Upload
natsir
View
244
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SzvZXB
Citation preview
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Siklus I
4.1.1a Rencana
Kegiatan dalam tahap ini meliputi hal-hal berikut:
a. Menyusun silabus pembelajaran.
b. Merancang rencana pembelajaran siklus I (RP 01) pokok bahasan penjumlahan
operasi hitung pecahan.
c. Membuat LKS, Lembar Evaluasi Permainan dan Lembar Tugas Kelompok.
d. Menyiapkan kartu pecahan.
e. Membuat lembar observasi guru dan lembar aktivitas siswa.
f. Membentuk kelompok.
g. Menyusun alat evaluasi tes siklus.
4.1.1b Pelaksanaan
Rencana pembelajaran yang dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan
sepenuhnya pada tahap ini. Secara garis besar kegiatannya mencakup hal-hal
sebagai berikut :
a. Membuka pelajaran.
28
b. Guru memberikan apersepsi.
c. Guru melakukan tanya-jawab tentang operasi hitung pecahan.
d. Guru melakukan tanya-jawab tentang operasi hitung pecahan, seperti
mengurutkan pecahan, menyederhanakan pecahan dan mengubah pecahan
kebentuk desimal atau persen.
e. Guru memperagakan permainan dengan menggunakan kartu pecahan.
f. Guru menyuruh siswa melakukan permainan kartu pecahan berpedoman pada
Lembar Kerja Siswa (setiap siswa bermain selama 10 menit).
g. Guru memberikan reward kepada kelompok yang mendapat nilai paling banyak
berdasarkan lembar evaluasi permainan.
h. Guru mengumpulkan kembali kartu pecahan.
i. Guru melakukan tanya-jawab tentang bagaimana memecahkan soal cerita yang
mengandung pecahan biasa, desimal dan persen.
j. Guru memberikan soal latihan.
k. Guru bersama siswa membahas soal latihan.
l. Siswa dibantu membuat kesimpulan.
m. Melaksanakan tes siklus I.
n. Menutup pelajaran.
4.1.1c Observasi
a. Aktivitas siswa
Aktivitas yang diamati dalam kegiatan ini berupa tingkat kehadiran siswa,
keaktifan, dan pengerjaan tugas. Data distribusi hasil pengamatan aktivitas siswa
kelas VI SD N 7 Gadingrejo pada siklus I disajikan dalam Tabel 1.
29
Tabel 1. Distribusi hasil pengamatan aktivitas siswa kelas VI SD N 7 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu pada siklus I.
No Aktivitas siswa yang diamatiPertemuan 1 Pertemuan 2
Frekuensi % Frekuensi %1 Kehadiran siswa 35 100 35 1002 Siswa yang mengerjakan PR 35 100 35 1003 Siswa yang aktif 20 57 27 774 Siswa yang bermain 6 17 6 175 Siswa yang mengganggu teman 2 6 2 66 Siswa yang aktif bertanya 15 43 19 547 Siswa yang menjawab pertanyaan 20 57 23 668 Siswa yang mengerjakan LKS 35 100 35 100
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama, kehadiran siswa
cukup baik karena pada setiap pertemuan semua siswa hadir. Semua siswa juga
mengikuti dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa yang aktif dalam
diskusi kelompok dan mengikuti diskusi kelompok mencapai 57% dan sisanya
cenderung malas mengikuti diskusi dan menyerahkan lembar kegiatan pada
pasangannya kemudian bermain atau mengganggu teman. Guru mengingatkan
siswa yang bermain dan mengganggu temannya agar tidak mengulangi hal
tersebut namun kadangkala mereka tidak mengindahkan peringatan guru.
Persentase siswa yang aktif bertanya adalah 43% dan yang menjawab pertanyaan
adalah 57%. Siswa terlihat masih malu untuk bertanya atau takut salah dalam
menjawab pertanyaan. Ada beberapa siswa yang belum dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan guru karena belum menguasai materi yang
disampaikan.
Pada pertemuan kedua siklus I, semua siswa hadir dan mengikuti pelajaran dan
mengerjakan tugas. Siswa yang aktif jumlahnya meningkat 20% dibandingkan
dengan pertemuan pertama siklus I. Siswa yang aktif bertanya dan menjawab
30
pertanyaan persentasenya juga meningkat 11% dan 9%. Siswa yang bermain dan
mengganggu teman selama proses belajar mengajar masih sama seperti pertemuan
pertama. Guru kembali mengingatkan siswa-siswa tersebut agar mengikuti
pelajaran dengan baik.
