di sana. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Nonton bola mandi di sana.

P S K

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat], untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunkan apa yang nonton?

Jawabannya ‘bola mandi’, merupakan subjek orang..

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

mengguanakan pertanyaan mengapa bola mandi? Jawabannya adalah ‘nonton’, maka ‘nonton’ merupakan predikat frasa verba.

c. Di sana’, merupakan keterangan tempat.

16 A1(

16)

Ibu: “Rasanya apa dek?”

(42). Anak: “Kecut.” (S-P)

Ibu: “Dedek makan apa tu?”

(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (S-P)

(43) Kecut. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Lutis pakai dondong rasanya kecut.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

rasanya kecut? Jawabannya adalah ‘lutis pakai dondong’, maka ‘lutis pakai dondong’ merupakan subjek bukan orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana lutis pakai dondong? Jawabannya adalah rasanya kecut’, maka ‘rasanya kecut’ merupakan

predikat frasa adjektiva.

(44) Lutis pakai dondong.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

pakai dondong? Jawabannya adalah ‘lutis’, maka ‘lutis’ merupakan subbjek kata benda.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana lutis jawabannya ‘pakai dondong’, maka ‘pakai dondong’ merupakan predikat frasa verba.

17 A1

(17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (S-P-Pel)

Ibu: “Di mana?”

(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun terus

nyeluk eyang kakung.” (aku pernah petik ini di kebun

(45) Aku pernah metik ini.

S P pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek selain orang menggunakan pertanyaan [apa

+ yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang pernah metik? Jawabannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

135

terus panggil Eyang kakung). (S-P-Pel-K-K)

Ibu: “Dedek takut?”

(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng bunda

ya?”

(S-P-K)

adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa aku? Jawabannya adalah ‘pernah metik’ maka ‘pernah metik’ merupakan predikat frasa

verba.

c. ‘ini’ merupakan pelengkap predikat.

(46) Aku pernah petik ini di kebun terus

S P pel K

panggil Eyang kakung.

K

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang pernah petik? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘pernah petik’, maka ‘pernah petik’ merupakan predikat frasa

verba.

c. Ini merupakan pelengkap.

d. ‘Di kebun’ merupakan keterangan tempat. ‘panggil Eyang Kakung’ merupakan keterangan cara.

(47) Takut sendirian nangis Bareng bunda

S P K

ya.

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang nangis?

Jawabannya adalah ‘Takut sendirian nangis’, merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa takut sendirian? Jawabannya adalah ‘nangis’, maka ‘nangis’ merupakan predikat frasa

verba.

c. ‘bareng Bunda ya’ merupakan keterangan cara.

18 A1

(18)

Ibu: “Di kasih siapa dek?”

(47)Anak: “Dikasih babi.” (S-P)

Ibu: “Bagus nggak?”

(48)Anak: “Bagus.” (S-P)

Ibu: “Lagi gluduk udan.”

(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja nyetel TV.” (S-

P)

(48) Dikasih babi, jika Inosenia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi. Bonekanya dikasih babi.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

dikasih babi? Jawabannya adalah ‘Bonekanya’, maka ‘bonekannya’ merupakan subjek benda.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiman. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bonekannya? Jawabannya adalah ‘dikasih babi’, maka ‘dikasih babi’ merupakan predikat

frasa verba.

(49) Bagus. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Bonekannya bagus.

S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

136

a. Pembuktian subjek menggunakan pertan untuk subjek selain orang menggunakan pertanyaan [apa + nyaan [siapa + yang +

predikat] untuk subjek orang, dan untuk selain orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui

subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang bagus? Jawabannya adalah ‘bonekannya’, maka ‘bonekannya’

merupakan subjek benda.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa artau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bonekannya? Jawabannya adalah ‘bagus’, maka ‘bagus’ merupakan predikat frasa

adjektiva.

(50) Eyang kakung hujan, jangan nyalakan TV

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang jangan nyalakan TV? Jawabannya adalah “Eyang Kakung”, maka ‘Eyang kakung’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat menggunakan pertanyaan

bagaimana Eyang kakung? Jawabannya adalah ‘hujan jangan nyalakan TV’. Merupakan predikat frasa verba.

19 A1(

19) (50). Anak: “Beli apa?” (S-P)

Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”

(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk, bambang

putih.” (S-P)

(51) Beli apa?, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Bunda beli apa?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang

beli? Jawabannya adalah ‘bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘beli apa’, merupakan predikat.

(52) Ini pisang, durian, jeruk, bambang

S P

Putih.

a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

pisang, durian, jeruk, bambang? Jawabannya ‘ini’, maka ‘ini’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan spertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabannya adalah ‘pisang, durian, jeruk, bambang putih’.

20 A1(

20)

Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”

(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (S-P-K)

Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”

(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (S-P)

Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’

(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu

bola.” (S-P-Pel)

(53) Aku Lihat Volly di Cilacap.

S P K

a. Pembuktian subjek menggunakan pertayaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang lihat voly? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat menggunakan pertanyaan

bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘lihat voly’, maka ‘lihat voly’ merupakan predikat frasa verba.

c. ‘Di Cilacap’ merupakan keterangan tempat.

(54) Eyang Ti sama Ino.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

137

S P

a. Pembuktian menggunakn rpertanyaan [siapa + apa + predikat] untuk subjek orang, udan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahuii predikat kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang sama Ino? Jawabannya adalah ‘Eyang Ti’, maka ‘Eyang Ti’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Eyang Ti? Jawabannya adalah ‘sama Ino’, maka

‘sama Ino’ merupakan predikat frasa verba.

(55) Bunda aku pengen sepatu bola.

S P pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + bagaimana]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang pengen/ jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk predikat kalimat di atas menggunakan

pertanyaan mengapa bunda? jawabannya ‘pengen’, maka ‘pengen’, merupakan predikat frasa verba.

c. ‘Sepatu bola’ merupakan pelengkap.

21 A1

(21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.” (S-P)

Ibu: “Kucingnya warna apa?”

(56). Anak: “Kuning.” (S-P)

(56) Kucingnya lucu bunda.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selin orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

lucu? Jawabannya adaalah ‘Kucingnya’, maka ‘kucingnya’ merupakan subjek selain orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana kucingnya? Jawabannya ‘Lucu bunda’, maka ‘lucu bunda’ merupakan predikat frasa

adjektiva.

(57) Kuning. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menajdi.

Kucingnya warna kuning.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa

yang warnanya kuning? Jawabannya adalah ‘kucingnya’, maka ‘kucingnya’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di ats

menggunakan pertanyaan bagaimana kucingnya? Jawabannya adalah ‘warnanya kuning’. Merupakan predikat frasa adjektiva.

22 A1

(22)

Ibu: “Dedek beli apa?

(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.” (S-P-Pel)

Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”

(58). Anak: “Dua.” (S-P)

Ibu: “Bagus gak dek?”

(59). Anak: “Bagus, buka!” (S-P)

Ibu: “Apanya yang dibuka?”

(60). Anak: “Sakit pakai tisu.” (S-P-Pel)

(58) Aku Beli doraemon kuning.

S P pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + preedikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat], untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang beli? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat maka menggunakan

pertanyaan bagaimana aku? Jawabannya adalah ‘Brli’, maka ‘beli’ merupakan predikat frasa verba.

c. ‘doraemon kunig’ merupakan pelengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

138

Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini sikatnya bentuk

apa?”

(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.” (S-P)

Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”

(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda ora melu

nang pasar malam.” (K-S-P-K)

Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”

(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” (P-S)

Ibu: “Terus dedek beli apa?”

(64). Anak: “Beli doraemon.” (P-S)

Ibu: Doraemonnya bagus dek?

Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?

(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.” (S-P)

Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “

(66). Anak: “Eyang kakung.” (S-P-O)

Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “

(67). Anak: “Eyang kakung eek.” (S-P)

(59) Dua. Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi

Doraemon harganya dua.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, sedangkan untuk subjek se;ain

orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa

yang harganya dua? Jawabannya adalah doraemon’, maka ‘doraemon’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyan bagaimana doraemon? Jawabannya adalah ‘harganya dua’, maka merupaakan predikat frasa

numeralia.

(60) Bagus. Jika Inosensia menjawwab dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Doraemon bagus.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

bagus? Jawabannya adalah ‘doraemon’, maka ‘doraemon’ merupakan subjek yang bukan orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimaan doraemon? Jawabannya adalah ‘bagus’, ‘bagus’ merupakan predikat frasa adjektiva.

(61) Tangannya sakit pakai tisu.

S P Pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk pertanyaan subjek orang, dan untuk subjek bukan

orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyan apa

yang sakit? Jawabannya adalah ‘tangannya’, maka ‘tangannya’ merupakan subjek bukan orang.

b. Pembuktian predikat, menggunakan pertanyan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa tangannya? Jawabannya adalah ‘sakit’, maka ‘sakit’ merupakan predikat frasa adjektiva. .

c. ‘Pakai tisu’ merupakan pelengkap untuk tangannya sakit.

(62) Bentuk doraemon kecil.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas smenggunakan pertanyaan apa yang

kecil? Jawabannya adalah ‘bentuk doraemon kecil’, maka ‘bentuk doraeemon’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

smenggunakan perrtanyaan bagaimana bentuk doraemon? Jawabannya adalah ‘kecil’, maka kecil’ merupakan predikat frasa

adjektival.

(63) Beli di pasar malam, bunda tidak ikut ke

K S P

pasar malam.

K

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

139

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang tidak ikut? Jawabannya adaalh ‘Bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabannya adalah ‘tidak ikut’ maka ‘tidak ikut’ merupakan predikat frasa verba.

c. Keterangan pada tuturan merupakan keterangan tempat.

(64) Bagus ada kudanya.

P S

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjekk orang, dan untuk subjek bukan orang

menhgnakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

bagus? Jawabannya adalah ‘ada kudanya’, maka ‘ada kudanya’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat, menggunakan rupertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana ada kudangya? Jawabannya adalah ‘bagus’, maka ‘bagus’ merupakan predikat frasa

adjektiva.

(65) Beli doraemon

P S

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

beli? Jawabannya adalah ‘doraemon’, maka ‘doraemon’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa doraemon? Jawabannya adalah ‘beli’, maka ‘beli’ merupakan predikat

frasa verba.

(66) Ini gambar doraemon

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa

gambar doraemon? Jawabannya adalah ‘Ini’, maka ‘ini’ merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Maka untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabannya adalah ‘gmbar doraemon’, maka ‘gambar doraemon’ merupakan

predikat.

(67) Sikatnya di belikan Eyang kakung.

S P O

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikar] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. maka untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa

yang dibelikan? Jawabannya adalah ‘sikatnya’, maka ‘sikatnya’ merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Maka pertanyaan di atas menggunakan pertanyaan

bagaimana sikatnya? Maka jawabannya adalah ‘dibelikan’, merupakan predikat frasa verba.

c. Pembuktian objek yaitu kalimat pasif diubah menjadi kalimat aktif, kalimat dalam tuturan tersebut merupaka kalimat pasif,

maka diubah menjadi kalimat aktif “ Eyang kakung membelikan sikat”.

(68) Eyang kakung eek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

140

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat] maka untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang eek? Maka jawabannya adalah ‘Eyang kakung’, merupakan subjek kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa Eyang kakung? Jawabannya adalah ‘eek’, maka ‘eek’ merupakan predikat frasa verba.

23 A1(

23)

Ibu: “Apa itu dek?”

(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa lengket.” (S-P)

Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”

(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.” (iya besok

Budhe Lely pulang). (K-S-P)

Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”

(70). Anak: “Kangen.” (S-P)

Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”

(71). Anak: “Bunda bobok!” (S-P)

Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur dulu dek?”

(72). Anak: “Emoh.” (Tidak). (S-P)

Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun mboten?”

(73). Anak: “Gambar apa?” (S-P)

Ibu: “Gambar bunga dek”.

(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!” (HPnya

ditaruh di sini aja jangan dipegang). (S-P)

Ibu: “Dekno pintar ya.”

(69) Itu ditangkap, ini bisa lengket. Jika Inosensia dapar menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi.

Mainannya itu ditangkap, ini bisa

S P

lengket.

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

ditangkap bisa lengket? Maka jawabannya adalah ‘mainanya itu’, maka ‘mainannya itu’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Maka untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa mainannya itu? jawabannya adalah ditangkap, ini bisa lengket’. Merupakan predikat frasa

verba.

(70) Iya besok budhe Lely pulang.

K S P

a. pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang pulang? Jawabannya adalah ‘budhe Lely’, maka ‘budhe Lely’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Uuntuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa budhe Lely? Jawabannya adalah ‘pulang’ maka ‘pulang’ merupakan predikat frasa verba.

c. ‘besok’ merupkan keterangan waktu.

(71) Kaengen. Jika Inosensia dapat menajwab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi

Ino kangen budhe.

S p

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. maka untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan

siapa yang kangen budhe? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat, menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘kangen budhe’, merupakan predikat frasa verba.

