i
KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT
PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN
PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
RENITA TRI EKMAWATI
131224079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KAJIAN BENTUKKALIMAT DANMAKNAKALIMAT
PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN
PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018
SKRIPSI
Oleh:
Renita Tri Ekmawati
131224079
telah disetujui oleh:
'Tanggal : 20 Juli 2019
Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
KAJIAN BENTUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT
PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA T1GA TAHUN
PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018
Dipersembahkan dan ditulis oleh:
Renita Tri Ekmawati
131224079
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 31 Juti 2019
dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANlTlA PENGUTI
Ketua
Sekertaris
Anggota 1
Anggota 2
Anggota 3
Nama Lengkap
: Rishe Purnama Dewi, S,Pd., M.Hum.
: Dr. Widharyanto, MPd.
: Dr. Kunjana Rahardi, MHum.
: Prof. Dr. Pranowo.
: Dr. B. Widharyanto, MPd.•
Yogyakarta, 31 Ju1i 2019
Faku1tas Keguruan dan llmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
~~~~.anes Harsoyo, S.Pd., M.Si.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
“Bekerja keras dan tak pernah mengeluh akan membuahkan hasil yang baik”
“Dan dengan pengalaman akan menjadikannya cerita indah”
“Satu detik waktu terbuang sia-sia, maka satu peluang akan hilang.”
(Renita)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Halaman Persembahan
Karya tulis ini ku persembahkan untuk:
Ibu dan Ayahku serta seluruh keluarga yang selalu mendukung dengan memberi
semangat dan doa untuk kesuksesanku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLlAN KAR YA TULIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Penulis,
Renita Tri Ekmawati
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Renita Tri Ekmawati
NIM : 131224079
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KAJIAN BE TUK KALIMAT DAN MAKNA KALIMAT
PADA PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN
PERIODE DESEMBER SAMPAI APRIL 2018
Dengan demikian saya memberikan hak kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
memublikasikan di internet atau media lain unruk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin maupun emmberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 31 Juli 2019
Yang menyatakan,
R"ifhtkm""i
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Ekmawati, Renita Tri. 2019. Kajian Bentuk Kalimat dan Makna Kalimat pada
Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun periode Desember sampai
April 2018. Skripsi Program Sarjana (S1). Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Jurusan Bahasa dan Seni. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu mendeskripsikan pemerolehan
bentuk kalimat pada Inosensia, anak usia 3 tahun, dan mendeskripsikan pemerolehan
makna kalimat pada Inosensia, anak usia 3 tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus. Data berupa tuturan Inosensia yang dikumpulkan secara
alamiah melalui proses pengamatan, perekaman, dan pencatatan. Alat yang
digunakan yaitu, alat tulis, HP sebagai perekam dan dokumentasi. Data diambil
selama 4 bulan yaitu bulan Desember 2017 sampai April 2018, pengambilan data
dilakukan ketika anak sedang bermain, makan, dan santai.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Inosensia anak usia tiga tahun dapat
menguasai berbagai macam kalimat yaitu kalimat dari segi bentuk dan kalimat dari
segi makna. Berdasarkan bentuk kalimat dibagi menjadi tiga jenis yaitu berdasarkan
(1) jumlah klausa yang terdiri dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (2)
kelengkapan unsur yang terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap, dan
(3) susunan subjek dan predikat yang terdiri dari kalimat versi dan kalimat inversi.
Inosensia menguasai dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk ratapan. Berdasarkan makna kalimat Inosensia memperoleh empat
jenis kalimat yaitu (1) kalimat deklaratif, (2) imperatif, (3) interogatif, dan (4)
interjektif.
Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui hal yang relevan dalam
pemerolehan bahasa anak, khusunya untuk mengetahui bentuk kalimat dan fungsi
kalimat pada anak.
Kata kunci: Pemerolehan bahasa, studi kasus, bentuk kalimat dan makna kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Ekmawati, Renita Tri. 2019. Study of Sentence Forms and Sentence Meanings for the
Acquisition of Languages of Three Year Olds from December to April 2018
Undergraduate Thesis Program (S1). Yogyakarta: Indonesian Language
Education and Literature Programme. Dapartement Of Languages Education
and Arts. Faculty Of Education University Of Sanata Dharma.
Children Language Acquisition at the Case Of Inosensia In This Research Has
Two Objectives To What Kind Of Aspects Of Syntactical Acquisition In Inosensia
Discourses And Sentence Meanings for the Acquisition of Languages of Three Year
Olds.
This research is a descriptive qualitative study using a case study approach
that takes subjects from one child at the age of three. Data in the form of speech
Inosensia collected naturally through the process of observation, recording, and
recording. The tools used are, stationery and HP as a recorder and documentation.
Data is taken for 4 months, namely December 2017 to April 2018, data collection is
done when the child is playing, eating, and relaxing.
The results showed that the Inosensia of three year olds can get various kinds
of sentences, namely the form of the sentence and the meaning of the sentence. Based
on the sentence forms are divided into three types, namely based on (1) the number of
clauses consisting of single sentences and compound sentences, (2) complete
elements consisting of complete sentences and incomplete sentences, and (3) subject
arrangement and predicate consisting of sentences version and inversion sentence.
Inosensia controls two types of compound sentences namely equivalent compound
sentences and lamentative compound sentences. Meaning of the sentence Inosensia
obtained four types of sentences, namely (1) declarative sentence, (2) imperative, (3)
interrogative, and (4) Interjective.
The results of this study are expected to know the relevant things in the
acquisition of children's language, especially to find out the sentence form and
sentence functions in children.
Keywords: Language acquisition, case studies, sentence forms and sentence
meanings.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Bentuk Kalimat
dan Makna Kalimat pada Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun Periode
Desember Sampai April 2018 Studi Kasus pada Inosensia Verlinita Sekar Pelangi.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa Satra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini dapat berhasil berkat adanya bimbingan, arahan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc. Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
5. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan, saran, serta bimbingan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. Selaku Trianggulator dalam skripsi
ini.
7. Dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi perbaikan skripsi ini.
8. Theresia Rusmiyanti, selaku karyawan secretariat PBSI yang membantu
penulis dalam mengurus keperluan sistem dan pendaftaran ujian skripsi.
9. Staf dan karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu penulis mendapatkan literature yang menunjang penyelesaian
skripsi ini.
10. Ibu dan Bapakku tercinta yang telah memberikan segala dukungan
nasihat, motivasi, rasa cinta, rasa sayang, perhatian, materi dan doa selama
ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Agustinus Agung Febrianto.S.E, Catharina Lely Septiana Virganita S.S.
dan Anenggria Berta, Inosensia Verlinita sekar Pelangi, Fidelis Ergin
Vistana Ningrat dan seluruh keluargaku yang sudah memberikan
dorongan berupa nasihat, motivasi, perhatian dan doanya.
12. Sahabatku dan teman-teman seperjuanganku Stefin Indra Hapsari, Eko
Oktaviana Dian Bedoih,S.P. Rina Kurniawati,S.Pd. Laurensius Fery,S.Pd.
Giovano Alexander Engko, S.Pd. Theresia Pratiwi, dan teman-teman lain
yang selalu menemani penulis berdiskusi.
13. Teman-teman PBSI 2013, yang telah berbagi suka dan duka bersama-
sama berjuang untuk menyelesaikan studi di Prodi PBSI tercinta ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
14. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Penulis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN MOTO ............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI ............................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................... x
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................... xii
HALAMAN BAGAN .......................................................................................... xvi
LAMPIRAN .......................................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Batasan istilah ..................................................................................... 6
F. Sistematika Penyajian ......................................................................... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Relevan ..................................................................................... 9
B. Landasan Teori ......................................................................................... 10
1. Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak .................................................... 10
2. Pengertian Kalimat .............................................................................. 16
3. Unsur-unsur Kalimar .......................................................................... 17
4. Klasifikasi Kalimat ............................................................................ 25
5. Kalimat Berdasarkan Bentuk ............................................................. 26
6. Kalimat Berdasarkan Makna .............................................................. 39
7. Teori Pemerolehan Bahasa ................................................................ 42
8. Perkembanagan Sosial dan Komunikasi ........................................... 46
9. Pemerolehan Bidang Sintaksis .......................................................... 46
10. Cara Anak Menguasai Makna Kata ................................................... 48
11. Studi Kasus ........................................................................................ 48
C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 51
B. Data dan Sumber Data ............................................................................. 52
C. Metode dan Teknik Penelitian Pengumpulan Data ................................... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 52
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 53
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 53
G. Trianggulasi .............................................................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 55
B. Analisis Data Peneliti ............................................................................... 56
1. Analisis Data Berdasarkan Bentuk Kalimat ....................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Analisis Data Berdasarkan Makna Kalimat ........................................ 76
C. Pembahasan ............................................................................................. 89
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................. 95
B. Implikasi ................................................................................................... 97
C. Saran ......................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 99
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR BAGAN
2.2 Kerangka Berpikir ………………………………………………………… 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
LAMPIRAN
Halaman Lampiran .......................................................................................... 121
Lampiran 1 Surat Triangulator ........................................................................ 122
Lampiran 2 Analisis Data ................................................................................ 123
a. Analisis data dari segi jumlah klausa ....................................... 124
b. Analisis data dari segi kelengkapan unsur ............................... 150
c. Analiss data dari segi susunan subjek dan predikat ................ 162
d. Analisis data dari segi makana ................................................. 175
Lampiran 3 Foto subjek .................................................................................. 185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab satu dalam skripsi ini yaitu pendahuluan berisi paparan mengenai: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
istilah, dan sistematika penyajian. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia tidak lepas dari komunikasi, karena komunikasi sangatlah penting untuk
saling berinteraksi satu orang dengan yang lain. Sarana untuk berkomunikasi yaitu
bahasa. Bahasa merupakan alat untuk memperlancar komunikasi supaya tidak terjadi
kesalahan dalam menanggapi arti dari tuturan orang lain. Bahasa menurut
Kridalaksana (dalam Chaer 2003: 32), bahasa merupakan sistem lambang yang
arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Bahasa dapat digunakan untuk
menyampaikan ide gagasan yang dimiliki oleh penutur untuk menyampaikan suatu
infrormasi kepada mitra tutur. Bayi yang sejak dalam kandungan sudah mendapatkan
informasi yang dirangsang oleh ibunya, sehingga anak melakukan proses yang
disebut pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau
akuisisi bahasa menurut Dardjowidjodjo (2003:225) menyatakan bahwa pemerolehan
bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural
waktu dia belajar bahasa ibunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pada usia perkembangan anak, bahasa yang diperolehnya tidak hanya
menyampaikan keinginan untuk meminta sesuatu, namun juga untuk menyampaikan
informasi. Sebelum anak melakukan komunikasi yang akan disampaikan maka anak
terlebih dahulu memperhatikan atau menirukan kalimat yang ujarkan oleh orang tua
atau orang lain. Kata-kata yang diujarkan oleh orang tua atau orang lain dihubungkan
dengan kegiatan, proses, benda yang disaksikan. Ini berarti bahwa anak-anak
menghubungkan hal yang ia dengar melalui proses pemikirannya. (Pateda, 1990:63).
Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya, biasanya untuk menyampaikan
keinginan kepada orang tua atau orang yang sering dengannya. Hal ini peran orang
tua yang sangat penting, karena orang tua yang selalu mengajarkan cara berbahasa
yang baik sesuai dengan tingkatan usia, dengan begitu anak akan memperhatikan dan
menirukan apa yang sudah diperolehnya sehingga dapat menyampaikan
keinginannya. Bahasa pertama anak cenderung kepada bahasa tempat anak tinggal
yang dikenal dengan bahasa ibu. Pemerolehan bahasa pada anak dimulai pada umur
0-5 tahun. Anak membutuhkan perhatian dan bimbingan dari orang tua dan
lingkungan sekitar untuk membantu kelancaran berbahasa anak yang baik. Pada
umumnya anak usia 3 tahun sudah mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang di
dalamnya memiliki unsur subjek dan predikat. Ketika anak berkomunikasi pasti
memiliki bentuk dan makna kalimat yang mana bentuk kalimat menyangkut dengan
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dibagi menjadi Predikat Frasa
Nominal, adjectival, verbal, preposisional. Sedangkan makna kalimat menyangkut
berita, perintah, tanya, seru, dan Emfatik. Dengan adanya bentuk kalimat dan makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kalimat, maka anak akan dengan jelas berkomunikasi untuk menyampaikan hal yang
diinginkan. Pada saat mempelajari bahasa anak kita banyak mendapatkan hal
bagaimana anak belajar berbicara, mengerti dan menggunakan bahasanya. Agar
seorang anak dapat berbahasa dengan baik, harus didukung dengan pengetahuan
kosakata dan struktur bahasa yang benar. Karena kosakata merupakan unsur yang
paling penting dan dianggap sebagai penanda kemampuan berbahasa anak, ketika
anak sudah banyak memproduksi kosakata berarti anak tersebut sudah dikatakan
mampu dalam pemerolehan bahasa.
Pada usia 3-4 merupakan usia saat seorang anak memperoleh bahasa khususnya
kosakata dengan sangat pesat. Pada usia tersebut anak-anak telah mendapatkan
pendidikan di tingkat kelompok bermain atau play group. Hal tersebut memegang
pengaruh berbahasa pada anak-anak, sebab ketika mendapatkan pendidikan di
sekolah anak-anak akan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini berbeda
dengan usia di bawahnya, bahasa yang digunakan masih terpengaruh bahasa sang ibu
karena pengaruh interaksi lingkungan keluarga. Pendidikan pada anak-anak usia 3-4
tahun difungsikan untuk mendidik anak agar dapat berinteraksi dengan orang lain.
Pendidikan kelompok bermain atau play group sifatnya hanya menolong anak untuk
siap memasuki pendidikan dasar (Chaer, 2009:237).
Penelitian mengenai pemerolehan bahasa dilakukan karena ketika peneliti
melihat hal yang relevan di lingkungan masyarakat khususnya pada anak usia 3
tahun. Peneliti melihat bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam proses anak
melakukan komunikasi, karena pada usia 3 tahun ke atas anak sangat rentan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menirukan ucapan-ucapan yang ia dengar dari orang lain atau teman sebayanya.
Peneliti juga melihat pada anak usia 3 tahun yang suduh cakap dalam menyampaikan
keinginannya dengan menggunakan bentuk kalimat secara baik. Mengenai penelitian
pemerolehan bahasa anak memang menarik dan sangat penting untuk diteliti, karena
dengan bentuk kalimat dan makna kalimat mempunyai kekhasan saat diucapkan oleh
anak itu sendri. Dengan penelitian ini dapat diketahui anak usia 3 tahun ke atas sudah
bisa menyampaikan komunikasi dengan bentuk kalimat dan makna kalimat dengan
baik atau belum karena pada dasarnya anak usia 3 tahun ke atas sudah mampu
menggunakan bentuk kalimat dan makna kalimat secara baik.
Penelitian mengenai kajian bentuk kalimat dan makna kalimat pada anak usia 3
tahun studi kasus pada Inosensia Verlinita Sekar Pelangi, peneliti mempunyai
harapan yaitu supaya mengetahui perkembangan berkomunikasi anak terutama pada
bentuk kalimat dan makna kalimat anak pada usia 3 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pemerolehan bentuk kalimat pada Inosensia, anak usia 3
tahun?
2. Bagaimanakah pemerolehan makna kalimat pada Inosensia, anak usia 3
tahun?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, tujuan yang
ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Mendeskripsikan pemerolehan bentuk kalimat pada Inosensia, anak usia 3
tahun.
2. Mendeskripsikan pemerolehan makna kalimat pada Inosensia, anak usia 3
tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat guna memperkaya penelitian
bahasa dalam bidang psikolinguistik dan sintaksis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para penutur dalam lingkup
keluarga untuk mempertimbangkan pemerolehan bahasa anak. Dan sebagai
masukan bagi orang tua agar lebih memperhatikan tumbuh kembang anak
terutama dalam proses pemerolehan bahasa anak
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan supaya mengetahui keadaan yang relevan
dalam pemerolehan bahasa pada anak khusunya bentuk kalimat dan fungsi
komunikatif dan dapat menambah pengalaman dalam meneliti bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa istilah. Istilah-istilah
tersebut dibatasi pengertiannya supaya penelitian ini lebih terarah. Batasan istilah
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pemerolehan bahasa anak
Pemerolehan bahasa anak adalah suatu proses penguasaan bahasa yang
dialami oleh anak.
2. Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun naik. (Ramlan, 1981:12).
Menurut Tata Bahasa Baku (1988:254) “Kalimat adalah bagian terkecil
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan”.
3. Bentuk kalimat
Bentuk kalimat adalah wujud kalimat yang dituturkan oleh anak dalam
berbahasa.
bentuk kalimat menurut kamus linguistik adalah penampakan atau rupa
satuan bahasa.
4. Makna kalimat adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata,
jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika
suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya. Peristiwa atau
keadaan tertentu maka ia tidak bisa memperoleh makna dari kata itu
(Tjiptadi, 1984:19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Makna kalimat adalah hubungan dalam arti kesepadanan, atau
ketidaksepadanan antara ujaran dan semua hal yang ditunjukannya
(Kamus Linguistik, 1982:103).
5. Psikolinguistik
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempergunakan bahasa sebagai objek
studi.
6. Sintaksis menurut Kridalaksana (1983:154) adalah pengaturan dan
hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih
besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.
7. Pemerolehan bahasa anak
Perkembangan bahasa anak adalah proses pemerolehan bahasa yang
dialami anak-anak sejak lahir sampai kira-kira menjelang usia sekolah
(Abdul Chaer, 2003: 221).
8. Studi kasus
Sussilo Rahardjo dan Gudnanto (2011:250) Studi kasus adalah suatu
metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan
komperhensif agar diperoleh pemahaman yang yang mendalam tentang
individu tersebut tentang masalah yang dihadapinnya dengan tujuan
masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan
yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian.
Bab II merupakan bagian tinjauan pustaka yang digunakan untuk
menganalisis masalah-masalah yang diteliti, yaitu pemerolehan bahasa anak pada usia
3 tahun, tentang penelitian yang relevan dan landasan teori.
Bab III adalah bagian metodologi penelitian yang berisi tentang metode
penelitian. Dalam bab tiga akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian,
(3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrument penelitian, (5) metode dan
teknik analisis data, (6) keabsahan data.
Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan
hasil penelitian.
Bab V merupakan bagian kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian
selanjutnya berkaitan dengan penelitian pemerolehan bahasa anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab dua dalam skripsi ini berisi paparan mengenai: penelitan yang relevan,
landasan teori dan kerangka berpikir. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut.
2.1 Penelitian Relevan
Ada dua penelitian yang menurut peneliti relevan dengan penelitian ini,
penelitian tersebut diteliti oleh Anastasia Desmana Wardhani (2008) mahasiswa PBSI
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini mengenai Pemerolehan
sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama. Subjek dari penelitiannya adalah
anak yang bernama Raka, berusia dua tahun. Penelitian ini ditulis dalam skripsi yang
berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus
Raka Anak Usia Dua Tahun. Anastasia (2008) memaparkan pemerolehan sintaksis
yang dihasilkan oleh Raka. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa Raka sudah
menghasilkan kalimat berdasarkan makna yang terdiri dari kalimat deklaratif (326
tuturan), kalimat imperatif (84 tuturan), kalimat interogatif (43 tuturan), dan kalimat
eksklamatif (8 tuturan), jadi total kalimat berdasarkan makna yaitu 461 tuturan.
Sedangkan kalimat berdasarkan bentuk yang terdiri dari jumlah klausa (132 tuturan),
kelengkapan unsur (461 tuturan), dan susunan subjek dan predikat (132 tuturan), jadi
total tuturan berdasarkan bentuk yaitu 461 tuturan. Perbedaan dengan peneliti yaitu
peneliti menemukan kalimat majemuk pada Inosensia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Penelitian yang dilakukan oleh Ada (2003) mengenai pemerolehan morfologi
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek dari penelitiannya adalah anak yang
bernama Ngaisia yang berusia tiga tahun. Penelitian ini ditulis dalam skripsi yang
berjudul Pemerolehan Morfologi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus
Ngaisia. Anak Usia Tiga Tahun. Ada (2003) memaparkan pemerolehan morfologi
yang dihasilkan oleh Ngaisia. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa Ngaisia
sudah menguasai bentuk afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Dalam hal ini orang tua
Ngaisia mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa anaknya.
Perbedaan dengan peneliti yaitu peneliti menganalisis pemerolehan sintaksi dilihat
dari bentuk dan makna kalimat.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hakikat
pemerolehan bahasa anak, pengertian kalimat, pembagian kalimat, dan teori
pemerolehan bahasa anak.
2.2.1 Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak
Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut
Maksan (1993:20) adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh
seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal. Lyons (1981:252) menyatakan
suatu bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan
pengetahuan bahasa pada penutur bahasa disebut pemerolehan bahasa. Artinya,
seorang penutur bahasa yang dipakainya tanpa terlebih dahulu mempelajari bahasa
tersebut. Dardjowidjodjo (2003:225) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural waktu dia belajar
bahasa ibunya. Strok dan Widdowson (1974:134) menungkapkan bahawa
pemerolehan bahasa dan akuisisi bahasa adalah suatu proses anak-anak mencapai
kelancaran dalam bahasa ibunya. Huda (1987:1) menyatakan bahwa pemerolehan
bahasa adalah proses alami di dalam diri seseorang menguasai bahasa. Pemerolehan
bahasa biasanya didapatkan hasil kontak verbal dengan penutur asli lingkungan
bahasa itu. Dengan demikian, istilah pemerolehan bahasa mengacu pada penguasaan
bahasa secara tidak disadari dan tidak terpengaruh oleh pengajaran bahasa tentang
sistem kaidah dalam bahasa yang dipelajari. Chaer (2009) menyatakan pemerolehan
bahasa atau akuisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang
kanak-kanak ketika ia memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibunya.
Jadi pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa mempunyai suatu permulaan yang tiba-tiba, tanpa disadari.
Kebebasan bahasa mulai sekitar usia satu tahun disaat anak mulai menggunakan kata-
kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk mencapai aneka tujuan
sosial mereka. Pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan gradual yang muncul
dari masyarakat melalui proses yang panjang. Artinya, proses peniruan terjadi kepada
siapa saja, di mana saja dan kapan saja. (McGraw, 1987:570). Pemerolehan bahasa
berbeda dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-
proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Pada pemerolehan bahasa anak peneliti
akan meneliti bentuk kalimat dan fungsi bahasa yang dituturkan oleh informan.
Berkaitan dengan pemerolehan bahasa, setidaknya anak-anak memperoleh
dan mempelajari paling sedikit satu bahasa, kecuali anak-anak yang secara fisik
mengalami gangguan atau cacat. Menurut para ahli anak akan mencapai tingkat
penguasaan bahasa orang dewasa dalam waktu kurang lebih 25 tahun. Selanjutnya,
anak selalu berusaha menyempurnakan pemerolehannya dengan menambah
penguasaan kosakata, mempertajam pemahaman akan tata bahasa, dan hal-hal lain
yang menyangkut seluk beluk bahasa ini.
Tahap-tahap perkembangan anak secara kronologis oleh Mackey (1965) sebagai
berikut.
1. Tahap 1, umur 3 bulan
Anak mulai mengenal suara manusia ingatan yang sederhana mungkin
sudah ada, tetapi belum tampak. Segala sesuatu masih terkait dengan apa yang
dilihatnya. Koordinasi anatara pengertian dan apa yang diucapkannya belum
jelas. Anak mulai tersenyum dan mulai membuat suara-suara yang belum teratur.
2. Tahap 2, umur 6 bulan
Anak sudah bisa mulai membedakan antar nada yang “halus” dan nada
yang “kasar”. Dia mulai membuat vokal seperti “aEE. aEE..aEEaEE”
3. Tahap 3, umur 9 bulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Anak mulai bereaksi terhadap isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-
macam suara dan tidak jarang kita bisa mendengar kombinasi suara yang
menurut orang dewasa suara yang aneh.
4. Tahap 4, umur 12 bulan
Anak mulai membuat reaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan
suara-suara dan bisa diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya
untuk mendapatkannya sesuatu.
5. Tahap 5, umur 18 bulan
Anak mulai mengikuti petunjuk. Kosakatanya sudah mencapai dua puluhan.
Dalam tahap ini komunikasi dengan menggunakan bahasa sudah mulai tampak.
Kalimat dengan satu kata sudah digantinya dengan kalimat dua kata.
6. Tahap 6,
Umur 2-3 tahun(baik yang pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa
ratus. Anak sudah bissa mengutarakannya isi hatinya dengan kalimat sederhana.
7. Tahap 7, umur 4-5 tahun
Pemahaman anak semakin mantap, walaupun masih sering bingung dalam
hal yang menyangkut waktu (konsep waktu belum bisa dipahaminnya dengan
jelas). Kosakata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah
makin banyak jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimay-kalimat
yang agak rumit mulai digunakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
8. Tahap 8, umur 6-8 tahun
Tidak ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang
dewasa sehari-hari. Mulai belajar membaca dan aktivitas ini dengan sendirinya
menambah perbendaharaan katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat
yang agak rumit dan BI pada dasarnya sudah dikuasainya sebagai alat untuk
berkomunikasi
Tahap-tahap perkembangan bahasa anak menurut buku bidang
pengembangan kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006) tahap perkembangan anak dibagi
ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Tahap-tahap
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahap Linguistik (Masa Meraban)
Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang dialami
oleh anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi menjadi dua bagian
yaitu.
a. Tahap meraba pertama
Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian
kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.
b. Tahap meraba kedua
Usia 6-12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam
ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh ,
celotehnya berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan. Seperti /ba ba
ba, dad a da.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada
tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap
linguistik terbagi menjadi empat tahapanan yaitu,
a. Tahap Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan satu kata. Pada periode ini
disebut holofrase, karena anak-anak menyatakan makana keseluruhan frase
atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkan itu.
b. Tahap ucapan dua kata
Berlangsung sewaktu anak usia 1,5-2 tahun. Tahap ini memasuki tahap
pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat.
Tuturannya mulai bersifat telegrafik artinya apa yang dituturkan anak
hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat dan kata
kerja.
c. Tahap pengembangan tata bahasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh
anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah
mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu
menyusun kalimat yang lebih rumit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.2 Pengertian Kalimat
Menurut Tata Bahasa Baku (2014:317) “Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh”.
Ramlan (1981:12) mengungkapkan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun naik. Menurut
Kridalaksana (2001) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa, klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi
yang merupakan gabungan klausa atau satu klausa, yang membentuk satuan bebas,
jawaban minimal, seruan dan salam. Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008:54)
kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi
final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai kalimat, maka dapat disimpulkan
bahwa kalimat dapat dipahami sebagai satuan kebahasaan yang secara relatif dapat
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir, dan terdiri dari klausa atau mungkin
beberapa klausa.
Jadi, sedikitnya terdapat 4 unsur yang perlu diperhatikan untuk menyebut
sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia, yakni bahwa (a) kalimat merupakan satuan
kebahasaan tertentu, (b) kalimat memiliki ciri dapat berdiri sendri dan memiliki
makna yang utuh, (c) kalimat memiliki intonasi akhir, baik yang mendatar, menarik,
maupun menurun, dan (d) kalimat memiliki klausa. Selanjutnya bilamna dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dimensi fungsinya, kalimat terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan.
2.2.3 Unsur-unsur kalimat
Kalimat dalam bahasa Indonesia tersiri atas dua buah unsur pokok, yakni
unsur subjek dan usnur predikat. Dalam konstruksi kalimat yang lengkap, kedua
unsur yang pokok itu masih dilengkapi lagi dengan objek, komplemen atau
pelengkap, dan keterangan. Jadi kalimat yang benar-benar dikonstruksi secara
lengkap sesunguhnya dapat memiliki lima unsur, yakni subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Pada umumnya. Dalam praktik berbahasa pada ragam
ilmiah, tidak semua unsur kebahasaan itu hadir simultan, hal ini bahwa kalimat
memilki dua unsur yang sangat pokok, yakni unsur subjek dan predikat. (dalam
Rahardi, 2009).
Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur kalimat.
1. Subjek
Unsur pembentuk kalimat yang harus disebut pertama disini adalah subjek.
Dalam kalimat, subjek tidak selalu terdapat di depan predikat. Ada beberapa cara
yang yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan subjek kalimat.
a. Mempergunakan pertanyaan [siapa+ yang+ predikat] untuk subjek orang,
mempergunakan pertanyaan [apa + yang + predikat] untuk subjek yang
bukan orang. Perhatikan kalimat berikut ini.
(1) Adik sedang belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Dengan menerapkan formula di atas, maka lalu pertanyaanya adalah
‘siapa yang sedang belajar?’ jawabannya tentu adalah ‘Adik’. Jadi
subjek kalimat di atas adalah ‘Adik’.
(2) Atas perhatian bapak kami ucapkan terima kasih.
Pada kalimat di atas, subjek kalimatnya pasti adalah ‘terima kasih’.
Alasannya, predikatnya adalah ‘kami ucapkan’. Maka rumusan
pertanyaan untuk mengidentifikasi subjeknya adalah ‘Apa yang kami
ucapkan atas perhatian bapak?’ jawabannyya adalah ‘terima kasih’. Jadi
‘terima kasih adalah subjek dari kalimat itu.
b. Subjek kalimat dalam bahasa Indonesia lazimnya bersifat takrif atau bersifat
pasti (definitie). Penanda ketakrifan atau kepastian itu adalah digunakan kata
‘itu’ atau ‘ini’ dibelakang unsur subjek. Perhatikan contoh berikut.
(3) Puisi Vendi itu sangat bagus.
Jelas sekali bahwa unsur ‘ puisi Vendi itu’adalah subjek dari kalimat (4)
tersebut. Kehadiran kata itu dibelakang pusi Vendi menjadikan unsur
kebahasaan itu bersifat takrif atau pasti.
(4) Mencermati persoalan yang sulit itu, saya menjadi bingung kembali.
Bentuk ‘itu’ yang ditempatkan di belakang karangan subjek, yakni
‘persoalan yang sulit’, juga akan menajdikan frasa itu secara keseluruhan
berubah mejadi subjek kalimat.
c. Sebuah subjek dalam kalimat adalah kemungkinan hadirnya kata ‘bahwa’
pada awal kalimat. Jadi bukan ‘bahwa’ yang hadir disembarang tempat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kalimat itu. lazimnya, subjek kalimat yang diawali dengan ‘bahwa’
merupakan klausa nomina, yang difungsikan untuk mengisi unsur subjek
pada kalimat tersebut. Perhatikan kalimat berikut ini.
(5) Bahwa persoalan itu tidak mudah, telah diketahui oleh para mahasiswa
sebelumnya.
Subjek kalimat di atas adalah ‘bahwa persoalan itu tidak mudah’.
Demikian pula apabila unsur-unsur yang diawali dengan ‘bahwa’ it
terletak dibelakang predikat seperti pada kalimat berikut.
d. Ciri lain dari subjek kalimat adalah bahwa entitas kebahasaan itu
dimungkinkan memiliki pewatas ‘yang’. Dengan kehadiran pewatas ‘yang’
itu, subjek kalimat yang semula hanya berupa kata, lalu berubah menjadi
frasa. Perhatikanlah kalimat berikut ini.
(6) Anak yang nakal itu menangis tidak henti-hentinya dari tadi.
Bentuk kebahasaan yang berbunyi ‘anak yang nakal itu’ adalah subjek
dari kalimat di atas.
e. Ciri yang terkahir yang juga sangat penting bahwa subjek kalimat tidak
pernah didahului preposisi atau kata depan. Kehadiran kata depan atau
preposisi di depan unsur subjek kalimat akan menjadikan subjek kalimat
menjadi tidak jelas dan kabur. Adapun contoh-contoh preposisi yang lazim
ditempatkan secara salah di depan subjek itu adalah sebagai berikut:
‘dalam’, ‘pada’, ‘kepada’, ‘di’, ‘ke’, ‘dari’. Maka, jangan pernah bentuk-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bentuk kebahasaan seperti di atas itu ditempatkan di depan subjek kalimat.
Perhatikan contoh berikut ini.
(7) Kepada para mahasiswa yang belum melunasi pembayaran, diperlukan
keluar ruangan.