Selain data tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, juga diamati
tingkat kemampuan siswa dalam materi pecahan melalui media pembelajaran
kartu bilangan. Data kemampuan siswa dalam materi pecahan disajikan dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Data kemampuan siswa dalam materi pecahan siklus I.
No. Nama KelompokBerpikir
Cepat dan Benar (A)
Berpikir Agak Cepat dan Benar
(B)
Berpikir Lambat
dan Benar (C)
1 Kelompok I 2 2 1
2 Kelompok II 2 1 2
3 Kelompok III 1 3 1
4 Kelompok IV 2 2 1
5 Kelompok V 3 1 1
6 Kelompok VI 2 1 2
7 Kelompok VII 3 1 1
Permainan kartu bilangan dimainkan sebanyak 5 orang dalam satu kelompok.
Aturan permainan kartu bilangan hampir sama seperti permainan domino yaitu
menyusun kartu dengan mencocokkan pecahan yang bentuknya berbeda tapi
nilainya sama. Pada sesi permainan siklus I, secara umum masih banyak siswa
yang perlu waktu berpikir dan berhitung agak lama dalam mengkonversikan serta
mencocokkan bentuk pecahan yang berbeda namun memiliki nnilai yang sama
31
misalnya dari bentuk pecahan biasa ke bentuk desimal atau dari bentuk pecahan
desimal ke bentuk persen. Berdasarkan pengamatan, para siswa terlihat antusias
dan senang melakukan permainan kartu bilangan. Hal ini dapat diketahui
dikarenakan meskipun waktu belajar telah berakhir, namun siswa masih ingin
melanjutkan permainan. Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa siswa yang mampu
menyelesaikan materi pecahan melalui permaianan kartu bilangan dengan
indikator berpikir cepat dan agak cepat serta benar dalam memainkan kartu
bilangan pada siklus I mencapai 26 siswa.
b. Kinerja Guru
Pengamatan terhadap kinerja guru dilakukan oleh rekan sejawat pada SDN 7
Gadingrejo. Hasil pengamatan kinerja guru disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil pengamatan kinerja guru pada siklus I.
No Aspek/komponen yang diamatiSkor
Pertemuan 1 Pertemuan 21 Perumusan tujuan/indikator 7 72 Materi pembelajaran 8 83 Metode dan langkah-langkah pembelajaran 7 74 Media pembelajaran 7 85 Penilaian hasil belajar 7 7
Total skor diperoleh 36 38Skor maksimal 45 45
Nilai akhir = 80,0 82,2
Pada pengamatan kinerja guru oleh teman sejawat, terdapat lima poin yang
diamati mulai dari perumusan tujuan/indikator, metode dan langkah-langkah
pembelajaran, media pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Nilai terendah
yang dapat diperoleh adalah 15 dan nilai tertinggi 45. Berdasarkan tabel di atas,
32
pada pertemuan pertama siklus I kelima poin yang diamati sudah memenuhi
kriteria cukup. Namun, ada beberapa poin yang perlu diperbaiki yaitu dalam hal
perumusan tujuan/indikator, metode dan langkah-langkah pembelajaran, dan
media pembelajaran. Kekurangan dalam media pembelajaran telah diperbaiki
pada pertemuan kedua. Kekurangan-kekurangan yang belum dapat diperbaiki
pada pertemuan kedua selanjutnya akan diperbaiki pada siklus II.
c. Prestasi belajar
Data ketuntasan pemahaman konsep diperoleh dari nilai tes pada setiap akhir
siklus. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes siklus I dan tes siklus II. Soal
yang diberikan kepada siswa sebagai tes untuk siklus I terdiri dari 6 soal isian.
Hasil persentase ketuntasan penguasaan materi pada tes siklus I disajikan dalam
Tabel 4.
Tabel 4. Frekuensi nilai pada tes siklus I kelas VI SDN 7 Gadingrejo.
No RentangTes Siklus I
Frekuensi %
1
2
3
4
5
6
50 – 57
58 – 65
66 – 73
74 – 81
82 – 89
90 – 97
5
7
13
8
2
0
14,3
20,0
37,1
22,9
5,7
0
Jumlah 35 100
Berdasarkan Tabel 4, frekuensi nilai terbesar pada tes siklus I adalah berkisar
antara 66—73. Dengan kata lain penguasaan materi pecahan pada siklus I masih
33
rendah dan siswa kelas VI terbilang belum sepenuhnya menguasai materi
pecahan.
d. Refleksi
Tindakan pada siklus I belum memenuhi kondisi yang diharapkan. Hal ini
terlihat dari hasil persentase siswa tuntas 65,7% siswa tuntas belum memenuhi
indikator keberhasilan proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan terlihat
adanya kekurangan-kekurangan proses pembelajaran pada siklus I yaitu:
1. Kondisi kelas dan siswa pada awal kegiatan pembelajaran kurang kondusif.
2. Ada beberapa siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam kelompok dan
melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran dan bahkan bermain atau
mengganggu teman.