(72) Bunda bobok.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang bobok? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat, menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘bibik’, maka ‘bobok’ merupakan predikat frasa verba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

141

(73) Emoh. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi.

Ino gak mau makan bubur.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + prediikat],. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang tidak mau makan? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek orang pada kalimat di atas.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘tidak mau makan’. Merupakan predikat frasa verba.

(74) Gambar apa. Jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Bunda ini gambar apa?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa gambar

apa? Jawabannya adalah ‘Bunda ini’, maka ‘Bunda ini’ merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bunda ini? jawabannya adalah ‘gambar apa’. Maka ‘gambar apa’ merupakan predikat.

(75) HPnya ditarauh sini, jangan dipegang.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang ditaruh sini

jangan dipeggang? Jawabannya adalah ‘HPnya’, maka ‘HPnya’ merupakan subjek benda.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiman. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana HPnya? Jawabannya adalah ditaruh sini, jangan dipeggang’, merupakan predikat frasa

verba.

24 A1(

24) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (Bunda lihat

baby shark). (S-P)

Ibu: “Baby shek dimana sayang?”

(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.” (P-S-K)

Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya

apa?”

Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”

(77). Anak: “Aku difoto.” (S-P)

Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe

ya.”

(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby shark.” (Iya

Bunda lihat baby shark). (S-P)

Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”

(79)Anak : “Ayo.” (P-S)

(76) Bunda lihat babi shark.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang lihat baby shark? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Bunda? jawabannya adalah ‘lihat baby shark’, maka merupakan predikat frasa verba.

(77) Di HP Eyang kakung. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap. maka menjadi

Lihat Babi shek di HP Eyang kakung.

P S K

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang dilihat?

Jawabannya ‘baby shark’, maka ‘baby shark’ merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat di atas menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

142

pertanyaan mengapa baby shark? Jawabannya adalah ‘lihat’, maka ‘lihat’merupakan predikat frasa verba.

c. “Di HP Eyang kakung”, merupakan keterangan tempat.

(78) Aku di foto.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang di foto? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiman. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘di foto’, maka ‘di foto’ merupakan predikat frasa verba.

(79) Bunda lihat babi shek

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunaakan pertanyaan siapa

yang lihat babi shek? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimaan Bunda? jawabannya adalah lihat babi shek’, merupakan predikat frasa verba.

(80) Ayo. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi

Ayo lihat babi shek.

P S

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat] untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang lihat? Jawabannya adalah ‘babi shek’, maka ‘babi shek’ merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat pada kalimat di atas mengguankan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat

kalimat di atas menggunakan pertanyaan bagaimana bebi shek? Jawabannya adalah ‘ayo lihat’, merupakan predikat frasa verba.

25 A1(

25) Anak: “Ini HP bunda.” (S-P)

Ibu: “Mana HP dedek?”

(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” (S-P)

Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”

(82). Anak: “Bubur.” (S-P)

Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”

(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (S-P)

Ibu: “Dekno pegang apa sih?”

(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (S-P)

Ibu: “Gajahnya ada berapa?”

(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (S-P)

Ibu: “Itu jerapah, kanguru, singa dek.”

(86). Anak: “Takut singa nyokot.”(S-P)

Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek berhitung lagi.”

(81) Ini HP Bunda.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

HP bunda? jawabannya adalah ‘Ini’, maka ‘ini’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabannya adalah ‘HP Bunda’, merupakan predikat.

(82) HPnya Dekno bagus.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

mengguankan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan paa yang

bagus? Jawabannya adalah ‘HPnya Dekno’, maka ‘HPnya dekno’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa taua bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana HPnya Dekno? Jawabannya adalah ‘bagus’, mska ‘bagus’ merupakan predikat frasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

143

(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda angel.” (S-P)

Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa dek?”

(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.” (Tulisan tidak

ada suaranya). (S-P)

Ibu: “Ini dikerasin

Eyang Kakung : Udah habis buburnya?

Ibu: Ini mimik dek.”

(89). Anak: “Bunda kie angel banget .” (Bunda ini

susah banget). (S-P)

Ibu: “Apanya dek?”

(90). Anak: “Kie.” (ini). (S-P)

Ibu: “Ini gambar apa dek?”

(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (s-p-pel)

Ibu: “Warnanya apa dek?”

(92). Anak: “Kuning.”. (S-P)

adjektiva.

(83) Ino makan bubur.

S P

a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang makan bubur? Jawabannya adalah ‘Ino’ , maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘makan bubur’. Merupakan predikat frasa verba.

(84) Bubur rasanya enak

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Untuk subjek selain orang

mengguanak n pertanyaan [apa + yag + prediktar] untuk mengetahui subjek kalimat di ats smengguanakan pertanyaan apa yang

rasanya enak? Jawabannya adalah ‘Bubur’, maka subjek kalimat di atas adalah ‘bubur’.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiamana. Untuk mengetahui predict kalimat di atas

menggunkan pertanyaan bagaimana bubur? Jawabannya adalah rasabya enak’, maka ‘rasanya enak’, merupakan predikat frasa

adjektiva.

(85) Tablet ada gajah. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menajdi

Tablet ada gajah.

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan apa yang ada gajah? Jawabannya adalah ‘tablet’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa tablet? Jawabannya adalah ‘ada gajah’, merupakan predikat.

(86) Satu itu apa? Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi

Ino punya gambar gajah satu

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selin orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang punya gambar gajah satu? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas maka

menggunaka pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘Punya gambar gajah satu’, merupakan predikat frasa numeralia.

(87) Takut singa nyokot.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] subjek orang, dan untuk subjek selain orang

mengguanakn pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat dia ats menggunakan pertanyaan apa yang

nyokot? Jawabannya adalah ‘takut singa’, maka ‘taku singa’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana takut singa? Jawabannya adalah ‘nyokot (gigit)’, merupakan predikat frasa verba.

(88) Bunda susah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

144

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang susah? Jawabannya adalah ‘Bunda’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat apa menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabannya adalah ‘susah’, merupakan predikat frasa adjektiva.

(89) Tulisan tidak ada suaranya.

S P

a. Pembuktian subjek pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang menggunakan

pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang tidak ada

suaranya? Jawabannya adalah ‘tulisan’, maka ‘tulisan’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan perta

c. nyaan bagaimana tulisan? Jawabannya adalah ‘tidak ada suaranya’, merupakan predikat frasa verba.

(90) Bunda ini susah

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yng

susah? Jawabannya adalah ‘Bunda ini’, maka ‘Bunda ini’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat, bagaimana bunda? Jawabannya ‘susah’ merupakan predikat frasa adjektiva.

(91) Kie (ini). Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan lengkap maka menjadi

Ini wortelnya susah.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat].untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apanya

yang susah? Jawabannya adalah ‘wortelnya’, maka ‘ini wortelnya’ merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat yaitu, menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana wortelnya? Jawabannya adalah ‘susah’, merupakan predikat frasa adjektiva.

(92) Ini namnya wortel. Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Buah ini namanya wortel.

S P Pel

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

naanya? Jawabannya adalah ‘buah ini’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

mengguanakn pertanyaan bagaimana buah ini? jawabannya adalah ‘namanya’, merupakan predikat.

c. ‘wortel’ merupakan pelengkap dari predikat.

(93) Kuning. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

145

Wortel warnanya kuning.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

warnanya kuning? Jawabannya adalah ‘wortel’, merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana wortelnya? Jawabannya ‘warnanya kuning’, merupakan predikat frasa adjektiva.

26 A1(

26) (93). Anak: “Kenene.” (sininya). (S-P)

Ibu: “Kenging nopo?”

(94). Anak: “Bunda sakit.” (S-P)

Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”

(95). Anak: “Batuk.” (S-P)

Ibu: “Mimik obat ya?”

(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (S-P)

Ibu: “Bukan kuda.”

(97). Anak: “Apa namanya?” (S-P)

Ibu: “Kerbau.’

(98). Anak: “Kelinci besok tumbas.” (S-P)

Ibu: Tumbas nopo?

(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini

dibeliin kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci.

(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.”

(K-K-S-P). Kalimat majemuk setara.

Ibu: “Dedek udah diobati belum?”

(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune nguil-

nguil.” (S-P-S-P)

Ibu: Nggih Lucu mboten?

(102). Anak: “Iya.” (S-P)

(94) Kenene (sininya). Jika Inosensia berkata dengan kalimat lengkap, maka menajdi

Sininya kening.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa

yang kening? Jawabannya adalah ‘sininya’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana sininya? Jawabannya adalah ‘kening’, merupakan predikat.

(95) Bunda sakit.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat].untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang

sakit? Jawabannya adalah ;bunda’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat, bagaimana keadaan bunda? Jawabannya sakit, merupakan predikat frasa adjektiva.

(96) Batuk (kening). Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi

Keningnya sakit.

S P

a. Pembuktian subjek pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang menggunakan

pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang sakit?

Jawabannya adalahh ‘Keningnya’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat yaitu bagaimana keningnya? Jawabannya sakit, merupakan predikat frasa adjektiva.

(97) Ini kuda.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa kuda?

Jawabannya adalah ‘ini’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk megetahui predikat menggunakan pertanyaan

bagaimana kuda? Jawabannya ‘ini’, merupakan predikat.

(98) Apa namanya, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menajdi

Bunda apa namanya?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

146

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang namanya? jawabannya adalah ‘bunda’, merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

mengguanakan pertanyaan mengapa bunda? jawabannya adalah ‘namaya’, merupakan predikat.

(99) Kelinci besok tumbas.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

besok tumbas (beli) jawabannya adalah ‘Kelinci’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengethui subjek kalimat di atas mengguanakn

pertanyaan bagaimana kelici? Jawabannya adalah ‘besok tumbas (beli), merupakan predikat frasa verba.

(100) Sama budhe Lely, sama pakdhe Pi. Ino

K K S

dibeliin kelinci bunda. Bunda

P O

dibeliin kelinci .

P

(Termasuk kalimat majemuk setara, karena hubungan antar unsur-unsurnya setara atau sederajat)

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguankan pertanyaan siapa

yang dibeliin? Jawabannya adalah ‘bunda’, merupakan subjek orang.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah dibeliin’, merupakan predikat frasa verba.

c. ‘Kelinci Bunda’ merupakan objek yang dapat diubah menjadi subjek yaitu ‘kelinci bunda dibelikan Ino’’.

d. ‘sama budhe Lely, sama pakdhe Pi’ merupakan keterangan cara.

(101) Bunda sakit. Ino nggak sakit

S P S P

(Termasuk kalimat majemuk setara, karena hubungan antar unsur-unsurnya sederajat)

a. Pembuktian subjek mengguanakn pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguankan pertnyaan siapa yang

sakit? Jawabnnya adalah ‘Bunda’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabnnya adalah ‘sakit’, merupakan predikat frasa adjektiva.

(102) Bunda kelincinya jalannya nguil-

S P

Nguil.

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

jalannya nguil-nguil jawabannya adaalah ‘Bunda kelincinya’, merupakan subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

147

b. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana kelincinya? Jawabnnya adalah ‘jalannya nguil-nguil’, merupakan predikat frasa verba.

(103) Iya. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi.

Iya, kelincinya lucu.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat dii atas menggunakan pertanyaan apa

yang lucu? Jawabannya adalah ‘kelincinya’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana kelincinya? Jawabnnya adalah ‘lucu’, merupakan predikat frasa adjektiva. .

27 A1(

27)

Ibu: “Ini buat apa dek?”

(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.” (S-P)

Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”

(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” (S-P)

(104) Kudanya makan aem-aem.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

makan aem-aem? Jawabannya adalah ‘kudanya’, merupakan subjek kalimat.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana kudanya? Jawabannya adalah ‘makan aem-aem’, merupakann predikat frasa verba.

(105) Ini blimbing, pisang.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa

blimbing, pisang? Jawabnnya adalah ‘ini’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengaap atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabnnya ‘blimbing, pisang’, merupakan predikat.

28 A1(

28) (105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba lagi.”

(kudanya ditolongin jatuh lagi). (S-P)

Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin. Dekno bisa

gak nolongin?”

(106). Anak: “Enggak, kok bunda makannya pakai

kuah, Ino ora nganggo sendok?” (S-P-K-K)

Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar sakitnya

sembuh.”

(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.”

(S-P dan kalimat majemuk setara)

Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”

Pakde: “Oalah jarane.”

(108). Anak: “Jarane.” (S-P)

(106) Kudanya ditolongin jatuh lagi.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguanakn pertanyaan apa yang

ditolongin jatuh lagi? Jawabannya adalah ‘kudanya’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan bagaimana kudanya? Jawabannya ditolongin jatuh lagi, merupakan

predikat frasa verba.

(107) Bunda makannya pakai kuah. Ino

S P K

Gak pakai sendok.

K

a. Pembuktian subjek yaitu pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang menggunakan

pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek klimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang makannya

pakai kuah? Jawabannya Bunda. Siapa yang makan tidak pakai kuah? Jawabannya Ino.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

148

b. Pembuktian predikat yaitu apa yang dilakukan bunda? Jawabannya makan pakai kuah.

(Termasuk kalimat majemuk setara)

(108) Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi.

Ino gak mau makan pakai bubur, pakai

S P

bakso aja.

(merupakan kalimat majemuk setara, karena hubungan antar unsurnya sederajat).

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguankan pertanyaan siapa

yang gak mau makan pakai bubur, pakai bakso aja? Jawabannya adalah ‘Ino’, merupakan subjek.

b. pembuktian predikat menggunakan pertanyaan bagaimana atau mengapa. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘gak mau makan pakai bubur, pakai bakso aja’. Merupakan

predikat frasa verba.

(109) Jarane. Jika Inosensia berkata dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Kudanya lucu.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang

lucu? Jawabannya adalah ‘kuda’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di ata

mengguanakn pertanyaan mengapa kudanya? Jawabannya adalah ‘lucu’,merupakan predikat frasa adjektiva.

29 A1(

29) Anak: “Lagi salaknya.” (S-P)

Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”

(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja dientekna.”

(lha gak mau, jangan dihabisin) . (S-P)

Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”

(111). Anak: “Mau makan apa?” (S-P)

Ibu: “Mau makan kuwaci.”

(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana kuwecinya?

Lagi kuwacinya.” (S-P) Ibu: “Habis dek.”

(113). Anak: “Lah pengen salak.” (S-P)

Ibu: “Besok beli ya dek.”

(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?” (S-P)

Ibu: “Mba Mely siapa dek?”

(110) Lagi salaknya. Jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Ino lagi salaknya.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang lagi salaknya? Jawabnnya adalah ‘Ino’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat yaitu apa yang diinginkan Ino? Jawabannya lagi salaknya, merupakan predikat frasa verba.

(111) Lha gak mau, jangan dihabisin, maksud tuturan Inosensia yaitu.

Salaknya jangan dihabisin.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyan apa yang

jangan dihabiskan? Jawabannya adaalah ‘salaknya’, merupakan subjek.

b. Pembbuktian predikat yaitu jangan dihabiskan merupakan penjelasan untuk salak.

(112) Mau makan apa? Maksud tuturan Inosensia yaitu

Bunda mau makan apa?

S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

149

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang mu makan apa? Jawabannya adalah ‘bunda’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat mengguanakn pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabnnya adalah ‘mau makan apa’, merupakan predikat frasa verba.

(113) Bunda lihat apa?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang lihat? Jawabannya adaalh ‘Bunda’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di ats

menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabnnyaa dalah ‘lihat apa’, merupakan predikat frasa verba.

(114) Lha pengen salak. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Ino pengen salak.

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang pengen salak? Jawabanya adalah ‘Ino’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas

menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘pengen salak’, merupakan predikat frasa verba.

(115) Ada mba Mely apa ya? Maksud tuturan Inosensia yaitu

Mba Mely lewat apa ya?

S P

a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang

menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa

yang lewat? jawaabnnya adalah ‘Mba Mely’, merupakan subjek.

b. Pembuktian predikat yaitu mengguanakn pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui prediakt kalimat di atas

menggunakan pertanyaan mengapa mba Mely? Jawabannya adalah ‘lewat apa ya’, merupakan predikat frasa verba.

Yogyakarta, 17 Juli 2019

Menyetujui,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

150

Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

150

Lampiran Analisis Data 2 dari segi bentuk berdasarkan kelengkapan unsur

Kalimat berdasarkan kelengkapan unsur terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Berikut ini akan disajikan analisis data yang lebih rinci.

No Data Tututan Konteks Kelengkapan unsur

Keterangan

Kalimat Lengkap Kalimat tidak lengkap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

151

LAMPIRAN ANALISIS DATA 2 DARI SEGI BENTUK BERDASARKAN KELENGKAPAN UNSUR

N

O

KO

DE

DATA TUTURAN KATERANGAN

1 A2

(1)

Ibu: “Ini namanya apa?”

(1). Anak : “Namanya oyong”. (labu). (tidak lengkap)

Ibu: “Itu berapan dek?”

(2). Anak: “60 ribu”. (tidak lengkap)

Ibu: “buat apa itu, dek?”

(3). Anak: “Buat bunda.” (tidak lengkap).

(1) Namanya Oyong, merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, hanya terdapat unsur subjek, jika diubah

kalimat lengkap maka menjadi

Buah ini namanya oyong.

S P Pel

(2) 60 ribu merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, hanya ada unsur predikat, jika maksud anak yaitu

Oyong harganya 60 ribu.

S P

(3) Buat Bunda. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, hanya terdapat unsur subjek, maksud keinginan dari

Inosensia yaitu

oyongnya buat bunda.

S P

2 A2

(2) (4)Anak: “Dibumbuin !” (tidak lengkap).

Ibu : “Iya dibumbuin”.

(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit).

(tidak lengkap) Ibu: “Siapa itu dek?”

(6)Anak: “Kancane Bunda ya?” (temannya bunda

ya?). (tidak lengkap)

(4) ‘Dibumbuin’. merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, hanya terdapat unsur predikat tetapi maksud dari

Inosensia yaitu

Oyongnya dibumbuin.

S P

(5) ‘Dibumbuin sedikit’. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek, hanya terdapat predikat, maksud dari

Inosensia yaitu

Oyongnya dibumbuhin sedikit ya.

S P

(6) ‘Kancane Bunda ya?’ (Temannya Bunda ya?)

Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat, hanya terdapat subjek, Maksud dari Inosensia yaitu

Temannya Bunda ya yang lewat.

S p

3 A2(

3)

Ibu: “Tadi udah ditimbang?”

(7)Anak: “Wis.” (udah). (tidak lengkap)

Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”

(8) Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.” (Kakinya jatuh).

(lengkap)

(7) ‘Wis.’

Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P, jika dijawab lengkap oleh Inosensia yaitu

Inosensia tadi sudah ditimbang.

S K P

(8) ‘Kakinya jatuh,’ merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.

Kakinya jatuh.

S P

4 A2(

4) Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng

sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke

sekolahan). (lengkap)

Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana lindu.” (tadi

malam lagi tidur tiba-tiba ada gempa).

(9) “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke sekolahan). Tuturan Inosensia merupakan

kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K.

Tadi malam Eyang Ti kaget terus ke sekolahan

Ket.waktu S P Ket. tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

152

Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing oyeg-

oyeg.” (aku juga tadi malam mau tidur ada yang

bergerak-gerak).

Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga kaget).

(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu

kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga

bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya

ada di kursi). (tidak lengkap)

Ibu: “Ino nangis gak?

(11). Ino: “Aku malah nendang bata di luar.” (aku

menendang batu di luar). (lengkap)

Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba krasa bange.”

(iya kan aku lagi duduk tiba-tiba krasa banget).

(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku

keluar digendong Eyang Ti). (legkap)

(10) “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga bundaku takut terus tidur di sini, terus

rambutnya ada di kursi). Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K.

Tadi malam juga bundaku takut terus tidur terus rambutnya ada di kursi

Ket.waktu S P Ket. tempat

(11) “Aku malah nendang bata di luar.” (aku menendang batu di luar). Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-

P-O-K

Aku menendang batu di luar.

S P O K

(12) Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P

Aku keluar digendong Eyang Ti.

S P S

5 A2

(5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).

( lengkap)

Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”

(14). Anak: “Ke Cilacap?” (tidak lengkap)

Ibu: “iya dek.”

(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).

(tidak lengkap)

(13) Bunda kemana. Merupakan kalimat lengkap karena terdiri unusr S-P.

Bunda kemana?

S P

(14) Ke Cilacap. merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak adasubyek, tetapi jika Inosensia bertanya dengan menggunaka kalimat

lengkap maka menjadi

Bunda pergi ke Cilacap.

S P K

(15) Cepat pergi. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek, tetapi maksud Inosensia yaitu

Bunda cepat pergi.

S P

6 A2(

6)

Ibu: “Itu apa?”

(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau

kacang hijau). (tidak lengkap).

Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”

(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel

(susah) kaos kakinya.” (lengkap)

(16) Kacang ijo mau. Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek. Tetapi maksud dari Inosensia

yaitu

Bunda mau kacang Ijo?

S P

(17) Kotor kaos kakinya.

Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.

Kotor kaos kakinya.

P S

7 A2(

7)

Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”

(18). Anak: “Eyang kakung mana?” (lengkap)

Ibu: “Di sekolahan.”

(19). Anak: “iiiii…(menangis) (tidak lengkap)

Ibu: “mandi yuk?”

(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (tidak lengkap)

(18) Eyang Kakung mana?

S P

Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri S-P.

(19) Iiii….(menangis) merupakan kalimat tidak lengkap, karena anak hanya menangis saja, tetapi maksud dari tangisan Inosensia yaitu

Ino ditinggal Eyang kakung.

S P O

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

153

(20) Ayun-ayun dulu. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subyek. Tetapi maksud tuturan Inosensia yaitu

Aku mau ayun-ayun dulu.

S P

8 A2

(8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar

sembuh ya)

Ibu: “Iya dek.”

(22). Anak: “Iiih.. ada bintang.”

Ibu: “Bintang apa dek?”

(23). Anak: “Bintang kecil yang lucu.”

Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”

(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh).

Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora

seneng . iii aja dientokna jajane.”

Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”

(21) Kening biar sembuh ya?

Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari unsur S-P.

Kening biar sembuh ya.

S P

(22) Ada bintang. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat.. jika dijawab lengkao oleh inosensia yaitu

Bunda ada bintag

S P

(23) Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.

Bintang kecil yang lucu.

S P

(24) “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora seneng . iii aja dientokna jajane.” Tuturan

tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K

Enak…ii jorok jatuh. Bunda, Tama nakal kan mainan balon. Tama tidak suka.

P S Ket S P

9 A2(

9) (25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama

Sari ya). (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Kenapa dek?”

(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak, ya nang Ino

dijorna nangis.” (kalimat lengkap).

(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin

nangis). Bunda, tadi ada Ino di gambar, ngko tak

golekna. (Bunda, tadi ada Ino di gambar nanti

dicariin ya?). (kalimat lengkap).

(25) “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama Sari ya)Tuturan tersebut merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P,

maksud dari Inosensia yaitu

Bunda jangan main sama Sari ya

S P O

(26) Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin nangis.

Ket S P Ket

Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdapat S-P-K.

10 A2

(10) (27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”

(Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung).

(lengkap)

Ibu: “Iya, Bunda hormat.

(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?). (tidak lengkap).

(27) “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.” (Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung). Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap,

karena terdiri dari S-K-P.

Bunda sekarang hormat. Ino dimana hormatnya.

S P S K P

(28) “Ino mana”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat.

11 A2

(11) (29). Anak: “Bunda ada semutnya lho.” (lengkap)

Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk dek?”

(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.” (lengkap)

(29) “Bunda ada semutnya lho”. Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P

Bunda ada semutnya.

S P

(30) “Punyaku panjang.”Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P

Punyaku panjang.

S P

12 A2

(12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana

motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)

(31) “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)Tuturan tersebut merupakan kalimat

lengkap karena terdiri dari S-P-K

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

154

(lengkap)

Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”

(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”

(lengkap)

Ibu: “Bebeknya ke mana?”

(33). Anak: “Bebeknya ilang.” ( lengkap)

Anak lewat-lewat terus ya takut ada motor

S P Ket

(32) “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”

Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K

Mba-mba ke sini sama Tama

S P K

(33) “Bebeknya ilang.”Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P

Bebekya ilang.

S P

13 A2

(13)

Ibu: “Ences di mana?”

(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan, Ences di

rumah.” (Ences tidak di sekolahan, Ences di rumah).

(kalimat lengkap dan kalimat majemuk ratapan).

Ibu: “Ences itu siapa dek?”

(35). Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.”

(kalimat lengkap).

Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”

(36). Anak: “Bukan..hehe.” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”

(34) “Ences ora nang sekolahan, Ences di rumah” Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K.

Ences gak di sekolahan. Ences di rumah.

S P S K

(35) Eyang Kakung.” Kalimat tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O

Ences temannya Eyang kakung. Ences bukan temannya Ino.

S P O S p O

(36) Bukan. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek.

14 A2

(14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (kalimat tidak

lengkap).

Ibu: “Laptop untuk apa?”

(38)Anak: “Untuk melihat gambar.” (kalimat tidak

lengkap).

Ibu: “Gambar apa?”

(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.” (kalimat

tidak lengkap).

(37) Ambilkan leptop. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak asda unsur subyek, maksud dari tuturan Inosensia yaitu

Bunda ambilkan leptop.

S P O

(38) Untuk melihat gambar. Merupakan kalimat tidka lengkap karena tidak ada subyek. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu

Laptop untuk melihat gambar.

S P O

(39) Gambar ayam. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Melihat gambar ayam, kelinci.

P S

15 A2(

15) (40). Anak: “Nonton bola mandi.” (kalimat tidak

lengkap0.

Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”

(41). Anak: “Di sana.” (kalimat tidak lengkap).

(40) Nonton bola mandi. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek, maksud dari penutur yaitu

Aku pengen nonton bola mandi.

S P Pel

(41) Di sana. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P. maksud dari Inosensia yaitu

Nonton bola mandi di sana.

P S K

16 A2

(16)

Ibu: “Rasanya apa dek?”

(42). Anak: “Kecut.” (kalimat tidak lengkap)

Ibu: “Dedek makan apa tu?”

(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (kalimat

lengkap).

(42) Kecut. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek. Maksud Inosensia yaitu

Lutis pakai dondong rasanya kecut.

S P

(43) “Lutis pakai dondong.”Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

155

Lutis pakai dondong.

P S

17 A2

(17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Di mana?”

(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun terus

nyeluk eyang kakung.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Dedek takut?”

(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng bunda

ya?” (kalimat lengkap)

(44) Aku tau ngopeki kie “ Merupakan kalimat lengkap, karena terdiiri dari unsur S-P-O

Aku pernah petik ini.

S P O

(45) “Aku tau ngopeki kie di kebun terus nyeluk eyang kakung.”Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O-K

Aku pernah petik ini di kebun, terus panggil Eyang kakung

S P Pel K K

(46) Takut dewekan nangis. Bareng bunda ya.

S P S

18 A2

(18)

Ibu: “Di kasih siapa dek?”

(47)Anak: “Dikasih babi.” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Bagus nggak?”

(48)Anak: “Bagus.” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Lagi gluduk udan.”

(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja nyetel TV.”

(kalimat tidak lengkap).

(47) “Dikasih Babi”, jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi

Bonekanya dikasih babi.

S P

(48) “Bagus” Merupakan kalimat tidak lengkap, kareana tidak ada predikat. Maksud penutur yaitu

Bonekannya bagus.

S P

(49) Eyang kakung hujan, jangan nyalain TV. Merupakan kalimat lengkap karena terdapat S-P

Eyang kakung hujan, jangan nyalakan TV

S P

19 A3

(19) (50). Anak: “Beli apa?” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”

(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk, bambang

putih.” (kalimat lengkap).

(50) Beli apa. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Bunda beli apa?

S P

(51) Merupakan kalimat lengkap karena ada subyek dan predikat.

Ini pisang, durian, jeruk, dan bambang putih.

S P

20 A2

(20)

Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”

(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”

(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’

(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu

bola. (kalimat lengkap).

(52) “Aku Lihat Volly di Cilacap.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O-K.

Aku lihat voly di Cilacap. Eyang Ti sama Ino

S P K S P

(53) “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu bola.”

Meupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O.

Bunda aku pengen sepatu bola.

S P pel

(54) “Bunda aku pengen sepatu bola”. Merupakan kalimat tlengkap karena terdiri dari S-P-K

21 A2

(21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Kucingnya warna apa?”

(56). Anak: “Kuning. (kalimat tidak lengkap).

(55) “Kucingnya lucu bunda.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K

Kucingnya lucu bunda.

S P

(56) “Kuning” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud Inosensia yaitu

Kucingnya warna kuning.

S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

156

22 A2

(22)

Ibu: “Dedek beli apa?

(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”

(58). Anak: “Dua.” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Bagus gak dek?”

(59). Anak: “Bagus, buka!” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Apanya yang dibuka?”

(60). Anak: “Sakit pakai tisu.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini sikatnya bentuk

apa?”

(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”

(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda ora melu

nang pasar malam.” (kalimatt lengkap).

Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”

(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Terus dedek beli apa?”

(64). Anak: “Beli doraemon.” (kalimat lengkap).

Ibu: Doraemonnya bagus dek?

Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?

(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “

(66). Anak: “Eyang kakung.” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “

(67). Anak: “Eyang kakung eek. ( kalimat lengkap)

(57) “Aku Beli doraemon kuning.”Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-pel

Aku beli doraemon kuning.

S P Pel

(58) Dua. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia yaitu

Doraemon harganya dua.

S P

(59) Bagus. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan inosensia yaitu

Doraemon bagus.

S P

(60) Sakit pakai tisu. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Tangannya sakit pakai tisu.

S P Pel

(61) “Bentuk doraemon cilik (kecil)” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Bentuk doraemon kecil.

S P

(62) “Beli di pasar malam. Bunda ora melu nang pasar malam.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K

Beli di pasar malam, Bunda tidak ikut ke pasar malam

K S P Ket

(63) “Bagus ada jarannya (kudanya).” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat S-P.

Bagus ada kudanya.

P S

(64) “Beli doraemon” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Beli doraemon.

P S

(65) “Udah, ini gambar doraemon.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P

Ini gambar doraemon

S P

(66) Eyang kakung. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat, tetapi maksud tuturan Inosensia yaitu

Sikatnya dibelikan Eyang kakung.

S P O

(67) “Eyang kakung eek.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Eyang kakung eek.

S P

23 A2

(23)

Ibu: “Apa itu dek?”

(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa lengket.” (kalimat

tidak lengkap).

Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”

(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.” (kalimat

lengkap).

(68) Itu ditangkap, ini bisa lengket.

Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Mainanya itu ditangkap, ini bisa lengket.

S P

(69) “Iya besok budhe Lely bali.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

157

Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”

(70). Anak: “Kangen.” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”

(71). Anak: “Bunda bobok!” (kalimat lengkap).

Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur dulu dek?”

(72). Anak: “Emoh.” (kalimat tidak lengkap).

Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun mboten?”

(73). Anak: “Gambar apa?”

Ibu: “Gambar bunga dek”.

(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Dekno pintar ya.”

Iya besok budhe Lely pulang.

K S P

(70) Kangen. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Ino kangen Budhe.

S P

(71) “Bunda bobok!” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Bunda bobok.

S P

(72) “Emoh. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada S-P. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia yaitu

Ino gak mau makan bubur.

S P

(73) “Gambar apa”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek.

Maksud tuturan Inosensia yaitu

Bunda ini gambar apa?

S P

(74) “HPnya ditaruh sini, jangan dipegang”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P

HPnya ditaruh sini, jangan dipegang.

S P

24 A2

(24) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Baby shek dimana sayang?”

(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.” (kalimat tidak

lengkap).

Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya

apa?”

Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”

(77). Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe

ya.”

(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby shark.” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”

(79)Anak : “Ayo.” (kalimat tidak lengkap).

(75) “Bunda ndeleng baby shek!” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O

Bunda lihat babi shek.

S P

(76) “Di HP Eyang Kakung.” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat. Maksud tuturan Inosenisa yaitu

Lihat Babi shek di HP Eyang kakung.

P S K

(77) “Aku di foto.” Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dri S-P.

Aku di foto

S P

(78) “Iya, bunda ndeleng baby shark.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P

Bunda lihat babi shek.

S P

(79) Ayo. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada usnur S-P. maksud tuturan Inosensia yaitu.

Ayo lihat babi shek.

P S

25 A2

(25) (80). Anak: “Ini HP bunda.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Mana HP dedek?”

(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” (kalimat

lengkap). Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”

(80) “Ini HP bunda.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Ini HP bunda.

S P

(81) “HPnya Dekno bagus.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

158

(82). Anak: “Bubur.” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”

(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Dekno pegang apa sih?”

(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (kalimat tidak

lengkap).

Ibu: “Gajahnya ada berapa?”

(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (kalimat tidak lengkap).

Ibu: “Itu jerapah, kanguru, singa dek.”

(86). Anak: “Takut singa nyokot.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek berhitung lagi.”

(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda angel.”

(kalimat lengkap).

Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa dek?”

(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.” (kalimat

lengkap)

Ibu: “Ini dikerasin

Eyang Kakung : Udah habis buburnya?

Ibu: Ini mimik dek.”

(89). Anak: “Bunda kie angel banget .” (kalimat

lengkap).

Ibu: “Apanya dek?”

(90). Anak: “Kie.” (kalimat tidak lengkap)

Ibu: “Ini gambar apa dek?”

(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (kalimat lengkap).

Ibu: “Warnanya apa dek?”

(92). Anak: “Kuning.” (kalimat tidak lengkap).

HPnya Dekno bagus. Ino makan bubur.

S P S P

(83) “Bubur rasanya enak” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Bubur rasanya enak.

S P

(84) “Tablet ada gajah” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat subjek dan predikat.

Tablet ada gajah.

S P

(85) Satu. Itu apa. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada S-P.

Ino punya gambar gajah satu.

S P

(86) “Takut singa nyokot.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Takut singa gigit.

P S

(87) “Bunda angel (susah)” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat unsur S-P.

Bunda ini susah.

S P

(88) “Tulisan ora ana suarane. (tulisan tidak ada suaranya)” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat S-P.

Tulisan gak ada suaranya.

S P

(89) “Bunda ini susah” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Bunda ini susah.

S P

(90) Kie. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur S-P. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Ini wortelnya susah.

S P

(91) “Ini namnaya wortel.” Merupakan kalimat tidak lengkap, maksud tuturan nosensia yaitu

Buah ini namanaya wortel.

S P Pel

(92) Kuning. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu.

Wortel warnanya kuning.

S P

26 A2

(26) (93). Anak: “Kenene.” (tidak lengkap).

Ibu: “Kenging nopo?”

(94). Anak: “Bunda sakit.” (lengkap).

Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”

(95). Anak: “Batuk.” (tidak lengkap).

Ibu: “Mimik obat ya?”

(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (lengkap).

(93) Kenene. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada usur S-P. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Sininya kening.

S P

(94) “Bunda sakit.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri drai S-P

Bunda sakit.

S P

(95) Batuk (kening) Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur S-P.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

159

Ibu: “Bukan kuda.”

(97). Anak: “Apa namanya?” (tidak lengkap).

Ibu: “Kerbau.’

(98). Anak: “Kelinci besok tumbas.”

Ibu: Tumbas nopo?

(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini

dibeliin kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci.

(lengkap).

(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.”

(lengkap).

Ibu: “Dedek udah diobati belum?”

(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune nguil-

nguil.” (lengkap).

Ibu: Nggih Lucu mboten?

(102). Anak: “Iya.” (tidak lengkp).

Maksud tuturan Inosensia yaitu

Keningnya sakit.

S P

(96) “Ini kuda” Merupakan kaimat lengkap karena terdiri dari S-P.

Ini kuda.

S P

(97) Apa namanya. Merupakan kalimat tidak lengkap. maksud dari penutur yaitu

Bunda apa namanya.

S P

(98) “Kelinci besok beli” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Kelinci besok beli.

S P

(99) “ Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini dibeliin kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri

dari S-P-O-K

Sama budhe Lely, sama pakdhe pi. Ino

K S

dibeliin kelinci Bunda . Bunda dibeliin kelinci.

P O O

(100) “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.” Merupakan kalimat lengkap karna terdiri dari S-P

Bunda sakit. Ino gak sakit sininya.

S P S P

(101) “Belum. Kelincinya mlakune nguil-nguil.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Kelinci jalannya nguil-nguil.

S P

(102) Iya. Merupakan kalimat tidak lengkap. karena tidak ada unsur S-P. jika Inosensia yaitu

Iya kelincinya lucu.

S P

27 A2

(27)

Ibu: “Ini buat apa dek?”

(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.” (lengkap).

Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”

(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” (lengkap).

(103) “Kudanya makan aem-aem”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Kudanya makan aem-aem.

S P

(104) “Ini blimbing pisang.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Ini blimbing, pisang.

S P

28 A3

(28) 105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba lagi.” (kudanya

ditolongin jatuh lagi). (lengkap).

Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin. Dekno bisa

gak nolongin?”

(106). Anak: “Enggak, kok bunda makannya pakai

(105) “Kudanya ditolongin jatuh lagi”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Kudanya ditolongin jatuh lagi.

S P

(106) “Bunda makannya gak pakai kuah, Ino makannya gak pakai sendok”. Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

160

kuah, Ino ora nganggo sendok?” (lengkap).

Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar sakitnya

sembuh.”

(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.”

(tidak lengkap).

Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”

Pakde: “Oalah jarane.”

(108). Anak: “Jarane.” (tidak lengkap).

Bunda makannya gak pakai kuah. Ino makannya gak pakai sendok.

S P K S P K

(107) “Emoh”.Merupakan kalimat tidak lengkap. maksud tuturan Inosensia yaitu

Ino gak mau makan pakai bubur, pakai bakso aja.

S P

(108) Jarane (kuda) merupakan kalimat tidak lengkap. maksud tuturan Inosensia yaitu

Kudanya lucu.

S P

29 A2

(29) (109). Anak: “Lagi salaknya.” (ktidak lengkap).

Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”

(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja dientekna.”

(lha gak mau, jangan dihabisin). (tidak lengkap).

Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”

(111). Anak: “Mau makan apa?” (tidak lengkap).

Ibu: “Mau makan kuwaci.”

(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana kuwecinya?

Lagi kuwacinya.” ( lengkap) Ibu: “Habis dek.”

