14
 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis dan modern. Dalam perkembangan masyarakat yang begitu cepat, rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang padat modal, padat SDM,  padat ilmu dan padat teknologi, harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah. Hal tersebut penting, karena dalam dunia  persaingan industri kesehatan, system manajemen rumah sakit yang kompleks dap at menjadi kelemahan ru mah sakit dibandingkan pesaing, dimana semakin banyak rumah sakit yang mengedepankan system  pelayanan terpadu dengan hospitality yang sangat baik. RS Pelabuhan Jakarta sebagai salah satu rumah sakit tertua di wilayah Jakarta Utara, saat ini dihadapi pesaing yang semakin bertambah di Jakarta Utara. Secara total terdapat, 15 rumah sakit pesaing di Jakarta Utara. Kondisi tersebut mengharuskan pihak manajemen RSPJ, untuk harus melakukan penilaian kinerja rumah sakit secara menyeluruh, untuk mengetahui posisi rumah sakit dalam industri, yang nantinya akan menjadi  bahan umpan balik, bagi manajer lini atas untuk menyusun perencanaan strategis yang sesuai dengan terjemahan visi dan misi, juga posisi dan kemampuan rumah sakit di dalam industri. Penelitian ini menggunakan sistem pengukuran kinerja  Balanced Scorecard  dalam pengukuran kinerja. Balanced Scorecard  dapat menjadi alat pengukuran kinerja sebuah perusahaan atau organisasi  public yang  belum mengenal system pengukuran kinerja tersebut.  Balanced Scorecard  dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas organisasi.  Balanced Scorecard  merupakan solusi terbaik dalam  pengukuran kinerja bisnis. Empat perspekif utama di sorot melalui

BAB III Metodologi Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bsc

Citation preview

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

    Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung

    mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis

    dan modern. Dalam perkembangan masyarakat yang begitu cepat, rumah

    sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang padat modal, padat SDM,

    padat ilmu dan padat teknologi, harus dapat beradaptasi dengan

    lingkungan yang selalu berubah. Hal tersebut penting, karena dalam dunia

    persaingan industri kesehatan, system manajemen rumah sakit yang

    kompleks dapat menjadi kelemahan rumah sakit dibandingkan pesaing,

    dimana semakin banyak rumah sakit yang mengedepankan system

    pelayanan terpadu dengan hospitality yang sangat baik.

    RS Pelabuhan Jakarta sebagai salah satu rumah sakit tertua di

    wilayah Jakarta Utara, saat ini dihadapi pesaing yang semakin bertambah

    di Jakarta Utara. Secara total terdapat, 15 rumah sakit pesaing di Jakarta

    Utara. Kondisi tersebut mengharuskan pihak manajemen RSPJ, untuk

    harus melakukan penilaian kinerja rumah sakit secara menyeluruh, untuk

    mengetahui posisi rumah sakit dalam industri, yang nantinya akan menjadi

    bahan umpan balik, bagi manajer lini atas untuk menyusun perencanaan

    strategis yang sesuai dengan terjemahan visi dan misi, juga posisi dan

    kemampuan rumah sakit di dalam industri.

    Penelitian ini menggunakan sistem pengukuran kinerja Balanced

    Scorecard dalam pengukuran kinerja. Balanced Scorecard dapat menjadi

    alat pengukuran kinerja sebuah perusahaan atau organisasi public yang

    belum mengenal system pengukuran kinerja tersebut. Balanced Scorecard

    dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai

    alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk

    merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas

    organisasi. Balanced Scorecard merupakan solusi terbaik dalam

    pengukuran kinerja bisnis. Empat perspekif utama di sorot melalui

  • balanced scorecard yaitu : perspektif keuangan, perspektif proses bisnis

    dan internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif

    konsumen atau pelanggan.

    Perancangan kerangka Balanced Scorecard Rumah Sakit Pelabuhan

    Jakarta, diawali dengan penerjemahan visi, misi dan tujuan RS Pelabuhan

    Jakarta, yang diterapkan ke dalam tujuan strategis perusahaan. Pada tahap

    awal ini dibutuhkan data visi, misi, tujuan dan strategi RS Pelabuhan

    Jakarta yang telah disusun oleh pihak manajemen rumah sakit. Tahap

    selanjutnya ialah menerjemahkan visi, misi dan strategi menjadi sasaran

    strategis pada keempat perspektif Balance Scorecard. Sasaran strategis

    merupakan sasaran-sasaran masa depan yang dituju oleh perusahaan

    sebagai penerjemahan strategi untuk mewujudkan visi dan misi. Sasaran

    dari setiap perspektif harus menunjukan hubungan sebab akibat dengan

    perspektif lainnya.

    Sasaran strategis yang telah diterjemahkan kedalam empat perspektif

    Balanced Scorecard, selanjutnya diimplementasikan dengan melakukan

    perencanaan strategis yang terdiri dari tiga komponen, yaitu ukuran

    strategis, target dan inisiatif strategis. Ukuran strategis terdiri dari ukuran

    hasil (lag indicator) dan ukuran pemicu (lead indicator). Ukuran yang

    dibuat harus relevan dan sesuai dengan setiap sasaran pada masing-masing

    perspektif Balanced Scorecard. Rumah sakit selanjutnya membuat target

    sebagai indicator keberhasilan strategi. Langkah berikutnya ialah membuat

    inisiatif strategis untuk mewujudkan sasaran strategis perusahaan.

    Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap pembobotan dari

    masing-masing perspektif Balanced Scorecard beserta sasaran dan ukuran

    strategisnya. Pengukuran ini dilakukan terhadap aspek kinerja yang dapat

    diukur untuk dapat melihat gambaran umum kinerja rumah sakit. Hasil

    pengukuran tersebut selanjutnya dapat menjadi bahan masukkan bagi

    pihak manajemen rumah sakit, dalam memperbaiki kinerja untuk dapat

    bersaing dengan kompetitor lain dalam industri.

  • 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di RS. Pelabuhan Jakarta yang terletak di

    Jl. Kramat Raya tanjung priok Jakarta Utara. Pemilihan lokasi untuk

    penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive). Penelitian ini

    dilaksanakan dalam waktu dua bulan, yaitu pada bulan Januari- Februari

    2010.

    RS Pelabuhan Jakarta

    Visi, Misi, Tujuan dan Strategi RS Pelabuhan Jakarta

    Sasara strategis empat perspektif Balanced Scorecard

    Gambar 10. Kerangka pemikiran

    Peta strategi Balanced Scorecard

    pengukuran kinerja Balanced Scorecard RS Pelabuhan Jakarta

    Ukuran strategis

    (lag and lead indicator)

    target Inisiatif strategik

    Perspektif Finansial

    Perspektif pelanggan

    Perspektif Proses Bisnis

    internal

    Perspektif pembelajaran

    dan pertumbuhan

  • 3.3. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan

    sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

    Menurut Umar (2005),data primer merupakan data yang didapat dari

    sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil

    wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer dalam penelitian ini

    diperoleh melalui observasi lapang, wawancara dan kuesioner. Wawancara

    dilakukan dengan pihak perusahaan yang memiliki peranan yang besar

    dalam pengambilan keputusan. Responden yang dipilih adalah pihak

    internal dan eksternal perusahaan.

    Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut

    dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.

    Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi literature melalui

    buku, skripsi, jurnal, data perusahaan, internet dan data publikasi lainnya.

    3.4. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan melalui:

    1. Teknik wawancara langsung yaitu cara pengumpulan data dengan

    menanyakan langsung kepada pihak terkait untuk memperoleh informasi

    mengenai isu yang diteliti. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara

    kepada pihak-pihak terkait didalam Rumah Sakit, yang merupakan

    manajer kepala bagian dari unit-unit bisnis yang terdapat di RS Pelabuhan

    Jakarta. Metode penarikan narasumber untuk wawancara menggunakan

    teknik pengambilan purposive (purposive sampling).

    2. Teknik kuesioner, yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan atau

    menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka

    akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2005).

    Dalam penelitian ini kuesioner akan diberikan kepada pihak internal dan

    eksternal Rumah Sakit. Pihak internal yang diberikan kuesioner yaitu,

    karyawan RS Pelabuhan Jakarta untuk mengetahui kepuasan kerja dan

    motivasi karyawan dan manajemen puncak untuk pembobotan Balanced

    Scorecard. Sedangkan pihak eksternal Rumah Sakit adalah pasien rawat

  • jalan. Metode penarikan responden dilakukan menggunakan purposive

    sampling.

    3.5. Teknik Pengambilan Sampel

    Proses pengumpulan data, digunakan teknik pengambilan contoh.

    Ukuran contoh dapat diterima berdasarkan desain penelitian untuk kepuasan

    dan motivasi karyawan berikut menurut Gay dalam Umar (2004):

    1. Metode Deskriptif yaitu minimal 10% dari populasi. Untuk populasi

    relatif kecil minimal 20% dari populasi.

    2. Metode Deskriptif Korelasional yaitu minimal 30 subyek. Teknik

    pengambilan contoh , menggunakan purposive sampling, baik hal khusus

    (Balanced Scorecard) dan hal umum (kepuasan pelanggan). Jumlah

    contoh yang diambil sebagai responden untuk mengisi kuesioner

    kepuasan pelanggan mengacu pada rumus Slovin dalam Umar (2005),

    yang menyatakan bahwa minimal contoh yang dibutuhkan utnuk

    mengetahui ukuran populasi, digunakan rumus Slovin berikut :

    n =

    1+ 2 .(1)

    Dimana:

    n = Ukuran sampel

    N = Ukuran populasi

    e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

    pengambilan contoh yang diinginkan.

    Berdasarkan data kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap tahun

    2009 sebanyak 98620, maka berdasarkan perhitungan menggunakan

    rumus Slovin dengan nilai galat kesalahan sebesar 10%, didapatkan

    jumlah sampel sebanyak 100 orang.

    3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

    Data primer dan sekunder penelitian yang diperoleh akan diolah

    secara manual dan dibantu menggunakan Software Microsoft office excel

    2007 dan SPSS 15.0, sedangkan untuk data kualitatif akan disajikan dalam

    bentuk uraian deskriptif.

  • 3.6.1 Uji Validitas (Test of Validity)

    Uji validitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur yang telah disusun

    benar-benar mampu mengukur yang harus diukur. Uji validitas digunakan

    untuk menguji seberapa cermat suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

    ukurannya. Uji validitas diperoleh dengan menggunakan rumus Pearson

    Correlation product moment yang penyelesaiannya dilakukan dengan

    menggunakan program SPSS 15.0. Uji validitas dilakukan dengan

    membandingkan antara hitung r dengan tabel r melalui tahapan analisis

    sebagai berikut:

    r = ( )( )

    [ . 2( )2].[ ( 2)] ..(2)

    Keterangan:

    r = Koefisien korelasi Product Moment

    X = Skor masing-masing variabel yang ada pada kuesioner

    Y = Skor total semua variabel kuesioner

    n = Jumlah responden

    r xy = Korelasi antara variabel X dan Y. Kirteria pengujian adalah:

    >

    <

    Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 30 kuesioner kepuasan

    pasien (Tabel 2) dan kepuasan kerja dan motivasi karyawan(Tabel 1)

    didapatkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel (>0,361) sehingga

    kuesioner tersebut dikatakan valid sebagai alat ukur (Lampiran 1 dan 2).

    Hasil uji validitas terhadap 30 kuesioner kepuasan kerja dan motivasi

    karyawan juga menunjukkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel

    sehingga kuesioner dikatakan valid.

    3.6.2 Uji Reliabilitas (Test of Reliability)

    Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui alat pengumpul data

    yang menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan kestabilan atau

    konsistensi alat tersebut dalam mengunkapkan gejala-gejala tertentu dari

    sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda

  • Atribut rhitung rtabel Kesimpulan

    1 0,427 0,361 valid

    2 0,448 0,361 valid

    3 0,511 0,361 valid

    4 0,498 0,361 valid

    5 0,365 0,361 valid

    6 0,587 0,361 valid

    7 0,411 0,361 valid

    8 0,410 0,361 valid

    9 0,411 0,361 valid

    10 0,707 0,361 valid

    11 0,449 0,361 valid

    12 0,432 0,361 valid

    13 0,398 0,361 valid

    14 0,530 0,361 valid

    15 0,446 0,361 valid

    16 0,714 0,361 valid

    17 0,695 0,361 valid

    18 0,416 0,361 valid

    19 0,637 0,361 valid

    20 0,579 0,361 valid

    21 0,561 0,361 valid

    22 0,727 0,361 valid

    23 0,679 0,361 valid

    24 0,414 0,361 valid

    25 0,454 0,361 valid

    26 0,424 0,361 valid

    27 0,511 0,361 valid

    28 0,457 0,361 valid

    29 0,560 0,361 valid

    30 0,742 0,361 valid

    Tabel 1. Nilai validitas uji awal kepuasan kerja dan motivasi karyawan

  • Atribut rhitung rtabel Kesimpulan

    1 0,825 0,361 valid

    2 0,780 0,361 valid

    3 0,632 0,361 valid

    4 0,820 0,361 valid

    5 0,836 0,361 valid

    6 0,665 0,361 valid

    7 0,789 0,361 valid

    8 0,722 0,361 valid

    9 0,627 0,361 valid

    10 0,759 0,361 valid

    11 0,615 0,361 valid

    12 0,829 0,361 valid

    13 0,689 0,361 valid

    14 0,396 0,361 valid

    15 0,756 0,361 valid

    16 0,639 0,361 valid

    17 0,489 0,361 valid

    Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan yang telah valid.

    Rumus yang dipakai adalah untuk menguji reliabilitas dalam penelitian

    adalah Cronbach Alpha yang penyelesaiannya dilakukan dengan

    membandingkan antara r hitung dan r tabel . Semakin dekat koefisien

    keandalan dengan 1,0, semakin baik. Secara umum keandalan kurang dari

    0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,70 bisa diterima, dan

    lebih dari 0,80 adalah baik. Rumus Cronbachs Alpha adalah sebagai

    berikut:

    r1 =

    1 1

    2

    2 ..............................(3)

    Dimana:

    r1 = Reliabilitas instrumen

    k = Banyaknya butir pertanyaan

    Tabel 2. Nilai validitas uji awal kepuasan pasien

  • 2 = Ragam total

    2 = Jumlah ragam butir

    Rumus Ragam yang digunakan :

    2= x2

    ( x)2

    ..(4)

    Keterangan : n = Jumlah responden

    X = Nilai skor yang dipilih( total nilai dari nomor-nomor

    butir pertanyaan)

    Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai keandalan berdasarkan rumus

    Croncbachs Alpha pada kuesioner kepuasan pasien dengan nilai sebesar

    0,922 dan pada kuesioner kepuasan dan motivasi karyawan sebesar 0,906.

    Hasil tersebut berada pada ukuran baik sehingga kuesioner memiliki

    tingkat keakuratan data dan konsistensi sebagai alat pengukuran.

    3.6.3 Balanced Scorecard

    Pembuatan peta strategi Balance Scorecard dibuat berdasarkan ukuran

    dan target yang ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit. Dalam

    menetapkan perencanaan strategis untuk mencapai sasaran strategis, pihak

    manajemen harus menggunakan ukuran yang relevan dan sesuai dengan

    kondisi rumah sakit. Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ditunjukan

    dengan ukuran tertentu yang disebut ukuran hasil, sedangkan untuk

    mencapai ukuran hasil diperlukan pemacu kinerja. Model penjabaran

    disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 3. Model penjabaran strategi ke dalam empat perspektif Balance Scorecard

    Sasaran strategi Ukuran Inisiatif

    strategi Hasil

    (lag indicator)

    Pemicu kerja

    (lead indicator)

    Perspektif keuangan

    Perspektif pelanggan

    Perspektif proses bisnis

    internal

    Perspektif pertumbuhan dan

    pembelajaran

    Sumber: Kaplan dan Norton, 1996

    Sebelum tahap pengukuran, pihak manajemen rumah sakit harus

    memberikan pembobotan terhadap masing-masing perspektif Balance

  • Scorecard, sasaran strategis dan ukuran strategis. Pembobotan tersebut

    mengindikasikan perspektif mana lebih terperinci dan terkait erat dengan

    organisasi. Penentuan nilai bobot kepentingan dari tiap perspektif beserta

    sasaran strategis dan ukuran hasil utamanya dapat menghasilkan skor untuk

    dibandingkan tingkat kepentingannya satu sama lain dengan menggunakan

    metode pairwise comparison. Pemberian bobot dilakukan dengan

    menggunkan metode AHP.

    Menurut Saiterio dalam Dewi (2009) tahapan evaluasi kinerja

    rumah sakit dengan metode Balance Scorecard adalah sebagai berikut:

    1. Masing-masing indikator diberi bobot secara proposional, berdasarkan

    perhitungan AHP.

    2. Menghitung poin yang diperoleh berdasarkan target yang telah

    ditentukan perusahaan dengan cara pencapaian target. Setelah

    memperoleh pembobotan untuk masing-masing unsur, kemudian

    dilakukan pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard. Pengukuran

    ini dilakukan dengan membandingkan tingkat pencapaian kinerja

    manajemen rumah sakit selama periode yang dikaji delama penelitian

    dengan target yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit

    sebelumnya.

    Perhitungan nilai pencapaian ukuran hasil dalam Balance Scorecard:

    Pencapaian = ()

    x 100%

    3. Menghitung skor kinerja yang dihasilkan dari masing-masing ukuran

    hasil dengan mengalikan tingkat pencapaian dengan bobot yang telah

    ditetapkan.

    4. Menjumlahkan hasil skor masing-masing perspektif.

    Hasil pengukuran skor total kemudian dibandingkan dengan skala

    100, skala tersebut menunjukan kinerja organisasi yang diteliti. Dengan

    skala sebagai berikut:

  • 3.6.4 Analytical Hierachy Process (AHP)

    Menurut Saaty (1993), Analytical Hierarchy Process merupakan suatu

    proses untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih

    alternatif yang paling disukai. AHP dapat menyederhanakan suatu persoalan

    yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir terorganisir, sehingga

    memungkinkan keputusan dapat diambil secara efektif atas suatu persoalan.

    Persoalan kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses

    pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut:

    1. Penyusunan Hierarki

    Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-

    unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur

    hierarki. Tidak ada aturan yang dapat dilanggar untuk menyusun

    hierarki, rancangan dalam menyusun hierarki bergantung pada jenis

    keputusan yang perlu diambil.

    2. Penilaian kriteria dan alternatif

    Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan,

    untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam

    mengeskpresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari

    skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 4. Nilai skala banding berpasangan

    Nilai

    Skala

    Definisi Penjelasan

    1 Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen mempengaruhi sama

    kuat pada sifat itu

    3 Elemen yang satu sedikit lebih

    penting dari lainnya.

    Pengalaman atau pertimbangan

    sedikit menyokong satu elemen

    atas lainnya.

    5 Elemen yang satu jelas lebih

    penting dibandingkan elemen

    lainnya.

    Pengalaman atau pertimbangan

    dengan kuat disokong dan

    dominasinya terlihat dalam

    praktek.

    7 Satu elemen sangat jelas lebih

    penting dibandingkan elemen

    lainnya.

    Satu elemen dengan kuat disokong

    dan dominasinya terlihat dalam

    praktek

    9 Satu elemen mutlak lebih penting

    dibanding elemen lainnya.

    Sokongan elemen yang satu atas

    yang lainnya terbukti memiliki

    tingkat penegasan tertinggi.

    2,4,6,8 Nilai nilai diantara kedua

    pertimbangan diatas

    Kompromi diperlukan diantara dua

    pertimbangan.

    Kebalikan

    Nilai-nilai

    di atas

    Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen A dan B,

    maka nilai-nilai kebalikan (1/2,1/3,1/4,.....1/9) digunakan untuk

    membandingkan kepentingan B terhadap A.

    Sumber: Saaty, 1993

  • 3. Penentuan prioritas

    Pada setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan

    berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif

    kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh

    alternatif. Kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat

    dibandingkan sesuai dengan judgment yang telah ditentukan untuk

    bobot dan prioritas.

    Bobot atau prioritas dapat dihitung melalui penyelesaian

    matematik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Membuat matriks perbandingan berpasangan

    Untuk membuat matriks perbandingan berpasangan, dimisalkan

    dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen yang akan

    dibandingkan, yaitu elemen 1 , 2 , 3 ,.., , sedangkan

    pembobotan elemen-elemen operasi 1 , 2 , 3 ,.., itu

    dinyatakan dengan 1 , 2 , 3 ,.., , maka penilaian tingkat

    kepentingan elemen 1 dibandingkan 2 adalah 1 /2 , sehingga

    akan terbentuk matriks perbandingan berpasangan A[ n x n], yang

    dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 5. Matrik perbandingan preferensi A [ n x n]

    1 2 3 .. 1 1 1 /2 1 /3 .. 1 /

    2 2 /1 1 2 /3 .. 2 /

    3 3 /1 3 /2 1 .. 3 / .. .. .. .. .. ..

    .. .. .. 1

    Sumber: Saaty, 1993

    Unsur-unsur nilai perbandingan pada matriks dinyatakan dengan I,j

    = 1,2,3,.,n. misalkan 1 /2 adalah perbandingan dari 1 dan

    2. Pemberian nilai pada matriks tersebut mengikuti skala banding

    berpasangan, dengan tata aturan sebagai berikut:

    1) Jika / =, maka / = 1/ , = 0

    2) Jika mempunyai tingkat kepentingan relatif yang sama

    dengan , maka / = / = 1

    3) Hal yang khusus, / = 1 untuk semua i

  • b. Melakukan normalisasi terhadap matriks awal

    c. Setiap field dalam suatu kolom dibagi dengan jumlah field pada

    kolom tersebut

    d. Menghitung bobot relatif atau bobot prioritas dari matriks awal

    yang telah dinormalisasi, field-field dari satu baris dijumlahkan dan

    kemudian dibagi dengan jumlah unsur yang dibandingkan.

    e. Menghitung Lamda Max (maks)

    Tahapan-tahapan untuk mencapai maks sebagai berikut :

    1. Kolom matriks awal dikalikan dengan bobot prioritas.

    2. field-field sepanjang baris dijumlahkan.

    3. Jumlah masing-masing tersebut dibagi dengan bobot prioritas.

    4. Hasil pembagian pada tahap sebelumnya dibagi dengan jumlah

    kolom matriks awal.

    4. Konsistensi Logis

    Semua unsur dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara

    konsisten sesuai dengan suatu kriteria logis. Consistency Ratio (CR)

    merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa, apakah

    perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak.

    Semua unsur yang telah dikelompokkan harus memenuhi kriteria

    konsistensi, yaitu CR 0,1. CR dapat dihitung dengan menggunakan

    rumus berikut :

    CR = CI

    RI

    Dengan CI =

    1

    Nila RI merupakan nilai indeks acak yang dikeluarkan oleh

    Oakridge Laboratory berupa tabel berikut :

    N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56

    5. Penggabungan Pendapat Responden

    Pada dasarnya, AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari

    satu pendapat pakar ahli. Namun demkian, dalam aplikasinya penilaian

    kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner.

  • Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, perlu dilakukan pengecekan

    konsistensi dari setiap unsur satu persatu. Pendapat yang telah konsisten

    tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan rataan geometrik,

    dengan rumus :

    = Xi

    Keterangan : = rata- rata geometrik

    n = jumlah responden

    Xi = penilaian oleh responden ke-i

    Hasil penilaian gabungan inilah yang kemudian diolah dengan prosedur

    AHP yang telah diuraikan sebelumnya.