3. Siswa masih belum dapat menyampaikan hasil diskusi kelompok dengan baik
dan benar.
4. Siswa masih malu dan ragu dalam bertanya atau menjawab pertanyaan.
5. Guru mengalami sedikit kesulitan dalam mengkondisikan siswa agar tertib
ketika kegiatan diskusi berlangsung.
6. Alokasi waktu yang terlaksana melebihi waktu yang direncanakan.
Adapun tindakan yang akan diambil untuk memperbaiki proses pembelajaran
pada siklus II yaitu:
1. Membuat kesepakatan mengenai tata tertib ketika belajar berlangsung.
2. Memberikan sanksi bagi siswa yang tidak tertib.
3. Guru membimbing siswa untuk dapat menyampaikan hasil diskusi dengan
baik dan benar.
34
4. Guru mewajibkan setiap kelompok untuk bertanya untuk bertanya atau
menanggapi hasil diskusi presentator.
5. Guru memberikan motivasi serta apresiasi kepada siswa baik berupa tepuk
tangan atau pujian bagi siswa/kelompok yang berani bertanya, menjawab
pertanyaan, dan menyampaikan hasil diskusi.
6. Guru memperhatikan keefektivan waktu yang telah direncanakan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat adanya kekurangan-kekurangan
pada saat pelaksanaan diskusi sebagai berikut:
1. Siswa belum terbiasa dalam melaksanakan diskusi.
2. Siswa masih mencontek pekerjaan teman pasangannya.
Kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus II. Adapun
tindakan yang akan diambil sebagai berikut:
1. Merubah posisi duduk kelompok siswa yang kurang aktif.
2. Guru mengarahkan tentang cara diskusi yang baik sebelum kegiatan diskusi
dimulai.
4.1.2 Siklus II
4.1.2a Rencana
Berdasarkan refleksi siklus I baik yang berkaitan dengan guru, siswa ataupun
perangkat, maka diadakan perencanaan ulang terutama mengidentifikasi masalah.
Masalah pokok yang dihadapi dikaji dalam refleksi I, kemudian dievaluasi untuk
mendapatkan informasi pada bagian yang menjadi kelemahan sehingga pada
siklus II dapat direncanakan yang lebih baik lagi.
35
Dalam siklus II pokok bahasan yang diajarkan adalah operasi hitung pecahan.
a. Merancang rencana pembelajaran siklus II (RP 02) pokok bahasan operasi
hitung pecahan .
b. Membuat Lembar Kerja Siswa, Lembar Evaluasi Permainan dan Lembar Tugas
Kelompok.
c. Menyiapkan kartu pecahan
d. Membentuk kelompok.
e. Menyusun alat evaluasi tes siklus II.
4.1.2b Pelaksanaan
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini, sama dengan
tindakan pada siklus I. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II
yaitu sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran.
b. Guru memberikan apersepsi.
c. Guru melakukan tanya-jawab tentang menuliskan nama lain pecahan senama,
nama desimal dan persen.
f. Guru melakukan tanya-jawab tentang pecahan biasa, pecahan desimal, dan
persen.
g. Guru memperagakan permainan dengan menggunakan kartu pecahan.
h. Guru menyuruh siswa melakukan permainan kartu pecahan berpedoman pada
Lembar Kerja Siswa (setiap siswa bermain selama 10 menit).
i. Guru memberikan reward kepada kelompok yang mendapat nilai paling banyak
berdasarkan lembar evaluasi permainan.
36
j. Guru mengumpulkan kembali kartu pecahan
k. Guru melakukan tanya-jawab tentang bagaimana memecahkan soal cerita yang
mengandung pecahan biasa, desimal dan persen
l. Guru memberikan soal latihan.
m. Guru bersama siswa membahas soal latihan.
n. Siswa dibantu membuat kesimpulan.
o. Melaksanakan tes siklus II.
p. Menutup pelajaran.
4.1.2c Observasi
a. Aktivitas siswa
Tabel 5. Distribusi hasil pengamatan aktivitas siswa kelas VI SD N 7 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu pada siklus II pertemuan pertama dan kedua.
No Aktivitas siswa yang diamati Pertemuan 1 Pertemuan 2Frekuensi % Frekuensi %
1 Kehadiran siswa 35 100 35 1002 Siswa yang mengerjakan PR 35 100 35 1003 Siswa yang aktif 29 83 33 944 Siswa yang bermain 6 17 5 145 Siswa yang mengganggu teman 2 6 1 36 Siswa yang aktif bertanya 20 57 25 717 Siswa yang menjawab pertanyaan 23 66 29 828 Siswa yang mengerjakan LKS 35 100 35 100
Berdasarkan Tabel 5, pada pertemuan pertama jumlah kehadiran siswa dan
persentase siswa yang mengerjakan tugas sama seperti pada siklus I yaitu sebesar
100%. Siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari pertemuan
sebelumnya sebesar 6%. Siswa yang aktif bertanya juga meningkat jumlahnya
sebesar 3%, sedangkan siswa menjawab pertanyaan persentasenya sama seperti
pertemuan sebelumnya. Siswa yang ribut dan mengganggu teman masih ada
37
seperti pada pertemuan siklus I dan pertemuan pertama siklus II. Kali ini guru
memperingatkan akan memberikan hukuman pada siswa yang bandel jika
mengulangi perbuatannya lagi pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan kedua siklus II, seluruh siswa hadir dan mengerjakan tugas.
Terjadi peningkatan sebesar 11% pada tingkat keaktifan siswa, 14% pada tingkat
keaktifan bertanya, dan 16% pada tingkat keaktifan menjawab pertanyaan.
Sebaliknya terjadi penurunan masing-masing sebesar 3% pada tingkat siswa yang
bermain dan mengganggu teman. Hal ini kemungkinan diakibatkan guru
memperingatkan akan menghukum siswa yang ribut dan mengganggu temannya.
Adapun data kemampuan siswa dalam materi pecahan pada siklus II adalah
sebagai berikut.
Tabel 6. Data kemampuan siswa dalam materi pecahan siklus II.
No. Nama KelompokBerpikir
Cepat dan Benar (A)
Berpikir Agak Cepat dan Benar
(B)
Berpikir Lambat
dan Benar (C)
1 Kelompok I 4 1 0
2 Kelompok II 3 1 1
3 Kelompok III 4 1 0
4 Kelompok IV 3 2 0
5 Kelompok V 4 1 0
6 Kelompok VI 3 1 1
7 Kelompok VII 4 1 0
Pada siklus II, para siswa semakin terampil dan berpikir lebih cepat serta benar
dalam mengkonversikan dan mencocokkan bentuk pecahan dengan peningkatan
jumlah sebanyak 33 siswa. Beberapa siswa mengkonversikan bentuk pecahan
38
yang berbeda dengan cara menghitung di atas kertas, namun ada juga siswa yang
sudah terlatih sehingga tidak perlu menghitung di atas kertas lagi. Lama
permainan menjadi lebih cepat dibandingkan dengan permainan pada siklus I.
Hal ini menunjukkan siswa kelas VI SDN 7 Gadingrejo sudah dapat menguasai
materi pecahan baik berupa pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal,
dan bentuk persen.
b. Kinerja Guru
Hasil pengamatan kinerja guru pada spembelajaran siklus II disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 7. Hasil pengamatan kinerja guru pada siklus II.
No Aspek/komponen yang diamatiSkor
Pertemuan 1 Pertemuan 21. Perumusan tujuan/indikator 8 82. Materi pembelajaran 8 83. Metode dan langkah-langkah pembelajaran 8 94. Media pembelajaran 8 95. Penilaian hasil belajar 7 8
Total skor diperoleh 39 42Skor maksimal 45 45
Nilai akhir = 86,6 93,3
Berdasarkan Tabel 7, kekurangan-kekurangan kinerja guru dalam tindakan siklus
I pertemuan kedua sudah diperbaiki pada siklus II pertemuan pertama antara lain
perumusan tujuan/indikator serta metode dan langkah-langkah pembelajaran.
Sedangkan pada pengamatan terhadap penilaian hasil belajar pada pertemuan
pertama siklus II menurut penilaian teman sejawat belum mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I.
39
Pada pertemuan kedua siklus II, menurut penilaian teman sejawat, kinerja guru
juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama siklus II
yaitu pada poin pengamatan metode dan langkah-langkah pembelajaran serta pada
penerapan media pembelajaran. Menurut penilaian teman sejawat kinerja guru
pada siklus II sudah baik dengan nilai akhir 93,3.
c. Prestasi belajar
Data ketuntasan pemahaman konsep diperoleh dari nilai tes pada setiap akhir
siklus. Soal yang diberikan kepada siswa sebagai tes untuk siklus II terdiri dari 4
soal isian. Hasil persentase ketuntasan penguasaan materi pada tes siklus II
disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 . Frekuensi nilai pada tes siklus II kelas VI SDN 7 Gadingrejo.
No RentangTes Siklus II
Frekuensi %
1
2
3
4
5
6
50 – 57
58 – 65
66 – 73
74 – 81
82 – 89
90 – 97
0
5
5
9
11
5
0
14,3
14,3
25,7
31,4
14,3
Jumlah 35 100
Berdasarkan Tabel 8, frekuensi nilai terbesar pada tes siklus II adalah berkisar
antara 82—89, meningkat dibandingkan dengan siklus I. Dengan demikian
penguasaan materi pecahan pada siklus II sudah baik dan siswa kelas VI sudah
menguasai materi pecahan.
40
d. Refleksi
Tindakan pada siklus II telah memenuhi kondisi yang diharapkan. Suasana
pembelajaran dan diskusi sudah cukup kondusif. Siswa juga telah dapat
menguasi materi perubahan bentuk pecahan melalui media kartu bilangan. Pada
sesi permainan kartu bilangan, para siswa sudah bisa memainkan permainan
dengan baik.
Peningkatan persentase siswa yang aktif dari siklus I ke siklus II yang telah
melampaui indikator keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Banyaknya persentase siswa tuntas pada siklus II yaitu 85,7% juga telah
melampaui indikator keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan.
4.1.2d Perbandingan ketuntasan pada siklus I dan II
Untuk melihat lebih jelas perolehan nilai tes dan persentase ketuntasan
penguasaan materi pecahan pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 9 dan
Gambar 3.
Tabel 9. Nilai hasil tes siklus I dan tes siklus II siswa materi pecahan kelas VI SDN 7 Gadingrejo.
SkorTes Siklus I Tes Siklus II
F % F %
> 65 23 65,7 30 85,7
≤ 65 12 34,3 5 14,3
Tabel 7 menunjukkan perbandingan jumlah siswa yang lulus pada tes materi
pecahan. Pada siklus I siswa kelas VI SDN 7 Gadingrejo secara umum belum
menguasai materi pecahan karena perolehan nilai tes siswa >65 sebanyak 65,7%.
41
Sedangkan pada siklus II siswa yang telah menguasai materi pecahan jumlahnya
meningkat menjadi 85,7%.
Gambar 4. Perbandingan persentase ketuntasan penguasaan materi pada tes siklus I dan tes siklus II
Berdasarkan grafik di atas, persentase siswa tuntas mengalami peningkatan untuk
tiap siklus. Persentase siswa tuntas materi pecahan mengalami peningkatan
sebesar 23% dari siklus I ke siklus II. Selain itu, juga terjadi penurunan nilai
terendah dan sebaliknya terjadi peningkatan perolehan nilai tertinggi dari tes
siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi siswa
kelas VI SDN 7 Gadingrejo. Data perolehan nilai terendah, tertinggi, rataan nilai,
dan persentase siswa belajar tuntas disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Perolehan nilai terendah, tertinggi, rataan nilai, dan persentase siswa belajar tuntas siswa kelas VI SDN 7 Gadingrejo
Keterangan Tes Siklus I Tes Siklus II
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Siswa belajar tuntas
52
88
69
65,7%
60
94
80
85,7%
42
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa persentase siswa tuntas dalam
penguasaan materi pecahan pada tes siklus II telah memenuhi indikator yang
ditetapkan yaitu lebih besar atau sama dengan 65% sehingga penelitian berhenti
pada siklus II.
4.2 Pembahasan
Aktivitas siswa pada siklus I masih tergolong cukup rendah. Siswa banyak yang
belum paham karena kurangnya siswa dalam memperhatikan penjelasan guru,
tidak mau bertanya dan tidak mau berdiskusi dengan kelompoknya. Selain itu,
siswa juga baru pertama kali diperkenalkan pembelajaran materi pecahan dengan
menggunakan kartu bilangan, sehingga siswa masih memerlukan waktu untuk
berpikir tentang perubahan bentuk pecahan dari bentuk biasa, campuran, desimal,
dan bentuk persen. Sebagian siswa tidak berani maju ke depan kelas untuk
menyelesaikan contoh soal. Hal ini disebabkan kurang atau tidak diberi motivasi
dengan baik sehingga siswa malu atau takut ke depan kelas. Oleh karena itu
pada setiap proses pembelajaran berlangsung siswa selalu diberi bimbingan dan
motivasi agar tumbuh rasa percara diri yang yang akhirnya berani bertindak
menyelesaikan contoh soal di depan kelas.
Siswa masih takut bertanya dan mengeluarkan pendapat. Ini disebabkan karena
belum bisa atau belum terlatih, maka sangat perlu siswa diajak tanya jawab
atau dialog secara personal. Dengan dibentuknya kelompok salah satu
tujuannya adalah agar siswa berani mengeluarkan pendapat dihadapan teman-
temannya. Cara ini diharapkan dapat melatih dan memberi kesempatan siswa
untuk bertanya dan berpendapat dengan kawan sejawat yang selanjutnya berani
43
kepada siapa saja. Dalam diskusi kelompok, ada beberapa kelompok yang terlihat
pasif. Namun, siswa terlihat senang melakukan kegiatan pembelajaran dengan
kartu bilangan karena berupa permainan sehingga siswa tidak merasa jenuh.
Pada tes siklus I, siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal. Dari soal-soal yang diujikan, kebanyakan salah dalam
menyederhanakan bentuk pecahan dan mengubah bentuk pecahan biasa atau
desimal menjadi bentuk persen.
Pada kegiatan pembelajaran siklus II, dengan cepat siswa dapat merespons
pertanyaan guru dengan jawaban yang benar tanpa harus menunggu ditunjuk oleh
guru. Keberanian siswa semakin tumbuh, sebagian besar mengacungkan jarinya
untuk menjawab pertanyaan guru. Ini merupakan gejala bahwa kesadaran siswa
dalam mengikuti pelajaran sudah semakin tumbuh dan senang. Siswa berlomba
ingin menyelesaikan soal atau menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas. Rasa percaya diri telah terbuka, maka sangat baik apabila diberi kesempatan
seluas-luasnya. Jumlah siswa yang bermain sendiri atau mengganggu teman
jumlah berkurang. Siswa memanfaatkan waktu untuk bertanya ketika guru
memberi kesempatan untuk menanyakan materi pelajaran yang belum dipahami
meskipun dengan bahasa yang masih sederhana.
Selama dites, siswa mengerjakan semua soal dengan tenang, tertib karena
mengharapkan nilai yang terbaik. Berarti rasa tanggung jawab dan percaya diri
sudah dimiliki dan disadari oleh masing-masing siswa. Siklus II menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa sudah paham dengan penjelasan guru tentang materi
pelajaran pecahan. Siswa semakin terampil dalam memainkan permainan kartu
44
bilangan dan berpikir lebih cepat. Penggunaan alat bantu kartu bilangan dalam
proses belajar mengajar dapat merangsang keterlibatan intelektual dan
emosional siswa sehingga siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik
serta senang belajar.
Pada tes siklus II siswa mengerjakan tugas dengan baik dan mengalami
peningkatan hasil dibandingkan dengan hasil tes-tes sebelumnya. Siswa
mengerjakan tes akhir dengan tenang dan tertib. Persentase ketuntasan siswa
mencapai 85,7% dari jumlah total siswa. Dengan demikian pada siklus II
dipandang sudah cukup, karena prestasi siswa saat mengerjakan tes telah
mencapai nilai rata-rata diatas tolok ukur keberhasilan yaitu di atas nilai 6,5.
Berdasarkan Gambar 4 pada subbab hasil penelitian, diketahui persentase siswa
tuntas mengalami peningkatan untuk tiap siklus. Persentase siswa tuntas materi
pecahan mengalami peningkatan sebesar 20% dari tes siklus I ke tes siklus II.
Tabel 8 menunjukkan penurunan nilai terendah, peningkatan perolehan nilai
tertinggi, dan peningkatan nilai rata-rata dari tes siklus I ke siklus II. Hal ini
merupakan indikator terjadinya peningkatan prestasi siswa kelas VI SDN 7
Gadingrejo. Berdasarkan hasil secara keseluruhan, pembelajaran matematika
dengan menggunakan media pembelajaran kartu bilangan untuk pokok
bahasan pecahan pada siswa kelas VI SDN 7 Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2010/2011 dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.