Bentuk ‘kepada para mahasiswa yang belum melunasi pembayaran’,
yang sedianya diformulasikan sebagai subjek pada kalimat itu,
merupakan bentuk kebahasaan yang keliru dalam kalimat itu. sebuah
subjek kalimat yang benar, tidak pernah dapat dimungkinkan diawali atau
didahului preposisi atau kata depan. Maka, kalimat di atas seharusnya
berbunyi seperti berikut ini,
(7a)Para mahasiswa yang belum melunasi pembayaran dipersilahkan
keluar ruangan.
2. Predikat
Predikat memiliki karakter yang tidak sama dengan subjek. Akan tetapi kejatian
sebuah subjek menjadi jelas juga karena ada subjek kalimatnya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sesungguhnya subjek dan predikat kalimat itu sama-sama
menjadi unsur pokok dalam kalimat. Cara yang paling mudah untuk
mengidentifikasi predikat kalimat adalah sebagai berikut.
a. Mengajukan pertanyaan ‘mengapa atau bagaimana’.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
(8) Vendi menangis tersedu-sedu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Predikat kalinat itu dipastikan ‘menangis tersedu-sedu’ karena unsur itu
memberikn jawaban atas pertanyaan ‘bagaimana Vendi?’ atau ‘mengapa
Vendi?’ jadi predikatnya adalah ‘menangis tersedu-sedu’.
(9) Julian sedang membuat buku.
Pertanyaan dengan kata tanya ‘mengapa’ untuk mengetahui predikat
kalimat yakni ‘Mengapa Julian’ jawabannya adalah ‘sedang membuat
buku’.
b. Ciri kedua yaitu bahwa entitas kalimat itu dapat berupa kata ‘adalah’ atau
‘ialah’ disebut sebagai kalimat nominal. Perhatikan contoh kalimat berikut
ini.
(10) Jumlah informan yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah
lima puluh orang.
Dalam kalimat (10), predikat ‘adalah’ digunakan untuk
menghubungkan pelengkap atau komplemen, yakni ‘lima puluh orang’
dengan subjek kalimat, yakni ‘jumlah informan yang akan digunakan di
dalam penelitian itu’.
c. Ciri ketiga yaitu penegasan untuk predikat yang berupa verba dan adjektiva
dilakukan dengan kata ‘tidak’. Adapun untuk predikat yang tidak berupa
verba atau adjektiva, penegasian itu dilakukan dengan menggunakan kata
‘bukan’. Sebagai contoh perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(11) Anak-anak itu cerdas.
(12) Anak yang cantik itu bukan mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dalam kalimat (11), kelihatan dengan jelas bahwa adjektiva ‘cerdas’
merupakan predikat kalimat itu dan dapat dinegasikan dengan kalimat
‘tidak’. Adapun kalimat (12), nomina ‘mahasiswa’ dinegasikan dengan
kata ‘bukan’.
d. Ciri keempat yaitu unsur kebahasaan itu didampingi oleh kata-kata yang
berkaitan dengan masalah aspek dan modalitas. Adapun kata-kata yang
berkaitan dengan aspek di dalam linguistik itu diantaranya adalah: ‘telah’,
‘belum’,’akan’, ‘sedang’. Adapun kata-kata yang merupakan modalitas itu
diantaranya adalah: ‘ingin’, ‘hendak’, ‘mau’. Perhatikan contoh kalimat
berikut ini.
(13) Desa yang dulu terbelakang ini sekarang sudah sangat maju.
(14) Katak pun ingin ikut bersuara.
Jadi, kata ‘sudah’ pada kalimat (13) merupakan aspek. Letakanya persis
di depan adjektiva, yakni adjektiva ‘maju’. Adapun pada kalimat (14)
kata ‘ingin’ merupakan modalitas berada di belakang nomina bernyawa
yang menjadi subjek kalimat itu.
3. Objek
Unsur kalimat yang disebut objek itu dapat dipertentangkan dengan subjek
kalimat. Berikut ini ciri-ciri objek kalimat.
a. Objek kalimat wajib hadir pada kalimat berpredikat verba aktif. Verba aktif
tersebut lazimnya adalah verba yang berawalan [me-]. Jadi, objek hanya
boleh hadir pada kalimat berpredikat aktif transitif. Kebahasaan itu tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mungkin hadir pada kalimat berpredikat verba pasif [di-], [ber-], atau [ke-
an]. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
(15) Vendi mengambar orang-oragan
(16) Julian meraih hadiah utama BRI.
Dalam kalimat (15) dan (16) di atas, ‘orang-orangan’ dan ‘hadiah
utama’ merupakan objek verba berawalan [me-], yakni ‘mengambar’
dan ‘meraih’. Kalimat dengan predikat verba demikian ini disebut
kalimat aktif transitif. Jadi objek wajib hadir pada kalimat dengan verba
yang bersifat akttif transitif.
Akan tetapi, objek sama sekali tidak bisa dihadirkan pada verba
berawalan [di-], [ber-], dan berkonfiks [ke-an] seperti contoh di bawah
ini.
(17) Vendi dilahirkan di Yogyakarta.
Verba ‘dilahirkan’ pada kalimat (17) tidak diikuti objek, melainkan
diikuti keterangan.
b. Ciri kedua objek kalimat yaitu entitas kebahasaan itu tidak pernah didahului
preposisi atau kata depan. Berikut ini contoh kalimat.
(18) Reni menulis buku itu.
unsur ‘buku itu’ pada kalimat (18) merupakan objek kalimat itu. antara
predikat ‘menulis’ dan objek ‘buku itu’ sama sekali tidak ditemukan
preposisi yang menyisipnya.
(19) Reni menulis dalam buku itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kalimat (19) berterima dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, jangan
pernah memakasakan bahwa unsur objek dapat hadir pada kalimat itu.
dengan kehadiran kata depan ‘dalam’ di depan objek kalimat ‘buku itu’
maka jadilah unsur itu keterangan bukan objek.
4. Pelengkap
Dalam sebuah kalimat, dimungkinkan hadir pelengkap atau komplemen. Dalam
banyak hal, objek dan pelengkap memiliki kesamaan. Pelengkap mempunyai
kedudukan dibelakang predikat, tidak pernah diawali preposisi atau kata depan, dan
juga bersifat waajib hadir untukm melengkapi kalimat. Pelengkap harus hadir
apabila predikatnya berupa verba aktif intrasitif.
Perbedaan mendasar antara objek dan pelengkap adalah bahwa pelengkap tidak
pernah dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Bilamana terdapat objek dan
pelengkap di belakang predikat dalam kalimat aktif, unsur objek itulah yang akan
berubah menjadi subjek kalimat pasif. Jadi, itulah satu-satunya perbedaan mendasar
antara objek kalimat dan pelengkap atau komplemen. Perhatikan contoh kalimat
berikut ini.
(20) Jualian memberi Vendi buku bekas.
(21) Reni membelikan Julian computer baru.
Dalam kalimat (20), ‘buku bekas’ adalah pelengkap atau komplemen.
Adapun objeknya adalah Vendi. Demikian pula pada kalimat (21) yang
menjadi unsur komplemen itu adalah ‘komputer baru’. Kedua unsur
tersebut tidak mungkin dijadikan subjek pada kalimat pasif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
5. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang sifatnya tidak wajib hadir. Berrbeda
dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap yang sifatnya wajib hadir. Adapun
tugas dari unsur keterangan dalam kalimat adalah memberikan informasi lebih
lanjut tentang sesuatu yang terdapat di dalam kalimat itu. seperti informasi
mengenai waktu, tempat, cara, sebab, tujuan, dan seterusnya.
Keterangan di dalam kalimat dapat berupa frasa, yang ditandai oelh kehadiran
kata depan seperti: ‘di’, ‘pada’, ‘di’, ‘ke’, ‘dari’, ‘kepada’, ‘oleh’, ‘untuk’. Salah
satu ciri dari unsur keterangan, bahwa keterangan itu kehadirannya tidak terikat
posisi. Lazimnya keterangan itu menempati bagian awal dan akhir kalimat.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
(22) Sekarang, Vendi sudah dapat mengahsilkan buku.
(23) Vendi sudah dapat menhasilkan buku sekarang.
2.2.4 Klasifikasi Kalimat
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2014:318— 330)
Kalimat dapat dibagi menurut bentuk, dan maknanya (nilai komuikatif). Bentuk
kalimat adalah wujud kalimat yang dituturkan oleh anak dalam berbahasa secara
natural. Sedangkan bentuk kalimat menurut kamus linguistik adalah penampakan atau
rupa satuan bahasa. Makna kalimat adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu
kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu
kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya. Peristiwa atau keadaan tertentu maka
ia tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19). Makna kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
adalah hubungan dalam arti kesepadanan, atau ketidaksepadanan antara ujaran dan
semua hal yang ditunjukannya (Kamus Linguistik, 1982:103). Dalam Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1988:267—305) dibedakan dari segi bentuk dan makna
selain itu dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (2003) dibedakan
dari kelengkapan unsur dan susunan subjek dan predikat. Berikut adalah penjelasan
dari jenis-jenis kalimat.
2.2.5 Kalimat berdasarkan bentuk
Menurut Tata Bahasa Baku (2014:318) dilihat dari segi bentuknya kalimat
dibagi menjadi tiga kelompok yakni berdasarkan jumlah klausa (kalimat tunggal dan
kalimat majemuk), berdasarkan kelengkapan unsur (kalimat lengkap dan kalimat
tidak leengkap), berdasarkan susunan subjek dan predikat (kalimat versi dan kalimat
inversi). Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kalimat berdasarkan bentuknya
Menurut jumlah klausa kalimat dibagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Berdasarkan macam predikatnya kalimat tunggal dapat dibagi lagi menjadi
kalimat yang berpredikat nomina atau frasa nominal, ajektiva atau frasa adjektival,
verba atau frasa verbal, frasa lain seperti sepuluh, hujan dan sebagainya frasa
preposisisonal. Kalimat majemuk juga dapat dibagi menjadi kelompok yang lebih
kecil, yakni kalimat majemuk setara dan kalimat bertingkat. Dari segi maknanya
(nilai komunikatif) kalimat terbagi menjadi lima yaitu kalimat berita, perintah, tanya,
seru, dan emfatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1. Kalimat berdasarkan jumlah klausa
Tata Bahasa Baku (1988:267) Dilihat dari segi bentuknya kalimat dibagi
menjadi dua kelompok yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berikut
pemaparan dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Menurut Tata Bahasa Baku (1988:256) kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu satu kesatuan bagian inti maupun bukan inti. Kalimat yang terdiri atas
satu klausa, kalimat yang terdiri atas satu unsur S dan P sebagai konstituennya
(Putrayasa, Bagus 2012). Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:56) kalimat tunggal
adalah kalimat yang mempunyai satu subjek dan satu predikat. Dengan demikian,
semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan tetapi, tidak semua kalimat tunggal
merupakan kalimat dasar. Muslich (2015:130) kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa (satu subyek, satu predikat) dengan atau tanpa konstituen
bukan inti. Berdasarkan pengertian para ahhli mengenai kalimat tunggal, maka
kesimpulan dari kalimat tunggal yaitu kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat,
selain itu kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek yang hanya terdiri
atas subjek dan predikat saja, namun juga dapat hadirnya unsur manasuka seperti
objek, pelengkap, dan keterangan.
Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58) dalam bahasa Indonesia terdapat
enam pola dasar kalimat tunggal, pola yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Subjek (KB) + Predikat (KK) : Pakar Politik berdiskusi.
2. Subjek (KB) + Predikat (KK) + Objek (KB) : Mahasiswa mengikuti Ujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Subjek (KB) + Predikat (KK) + Objek (KB) + Pelengkap (KB) : Dosen
membawakan saya buku Biologi.
4. Subjek (KB) + Predikat (KS) : Harga kertas mahal.
5. Subjek (KB) + Predikat (K.Bil) : Komputernya dua buah.
6. Subjek (KB) + Predikat (KB) : Temanku guru SMA 1.
Pola 1 adalah pola kalimat yang hanya mengandung unsur subjek nomina
(Pakar Politik) dan unsur predikat verba (berdiskusi). Contoh lain adalah sebagai
berikut.
1. Kami Berjuang.
S P
2. Ayah akan berangkat.
S P
3. Kejahatan tersebut dapat diantisipasi.
S P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (mahasiswa),
berpredikatkan verba (mengikuti), dan berobjekan nomina (ujian). Contoh lain
sebagai berikut.
4. Kami mencairkan dana.
S P O
5. Pemerintah menyebarluaskan foto pelaku penjarahan.
S P O
6. Komputer dapat mengolah berbagai jenis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
S P O
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (dosen), berpredikatkan
verba (membawakan), berobjek nomina (saya), dan berpelengkap nomina (buku
biologi). Berikut contoh lain kalimat yang mengikuti pola 3.
7. Surat kabar memberikan saya kepintaran.
S P O Pel
8. Beberapa orang mengabari saya berita penculikan.
S P O Pel
Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (harga kertas) dan yang
berpredikatkan adjektiva (mahal). Pola seperti itu dapat dilihat pada kalimat berikut.
9. Suku bunga bank sangat tinggi.
S P
10. Susunan ruang belajar Anda tidak rapi.
S P
Pola 5 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (komputernya) dan yang
berpredikatnya numeralia (dua buah). Kalimat berikut berpola seperti itu.
11. Panjang mobil itu empat meter.
S P
12. Persoalan yang dihadapi pemerintah banyak sekali.
S P
Pola 6 adalah pola kalimat yang bersubjekan nomina (temanku) dan yang
berpredikatkan nomina (guru SMA 1) . Berikut adalah contoh lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
13. Chairil Anwar pelopor Angkatan 45.
S P
14. Penyusunan rumus besaran sudut itu seorang peneliti.
S P
a. Kalimat Berpredikat Nominal
Kalimat berpredikat nominal adalah kalimat yang predikatnya kata benda atau
frasa benda. Dalam bahasa Indonesia ada jenis kalimat yang predikatnya terdiri atas
nomina (termasuk pronominal) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua nomina
atau frasa nominal yang disejajarkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk
subyek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu penting karena jika
tidak dipenuhi, nomina tadi tidak akan membentuk kalimat (Arifin dan Junaiyah,
2009:56).
Jika kalimat dengan predikat nominal diselipi adalah, verba itu berfungsi
sebagai predikat, sedangkan nominal atau frasa nominal yang mengikutinya menjadi
pelengkap. Dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari, kata adalah dapat disulih
dengan kata ialah atau merupakan. Kendala pemakian ialah adalah bahwa kata itu
tidak dapat mengawali kalimat.
b. Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektival
Kalimat berpredikat adjektival adalah kalimat yang predikatnya kata sifat atau
frasa sifat. (Putrayasa, 2012:16). Predikat kalimat bahasa Indonesia dapat pula
berupa adjektiva atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut.
15. Ayahnya sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
16. Pernyataan orang itu benar.
17. Alasan pengunjuk rasa agak aneh.
Pada ketiga contoh tersebut, tiap-tiap subyek kalimatnya adalah ayahnya,
pernyataan orang itu,dan agak aneh. Kalimat yang predikatnya adjektiva sering juga
dinamakan kalimat statif. Kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah
untuk memisahkan subjek dan predikatnya. Hal itu dilakukan apabila subjek,
predikat, atau kedua-duanya panjang.
c. Kalimat Tunggal Berpredikat Verbal
Kalimat berpredikat verbal adalah kalimat yang predikatya verba (kata kerja).
Seperti kita ketahui, bahwa ada bermacam-macam verba yang tiap-tiap verba
mempengaruhi jenis-jenis yang menggunakannya. Berdasarkan penggolongan verba
itu, kalimat yang berpredikat verbal dibagi menjadi empat yaitu kalimat taktransitif,
kalimat ekatransitif, klaimat dwitransitif dan kalimat semitransitif. Akan tetapi
kalimat yang berpredikat verbal hanya dibagi menjadi tiga macam (Alwi, et.al, 1998),
yaitu kalimat taktransitif, kalaimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif. Kalimat
berpredikat verba semitransitif yang objeknya hadir disebut kalimat ekatransitif,
sedangkan yang objeknaya tidak hadir disebut kalimat taktransitif.
1. Kalimat Taktransitif
Kalimat taktransitif adalah kalimat yang tidak berobjek dan tidak
berpelengkap. Kalimat yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap tidak memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dua unsur wajib, yakni subjek dan predikat. Pada umumnya urutan katanya adalah
subjek-predikat. Katagori kata yang dapat mengisi fungsi predikat terbatas pada verba
taktransitif. Seperti halnya kalimat tunggal lain. Kalimat tunggal yang tidak berobjek
dan tidak berpelengkap juga dapat diiringi oleh unsur tidak wajib, seperti keterangan
tempat, waktu, cara. Dan alat. Contoh kalimat verbal yang tidak berobjek dan tidak
berpelengkap dengan unsur tidka wajib diletakan dengan tanda kurung. Berikut
adalah contoh kalimat taktransitif.
18. Bu camat sedang berbelanja
19. Mahasiswa itu sedang berdiskusi.
20. Rombongan menteri mendarat (di tanah yang tidak datar)
21. Dia berjalan (dengan tongkat)
Berdasarkan contoh tersebut tampak pula bahwa verba yang berfungsi
sebagai predikat dalam tipe kalimat itu ada yang berprefiks ber- adapula yang
berprefiks meng-. Dari segi semnatisnya, verba tersebut ada yang bermakna inheren
proses (seperti menguning) dan inheren perbuatan (seperti berbelanja, datang, dan
mendarat). Karena predikat dalam kalimat tidak berobjek dan tidak berpelengkap itu
adalah verba taktransitif, kalimat itu dinamkan kalimat taktransitif.
2. Kalimat Ekatransitif
Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang memiliki satu objek. Menurut Alwi,
et.al (1998), kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur
wajib, yakni subjek, predikat,dan objek. Predikat dalam kalimat ekatrsnitif adalah
verba yang digolongkan dalam kelompok verba ekatransitif. Dari segi makna, semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
verba ekatransitif memiliki makna inheren perbuatan. Berikut ini adalah beberapa
contoh kalimat ekatransitif.
22. Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.
23. Presiden merestui pembentukan kalimat umum.
24. Nilai Ebtanas murni menentukan nasib para siswa.
Verba pada tiap-tiap kalimat tersebut adalah memasok, merestui, dan
menentukan. Di sebelah kiri tiap-tiap verba adalah predikat, dan di sebelah kanan
objeknya.
3. Kalimat Dwitransitif
Kalimat Dwitransitif adalah kalimat yang memiliki objek dan pelengkap.
Alwi, et. Al., (1998) menyatakan bahwa ada verba transitif dalam bahasa Inodensia
yang secara semantic mengungkapkan hubungan tiga wujud. Dalam bentuk aktif,
tiap-tiap wujud itu merupakan subjek, objek, dan pelengkap. Verba itu dinamakan
verba dwitransitif.
25. Ida sedang mencari pekerjaan.
26. Ida sedang mencarikan pekerjaan.
27. Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.
Dari contoh (a) di atas yang memerlukan pekerjaan adalah Ida. Dengan
ditambahkannya sufiks-kan pada verba dalam (b) kita rasakan adanya perbedaan
makna yaitu melakukan makna yaitu melakukan perbuatan “mencari” memang Ida,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
tetapi pekerjaan itu bukan untuk dia sendiri, meskipun tidak disebut siapa orangnya.
Pada kalimat (c) orang itu secaara eksplisit disebutkan, yakni adiknya.
d. Kalimat berpredikat Numeral
Alwi, et.al (1199: 80 mengatakan bahwa selain macam-macam kalimat yang
predikatnya berupa frasa verbal, adjektival dan nomina yang telah dibicarakan, ada
pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa berupa frasa numeral.
Kalimat berpredikat numeral atau frasa numeral adalah kalimat yang predikatnya kata
bilangan.
B. Kalimat Majemuk
Gorys Keraf, (1984: 167-168) menyatakan kalimat majemuk adalah
penggabungan dari dua kalimat tunggal atau labih, sehingga kalimat yang baru ini
mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk merupakan perluasan
kalimat tunggal yang membentuk satu atau lebih pola kalimat yang sudah ada.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang trdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih.
1. Jenis-jenis kalimat majemuk
Jenis-jenis kalimat majemuk menurut Ramlan (1987) dan Suparman (1981) .
a. Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif).
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk
yang hubungan antar unsur-unsurnya setara atau sederajat. Berikut adalah contoh
kalimat majemuk setara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
28. Ayah berangkat ke kantor. Ibu pergi ke pasar.
Ayah berangkat ke kantor dan Ibu pergi ke pasar.
29. Ia pelajar paling pandai di kelasnya. Ia disenangi teman-temannya.
Ia pelajar paling pandai di kelasnya sebab itu Ia disenangi teman- temannya.
Kalimat majemuk setara terbagi menjadi tiga yaitu:
(a) Kalimat Majemuk Setara Penjumlahan.
Ditandai oleh sambungan dan, lalu, dan lagi. Berikut adalah contoh kalimat
majemuk penjumlahan. Pikiran hanya tumbuh kalau dipergunakan dan akan menjadi
surut kalau dibiarkan menganggur.
(b) Kalimat Majemuk Setara Pertentangan.
Ditandai oleh kata penghubung tetapi dan melainkan. Berikut adalah contoh
kalimat majemuk setara pertentangan. Bukan Arif yang main drama itu tetapi Ari.
b. Kalimat Majemuk ratapan (KMR)
KMR sama S, artinya subjek-subjek dirapatkan. Berikut ini contoh dari kalimat
majemuk rapatan.
30. Pak Burham guru olah raga
S P
Pak Burham , ketua pemuda
S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
KMR: Pak Burhan guru olah raga, dan ketua pemuda.
S P1 konj P2
c. Kalimat Majemuk bertingkat (KMB)
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk bertingkat adalah yang hubungan
antara unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya ada yang menduduki
induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Menurut Chaer (2000)
Kalimat majemuk bertingkat sebagai kalimat luas bertingkat. Kalimat luas bertingkat
adalah kalimat yang dibentuk dari dua buah klausa yang sedang digabungkan menjadi
satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan
sebagainya.
(a) Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian
Ditandai oleh kata penghubung jika, seandainya, dan andai kata. Berikut adalah
contohnya Jika tidak hujan, ia akan dating ke pesta itu.
(b) Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandin
Ditandai oleh kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada dan
laksana. Berikut adalah contoh dari kalimat majemuk bertingkat hubungan
perbandingan. Pak Bahrun menyanyangi semua ponakannya, seperti ia menyayangi
anaknya.
(c) Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Ditandai oleh kata sambung sebab, karena dan oleh karena. Berikut adalah
contoh dari kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban. Dia tidak pergi
sekolah, karena sakit.
3. Kalimat berdasarkan kelengkapan unsur
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (2003) kalimat
berdasarkan kelengkapan unsur dibedakan menjadi dua yaitu kalimat tak lengkap dan
kalimat lengkap. Berikut penjelasasan dari kalimat tak lengkap dan kalimat lengkap.
a. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap atau disebut dengan kalimat mayor adalah kalimat yang
memiliki klausa lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat.
Contoh dari kalimat lengkap adalah sebagai berikut.
Ibunya penulis novel terkenal.
Makanan ini kiriman dari mertua di Bandung.
b. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap atau yang disebut “kalimat minor” pada dasarnya
adalah kalimat yang memiliki klausa tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek
saja, predikat saja, objek saja, ataukah keterangan saja. Hal itu bisa terjadi dalam
wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketahui atau disebutkan
sebelumnya. Perhatikan penggalan percakapan berikut.
Amir : Kamu tinggal di mana, Min?
Amin: Di Kampung Melayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Bentuk di Kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari kalimat lengkap saya
tinggal di Kampung Melayu. Di luar wacana, kalimat tak lengkap sering digunakan
dalam iklan, papan petunjuk dan slogan. Berikut contoh dialog kalimat tak lengkap
antara penjual dan pembeli .
Pembeli : Minta satu kilo Bu.
Penjual : 35.000 (sambil menyerahkan barang).
Berdasarkan dialog tuturan di atas 35.000 merupakan bagian dari bentuk lengkap
Anda harus membayar 35.000.
4. Kalimat berdasarkan susunan subjek dan predikat
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (2003) kalimat
berdasarkan susunan unsur subjek dan predikat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat
versi dan inversi. Berikut ini penjelasan dari kalimat versi dan inversi.
a. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang memiliki unsur unsur atau pola kalimat
yang membentuk pola berurutan, yakni S-P-O-K. Berikut contoh kalimat versi.
Televisi itu dimatikan
S P
Kemarin, pacarku menangis karena sedih.
Ket S P Ket
b. Kalimat Inversi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Kalimat inversi adalah kalimat yang urutannya terbalik, urutan fungsi dalam
bahasa Indonesia boleh dikatakan pola: (a) subjek, (b) predikat, (c) objek, dan (d)
pelengkap. Akan tetapi ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang
predikatnya mendahului subjek. Di samping urutan P-S. Berikut adalah contoh dari
inversi.
Matikan televisi itu!
S P
Menangis pacarku kemarin karena sedihnya.
P S K K
2.2.6 Kalimat berdasarkan makna
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2014:323) Makna Kalimat
dibagi menjadi lima yaitu kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, interjektif dan
emfatik. Berikut penjelasan mengenai kalimat berdasarkan makna.
1. Kalimat Berita (Kalimat Deklaratif)
Kalimat berita atau yang sering disebut kalimat deklaratif., yaitu kalimat yang
isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Jika suatu saat kita
mengetahui ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian menyampaikan peristiwa itu
kepada orang lain, maka kita memberitakan kejadian itu, kalimatnya bemacam-
macam, seperti berikut.
a. Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
b. Hujan deras tadi siang mengakibatkan beberapa titik di Yogyakarta tergenang
banjir.
c. Pantai parangtritis bukannlah satu-satunya destinasi wisata di Yogyakarta.
Dari segi bentuknya, kalimat di atas bermacam-macam. Ada yang
memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif, dan sebagainya.
Akan tetapi, jika dilihat nilai komunikatifnya (maknanya), maka kalimat tersebut
adalah sama, yakni semua merupakan kalimat berita. Dengan demikian, kalimat
berita dapat berbentuk apa saja. Asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam
bentuk tulisannya, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik. Dalam bentuk lisan,
nada suara berkahir dengan nada turun.
2. Kalimat Perintah (kalimat imperatif)
Kalimat perintah, atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang maknanya
memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat yang dapat memiliki bentuk
perintah umumnya adalah kalimat taktransitif atau transitif (baik aktif ataupun pasif).
Kalimat yang predikatnya adjektiva kadang-kadang juga memiliki bentuk perintah.
Tergantung pada macam adjektivanya. Sebaliknya kalimat yang bukan verbal atau
adjektival tidak memiliki bentuk perintah. Dalam bentuk tulis, kalimat perintah sering
kali diakhiri dengan tand seru (!) meskipun tanda titik bisa dipakai. Dalam bentuk
lisan, nadanya agak naik sedikit.
3. Kalimat Tanya (kalimat interogatif)
Kalimat tanya yang sering disebut kalimat interogatif, adalah kalimat yang
isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika orang itu menegtahui jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
terhadap suatu masalah atau keadaan, maka ia menanyakan dan kalimat yang dipakai
adalah kalimat tanya. Ada lima cara untuk membentuk kalimat tanya: dengan
menambahkan kata apa (kah), dengan membalikan urutan kata, dengan memakai kata
bukan atau tidak. dengan mengubah intonasi kalimat, dan dengan memakai kata
tanya. Berikut a Dia istri pak Bambang.
Apa dia istri pak Bambang?
dalah contoh dari kaliamt tanya.
4. Kalimat Seru (kalimat interjektif)
Kalimat seru yang dinamakan kalimat interjektif, adalah kalimat yang
mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka
kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva.
Biasanya kalimat seruan digunakan untuk menyatakan perasan kagum, heran, takut,
cemas, dan kecewa. Misalnya Bintang kecil yang lucu. Contoh tersebut menyatakan
sikap kagum kepada bintang.
2.2.7 Teori Pemerolehan Bahasa
Teori pemerolehan bahasa anak dibagi menajdi teori behaviorisme, teori
nativisme, teori kognitivisme dan teori interaksionisme.
1. Teori Behaviorisme
Perkembangan bahasa adalah bentuk atau hasil dari pengaruh lingkungan.
Artinya, pengetahuan merupakan hasil dari intearaksi dengan lingkungannya melalui
pengkondisian stimulus yang menimbulkan respons. Teori ini bertitik tolak pada
pendapat bahwa anak dilahirkan tidak membawa apa-apa, sehingga memerlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
proses belajar. Proses belajar ini melalui imitasi, modeling, atau belajar reinforcement
(Hetherington, 19980. Skinner memakai teori stimulus-respon dalam menerangkan
perkembangan bahasa, yaitu bahwa bila anak mulai belajar berbicara yang merupakan
bukti berkembangnya bahasa anak, maka orang yang berada disekelilingnya
memberikan respons yang positif sebagai penguat (reinforcement). Dengan adanya
respon positif tersebut maka anak cenderung mengulang kata tersebut atau tertarik
mencoba kata lain.
Dalam teori ini, Skinner menekankan agar para pendidik PAUD untuk
senantiasa menghadirkan suasana kelas dengan latihan yang diberikan kepada anak
harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan
melalui berbagai tahapan, mulai dari yang sederhana sampai lebih rumit, contohnya
system pembelajaran drilling. Pada awlanya, anak akan memeberikan respons pada
setiap pembelajaran dan dapat segera memberi respons. Pendidik perlu memberikan
respons pada setiap pembelajaran drilling. Pada awalnya, anak akan memberikan
respons pada setisp pembelajaran dan dapat segera memberi resspons. Pendidik perlu
memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau
hadiah.
Ahli lain, Albert Bandura mencoba menerangkan dari sudut teori belajar
social. Dia berpendapat anak belajar bahasa karena menirukan suatu model. Tingkah
laku imitasi ini tidak mesti harus menerima reinforment sebab belajar model dalam
prinsipnya lepas dari reinforment dari luar.
2. Teori Nativisme (Nativistic Approach)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Pelopor teori ini adalah Chomsky, seorang ahli linguistik. Ia berpendapat
bahawa bahasa sudah ada dalam diri anak, merupakan bawaan lahir, telah ditentukan
secara biologis, bersifat alamiah. Pada saat seorang anak lahir, ia telah memiliki
seperangkat kemampuan berbahasa yang disebut tata bahasa Umum atau Universal
Grammar. Jadi dalam diri manusia sudah ada innate mechanism, yaitu bahwa bahasa
seseorang itu ditentukan oleh sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia atau sudah
diprogram secara genetic. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak
banyak mendapat rangsangan, anak tetap daapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar
meniru bahasa yang didengarkannya, tetapi juga mampu menarik kesimpulan dari
polaa yang ada.
Sejak lahir anak manusia sudah dilengkapi dengan alat yang disebut dengan
alat penguasaan/pemerolehan bahasa (language acquisition/LAD). Dan hanya
manusia yang mempunyai LAD. LAD ini mendapatkan inputnya dari tata bahasa dari
lingkungan.
LAD ini dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk
mengelola masukan (input) dan menentukan apa yang dikuasai lebih dahulu seperti
bunyi, kata, frasa, kalimat, dan seterusnya. Meskipun kita tidak tahu persis tepatnya
dimana LAD itu berada, karena sifatnta yang abstrak (invisible). Dalam bahasa juga
terdapat konsep universal sehingga secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat
yang universal ini. Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa
dalam waktu singkat dan bisa menguasai system bahasa yang rumit. LAD juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bauakan bunyi
bahasa.
Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah
dipasang tombol serta kabel listrik, mana yang dipencet itulah yang akan
menyebabkan bola lampu tertentu meyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti
apa ditentukan oleh input dan sekitarnya. Nature diperlukan karena tanpa input dari
alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud (Dardjowidjojo, 2003).
Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahsa, di mana anak perlyy
mendapatkan model pembelajran bahasa sejak dini. Anak belajar bahasa dengan cepat
sebelum usiaa 10 tahun, apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Usia
lebih daro 10 tahun, anak kesulitan dalam mempelajari bahasa.
3. Teori Kognitivisme
Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang mengatakan
bahwa bahasa itu salah satu di antar beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Jadi, perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-urutan
perkembangan kognitif. Perkembangaan bahasa tergantung pada kemampuan
kognitif tertentu, kemaampuan pengolahan informasi, dan motivasi. Piaget (Mussen
dkk, 1984) dan pengikutnya menyatakan bahawa perkembangan kognitif
mengarahkan kemampuan berbahasa, dan perkembangan bahasa tergantung pada
perkembangan kognitif. Menurut Piaget struktur yang kompleks itu bukan pemberian
alam dan bukan sesuatu yang dipelajari dan lingkungan melainkan struktur itu timbul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
secara tak terlelakan sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus antara tingkat
fungsi kognisi anak dengan lingkungan kebahasaanya.
4. Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan
hasil interaksi antara kemampuan mental pembeelajaran dan lingkungan bahasa.
Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan ‘input’
dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD
sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidaak mungkin anak dapat
menguasai bahasa tertentu secara otomatis. Faktor intern dan ekstern dalam
pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat memengaruhi. Benar jika teori
yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa anak telah ada sejak lahir (telah ada
LAD). Hal ini telah dibuktikan oelh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan
oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahawa sejak lahir anak telah dibekali
berbagai kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan
berbahasa (Campbel, dkk, 2006: 2-3).
2.2.8 Perkembangan Sosial dan Komunikasi
Ada pendapat bahwa sejak lahir bayi usia sekitar setahun dianggap belum
punya bahasa atau belum berbahasa (Poerwo, 1989). Anggapan ini belum
mencerminkan perilaku yang sesungguhnya, sebab meskipun dikatakan belum
mempunyai bahasa, tetapi sebenranya bayi itu sudah berkomunikasi. Menangis
merupakan salah satu cara petama untuk berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.
2.2.9 Pemerolehan Bidang Sintaksis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dalam bidang sintaksis, anak memulai bahasa dengan mengucapkan satu kata.
Bagi anak sebenernya kalimat penuh, tetapi karena ia belum dapat mengatakan lebih
dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu. Sebagai contoh
anak tersebut bernama Pelangi dan pesan yang disampaikan adalah Pelangi mau
maem, dia akan memilih ngi (untuk Pelangi), mau (untuk mau), aem (untuk maem).
Dalam pola pikir yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai
tentang informasi lama dengan informasi baru kepada pendengarnya. Pada tiga kata
kalimat Pelangi mau maem, yang baru adalah kata maem. Karena itu anak memilih
kata aem, dan bukan ngi, atau mau. Dapat dikatakan bahawa dalam ujaran satu kata,
anak tidak sembarang memilih kata yangdia akan katakansebagai informasi baru.
Dalam bentuk sintaksisnya ujaran satuk kata sangat sederhana karena memang hanya
terdiri dari satu kata saja. Namun dalam semantik, ujaran satu kata adalah kompleks
karena satu kata ini bisa memiliki lebih dari satu makna.
Pada umur 2 tahun anak mulai mengeluarkan ujaran dua kata ( UDK). Anak
mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah.
Untuk mengatakan lampu menyala, anak bukan mengatakan /lampunala/ tetapi
/lampu// nala/ “lampu nyala” dengan jeda diantara lampu dan nyala, jeda ini makin
lama makin pendek sehingga menjadi ujuaran yang normal. Dengan adanya dua kata
dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang dimaksud oleh
anak Karena cakupan makana lebih terbatas.
2.2.10 Pemerolehan Bidang Diksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan oleh penulis, sebagai ungkapan
akan daya cipta atau penyampaian makna agar lebih mudah diterima pembaca. Jenis
diksi sangat beragam, tiap jenis diksi berperan untuk menyampaikan idea atau
gagasan seseorang. Pemilihan diksi yang tepat akan mempermudah penyampaian ide
atau gagasan itu sendiri (Keraf, 1984:22-23).
a. Makna kata
Kata sebagai satuan dari pembendaharaan kata sebuah bahasa mengandung
dua aspek yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi
adalah segi yang dapat diserap dengan panca indra, yaitu mendengar atau dengan
melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam
pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek tadi. Pada waktu orang
berteriak “maling!” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa ada seseorang telah
berusaha mencuri barang milik orang lain. Jadi bentuk ekspresinya adalah kata
maling yang diucapkan oleh orang tadi. Sedangkan makna atau isi adalah reaksi yang
timbul pada orang yang mendengar (Keraf, 1984:25-26).
2.2.11 Cara Anak Menguasai Makna Kata
Pada dasarnya ketika meneliti suatu makna yang dituturkan oleh anak, maka
harus menetahui apakah yang dituturkan anak adalah makana yang sesungguhnya.
Cara anak menentukan suatu kata bukanlah hal yang mudah, anak harus menganalisis
segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu akhirnya sama dengan
makna yang dipakai sama dengan orang dewasa. Dalam hal penentuan makna suatu
kata , anak mengikuti prinsip-prinsip universal, salah satu diantaranya adalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dinamakan overextension yang telah diterjemahkan menjadi penggelembungan
makna (Dardjowidjojo 2000). Seperti kasus pada Echa waktu itu telah diperkenalkan
dengan konsep tentang semut dan suatu saat dia melihat nyamuk, dia menamakan
binatang itu semut. Mungkin bagi Echa kata semut tadi digelembungkan maknanya
pada binatangyang ukurannya kecil. Dapat dikatakan bahwa penggelembungan dapat
berdasarkan bentuk, ukuran, gerakan, bunyi, dan tekstur.
2.2.12 Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Biken (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci
terhadap suatu latar ataau satu oraang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen
atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus
sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan rinci. Jenis-jenis studi kasus antara lain.
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian
organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.
b. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian
organisasi tertentu dan dalam kurun wkatu tertentu
c. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan data melalui
observasi peran atau pelibatan. Sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi
tertentu.
d. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan
maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang
khas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
e. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus yang dipusatkan
pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2.2 Kerangka Berpikir
Teori Kajian Bentuk Kalimat dan makna pada anak usia 3 tahun
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat Tata
Bahasa Baku
(2014:318)
1. Kalimat Tunggal
2. Kalimat
Majemuk
Makna Kalimat
Makna Kalimat Tata
Bahasa Baku (2014)
1. Kalimat Deklaratif
2. Kalimat Imperatif
3. Kalimat
Interogratif
4. Kalimat interjektif
Jenis Kalimat menurut Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1988)
Jenis Kaliimat menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi
ketiga (2003)
Berdasarkan
Kelengkapan unsur
Berdasarkan subjek dan
predikat
1. Kalimat Lengkap
2. kalimat Tak
lengkap
1. Kalimat Versi
2. Kalimat Inversi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab tiga dalam skripsi ini yaitu berisi paparan mengenai metodologi
penelitian. Pada metodelogi penelitian akan diuraikan mengenai: Jenis penelitian,
data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
dan teknik analisis data. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus yang mengambil subyek dari satu anak pada umur tiga tahun.
Menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bentuk bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Herdiansyah (2010:9)
penelitian kualitatif adalah sebagai suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
memahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang
diteliti. Penelitian studi kasus merupakan metode yang diterapkan untuk memahami
individu lebih mendalam dengan dipraktikan secara integratif dan komperhensif. Hal
ini dilakukan supaya peneliti bisa mengumpulkan dan mendapatkan pemahaman yang
mendalama mengenai individu yang diteliti (Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011)
Penelitian studi kasus bertujuan seecara khusus menjelaskan dan memahami objek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang ditelitinya secara khusus sebagai suatu kasus. Yin (2003,2009) menyatakan
bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk
menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana
keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Sementara itu, Stake (2005)
menyatakan bahwa penelitian studi kasus bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan
atau keunikan karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang diteliti.
3.2 Data dan Sumber Data
Data yang dicari dalam pemerolehan bahasa anak yaitu tuturan anak usia 3
tahun khususnya pada bentuk kalimat dan makna kalimat. Sumber data berasal dari
tuturan anak yang dituturkan setiap hari yang diambil di kalangan keluarga.
Keseluruhan data berasal dari tuturan anak dengan orang tua dan peneliti dengan
informan yang diambil secara alami dalam bentuk video dan rekaman anak. Nama
subjek peneliti adalah Inosensia Verlinita Sekar Pelangi, tempat dan tanggal lahir
Cilacap 13 September 2014, usia 3 tahun.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode cakap yang meliputi teknik catat, rekam, dan
simak libat cakap, selain itu peneliti menggunakan metode simak meliputi teknik
pancing, rekam, cakap, dan cakap semuka.
1. Teknik pengumpulan Data
Langkah yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yaitu sebagai berikut.
a. Mencatat atau merekam ketika informan sedang melakukan penggunaan
bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. Mentranskrip data tuturan yang sudah diperoleh dari informan
c. Memberi kode supaya mudah dalam mengelompokan datanya
d. Menganalisis bentuk kalimat dan makna kalimat
e. Memberikan kesimpulan terhadap data yang sudah diperoleh.
2. Instrumen Penelitian
Alat penunjang untuk melakukan wawancara yaitu menggunakan, alat rekam dan
buku. Peneliti ini telah melihat bagaimana perkembangan bahasa anak dalam
kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut dapat mempermudah dalam melakukan
penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teknik
analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan
secara panjang lebar dengan keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat
(Nurastuti, 2007: 203). Untuk meneliti data, peneliti menggunakan langkah-langkah
berikut.
1. Tahap Klasifikasi
Peneliti mengelompokan data berdasarkan tahap pemerolehan bahasa yang
mengacu pada teori
2. Tahap Identifikasi
Peneliti melakukan identifikasi data. Identifikasi data dilakukan dengan mengkaji
tuturan-tuturan anak dengan teori-teori perkembangan bahasa.
3. Tahap Interpretasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Peneliti memberikan pemaknaan temuan-temuan yang ada dalam penelitian.
4. Tahap Deskriptif
Penelitian memaparkan hasil kajian dan menyimpulkan pembahasan.
4. Trianggulasi
Peneliti juga menggunakan teknik untuk mengetahui keabsahan data yaitu
menggunakan teknik trianggulasi. Penelitian ini menggunakan tiga macam
trianggulasi, yang pertama trianggulasi sumber data yang berupa sumber data, teknik
pengumpulan data yang berupa informasi dari tempat, dan peristiwa. Kadua,
trianggulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari observasi, dan
dokumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini disajikan (1) deskripsi data penelitian, (2) analisis data
penelitian, (3) pembahasan hasil penelitian. Berikut ini masing-masing diuraikan satu
persatu.
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian ini berupa tuturan lisan yang disajikan oleh Inosensia dalam
bentuk percakapan. Data dapat diklasifikasikan atas dua katagori yaitu data dari segi
bentuk dan data dari segi makna. Data dari segi bentuk terdiri dari 114 tuturan, dan
data dari segi makna terdiri dari 114 tuturan.
4.1.1 Data dari segi bentuk
Data ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) berdasarkan jenis klausa berupa
kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (2) berdasarkan kelengkapan unsur berupa
kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap, (3) berdasarkan subjek dan predikat
berupa kalimat versi dan inversi.
4.1.2 Data dari segi makna
Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan data pemerolehan kalimat dari segi
fungsi komunikatif, Data ini dibagi menjadi empat bagian yaitu (1) deklaratif, (2)
imperatif, (3) interogatif, (4) interjektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
4.2 Analisis Data Peneliti
Pada bagian analisis data, peneliti mengelompokan data menjadi dua, yaitu
bentuk kalimat dan makna kalimat. Pada analisis data peneliti menggunakan teknik
analisis deskriptif . Analisis deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan
secara panjang lebar dengan keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat
(Nurastuti, 2007: 203). Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan empat tahap
yaitu tahap klasifikasi, tahap identifikasi, tahap interpretasi dan tahap deskriptif.
Berikut disajikan analisis data peneliti.
4.2.1 Analisis data berdasarkan bentuk kalimat
Pada bagian ini disajikan analisis data pemerolehan yang dituturkan oleh
Inosensia berdasarkan bentuk kalimat. Berikut ini masing-masing diuraikan satu
persatu.
A. Aspek Jumlah Klausa
Pemerolehan kalimat berdasarkan aspek jumlah klausa dibagi menjadi dua
yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.. Berikut ini adalah sebagian contoh
kalimat tunggal yang dihasilkan Inosensia berdasarkan segi bentuk.
1. Kalimat Tunggal
Berikut ini disajikan contoh kalimat tunggal yang diperoleh Inosensia dari segi
bentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(1) Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya) (A1(8))
Ibu: “Iya dek.”
Anak: “Iiih.. ada bintang.”
Ibu: “Bintang apa dek?”
Anak: “Bintang kecil yang lucu.”
Ibu: “Iya
Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan
mainan balon Tama ora seneng . iii aja dientokna jajane.”
Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”
Data (A1(8)) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kening biar sembuh ya” termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Kening biar sembuh ya” adalah pemerolehan
bentuk kalimat tunggal. Ketiga peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti
menafsirkan bahwa kalimat “Kening biar sembuh ya” termasuk dalam kalimat
tunggal yang memiliki pola dasar kalimat S-P, memiliki satu peristiwa pokok yaitu
membicarakan anak yang ingin menyembuhkan ibunya supaya keningnya sembuh,
kalimat tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi
sehingga disebut kalimat tunggal. Keempat peneliti mendeskripsikan kalimat.
Kalimat “Kening biar sembuh ya” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
subjek dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Kening biar sembuh ya” terbagi menjadi
kening sebagai subjek dan biar sembuh ya sebagai predikat.
(2) Ibu: “Tadi udah ditimbang?”
Anak: “Wis.” (udah) (A1(3.7)
Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”
Anak “Sikile… uuu wawah.” (Kakinya jatuh)” (A1(4.8)
Data (A1(4) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui empat
langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk kalimat.
Peneliti menentukan bahwa kalimat “kakinya jatuh” termasuk pemerolehan bentuk
kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa
kalimat “kakinya jatuh” adalah pemerolehan bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “kakinya jatuh”
termasuk dalam kalimat tunggal yang memiliki pola kalimat S-P, memiliki satu
peristiwa pokok yaitu membicarakan tentang kakinya yang sedang sakit, kalimat
tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga
disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat
“kakinya sakit” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek dan
predikat. Jika diuraikan kalimat “kakinya sakit” terbagi menjadi kakinya sebagai
subjek dan sakit sebagai predikat yaitu berpredikat adjektival.
(3) Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”
Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (A1(20.52)
S P O Ket.tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”
Anak: “Eyang Ti sama Ino.”
Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’
Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu bola.” (A1(20.54)
S P O
Data (A1(20.54) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Aku lihat voly di cilacap.” termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Aku Lihat Volly di Cilacap.” adalah pemerolehan
bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti
menafsirkan bahwa kalimat “Aku Lihat Volly di Cilacap.” termasuk dalam kalimat
tunggal yang memiliki pola dasar kalimat S-P-O-K, memiliki satu peristiwa pokok
yaitu membicarakan bahwa dia menonton volli di Cilacap. kalimat tersebut memiliki
struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat
tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Aku Lihat Volly di
Cilacap.” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek, predikat, objek,
dan keterangan. Jika diuraikan kalimat “Aku lihat volly di Cilacap.” terbagi menjadi
Aku sebagai subjek, lihat sebagai predikat, voli sebagai objek didahului kata kerja
transitif, di Cilacap sebagai keterangan tempat.
Data (a1(20.54), dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.”
termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.
Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.” adalah
pemerolehan bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,
peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.” termasuk
dalam kalimat tunggal yang mempunyai pola kalimat dasar yaitu S-P-O, memiliki
satu peristiwa pokok yaitu membicarakan bahwa dia ingin sepatu voly , kalimat
tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga
disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda
aku pengen sepatu bola.” termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek
dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Bunda aku pengen sepatu bola.” terbagi
menjadi Aku sebagai subjek, pengen sebagai predikat yaitu berpredikat verbal, sepatu
bola sebagai obyek.
(4) Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (A1(24.75)
S P O
(Bunda melihat Baby shek)
Ibu: “Baby shek dimana sayang?”
Anak: “Di HP Eyang Kakung.”
Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya apa?”
Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”
Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.”
Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe ya.”
Anak: Bunda ndeleng baby shark.” (A1(24.78)
Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Anak : “Ayo.”.
Data (A1(24.75) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda ndeleng Baby Shark” (Bunda lihat
Baby Shark) termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi
kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda ndeleng Baby Shark” (Bunda
lihat Baby Shark) adalah pemerolehan bentuk kalimat tunggal. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bunda ndeleng
Baby Shark” (Bunda lihat Baby Shark) termasuk dalam kalimat tunggal yang memiliki
pola kalimat S-P-O, memiliki satu peristiwa pokok yaitu membicarakan bahwa dia
menonton baby shark, kalimat tersebut memiliki struktur yang sederhana dan tidak
memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti
mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda ndeleng Baby Shark” (Bunda lihat Baby
Shark) termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika
diuraikan kalimat “Bunda ndeleng baby shek!” terbagi menjadi bunda sebagai subjek,
lihat sebagai predikat yaitu berpredikat verbal, baby shark sebagai obyek.
(5) Ibu: “Ini buat apa dek?”
Anak: “Dimatiin, kie ada putih-putih. Jarannya makan aem-aem.”
(Kudanya makan aem-aem) (A1(27.103)
S P
Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”
Anak: “Ini blimbing, pisang.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Data (A1(27.103), dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Jarannya makan aem-aem.”
(Kudanya makan aem-aem) termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti
mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Jarannya makan
aem-aem.” (Kudanya makan aem-aem) adalah pemerolehan bentuk kalimat tunggal.
Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat
“Jarannya makan aem-aem.” (Kudanya makan aem-aem).” termasuk dalam kalimat
tunggal yang memiliki pola kalimat S-P, memiliki satu peristiwa pokok yaitu
membicarakan bahwa ada kuda yang sedang makan, kalimat tersebut memiliki
struktur yang sederhana dan tidak memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat
tunggal. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Jarannya makan aem-
aem.” (Kudanya makan aem-aem).”. termasuk dalam kalimat tunggal karena terdiri dari
subjek dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Jarannya makan aem-aem.” (Kudanya
makan aem-aem).”. terbagi menjadi jaran (kuda) sebagai subjek, makan aem-aem
sebagai predikat yaitu berpredikat verbal. Selain 7 contoh data tuturan dari segi
kalimat tunggal , 107 data tuturan kalimat tunggal yang lain disajikan pada Lampiran
analisis data 1.
2. Kalimat Majemuk
Berikut ini disajikan contoh kalimat majemuk yang diperoleh Inosensia dari segi
bentuk kalimat.
Anak: “Bunda sakit dan Ino nggak sakit sininya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Data (A1(26.100) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda sakit dan Ino nggak
sakit sininya”. termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti
mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda sakit dan
Ino nggak sakit sininya.” adalah pemerolehan bentuk kalimat majemuk setara.
Ketiga peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat
“Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.” termasuk dalam kalimat majemuk setara,
karena terdapat lebih dari satu klausa, memiliki unsur yang sederajat. Keempat
peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda sakit dan Ino nggak sakit
sininya.” termasuk dalam kalimat majemuk setara. Jika diuraikan kalimat “Bunda
sakit dan Ino nggak sakit sininya” terbagi menjadi Bunda sebagai subjek dan sakit.
Ino sebagai subjek, nggak sakit sebagai predikat sebagai predikat dengan predikat
verbal. Selain 2 contoh data tuturan kalimat majemuk, terdapat 1 data tuturan
kalimat majemuk yang lain disajikan pada Lampiran analisis data 2.
B. Kelengkapan Unsur
Pemerolehan kalimat berdasarkan aspek kelengkapan unsur dibagi menjadi
dua yaitu kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Berikut ini adalah sebagian
contoh kalimat lengkap yang dihasilkan Inosensia berdasarkan segi bentuk.
1. Kalimat lengkap
Berikut ini contoh kalimat lengkap yang diperoleh Inosensia dalam segi
kelengkapan unsur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(6) Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya mbog ana motor.” (A2(12.31)
S P O
( Anak lewat-lewat terus ya, takut ada motor.)
Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”
Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”
Ibu: “Bebeknya ke mana?”
Anak: “Bebeknya ilang.”
Data (A2(12.31) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana
motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.) termasuk pemerolehan bentuk
kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa
kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya
takut ada motor.)” adalah pemerolehan bentuk kalimat lengkap. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat
terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)” termasuk
dalam kalimat lengkap karena memenhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat
yang lengkap. Yang memenuhi kalimat tersebut memiliki struktur yang sederhana
dan tidak memiliki konjungsi sehingga disebut kalimat tunggal. Keempat, peneliti
mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.”
(anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)” termasuk dalam kalimat lengkap
karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika diuraikan kalimat “Bocah lewat-lewat
terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.) terbagi
menjadi anak sebagai subjek, lewat-lewat sebagai predikat verbal, mbog ana motor
sebagai objek.
(7) Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
(Bunda, sekarang hormat). (A2(10.27)
S K P
Iih pakdhe Gung).
Ibu: “Iya, Bunda hormat.
Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?).
Data (A2(10.27) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat.” termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat.” adalah pemerolehan
bentuk kalimat lengkap. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti
menafsirkan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat.” termasuk dalam kalimat
lengkap karena memenhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat yang lengkap.
Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda, sekarang hormat.”
termasuk dalam kalimat lengkap karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika
diuraikan kalimat “Bunda, sekarang hormat.” terbagi menjadi bunda sebagai subjek,
sekarang sebagai keterangan waktu, dan hormat sebagai predikat verbal.
(8) Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya) (A2(8.21)
S P
Ibu: “Iya dek.”
Anak: “Iiih.. ada bintang.”
Ibu: “Bintang apa dek?”
Anak: “Bintang kecil yang lucu.” (A2(8.23)
S P
Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan
mainan balon Tama ora seneng . iii aja dientokna jajane.” (A2(8.24)
Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”
Data (A2(8,21) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Batuk ben mari ya” (Kening
biar sembuh ya) termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti
mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Batuk ben mari
ya?” (Kening biar sembuh ya) adalah pemerolehan bentuk kalimat lengkap. Ketiga,
peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Batuk ben
mari ya?” (Kening biar sembuh ya) termasuk dalam kalimat lengkap karena
memenhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat yang lengkap. Keempat, peneliti
mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya).”
termasuk dalam kalimat lengkap karena terdiri dari subjek dan predikat. Jika
diuraikan kalimat “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh ya) terbagi menjadi
kening sebagai subjek, biar sembuh ya sebagai predikat verbal. Selain 5 contoh data
tuturan kalimat lengkap, terdapat 58 data kalimat lengkap yang lain disajikan pada
Lampiran analisis data 2.
2. Kalimat tidak lengkap
Berikut ini contoh kalimat yang diperoleh Inosensia berdasarkan kalimat tidak
lengkap.
(9) Ibu: “Ini namanya apa?”
Anak : “Namanya oyong”. (labu)
Ibu: “Itu berapan dek?”
Anak: “60 ribu”. (A2(1.2)
Ibu: “buat apa itu, dek?”
Anak: “Buat bunda.” (A2(1.3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Data (A2(1.2) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “60 ribu” termasuk pemerolehan bentuk
kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa
kalimat “60 ribu” adalah pemerolehan bentuk kalimat tidak lengkap. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “60 ribu” termasuk
dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek dan predika, hanya terdiri
dari frasa saja. Kalimat “60 ribu” termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat,
peneliti mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka
akan “Harga oyongnya 60 ribu”.
(10) Ibu: “Tadi udah ditimbang, dek?”
Anak: “Wis.” (A2(3.7)
Data (A2(3,7) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “wis” termasuk pemerolehan bentuk
kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa
kalimat “wis” adalah pemerolehan bentuk kalimat tidak lengkap. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “wis” termasuk
dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek dan predikat, hanya terdiri
dari frasa saja. Kalimat “wis” termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat,
peneliti mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka
akan “tadi sudah ditimbang”.
(11) Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).
Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Anak: “Ke Cilacap?” (A2(5.14)
Ibu: “iya dek.”
Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).
Data (A2(5.14) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ke Cilacap” termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “ke Cilacap” adalah pemerolehan bentuk kalimat
tidak lengkap. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan
bahwa kalimat “ke Cilacap” termasuk dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada
unsur subjek dan predikat, hanya terdiri dari frasa saja. Kalimat “ke Cilacap”
termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat
Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka akan “Bunda, mau pergi ke
Cilacap?”
(12) A2 (7.20)
Anak: “Ayun-ayun dulu.”
Data (A2(7.20) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ayun-ayun dulu” termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Ayun-ayun dulu” adalah pemerolehan bentuk
kalimat tidak lengkap. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti
menafsirkan bahwa kalimat “Ayun-ayun dulu” termasuk dalam kalimat tidak lengkap
karena tidak ada unsur subjek dan predikat, hanya terdiri dari frasa saja. Kalimat
“Ayun-ayun dulu” termasuk dalam kalimat tidak lengkap. Keempat, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat lengkap maka akan
“Aku mau ayun-ayun dulu.
(13) Ibu: “Ences itu siapa dek?”
Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.”
Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”
Anak: “Bukan..hehe.” (A2(13.36)
Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”
Data (A2(13.36) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
bentuk kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bukan” termasuk pemerolehan
bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi
bahwa kalimat “bukan” adalah pemerolehan bentuk kalimat tidak lengkap. Ketiga,
peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “bukan
termasuk dalam kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek dan predikat,
hanya terdiri dari frasa saja. Kalimat “bukan” termasuk dalam kalimat tidak lengkap.
Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat Jika diubah menjadi bentuk kalimat
lengkap maka akan “Ence bukan teman aku”. Selain 5 contoh data tuturan kalimat
tidak lengkap, terdapat 47 data kalimat tidak lengkap yang lain disajikan pada
Lampiran analisis data 2.
C. Susunan Subjek dan Predikat
Pemerolehan kalimat berdasarkan susunan subjek dan predikat dibagi menjadi
dua yaitu kalimat versi dan inversi. Berikut ini adalah sebagian contoh kalimat versi
yang dihasilkan Inosensia berdasarkan segi bentuk.
1. Kalimat Versi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Berikut ini contoh kalimat versi yang diperoleh Inosensia berdasarkan bentuk
kalimat.
(14) Ibu: “Tadi udah ditimbang, dek?”
Anak: “Wis.”
Ibu: “Coba apanya yang ditimbang?”
Anak: “sikile uuuu…wawah” (kakinya jatuh). (A3(3.8)
S P
Data (A3(3.8)) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “kakinya jatuh” termasuk pemerolehan
bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi
bahwa kalimat “kakinya jatuh” adalah pemerolehan bentuk kalimat versi atau kalimat
yang terstruktur. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan
bahwa kalimat “kakinya jatuh” termasuk dalam kalimat versi karena terdapat subjek
dan predikat yang terstruktur. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat
“kakinya sakit” termasuk dalam kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat
yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat “kakinya sakit” terbagi menjadi kakinya
sebagai subjek dan sakit sebagai predikat yaitu berpredikat adjektival.
(15) Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.” (Bunda, sekarang
hormat. Iih pakdhe Gung). (A3(10.23)
(Bunda sekarang hormat)
S P
Ibu: “Iya, Bunda hormat.
Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Data A3(10.23) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat” termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat” adalah pemerolehan bentuk
kalimat versi atau kalimat yang terstruktur. Ketiga, peneliti menginterpretasikan
kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bunda, sekarang hormat” termasuk
dalam kalimat versi karena terdapat subjek dan predikat yang terstruktur. Keempat,
peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bunda, sekarang hormat” termasuk dalam
kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika diuraikan
kalimat “Bunda, sekarang hormat” terbagi menjadi kakinya sebagai subjek dan sakit
sebagai predikat yaitu berpredikat verbal.
(16) Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat
terus ya takut ada motor.) (A3(12.31)
Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”
Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”
Ibu: “Bebeknya ke mana?”
Anak: “Bebeknya ilang.”(A3(12.33)
Data (A3(12.31) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana
motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.) termasuk pemerolehan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa
kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya
takut ada motor.)” adalah pemerolehan bentuk kalimat versi. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bocah lewat-lewat
terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)” termasuk
dalam kalimat versi karena memenuhi unsur subjek, predikat dan struktur kalimat
yang lengkap. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bocah lewat-
lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)”
termasuk dalam kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur.
Jika diuraikan kalimat “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-
lewat terus ya takut ada motor.) terbagi menjadi anak sebagai subjek, lewat-lewat
sebagai predikat verbal, mbog ana motor sebagai objek. Selain 5 contoh data tuturan
kalimat versi, terdapat 96 data kalimat versi yang lain disajikan pada Lampiran
analisis data 3.
2. Kalimat Inversi
Berikut ini contoh kalimat inversi yang diperoleh Inosensia berdasarkan bentuk
kalimat.
(18) Ibu: “Itu apa?”
Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau kacang hijau)
Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”
Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel (susah) kaos kakinya.”
(A2(8.17)
Data (A2(8,17) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kotor kaos kakinya termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Kotor kaos kakinya.” adalah pemerolehan bentuk
kalimat inversi atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kotor kaos
kakinya” termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.
Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “kotor kaos kakinya.” termasuk
dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika
diuraikan kalimat “kotor kaos kakinya” terbagi menjadi kotor sebagai subjek dan kaos
kakinya sebagai predikat yaitu berpredikat adjektival.
(19) Anak: “Sakit pakai tisu.” (A2(22.60)
P S
Data (a2(22,60) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Sakit pakai tisu.”.termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Sakit pakai tisu.”adalah pemerolehan bentuk
kalimat inversi atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Nonton dedek.”
termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek. Keempat, peneliti
mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Nonton dedek.” termasuk dalam kalimat inversi
karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
“kakinya sakit” terbagi menjadi kakinya sebagai subjek dan sakit sebagai predikat
yaitu berpredikat adjektival.
(20) A2(22.62)
Beli di pasar malam bunda ora melu pasar malem
P K S P K
(Beli di pasar malam, Bunda gak ikut pasar malem).
Data (A2(22.62) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Beli di pasar malam, Bunda gak ikut
pasar malem” termasuk pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti
mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Beli di pasar
malam, Bunda gak ikut pasar malem” adalah pemerolehan bentuk kalimat inversi
atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,
peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Beli di pasar malam, Bunda gak ikut pasar
malem” termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.
Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Beli di pasar malam, Bunda
gak ikut pasar malem” termasuk dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek dan
predikat yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat “Beli di pasar malam, Bunda gak
ikut pasar malem” terbagi menjadi beli termasuk predikat kata kerja, di pasar malam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
sebagai keterangan, bunda sebagai subjek dan gak ikut sebagai predikat kata kerja,
dan pasar malam sebagai yaitu keterangan tempat.
(21) A2( 24.67)
Anak: Bagus ada jarannya (kuda).
P S
Data (A2(24.67) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bagus ada jarannya” termasuk
pemerolehan bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Bagus ada jarannya” adalah pemerolehan bentuk
kalimat inversi atau predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bagus ada
jarannya” termasuk dalam kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.
Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat. Kalimat “Bagus ada jarannya” termasuk
dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur. Jika
diuraikan kalimat bagus sebagai predikat dan jarannya (kudanya) sebagai subjek.
(22) A2(22.64)
Anak: “Beli doraemon.”
P S
Data A2922.26) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Beli doraemon” termasuk pemerolehan
bentuk kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi
bahwa kalimat “Beli doraemon” adalah pemerolehan bentuk kalimat inversi atau
predikat yang mendahului subjek. Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,
peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Beli doraemon” termasuk dalam kalimat inversi
karena predikat mendahului subjek. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat.
Kalimat “Beli doraemon” termasuk dalam kalimat inversi karena terdiri dari subjek
dan predikat yang terstruktur. Jika diuraikan kalimat beli sebagai predikat dan
doraemon sebagai subjek. Selain 5 contoh data tuturan kalimat inversi, terdapat 8
data kalimat inversi yang lain disajikan pada Lampiran analisis data 3.
4.2.2 Analisis data berdasarkan makna
Pada bagian ini disajikan analisis data pemerolehan yang dituturkan oleh
Inosensia berdasarkan makna. Berikut ini masing-masing diuraikan satu persatu.
A. Pemerolehan Kalimat Deklaratif
Pada bagian pemerolehan kalimat deklaratif yang diperoleh Inosensia
merupakan pemerolehan yang sering dituturkan. Berikut ini cuplikan contoh kalimat
deklaratif yang diperoleh Inosensia.
(23) Anak: “Dibumbuin.”
Ibu: “iya dibumbuin.”.
Anak: “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit) B1(a,2)
Ibu: “Siapa itu dek?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Anak: “Kancane Bunda ya?”.
(temannya bunda ya?)
Data B1(a.2) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam makna
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Dibumbuin sitik (dibumbuhin sedikit)”
termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.
Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Dibumbuin sitik (dibumbuhin sedikit)”
adalah pemerolehan makna kalimat deklaratif (kalimat berita). Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Dibumbuin sitik
(dibumbuhin sedikit)” termasuk dalam kalimat deklaratif karena memberikan
informasi, pada dialog Inosensia ketika bericara kalimat deklaratif dengan nada datar.
Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, pada saat Inosensia menuturkan kalimat
deklataif, ia tidak membutuhkan jawaban dari lawan tuturnya, ia hanya
memberitahukan bahwa masak-masakannya sudah dibumbuinnya.
(24) Ibu:”Tadi udah ditimbang?”
Anak:”Wis.” (udah) B1(a.3.7)
Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”.
Anak: “Sikile(kaki) uuuu… wawah.” (jatuh) B1(a.3.8)
Data B1(a.3.7) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “wis (udah) termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “wis (sudah)” adalah pemerolehan makna kalimat
deklaratif (kalimat berita) . Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti
menafsirkan bahwa kalimat “wis (sudah)” termasuk dalam kalimat deklaratif karena
memberikan informasi, pada dialog Inosensia ketika bericara kalimat deklaratif
dengan nada datar. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, ketika ibunya
bertanya apakah Inosensia sudah ditimbang? Inosensia hanya mejawab dengan
singkat “Wis” (sudah) yang merupakan kalimat deklaratif bahwa Inosensia sudah
ditimbang.
Data B1(a.3.8) peneliti menaganalis data melalui empat langkah yang
pertama, peneliti mengklasifikasikan data ke dalam makna kalimat, kedua peneliti
menentukan bahwa kalimat “Sikile wawah (kakinya sakit)” termasuk pemerolehan
makna kalimat. Ketiga peneliti menentukan bahwa kalimat “Sikile wawah (kakinya
sakit)” merupakan makna kalimat deklaratif (kalimat berita), karena memberikan
informasi tentang keadaan yang sedang dialami Inosensia. Keempat, peneliti
mendeskripasikan kalimat, bahwa anak memberitahukan keadaan yang di alami yaitu
kakinya jatuh, hal tersebut merupakan kalimat berita.
(25) Ibu: “Itu apa?”
Anak: “Kacang ijo, purun kacang ijo?” (mau kacang hijau?).
Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel.” (susah). B1(a.6.16)
Data B1(a.6.16) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kotor kaos kakinya, bunda ini
angel. (Kotor kaos kakinya, bunda ini susah)” termasuk pemerolehan makna kalimat.
Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat
“Kotor kaos kakinya, bunda ini angel. (Kotor kaos kakinya, bunda ini susah)” adalah
pemerolehan makna kalimat deklaratif (kalimat berita) . Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kotor kaos
kakinya, bunda ini angel. (Kotor kaos kakinya, bunda ini susah)” termasuk dalam
kalimat deklaratif karena memberikan informasi, pada dialog Inosensia ketika
bericara kalimat deklaratif dengan nada datar. Keempat, peneliti mendeskripsikan
kalimat, Inosensia meemberitahukan bahwa kaos kaki yang dipakai kotor.
(26) Ibu: “Di kasih siapa dek?”
Anak: “Dikasih babi.” B1(a.18.47)
Ibu: “Bagus nggak?”
Anak: “Bagus.” B1(a.18.48)
I bu: “Lagi gluduk udan.”
Data B1(a.18.47) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “dikasih babi” termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “dikasih babi” adalah pemerolehan makna kalimat
deklaratif (kalimat berita) . Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti
menafsirkan bahwa kalimat “dikasih babi” “nonton dedek” termasuk dalam kalimat
deklaratif karena memberikan informasi, pada dialog Inosensia ketika bericara
kalimat deklaratif dengan nada datar. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,
Inosensia menonton dedek dan diberitahukan kepada ibunya.
Data B1(a.18.48) dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif melalui
empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam makna
kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “bagus” termasuk pemerolehan makna
kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa
kalimat “bagus” adalah pemerolehan makna kalimat deklaratif (kalimat berita) .
Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat
“bagus” termasuk dalam kalimat deklaratif karena memberikan informasi, pada
dialog Inosensia ketika bericara kalimat deklaratif dengan nada datar. Keempat,
peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia memberitahukan bahwa bonekaya bagus.
Selain 5 contoh data tuturan kalimat deklaratif, 53 data kalimat deklaratif yang lain
disajikan pada lampiran analisis data 4.
B. Pemerolehan kalimat imperatif
Kalimat imperatif yang dihasilkan pada umumnya memiliki maksud meminta
secara langsung agar orang lain melakukan perintah subjek. Kalimat imperatif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dihasilkan Inosensia tidak terlalu banyak, tuturan pada kalimat imperatif
menggunakan lebih dari tiga kata. Berikut cuplikan contoh kalimat imperatif yang
diperoleh Inosensia.
(26) Anak: “Bunda meng ndi?” (Bunda kemana?)
Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”
Anak: “Ke Cilacap?”
Ibu: “Iya dek.”
Anak: “Ya cepet, cepet lunga.” (ya pergi, cepet pergi.). B1(a.5.15)
Data B1(a.5.15) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ya cepet, cepet lunga.”
termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.
Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Ya cepet, cepet lunga.” adalah pemerolehan
makna kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan
kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Ya cepet, cepet lunga.” termasuk
dalam kalimat imperatif karena bersifat menyuruh. Keempat, peneliti
mendeskripsikan kalimat, Inosensia meminta ibunya untuk segera pergi.
(27) Anak : “Ambilkan laptop!” B1(a.14.37)
Ibu: “Laptop untuk apa?”
Anak: “Untuk melihat gambar.”
Ibu: “Gambar apa?”
Anak: “Gambar pitik (ayam), kelinci.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Data B1(A.14.37) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Ambilkan laptop.” termasuk
pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “Ambilkan laptop..” adalah pemerolehan makna
kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,
peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Ambilkan laptop.” termasuk dalam kalimat
imperatif karena bersifat menyuruh. Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,
Inosensia meminta ibunya untuk mengambilkan laptop yang akan digunakan untuk
menonton gambar.
(28) Anak: “Nonton bola mandi!” B1(a.15.40)
Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”
Anak:”Di sana !”
Data B1(a.15.40) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “nonton bola mandi.” termasuk
pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat “nonton bola mandi..” adalah pemerolehan makna
kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,
peneliti menafsirkan bahwa kalimat “nonton bola mandi.”. termasuk dalam kalimat
imperatif karena bersifat menyuruh, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,
tuturan tersebut tidak menggunakan penanda menyuruh, tetapi sudah mengerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
maksud dari tuturan Inosensia yaitu menyuruh ibunya untuk menemani nonton bola
mandi.
(29) Anak:“Bunda siki homat !” (Bunda sekarang hormat). Iihh pak de
Gung. B1(a.10.27)
Ibu : “Iya, bunda hormat.”
Anak: “Ino ndi?” (Ino mana?)
Data B1(a.10.27) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda siki homat (Bunda
sekarang hormat!)”. termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti
mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bunda siki homat
(Bunda sekarang hormat!)”. adalah pemerolehan makna kalimat imperatif (kalimat
perintah). Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa
kalimat “Bunda siki homat (Bunda sekarang hormat!)”..” termasuk dalam kalimat
imperatif karena bersifat menyuruh, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat,
Inosensia menyutuh ibunya untuk hormat karena sedang bermain upacara. Selain 5
contoh data tuturan kalimat imperatif 26 data kalimat deklaratif yang lain disajikan
pada Lampiran analisis data 4.
C. Pemerolehan kalimat interogatif
Kalimat interogatif atau kalimat tanya umumnya untuk menanyakan sesuatu.
Bentuk yang dihasilkan masih sederhana, tetapi Inosensia dapat membedakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
penanda kalimat seperti siapa untuk menanyakan orang, apa untuk menanyakan
barang dan kata tanya lainnya. Berikut ini contoh kalimat interogatif yang dihasilkan
Inosensia.
(30) Anak: “Dibumbuin.”
Ibu: “iya dibumbuin.”.
Anak: “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit)
Ibu: “Siapa itu dek?”
Anak: “Kancane Bunda ya?”. B1(a.2.6)
(temannya bunda ya?)
Data B1(A.2.6) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kancane Bunda ya? (temannya
bunda ya)”. termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi
kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat Kancane Bunda ya? (temannya
bunda ya)”. adalah pemerolehan makna kalimat imperatif (kalimat perintah). Ketiga,
peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kancane
Bunda ya? (temannya bunda ya)”termasuk dalam kalimat interogatif karena bersifat
bertanya sesuatu, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia bertanya
tentang orang yang sesang lewat di depannya.
(31) Anak: “Bunda meng ndi?” (Bunda kemana?) B1(a.5.13)
Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”
Anak: “Ke Cilacap?”
Ibu: “Iya dek.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Anak: “Ya cepet, cepet lunga.” (ya pergi, cepet pergi.)
Data B1(a.5.13) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bunda meng ndi?”termasuk
pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti
mengidentifikasi bahwa kalimat Bunda meng ndi? adalah pemerolehan makna
kalimat interogatif. (kalimat tanya) Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat,
peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kancane Bunda ya? (temannya bunda
ya)”termasuk dalam kalimat interogatif karena bersifat bertanya sesuatu, Keempat,
peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia bertanya untuk mencari ibunya.
(32) Ibu: “Itu apa?”
Anak: “Kacang ijo, purun kacang ijo?” (mau kacang hijau?) B1(a.6.16)
Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”
Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel.” (susah).
Data B1(A.6.16) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kacang ijo, purun kacang ijo?”
(Kacang hijau, mau kacang hijau?) termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua,
peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Kacang
ijo, purun kacang ijo?” adalah pemerolehan makna kalimat interogatif. (kalimat
tanya) Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa
kalimat “Kacang ijo, purun kacang ijo?” termasuk dalam kalimat interogatif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
bersifat bertanya sesuatu, Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia
menawarkan kacang hijau buat bundanya.
(33) Ibu: “Kenapa Eyang Kakung?”
Anak: “Eyang Kakung mana?” B1(a.7.18)
Ibu:”Di sekolahan
Anak:“iiiii…..”(menangis)
Ibu: “Mandi yuk?”
Anak : “Ayun-ayun dulu.”
Data B1(a.7.18) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Eyang Kakung mana?”
termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.
Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Eyang Kakung mana?” adalah
pemerolehan makna kalimat interogatif. (kalimat tanya) Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Eyang Kakung
mana?” termasuk dalam kalimat interogatif karena bersifat bertanya sesuatu,
Keempat, peneliti mendeskripsikan kalimat, Inosensia bertanya kepada bundanya
dimana eyang kakung. Selain 4 contoh data tuturan kalimat interogatif, terdapat 15
data kalimat interogatif yang lain disajikan pada Lampiran analisis data 4.
D. Pemerolehan kalimat interjejektif
Kalimat interjektif adalah kalimat yang menyatakan seruan dan juga ungkapan
perasaan senang, sedih, maupun kecewa. Kalimat interjektif yang dihasilkan
Inosensia sangat sedikit. Hal ini dikarenakan Inosensia lebih suka mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
perasaan secara langsung dengan ekspresi dan perbuatan. Berikut contoh kalimat
interjektif yang diperoleh Inosensia.
(34) Anak:”Batuk (kening) ben mari ya?” (biar sembuh ya?)
Ibu : “Iya dek.”
Anak: “Iiihh.. ada bintang.”
Ibu: “Bintang apa dek?”
Anak: “Bintang kecil yang lucu.” B1(a.8.23)
Ibu:”Iya dek, makan ya enak?”
Anak: “Enak, iiii jijih jatuh.” (iii..jorok jatuh). Bunda, tama nakal kan
mainan balon tama ora seneng. Ii aja dientokna jajane.
Ibu : “Iya, mandi dulu yuk?”
Data B1(a.8.23) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bintang kecil yang lucu.”
termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.
Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Bintang kecil yang lucu.” adalah
pemerolehan makna kalimat interjektif (Kalimat seruan) Ketiga, peneliti
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Bintang kecil
yang lucu.)”termasuk dalam kalimat intejektif karena bersifat menyanjung bintang
yang lucu, peneliti mendeskripsikan kalimat, kalimat yang dituturkan Inosensia
memberikan pujian terhadap bintang kecil yang lucu.
(35) Ibu: “Di kasih siapa dek?”
Anak: “Dikasih babi.”
Ibu: “Bagus nggak?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Anak: “Bagus”. B1(a.18.48)
Ibu: lagi gluduk udan.”
Anak:”Eyang Kakung udan aja nyetel TV.”
Data B1(a.18.48) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Bagus”. termasuk pemerolehan
makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat. Peneliti mengidentifikasi
bahwa kalimat “Bagus”. adalah pemerolehan makna kalimat interjektif (Kalimat
seruan) Ketiga, peneliti menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa
kalimat “Bagus.”termasuk dalam kalimat intejektif karena bersifat memberikan
pujian kepada kado yang diberi untuk Inosensia. Peneliti mendeskripsikan kalimat,
kalimat yang dituturkan Inosensia memberikan pujian terhadap boneka yang dikasih
temannya bunda.
(36) Anak: “Kucingnya lucu bunda.” B1(a.21.55)
Ibu: Kucingnya warna apa?
Anak: “Warna Kuning.”
Data B1(a.21.21) dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
melalui empat langkah, yang pertama peneliti mengklasifikasikan data ke dalam
makna kalimat. Peneliti menentukan bahwa kalimat “Kucingnya lucu bunda.”
termasuk pemerolehan makna kalimat. Kedua, peneliti mengidentifikasi kalimat.
Peneliti mengidentifikasi bahwa kalimat “Kucingnya lucu bunda.” adalah
pemerolehan makna kalimat interjektif (Kalimat seruan) Ketiga, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
menginterpretasikan kalimat, peneliti menafsirkan bahwa kalimat “Kucingnya lucu
bunda.” termasuk dalam kalimat intejektif karena bersifat memberikan pujian kepada
kado yang diberi untuk Inosensia. Peneliti mendeskripsikan kalimat, kalimat yang
dituturkan Inosensia memberikan pujian terhadap kucing yang sangat lucu. Selain 3
contoh data tuturan kalimat interjektif , terdapat 3 data kalimat interjektif yang lain
disajikan pada Lampiran analisis data 4.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan makna pemerolehan
kalimat pada studi kasus Inosensia usia tiga tahun. Berdasarkan hasil analisis,
ditemukan beberapa kalimat dari segi bentuk dan fungsi komunikatif yang diperoleh
Inosensia. Secara keseluruhan bentuk kalimat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
berdasarkan jumlah klausa yang terdiri dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk,
berdasarkan kelengkapan unsur yang terdiri dari kalimat lengkap dan tidak lengkap,
berdasarkan kalimat susunan subjek dan predikat yang terdiri dari kalimat versi dan
inversi. Fungsi komunikatif terdiri dari 4 jenis yaitu kalimat deklaratif, imperatif,
interogatif dan interjektif.
Teori yang digunakan dalam analisis bentuk dan makna adalah teori Alwi
(dalam Tata Bahasa Baku, 2014:318), Penelitian terdahulu yang digunakan oleh
peneliti adalah penemuan dari Desmana Wardhani (2008) yang berjudul Pemerolehan
Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Raka Usia Dua Tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dan penelitian yang relevan kedua yaitu Margaretha Ada (2003) yang berjudul
Pemerolehan Morfologi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Ngaisia.
Anak Usia Tiga Tahun.
4.3.1 Bentuk kalimat dalam studi kasus Inosensia usia tiga tahun
Peneliti mengelompokan menjadi dua pembahasan mengenai bentuk kalimat,
yaitu berdasarkan segi teori dan segi penelitian yang relevan. Berikut ini masing-
masing akan diuraikan pembahasan dari segi teori dan penelitian yang relevan.
1) Segi Teori
Peneliti menemukan dua acuan teori mengenai bentuk kalimat yaitu teori Alwi
(dalam tata bahasa baku, 2014) yang menyatakan bahwa bentuk pemerolehan kalimat
dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan majemuk. Menurut Alwi (dalam
tata bahasa baku, 2014) pola kalimat tunggal dibagi menjadi enam pola yaitu S-P, S-
P-O, S-P-Pel, S-P-Ket, S-P-O-Pel, S-P-O-Ket. Peneliti menemukan enam pola
kalimat tunggal pada tuturan Inosensia yaitu pola S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-O-Pel, S-
P-Ket, S-P-O-Ket. Proses pemerolehan kalimat Inosensia lebih dahulu memperoleh
pola kalimat tunggal S-P karena Inosensia menggunakan kalimat yang sederhana
terlebih dahulu. Kalimat Majemuk menurut Alwi (dalam tata bahasa baku, 2014)
terbagi menajdi tiga yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk ratapan, dan
kalimat majemuk bertingkat. Peneliti menemukan dua jenis kalimat majemuk yaitu
kalimat majemuk setara (2 tuturan) dan kalimat majemuk ratapan (1 tuturan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Inosensia memperoleh kalimat majemuk setara karena hubungan antar unsur-
unsurnya setara atau sederajat. Inosensia memperoleh kalimat majemuk ratapan
karena subjek-subjek dirapatkan atau kalimat majemuk rapatan sama dengan
subjeknya..
Moeliono (dalam tata bahasa baku, 2003) menyatakan bahwa bentuk kalimat
pemerolehan bahasa dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kelengkapan unsur yang
terdiri dari kalimat lengkap dan tidak lengkap. Inosensia lebih banyak memperoleh
kalimat lengkap dibandingkan dengan kalimat tidak lengkap, hal ini dikarenakan
Inosensia sudah menguasi lima pola kalimat tunggal. Proses pemerolehaan kalimat,
Inosensia pada umur 3 tahun memperoleh kalimat tidak lengkap pada tuturan
pertama, kemudian pada umur 3,2 bulan Inosensia sudah mulai memperoleh kalimat
lengkap hingga pada saat proses penelitian Inosensia lancar dalam menggunakan
kalimat lengkap.
Susunan subjek dan predikat yang terdiri dari kalimat versi dan inversi, Inosensia
lebih banyak memperoleh kalimat versi dibandingkan kalimat inversi, dan pada saat
proses penelitian Inosensia lebih sering menggunakan kalimat versi dibandingkan
kalimat inversi, dikarenakan anak usia tiga tahun sudah mampu mengucapkan
susunan kalimat seperti menggunakan kata benda, orang, dan binatang terlebih
dahulu untuk beribicara, setelah itu menggunakan kata kerja dan kata sifat.
Berdasarkan penelitian ini, peneliti mengetahui bahwa Inosensia sudah mampu
memperoleh kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, kalimat lengkap dan kalimat
tidak lengkap, kalimat versi dan inversi. Penelitian ini sejalan dan bersifat konfirmasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dengan teori Alwi (dalam tata bahasa baku, 1988) dan Moeliono (dalam tata bahasa
baku, 2003). Sehingga penelitian ini bersifat mendukung.
2) Segi Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai bentuk kalimat, berbeda karena
peneliti menganalisis data bentuk kalimat berdasarkan pendapat Alwi (dalam tata
bahasa baku, 1988) dan Moeliono (dalam tata bahasa baku, 2003). Penelitian
terdahulu yaitu Desmana (2008) menggunakan teori Alwi (dalam tata bahasa baku,
1988). Peneliti menemukan kalimat majemuk pada Inosensia hal ini disebabkan
Inosensia sudah mampu mengucapkan ujaran dengan menggunakan kata penghubung
dan penelitian Desmana (2008) hanya menemukan kalimat tunggal, dan tidak
menemukan kalimat majemuk dikarenakan ujaran yang dihasilkan masih berbentuk
ujaran dua kata sampai tiga kata. Kelengkapan unsur, Inosensia lebih dahulu
memperoleh kalimat lengkap dan Raka pada penelitian yang relevan lebih dahulu
menggunakan kalimat tidak lengkap dilihat dari hasil analisis. Selanjutnya
berdasarkan susunan subyek dan predikat yaitu kalimat versi dan inversi, Inosensia
lebih dahulu menggunakan kalimat versi hal ini dapat dilihat pada Lampiran analisis
data 2 yang sudah urut waktu pemerolehannya, dan Raka pada penelitian yang
relevan lebih menggunakan kalimat inversi karena masih tidak lengkap dengan
menggunakan kalimat. Dari hasil perbandingan antara peneliti dengan penelitian yang
relevan, maka peneliti bersifat menambahkan keterangan dari hasil penelitian
Desmana (2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
4.3.1 fungsi komunikatif pada studi kasus Inosensia usia tiga tahun
Peneliti mengelompokan menjadi dua pembahasan mengenai fungsi
komunikatif yaitu berdasarkan segi teori dan segi penelitian yang relevan, diuraikan
sebagai berikut.
1) Segi Teori
Peneliti menemukan acuan teori mengenai makna kalimat pemerolehan bahasa,
yaitu teori Alwi (dalam tata bahasa baku, 2014) yang menyatakan bahwa makna
kalimat dibagi menjadi lima yaitu kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, interjektif,
dan emfatik. Peneliti memperoleh empat makna kalimat yaitu kalimat deklaratif,
imperatif, interogatif, dan interjektif.
Inosensia memperoleh kalimat deklaratif terlebih dahulu dikarenakan anak pada
usia tiga tahun lebih cenderung mempunyai rasa ingin bercerita ketika melihat hal
yang masih asing yang berupa cerita, dan kabar, setelah memperoleh kalimat
deklaratif anak memperoleh kalimat interogatif, karena setelah anak memberitahukan
atau memberi informasi kepada lawan tutur, maka penutur bertanya karena
mempunyai rasa ingin tahu, setelah memperoleh kalimat interogatif, Inosensia
memperoleh kalimat perintah yaitu ketika anak sudah mengerti dengan jawaban
pertanyaannya maka anak memberikan perintah atau imperatif, pada usia tiga tahun
anak sudah mulai memberikan perintah kepada lawan tuturnya seperti menyuruh
ibunya membuatkan susu karena anak belum bisa membuat susu sendiri, selain itu
anak usia tiga tahun juga sudah dapat memberikan apresiasi terhadap hal atau benda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
yang menarik yang disebut kalimat interjektif. Sehingga penelitian ini bersifat
memperbaharui hasil penemuan dengan acuan teori Arifin dan Junaiyah (2008).
2) Segi penelitian yang relevan
Penelitian terdahulu Desmana (2008) makna kalimat menggunakan teori dari
Alwi (dalam tata bahasa baku, 1988). Peneliti menemukan empat makna kalimat
yaitu deklaratif, imperatif, interogatif, dan interjektif dalam tuturan Inosensia.
Desmana (2008) menemukan empat makna kalimat yaitu deklaratif, imperatif,
interogatif dan interjektif dalam tuturan Raka. Pada penelitian Desmana (2008) ujaran
yang menegenai makna kalimat masih menggunakan ujaran dua kata, sedangkan
dalam penelitian Inosensia sudah menguasi lebih dari dua ujaran. Ujaran pertama kali
yang diucapkan Raka yaitu kalimat perintah, sedangkan Inosensia kaimat berita
terlebih dahulu. Sehingga penelitian bersifat melengkapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, diuraikan mengenai kesimpulan penelitian, implikasi penelitian
dan saran-saran untuk pembaca.
5.1 Kesimpulan
Peneliti dapat menarik simpulan berdasarkan analisis data dan pembahasan.
Simpulan data ada dua hal yaitu pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan bentuk
kalimat dan pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan makna kalimat.
5.1.1 Pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan bentuk kalimat.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, berikut ini akan disajikan hasil
penelitian yang dapat ditarik kesimpulannya. Peneliti memperoleh tiga jenis kalimat
dari segi bentuk yaitu kalimat berdasarkan jumlah klausa, kelengkapan unsur dan
susunan subjek dan predikat. Pola kalimat tunggal teridi dari S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-
P-Ket, S-P-O-Pel, dan S-P-O-Ket. Inosensia sudah memperoleh kalimat yang dari
segi bentuk disebut (1) klimat tunggal berpola S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-O-Pel, S-P-
Ket, dan S-P-O-Ket.. Peneliti menemukan dua jenis kalimat majemuk yaitu kalimat
majemuk setara (2 tuturan) dan kalimat majemuk rapatan (1 tuturan). Inosensia
memperoleh kalimat majemuk setara karena hubungan antar unsur-unsurnya setara
atau sederajat. Inosensia memperoleh kalimat majemuk ratapan karena subjek-subjek
dirapatkan atau kalimat majemuk rapatan sama dengan subjeknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Inosensia juga menguasai kalimat yang dari segi kelengkapan unsurnya
disebut (1) kalimat lengkap, dan (2) kalimat tidak lengkap. Inosensia menguasai
kalimat yang dari segi susunan subjek dan predikat disebut (1) kalimat versi dan (2)
kalimat inversi.
5.1.2 Pemerolehan kalimat Inosensia berdasarkan makna kalimat
Inosensia memperoleh kalimat deklaratif terlebih dahulu dikarenakan anak
pada usia tiga tahun lebih cenderung mempunyai rasa ingin bercerita ketika melihat
hal yang masih asing yang berupa cerita, dan kabar, setelah memperoleh kalimat
deklaratif anak memperoleh kalimat interogatif, pada kalimat Interogatif anak sudah
mampu menggunakan kata tanya apa, siapa, dimana, dan mengapa, karena setelah
anak memberitahukan atau memberi informasi kepada lawan tutur, maka penutur
bertanya karena mempunyai rasa ingin tahu, setelah memperoleh kalimat interogatif,
Inosensia memperoleh kalimat perintah yaitu ketika anak sudah mengerti dengan
jawaban pertanyaannya maka anak memberikan perintah atau imperatif, pada kalimat
imperatif anak sudah mampu menggunakan kalimat imperatif halus,
larangan,permohonan dan ajakan. Anak usia tiga tahun mulai memberikan perintah
kepada lawan tuturnya seperti menyuruh ibunya membuatkan susu karena anak
belum bisa membuat susu sendiri, selain itu anak usia tiga tahun juga sudah dapat
memberikan apresiasi terhadap hal atau benda yang menarik yang disebut kalimat
interjektif. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menemukan anak usia tiga
tahun sudah bisa memberikan informasi berupa cerita yang penutur alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Konteks terjadinya tuturan dapat mempengaruhi pemerolehan tuturan yang
dihasilkan oleh subjek. Saat subjek sedang bermain, pasti akan muncul kalimat
interogatif misalnya menanyakan tentang nama benda yang sedang dimainkannya
dengan kalimat tunggal ataupun kalimat majemuk. Konteks merupakan satu kesatuan
dari proses pemerolehan kalimat.
5.2 Implikasi Temuan bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan mengetahui
bagaimana pemerolehan bahasa anak yang diperoleh khususnya pada umur tiga
tahun. Penelitian ini menemukan jenis kalimat berdasarkan bentuk dan makna kalimat
studi kasus pada Inosensia. Berikut ini implikasi yang muncul dari penelitian ini.
Pemerolehan bahasa pertama merupakan hal yang sangat penting bagi
perkembangan komunikasi anak. Pemerolehan bahasa muncul saat anak mengerti
bahasa ibunya. Pemerolahan bahasa berasal dari proses alamiah di abwah sadar,
sehingga anak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat melatih
kemampuan bahasanya mulai dari bentuk ujaran satu kata, sampai akhirnya ujaran
multi kata. Dengan demikian anak mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan
lebih baik. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih dalam mengenai
pemerolehan bahasa anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
5.3 Saran
5.3.1 Bagi Orang Tua
Peran orang tua sangat penting dalam memberikan tutur kata yang baik dan
benar kepada anak, supaya anak dapat memperoleh bentuk kalimat dan makna
kalimat (nilai komunikatif) dengan baik.
5.3.2 Bagi peneliti lain
Diharapkan akan dijadikan acuan untuk peneliti lain yang juga meneliti
tentang pemerolehan bahasa anak untuk mengkaji lebih lanjut dalam mengidentifikasi
pemerolehan bahasa anak khususnya bentuk kalimat dan makna kalimat (nilai
komunikatif).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
DAFTAR PUSTAKA
Ada, Margaretha. 2003. Pemerolehan Morfologi Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama: Kasus Ngaisia, Anak Usia Tiga Tahun.
Alwi, Hasan, dkk. 1998 . Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Alwi, Hasan, dkk. 2014. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin, Zaenal & Junaiyah, H.M. 2009. Sintaksis. Jakarta: PT Grasidno.
Chaer, Abdul, Psikolinguistik , Kajian Teoritik, Jakarta: PT Rineka Cipta
CPNS 2003.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun, 2007. Metode Penelitian Bahasa : Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moeliono, Anton M; Dardjowidjojo, Soenjono. 1988. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moeliono, Anton M. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
Putrayasa, Ida Bagus. 2012. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: PT
Refika Aditama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Kalimat Efektif. Bandung: PT Refika Aditama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2010. Kalimat Baku Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Ramlan, M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Sugiyono, 2012. Metodologi Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabetha:
Bandung.
Sukini. 2010. Sintaksis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Pengajaran Sintaksis. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Wardani, Anastasia Desmana. 2008. Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Pertama: Kasus Raka Anak Usia dua Tahun.
Yogyakarta: PBSI. FKIP Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
SURAT TRIANGGULATOR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
LAMPIRAN ANALISIS DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran Analisis Data 1 dari segi bentuk berdasarkan jumlah klausa
Kalimat dari segi bentuk terdiri dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal terdiri dari enam pola yaitu S-P, S-PO, S-P-Pel, S-P-Ket, S-P-
O-Pel, S-P-O-K, dan kalimat majemuk terdiri dari tiga jenis yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk ratapan, dan kalimat majemuk bertingkat. Berikut ini
akan disajikan analisis data yang lebih rinci.
Kalimat Tunggal Kalimat majemuk Keterangan
S-P S-P-O S-P-Pel S-P-Ket
S-P-O-Pel
S-P-O-K
KM.setara
KM.
Ratapan
KM.
Bertingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
LAMPIRAN ANALISIS DATA 1 DARI SEGI BENTUK BERDASARKAN JUMLAH KLAUSA
N
O
KO
DE
DATA TUTURAN KETERANGAN
1 A1
(1)
Ibu: “Ini namanya apa?”
(1). Anak : “Namanya oyong”. (namanya labu). (S-P-
Pel)
Ibu: “Itu berapan dek?”
(2). Anak: “60 ribu”. (S-P)
Ibu: “buat apa itu, dek?”
(3). Anak: “Buat bunda.” (S-P)
(1) Namanya Oyong. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia maka menjadi kalimat lengkap yaitu
Buah ini namanya oyong.
S P Pel
a. Alat uji subjek kalimat dengan menerapkan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Selain itu untuk subjek
yang bukan orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat].
Untuk mengetahui mana subjek kalimat pada tuturan di atas maka menerapkan formula pertanyaan apa namanya oyong?
Jawabannya adalah ‘Buah ini’. Maka ‘Buah ini’ merupakan subjek kalimat di atas.
a. Pembuktian predikat yaitu menggunakan rumus mengapa/bagaimana. Untuk mengetahui mana predikat kalimat di atas maka
menggunakan rumus mengapa buah ini? jawabannya adalah ‘namanya’. Maka predikat kalimat di atas adalah ‘namanya’.
b. ‘oyong’, merupakan pelengkap.
(2) 60 ribu . jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi
Oyong harganya 60 ribu.
S P
a. Alat uji subjek kalimat dengan menerapkan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Selain itu untuk subjek
selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kpada kalimat di atas maka menggunakan
rumus apa yang harganya 60 ribu? Jawabannya adalah ‘oyong’. Maka subjek pada kalimat di atas adalah ‘Oyong’.
b. Pembuktian predikat menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas adalah
bagaimana Oyong? Jawabannya ‘Harganya 60 ribu’. Maka predikat kalimat di atas adalah ‘harganya 60 ribu” merupakan
predikat frasa numeralia karena terdapat angka 60 ribu.
(3) Buat bunda. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi
Oyongnya buat bunda.
S P
a. Alat uji subjek adalah dengan menerapkan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, selain itu untuk subjek bukan
orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan rumus apa
yang buat bunda? Jawabannya ‘oyongnya’. Maka oyong merupakan subjek pada kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas adalah
bagaimana oyongnya? Jawabannya ‘Buat Bunda’.
2 A1
(2) (4)Anak: “Dibumbuin !” (S-P)
(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit). (S-
P-K) Ibu: “Siapa itu dek?”
(6)Anak: “Kancane Bunda ya?” (temannya bunda
ya?). (S-P)
(4) Dibubuin. Jika Inosensia menuturkan kalimat lengkap, maka menjadi
Oyongnya dibumbuin.