(113). Anak: “Lah pengen salak.” (tidak lengkap).

Ibu: “Besok beli ya dek.”

(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?” (tidak

lengkap).

Ibu: “Mba Mely siapa dek?”

(109) “Lagi salaknya.” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyeknya. Maksud tuturan Inosensia yaitu

Ino lagi salaknya.

S P

(110) “Ih gak mau, jangan dihabisin” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidaka ada S-P. maksud penutur yaitu

Salaknya jangan dihabisin.

S P

(111) “Mau makan apa?” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu.

Bunda mau makan apa.

S P

(112) “Bunda lihat apa?” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.

Bunda lihat apa?

S P

(113) “Lah pengen salak.” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek, maksud tuturan Insosensia yaitu

Ino pengen salak.

S P

(114) “Ada mba Mely apa ya?” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena terdiri dari S-P. maksud dari Inosensia yaitu

Mba Mely lewat apa ya?

S P

Yogyakarta, 17 Juli 2019

Menyetujui,

Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

162

Lampiran Analisis Data 3 dari segi bentuk berdasarkan susunan subjek dan predikat

Kalimat berdasarkan susunan subjek dan predikat dibagi menjadi kalimat versi (S-P) dan inversi (P-S). Berikut ini akan disajikan analisis data yang lebih

rinci.

NO KODE DATA TUTURAN SUSUNAN SUBJEK

DAN PREDIKAT

KETERANGAN

Kalimat

Versi

Kalimat

Inversi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

163

LAMPIRAN ANALISIS DATA 3 DARI SEGI BENTUK BERDASARKAN SUSUNAN SUBJEK DAN PREDIKAT

N

O

KO

DE

DATA TUTURAN KETERANGAN

1 A3

(1)

Ibu: “Ini namanya apa?”

(1). Anak : “Namanya oyong”. (labu).

(versi)

Ibu: “Itu berapan dek?”

(2). Anak: “60 ribu”. (versi)

Ibu: “buat apa itu, dek?”

(3). Anak: “Buat bunda.” (versi).

(1) Namanya Oyong”, merupakan kalimat tidak lengkap,jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi

Buah ini namanya oyong.

S P

Ketika sudah menjadi kalimat lengkap, maka kalimat tersebut merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat sudah terstruktur

(S-P)

(2) 60 ribu merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, hanya ada unsur predikat, jika anak menjawab dengan lengak, maka

menjadi

Oyong harganya 60 ribu.

S P

Merupakan kalimat versi karena S-P terstruktur, jika tuturan tersebut menajdi kalimat lengkap.

(3) “Buat Bunda” merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap maka

menjadi

Oyongnya buat bunda

S P.

Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).

2 A3(

2) 4)Anak: “Dibumbuin”. (kalimat versi)

(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin

sedikit). (kalimat versi) Ibu: “Siapa itu dek?”

(6)Anak: “Kancane Bunda ya?”

(temannya bunda ya?). (kalimat versi)

(4) “Dibumbuin!”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek,jika Inosensia menggunakan kalimat lengkap maka menjadi

Oyongnya dibumbuin.

S P

Merupakan kalimat versi karena susunan S-P sudah terstruktur.

(5) “Dibumbuin sitik (sedikit)”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap

maka menjadi

Oyongnya dibumbuin sedikit ya.

S P

Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat terstrukttur (S-P).

(6) “Temannya Bunda ya” Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur predikat, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap,

maka menjadi.

Temannya bunda ya yang lewat.

S P

Merupakan kalimat versi kaarena S-P sudah terstruktur, jika kalimatnya menajdi kalimat lengkap. 3

3 A3

(3)

Ibu: “Tadi udah ditimbang?”

(7)Anak: “Wis.” (udah). (versi)

Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”

(8) Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.”

(Kakinya jatuh). (versi)

(7) “Wis”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi

Inosensia tadi sudah ditimbang.

S K P

Merupakan kalimat versi karena S-P terstruktur, ketika menjadi kalimat lengkap.

(8) “Kakinya jatuh”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

164

Kakinya jatuh

S P

Merupakan kalimat versi karena S-P sudah terstruuktur ketika menajdi kalimat yang lengkap.

4 A3

(4) Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus

meng sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti

kaget terus ke sekolahan). (kversi).

Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana

lindu.” (tadi malam lagi tidur tiba-tiba ada

gempa).

Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing

oyeg-oyeg.” (aku juga tadi malam mau tidur

ada yang bergerak-gerak).

Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga

kaget).

(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi

terus bubu kene, terus rambute ada di

kursi.” (tadi malam juga bundaku takut

terus tidur di sini, terus rambutnya ada di

kursi). ( versi).

Ibu: “Ino nangis gak?

(11). Ino: “Aku malah nendang bata di

luar.” (aku menendang batu di luar).

(versi).

Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba

krasa bange.” (iya kan aku lagi duduk tiba-

tiba krasa banget).

(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.”

(aku keluar digendong Eyang Ti). (versi).

(9) “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke sekolahan)”. Merupakan kalimat lengkap, karena

terdiri dari S-P yang terstruktur.

Tadi malem Eyng Ti kaget, terus ke sekolahan,

K S P K

Merupakan kalimat versi karena susunan susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).

(10) “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya

ada di kursi).

Tadi malem juga bundaku takut terus tidur, terus rambutnya ada di

K S P

kursi.

Merupakan kalimat versi. Karena terdiri dari S-P.

(11) “Aku malah nendang bata di luar.” (aku menendang batu di luar)” Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Aku menendang bola ke luar.

S P O K

(12) “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku keluar digendong Eyang Ti)”. Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Aku keluar digendong Eyang Ti.

S P

5 A3

(5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda

kemana?). (versi).

Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”

(14). Anak: “Ke Cilacap?” (versi).

Ibu: “iya dek.”

(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.”

(pergi,pergi cepet). (versi).

(13) “Bunda kemana”. Merupakan kaliamt versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Bunda kemana?

S P

(14) “Ke Cilacap”. merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap maka menjadi

Bunda pergi ke Cilacap.

S P K

Merupakan kaliamt versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(15) “Cepat pergi”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia menyuruh dengan kalimat lengkap, maka

menjadi

Bunda cepat pergi.

S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

165

Merupakan kaliamt versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

6 A3

(6)

bu: “Itu apa?”

(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang

ijo?” (mau kacang hijau). (versi).

Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”

(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda

ini angel (susah) kaos kakinya.” (inversi).

(16) Kacang ijo mau?’ merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia menawarkan dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Bunda mau kacang ijo?

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(17) “Kotor kaos kakinya” merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia berbicara dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Kotor kaos kakinya.

P S

Merupakan kalimat inversi karena terdiri dari S-P yang tidak terstruktur.

7 A3

(7)

Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”

(18). Anak: “Eyang kakung mana?” (versi)

Ibu: “Di sekolahan.”

(19). Anak: “iiiii…(menangis). (versi).

Ibu: “mandi yuk?”

(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (versi).

(18) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Eyang kakung pergi kemana?

S P

(19) “iiii…..(menangis)” merupakan kalimat tidak lengkap, maksud dari Inosensia yaitu

Ino ditinggal Eyang kakung.

S P O

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P-O yang terstruktur.

(20) “Ayun-ayun dulu”. Merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menjadi

Aku mau ayun-ayun dulu.

S P

8 A3(

8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening

biar sembuh ya) . (kalimat versi).

Ibu: “Iya dek.”

(22). Anak: “Iiih.. ada bintang.” (versi).

Ibu: “Bintang apa dek?”

(23). Anak: “Bintang kecil yang

lucu.”(versi)

Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”

(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.”

(ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan

mainan balon Tama ora seneng . iii aja

dientokna jajane.” (inversi).

Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”

(21) Kening biar sembuh ya/” merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap maka menjadi

Kening biar sembuh ya.

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(22) “Ada Bintang”. Merupakan kalimat tidak lengkap, maksud Inosesnia yaitu

Bintang lucu

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(23) “Bintang kecil yang lucu”. Merupakan kalimat lengkap.

Bintang kecil yang lucu.

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(24) Merupakan kalimat inversi karena susunan S-P tidak terstruktur yaitu predikat mendahului subjek.

Enak…ii jorok jatuh. Tama nakal

P

kan mainan balon. Tama tidak suka.

P S p

9 A3

(9)

(25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.”

(Jangan sama Sari ya). (versi). (25) “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama Sari ya)Tuturan tersebut merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P, maksud dari

Inosensia yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

166

Ibu: “Kenapa dek?”

(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak,

ya nang Ino dijorna nangis.”

(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino

didiemin nangis). Bunda, tadi ada Ino di

gambar, ngko tak golekna. (Bunda, tadi

ada Ino di gambar nanti dicariin ya?).

(verssi).

Bunda jangan main sama sari ya.

S P O

Kaliat tersebut merupakan kalimat versi karena susunan S-P yang terstruktur.

(26) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Tadi Tama nangis dikkeplak, ya sama Ino didiemin nangis.

K S P K

10 A3

(10) (27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih

Pakdhe Gung.” (Bunda, sekarang hormat.

Iih pakdhe Gung). (versi).

Ibu: “Iya, Bunda hormat.

(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?).

(versi).

(27) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur

Bunda sekarang hormat.

S K P

(28) “Ino ndi? (Ino dimana?)” merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada predikat, hanya terdapat subjek, maksud dari tuturan Inosensia

yaitu

Ino dimana hormatya?

S P

Merupakan kalimat versi karena susunan S-P terstruktur.

11 A3

(11) (29). Anak: “Bunda ada semutnya lho!”. (k

versi).

Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk

dek?”

(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.”

(versi).

(29) “Bunda ada semutnya lho!” . Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.

Bunda ada semutnya lho.

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(30) “Punyaku panjanh” merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P

Punyaku panjamg.

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

12 A3

(12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya,

mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus

ya takut ada motor.). (versi).

Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”

(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama.

Bebek tu.” (kversi).

Ibu: “Bebeknya ke mana?”

(33). Anak: “Bebeknya ilang.” (versi).

(31) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur

Anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.

S P Pel

(32) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Mba-mba ke sini sama Tama.

S P K

(33) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Bebeknya ilang.

S P

13 A3

(13)

Ibu: “Ences di mana?”

(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan,

Ences di rumah.” (kalimat versi)

Ibu: “Ences itu siapa dek?”

(35). Anak: “Ences temaannya Eyang

Kakung.” (kalimat versi).

(34) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur

Ences tidak di sekolahan, Ences di rumah

S P S K

(35) Merupakan kalimat versi karena S-P yang terstruktur.

Ences temannya eyang kakung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

167

Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”

(36). Anak: “Bukan..hehe.” (kalimat versi).

Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”

S P O

(36) Merupakan kalimat versi karena terdapar S-P yang terstruktur.

Ences bukan temannya Ino.

S P

14 A3

(14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (versi).

Ibu: “Laptop untuk apa?”

(38)Anak: “Untuk melihat gambar.”

(kalimat versi).

Ibu: “Gambar apa?”

(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.”

(inversi)

(37) “Ambilkan leptop”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subjek, maksud dari tuturan Inosensia yaitu menyuruh Bundanya untuk

ambilkan lepto.

Bunda ambilkan leptop.

S P O

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(38) “Untuk melihat gambar”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subjek, maksud dari tuturan Inosesnia yaitu

Leptop untuk melihat gambar.

S P O

Merupakan kalimat versi karena S-P yang terstruktur setelah menjadi kalimat lengkap.

(39) “Gambar pitik, kelinci”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada predikat, maksud dari tuturan Inosensia yaitu.

Melihat gambar ayam, kelinci.

P S

Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek (S-P).

15 A3

(15) (40). Anak: “Nonton bola mandi.” (versi).

Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”

(41). Anak: “Di sana.” (inversi).

(40) “Nonton bola mandi”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subjek, maksud Inosesnia yaitu.

Aku pengen nonton bola mandi.

S p Pel

Merupakan kalimat versi karena susunan kalimat yang terstruktur.

(41) “Di sana” merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosesnia meminta dengan kalimat lengkap maka menjadi.

Nonton bola mandi di sana.

P S K

Merupakan kalimat inversi karena susunan kalimatnya predikat mendahului subjek.

16 A3

(16)

Ibu: “Rasanya apa dek?”

(42). Anak: “Kecut.” (versi).

Ibu: “Dedek makan apa tu?”

(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (versi).

(42) “Kecut”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsursubjek, maksud dari tuturan Inosesnia yaitu

Lutis pakai dondong rasanya kecut.

S P

Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.

(43) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat (S-P).

Lutis pakai dondong.

S P

17 A3

(17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (versi)

Ibu: “Di mana?”

(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun

terus nyeluk eyang kakung.” (versi)

Ibu: “Dedek takut?”

(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng

(44) Merupakan kalimat versi karena susunan S-P terstruktur.

Aku pernah metik ini.

S P O

(45) Merupakan kalimat versi karena S-P terstruktur.

Aku pernah petik ini di kebun, terus panggil eyang kakung.

S p O K P S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

168

bunda ya?” (versi). (46) Takut sendirian nangis, bareng bunda ya.

S P K

Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat yag terstruktur (S-P).

18 A3

(18)

Ibu: “Di kasih siapa dek?”

(47)Anak: “Dikasih babi.” (versi)

Ibu: “Bagus nggak?”

(48)Anak: “Bagus.” (t versi)

Ibu: “Lagi gluduk udan.”

(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja

nyetel TV.” ( versi).

(47) “Dikasih babi”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, maksud tuturan Inosesnia yaitu.

Bonekannya dikasih babi.

S P

Merupakan kalimat versi karena S-P yang terstruktur.

(48) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Bonekanya bagus

S P

(49) Merupakan kaliat versi karena S-P yang terstruktur.

Eyang kakung hujan jangan nyalakan TV.

S P

19 A3

(19) (50). Anak: “Beli apa?” (versi).

Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”

(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk,

bambang putih.” (versi)

(50) “Beli apa?. Merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap maka menjadi

Bunda beli apa?

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(51) Ini pisang, durian, jeruk, bambang putih.

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P

20 A3

(20)

Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”

(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.”

(versi).

Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”

(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (versi).

Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’

(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku

pengen sepatu bola.” ( versi).

(52) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Aku lihat voly di Cilacap.

S P K

(53) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Eyang Ti sama Ino.

S P

(54) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Bunda aku pengen sepatu bola.

S P O

21 A3

(21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.”

(versi).

Ibu: “Kucingnya warna apa?”

(56). Anak: “Kuning.” (versi).

(55) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Kucingnya lucu bunda.

S P K

(56) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Kucingnya warna kuning.

S P

22 A3

(22)

Ibu: “Dedek beli apa?

(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.”

(versi).

(57) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Aku beli doraemon kuning.

S P O

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

169

Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”

(58). Anak: “Dua.” (versi)

Ibu: “Bagus gak dek?”

(59). Anak: “Bagus, buka!” (versi)

Ibu: “Apanya yang dibuka?”

(60). Anak: “Sakit pakai tisu.” (versi)

Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini

sikatnya bentuk apa?”

(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.”

(kversi).

Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”

(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda

ora melu nang pasar malam.” (versi).

Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”

(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” (inversi)

Ibu: “Terus dedek beli apa?”

(64). Anak: “Beli doraemon.” (inversi)

Ibu: Doraemonnya bagus dek?

Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?

(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.”

(versi)

Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “

(66). Anak: “Eyang kakung.” (versi)

Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “

(67). Anak: “Eyang kakung eek.” (versi)

(58) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Doraemon harganya dua.

S P

(59) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur

Doraemon bagus.

S P

(60) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Tangannya sakit pakai tisu.

S P Pel

(61) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Bentuk doraemon kecil.

S P

(62) Merupakan kalimat versi karena terdri dari S-P yang terstruktur.

Beli di pasar malam, Bunda tidak ikut ke pasar malam.

K S P K

(63) Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek

Bagus ada jarannya.

P S

(64) Merupakan kalimat in versi karena predikat mendahului subjek.

Beli doraemon.

P S

(65) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Ini gambar doraemon.

S P

(66) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Sikatnya dibelikan Eyang kakung.

S P O

(67) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Eyang kakung Eek.

S P

23 A3

(23)

Ibu: “Apa itu dek?”

(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa

lengket.” (kversi)

Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”

(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.”

(versi)

Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”

(70). Anak: “Kangen.” (versi)

Mainannya itu ditangkap Ini bisa lengket.

S P

(68) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Iya besok budhe Lely pulang.

K S P

(69) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Ino kangen budhe.

S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

170

Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”

(71). Anak: “Bunda bobok!” (versi)

Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur

dulu dek?”

(72). Anak: “Emoh.” (versi)

Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun

mboten?”

(73). Anak: “Gambar apa?” (versi)

Ibu: “Gambar bunga dek”.

(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!”

(versi)

Ibu: “Dekno pintar ya.”

(70) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Bunda bobok.

S P

(71) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

gak mau makan bubur.

S P

(72) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

Bunda ini gambar apa?

S P

(73) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.

(74) HPnya ditaruh di sini jangan dipegang

24 A3

(24) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!”

(versi)

Ibu: “Baby shek dimana sayang?”

(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.”

(versi)

Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek?

Warnanya apa?”

Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”

(77). Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.”

(versi)

Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim

ke budhe ya.”

(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby

shark.” (versi)

Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”

(79)Anak : “Ayo.” (versi).

(75) Bunda lihat babi shark.

S P

Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikatnya terstruktur (S-P).

(76) “Di HP Eyang kakung”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap maka

menjadi

Lihat babi shark di HP Eyang kakung.

S P K

Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(77) “Aku di foto”. Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.

Aku di Foto.

S P

Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).

(78) Bunda lihat babi shark.

S P

Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat yang terstruktur.

(79) “Ayo” merupakan kalimat tdka lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia mengajak dengan kalimat lengkap maka menjadi

Ayo lihat babi shark.

P S

Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.

25 A3

(25) (80). Anak: “Ini HP bunda.” (versi)

Ibu: “Mana HP dedek?”

(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” (versi)

Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”

(82). Anak: “Bubur.” ( versi)

Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”

(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (versi)

(80) Ini HP Bunda.

S P

Merupakan kalimat versi karena susunnan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(81) HPnya Dekno bagus.

S P

Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(82) “Bubur”. Merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

171

Ibu: “Dekno pegang apa sih?”

(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (versi)

Ibu: “Gajahnya ada berapa?”

(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (kalimat

versi)

Ibu: “Itu jerapah, kanguru, singa dek.”

(86). Anak: “Takut singa nyokot.” (inversi)

Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek

berhitung lagi.”

(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda

angel.” ( versi)

Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa

dek?”

(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.”

(kversi)

Ibu: “Ini dikerasin

Eyang Kakung: Udah habis buburnya?

Ibu: Ini mimik dek.”

(89). Anak: “Bunda kie angel banget .”

(versi)

Ibu: “Apanya dek?”

(90). Anak: “Kie.” (versi)

Ibu: “Ini gambar apa dek?”

(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (versi)

Ibu: “Warnanya apa dek?”

(92). Anak: “Kuning.” (versi)

Ino makan bubur.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang tersusun (S-P).

(83) Bubur rasanya enak.

S P

Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).

(84) Tablet ada gajah.

S P

Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat sudah terstruktur (S-P).

(85) “Satu, itu apa”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur predikat. maksud dari Inosensia yaitu

Ino punya gambar gajah satu.

S P

Merupakan kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.

(86) Takut singa ngigit.

P S

Merupakan kalimat inversi, karena predikat mendahuluis subjek.

(87) Bunda susah.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.

(88) Tulisannya tidak ada suaranya.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.

(89) Bunda ini susah

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.

(90) “Kie”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka

menjadi

Ino wortelnya susah.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.

(91) “Ini namanya wortel”. Merupakan kalimat tidka lengkap, maksud tuturan Inosesnia yaitu

Buah ini namanya wortel.

S P Pel

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.

(92) “Kuning”. Merupakan kalimat tidak lengkap, maksud tuturan Inosensia yaitu

Wortel warnanya kuning.

S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

172

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.

26 A3

(26) (93). Anak: “Kenene.” (versi)

Ibu: “Kenging nopo?”

(94). Anak: “Bunda sakit.” (versi)

Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”

(95). Anak: “Batuk.” (versi)

Ibu: “Mimik obat ya?”

(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (versi)

Ibu: “Bukan kuda.”

(97). Anak: “Apa namanya?”

Ibu: “Kerbau.’

(98). Anak: “Kelinci besok tumbas.”

Ibu: Tumbas nopo?

(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde

Pi. Ini dibeliin kelinci bunda. Bunda

ditumbasna kelinci.

(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit

sininya.”

Ibu: “Dedek udah diobati belum?”

(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune

nguil-nguil.” (versi)

Ibu: Nggih Lucu mboten?

(102). Anak: “Iya.” (versi)

(93) “Kenene”. Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari S-P

Sininya kening

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari susunan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(94) Bunda sakit.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(95) “Batuk (kening)”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek. Maksud dari Inosesnia yaitu

Keningnya sakit.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(96) Ini kuda.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(97) “Apa namanya”. merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subjek. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu.

Bunda apa namanya.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(98) Kelinci besok beli.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(99) Sama budhe Lely, sama pakdhe pi. Ino

K S

dibeliin kelinci Bunda . Bunda dibeliin kelinci.

P O O

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(100) Bunda sakit. Ino gak sakit sininya.

S P S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(101) Kudanya jalannya nguil-nguil.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(102) “Iya”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidka ada unsur S-P. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu

Iya kelincinya lucu.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

173

27 A3

(27)

Ibu: “Ini buat apa dek?”

(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.”

(versi)

Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”

(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” (versi)

(103) Kudanya makan aem-aem.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(104) Ini blimbing pisang.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

28 A3

(28) (105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba

lagi.” (kudanya ditolongin jatuh lagi).

(versi)

Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin.

Dekno bisa gak nolongin?”

(106). Anak: “Enggak, kok bunda

makannya pakai kuah, Ino ora nganggo

sendok?” ( versi)

Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar

sakitnya sembuh.”

(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai

bakso aja.” (versi)

Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”

Pakde: “Oalah jarane.”

(108). Anak: “Jarane.” (versi)

(105) Kudanya ditolongin jatuh lagi.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(106) Bunda makannya pakai kuah, Ino makananya nggak pakai sendok

S p S K

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(107) Ino gak mau makan pakai bubur, pakai

S P

bakso aja.

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(108) “Jarane (Kudanya)”. Merupakan kalimat tidka lengkap karena tidak ada usnur predikat. maksud dai Inosensia yait

Kudanya lucu.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

29 A3

(29) (109). Anak: “Lagi salaknya.” (versi)

Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”

(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja

dientekna.”

(lha gak mau, jangan dihabisin) (versi)

Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”

(111). Anak: “Mau makan apa?” (versi)

Ibu: “Mau makan kuwaci.”

(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana

kuwecinya? Lagi kuwacinya.” (versi) Ibu: “Habis dek.”

(113). Anak: “Lah pengen salak.” (versi)

Ibu: “Besok beli ya dek.”

(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?”

(versi)

Ibu: “Mba Mely siapa dek?”

(109) Lagi salaknya”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena terdiri dari subjek saja. Maksud tuturan Inosensia yaitu.

Ino lagi salaknya.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(110) Salaknya jangan dihabisin.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(111) Bunda mau makan apa.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(112) Bunda lihat apa?

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

(113) Ino pengen salak.

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

174

(114) Mba Mely lewat apa ya?

S P

Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).

Yogyakarta, 17 Juli 2019

Menyetujui,

Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

175

Lampiran Analisis Data 4 dari segi makna kalimat

Kalimat dari makna terdiri dari susunan subjek dan predikat.Susunan subjek dan predikat dibagi menajadi lima yaitu deklaratif, imperatif, interogatif,

interjektif, dan emfatik. Berikut ini akan disajikan analisis data yang lebih rinci.

NO KODE DATA TUTURAN KALIMAT DARI SEGI MAKNA

KETERANGAN

Dek Imp intero interj

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

176

LAMPIRAN ANALISIS DATA 4 DARI SEGI MAKNA

N

O

KOD

E

DATA TUTURAN KETERANGAN

1 B1

(a,1)

Ibu: “Ini namanya apa?”

(1). Anak : “Namanya oyong”. (labu). (deklaratif)

Ibu: “Itu berapan dek?”

(2). Anak: “60 ribu”. (deklaratif)

Ibu: “buat apa itu, dek?”

(3). Anak: “Buat bunda.” (deklaratif)

Konteks: Tuturan ini dalam situasi bermain di dapur,

percakapan tersebut yaitu ibu dan anak.

(1) Namanya Oyong

[2] 3 1 // [2] 3 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, karena mempunyai intonasi [2] 3 // [2[ 3 1. Anak memberitahukan bahwa

sedang main masak-masakan oyong.

(2) 60 ribu

[2] 3#

Kalimat tersebut merupakan kaliamt deklaratif, karena mempunyai pola intonasi berita [2] 3 // [2] 3 1, anak memberitahu

harga oyongya 60 ribu.

(3) Buat Bunda

[2] 1 // [2] 1 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, karena mempunyai pola intonasi berita [2 1// [2] 1 , Inosesnia memberitahukan

bahwa oyongnya buat bunda.

2 B1

(a,2) (4)Anak: “Dibumbuin!” (imperatif)

Ibu : “Iya dibumbuin.”

(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit)

(deklaratif) Ibu: “Siapa itu dek?”

(6)Anak: “Kancane Bunda ya?” (temannya bunda ya?)

(interogatif)

Konteks: Situasi dalam tuturan tersebut yaitu ketika anak

sedang bermain masak-masakan di depan rumah. Percakapan

antara ibu dan anak

(4) Di bumbuin .

2 3 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat imperatif, karena memiliki pola intonasi perimtah 2 3 #. Inosensia menyuruh ibunya

supaya oyongnya dibumbuin. .

(5) Dibumbuin sitik

2 3// 2 1 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, karena memiliki pola intonasi 2 3 // 2 1yaitu anak memberitahukan bahwa

masak-masakannya akan dibumbuin sedikit.

(6) Temannya Bunda ya?

[2] 3 // [2] 3 (1) #

Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya, karena memiliki pola intonasi tanya yaitu [2] 3// [2] 3 (1) #

Inosensia bertanya apakah yang lewat adalah temannya bunda.

3 B1(a,3

)

Ibu: “Tadi udah ditimbang?”

(7)Anak: “Wis.” (udah). (deklaratif)

Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”

(7) (8 Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.” (Kakinya jatuh)

(deklaratif)

Konteks: situasi dalam tuturan tersebut yaitu ketika ibu

bertanya kepada anaknya sudah ditibang atau belum.

Percakapan antara ibu dan anak.

(7) Wis

[2] 1#

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonais [2] 1 #, Inosensia menjawab pertanyaan ibunya

yaitu apakah sudah ditimbang kemudian anak menjawab udah, maksud dari anak yaitu tadi sudah ditmbang merupakan kalimat

memberitahukan kepada ibunya.

(8) Kakinya jatuh.

[2] 3 // [2] 3 #

Merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi [2] 3 // [2] 3 #

Inosesnia memberitahukan bahwa kakinya jatuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

177

4 B1(a,4

) (9). Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng

sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke

sekolahan). (deklaratif)

Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana lindu.” (tadi

malam lagi tidur tiba-tiba ada gempa).

Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing oyeg-oyeg.”

(aku juga tadi malam mau tidur ada yang bergerak-gerak).

Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga kaget).

(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu kene,

terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga bundaku

takut terus tidur di sini, terus rambutnya ada di kursi).

(deklaratif)

Ibu: “Ino nangis gak?

(11). Ino: “Aku malah nendang bata di luar.” (aku

menendang batu di luar). (deklaratif)

Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba krasa bange.” (iya

kan aku lagi duduk tiba-tiba krasa banget).

(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku keluar

digendong Eyang Ti). (deklaratif)

Konteks: situasi ketika bercerita ada gempa kecil.

Percakapan anatara Inosensia dan temannya

(9) Tadi malam Eyang Ti kaget, terus ke

[2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1.

sekolahan.

Kalimat tersebu merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi [2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1 anak

memberitahukan bahwa tadi malam terjadi gempa kecil dan eyang Ti kaget. Pada tuturan tersebut anak memberitahukan berita

dengan cara bercerita.

(10) Tadi malam juga bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya ada di kursi

[2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memilki pola intonasi [2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1 yaitu

memberitahukan bahwa bundanya takut ketika ada gempa kecil.

(11) Aku menendang batu di luar.

[2] // [2] 1 2 2 21 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi

[2] // [2] 1 2 2 21

yaitu ketika Inosensia takut, dia keluar dan menendang bola keluar.

(12) Aku keluar di gendong eyang Ti.

[2] // [2] 1 2 2 1 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi [2] // [2] 1 2 2 1 #

yaitu anak memberitahukan ketika gempa kecil terjadi dia digondong Eyang Ti keluar rumah.

5 B1

(a,5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).

(interogatif)

Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”

(14). Anak: “Ke Cilacap?” (interogatif)

Ibu: “iya dek.”

(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).

(imperatif)

Konteks: ketika anak bertanya kepada ibunya, situasi duduk

santai. Percakapan anatara ibu dan anak.

(13) Bunda kemana?

[2] 1 // [2] 3 1#

Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya karena memiliki pola intonasi [2] 1 // [2] 3 1#. Inosesnia bertanya kepada ibunya.

(14) Ke Cilacap?

[2]// 2 31 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya karena meiliki pola intonasi

[2]// 2 31 #

yautu ketika anak bertaya kepada ibunya.

(15) Cepat pergi!

2 3 2 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat perintah karena memilki pola intonasi 2 3 // 2 #.

Inosensia menyuruh ibunya untuk cepat pergi.

6 B1

(a,6)

Ibu: “Itu apa?”

(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau

kacang hijau). (interogatif)

Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”

(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel (susah)

kaos kakinya.” (deklaratif)

(16) Kacang ijo mau?

[2] 1 // 2 3// 23 #

Kalimat tersebut merupakan kalimat interogatif karena memiliki pola intonasi [2] 1 // 2 3// 23 #

yaitu Inosensia menawarkan kacang ijo kepada ibunya.

(17) Bunda ini susah.

[2] 1// 1 2 321#

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

178

Konteks: ketika anak menawarkan kacang ijo kepada ibunya,

situasi duduk santai di depan rumah. Percakpana anatara ibu

dan anak

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karenamemiliki pola intonasi [2] 1// 1 2 321#

Inosensia. memberitahukan bahwa kaos kakinya kotor.

7 B1

(a,7)

Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”

(18). Anak: “Eyang kakung pergi kemana?”

(interogatif).

Ibu: “Di sekolahan.”

(19). Anak: “iiiii…(menangis) (deklaratif)

Ibu: “mandi yuk?”

(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (imperatif)

(18) Eyang kakung pergi kemana?

[2] 1 // [2] 1 // 1 // 3 (1) #

Merupakan kalimat tanya, karena Inosensia menanyakan Eyang kakung yang pergi kemana kepada Bundanya.

(19) Iii…. (menangis).

Merupakan kalimat berita, karena anak memberitahukan bahwa dia menangis karena ditinggal Eyang kakung.

(20) Ayun-ayun dulu.

2 3 // 2 3// 2 1 #

Merupakan kalimat perintah, karena Inosensia meminta ayun-ayun dulu sebelum mandi.

8 B1

(a,8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh

ya) (interogatif)

Ibu: “Iya dek.”

(22). Anak: “Iiih.. ada bintang ” (deklaratif)

Ibu: “Bintang apa dek?”

(23). Anak: “Bintang kecil yang lucu.” (interjektif)

Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”

(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh).

Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora seneng .

iii aja dientokna jajane.” (deklaratif)

Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk

(21) Kening biar sembuh ya?

[2] 1 // 2 // [2] 1 #

Merupakan kalimat tanya, karena anak bertanya keningnya biar sembuh ya.

(22) Ada bintang.

[2]// 3

Merupakan kalimat berita, karena Inosensia memberitahukan bahwa di langit ada bintag.

(23) Bintang kecil yang lucu.

Merupakan kalimat interjektif karena mengungkapkan rasa kagum teradap bintang yang lucu.

(24) Bunda Tama nakal, kan mainan bola, Tama tidak suka.

Merupakan kalimat berita, karena anak memberitahukan bahwa temannya nakal.

9 B1

(a,9) (25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama Sari

ya). (imperatif)

Ibu: “Kenapa dek?”

(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak, ya nang Ino

dijorna nangis.”

(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin

nangis). Bunda, tadi ada Ino di gambar, ngko tak

golekna. (Bunda, tadi ada Ino di gambar nanti dicariin

ya?) (deklaratif)

(25) Jangan sama Sari ya!

[2] 1 // 2 1// 1 #

Merupakan kalimat perintah, karena Inosensia menyuruh bundanya untuk tidak main dengan Sari.

(26) Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin nangis.

Merupakan kalimat berita, karena Ino memberitahukan bahwa temannya nangis.

10 B1(a,

10) (27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”

(Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung). (imperatif)

Ibu: “Iya, Bunda hormat.

(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?). (interjekif)

(27) Bunda sekarang hormat!

Merupakan kalimat perintah, karena anak mnyuruh bundanya untuk hormat.

(28) Ino mana?

Merupakan kalimat tanya, karena Inosensia bertanya dirina ada dimana.

11 B1

(a12)

(29). Anak: “Bunda ada semutnya lho.” (deklaratif0

Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk dek?”

(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.” (deklaratif)

(29) Bunda ada semutnya lho.

Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan kepada bunda bahwa ada semut, dan memiliki pola intonasi berita

yaitu [2 1] // 2 1 #

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

179

(30) Enak.. iii punyaku panjang.

Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa jajannya panjang, dan mempunyai intonasi yaitu [2 1] 2 1#

12 B1

(a,12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana

motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)

(deklaratif)

Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”

(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”

(deklaratif)

Ibu: “Bebeknya ke mana?”

(33). Anak: “Bebeknya ilang.” (deklaratif)

(31) Anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.

Merupakan kalimat deklaratif karena memberitahukan kepada bunda bahwa ada anak yang lewat-lewat terus.

(32) Mba-mba ke sini sama Tama.

Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa ada mba-mba datang sama Tama.

(33) Bebeknya ilang.

Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan kepada bunda bahwa bebeknya ilang.

13 B1

(a,13)

Ibu: “Ences di mana?”

(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan, Ences di

rumah.” (deklaratif)

Ibu: “Ences itu siapa dek?”

(35). Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.”

(deklaratif)

Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”

(36). Anak: “Bukan..hehe.” (deklaratif)

Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”

(34) Ences tidak di sekolahan, Ences di rumah.

Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa Ences tidak ada di sekolahan.

(35) Ences temannya Eyang Kakung.

Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa Ences temannya eyang kakung.

(36) Bukan.

Merupakan kalaim deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa Ences bukan temannya Ino.

14 B1

(a,14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (imperatif)

Ibu: “Laptop untuk apa?”

(38)Anak: “Untuk melihat gambar.” (deklaratif)

Ibu: “Gambar apa?”

(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.” (deklaratif)

(37) Ambilkan leptop!. Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh bunda untuk mengmbilkan leptop.

(38) Untuk melihat gambar. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak menunjukan informasi bahwa leptop

untuk melihat gambar.

(39) Gambar ayam, kelinci. Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa leptop untuk melihat gambit ayam,

kelinci.

15 B1

(a,15) (40). Anak: “Nonton bola mandi!” (imperatif)

Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”

(41). Anak: “Di sana.” (deklaratif) (40) Nonton bola mandi. Merupakan kalimat perintah, karena anak meminta untuk menontoh bola mandi.

(41) Di sana. Merupakan kalimat deklaratif, anak memberitahukan bahwa bola mandinya ada di sana.

16 B1(a,1

6)

Ibu: “Rasanya apa dek?”

(42). Anak: “Kecut.” (deklaratif)

Ibu: “Dedek makan apa tu?”

(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (deklaratif)

(42) Kecut. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa makanannya kecut.

(43) Lutis pakai dondong. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan lutisnya pakai dondong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

180

17 B1

(a,17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (deklaratif)

Ibu: “Di mana?”

(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun terus nyeluk

eyang kakung.” (deklaratif)

Ibu: “Dedek takut?”

(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng bunda ya?”

(deklaratif dan imperatif)

(44) Aku pernah petik ini. merupakan kalimat deklaratif, karena Ino memberitahukan bahwa dia pernah petik buah.

(45) Aku pernah petik ini di kebun, terus panggil Eyang Kakung. merupakan kalimat deklaratif, karena Ino memberitahukan bahwa

dia pernah petik buah.

(46) Takut sendrian nangis. Meruapakan kalimat deklaratif karena memberitahukan bahwa Ino sendrian takut. Yang kedua kalimat

iimperatif, anak meminta bersamaan dengan bunda.

18 B1

(a,18)

Ibu: “Di kasih siapa dek?”

(47)Anak: “Dikasih babi.” Deklaratif)

Ibu: “Bagus nggak?”

(48)Anak: “Bagus.” (deklarartif dan interjketif)

Ibu: “Lagi gluduk udan.”

(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja nyetel TV.”

(imperatif)

(47) Dikasih babi. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahw bonekannya dkasih babai.

(48) Bagus. Merupakan kalimat deklaratif, karena mempunyai rasa kagum dan menarik untuk dipandang, dan merupakan kalimat

interjektif karena anak mempunyai rasa kagum terhadap boneka yang dikasih babai.

(49) Eyang kakung udan aja nyetel TV. Merupakan kalimat imperatif, karena anak memberitahukan bahwa Eyang kakung jangan

menyalakan TV.

19 B1

(a,19) (50). Anak: “Beli apa?” (interogatif)

Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”

(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk, bambang putih.

(deklaratif)

(50) Beli apa? Merupakan kalimat interogatif, karena anak bertanya kepada Bunda.

(51) Ini pisang, durian, jeruk, bambang putih. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa ada pisang,

durian, jeruk dan bawang putih.

20 B1

(a,20)

Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”

(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (deklaratif)

Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”

(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (deklaratif)

Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’

(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu

bola.” (imperatif)

(52) Aku lihat voly di Cilacap. merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa anak melihat voly di Cilacap.

(53) Eyang Ti sama Ino. Merupakan kalimat deklaratif karena memberitahukan bahwa Ino melihat Voly bersama Eyang Ti.

(54) Lihat Voly. Bunda akau pengen lihat voly di Cilacap. merupakan kalimat perintah karena Ino ingin sepatu bola.

21 B1

(a,21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.” (deklaratif)

Ibu: “Kucingnya warna apa?”

(56). Anak: “Kuning.” (deklaratif) (55) Kucingnya lucu Bunda. merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada kucing yang lucu, dan

merupakan kalimat interjeksi karena anak mengungkapkan rasa kagum terhadap kucing.

(56) Kuning. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa kucingnya berwarna kuning.

22 B1

(a,22)

Ibu: “Dedek beli apa?

(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.” (deklaratif)

Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”

(58). Anak: “Dua.” (deklaratif)

Ibu: “Bagus gak dek?”

(59). Anak: “Bagus, buka!” (imperatif dan interjektif)

Ibu: “Apanya yang dibuka?”

(60). Anak: “Sakit pakai tisu!” (imperatif)

(57) Aku beli doraemon kuning. Merupakan kalimat deklaratif Karena anak memberitahukan kepada bunda bahwa anak membeli

doraemon berwarna kuning.

(58) Dua. Meerupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa dia membeli duraemin dengan harga dua.

(59) Bagus. Meruapakan kalimat interjektif, karea kagum dengan doraemon yang bagus. Buka! Meruapakan kalimat perintah, bahwa

anak menyuruh bunda untuk membuka plastik yang berisi doraemon.

(60) Sakit pakai tisu. Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh pakai tisu tangannya yang terluka.

(61) Bentuk doraemon kecil. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa doraemon mempunyai bentuk yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

181

Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini sikatnya bentuk

apa?”

(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.” (deklaratif)

Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”

(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda ora melu nang

pasar malam.” (interogatif)

Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”

(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” Deklaratif dan

interjektif)

Ibu: “Terus dedek beli apa?”

(64). Anak: “Beli doraemon.” (deklaratif)

Ibu: Doraemonnya bagus dek?

Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?

(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.” (deklaratif0

Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “

(66). Anak: “Eyang kakung.” (deklaratif)

Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “

(67). Anak: “Eyang kakung eek.” (deklaratif).

kecil.

(62) Bunda tidak ikut ke pasar malam? Merupakan kalimat tanya, karena anak menanyakan kepada Bunda apakah Bunda ikut ke

pasar malam.

(63) Bagus ada kudanya. Merupakan kalimat interjektif, karena anak mempunyai rasa kagum terhadap doraemon.

(64) Beli doraemon. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa dia membelidoraemon saja.

(65) Ini gambar doraemon. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa ada gambar doraemon.

(66) Eyang kakung. Merupakan kalimat deklaratif, karena maksud anak yaitu doraemonnya dibelikan Eyang kakung, kalimat

tersebut merupakan kalimat deklaratif.

(67) Eyang kakung eek. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa Eyang kakung sedang eek.

23 B1

(a,23)

Ibu: “Apa itu dek?”

(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa lengket.” (deklaratif)

Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”

(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.” (deklaratif)

Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”

(70). Anak: “Kangen.”

Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”

(71). Anak: “Bunda bobok!” (deklaratif)

Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur dulu dek?”

(72). Anak: “Emoh.” (deklartif)

Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun mboten?”

(73). Anak: “Gambar apa?” (imperatif)

Ibu: “Gambar bunga dek”.

(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!” (impertaif)

Ibu: “Dekno pintar ya.”

(68) Itu ditangkap, Ini bisa lengket. Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa mainanya bisa ditangkap dan

lengkat.

(69) Iya besok budhe Lely pulang. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa budhe Lely akan pulang.

(70) Kangen. Maksud anak yaitu bahwa Inosensia kangen dengan budhe Lely. Merupaan kalimat deklaratif.

(71) Bunda bobok! Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh ibunya utuk menemani bobok.

(72) Emoh. Maksud tuturanan Inosensia yaitu tidak mau makan bubur. Merupakan kalimat deklaratif.

(73) Gambar apa? Merupakan kalimat tanya karena anak bertanya kepada bunda gambar apa yang ada dalam wadah makan.

(74) HPnya ditaruh sini, jangan dipegang. Merupakan kalimat perintah karena anak menyuruh Bunda untuk tidak memegang HP.

24 B1(a,2

4) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (imperatif)

Ibu: “Baby shek dimana sayang?”

(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.” (deklaratif)

Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya apa?”

Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”

(77). Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.” (imperatif)

(75) Bunda lihat Babi sherk! Merupakan kalimat perintah karena anak menyuruh ibunya untuk melihat baby shark.

(76) Di HP Eyang Kakung. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan bawa baby shark ada di HP Eyang kakung.

(77) Aku di Foto! Merupakan kalimat impertaif, akrena anak menyuruh Bunda untuk memfotokan.

(78) Bunda lihat babi shark. Merupakan kalimat imperatif, karena anak menyurh Buinda untuk melihat baby shark.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

182

Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe ya.”

(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby shark! (imperatif)

Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”

(79)Anak : “Ayo.”(imperatif)

(79) Ayo. Maksud anak yaitu ayo melihat babai shark, merupakan kalimat perintah.

25 B1(a,2

5) (80). Anak: “Ini HP bunda.” (deklaratif)

Ibu: “Mana HP dedek?”

(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” 9deklaratif dan

interjektif) Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”

(82). Anak: “Bubur.” (deklaratif)

Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”

(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (deklaratif)

Ibu: “Dekno pegang apa sih?”

(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (deklaratif)

Ibu: “Gajahnya ada berapa?”

(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (interogatif)

Ibu: “Itu jerapah, kanguru,

(86). Anak: “Takut singa nyokot.” (deklaratif)

Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek berhitung lagi.”

(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda angel.”

(deklaratif)

Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa dek?”

(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.” 9deklaratif)

Ibu: “Ini dikerasin

Eyang Kakung : Udah habis buburnya?

Ibu: Ini mimik dek.”

(89). Anak: “Bunda kie angel banget .” 9deklaratif)

Ibu: “Apanya dek?”

(90). Anak: “Kie.” (deklartif)

Ibu: “Ini gambar apa dek?”

(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (deklaratif)

Ibu: “Warnanya apa dek?”

(92). Anak: “Kuning.” (deklaratif)

(80) Ini HP bunda. merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa HP yang dipeggang yaitu HP Bunda.

(81) HPnya Dekno bagus. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa HPnya bagus, dan merupakan kalimat

interjektif karena anak kagum dengan HP yang bagus.

(82) Bubur. Maksud Inosensia yaitu Ino makan bubur. Merupakan kalimat deklaratif.

(83) Bubur rasanya enak. Merupakan kalimat deklaratif karema anak memberitahukan bahwa buburnya enak, dan merupakan

kalimat interjektif karena anak mempunyai rasa kagum terhadap bubur yang enak.

(84) Tablet ada gajah. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada gajah di tablet.

(85) Itu apa? Merupakan kalimat tanya karena anak menanyakan yang sedang dipeggang bunda.

(86) Takut singa ngigit. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan bahwa dia takut singa.

(87) Bunda susah. Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa Inosensia sedang kesusaahan.

(88) Tulisan tidak ada suranya. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa tulisannya tidak ada suaranya.

(89) Bunda ini susah banget. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa sedang kesusahan.

(90) Kie (ini) maksud dari tuturan tersebut yaitu bahwa anak memberitahukan bahwa wortelnya susah. Merupakan kalimat

deklaratif.

(91) Ini namanya wortel. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa yang dipegang namanya wortel.

(92) Kuning, maksud tuturan tersebut yaitu bahwa wortel warnanya kuning, merupakan kalimat deklaratif karena anak

memberitahukan bahwa wortel berwarna kuning.

26 B1(a,2

6) (93). Anak: “Kenene.” (deklartif)

Ibu: “Kenging nopo?”

(94). Anak: “Bunda sakit.” (deklartif)

Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”

(95). Anak: “Batuk.” (deklartif)

Ibu: “Mimik obat ya?”

(93) Kenene (Sininya) maksud penutur yaitu, sininya sakit merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada

bagian yang sakit.

(94) Bunda sakit. Merupakan kalimat deklat=ratif karena anak memberitahukan bahwa anak sedang sakit.

(95) Batuk. Maksud penutur yaitu sakit batuk, merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa anak sedang sakit

batuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

183

(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (deklartif)

Ibu: “Bukan kuda.”

(97). Anak: “Apa namanya?” (interogatif)

Ibu: “Kerbau.’

(98). Anak: “Kelinci besok tumbas!” (imperatif)

Ibu: Tumbas nopo?

(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini dibeliin

kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci. (deklaratif)

(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.”

Ibu: “Dedek udah diobati belum?”

(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune nguil-nguil.”

(deklartif)

Ibu: Nggih Lucu mboten?

(102). Anak: “Iya.”(deklartif)

(96) Ini kuda. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada kuda.

(97) Apa namanya? merupakan kalimat tanya, karena anak menanyakan kepada Bunda.

(98) Kelinci besok tumbas! Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh Bunda untuk membelikan kelinci.

(99) Sama Budhe Lely, Pakdhe Pi. Ini dibeliin kelini bunda, Bunda dibelikan kelinci. Merupakan kalimat deklaratif karena anak

memberitahukan bahwa Bunda dibelikan kelinci.

(100) Bunda sakit. Ino gak sakit sininya. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan keadaan dirinya.

(101) Kelinci jalannya nguil-nguil. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa kelinci jalanya nguil-nguil

(102) Iya. Maksud tuturan tersebut yaitu anak menjawab iya kelincinya lucu. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak

memberitahukan bahwa kelincinya lucu.

27 B1(a,2

7)

Ibu: “Ini buat apa dek?”

(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.” (deklaratif)

Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”

(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” 9deklartif)

(103) Kuda jalannya nguil-nguil. Merupakan kalimat deklaratif karena amak memberitahukan bahwa kuda jalnnya nguil-nguil.

(104) Ini blimbing pisang. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan abhwa ada blimbing pisang .

28 B1(a,2

8) (105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba lagi.” (kudanya

ditolongin jatuh lagi). (deklaratif)

Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin. Dekno bisa gak

nolongin?”

(106). Anak: “Enggak, kok bunda makannya pakai kuah,

Ino ora nganggo sendok?” (deklaratif)

Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar sakitnya sembuh.”

(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.”

Imperatif)

Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”

Pakde: “Oalah jarane.”

(108). Anak: “Jarane.” (deklaratif)

(105) Kudanya ditolongin jatuh lagi. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada kuda yang ditolongin

tetapi kudanya jatuh lagi.

(106) Bunda makannya pakai kuah. Ino pakai sendok. Merupakan kalimat interogatif, karena anak bertanya kepada Bunda apakah

Bunda pakai kuah.

(107) Gak mau pakai bubur, pakai bakso aja. Merupakan kalimat perintah karena ank meminta makan dengan bubur dan bakso.

(108) Jarane (kudanya) maksud penutur yaitu di sana ada kuda. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan bahwa

anak sedang melihat kuda.

29 B1(a,2

9) (109). Anak: “Lagi salaknya !” (imperatif)

Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”

(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja dientekna.”

(imperatif)

(lha gak mau, jangan dihabisin)

Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”

(111). Anak: “Mau makan apa?” (interogatif)

Ibu: “Mau makan kuwaci.”

(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana kuwecinya? Lagi

(109) Lagi salaknya !. merupakan kalimat perintah, karena anak meminta salak lagi.

(110) Lah gak mau, jangan dihabisin. Merupakan kalimat perintah karena ank melarang untuk tidak memakan salak.

(111) Mau makan apa? Merupakan kalimat tanya karena anak bertanya bunda makan apa.

(112) Bunda lihat apa mana kelincinya? Merupakan kalimat tanya karena anak menanyakan dimana dan kwacinya.

(113) Lah pengen salak!. Merupakan kalimat perintah karena anak ingin salak lagi.

(114) Ada mba Mely apa ya? Merupakan kalimat tanya karena anak bertanya ada mba Mely apa ya?.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

184

kuwacinya.” (interogatif) Ibu: “Habis dek.”

(113). Anak: “Lah pengen salak!” (imperatif)

Ibu: “Besok beli ya dek.”

(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?” (interogatif)

Ibu: “Mba Mely siapa dek?”

Yogyakarta, 17 Juli 2019

Menyetujui,

Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

LAMPIRAN FOTO

Inosensia sedang bermain

Inosensia dan Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT PADA PEMEROLEHAN …

186

BIODATA PENULIS

Renita Tri Ekmawati merupakan anak ketiga dari

pasangan Bapak Tri Wahyono dan Ibu Rosalia Sri Hermi

Astuti. Renita adalah anak ketiga dari dua saudara. Lahir di

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 16 Agustus

1995. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar selama

enam tahun di SD Negeri Ujung Manik 01, dari tahun 2001-

2007. Kemudian lanjut ke sekolah Menengah Pertama di SMP

Yos Sudarso Kawunganten, selama tiga tahun, yaitu dari tahun 2007-2010.

Selanjutnya, menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Yos Sudarso Jeruklegi,

selama tiga tahun, yaitu pada tahun 2010-2013. Setelah menamatkan sekolah pada

jenjang SMA, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, pada tahun 2013. Fakultas yang diambil adalah fakultas keguruan dan

ilmu pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI