BAB IV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gvhjvhj

Citation preview

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANIV.1 KESIMPULANSetelah dilakukan implementasi di ruang rawat inap interna C Non-Bedah Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Men (ketenagaan)

Dengan jumlah tenaga perawat yang tersedia di ruangan interna C, yaitu sebanyak 19 orang jika dibandingkan dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 60, maka hasil perhitungan tenaga keperawatan (Douglas) berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan pasien yang dilakukan oleh Co_Ners PSIK UNSRI dari tanggal 13 Agustus 2010 3 September 2010 didapatkan hasil jumlah perawat yang seharusnya dimiliki oleh Ruangan Interne C RSUP Moh. Hoesin adalah sebanyak 34 orang. Hal ini berarti jumlah kebutuhan perawat yang terpenuhi sebesar (55,9 %), sedangkan sisanya (44,1%) belum terpenuhi. Dilihat dari kegiatan pengembangan staff, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga perawat yang mengikuti pelatihan sangat kurang karena pada setiap pelatihan hanya diikuti oleh kurang dari 30 % jumlah perawat yang ada di ruang interna C.

2. Material

Berdasarkan hasil analisa, didapatkan bahwa 79% peralatan di ruangan di ruang interna C tidak mencukupi standar. Ketidakcukupan alat ini disebabkan oleh kurangnya persediaan yang diberikan oleh Rumah Sakit serta kurangnya perawatan.

Kebersihan ruangan interna C dikategorikan cukup bersih pada pagi dan sore hari, sedangkan pada malam hari ruangan kurang bersih karena tidak ada cleaning service yang bertugas. Dilihat dari jumlah kotak sampah yang belum memenuhi standar, maka dapat muncul masalah lingkungan yang kurang baik.

Dilihat dari jumlah pengunjung dan keluarga yang menunggu pasien terlalu banyak dan tidak sesuai dengn jam kunjungan membuat ruangan tersebut penuh sesak. Hal ini akan berdampak pada jam istirahat pasien yang semakin berkurang.

3. MetodeMetode yang digunakan adalah metode tim yang dalam pelaksanaannya dikombinasikan dengan metode fungsional. Kendala yang dihadapi dalam metode tim di ruangan ini adalah kurangnya ketenagaan, dimana dalam metode tim seharusnya 1 perawat mengelola 8-10 pasien, sedangkan ruangan ini hanya memiliki 19 tenaga perawat, termasuk kepala ruangan.

Pre dan post conference belum pernah dilaksanakan di ruangan ini karena adanya persepsi perawat tentang tugas fungsionalnya masing-masing serta kurangnya kesadaran perawat tentang pentingnya pre dan post conference.Pendokumentasian asuhan keperawatan belum dilakukan secara optimal karena kurangnya pengetahuan tentang prosedur asuhan keperawatan serta pentingnya pendokumentasian proses keperawatan.

IV.2 SARAN1. Masalah kurangnya tenaga keperawatan di ruang interna C dapat ditindaklanjuti dengan perencanaan penambahan tenaga keperawatan oleh kepala ruangan. Sedangkan masalah pengembangan staff dapat disarankan untuk bekerjasama dengan kepala ruangan dan tenaga perawat di ruang interna C dalam melakukan diskusi dan tukar fikiran tentang pelatihan-pelatihan yang telah didapatkan guna pemerataan ilmu pengetahuan dan keterampilan tenaga perawat di ruang interna C.2. Kekurangan peralatan di ruang interna C dapat ditindaklanjuti dengan menyarankan kepada kepala ruangan untuk secara berkala mengajukan proposal pengadaan alat dan menindaklanjutinya. Pada aspek kebersihan ruangan, direkomendasikan kepada kepala ruangan untuk merencanakan pengadaan cleaning service pada malam hari dan penambahan jumlah kotak sampah di ruangan.3. Diharapkan untuk dapat mengaktifkan kembali penggunaan kartu jaga untuk keluarga pasien serta pengoptimalan kerja satpam.

4. Diharapkan metode tim dapat dilakukan secara murni, karena pada prinsipnya dapat mempermudah pekerjaan perawat serta meningkatkan kemampuan perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan.5. Diharapakan kepada kepala ruangan untuk secara rutin mengadakan pre dan post conference.

6. Pengoptimalisasian penggunaan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dapat dilakukan dengan secara rutin mengevaluasi proses pendokumentasian asuhan keperwatan yang dilakukan oleh kepala ruangan dan ketua tim.