S P
a. Alat uji untuk mengetahui subjek kalimat dengan menerapkan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Untuk
subjek selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus
apa yang dibumbuin? Jawabannya ‘oyongnya’. Maka subjekt kalimat tersebut adalah ‘oyongnya’.
b. Untuk mengetahui apakah dibumbuin merupakan predikat yaitu menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk kalimat
di atas menggunakan rumus bagaimana oyongnya? Jawabannya adalah ‘dibumbuin’. Dibumbuin merupakan predikat frasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
verba.
(5) Dibumbuin sitik. Jika Inosensia menuturkan kalimat lengkap, maka menajdi
Oyongnya dibumbuhin sitik ya. (sedikit)
S P K
a. Alat uji subjek kalimat dengan menerapkan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan rumus apa yang
dibumbuin sedikit? Jawabannya adalah ‘Oyongnya’. Maka ‘oyongnya’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Untuk mengetahui apakah itu predikat yaitu dengan rumus mengapa atau bagaimana. Rumus yang digunakan untuk menguji
predikat kalimat di atas adalah bagaimana oyongnya? Jawabannya adalah dibumbuin sedikit ya.”. Maka ‘dibumbuin sedikit ya’
merupakan predikat frasa verba.
c. Sedikit ya. Merupakan keterngan cara.
(6) Temannya bunda ya. Jika Inosensia menuturkan kalimat lengakp, maka menjadi.
Temannya Bunda ya yang lewat.
S P
a. Untuk menguji subjek kalimat menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus siapa yang lewat?
Jawabannya adalah ‘temannya bunda ya’. Maka ‘temannya bunda ya’ merupakan subjek pada kalimat di atas.
b. Untuk menguji predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Pertanyaan utuk kalimat di atas adalah bagaimana
temannya bunda? Jawabannya adalah “yang lewat’. maka ‘yang lewat’ adalah predikat frasa verba.
3 A1
(3)
Ibu: “Tadi udah ditimbang?”
(7)Anak: “Wis.” (udah). (S-K-P)
Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”
(8) Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.” (Kakinya jatuh).
(S-P)
Dari percakapan Inosensia dapat dianalisis sebagai berikut.
(7) Wis (udah). Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi
Inosensia tadi sudah ditimbang.
S K P
a. Untuk membuktikan bahwa kalimat merupakan subjek maka menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang,
dan untuk subjek selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas yaitu
menggunakan rumus siapa yang sudah di timbang? Jawabannya adalah ‘Inosensia’. Maka ‘Inosensia’ merupakan subjek
kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat pada kalimat di atas menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Bagaimana Inosensia? Jawabannya
adalah ‘sudah ditimbang’. ‘sudah ditimbang’ merupakan predikat frasa verba.
c. Keterangan tidak terkait posisi, pada kalimat di atas keterangan berada di tengah subjek yaitu keterangan waktu.
(8) Kakinya jatuh
S P
a. Untuk menguji subjek kalimat menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus apa yang jatuh?
Jawabannya adalah ‘kakinya’. ‘kakinya’ merupakan subjek pada kalimat di atas.
b. Untuk menguji predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Bagaimana kakinya? Jawabannya adalah ‘jatuh’.
Maka ‘jatuh’ merupakan predikat.
4 A1
(4) (9). Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng
sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke
(9) Tadi malam Eyang Ti kaget terus ke
Ket.waktu S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
sekolahan). (S-P-K)
Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana lindu.” (tadi
malam lagi tidur tiba-tiba ada gempa).
Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing oyeg-
oyeg.” (aku juga tadi malam mau tidur ada yang
bergerak-gerak).
Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga kaget).
(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu
kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga
bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya
ada di kursi).
(K-S-P- Pel- O-K)
Ibu: “Ino nangis gak?
(11). Ino: “Aku malah nendang bata di luar.” (aku
menendang batu di luar). (S-P-O-K)
Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba krasa bange.”
(iya kan aku lagi duduk tiba-tiba krasa banget).
(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku
keluar digendong Eyang Ti). (S-P-O)
sekolahan
Ket.tempat.
a. Alat uji subjek kalimat menerapkan pertanyaan [siapa + yang +predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang
kaget? Jawabannya adalah ‘Eyang Ti’. Maka ‘Eyang Ti’ merupakan subjek kalaimat di atas.
b. untuk mengetahui predkat menggunakan rumus mengapa atau bagaimana. Mengapa Eyang Ti? Jawabannya adalah ‘kaget’.
Maka ‘kaget’ merupakan predikat frasa adjektiva.
c. Tadi malam, merupakan keterangan waktu. Sekolahan merupakan keterangan tempat karena menunjukan suatu tempat.
Keterangan tidak terkait posisi bisa di awal, tengah dan akhir.
(10) Tadi malam juga bundaku takut terus
Ket.waktu S P
tidur,
Pel
terus rambutnya ada di kursi.
O K
a. Untuk mengetahui subyek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan
orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Pertanyaan untuk kalimat di atas adalah siapa yang takut terus tidur?
Jawabannya adalah ‘Bundaku’. Maka ‘Bundaku’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Rumus predikat adalah menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk kalimat di atas menggunakan pertanyaan
mengapa Bundaku? Jawabannya adalah ‘takut terus tidur’. Merupakan predikat frasa adjektiva dan verba.
c. Tadi malam merupakan keterangan waktu. Terus rambutnya ada di kursi merupakan keterangan tempat.
(11) Aku menendang batu di luar.
S P O K
a. Pembuktian subyek dengan menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan rumus siapa yang
menendang? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat dengan menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Bagaimana aku? Jawabannya adalah
‘Mrnendang’. Maka ‘menendang’ merupakan predikat frasa verba.
c. Pembuktian objek yaitu dengan menggunaka rumus langsung dibelakang predikat, dapat menjadi subjek kalimat pasif, tidak
didahului preposisi, didahului kata bahwa. Dibuktikan dengan merubah objek menjadi subjek kalimat pasif yaitu : batu
ditendang aku.
d. Di luar merupakan keterangan tempat.
(12) Aku keluar digendong Eyang Ti.
S P O
a. Pembuktian subjek dengan menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus siapa yang
keluar digendong? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Kalimat di atas menggunakan pertanyaan bagaimana
aku? Jawabannya adalah ‘keluar digendong’. Maka ‘Keluar digendong’ merupakan predikat frasa verba.
c. Pembuktian objek dengan rumus langsung dibelakang predikat, dapat menajdi subjek kalimat pasif. Dapat dibuktikaan: Eyang
Ti keluar mengendong aku. Maka eyang ti merupakan objek.
5 A1
(5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).
(S-P)
Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”
(14). Anak: “Ke Cilacap?” (S-P-K)
Ibu: “iya dek.”
(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).
(S-P)
(13) Bunda kemana? Jika inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Bunda pergi kemana?
S P
a. Pembuktian subyek dengan menggunakan rumus [Siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus siapa yang
pergi kemana? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? Jawabannya adalah ‘pergi kemana’. Maka ‘pergi kemana’ merupakan predikat.
(14) Ke Cilacap. jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Bunda pergi ke Cilacap.
S P K
a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Pertanyaan untuk mengetahui subjek kalimat di atas adalah siapa yang pergi?
Jawabannya adalah ‘Bunda’. maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘pergi, maka
‘pergi’ merupakan predikat frasa verba.
c. Ke Cilacap merupakan keterangan tempat.
(15) Cepet pergi. Jika Inosensia menyuruh dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Bunda cepat pergi.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan subjek yaitu menggunaka n rumus [siapa + yang predikat] untuk subjek orang, dan untuk
subjek selain orang menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan
pertanyaan siapa yang cepat pergi? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat dii atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagimana. Bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘cepat pergi’.
Maka ‘cepat pergi’ merupakan predikat frasa verba.
6 A1
(6)
Ibu: “Itu apa?”
(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau
kacang hijau). (S-P)
Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”
(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel
(susah) kaos kakinya.” (P-S)
(16) Kacang ijo purun. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi.
Bunda mau kacang ijo?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus siapa yang
mau kacang ijo? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘mau kacang ijo’. maka ‘mau kacang ijo’ merupakan predikat
frasa verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
(17) Kotor kaos kakinya.
P S
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas maka menggunakan rumus apa yang
kotor? Jawabannya adalah ‘kaos kakinya’, maka ‘kaos kakinya’ merupakan subjek kalimat..
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan rumus mengapa atau bagaimana. Bagaimana kaos kakinya?? Jawabannya
‘kotor’, maka ‘kotor’ merupakan predikat frasa adjektiva.
7 A1
(7)
Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”
(18). Anak: “Eyang kakung mana?” (S-P)
Ibu: “Di sekolahan.”
(19). Anak: “iiiii…(menangis). (S-P-Pel)
Ibu: “mandi yuk?”
(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (S-P)
(18) Eyang kakung pergi ke mana?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan rumus pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain
orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan rumus
siapa yang pergi kemana? Jawabannya adalah ‘Eyang Kakung’. Maka ‘Eyang kakung’ merupakan subjek kalimat di atas.
(19) Iiii…(menangis). Jika Inosensia menyampaikan tturan dengan lengkap, maka menjadi
Ino ditinggal Eyang kakung.
S P Pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang ditinggal Eyang kakung? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana, maka untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘ditinggal. Maka ‘ditinggal merupakan predikat frasa verba.
(20) Pembuktian pelenkap, yaitu bahwa Eyang kakung sebagai pelengkap dari subjek.
(21) Ayun-ayun dulu. Jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menajdi
Aku mau ayun-ayun dulu.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas smenggunakan pertanyaan
siapa yang mau ayun-ayun dulu? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan
pertanyaan bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘mau ayun-ayun dulu’, maka ‘mau ayun-ayun dulu’ merupakan predikat frasa
verba.
8 A1
(8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar
sembuh ya). (S-P)
Ibu: “Iya dek.”
(22). Anak: “Iiih.. ada bintang ”. (S-P)
Ibu: “Bintang apa dek?”
(23). Anak: “Bintang kecil yang lucu.” (S-P)
Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”
(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh).
Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora
(22) Kening biar sembuh ya.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
biar sembuh? Jawabannya adalah ‘kening’, maka ‘kening’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana kening? Jawabannya adalah ‘biar sembuh’, maka ‘biar sembuh’ merupakan predikat frasa
verba.
(23) Iii…ada bintang. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
seneng . iii aja dientokna jajane.” (P-P-S-P)
Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”
Bunda ada bintang.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
ada bintang? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengettahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimanabunda? Jawabannya ‘lada bintang’, merupakan predikat frasa verba.
(24) Bintang kecil yang lucu.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orangm dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan apa lyang lucu? Jawabannya adalah ‘Bintang kecil’, maka ‘Bintang kecil’ merupakan subjek kalimat
di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertantyaan mengapa atau bagaimana, untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bintang kecil? Jawabannya adalah ‘lucu’, maka ‘lucu’ merupakan predikat frasa adjektiva.
(25) Enak…ii jorok jatuh. Tama nakal
P S
kan mainan balon. Tama tidak suka.
P S p
a. Pembuktian subjek menggunkan rumus jawaban atas pertanyaan apa/siapa, bentuk kata benda. Tuturan tersebut menggunaka
rumus siapa yang nakal? Jawabbnya yaitu Tama, Tama merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan rumus jawaban atas pertanyaan apa/siapa, bagaimana, mengapa, diapakan. Tuturan tersbeut
dapat menggunakan rumus apa yang dilakukan Tama? Jawabannya mainan Bola.
9 A1
(9) (25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama
Sari ya). (S-P-O)
Ibu: “Kenapa dek?”
(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak, ya nang Ino
dijorna nangis.” (K-S-P-K)
(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin
nangis). Bunda, tadi ada Ino di gambar, ngko tak
golekna. (Bunda, tadi ada Ino di gambar nanti
dicariin ya?).
(26) Jangan sama sari ya. Jika Inosensia menuturkan lengkap, maka akan menjadi.
Bunda jangan main sama Sari ya.
S P O
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang jangan main? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘jangan main’, maka ‘jangan main’ merupakan predikat frasa
verba.
c. Pembuktian objek, menggunakan bentuk pasif yaitu Sari jangan main bersama Bunda.
(27) Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino
Ket S P K
didiemin nangis.
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk pertanyaan subjek orang, dan untuk pertanyaan
subjek selain orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan
pertanyaan siapa yang nangis dikeplak? Jawabannya adalah ‘Tama’, maka ‘Tama’ merupakan subjek orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana, untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa Tama? Jawabannya adalah ‘nangis dikeplak’, merupakan predikat frasa verba.
Tadi merupakan keterangan tempat. ‘ya sama Ino didiemin nangis’ merupakan keterangan cara.
10 A1
(10) 27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”
(Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung). (S-K-P)
Ibu: “Iya, Bunda hormat.
(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?). (S-P)
(28) Bunda, sekarang hormat.
S K P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang hormat? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Bunda? jawabannya adalah ‘hormat’, maka hormat merupakan predikat frasa verba.
c. ‘Sekarang’ merupakan keterangan waktu.
(29) Ino ndi. Jika Inosensia menuturkan dengan kalimat lengkap, maka menjadi Ino dimana hormatnya?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untu subjek orang, dan untuk subjek bukan orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang dimana hormatnya? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat kalimat di
atas menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘dimana hormatnya’ merupakan predikat frasa verba. .
11 A1
(11) 29). Anak: “Bunda ada semutnya lho.” (S-P)
Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk dek?”
(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.” (S-P)
(30) Bunda ada semutnya lho
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek bukan orang menggunakan
pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang ada semuntya/
jawabannya adalah ‘Bunda’, Maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan
pertanyaan bagaimana Bunda? jawabannya adalah ‘ada semutnya lho’, merupakan predikat frasa nomina.
(31) Punyaku panjang.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk mengetahui subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
panjang? Jawabannya adalah ‘punyaku’, maka ‘punyaku’ merupakan subjek kata benda.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan
pertanyaan bagaima punyaku? Jawabannya adalah ‘panjang’, merupakan predikat frasa adjektiva.
12 A1(
12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana
motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)
(S-P-Pel)
Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”
(32) Anak lewat-lewat terus ya takut ada
S P P
motor.
pel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”
(S-P-pel)
Ibu: “Bebeknya ke mana?”
(33). Anak: “Bebeknya ilang.” (S-P)
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang lewat-lewat terus? Jawabannya adalah ‘Anak’, maka ‘Anak’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa anak? Jawabannya adalah ‘lewat-lewat terus ya ‘, merupakan predikat frasa verba.
c. Pembuktian motor merupakan pelengkap untuk predikat.
(33) Mba-mba ke sini sama Tama
S P Pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang ke sini? Jawabannya adalah ‘Mba-mba’, merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat mengginakan rumus mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan
pertanyaan mengapa mba-mba? Jawabanya adalah ‘ke sini’, merupakan predikat frasa verba.
c. Pembuktian pelengkap, sebagai pelengkap subjek dan predikat.
(34) Bebeknya ilang
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan rumus pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek predikat orang, dan untuk subjek
selain orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan
pertanyaan apa yang hilang? Jawabannya adalah ‘Bebeknya’, maka ‘Bebeknya’ merupakan subjek selain orang.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di aatts
menggunakan pertanyaan mengapa bebeknya? Jawabannya adalah ‘ilang (hilang)’, merupakan predikat frasa verba.
13 A1(
13)
Ibu: “Ences di mana?”
(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan, Ences di
rumah.” (S-P-S-K) dan kalimat majemuk ratapan.
Ibu: “Ences itu siapa dek?”
(35). Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.” (S-P)
Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”
(36). Anak: “Bukan..hehe.” (S-P)
Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”
(35) Ences tidak di sekolahan, Ences di
S P S
rumah.
K
Kalimat tersebut termasuk kalimat majemuik ratapan, karena subjek-subjek dirapatkan atau kalimat majemuk ratapan sama dengan
subjeknya.
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek bukan orang
menggunakan pertanyaan siapa yang tidak ke sekolahan jawabanhya adalah “Ences’, merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiimana? Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa Ences? Jawabannya adalah ‘tidak di sekolahan’, maka ‘Ences tidak di sekolahan’
meripakan predikat frasa verba.
c. Keterangan pada tuturan yaitu keterangan tempat.
(36) Ences temannya Eyang Kakung.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat], dan untuk subjek selain orang menggunakan pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
[apa + yang + predikat]. pertanyaan untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan siapa yang temannya Eyang
kakung? Jawabannya adalah ‘Ences’, maka ‘’Ences’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Ences? Jawabannya adalah bagaimana Ences? Jawabanya adalah ‘Temannya Eyang
Kakung’, maka ‘Temannya Eyang Kakung’ merupakan predikat frasa nominal.
(37) Bukan. Jika Inosensia menjawab dengan lengkap, maka menjadi
Ences bukan temannya Ino.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siaa yang
bukan temannya Ino? Jawabannya adalah ‘Ences’, maka ‘Ences’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunaan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Ences? Jawabannya adalah ‘bukan temannya Ino’. Maka merupakan predikat dari kalimat
di atas.
14 A1(
14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (S-P-O)
Ibu: “Laptop untuk apa?”
(38)Anak: “Untuk melihat gambar.” (S-P-O)
Ibu: “Gambar apa?”
(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.” (P-S)
(38) Ambilkan leptop. Jika diubah menajadi kalimat lengkap, maka menjadi.
Bunda ambilkan leptop.
S P O
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + prediat]. Untuk mengetahui subjek klimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang
ambilkan? Jawabannya adalah Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat di atas menggunakan
pertanyaan bagaimana bundaa? Jawabannya adalah ‘ambilkan’. Merupakan predikat frasa verba.
c. Objek dapat diganti kalimat pasif yaitu laptop diambil Bunda.
(39) Untuk melihat gambar. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi.
Leptop untuk melihat gambar
S P O
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
untuk melihat? Jawabannya adalah ‘Laptop’, merupakan subjek selain orang.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan predikat mengapa atau bagamana. Untuk mengetahui predikat kalimat di
atas menggunakan pertanyaan bagaimana leptop? Jawabannya adalaah ‘untuk melihat’. Merupakan predikat frasa verba.
c. Pembuktian objek menggunakan kalimat aktif yaitu ‘gambar untuk melihat laptop’.
(40) Gambar ayam, kelinci. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka akan menajdi kalimat.
Melihat gambar ayam, kelinci.
P S
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk selain orang menggunakan
pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan subjek yaitu apa yang melihat?
Jawabannya adalah ‘gambar ayam, kelinci’, merupakan subjek selain orang.
b. Pembuktian predikat predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
menggunakan bagaimana gambar ayam, kelinci jawabannya ‘melihat’, merupakan predikat frasa verba.
15 A1(
A1
(15)
(40). Anak: “Nonton bola mandi.” (S-P-Pel)
Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”
(41). Anak: “Di sana.” (P-S-K)
(41) Nonton bola mandi. Jika Inosensia berkata dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Aku pengen nonton bola mandi.
S P pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang ++ predikat]. untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas mnggunakan pertanyaan
siapa yang pengen nonton? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat menggunakan pertanyaan
mengapa aku? Jawabannya adalah ‘pengen nonton’, maka ‘pengen nonton’ merupakan predikat frasa verba.
c. Pembuktian pelengkap yaitu melengkapi predikat.
(42) Di sana. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Nonton bola mandi di sana.
P S K
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat], untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunkan apa yang nonton?
Jawabannya ‘bola mandi’, merupakan subjek orang..
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
mengguanakan pertanyaan mengapa bola mandi? Jawabannya adalah ‘nonton’, maka ‘nonton’ merupakan predikat frasa verba.
c. Di sana’, merupakan keterangan tempat.
16 A1(
16)
Ibu: “Rasanya apa dek?”
(42). Anak: “Kecut.” (S-P)
Ibu: “Dedek makan apa tu?”
(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (S-P)
(43) Kecut. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Lutis pakai dondong rasanya kecut.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
rasanya kecut? Jawabannya adalah ‘lutis pakai dondong’, maka ‘lutis pakai dondong’ merupakan subjek bukan orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana lutis pakai dondong? Jawabannya adalah rasanya kecut’, maka ‘rasanya kecut’ merupakan
predikat frasa adjektiva.
(44) Lutis pakai dondong.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
pakai dondong? Jawabannya adalah ‘lutis’, maka ‘lutis’ merupakan subbjek kata benda.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana lutis jawabannya ‘pakai dondong’, maka ‘pakai dondong’ merupakan predikat frasa verba.
17 A1
(17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (S-P-Pel)
Ibu: “Di mana?”
(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun terus
nyeluk eyang kakung.” (aku pernah petik ini di kebun
(45) Aku pernah metik ini.
S P pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek selain orang menggunakan pertanyaan [apa
+ yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang pernah metik? Jawabannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
terus panggil Eyang kakung). (S-P-Pel-K-K)
Ibu: “Dedek takut?”
(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng bunda
ya?”
(S-P-K)
adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa aku? Jawabannya adalah ‘pernah metik’ maka ‘pernah metik’ merupakan predikat frasa
verba.
c. ‘ini’ merupakan pelengkap predikat.
(46) Aku pernah petik ini di kebun terus
S P pel K
panggil Eyang kakung.
K
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang pernah petik? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘pernah petik’, maka ‘pernah petik’ merupakan predikat frasa
verba.
c. Ini merupakan pelengkap.
d. ‘Di kebun’ merupakan keterangan tempat. ‘panggil Eyang Kakung’ merupakan keterangan cara.
(47) Takut sendirian nangis Bareng bunda
S P K
ya.
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang nangis?
Jawabannya adalah ‘Takut sendirian nangis’, merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa takut sendirian? Jawabannya adalah ‘nangis’, maka ‘nangis’ merupakan predikat frasa
verba.
c. ‘bareng Bunda ya’ merupakan keterangan cara.
18 A1
(18)
Ibu: “Di kasih siapa dek?”
(47)Anak: “Dikasih babi.” (S-P)
Ibu: “Bagus nggak?”
(48)Anak: “Bagus.” (S-P)
Ibu: “Lagi gluduk udan.”
(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja nyetel TV.” (S-
P)
(48) Dikasih babi, jika Inosenia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi. Bonekanya dikasih babi.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
dikasih babi? Jawabannya adalah ‘Bonekanya’, maka ‘bonekannya’ merupakan subjek benda.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiman. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bonekannya? Jawabannya adalah ‘dikasih babi’, maka ‘dikasih babi’ merupakan predikat
frasa verba.
(49) Bagus. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Bonekannya bagus.
S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
a. Pembuktian subjek menggunakan pertan untuk subjek selain orang menggunakan pertanyaan [apa + nyaan [siapa + yang +
predikat] untuk subjek orang, dan untuk selain orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui
subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang bagus? Jawabannya adalah ‘bonekannya’, maka ‘bonekannya’
merupakan subjek benda.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa artau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bonekannya? Jawabannya adalah ‘bagus’, maka ‘bagus’ merupakan predikat frasa
adjektiva.
(50) Eyang kakung hujan, jangan nyalakan TV
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang jangan nyalakan TV? Jawabannya adalah “Eyang Kakung”, maka ‘Eyang kakung’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat menggunakan pertanyaan
bagaimana Eyang kakung? Jawabannya adalah ‘hujan jangan nyalakan TV’. Merupakan predikat frasa verba.
19 A1(
19) (50). Anak: “Beli apa?” (S-P)
Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”
(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk, bambang
putih.” (S-P)
(51) Beli apa?, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Bunda beli apa?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang
beli? Jawabannya adalah ‘bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘beli apa’, merupakan predikat.
(52) Ini pisang, durian, jeruk, bambang
S P
Putih.
a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
pisang, durian, jeruk, bambang? Jawabannya ‘ini’, maka ‘ini’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan spertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabannya adalah ‘pisang, durian, jeruk, bambang putih’.
20 A1(
20)
Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”
(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (S-P-K)
Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”
(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (S-P)
Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’
(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu
bola.” (S-P-Pel)
(53) Aku Lihat Volly di Cilacap.
S P K
a. Pembuktian subjek menggunakan pertayaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang lihat voly? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat menggunakan pertanyaan
bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘lihat voly’, maka ‘lihat voly’ merupakan predikat frasa verba.
c. ‘Di Cilacap’ merupakan keterangan tempat.
(54) Eyang Ti sama Ino.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
S P
a. Pembuktian menggunakn rpertanyaan [siapa + apa + predikat] untuk subjek orang, udan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahuii predikat kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang sama Ino? Jawabannya adalah ‘Eyang Ti’, maka ‘Eyang Ti’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Eyang Ti? Jawabannya adalah ‘sama Ino’, maka
‘sama Ino’ merupakan predikat frasa verba.
(55) Bunda aku pengen sepatu bola.
S P pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + bagaimana]. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang pengen/ jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk predikat kalimat di atas menggunakan
pertanyaan mengapa bunda? jawabannya ‘pengen’, maka ‘pengen’, merupakan predikat frasa verba.
c. ‘Sepatu bola’ merupakan pelengkap.
21 A1
(21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.” (S-P)
Ibu: “Kucingnya warna apa?”
(56). Anak: “Kuning.” (S-P)
(56) Kucingnya lucu bunda.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selin orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
lucu? Jawabannya adaalah ‘Kucingnya’, maka ‘kucingnya’ merupakan subjek selain orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana kucingnya? Jawabannya ‘Lucu bunda’, maka ‘lucu bunda’ merupakan predikat frasa
adjektiva.
(57) Kuning. Jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap, maka menajdi.
Kucingnya warna kuning.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui predikat kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa
yang warnanya kuning? Jawabannya adalah ‘kucingnya’, maka ‘kucingnya’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di ats
menggunakan pertanyaan bagaimana kucingnya? Jawabannya adalah ‘warnanya kuning’. Merupakan predikat frasa adjektiva.
22 A1
(22)
Ibu: “Dedek beli apa?
(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.” (S-P-Pel)
Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”
(58). Anak: “Dua.” (S-P)
Ibu: “Bagus gak dek?”
(59). Anak: “Bagus, buka!” (S-P)
Ibu: “Apanya yang dibuka?”
(60). Anak: “Sakit pakai tisu.” (S-P-Pel)
(58) Aku Beli doraemon kuning.
S P pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + preedikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat], untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang beli? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat maka menggunakan
pertanyaan bagaimana aku? Jawabannya adalah ‘Brli’, maka ‘beli’ merupakan predikat frasa verba.
c. ‘doraemon kunig’ merupakan pelengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini sikatnya bentuk
apa?”
(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.” (S-P)
Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”
(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda ora melu
nang pasar malam.” (K-S-P-K)
Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”
(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” (P-S)
Ibu: “Terus dedek beli apa?”
(64). Anak: “Beli doraemon.” (P-S)
Ibu: Doraemonnya bagus dek?
Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?
(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.” (S-P)
Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “
(66). Anak: “Eyang kakung.” (S-P-O)
Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “
(67). Anak: “Eyang kakung eek.” (S-P)
(59) Dua. Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi
Doraemon harganya dua.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, sedangkan untuk subjek se;ain
orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa
yang harganya dua? Jawabannya adalah doraemon’, maka ‘doraemon’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyan bagaimana doraemon? Jawabannya adalah ‘harganya dua’, maka merupaakan predikat frasa
numeralia.
(60) Bagus. Jika Inosensia menjawwab dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Doraemon bagus.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
bagus? Jawabannya adalah ‘doraemon’, maka ‘doraemon’ merupakan subjek yang bukan orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimaan doraemon? Jawabannya adalah ‘bagus’, ‘bagus’ merupakan predikat frasa adjektiva.
(61) Tangannya sakit pakai tisu.
S P Pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk pertanyaan subjek orang, dan untuk subjek bukan
orang menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyan apa
yang sakit? Jawabannya adalah ‘tangannya’, maka ‘tangannya’ merupakan subjek bukan orang.
b. Pembuktian predikat, menggunakan pertanyan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa tangannya? Jawabannya adalah ‘sakit’, maka ‘sakit’ merupakan predikat frasa adjektiva. .
c. ‘Pakai tisu’ merupakan pelengkap untuk tangannya sakit.
(62) Bentuk doraemon kecil.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas smenggunakan pertanyaan apa yang
kecil? Jawabannya adalah ‘bentuk doraemon kecil’, maka ‘bentuk doraeemon’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
smenggunakan perrtanyaan bagaimana bentuk doraemon? Jawabannya adalah ‘kecil’, maka kecil’ merupakan predikat frasa
adjektival.
(63) Beli di pasar malam, bunda tidak ikut ke
K S P
pasar malam.
K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang tidak ikut? Jawabannya adaalh ‘Bunda’, maka ‘bunda’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabannya adalah ‘tidak ikut’ maka ‘tidak ikut’ merupakan predikat frasa verba.
c. Keterangan pada tuturan merupakan keterangan tempat.
(64) Bagus ada kudanya.
P S
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjekk orang, dan untuk subjek bukan orang
menhgnakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
bagus? Jawabannya adalah ‘ada kudanya’, maka ‘ada kudanya’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat, menggunakan rupertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana ada kudangya? Jawabannya adalah ‘bagus’, maka ‘bagus’ merupakan predikat frasa
adjektiva.
(65) Beli doraemon
P S
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
beli? Jawabannya adalah ‘doraemon’, maka ‘doraemon’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa doraemon? Jawabannya adalah ‘beli’, maka ‘beli’ merupakan predikat
frasa verba.
(66) Ini gambar doraemon
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan rumus [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek bukan orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa
gambar doraemon? Jawabannya adalah ‘Ini’, maka ‘ini’ merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Maka untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabannya adalah ‘gmbar doraemon’, maka ‘gambar doraemon’ merupakan
predikat.
(67) Sikatnya di belikan Eyang kakung.
S P O
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikar] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. maka untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa
yang dibelikan? Jawabannya adalah ‘sikatnya’, maka ‘sikatnya’ merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Maka pertanyaan di atas menggunakan pertanyaan
bagaimana sikatnya? Maka jawabannya adalah ‘dibelikan’, merupakan predikat frasa verba.
c. Pembuktian objek yaitu kalimat pasif diubah menjadi kalimat aktif, kalimat dalam tuturan tersebut merupaka kalimat pasif,
maka diubah menjadi kalimat aktif “ Eyang kakung membelikan sikat”.
(68) Eyang kakung eek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat] maka untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang eek? Maka jawabannya adalah ‘Eyang kakung’, merupakan subjek kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa Eyang kakung? Jawabannya adalah ‘eek’, maka ‘eek’ merupakan predikat frasa verba.
23 A1(
23)
Ibu: “Apa itu dek?”
(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa lengket.” (S-P)
Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”
(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.” (iya besok
Budhe Lely pulang). (K-S-P)
Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”
(70). Anak: “Kangen.” (S-P)
Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”
(71). Anak: “Bunda bobok!” (S-P)
Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur dulu dek?”
(72). Anak: “Emoh.” (Tidak). (S-P)
Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun mboten?”
(73). Anak: “Gambar apa?” (S-P)
Ibu: “Gambar bunga dek”.
(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!” (HPnya
ditaruh di sini aja jangan dipegang). (S-P)
Ibu: “Dekno pintar ya.”
(69) Itu ditangkap, ini bisa lengket. Jika Inosensia dapar menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi.
Mainannya itu ditangkap, ini bisa
S P
lengket.
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
ditangkap bisa lengket? Maka jawabannya adalah ‘mainanya itu’, maka ‘mainannya itu’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Maka untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa mainannya itu? jawabannya adalah ditangkap, ini bisa lengket’. Merupakan predikat frasa
verba.
(70) Iya besok budhe Lely pulang.
K S P
a. pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang pulang? Jawabannya adalah ‘budhe Lely’, maka ‘budhe Lely’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Uuntuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa budhe Lely? Jawabannya adalah ‘pulang’ maka ‘pulang’ merupakan predikat frasa verba.
c. ‘besok’ merupkan keterangan waktu.
(71) Kaengen. Jika Inosensia dapat menajwab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi
Ino kangen budhe.
S p
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. maka untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan
siapa yang kangen budhe? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat, menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘kangen budhe’, merupakan predikat frasa verba.
(72) Bunda bobok.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang bobok? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat, menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabannya adalah ‘bibik’, maka ‘bobok’ merupakan predikat frasa verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
(73) Emoh. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi.
Ino gak mau makan bubur.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + prediikat],. Untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang tidak mau makan? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek orang pada kalimat di atas.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘tidak mau makan’. Merupakan predikat frasa verba.
(74) Gambar apa. Jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Bunda ini gambar apa?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan rumus [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa gambar
apa? Jawabannya adalah ‘Bunda ini’, maka ‘Bunda ini’ merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bunda ini? jawabannya adalah ‘gambar apa’. Maka ‘gambar apa’ merupakan predikat.
(75) HPnya ditarauh sini, jangan dipegang.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang ditaruh sini
jangan dipeggang? Jawabannya adalah ‘HPnya’, maka ‘HPnya’ merupakan subjek benda.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiman. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana HPnya? Jawabannya adalah ditaruh sini, jangan dipeggang’, merupakan predikat frasa
verba.
24 A1(
24) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (Bunda lihat
baby shark). (S-P)
Ibu: “Baby shek dimana sayang?”
(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.” (P-S-K)
Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya
apa?”
Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”
(77). Anak: “Aku difoto.” (S-P)
Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe
ya.”
(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby shark.” (Iya
Bunda lihat baby shark). (S-P)
Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”
(79)Anak : “Ayo.” (P-S)
(76) Bunda lihat babi shark.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang lihat baby shark? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Bunda? jawabannya adalah ‘lihat baby shark’, maka merupakan predikat frasa verba.
(77) Di HP Eyang kakung. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap. maka menjadi
Lihat Babi shek di HP Eyang kakung.
P S K
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang dilihat?
Jawabannya ‘baby shark’, maka ‘baby shark’ merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat di atas menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
pertanyaan mengapa baby shark? Jawabannya adalah ‘lihat’, maka ‘lihat’merupakan predikat frasa verba.
c. “Di HP Eyang kakung”, merupakan keterangan tempat.
(78) Aku di foto.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang di foto? Jawabannya adalah ‘Aku’, maka ‘Aku’ merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiman. Untuk mengetahui predikat pada kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Aku? Jawabannya adalah ‘di foto’, maka ‘di foto’ merupakan predikat frasa verba.
(79) Bunda lihat babi shek
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunaakan pertanyaan siapa
yang lihat babi shek? Jawabannya adalah ‘Bunda’, maka ‘Bunda’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimaan Bunda? jawabannya adalah lihat babi shek’, merupakan predikat frasa verba.
(80) Ayo. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi
Ayo lihat babi shek.
P S
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat] untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang lihat? Jawabannya adalah ‘babi shek’, maka ‘babi shek’ merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat pada kalimat di atas mengguankan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat
kalimat di atas menggunakan pertanyaan bagaimana bebi shek? Jawabannya adalah ‘ayo lihat’, merupakan predikat frasa verba.
25 A1(
25) Anak: “Ini HP bunda.” (S-P)
Ibu: “Mana HP dedek?”
(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” (S-P)
Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”
(82). Anak: “Bubur.” (S-P)
Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”
(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (S-P)
Ibu: “Dekno pegang apa sih?”
(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (S-P)
Ibu: “Gajahnya ada berapa?”
(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (S-P)
Ibu: “Itu jerapah, kanguru, singa dek.”
(86). Anak: “Takut singa nyokot.”(S-P)
Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek berhitung lagi.”
(81) Ini HP Bunda.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
HP bunda? jawabannya adalah ‘Ini’, maka ‘ini’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabannya adalah ‘HP Bunda’, merupakan predikat.
(82) HPnya Dekno bagus.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
mengguankan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan paa yang
bagus? Jawabannya adalah ‘HPnya Dekno’, maka ‘HPnya dekno’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa taua bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana HPnya Dekno? Jawabannya adalah ‘bagus’, mska ‘bagus’ merupakan predikat frasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda angel.” (S-P)
Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa dek?”
(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.” (Tulisan tidak
ada suaranya). (S-P)
Ibu: “Ini dikerasin
Eyang Kakung : Udah habis buburnya?
Ibu: Ini mimik dek.”
(89). Anak: “Bunda kie angel banget .” (Bunda ini
susah banget). (S-P)
Ibu: “Apanya dek?”
(90). Anak: “Kie.” (ini). (S-P)
Ibu: “Ini gambar apa dek?”
(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (s-p-pel)
Ibu: “Warnanya apa dek?”
(92). Anak: “Kuning.”. (S-P)
adjektiva.
(83) Ino makan bubur.
S P
a. Pembuktian subjek, menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang makan bubur? Jawabannya adalah ‘Ino’ , maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘makan bubur’. Merupakan predikat frasa verba.
(84) Bubur rasanya enak
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang. Untuk subjek selain orang
mengguanak n pertanyaan [apa + yag + prediktar] untuk mengetahui subjek kalimat di ats smengguanakan pertanyaan apa yang
rasanya enak? Jawabannya adalah ‘Bubur’, maka subjek kalimat di atas adalah ‘bubur’.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaiamana. Untuk mengetahui predict kalimat di atas
menggunkan pertanyaan bagaimana bubur? Jawabannya adalah rasabya enak’, maka ‘rasanya enak’, merupakan predikat frasa
adjektiva.
(85) Tablet ada gajah. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menajdi
Tablet ada gajah.
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan apa yang ada gajah? Jawabannya adalah ‘tablet’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa tablet? Jawabannya adalah ‘ada gajah’, merupakan predikat.
(86) Satu itu apa? Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi
Ino punya gambar gajah satu
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selin orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang punya gambar gajah satu? Jawabannya adalah ‘Ino’, maka ‘Ino’ merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas maka
menggunaka pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘Punya gambar gajah satu’, merupakan predikat frasa numeralia.
(87) Takut singa nyokot.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] subjek orang, dan untuk subjek selain orang
mengguanakn pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat dia ats menggunakan pertanyaan apa yang
nyokot? Jawabannya adalah ‘takut singa’, maka ‘taku singa’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana takut singa? Jawabannya adalah ‘nyokot (gigit)’, merupakan predikat frasa verba.
(88) Bunda susah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang susah? Jawabannya adalah ‘Bunda’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat apa menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabannya adalah ‘susah’, merupakan predikat frasa adjektiva.
(89) Tulisan tidak ada suaranya.
S P
a. Pembuktian subjek pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang menggunakan
pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang tidak ada
suaranya? Jawabannya adalah ‘tulisan’, maka ‘tulisan’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan perta
c. nyaan bagaimana tulisan? Jawabannya adalah ‘tidak ada suaranya’, merupakan predikat frasa verba.
(90) Bunda ini susah
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yng
susah? Jawabannya adalah ‘Bunda ini’, maka ‘Bunda ini’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat, bagaimana bunda? Jawabannya ‘susah’ merupakan predikat frasa adjektiva.
(91) Kie (ini). Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan lengkap maka menjadi
Ini wortelnya susah.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat].untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apanya
yang susah? Jawabannya adalah ‘wortelnya’, maka ‘ini wortelnya’ merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat yaitu, menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana wortelnya? Jawabannya adalah ‘susah’, merupakan predikat frasa adjektiva.
(92) Ini namnya wortel. Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Buah ini namanya wortel.
S P Pel
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
naanya? Jawabannya adalah ‘buah ini’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
mengguanakn pertanyaan bagaimana buah ini? jawabannya adalah ‘namanya’, merupakan predikat.
c. ‘wortel’ merupakan pelengkap dari predikat.
(93) Kuning. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Wortel warnanya kuning.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
warnanya kuning? Jawabannya adalah ‘wortel’, merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana wortelnya? Jawabannya ‘warnanya kuning’, merupakan predikat frasa adjektiva.
26 A1(
26) (93). Anak: “Kenene.” (sininya). (S-P)
Ibu: “Kenging nopo?”
(94). Anak: “Bunda sakit.” (S-P)
Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”
(95). Anak: “Batuk.” (S-P)
Ibu: “Mimik obat ya?”
(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (S-P)
Ibu: “Bukan kuda.”
(97). Anak: “Apa namanya?” (S-P)
Ibu: “Kerbau.’
(98). Anak: “Kelinci besok tumbas.” (S-P)
Ibu: Tumbas nopo?
(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini
dibeliin kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci.
(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.”
(K-K-S-P). Kalimat majemuk setara.
Ibu: “Dedek udah diobati belum?”
(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune nguil-
nguil.” (S-P-S-P)
Ibu: Nggih Lucu mboten?
(102). Anak: “Iya.” (S-P)
(94) Kenene (sininya). Jika Inosensia berkata dengan kalimat lengkap, maka menajdi
Sininya kening.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek pada kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa
yang kening? Jawabannya adalah ‘sininya’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana sininya? Jawabannya adalah ‘kening’, merupakan predikat.
(95) Bunda sakit.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat].untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang
sakit? Jawabannya adalah ;bunda’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat, bagaimana keadaan bunda? Jawabannya sakit, merupakan predikat frasa adjektiva.
(96) Batuk (kening). Jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi
Keningnya sakit.
S P
a. Pembuktian subjek pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang menggunakan
pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang sakit?
Jawabannya adalahh ‘Keningnya’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat yaitu bagaimana keningnya? Jawabannya sakit, merupakan predikat frasa adjektiva.
(97) Ini kuda.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa kuda?
Jawabannya adalah ‘ini’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk megetahui predikat menggunakan pertanyaan
bagaimana kuda? Jawabannya ‘ini’, merupakan predikat.
(98) Apa namanya, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap, maka menajdi
Bunda apa namanya?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang namanya? jawabannya adalah ‘bunda’, merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
mengguanakan pertanyaan mengapa bunda? jawabannya adalah ‘namaya’, merupakan predikat.
(99) Kelinci besok tumbas.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
besok tumbas (beli) jawabannya adalah ‘Kelinci’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengethui subjek kalimat di atas mengguanakn
pertanyaan bagaimana kelici? Jawabannya adalah ‘besok tumbas (beli), merupakan predikat frasa verba.
(100) Sama budhe Lely, sama pakdhe Pi. Ino
K K S
dibeliin kelinci bunda. Bunda
P O
dibeliin kelinci .
P
(Termasuk kalimat majemuk setara, karena hubungan antar unsur-unsurnya setara atau sederajat)
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguankan pertanyaan siapa
yang dibeliin? Jawabannya adalah ‘bunda’, merupakan subjek orang.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah dibeliin’, merupakan predikat frasa verba.
c. ‘Kelinci Bunda’ merupakan objek yang dapat diubah menjadi subjek yaitu ‘kelinci bunda dibelikan Ino’’.
d. ‘sama budhe Lely, sama pakdhe Pi’ merupakan keterangan cara.
(101) Bunda sakit. Ino nggak sakit
S P S P
(Termasuk kalimat majemuk setara, karena hubungan antar unsur-unsurnya sederajat)
a. Pembuktian subjek mengguanakn pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguankan pertnyaan siapa yang
sakit? Jawabnnya adalah ‘Bunda’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabnnya adalah ‘sakit’, merupakan predikat frasa adjektiva.
(102) Bunda kelincinya jalannya nguil-
S P
Nguil.
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
jalannya nguil-nguil jawabannya adaalah ‘Bunda kelincinya’, merupakan subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
b. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana kelincinya? Jawabnnya adalah ‘jalannya nguil-nguil’, merupakan predikat frasa verba.
(103) Iya. Jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka menajdi.
Iya, kelincinya lucu.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat dii atas menggunakan pertanyaan apa
yang lucu? Jawabannya adalah ‘kelincinya’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana kelincinya? Jawabnnya adalah ‘lucu’, merupakan predikat frasa adjektiva. .
27 A1(
27)
Ibu: “Ini buat apa dek?”
(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.” (S-P)
Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”
(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” (S-P)
(104) Kudanya makan aem-aem.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
makan aem-aem? Jawabannya adalah ‘kudanya’, merupakan subjek kalimat.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana kudanya? Jawabannya adalah ‘makan aem-aem’, merupakann predikat frasa verba.
(105) Ini blimbing, pisang.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa
blimbing, pisang? Jawabnnya adalah ‘ini’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengaap atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana ini? jawabnnya ‘blimbing, pisang’, merupakan predikat.
28 A1(
28) (105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba lagi.”
(kudanya ditolongin jatuh lagi). (S-P)
Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin. Dekno bisa
gak nolongin?”
(106). Anak: “Enggak, kok bunda makannya pakai
kuah, Ino ora nganggo sendok?” (S-P-K-K)
Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar sakitnya
sembuh.”
(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.”
(S-P dan kalimat majemuk setara)
Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”
Pakde: “Oalah jarane.”
(108). Anak: “Jarane.” (S-P)
(106) Kudanya ditolongin jatuh lagi.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguanakn pertanyaan apa yang
ditolongin jatuh lagi? Jawabannya adalah ‘kudanya’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat yaitu menggunakan pertanyaan bagaimana kudanya? Jawabannya ditolongin jatuh lagi, merupakan
predikat frasa verba.
(107) Bunda makannya pakai kuah. Ino
S P K
Gak pakai sendok.
K
a. Pembuktian subjek yaitu pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang menggunakan
pertanyaan [apa + yang + predikat]. Untuk mengetahui subjek klimat di atas menggunakan pertanyaan siapa yang makannya
pakai kuah? Jawabannya Bunda. Siapa yang makan tidak pakai kuah? Jawabannya Ino.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
b. Pembuktian predikat yaitu apa yang dilakukan bunda? Jawabannya makan pakai kuah.
(Termasuk kalimat majemuk setara)
(108) Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.jika Inosensia menajwab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi.
Ino gak mau makan pakai bubur, pakai
S P
bakso aja.
(merupakan kalimat majemuk setara, karena hubungan antar unsurnya sederajat).
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas mengguankan pertanyaan siapa
yang gak mau makan pakai bubur, pakai bakso aja? Jawabannya adalah ‘Ino’, merupakan subjek.
b. pembuktian predikat menggunakan pertanyaan bagaimana atau mengapa. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa Ino? Jawabannya adalah ‘gak mau makan pakai bubur, pakai bakso aja’. Merupakan
predikat frasa verba.
(109) Jarane. Jika Inosensia berkata dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Kudanya lucu.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan apa yang
lucu? Jawabannya adalah ‘kuda’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di ata
mengguanakn pertanyaan mengapa kudanya? Jawabannya adalah ‘lucu’,merupakan predikat frasa adjektiva.
29 A1(
29) Anak: “Lagi salaknya.” (S-P)
Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”
(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja dientekna.”
(lha gak mau, jangan dihabisin) . (S-P)
Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”
(111). Anak: “Mau makan apa?” (S-P)
Ibu: “Mau makan kuwaci.”
(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana kuwecinya?
Lagi kuwacinya.” (S-P) Ibu: “Habis dek.”
(113). Anak: “Lah pengen salak.” (S-P)
Ibu: “Besok beli ya dek.”
(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?” (S-P)
Ibu: “Mba Mely siapa dek?”
(110) Lagi salaknya. Jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Ino lagi salaknya.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang lagi salaknya? Jawabnnya adalah ‘Ino’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat yaitu apa yang diinginkan Ino? Jawabannya lagi salaknya, merupakan predikat frasa verba.
(111) Lha gak mau, jangan dihabisin, maksud tuturan Inosensia yaitu.
Salaknya jangan dihabisin.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyan apa yang
jangan dihabiskan? Jawabannya adaalah ‘salaknya’, merupakan subjek.
b. Pembbuktian predikat yaitu jangan dihabiskan merupakan penjelasan untuk salak.
(112) Mau makan apa? Maksud tuturan Inosensia yaitu
Bunda mau makan apa?
S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang mu makan apa? Jawabannya adalah ‘bunda’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat mengguanakn pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana bunda? jawabnnya adalah ‘mau makan apa’, merupakan predikat frasa verba.
(113) Bunda lihat apa?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang lihat? Jawabannya adaalh ‘Bunda’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di ats
menggunakan pertanyaan mengapa bunda? jawabnnyaa dalah ‘lihat apa’, merupakan predikat frasa verba.
(114) Lha pengen salak. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Ino pengen salak.
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang pengen salak? Jawabanya adalah ‘Ino’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat menggunakan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui predikat kalimat di atas
menggunakan pertanyaan bagaimana Ino? Jawabannya adalah ‘pengen salak’, merupakan predikat frasa verba.
(115) Ada mba Mely apa ya? Maksud tuturan Inosensia yaitu
Mba Mely lewat apa ya?
S P
a. Pembuktian subjek menggunakan pertanyaan [siapa + yang + predikat] untuk subjek orang, dan untuk subjek selain orang
menggunakan pertanyaan [apa + yang + predikat]. untuk mengetahui subjek kalimat di atas menggunakan pertanyaan siapa
yang lewat? jawaabnnya adalah ‘Mba Mely’, merupakan subjek.
b. Pembuktian predikat yaitu mengguanakn pertanyaan mengapa atau bagaimana. Untuk mengetahui prediakt kalimat di atas
menggunakan pertanyaan mengapa mba Mely? Jawabannya adalah ‘lewat apa ya’, merupakan predikat frasa verba.
Yogyakarta, 17 Juli 2019
Menyetujui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Lampiran Analisis Data 2 dari segi bentuk berdasarkan kelengkapan unsur
Kalimat berdasarkan kelengkapan unsur terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Berikut ini akan disajikan analisis data yang lebih rinci.
No Data Tututan Konteks Kelengkapan unsur
Keterangan
Kalimat Lengkap Kalimat tidak lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN ANALISIS DATA 2 DARI SEGI BENTUK BERDASARKAN KELENGKAPAN UNSUR
N
O
KO
DE
DATA TUTURAN KATERANGAN
1 A2
(1)
Ibu: “Ini namanya apa?”
(1). Anak : “Namanya oyong”. (labu). (tidak lengkap)
Ibu: “Itu berapan dek?”
(2). Anak: “60 ribu”. (tidak lengkap)
Ibu: “buat apa itu, dek?”
(3). Anak: “Buat bunda.” (tidak lengkap).
(1) Namanya Oyong, merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, hanya terdapat unsur subjek, jika diubah
kalimat lengkap maka menjadi
Buah ini namanya oyong.
S P Pel
(2) 60 ribu merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, hanya ada unsur predikat, jika maksud anak yaitu
Oyong harganya 60 ribu.
S P
(3) Buat Bunda. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, hanya terdapat unsur subjek, maksud keinginan dari
Inosensia yaitu
oyongnya buat bunda.
S P
2 A2
(2) (4)Anak: “Dibumbuin !” (tidak lengkap).
Ibu : “Iya dibumbuin”.
(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit).
(tidak lengkap) Ibu: “Siapa itu dek?”
(6)Anak: “Kancane Bunda ya?” (temannya bunda
ya?). (tidak lengkap)
(4) ‘Dibumbuin’. merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, hanya terdapat unsur predikat tetapi maksud dari
Inosensia yaitu
Oyongnya dibumbuin.
S P
(5) ‘Dibumbuin sedikit’. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek, hanya terdapat predikat, maksud dari
Inosensia yaitu
Oyongnya dibumbuhin sedikit ya.
S P
(6) ‘Kancane Bunda ya?’ (Temannya Bunda ya?)
Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat, hanya terdapat subjek, Maksud dari Inosensia yaitu
Temannya Bunda ya yang lewat.
S p
3 A2(
3)
Ibu: “Tadi udah ditimbang?”
(7)Anak: “Wis.” (udah). (tidak lengkap)
Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”
(8) Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.” (Kakinya jatuh).
(lengkap)
(7) ‘Wis.’
Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P, jika dijawab lengkap oleh Inosensia yaitu
Inosensia tadi sudah ditimbang.
S K P
(8) ‘Kakinya jatuh,’ merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.
Kakinya jatuh.
S P
4 A2(
4) Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng
sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke
sekolahan). (lengkap)
Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana lindu.” (tadi
malam lagi tidur tiba-tiba ada gempa).
(9) “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke sekolahan). Tuturan Inosensia merupakan
kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K.
Tadi malam Eyang Ti kaget terus ke sekolahan
Ket.waktu S P Ket. tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing oyeg-
oyeg.” (aku juga tadi malam mau tidur ada yang
bergerak-gerak).
Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga kaget).
(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu
kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga
bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya
ada di kursi). (tidak lengkap)
Ibu: “Ino nangis gak?
(11). Ino: “Aku malah nendang bata di luar.” (aku
menendang batu di luar). (lengkap)
Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba krasa bange.”
(iya kan aku lagi duduk tiba-tiba krasa banget).
(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku
keluar digendong Eyang Ti). (legkap)
(10) “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga bundaku takut terus tidur di sini, terus
rambutnya ada di kursi). Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K.
Tadi malam juga bundaku takut terus tidur terus rambutnya ada di kursi
Ket.waktu S P Ket. tempat
(11) “Aku malah nendang bata di luar.” (aku menendang batu di luar). Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-
P-O-K
Aku menendang batu di luar.
S P O K
(12) Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P
Aku keluar digendong Eyang Ti.
S P S
5 A2
(5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).
( lengkap)
Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”
(14). Anak: “Ke Cilacap?” (tidak lengkap)
Ibu: “iya dek.”
(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).
(tidak lengkap)
(13) Bunda kemana. Merupakan kalimat lengkap karena terdiri unusr S-P.
Bunda kemana?
S P
(14) Ke Cilacap. merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak adasubyek, tetapi jika Inosensia bertanya dengan menggunaka kalimat
lengkap maka menjadi
Bunda pergi ke Cilacap.
S P K
(15) Cepat pergi. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek, tetapi maksud Inosensia yaitu
Bunda cepat pergi.
S P
6 A2(
6)
Ibu: “Itu apa?”
(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau
kacang hijau). (tidak lengkap).
Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”
(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel
(susah) kaos kakinya.” (lengkap)
(16) Kacang ijo mau. Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek. Tetapi maksud dari Inosensia
yaitu
Bunda mau kacang Ijo?
S P
(17) Kotor kaos kakinya.
Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.
Kotor kaos kakinya.
P S
7 A2(
7)
Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”
(18). Anak: “Eyang kakung mana?” (lengkap)
Ibu: “Di sekolahan.”
(19). Anak: “iiiii…(menangis) (tidak lengkap)
Ibu: “mandi yuk?”
(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (tidak lengkap)
(18) Eyang Kakung mana?
S P
Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri S-P.
(19) Iiii….(menangis) merupakan kalimat tidak lengkap, karena anak hanya menangis saja, tetapi maksud dari tangisan Inosensia yaitu
Ino ditinggal Eyang kakung.
S P O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
(20) Ayun-ayun dulu. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subyek. Tetapi maksud tuturan Inosensia yaitu
Aku mau ayun-ayun dulu.
S P
8 A2
(8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar
sembuh ya)
Ibu: “Iya dek.”
(22). Anak: “Iiih.. ada bintang.”
Ibu: “Bintang apa dek?”
(23). Anak: “Bintang kecil yang lucu.”
Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”
(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh).
Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora
seneng . iii aja dientokna jajane.”
Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”
(21) Kening biar sembuh ya?
Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari unsur S-P.
Kening biar sembuh ya.
S P
(22) Ada bintang. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat.. jika dijawab lengkao oleh inosensia yaitu
Bunda ada bintag
S P
(23) Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.
Bintang kecil yang lucu.
S P
(24) “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora seneng . iii aja dientokna jajane.” Tuturan
tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K
Enak…ii jorok jatuh. Bunda, Tama nakal kan mainan balon. Tama tidak suka.
P S Ket S P
9 A2(
9) (25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama
Sari ya). (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Kenapa dek?”
(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak, ya nang Ino
dijorna nangis.” (kalimat lengkap).
(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin
nangis). Bunda, tadi ada Ino di gambar, ngko tak
golekna. (Bunda, tadi ada Ino di gambar nanti
dicariin ya?). (kalimat lengkap).
(25) “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama Sari ya)Tuturan tersebut merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P,
maksud dari Inosensia yaitu
Bunda jangan main sama Sari ya
S P O
(26) Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin nangis.
Ket S P Ket
Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdapat S-P-K.
10 A2
(10) (27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”
(Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung).
(lengkap)
Ibu: “Iya, Bunda hormat.
(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?). (tidak lengkap).
(27) “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.” (Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung). Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap,
karena terdiri dari S-K-P.
Bunda sekarang hormat. Ino dimana hormatnya.
S P S K P
(28) “Ino mana”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat.
11 A2
(11) (29). Anak: “Bunda ada semutnya lho.” (lengkap)
Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk dek?”
(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.” (lengkap)
(29) “Bunda ada semutnya lho”. Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P
Bunda ada semutnya.
S P
(30) “Punyaku panjang.”Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P
Punyaku panjang.
S P
12 A2
(12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana
motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)
(31) “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)Tuturan tersebut merupakan kalimat
lengkap karena terdiri dari S-P-K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
(lengkap)
Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”
(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”
(lengkap)
Ibu: “Bebeknya ke mana?”
(33). Anak: “Bebeknya ilang.” ( lengkap)
Anak lewat-lewat terus ya takut ada motor
S P Ket
(32) “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”
Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K
Mba-mba ke sini sama Tama
S P K
(33) “Bebeknya ilang.”Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P
Bebekya ilang.
S P
13 A2
(13)
Ibu: “Ences di mana?”
(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan, Ences di
rumah.” (Ences tidak di sekolahan, Ences di rumah).
(kalimat lengkap dan kalimat majemuk ratapan).
Ibu: “Ences itu siapa dek?”
(35). Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.”
(kalimat lengkap).
Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”
(36). Anak: “Bukan..hehe.” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”
(34) “Ences ora nang sekolahan, Ences di rumah” Tuturan tersebut merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K.
Ences gak di sekolahan. Ences di rumah.
S P S K
(35) Eyang Kakung.” Kalimat tersebut merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O
Ences temannya Eyang kakung. Ences bukan temannya Ino.
S P O S p O
(36) Bukan. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek.
14 A2
(14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (kalimat tidak
lengkap).
Ibu: “Laptop untuk apa?”
(38)Anak: “Untuk melihat gambar.” (kalimat tidak
lengkap).
Ibu: “Gambar apa?”
(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.” (kalimat
tidak lengkap).
(37) Ambilkan leptop. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak asda unsur subyek, maksud dari tuturan Inosensia yaitu
Bunda ambilkan leptop.
S P O
(38) Untuk melihat gambar. Merupakan kalimat tidka lengkap karena tidak ada subyek. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu
Laptop untuk melihat gambar.
S P O
(39) Gambar ayam. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Melihat gambar ayam, kelinci.
P S
15 A2(
15) (40). Anak: “Nonton bola mandi.” (kalimat tidak
lengkap0.
Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”
(41). Anak: “Di sana.” (kalimat tidak lengkap).
(40) Nonton bola mandi. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek, maksud dari penutur yaitu
Aku pengen nonton bola mandi.
S P Pel
(41) Di sana. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P. maksud dari Inosensia yaitu
Nonton bola mandi di sana.
P S K
16 A2
(16)
Ibu: “Rasanya apa dek?”
(42). Anak: “Kecut.” (kalimat tidak lengkap)
Ibu: “Dedek makan apa tu?”
(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (kalimat
lengkap).
(42) Kecut. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek. Maksud Inosensia yaitu
Lutis pakai dondong rasanya kecut.
S P
(43) “Lutis pakai dondong.”Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lutis pakai dondong.
P S
17 A2
(17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Di mana?”
(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun terus
nyeluk eyang kakung.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Dedek takut?”
(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng bunda
ya?” (kalimat lengkap)
(44) Aku tau ngopeki kie “ Merupakan kalimat lengkap, karena terdiiri dari unsur S-P-O
Aku pernah petik ini.
S P O
(45) “Aku tau ngopeki kie di kebun terus nyeluk eyang kakung.”Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O-K
Aku pernah petik ini di kebun, terus panggil Eyang kakung
S P Pel K K
(46) Takut dewekan nangis. Bareng bunda ya.
S P S
18 A2
(18)
Ibu: “Di kasih siapa dek?”
(47)Anak: “Dikasih babi.” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Bagus nggak?”
(48)Anak: “Bagus.” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Lagi gluduk udan.”
(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja nyetel TV.”
(kalimat tidak lengkap).
(47) “Dikasih Babi”, jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi
Bonekanya dikasih babi.
S P
(48) “Bagus” Merupakan kalimat tidak lengkap, kareana tidak ada predikat. Maksud penutur yaitu
Bonekannya bagus.
S P
(49) Eyang kakung hujan, jangan nyalain TV. Merupakan kalimat lengkap karena terdapat S-P
Eyang kakung hujan, jangan nyalakan TV
S P
19 A3
(19) (50). Anak: “Beli apa?” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”
(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk, bambang
putih.” (kalimat lengkap).
(50) Beli apa. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Bunda beli apa?
S P
(51) Merupakan kalimat lengkap karena ada subyek dan predikat.
Ini pisang, durian, jeruk, dan bambang putih.
S P
20 A2
(20)
Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”
(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”
(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’
(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu
bola. (kalimat lengkap).
(52) “Aku Lihat Volly di Cilacap.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O-K.
Aku lihat voly di Cilacap. Eyang Ti sama Ino
S P K S P
(53) “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu bola.”
Meupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O.
Bunda aku pengen sepatu bola.
S P pel
(54) “Bunda aku pengen sepatu bola”. Merupakan kalimat tlengkap karena terdiri dari S-P-K
21 A2
(21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Kucingnya warna apa?”
(56). Anak: “Kuning. (kalimat tidak lengkap).
(55) “Kucingnya lucu bunda.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K
Kucingnya lucu bunda.
S P
(56) “Kuning” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud Inosensia yaitu
Kucingnya warna kuning.
S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
22 A2
(22)
Ibu: “Dedek beli apa?
(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”
(58). Anak: “Dua.” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Bagus gak dek?”
(59). Anak: “Bagus, buka!” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Apanya yang dibuka?”
(60). Anak: “Sakit pakai tisu.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini sikatnya bentuk
apa?”
(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”
(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda ora melu
nang pasar malam.” (kalimatt lengkap).
Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”
(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Terus dedek beli apa?”
(64). Anak: “Beli doraemon.” (kalimat lengkap).
Ibu: Doraemonnya bagus dek?
Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?
(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “
(66). Anak: “Eyang kakung.” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “
(67). Anak: “Eyang kakung eek. ( kalimat lengkap)
(57) “Aku Beli doraemon kuning.”Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-pel
Aku beli doraemon kuning.
S P Pel
(58) Dua. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia yaitu
Doraemon harganya dua.
S P
(59) Bagus. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan inosensia yaitu
Doraemon bagus.
S P
(60) Sakit pakai tisu. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Tangannya sakit pakai tisu.
S P Pel
(61) “Bentuk doraemon cilik (kecil)” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Bentuk doraemon kecil.
S P
(62) “Beli di pasar malam. Bunda ora melu nang pasar malam.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K
Beli di pasar malam, Bunda tidak ikut ke pasar malam
K S P Ket
(63) “Bagus ada jarannya (kudanya).” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat S-P.
Bagus ada kudanya.
P S
(64) “Beli doraemon” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Beli doraemon.
P S
(65) “Udah, ini gambar doraemon.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P
Ini gambar doraemon
S P
(66) Eyang kakung. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat, tetapi maksud tuturan Inosensia yaitu
Sikatnya dibelikan Eyang kakung.
S P O
(67) “Eyang kakung eek.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Eyang kakung eek.
S P
23 A2
(23)
Ibu: “Apa itu dek?”
(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa lengket.” (kalimat
tidak lengkap).
Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”
(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.” (kalimat
lengkap).
(68) Itu ditangkap, ini bisa lengket.
Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Mainanya itu ditangkap, ini bisa lengket.
S P
(69) “Iya besok budhe Lely bali.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”
(70). Anak: “Kangen.” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”
(71). Anak: “Bunda bobok!” (kalimat lengkap).
Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur dulu dek?”
(72). Anak: “Emoh.” (kalimat tidak lengkap).
Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun mboten?”
(73). Anak: “Gambar apa?”
Ibu: “Gambar bunga dek”.
(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Dekno pintar ya.”
Iya besok budhe Lely pulang.
K S P
(70) Kangen. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Ino kangen Budhe.
S P
(71) “Bunda bobok!” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Bunda bobok.
S P
(72) “Emoh. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada S-P. Jika dijawab lengkap oleh Inosensia yaitu
Ino gak mau makan bubur.
S P
(73) “Gambar apa”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek.
Maksud tuturan Inosensia yaitu
Bunda ini gambar apa?
S P
(74) “HPnya ditaruh sini, jangan dipegang”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P
HPnya ditaruh sini, jangan dipegang.
S P
24 A2
(24) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Baby shek dimana sayang?”
(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.” (kalimat tidak
lengkap).
Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya
apa?”
Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”
(77). Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe
ya.”
(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby shark.” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”
(79)Anak : “Ayo.” (kalimat tidak lengkap).
(75) “Bunda ndeleng baby shek!” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P-O
Bunda lihat babi shek.
S P
(76) “Di HP Eyang Kakung.” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat. Maksud tuturan Inosenisa yaitu
Lihat Babi shek di HP Eyang kakung.
P S K
(77) “Aku di foto.” Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dri S-P.
Aku di foto
S P
(78) “Iya, bunda ndeleng baby shark.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P
Bunda lihat babi shek.
S P
(79) Ayo. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada usnur S-P. maksud tuturan Inosensia yaitu.
Ayo lihat babi shek.
P S
25 A2
(25) (80). Anak: “Ini HP bunda.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Mana HP dedek?”
(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” (kalimat
lengkap). Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”
(80) “Ini HP bunda.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Ini HP bunda.
S P
(81) “HPnya Dekno bagus.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
(82). Anak: “Bubur.” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”
(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Dekno pegang apa sih?”
(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (kalimat tidak
lengkap).
Ibu: “Gajahnya ada berapa?”
(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (kalimat tidak lengkap).
Ibu: “Itu jerapah, kanguru, singa dek.”
(86). Anak: “Takut singa nyokot.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek berhitung lagi.”
(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda angel.”
(kalimat lengkap).
Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa dek?”
(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.” (kalimat
lengkap)
Ibu: “Ini dikerasin
Eyang Kakung : Udah habis buburnya?
Ibu: Ini mimik dek.”
(89). Anak: “Bunda kie angel banget .” (kalimat
lengkap).
Ibu: “Apanya dek?”
(90). Anak: “Kie.” (kalimat tidak lengkap)
Ibu: “Ini gambar apa dek?”
(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (kalimat lengkap).
Ibu: “Warnanya apa dek?”
(92). Anak: “Kuning.” (kalimat tidak lengkap).
HPnya Dekno bagus. Ino makan bubur.
S P S P
(83) “Bubur rasanya enak” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Bubur rasanya enak.
S P
(84) “Tablet ada gajah” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat subjek dan predikat.
Tablet ada gajah.
S P
(85) Satu. Itu apa. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada S-P.
Ino punya gambar gajah satu.
S P
(86) “Takut singa nyokot.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Takut singa gigit.
P S
(87) “Bunda angel (susah)” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat unsur S-P.
Bunda ini susah.
S P
(88) “Tulisan ora ana suarane. (tulisan tidak ada suaranya)” Merupakan kalimat lengkap, karena terdapat S-P.
Tulisan gak ada suaranya.
S P
(89) “Bunda ini susah” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Bunda ini susah.
S P
(90) Kie. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur S-P. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Ini wortelnya susah.
S P
(91) “Ini namnaya wortel.” Merupakan kalimat tidak lengkap, maksud tuturan nosensia yaitu
Buah ini namanaya wortel.
S P Pel
(92) Kuning. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyek. Maksud tuturan Inosensia yaitu.
Wortel warnanya kuning.
S P
26 A2
(26) (93). Anak: “Kenene.” (tidak lengkap).
Ibu: “Kenging nopo?”
(94). Anak: “Bunda sakit.” (lengkap).
Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”
(95). Anak: “Batuk.” (tidak lengkap).
Ibu: “Mimik obat ya?”
(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (lengkap).
(93) Kenene. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada usur S-P. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Sininya kening.
S P
(94) “Bunda sakit.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri drai S-P
Bunda sakit.
S P
(95) Batuk (kening) Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur S-P.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Ibu: “Bukan kuda.”
(97). Anak: “Apa namanya?” (tidak lengkap).
Ibu: “Kerbau.’
(98). Anak: “Kelinci besok tumbas.”
Ibu: Tumbas nopo?
(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini
dibeliin kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci.
(lengkap).
(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.”
(lengkap).
Ibu: “Dedek udah diobati belum?”
(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune nguil-
nguil.” (lengkap).
Ibu: Nggih Lucu mboten?
(102). Anak: “Iya.” (tidak lengkp).
Maksud tuturan Inosensia yaitu
Keningnya sakit.
S P
(96) “Ini kuda” Merupakan kaimat lengkap karena terdiri dari S-P.
Ini kuda.
S P
(97) Apa namanya. Merupakan kalimat tidak lengkap. maksud dari penutur yaitu
Bunda apa namanya.
S P
(98) “Kelinci besok beli” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Kelinci besok beli.
S P
(99) “ Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini dibeliin kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri
dari S-P-O-K
Sama budhe Lely, sama pakdhe pi. Ino
K S
dibeliin kelinci Bunda . Bunda dibeliin kelinci.
P O O
(100) “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.” Merupakan kalimat lengkap karna terdiri dari S-P
Bunda sakit. Ino gak sakit sininya.
S P S P
(101) “Belum. Kelincinya mlakune nguil-nguil.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Kelinci jalannya nguil-nguil.
S P
(102) Iya. Merupakan kalimat tidak lengkap. karena tidak ada unsur S-P. jika Inosensia yaitu
Iya kelincinya lucu.
S P
27 A2
(27)
Ibu: “Ini buat apa dek?”
(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.” (lengkap).
Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”
(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” (lengkap).
(103) “Kudanya makan aem-aem”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Kudanya makan aem-aem.
S P
(104) “Ini blimbing pisang.” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Ini blimbing, pisang.
S P
28 A3
(28) 105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba lagi.” (kudanya
ditolongin jatuh lagi). (lengkap).
Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin. Dekno bisa
gak nolongin?”
(106). Anak: “Enggak, kok bunda makannya pakai
(105) “Kudanya ditolongin jatuh lagi”. Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Kudanya ditolongin jatuh lagi.
S P
(106) “Bunda makannya gak pakai kuah, Ino makannya gak pakai sendok”. Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P-K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
kuah, Ino ora nganggo sendok?” (lengkap).
Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar sakitnya
sembuh.”
(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.”
(tidak lengkap).
Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”
Pakde: “Oalah jarane.”
(108). Anak: “Jarane.” (tidak lengkap).
Bunda makannya gak pakai kuah. Ino makannya gak pakai sendok.
S P K S P K
(107) “Emoh”.Merupakan kalimat tidak lengkap. maksud tuturan Inosensia yaitu
Ino gak mau makan pakai bubur, pakai bakso aja.
S P
(108) Jarane (kuda) merupakan kalimat tidak lengkap. maksud tuturan Inosensia yaitu
Kudanya lucu.
S P
29 A2
(29) (109). Anak: “Lagi salaknya.” (ktidak lengkap).
Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”
(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja dientekna.”
(lha gak mau, jangan dihabisin). (tidak lengkap).
Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”
(111). Anak: “Mau makan apa?” (tidak lengkap).
Ibu: “Mau makan kuwaci.”
(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana kuwecinya?
Lagi kuwacinya.” ( lengkap) Ibu: “Habis dek.”
(113). Anak: “Lah pengen salak.” (tidak lengkap).
Ibu: “Besok beli ya dek.”
(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?” (tidak
lengkap).
Ibu: “Mba Mely siapa dek?”
(109) “Lagi salaknya.” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subyeknya. Maksud tuturan Inosensia yaitu
Ino lagi salaknya.
S P
(110) “Ih gak mau, jangan dihabisin” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidaka ada S-P. maksud penutur yaitu
Salaknya jangan dihabisin.
S P
(111) “Mau makan apa?” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu.
Bunda mau makan apa.
S P
(112) “Bunda lihat apa?” Merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P.
Bunda lihat apa?
S P
(113) “Lah pengen salak.” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subyek, maksud tuturan Insosensia yaitu
Ino pengen salak.
S P
(114) “Ada mba Mely apa ya?” Merupakan kalimat tidak lengkap, karena terdiri dari S-P. maksud dari Inosensia yaitu
Mba Mely lewat apa ya?
S P
Yogyakarta, 17 Juli 2019
Menyetujui,
Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran Analisis Data 3 dari segi bentuk berdasarkan susunan subjek dan predikat
Kalimat berdasarkan susunan subjek dan predikat dibagi menjadi kalimat versi (S-P) dan inversi (P-S). Berikut ini akan disajikan analisis data yang lebih
rinci.
NO KODE DATA TUTURAN SUSUNAN SUBJEK
DAN PREDIKAT
KETERANGAN
Kalimat
Versi
Kalimat
Inversi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
LAMPIRAN ANALISIS DATA 3 DARI SEGI BENTUK BERDASARKAN SUSUNAN SUBJEK DAN PREDIKAT
N
O
KO
DE
DATA TUTURAN KETERANGAN
1 A3
(1)
Ibu: “Ini namanya apa?”
(1). Anak : “Namanya oyong”. (labu).
(versi)
Ibu: “Itu berapan dek?”
(2). Anak: “60 ribu”. (versi)
Ibu: “buat apa itu, dek?”
(3). Anak: “Buat bunda.” (versi).
(1) Namanya Oyong”, merupakan kalimat tidak lengkap,jika dijawab lengkap oleh Inosensia, maka menjadi
Buah ini namanya oyong.
S P
Ketika sudah menjadi kalimat lengkap, maka kalimat tersebut merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat sudah terstruktur
(S-P)
(2) 60 ribu merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, hanya ada unsur predikat, jika anak menjawab dengan lengak, maka
menjadi
Oyong harganya 60 ribu.
S P
Merupakan kalimat versi karena S-P terstruktur, jika tuturan tersebut menajdi kalimat lengkap.
(3) “Buat Bunda” merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap maka
menjadi
Oyongnya buat bunda
S P.
Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).
2 A3(
2) 4)Anak: “Dibumbuin”. (kalimat versi)
(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin
sedikit). (kalimat versi) Ibu: “Siapa itu dek?”
(6)Anak: “Kancane Bunda ya?”
(temannya bunda ya?). (kalimat versi)
(4) “Dibumbuin!”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek,jika Inosensia menggunakan kalimat lengkap maka menjadi
Oyongnya dibumbuin.
S P
Merupakan kalimat versi karena susunan S-P sudah terstruktur.
(5) “Dibumbuin sitik (sedikit)”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia menjawab dengan kalimat lengkap
maka menjadi
Oyongnya dibumbuin sedikit ya.
S P
Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat terstrukttur (S-P).
(6) “Temannya Bunda ya” Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur predikat, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap,
maka menjadi.
Temannya bunda ya yang lewat.
S P
Merupakan kalimat versi kaarena S-P sudah terstruktur, jika kalimatnya menajdi kalimat lengkap. 3
3 A3
(3)
Ibu: “Tadi udah ditimbang?”
(7)Anak: “Wis.” (udah). (versi)
Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”
(8) Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.”
(Kakinya jatuh). (versi)
(7) “Wis”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan lengkap, maka menjadi
Inosensia tadi sudah ditimbang.
S K P
Merupakan kalimat versi karena S-P terstruktur, ketika menjadi kalimat lengkap.
(8) “Kakinya jatuh”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Kakinya jatuh
S P
Merupakan kalimat versi karena S-P sudah terstruuktur ketika menajdi kalimat yang lengkap.
4 A3
(4) Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus
meng sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti
kaget terus ke sekolahan). (kversi).
Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana
lindu.” (tadi malam lagi tidur tiba-tiba ada
gempa).
Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing
oyeg-oyeg.” (aku juga tadi malam mau tidur
ada yang bergerak-gerak).
Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga
kaget).
(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi
terus bubu kene, terus rambute ada di
kursi.” (tadi malam juga bundaku takut
terus tidur di sini, terus rambutnya ada di
kursi). ( versi).
Ibu: “Ino nangis gak?
(11). Ino: “Aku malah nendang bata di
luar.” (aku menendang batu di luar).
(versi).
Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba
krasa bange.” (iya kan aku lagi duduk tiba-
tiba krasa banget).
(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.”
(aku keluar digendong Eyang Ti). (versi).
(9) “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke sekolahan)”. Merupakan kalimat lengkap, karena
terdiri dari S-P yang terstruktur.
Tadi malem Eyng Ti kaget, terus ke sekolahan,
K S P K
Merupakan kalimat versi karena susunan susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).
(10) “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu kene, terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya
ada di kursi).
Tadi malem juga bundaku takut terus tidur, terus rambutnya ada di
K S P
kursi.
Merupakan kalimat versi. Karena terdiri dari S-P.
(11) “Aku malah nendang bata di luar.” (aku menendang batu di luar)” Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Aku menendang bola ke luar.
S P O K
(12) “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku keluar digendong Eyang Ti)”. Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Aku keluar digendong Eyang Ti.
S P
5 A3
(5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda
kemana?). (versi).
Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”
(14). Anak: “Ke Cilacap?” (versi).
Ibu: “iya dek.”
(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.”
(pergi,pergi cepet). (versi).
(13) “Bunda kemana”. Merupakan kaliamt versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Bunda kemana?
S P
(14) “Ke Cilacap”. merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap maka menjadi
Bunda pergi ke Cilacap.
S P K
Merupakan kaliamt versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(15) “Cepat pergi”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia menyuruh dengan kalimat lengkap, maka
menjadi
Bunda cepat pergi.
S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Merupakan kaliamt versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
6 A3
(6)
bu: “Itu apa?”
(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang
ijo?” (mau kacang hijau). (versi).
Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”
(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda
ini angel (susah) kaos kakinya.” (inversi).
(16) Kacang ijo mau?’ merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia menawarkan dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Bunda mau kacang ijo?
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(17) “Kotor kaos kakinya” merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia berbicara dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Kotor kaos kakinya.
P S
Merupakan kalimat inversi karena terdiri dari S-P yang tidak terstruktur.
7 A3
(7)
Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”
(18). Anak: “Eyang kakung mana?” (versi)
Ibu: “Di sekolahan.”
(19). Anak: “iiiii…(menangis). (versi).
Ibu: “mandi yuk?”
(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (versi).
(18) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Eyang kakung pergi kemana?
S P
(19) “iiii…..(menangis)” merupakan kalimat tidak lengkap, maksud dari Inosensia yaitu
Ino ditinggal Eyang kakung.
S P O
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P-O yang terstruktur.
(20) “Ayun-ayun dulu”. Merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menjadi
Aku mau ayun-ayun dulu.
S P
8 A3(
8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening
biar sembuh ya) . (kalimat versi).
Ibu: “Iya dek.”
(22). Anak: “Iiih.. ada bintang.” (versi).
Ibu: “Bintang apa dek?”
(23). Anak: “Bintang kecil yang
lucu.”(versi)
Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”
(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.”
(ii..joro jatuh). Bunda, Tama nakal kan
mainan balon Tama ora seneng . iii aja
dientokna jajane.” (inversi).
Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk.”
(21) Kening biar sembuh ya/” merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap maka menjadi
Kening biar sembuh ya.
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(22) “Ada Bintang”. Merupakan kalimat tidak lengkap, maksud Inosesnia yaitu
Bintang lucu
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(23) “Bintang kecil yang lucu”. Merupakan kalimat lengkap.
Bintang kecil yang lucu.
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(24) Merupakan kalimat inversi karena susunan S-P tidak terstruktur yaitu predikat mendahului subjek.
Enak…ii jorok jatuh. Tama nakal
P
kan mainan balon. Tama tidak suka.
P S p
9 A3
(9)
(25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.”
(Jangan sama Sari ya). (versi). (25) “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama Sari ya)Tuturan tersebut merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur S-P, maksud dari
Inosensia yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Ibu: “Kenapa dek?”
(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak,
ya nang Ino dijorna nangis.”
(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino
didiemin nangis). Bunda, tadi ada Ino di
gambar, ngko tak golekna. (Bunda, tadi
ada Ino di gambar nanti dicariin ya?).
(verssi).
Bunda jangan main sama sari ya.
S P O
Kaliat tersebut merupakan kalimat versi karena susunan S-P yang terstruktur.
(26) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Tadi Tama nangis dikkeplak, ya sama Ino didiemin nangis.
K S P K
10 A3
(10) (27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih
Pakdhe Gung.” (Bunda, sekarang hormat.
Iih pakdhe Gung). (versi).
Ibu: “Iya, Bunda hormat.
(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?).
(versi).
(27) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur
Bunda sekarang hormat.
S K P
(28) “Ino ndi? (Ino dimana?)” merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada predikat, hanya terdapat subjek, maksud dari tuturan Inosensia
yaitu
Ino dimana hormatya?
S P
Merupakan kalimat versi karena susunan S-P terstruktur.
11 A3
(11) (29). Anak: “Bunda ada semutnya lho!”. (k
versi).
Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk
dek?”
(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.”
(versi).
(29) “Bunda ada semutnya lho!” . Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.
Bunda ada semutnya lho.
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(30) “Punyaku panjanh” merupakan kalimat lengkap, karena terdiri dari S-P
Punyaku panjamg.
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
12 A3
(12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya,
mbog ana motor.” (anak lewat-lewat terus
ya takut ada motor.). (versi).
Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”
(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama.
Bebek tu.” (kversi).
Ibu: “Bebeknya ke mana?”
(33). Anak: “Bebeknya ilang.” (versi).
(31) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur
Anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.
S P Pel
(32) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Mba-mba ke sini sama Tama.
S P K
(33) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Bebeknya ilang.
S P
13 A3
(13)
Ibu: “Ences di mana?”
(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan,
Ences di rumah.” (kalimat versi)
Ibu: “Ences itu siapa dek?”
(35). Anak: “Ences temaannya Eyang
Kakung.” (kalimat versi).
(34) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur
Ences tidak di sekolahan, Ences di rumah
S P S K
(35) Merupakan kalimat versi karena S-P yang terstruktur.
Ences temannya eyang kakung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”
(36). Anak: “Bukan..hehe.” (kalimat versi).
Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”
S P O
(36) Merupakan kalimat versi karena terdapar S-P yang terstruktur.
Ences bukan temannya Ino.
S P
14 A3
(14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (versi).
Ibu: “Laptop untuk apa?”
(38)Anak: “Untuk melihat gambar.”
(kalimat versi).
Ibu: “Gambar apa?”
(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.”
(inversi)
(37) “Ambilkan leptop”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subjek, maksud dari tuturan Inosensia yaitu menyuruh Bundanya untuk
ambilkan lepto.
Bunda ambilkan leptop.
S P O
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(38) “Untuk melihat gambar”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subjek, maksud dari tuturan Inosesnia yaitu
Leptop untuk melihat gambar.
S P O
Merupakan kalimat versi karena S-P yang terstruktur setelah menjadi kalimat lengkap.
(39) “Gambar pitik, kelinci”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada predikat, maksud dari tuturan Inosensia yaitu.
Melihat gambar ayam, kelinci.
P S
Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek (S-P).
15 A3
(15) (40). Anak: “Nonton bola mandi.” (versi).
Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”
(41). Anak: “Di sana.” (inversi).
(40) “Nonton bola mandi”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada subjek, maksud Inosesnia yaitu.
Aku pengen nonton bola mandi.
S p Pel
Merupakan kalimat versi karena susunan kalimat yang terstruktur.
(41) “Di sana” merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosesnia meminta dengan kalimat lengkap maka menjadi.
Nonton bola mandi di sana.
P S K
Merupakan kalimat inversi karena susunan kalimatnya predikat mendahului subjek.
16 A3
(16)
Ibu: “Rasanya apa dek?”
(42). Anak: “Kecut.” (versi).
Ibu: “Dedek makan apa tu?”
(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (versi).
(42) “Kecut”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsursubjek, maksud dari tuturan Inosesnia yaitu
Lutis pakai dondong rasanya kecut.
S P
Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.
(43) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat (S-P).
Lutis pakai dondong.
S P
17 A3
(17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (versi)
Ibu: “Di mana?”
(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun
terus nyeluk eyang kakung.” (versi)
Ibu: “Dedek takut?”
(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng
(44) Merupakan kalimat versi karena susunan S-P terstruktur.
Aku pernah metik ini.
S P O
(45) Merupakan kalimat versi karena S-P terstruktur.
Aku pernah petik ini di kebun, terus panggil eyang kakung.
S p O K P S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
bunda ya?” (versi). (46) Takut sendirian nangis, bareng bunda ya.
S P K
Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat yag terstruktur (S-P).
18 A3
(18)
Ibu: “Di kasih siapa dek?”
(47)Anak: “Dikasih babi.” (versi)
Ibu: “Bagus nggak?”
(48)Anak: “Bagus.” (t versi)
Ibu: “Lagi gluduk udan.”
(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja
nyetel TV.” ( versi).
(47) “Dikasih babi”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek, maksud tuturan Inosesnia yaitu.
Bonekannya dikasih babi.
S P
Merupakan kalimat versi karena S-P yang terstruktur.
(48) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Bonekanya bagus
S P
(49) Merupakan kaliat versi karena S-P yang terstruktur.
Eyang kakung hujan jangan nyalakan TV.
S P
19 A3
(19) (50). Anak: “Beli apa?” (versi).
Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”
(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk,
bambang putih.” (versi)
(50) “Beli apa?. Merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia bertanya dengan kalimat lengkap maka menjadi
Bunda beli apa?
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(51) Ini pisang, durian, jeruk, bambang putih.
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P
20 A3
(20)
Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”
(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.”
(versi).
Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”
(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (versi).
Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’
(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku
pengen sepatu bola.” ( versi).
(52) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Aku lihat voly di Cilacap.
S P K
(53) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Eyang Ti sama Ino.
S P
(54) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Bunda aku pengen sepatu bola.
S P O
21 A3
(21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.”
(versi).
Ibu: “Kucingnya warna apa?”
(56). Anak: “Kuning.” (versi).
(55) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Kucingnya lucu bunda.
S P K
(56) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Kucingnya warna kuning.
S P
22 A3
(22)
Ibu: “Dedek beli apa?
(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.”
(versi).
(57) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Aku beli doraemon kuning.
S P O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”
(58). Anak: “Dua.” (versi)
Ibu: “Bagus gak dek?”
(59). Anak: “Bagus, buka!” (versi)
Ibu: “Apanya yang dibuka?”
(60). Anak: “Sakit pakai tisu.” (versi)
Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini
sikatnya bentuk apa?”
(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.”
(kversi).
Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”
(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda
ora melu nang pasar malam.” (versi).
Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”
(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” (inversi)
Ibu: “Terus dedek beli apa?”
(64). Anak: “Beli doraemon.” (inversi)
Ibu: Doraemonnya bagus dek?
Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?
(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.”
(versi)
Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “
(66). Anak: “Eyang kakung.” (versi)
Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “
(67). Anak: “Eyang kakung eek.” (versi)
(58) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Doraemon harganya dua.
S P
(59) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur
Doraemon bagus.
S P
(60) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Tangannya sakit pakai tisu.
S P Pel
(61) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Bentuk doraemon kecil.
S P
(62) Merupakan kalimat versi karena terdri dari S-P yang terstruktur.
Beli di pasar malam, Bunda tidak ikut ke pasar malam.
K S P K
(63) Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek
Bagus ada jarannya.
P S
(64) Merupakan kalimat in versi karena predikat mendahului subjek.
Beli doraemon.
P S
(65) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Ini gambar doraemon.
S P
(66) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Sikatnya dibelikan Eyang kakung.
S P O
(67) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Eyang kakung Eek.
S P
23 A3
(23)
Ibu: “Apa itu dek?”
(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa
lengket.” (kversi)
Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”
(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.”
(versi)
Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”
(70). Anak: “Kangen.” (versi)
Mainannya itu ditangkap Ini bisa lengket.
S P
(68) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Iya besok budhe Lely pulang.
K S P
(69) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Ino kangen budhe.
S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”
(71). Anak: “Bunda bobok!” (versi)
Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur
dulu dek?”
(72). Anak: “Emoh.” (versi)
Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun
mboten?”
(73). Anak: “Gambar apa?” (versi)
Ibu: “Gambar bunga dek”.
(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!”
(versi)
Ibu: “Dekno pintar ya.”
(70) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Bunda bobok.
S P
(71) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
gak mau makan bubur.
S P
(72) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
Bunda ini gambar apa?
S P
(73) Merupakan kalimat versi karena terdiri dari S-P yang terstruktur.
(74) HPnya ditaruh di sini jangan dipegang
24 A3
(24) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!”
(versi)
Ibu: “Baby shek dimana sayang?”
(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.”
(versi)
Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek?
Warnanya apa?”
Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”
(77). Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.”
(versi)
Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim
ke budhe ya.”
(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby
shark.” (versi)
Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”
(79)Anak : “Ayo.” (versi).
(75) Bunda lihat babi shark.
S P
Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikatnya terstruktur (S-P).
(76) “Di HP Eyang kakung”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada predikat, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap maka
menjadi
Lihat babi shark di HP Eyang kakung.
S P K
Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(77) “Aku di foto”. Merupakan kalimat lengkap karena terdiri dari S-P.
Aku di Foto.
S P
Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).
(78) Bunda lihat babi shark.
S P
Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat yang terstruktur.
(79) “Ayo” merupakan kalimat tdka lengkap, karena tidak ada unsur subjek, jika Inosensia mengajak dengan kalimat lengkap maka menjadi
Ayo lihat babi shark.
P S
Merupakan kalimat inversi karena predikat mendahului subjek.
25 A3
(25) (80). Anak: “Ini HP bunda.” (versi)
Ibu: “Mana HP dedek?”
(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” (versi)
Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”
(82). Anak: “Bubur.” ( versi)
Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”
(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (versi)
(80) Ini HP Bunda.
S P
Merupakan kalimat versi karena susunnan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(81) HPnya Dekno bagus.
S P
Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(82) “Bubur”. Merupakan kalimat tidak lengkap, jika Inosensia meminta dengan kalimat lengkap, maka menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Ibu: “Dekno pegang apa sih?”
(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (versi)
Ibu: “Gajahnya ada berapa?”
(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (kalimat
versi)
Ibu: “Itu jerapah, kanguru, singa dek.”
(86). Anak: “Takut singa nyokot.” (inversi)
Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek
berhitung lagi.”
(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda
angel.” ( versi)
Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa
dek?”
(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.”
(kversi)
Ibu: “Ini dikerasin
Eyang Kakung: Udah habis buburnya?
Ibu: Ini mimik dek.”
(89). Anak: “Bunda kie angel banget .”
(versi)
Ibu: “Apanya dek?”
(90). Anak: “Kie.” (versi)
Ibu: “Ini gambar apa dek?”
(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (versi)
Ibu: “Warnanya apa dek?”
(92). Anak: “Kuning.” (versi)
Ino makan bubur.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang tersusun (S-P).
(83) Bubur rasanya enak.
S P
Merupakan kalimat versi karena susunan subjek dan predikat terstruktur (S-P).
(84) Tablet ada gajah.
S P
Merupakan kalimat versi, karena susunan subjek dan predikat sudah terstruktur (S-P).
(85) “Satu, itu apa”. Merupakan kalimat tidak lengkap karena tidak ada unsur predikat. maksud dari Inosensia yaitu
Ino punya gambar gajah satu.
S P
Merupakan kalimat versi karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.
(86) Takut singa ngigit.
P S
Merupakan kalimat inversi, karena predikat mendahuluis subjek.
(87) Bunda susah.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.
(88) Tulisannya tidak ada suaranya.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.
(89) Bunda ini susah
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.
(90) “Kie”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur predikat, jika Inosensia menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, maka
menjadi
Ino wortelnya susah.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.
(91) “Ini namanya wortel”. Merupakan kalimat tidka lengkap, maksud tuturan Inosesnia yaitu
Buah ini namanya wortel.
S P Pel
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.
(92) “Kuning”. Merupakan kalimat tidak lengkap, maksud tuturan Inosensia yaitu
Wortel warnanya kuning.
S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang sudah terstruktur.
26 A3
(26) (93). Anak: “Kenene.” (versi)
Ibu: “Kenging nopo?”
(94). Anak: “Bunda sakit.” (versi)
Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”
(95). Anak: “Batuk.” (versi)
Ibu: “Mimik obat ya?”
(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (versi)
Ibu: “Bukan kuda.”
(97). Anak: “Apa namanya?”
Ibu: “Kerbau.’
(98). Anak: “Kelinci besok tumbas.”
Ibu: Tumbas nopo?
(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde
Pi. Ini dibeliin kelinci bunda. Bunda
ditumbasna kelinci.
(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit
sininya.”
Ibu: “Dedek udah diobati belum?”
(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune
nguil-nguil.” (versi)
Ibu: Nggih Lucu mboten?
(102). Anak: “Iya.” (versi)
(93) “Kenene”. Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari S-P
Sininya kening
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari susunan subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(94) Bunda sakit.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(95) “Batuk (kening)”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada unsur subjek. Maksud dari Inosesnia yaitu
Keningnya sakit.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(96) Ini kuda.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(97) “Apa namanya”. merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidak ada subjek. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu.
Bunda apa namanya.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(98) Kelinci besok beli.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(99) Sama budhe Lely, sama pakdhe pi. Ino
K S
dibeliin kelinci Bunda . Bunda dibeliin kelinci.
P O O
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(100) Bunda sakit. Ino gak sakit sininya.
S P S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(101) Kudanya jalannya nguil-nguil.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(102) “Iya”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena tidka ada unsur S-P. Maksud dari tuturan Inosensia yaitu
Iya kelincinya lucu.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
27 A3
(27)
Ibu: “Ini buat apa dek?”
(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.”
(versi)
Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”
(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” (versi)
(103) Kudanya makan aem-aem.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(104) Ini blimbing pisang.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
28 A3
(28) (105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba
lagi.” (kudanya ditolongin jatuh lagi).
(versi)
Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin.
Dekno bisa gak nolongin?”
(106). Anak: “Enggak, kok bunda
makannya pakai kuah, Ino ora nganggo
sendok?” ( versi)
Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar
sakitnya sembuh.”
(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai
bakso aja.” (versi)
Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”
Pakde: “Oalah jarane.”
(108). Anak: “Jarane.” (versi)
(105) Kudanya ditolongin jatuh lagi.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(106) Bunda makannya pakai kuah, Ino makananya nggak pakai sendok
S p S K
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(107) Ino gak mau makan pakai bubur, pakai
S P
bakso aja.
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(108) “Jarane (Kudanya)”. Merupakan kalimat tidka lengkap karena tidak ada usnur predikat. maksud dai Inosensia yait
Kudanya lucu.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
29 A3
(29) (109). Anak: “Lagi salaknya.” (versi)
Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”
(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja
dientekna.”
(lha gak mau, jangan dihabisin) (versi)
Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”
(111). Anak: “Mau makan apa?” (versi)
Ibu: “Mau makan kuwaci.”
(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana
kuwecinya? Lagi kuwacinya.” (versi) Ibu: “Habis dek.”
(113). Anak: “Lah pengen salak.” (versi)
Ibu: “Besok beli ya dek.”
(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?”
(versi)
Ibu: “Mba Mely siapa dek?”
(109) Lagi salaknya”. Merupakan kalimat tidak lengkap, karena terdiri dari subjek saja. Maksud tuturan Inosensia yaitu.
Ino lagi salaknya.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(110) Salaknya jangan dihabisin.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(111) Bunda mau makan apa.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(112) Bunda lihat apa?
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
(113) Ino pengen salak.
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
(114) Mba Mely lewat apa ya?
S P
Merupakan kalimat versi, karena terdiri dari subjek dan predikat yang terstruktur (S-P).
Yogyakarta, 17 Juli 2019
Menyetujui,
Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Lampiran Analisis Data 4 dari segi makna kalimat
Kalimat dari makna terdiri dari susunan subjek dan predikat.Susunan subjek dan predikat dibagi menajadi lima yaitu deklaratif, imperatif, interogatif,
interjektif, dan emfatik. Berikut ini akan disajikan analisis data yang lebih rinci.
NO KODE DATA TUTURAN KALIMAT DARI SEGI MAKNA
KETERANGAN
Dek Imp intero interj
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
LAMPIRAN ANALISIS DATA 4 DARI SEGI MAKNA
N
O
KOD
E
DATA TUTURAN KETERANGAN
1 B1
(a,1)
Ibu: “Ini namanya apa?”
(1). Anak : “Namanya oyong”. (labu). (deklaratif)
Ibu: “Itu berapan dek?”
(2). Anak: “60 ribu”. (deklaratif)
Ibu: “buat apa itu, dek?”
(3). Anak: “Buat bunda.” (deklaratif)
Konteks: Tuturan ini dalam situasi bermain di dapur,
percakapan tersebut yaitu ibu dan anak.
(1) Namanya Oyong
[2] 3 1 // [2] 3 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, karena mempunyai intonasi [2] 3 // [2[ 3 1. Anak memberitahukan bahwa
sedang main masak-masakan oyong.
(2) 60 ribu
[2] 3#
Kalimat tersebut merupakan kaliamt deklaratif, karena mempunyai pola intonasi berita [2] 3 // [2] 3 1, anak memberitahu
harga oyongya 60 ribu.
