BAB-IV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kti, skripsi, pembahasan

Citation preview

BAB IV6558BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenore dan cara penanganannya di SMPN 6 Cimahi. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 5 Juni 215, dengan mengambil sampel penelitian berjumlah 67 orang dengan kriteria siswi kelas VIII yang sudah menstruasi di SMPN 6 Cimahi. Teknik analisis yang digunakan untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenore dan cara penanganannya yaitu analisis univariat dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yang menggambarkan seberapa besar persentase pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenore dan cara penanganannya. Berikut adalah penjabaran hasil analisisnya;Gambaran pengetahuan siswi tentang konsep dismenoreHasil analisis mengenai pengetahuan tentang konsep dismenore dapat dilihat dalam tabel berikut:TABEL 3DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN SISWI TENTANG KONSEP DISMENORE DI SMPN 6 CIMAHINoHasil FrekuensiPersentase (%)123BaikCukupKurang122441,532,865,7Jumlah67100Berdasarkan tabel diatas pengetahuan siswi tentang konsep dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan kurang berjumlah 44 orang (65,7%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk kedalam kategori pengetahuan cukup dengan jumlah 22 orang (32,8 %) sedangkan sebagian kecil dari responden sebanyak 1 orang ( 1,5 %) memiliki pengetahuan baik.Gambaran pengetahuan siswi tentang penanganan dismenoreHasil analisis mengenai pengetahuan siswi tentang penanganan dismenore dapat dilihat dalam tabel berikut:TABEL 4DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN SISWI TENTANG PENANGANAN DISMENORE DI SMPN6 CIMAHINoHasil FrekuensiPersentase (%)123Baik Cukup Kurang 17391125,458,216,4Jumlah67100Berdasarkan tabel diatas pengetahuan siswi tentang penanganan dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan cukup berjumlah 39 orang (58,2%), dan sebagian kecil dari responden termasuk kedalam kategori pengetahuan baik dengan jumlah 17 orang (25,4 %) sedangkan sebagian kecil dari responden sebanyak 11 orang ( 16,4 %) memiliki pengetahuan kurang.Gambaran sikap siswi tentang konsep dismenoreHasil analisis mengenai sikap siswi tentang konsep dismenore dapat dilihat dalam tabel berikut:TABEL 5DISTRIBUSI FREKUENSI SIKAP SISWI TENTANG KONSEP DISMENORE DI SMPN6 CIMAHINoHasil FrekuensiPersentase (%)12MendukungTidak mendukung353252,547,8Jumlah67100Berdasarkan tabel diatas sikap siswi tentang konsep dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori sikap favorable (mendukung/positif) berjumlah 35 orang (52,5%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk kedalam kategori sikap unfavorable (tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 32 orang (47,8 %) .Gambaran sikap siswi tentang penanganan dismenoreHasil analisis mengenai sikap siswi tentang penanganan dismenore dapat dilihat dalam tabel berikut:TABEL 6DISTRIBUSI FREKUENSI SIKAP SISWI TENTANG PENANGANAN DISMENORE DI SMPN6 CIMAHINoHasil FrekuensiPersentase (%)12MendukungTidak mendukung363153,746,3Jumlah67100Berdasarkan tabel diatas sikap siswi tentang konsep dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori sikap favorable (mendukung/positif) berjumlah 36 orang (53,7%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk kedalam kategori sikap unfavorable (tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 31 orang (46,3 %) .Pembahasan Pengetahuan siswi tentang konsep dismenoreHasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi tentang konsep dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan kurang berjumlah 44 orang (65,7%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk kedalam kategori pengetahuan cukup dengan jumlah 22 orang (32,8 %) sedangkan sebagian kecil dari responden sebanyak 1 orang ( 1,5 %) memiliki pengetahuan baik. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang kurang karena kurang informasi, peran penyuluh sebagai akses informasi yang tersedia kurang, keinginan untuk mencari informasi dari berbagai media pun kurang dan pengalaman tiap individu dalam mengetahui berbagai permasalahan kesehatan sedikit. Para siswi dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam proses penyembuhan melalui pencegahan, pengobatan dan perawatan dari tim medis, hanya saja semua itu harus diimbangi dengan peran petugas kesehatan yang memiliki tanggung jawab dalam hal proses penyampaian informasi mengenai dismenore dan berperan aktif dalam pelaksanaan dalam membantu proses pengobatan. Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Semakin tinggi tingkat pengalaman seseorang memungkinkan orang tersebut terpapar atau melakukan penginderaan terhadap suatu objek lebih sering sehingga dapat memungkinkan pengetahuan orang tersebut terhadap suatu objek lebih baik.Menurut Notoatmodjo (2005) Pengetahuan dapat di pengaruhi oleh pengalaman, pekerjaan, umur, pendidikan, keyakinan, informasi, penghasilan, dan sosial budaya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan siswi tentang pencegahan dismenore antara lain kurangnya informasi dari tenaga kesehatan kepada siswi, kurang jelasnya informasi yang di sampaikan oleh tenaga kesehatan kepada siswi, kurangnya kemampuan siswi untuk memahami informasi yang di berikan.Menurut penelitian Tantri (2010) tentang tingkat pengetahuan siswi tentang dismenore, dalam penelitiannya yang dilakukan di MTs NU Mraggen Demak tahun 2010 menunjukkan dari 46 responden siswi MTs NU Mraggen Demak, 78,3% berpengetahuan kurang, dan 21,7% pengetahuan baik.Pada hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang termasuk kedalam ketegori pengetahuan kurang dikarenakan ketidaktahuan dalam mencegah dismenore itu berkembang, ketidaktahuan dalam pengobatan dismenore tersebut dan ketidaktahuan pada cara penanganan dismenore.Pengetahuan siswi tentang penanganan dismenoreHasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi tentang konsep dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan cukup berjumlah 39 orang (58,2%), dan sebagian kecil dari responden termasuk kedalam kategori pengetahuan baik dengan jumlah 17 orang (25,4 %) sedangkan sebagian kecil dari responden sebanyak 11 orang ( 16,4 %) memiliki pengetahuan kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu masih banyaknya siswi yang tidak tahu dan belum sampai pada tahap memahami, mengaplikasikan, mensintesis dan mengevaluasi terhadap suatu materi yang berkaitan dengan kejadian dismenore.Dilihat dari berbagi faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan siswi tentang penanganan dismenore, maka perlu adanya dorongan dari berbagai pihak untuk membantu dalam meningkatkan pengetahuan siswi yang kurang ,bisa dengan meningkatkan sarana dan prasarana guna menigkatkan informasi melalui penyuluhan kesehatan tentang cara penanganan dismenore sehingga pengetahuan siswi dapat bertambah. Dari hasil penelitian menujukan bahwa siswi mempunyai pengetahuan yang kurang untuk itu pemberian penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan sehingga berguna dalam menangani masalah dismenore. Program penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya promotif dan preventif untuk siswi SMP. Saat ini penyuluhan yang dilakukan hanya bersifat insidental baik dari guru agama, biologi maupun petugas bimbingan konseling sendiri. Sikap siswi tentang konsep dismenoreHasil penelitian menunjukkan bahwa, lebih dari setengahnya responden pada kategori sikap favorable (mendukung/positif) berjumlah 35 orang (52,5%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk kedalam kategori sikap unfavorable (tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 32 orang (47,8 %) . Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena pengalaman pribadi yang pada dasarnya merupakan suatu tanggapan dari terbentuknya sikap. Tanggapan tersebut akan membentuk sikap positif dan juga sikap negatif. Adapun pengaruh orang lain yang dianggap penting atau pada seseorang yang dianggap penting akan dapat mempengaruhi kita terhadap sikap , pengaruh kebudayaan, pengaruh faktor emosional dan media massa. Media massa terkadang dapat menyebabkan pembentukan sikap yang tidak mendukung bisa disebabkan karena belum meratanya penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan setempat meskipun pada kenyataannya setiap orang dituntut untuk dapat menyikapinya dengan baik.Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, jika tidak mendapatkan bimbingan dan pantauan dari keluarga secara langsung maka remaja akan mencari tahu secara mandiri. Pencarian informasi mengenai penanganan dismenore secara mandiri dikhawatirkan remaja akan memperoleh informasi yang salah. Tujuan penyuluhan yang dilakukan baik oleh orang tua maupun sekolah agar siswi tahu dan paham mengenai penanganan dismenore dan dampak yang akan ditimbulkan jika dismenore tidak ditangani sehingga dapat menerapkan perilaku yang sehat.Orang tua memiliki peranan penting dalam terwujudnya sikap favorable pada anak. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan orang yang paling mengetahui perkembangan anaknya dari sejak lahir hingga menginjak masa dewasa. Orang tua harus membimbing dan memantau atau mengawasi kebiasaan anak di rumah atau di luar rumah serta memberi informasi-informasi mengenai kesehatan reproduksi yang sehat baik dari segi agama maupun norma masyarakat, secara tidak langsung orang tua telah membentuk sikap yang favorable pada anak.Sikap siswi tentang penanganan dismenoreHasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengahnya responden pada kategori sikap favorable (mendukung/positif) berjumlah 36 orang (53,7%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk kedalam kategori sikap unfavorable (tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 31 orang (46,3 %) . Hal yang utama dilihat adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi masalah tersebut. Sikap merupakan gambaran dari seberapa besar pengetahuan yang diaplikasikan melalui respon yang ditampilkan. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005). Sikap menunjukan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap masih merupakan kesiapan untuk bertindak bukan pelaksana motif tertentu dengan begitu maka sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas tetapi merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.Dari hasil penelitian sikap siswi tentang penanganan dismenore dapat dilihat bahwa siswi sudah dapat mendukung atau bersikap positif ke arah mencegah dan mengobati jika terjadi dismenore. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) sikap juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam merubah perilaku manusia. Jika dilihat dari hasil pengetahuan, siswi SMPN 6 Cimahi masih banyak pada pengetahuan yang cukup tetapi sikapnya lebih banyak bersikap favorable. Hal ini bisa disebabkan siswi memang tidak tahu dari segi pengetahuan, namun siswi sudah paham bagaimana cara penanganan dismenorenya. Sedangkan sikap siswi di SMPN 6 Cimahi yang unfavorable hal ini dapat disebabkan karena kurangnya bimbingan dan pantauan dari orang tua di rumah dan kurang efektifnya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak sekolah.