(3) Buat Bunda
[2] 1 // [2] 1 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, karena mempunyai pola intonasi berita [2 1// [2] 1 , Inosesnia memberitahukan
bahwa oyongnya buat bunda.
2 B1
(a,2) (4)Anak: “Dibumbuin!” (imperatif)
Ibu : “Iya dibumbuin.”
(5)Anak : “Dibumbuin sitik.” (dibumbuin sedikit)
(deklaratif) Ibu: “Siapa itu dek?”
(6)Anak: “Kancane Bunda ya?” (temannya bunda ya?)
(interogatif)
Konteks: Situasi dalam tuturan tersebut yaitu ketika anak
sedang bermain masak-masakan di depan rumah. Percakapan
antara ibu dan anak
(4) Di bumbuin .
2 3 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat imperatif, karena memiliki pola intonasi perimtah 2 3 #. Inosensia menyuruh ibunya
supaya oyongnya dibumbuin. .
(5) Dibumbuin sitik
2 3// 2 1 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, karena memiliki pola intonasi 2 3 // 2 1yaitu anak memberitahukan bahwa
masak-masakannya akan dibumbuin sedikit.
(6) Temannya Bunda ya?
[2] 3 // [2] 3 (1) #
Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya, karena memiliki pola intonasi tanya yaitu [2] 3// [2] 3 (1) #
Inosensia bertanya apakah yang lewat adalah temannya bunda.
3 B1(a,3
)
Ibu: “Tadi udah ditimbang?”
(7)Anak: “Wis.” (udah). (deklaratif)
Ibu:”Coba apanya yang ditimbang?”
(7) (8 Anak : “Sikile.. uuuu… wawah.” (Kakinya jatuh)
(deklaratif)
Konteks: situasi dalam tuturan tersebut yaitu ketika ibu
bertanya kepada anaknya sudah ditibang atau belum.
Percakapan antara ibu dan anak.
(7) Wis
[2] 1#
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonais [2] 1 #, Inosensia menjawab pertanyaan ibunya
yaitu apakah sudah ditimbang kemudian anak menjawab udah, maksud dari anak yaitu tadi sudah ditmbang merupakan kalimat
memberitahukan kepada ibunya.
(8) Kakinya jatuh.
[2] 3 // [2] 3 #
Merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi [2] 3 // [2] 3 #
Inosesnia memberitahukan bahwa kakinya jatuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
4 B1(a,4
) (9). Ino: “Mau bengi Eyang Ti kaget terus meng
sekolahan.” (tadi malam Eyang Ti kaget terus ke
sekolahan). (deklaratif)
Tama: “Mau bengi lagi bubu tiba-tiba ana lindu.” (tadi
malam lagi tidur tiba-tiba ada gempa).
Enap: “Aku be mau bengi arep bubu ana sing oyeg-oyeg.”
(aku juga tadi malam mau tidur ada yang bergerak-gerak).
Tama: “Iya, mama be kaget.” (iya mama juga kaget).
(10). Ino: “Mau bengi be bundaku wedi terus bubu kene,
terus rambute ada di kursi.” (tadi malam juga bundaku
takut terus tidur di sini, terus rambutnya ada di kursi).
(deklaratif)
Ibu: “Ino nangis gak?
(11). Ino: “Aku malah nendang bata di luar.” (aku
menendang batu di luar). (deklaratif)
Tama: “Iya, kan aku lagi jagong tiba-tiba krasa bange.” (iya
kan aku lagi duduk tiba-tiba krasa banget).
(12). Ino: “Aku metu diembang Eyang Ti.” (aku keluar
digendong Eyang Ti). (deklaratif)
Konteks: situasi ketika bercerita ada gempa kecil.
Percakapan anatara Inosensia dan temannya
(9) Tadi malam Eyang Ti kaget, terus ke
[2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1.
sekolahan.
Kalimat tersebu merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi [2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1 anak
memberitahukan bahwa tadi malam terjadi gempa kecil dan eyang Ti kaget. Pada tuturan tersebut anak memberitahukan berita
dengan cara bercerita.
(10) Tadi malam juga bundaku takut terus tidur di sini, terus rambutnya ada di kursi
[2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memilki pola intonasi [2]// [2] 1 // [2] 1 3 2// [2] 3 1 yaitu
memberitahukan bahwa bundanya takut ketika ada gempa kecil.
(11) Aku menendang batu di luar.
[2] // [2] 1 2 2 21 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi
[2] // [2] 1 2 2 21
yaitu ketika Inosensia takut, dia keluar dan menendang bola keluar.
(12) Aku keluar di gendong eyang Ti.
[2] // [2] 1 2 2 1 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena memiliki pola intonasi [2] // [2] 1 2 2 1 #
yaitu anak memberitahukan ketika gempa kecil terjadi dia digondong Eyang Ti keluar rumah.
5 B1
(a,5) (13). Anak: “Bunda, meng ndi?” (bunda kemana?).
(interogatif)
Ibu: “Bunda mau ke Cilacap.”
(14). Anak: “Ke Cilacap?” (interogatif)
Ibu: “iya dek.”
(15). Anak: “Cepet,cepet lunga.” (pergi,pergi cepet).
(imperatif)
Konteks: ketika anak bertanya kepada ibunya, situasi duduk
santai. Percakapan anatara ibu dan anak.
(13) Bunda kemana?
[2] 1 // [2] 3 1#
Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya karena memiliki pola intonasi [2] 1 // [2] 3 1#. Inosesnia bertanya kepada ibunya.
(14) Ke Cilacap?
[2]// 2 31 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya karena meiliki pola intonasi
[2]// 2 31 #
yautu ketika anak bertaya kepada ibunya.
(15) Cepat pergi!
2 3 2 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat perintah karena memilki pola intonasi 2 3 // 2 #.
Inosensia menyuruh ibunya untuk cepat pergi.
6 B1
(a,6)
Ibu: “Itu apa?”
(16). Anak: “Kacang ijo purun kacang ijo?” (mau
kacang hijau). (interogatif)
Ibu: “Dedek lagi ngapain itu kakinya?”
(17). Anak: “Kotor kaos kakinya, bunda ini angel (susah)
kaos kakinya.” (deklaratif)
(16) Kacang ijo mau?
[2] 1 // 2 3// 23 #
Kalimat tersebut merupakan kalimat interogatif karena memiliki pola intonasi [2] 1 // 2 3// 23 #
yaitu Inosensia menawarkan kacang ijo kepada ibunya.
(17) Bunda ini susah.
[2] 1// 1 2 321#
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Konteks: ketika anak menawarkan kacang ijo kepada ibunya,
situasi duduk santai di depan rumah. Percakpana anatara ibu
dan anak
Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karenamemiliki pola intonasi [2] 1// 1 2 321#
Inosensia. memberitahukan bahwa kaos kakinya kotor.
7 B1
(a,7)
Ibu: “Kenapa Eyang kakung?”
(18). Anak: “Eyang kakung pergi kemana?”
(interogatif).
Ibu: “Di sekolahan.”
(19). Anak: “iiiii…(menangis) (deklaratif)
Ibu: “mandi yuk?”
(20). Anak: “Ayun-ayun dulu.” (imperatif)
(18) Eyang kakung pergi kemana?
[2] 1 // [2] 1 // 1 // 3 (1) #
Merupakan kalimat tanya, karena Inosensia menanyakan Eyang kakung yang pergi kemana kepada Bundanya.
(19) Iii…. (menangis).
Merupakan kalimat berita, karena anak memberitahukan bahwa dia menangis karena ditinggal Eyang kakung.
(20) Ayun-ayun dulu.
2 3 // 2 3// 2 1 #
Merupakan kalimat perintah, karena Inosensia meminta ayun-ayun dulu sebelum mandi.
8 B1
(a,8) (21). Anak: “Batuk ben mari ya?” (Kening biar sembuh
ya) (interogatif)
Ibu: “Iya dek.”
(22). Anak: “Iiih.. ada bintang ” (deklaratif)
Ibu: “Bintang apa dek?”
(23). Anak: “Bintang kecil yang lucu.” (interjektif)
Ibu: “Iya dek, makannya enak gak?”
(24). Anak: “Enak…iiih jijih jatuh.” (ii..joro jatuh).
Bunda, Tama nakal kan mainan balon Tama ora seneng .
iii aja dientokna jajane.” (deklaratif)
Ibu: “Iya,iya mandi dulu yuk
(21) Kening biar sembuh ya?
[2] 1 // 2 // [2] 1 #
Merupakan kalimat tanya, karena anak bertanya keningnya biar sembuh ya.
(22) Ada bintang.
[2]// 3
Merupakan kalimat berita, karena Inosensia memberitahukan bahwa di langit ada bintag.
(23) Bintang kecil yang lucu.
Merupakan kalimat interjektif karena mengungkapkan rasa kagum teradap bintang yang lucu.
(24) Bunda Tama nakal, kan mainan bola, Tama tidak suka.
Merupakan kalimat berita, karena anak memberitahukan bahwa temannya nakal.
9 B1
(a,9) (25). Anak: “Aja nganggo Sari ya.” (Jangan sama Sari
ya). (imperatif)
Ibu: “Kenapa dek?”
(26). Anak: “Mau Tama nangis dikeplak, ya nang Ino
dijorna nangis.”
(Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin
nangis). Bunda, tadi ada Ino di gambar, ngko tak
golekna. (Bunda, tadi ada Ino di gambar nanti dicariin
ya?) (deklaratif)
(25) Jangan sama Sari ya!
[2] 1 // 2 1// 1 #
Merupakan kalimat perintah, karena Inosensia menyuruh bundanya untuk tidak main dengan Sari.
(26) Tadi Tama nangis dikeplak, ya sama Ino didiemin nangis.
Merupakan kalimat berita, karena Ino memberitahukan bahwa temannya nangis.
10 B1(a,
10) (27). Anak: “Bunda, siki homat. Iih Pakdhe Gung.”
(Bunda, sekarang hormat. Iih pakdhe Gung). (imperatif)
Ibu: “Iya, Bunda hormat.
(28). Anak: “Ino, ndi?” (Ino mana?). (interjekif)
(27) Bunda sekarang hormat!
Merupakan kalimat perintah, karena anak mnyuruh bundanya untuk hormat.
(28) Ino mana?
Merupakan kalimat tanya, karena Inosensia bertanya dirina ada dimana.
11 B1
(a12)
(29). Anak: “Bunda ada semutnya lho.” (deklaratif0
Ibu: “Iya biarin dek, cilok gulungnya enak gk dek?”
(30).Anak:“Enak..Iih punyaku panjang.” (deklaratif)
(29) Bunda ada semutnya lho.
Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan kepada bunda bahwa ada semut, dan memiliki pola intonasi berita
yaitu [2 1] // 2 1 #
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
(30) Enak.. iii punyaku panjang.
Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa jajannya panjang, dan mempunyai intonasi yaitu [2 1] 2 1#
12 B1
(a,12) (31). Anak: “Bocah lewat-lewat terus ya, mbog ana
motor.” (anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.)
(deklaratif)
Ibu: “Iya, mbog ketabrak.”
(32). Anak: “Mba-mba ke sini sama Tama. Bebek tu.”
(deklaratif)
Ibu: “Bebeknya ke mana?”
(33). Anak: “Bebeknya ilang.” (deklaratif)
(31) Anak lewat-lewat terus ya takut ada motor.
Merupakan kalimat deklaratif karena memberitahukan kepada bunda bahwa ada anak yang lewat-lewat terus.
(32) Mba-mba ke sini sama Tama.
Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa ada mba-mba datang sama Tama.
(33) Bebeknya ilang.
Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan kepada bunda bahwa bebeknya ilang.
13 B1
(a,13)
Ibu: “Ences di mana?”
(34). Anak: “Ences ora nang sekolahan, Ences di
rumah.” (deklaratif)
Ibu: “Ences itu siapa dek?”
(35). Anak: “Ences temaannya Eyang Kakung.”
(deklaratif)
Ibu: “Temannya dek Ino bukan?”
(36). Anak: “Bukan..hehe.” (deklaratif)
Ibu: “Di sekolahan banyak teman gak?”
(34) Ences tidak di sekolahan, Ences di rumah.
Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa Ences tidak ada di sekolahan.
(35) Ences temannya Eyang Kakung.
Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa Ences temannya eyang kakung.
(36) Bukan.
Merupakan kalaim deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa Ences bukan temannya Ino.
14 B1
(a,14) (37)Anak: “Ambilkan leptop!” (imperatif)
Ibu: “Laptop untuk apa?”
(38)Anak: “Untuk melihat gambar.” (deklaratif)
Ibu: “Gambar apa?”
(39)Anak: “Gambar pitk (ayam), kelinci.” (deklaratif)
(37) Ambilkan leptop!. Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh bunda untuk mengmbilkan leptop.
(38) Untuk melihat gambar. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak menunjukan informasi bahwa leptop
untuk melihat gambar.
(39) Gambar ayam, kelinci. Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa leptop untuk melihat gambit ayam,
kelinci.
15 B1
(a,15) (40). Anak: “Nonton bola mandi!” (imperatif)
Ibu: “Nonton bola mandi di mana?”
(41). Anak: “Di sana.” (deklaratif) (40) Nonton bola mandi. Merupakan kalimat perintah, karena anak meminta untuk menontoh bola mandi.
(41) Di sana. Merupakan kalimat deklaratif, anak memberitahukan bahwa bola mandinya ada di sana.
16 B1(a,1
6)
Ibu: “Rasanya apa dek?”
(42). Anak: “Kecut.” (deklaratif)
Ibu: “Dedek makan apa tu?”
(43). Anak: “Lutis pakai dondong.” (deklaratif)
(42) Kecut. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa makanannya kecut.
(43) Lutis pakai dondong. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan lutisnya pakai dondong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
17 B1
(a,17) (44) Anak: “Aku tau ngopeki kie.” (deklaratif)
Ibu: “Di mana?”
(45)Anak: “Aku tau ngopeki kie di kebun terus nyeluk
eyang kakung.” (deklaratif)
Ibu: “Dedek takut?”
(46)Anak: “Takut dewekan nangis. Bareng bunda ya?”
(deklaratif dan imperatif)
(44) Aku pernah petik ini. merupakan kalimat deklaratif, karena Ino memberitahukan bahwa dia pernah petik buah.
(45) Aku pernah petik ini di kebun, terus panggil Eyang Kakung. merupakan kalimat deklaratif, karena Ino memberitahukan bahwa
dia pernah petik buah.
(46) Takut sendrian nangis. Meruapakan kalimat deklaratif karena memberitahukan bahwa Ino sendrian takut. Yang kedua kalimat
iimperatif, anak meminta bersamaan dengan bunda.
18 B1
(a,18)
Ibu: “Di kasih siapa dek?”
(47)Anak: “Dikasih babi.” Deklaratif)
Ibu: “Bagus nggak?”
(48)Anak: “Bagus.” (deklarartif dan interjketif)
Ibu: “Lagi gluduk udan.”
(49) Anak: “Eyang Kakung udan aja nyetel TV.”
(imperatif)
(47) Dikasih babi. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahw bonekannya dkasih babai.
(48) Bagus. Merupakan kalimat deklaratif, karena mempunyai rasa kagum dan menarik untuk dipandang, dan merupakan kalimat
interjektif karena anak mempunyai rasa kagum terhadap boneka yang dikasih babai.
(49) Eyang kakung udan aja nyetel TV. Merupakan kalimat imperatif, karena anak memberitahukan bahwa Eyang kakung jangan
menyalakan TV.
19 B1
(a,19) (50). Anak: “Beli apa?” (interogatif)
Ibu: “Beli durian, mana duriannya?”
(51). Anak: “Ini pisang, durian, jeruk, bambang putih.
(deklaratif)
(50) Beli apa? Merupakan kalimat interogatif, karena anak bertanya kepada Bunda.
(51) Ini pisang, durian, jeruk, bambang putih. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa ada pisang,
durian, jeruk dan bawang putih.
20 B1
(a,20)
Ibu: “Dedek lihat apa tadi?”
(52). Anak: “Aku Lihat Volly di Cilacap.” (deklaratif)
Ibu: “Siapa yang lihat volly di Cilacap?”
(53). Anak: “Eyang Ti sama Ino.” (deklaratif)
Ibu: “Terus dedek di sana ngapain?’
(54). Anak: “Lihat volley. Bunda aku pengen sepatu
bola.” (imperatif)
(52) Aku lihat voly di Cilacap. merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa anak melihat voly di Cilacap.
(53) Eyang Ti sama Ino. Merupakan kalimat deklaratif karena memberitahukan bahwa Ino melihat Voly bersama Eyang Ti.
(54) Lihat Voly. Bunda akau pengen lihat voly di Cilacap. merupakan kalimat perintah karena Ino ingin sepatu bola.
21 B1
(a,21) (55). Anak: “Kucingnya lucu bunda.” (deklaratif)
Ibu: “Kucingnya warna apa?”
(56). Anak: “Kuning.” (deklaratif) (55) Kucingnya lucu Bunda. merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada kucing yang lucu, dan
merupakan kalimat interjeksi karena anak mengungkapkan rasa kagum terhadap kucing.
(56) Kuning. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa kucingnya berwarna kuning.
22 B1
(a,22)
Ibu: “Dedek beli apa?
(57). Anak: “Aku Beli doraemon kuning.” (deklaratif)
Ibu: “Tadi harganya berapa dek?”
(58). Anak: “Dua.” (deklaratif)
Ibu: “Bagus gak dek?”
(59). Anak: “Bagus, buka!” (imperatif dan interjektif)
Ibu: “Apanya yang dibuka?”
(60). Anak: “Sakit pakai tisu!” (imperatif)
(57) Aku beli doraemon kuning. Merupakan kalimat deklaratif Karena anak memberitahukan kepada bunda bahwa anak membeli
doraemon berwarna kuning.
(58) Dua. Meerupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa dia membeli duraemin dengan harga dua.
(59) Bagus. Meruapakan kalimat interjektif, karea kagum dengan doraemon yang bagus. Buka! Meruapakan kalimat perintah, bahwa
anak menyuruh bunda untuk membuka plastik yang berisi doraemon.
(60) Sakit pakai tisu. Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh pakai tisu tangannya yang terluka.
(61) Bentuk doraemon kecil. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa doraemon mempunyai bentuk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Ibu: “Iya dek pakai tisu biar sembuh. Ini sikatnya bentuk
apa?”
(61). Anak: “Bentuk doraemon cilik.” (deklaratif)
Ibu: “Dedek lagi sakit apa?”
(62). Anak: “Beli di pasar malam. Bunda ora melu nang
pasar malam.” (interogatif)
Ibu: “Pasar malamnya ramai gak dek?”
(63).Anak: “Bagus ada jarannya.” Deklaratif dan
interjektif)
Ibu: “Terus dedek beli apa?”
(64). Anak: “Beli doraemon.” (deklaratif)
Ibu: Doraemonnya bagus dek?
Ibu: Dekno tadi udah mandi belum?
(65). Anak: “Udah, ini gambar doraemon.” (deklaratif0
Ibu: “Tadi yang belikan sikat siapa dek? “
(66). Anak: “Eyang kakung.” (deklaratif)
Ibu: “Eyang kakung ngapain dek? “
(67). Anak: “Eyang kakung eek.” (deklaratif).
kecil.
(62) Bunda tidak ikut ke pasar malam? Merupakan kalimat tanya, karena anak menanyakan kepada Bunda apakah Bunda ikut ke
pasar malam.
(63) Bagus ada kudanya. Merupakan kalimat interjektif, karena anak mempunyai rasa kagum terhadap doraemon.
(64) Beli doraemon. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa dia membelidoraemon saja.
(65) Ini gambar doraemon. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa ada gambar doraemon.
(66) Eyang kakung. Merupakan kalimat deklaratif, karena maksud anak yaitu doraemonnya dibelikan Eyang kakung, kalimat
tersebut merupakan kalimat deklaratif.
(67) Eyang kakung eek. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa Eyang kakung sedang eek.
23 B1
(a,23)
Ibu: “Apa itu dek?”
(68). Anak: “Itu ditangkap, ini bisa lengket.” (deklaratif)
Ibu: “Iya bisa lengket, lucu ya dek?”
(69). Anak: “Iya besok budhe Lely bali.” (deklaratif)
Ibu: “Dekno kangen Budhe Lely?”
(70). Anak: “Kangen.”
Ibu: “Dekno makan bubur yuk?”
(71). Anak: “Bunda bobok!” (deklaratif)
Ibu: “Dekno udah ngantuk? Makan bubur dulu dek?”
(72). Anak: “Emoh.” (deklartif)
Eyang Ti : “Wadahe kaleh niki purun mboten?”
(73). Anak: “Gambar apa?” (imperatif)
Ibu: “Gambar bunga dek”.
(74). Anak: “HPne disug kene aja dimeki!” (impertaif)
Ibu: “Dekno pintar ya.”
(68) Itu ditangkap, Ini bisa lengket. Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa mainanya bisa ditangkap dan
lengkat.
(69) Iya besok budhe Lely pulang. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa budhe Lely akan pulang.
(70) Kangen. Maksud anak yaitu bahwa Inosensia kangen dengan budhe Lely. Merupaan kalimat deklaratif.
(71) Bunda bobok! Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh ibunya utuk menemani bobok.
(72) Emoh. Maksud tuturanan Inosensia yaitu tidak mau makan bubur. Merupakan kalimat deklaratif.
(73) Gambar apa? Merupakan kalimat tanya karena anak bertanya kepada bunda gambar apa yang ada dalam wadah makan.
(74) HPnya ditaruh sini, jangan dipegang. Merupakan kalimat perintah karena anak menyuruh Bunda untuk tidak memegang HP.
24 B1(a,2
4) (75). Anak: “Bunda ndeleng baby shek!” (imperatif)
Ibu: “Baby shek dimana sayang?”
(76). Anak: “Di HP Eyang Kakung.” (deklaratif)
Ibu: “Baby shek bentuknya kaya apa dek? Warnanya apa?”
Ibu: “Iii…dedek pinter foto.”
(77). Anak: “Tapi HP penuh, aku di foto.” (imperatif)
(75) Bunda lihat Babi sherk! Merupakan kalimat perintah karena anak menyuruh ibunya untuk melihat baby shark.
(76) Di HP Eyang Kakung. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan bawa baby shark ada di HP Eyang kakung.
(77) Aku di Foto! Merupakan kalimat impertaif, akrena anak menyuruh Bunda untuk memfotokan.
(78) Bunda lihat babi shark. Merupakan kalimat imperatif, karena anak menyurh Buinda untuk melihat baby shark.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Ibu: “Sini tapi senyum dedek, fotonya dikirim ke budhe ya.”
(78)Anak: “Iya, bunda ndeleng baby shark! (imperatif)
Ibu: “Ayo lihat di HP Eyang Kakung yuk.”
(79)Anak : “Ayo.”(imperatif)
(79) Ayo. Maksud anak yaitu ayo melihat babai shark, merupakan kalimat perintah.
25 B1(a,2
5) (80). Anak: “Ini HP bunda.” (deklaratif)
Ibu: “Mana HP dedek?”
(81). Anak: “HPnya Dekno bagus.” 9deklaratif dan
interjektif) Ibu: “Nggeh bagus dek, dedek makan apa?”
(82). Anak: “Bubur.” (deklaratif)
Ibu: “Bubur rasanya apa dek?”
(83). Anak: “Bubur rasanya enak.” (deklaratif)
Ibu: “Dekno pegang apa sih?”
(84). Anak: “Tablet, ada gajah.” (deklaratif)
Ibu: “Gajahnya ada berapa?”
(85). Anak: “Satu. Itu apa?” (interogatif)
Ibu: “Itu jerapah, kanguru,
(86). Anak: “Takut singa nyokot.” (deklaratif)
Ibu: “Apanya yang nyongkot. Dedek berhitung lagi.”
(87). Anak: “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, bunda angel.”
(deklaratif)
Ibu: “Mana yang angel dek? Ini namanya apa dek?”
(88). Anak: “Tulisan ora ana suarane.” 9deklaratif)
Ibu: “Ini dikerasin
Eyang Kakung : Udah habis buburnya?
Ibu: Ini mimik dek.”
(89). Anak: “Bunda kie angel banget .” 9deklaratif)
Ibu: “Apanya dek?”
(90). Anak: “Kie.” (deklartif)
Ibu: “Ini gambar apa dek?”
(91). Anak: “Ini namnaya wortel.” (deklaratif)
Ibu: “Warnanya apa dek?”
(92). Anak: “Kuning.” (deklaratif)
(80) Ini HP bunda. merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa HP yang dipeggang yaitu HP Bunda.
(81) HPnya Dekno bagus. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa HPnya bagus, dan merupakan kalimat
interjektif karena anak kagum dengan HP yang bagus.
(82) Bubur. Maksud Inosensia yaitu Ino makan bubur. Merupakan kalimat deklaratif.
(83) Bubur rasanya enak. Merupakan kalimat deklaratif karema anak memberitahukan bahwa buburnya enak, dan merupakan
kalimat interjektif karena anak mempunyai rasa kagum terhadap bubur yang enak.
(84) Tablet ada gajah. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada gajah di tablet.
(85) Itu apa? Merupakan kalimat tanya karena anak menanyakan yang sedang dipeggang bunda.
(86) Takut singa ngigit. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan bahwa dia takut singa.
(87) Bunda susah. Merupakan kalimat deklaratif, karena memberitahukan bahwa Inosensia sedang kesusaahan.
(88) Tulisan tidak ada suranya. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa tulisannya tidak ada suaranya.
(89) Bunda ini susah banget. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa sedang kesusahan.
(90) Kie (ini) maksud dari tuturan tersebut yaitu bahwa anak memberitahukan bahwa wortelnya susah. Merupakan kalimat
deklaratif.
(91) Ini namanya wortel. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa yang dipegang namanya wortel.
(92) Kuning, maksud tuturan tersebut yaitu bahwa wortel warnanya kuning, merupakan kalimat deklaratif karena anak
memberitahukan bahwa wortel berwarna kuning.
26 B1(a,2
6) (93). Anak: “Kenene.” (deklartif)
Ibu: “Kenging nopo?”
(94). Anak: “Bunda sakit.” (deklartif)
Ibu: “Sakit kenging nopo dek?”
(95). Anak: “Batuk.” (deklartif)
Ibu: “Mimik obat ya?”
(93) Kenene (Sininya) maksud penutur yaitu, sininya sakit merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada
bagian yang sakit.
(94) Bunda sakit. Merupakan kalimat deklat=ratif karena anak memberitahukan bahwa anak sedang sakit.
(95) Batuk. Maksud penutur yaitu sakit batuk, merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa anak sedang sakit
batuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
(96). Anak: “Iya, ini kuda.” (deklartif)
Ibu: “Bukan kuda.”
(97). Anak: “Apa namanya?” (interogatif)
Ibu: “Kerbau.’
(98). Anak: “Kelinci besok tumbas!” (imperatif)
Ibu: Tumbas nopo?
(99). Anak: Karo bude Lely, karo Pakde Pi. Ini dibeliin
kelinci bunda. Bunda ditumbasna kelinci. (deklaratif)
(100). Anak: “Bunda sakit. Ino nggak sakit sininya.”
Ibu: “Dedek udah diobati belum?”
(101). Anak: “Belum. Kelincinya mlakune nguil-nguil.”
(deklartif)
Ibu: Nggih Lucu mboten?
(102). Anak: “Iya.”(deklartif)
(96) Ini kuda. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada kuda.
(97) Apa namanya? merupakan kalimat tanya, karena anak menanyakan kepada Bunda.
(98) Kelinci besok tumbas! Merupakan kalimat perintah, karena anak menyuruh Bunda untuk membelikan kelinci.
(99) Sama Budhe Lely, Pakdhe Pi. Ini dibeliin kelini bunda, Bunda dibelikan kelinci. Merupakan kalimat deklaratif karena anak
memberitahukan bahwa Bunda dibelikan kelinci.
(100) Bunda sakit. Ino gak sakit sininya. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan keadaan dirinya.
(101) Kelinci jalannya nguil-nguil. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak memberitahukan bahwa kelinci jalanya nguil-nguil
(102) Iya. Maksud tuturan tersebut yaitu anak menjawab iya kelincinya lucu. Merupakan kalimat deklaratif, karena anak
memberitahukan bahwa kelincinya lucu.
27 B1(a,2
7)
Ibu: “Ini buat apa dek?”
(103). Anak: “Jarannya makan aem-aem.” (deklaratif)
Ibu: “Beli apa? Ini namanya apa?”
(104). Anak: “Ini blimbing pisang.” 9deklartif)
(103) Kuda jalannya nguil-nguil. Merupakan kalimat deklaratif karena amak memberitahukan bahwa kuda jalnnya nguil-nguil.
(104) Ini blimbing pisang. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan abhwa ada blimbing pisang .
28 B1(a,2
8) (105). Anak: “Kudanya ditolongin tiba lagi.” (kudanya
ditolongin jatuh lagi). (deklaratif)
Ibu: “Oh kudanya jatuh lagi terus ditolongin. Dekno bisa gak
nolongin?”
(106). Anak: “Enggak, kok bunda makannya pakai kuah,
Ino ora nganggo sendok?” (deklaratif)
Ibu: “Dekno makannya pakai bubur, biar sakitnya sembuh.”
(107). Anak: “Emoh pakai bubur, pakai bakso aja.”
Imperatif)
Ibu: “Pakai bubur dek biar nanti sembuh.”
Pakde: “Oalah jarane.”
(108). Anak: “Jarane.” (deklaratif)
(105) Kudanya ditolongin jatuh lagi. Merupakan kalimat deklaratif karena anak memberitahukan bahwa ada kuda yang ditolongin
tetapi kudanya jatuh lagi.
(106) Bunda makannya pakai kuah. Ino pakai sendok. Merupakan kalimat interogatif, karena anak bertanya kepada Bunda apakah
Bunda pakai kuah.
(107) Gak mau pakai bubur, pakai bakso aja. Merupakan kalimat perintah karena ank meminta makan dengan bubur dan bakso.
(108) Jarane (kudanya) maksud penutur yaitu di sana ada kuda. Merupakan kalimat deklaratif karena ank memberitahukan bahwa
anak sedang melihat kuda.
29 B1(a,2
9) (109). Anak: “Lagi salaknya !” (imperatif)
Ibu: “Habis dek, makan kwaci aja.”
(110). Anak: “Lah emoh, tulih aja dientekna.”
(imperatif)
(lha gak mau, jangan dihabisin)
Ibu: “Emang kenapa kalau dihabisin?”
(111). Anak: “Mau makan apa?” (interogatif)
Ibu: “Mau makan kuwaci.”
(112). Anak: “Bunda lihat apa? Mana kuwecinya? Lagi
(109) Lagi salaknya !. merupakan kalimat perintah, karena anak meminta salak lagi.
(110) Lah gak mau, jangan dihabisin. Merupakan kalimat perintah karena ank melarang untuk tidak memakan salak.
(111) Mau makan apa? Merupakan kalimat tanya karena anak bertanya bunda makan apa.
(112) Bunda lihat apa mana kelincinya? Merupakan kalimat tanya karena anak menanyakan dimana dan kwacinya.
(113) Lah pengen salak!. Merupakan kalimat perintah karena anak ingin salak lagi.
(114) Ada mba Mely apa ya? Merupakan kalimat tanya karena anak bertanya ada mba Mely apa ya?.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
kuwacinya.” (interogatif) Ibu: “Habis dek.”
(113). Anak: “Lah pengen salak!” (imperatif)
Ibu: “Besok beli ya dek.”
(114). Anak: “Ana mba Mely apa ya?” (interogatif)
Ibu: “Mba Mely siapa dek?”
Yogyakarta, 17 Juli 2019
Menyetujui,
Danang Satria Nugraha, SS,. M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN FOTO
Inosensia sedang bermain
Inosensia dan Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
BIODATA PENULIS
Renita Tri Ekmawati merupakan anak ketiga dari
pasangan Bapak Tri Wahyono dan Ibu Rosalia Sri Hermi
Astuti. Renita adalah anak ketiga dari dua saudara. Lahir di
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 16 Agustus
1995. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar selama
enam tahun di SD Negeri Ujung Manik 01, dari tahun 2001-
2007. Kemudian lanjut ke sekolah Menengah Pertama di SMP
Yos Sudarso Kawunganten, selama tiga tahun, yaitu dari tahun 2007-2010.
Selanjutnya, menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Yos Sudarso Jeruklegi,
selama tiga tahun, yaitu pada tahun 2010-2013. Setelah menamatkan sekolah pada
jenjang SMA, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, pada tahun 2013. Fakultas yang diambil adalah fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI