Upload
basuki-ariawan
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bsc
Citation preview
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung
mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis
dan modern. Dalam perkembangan masyarakat yang begitu cepat, rumah
sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang padat modal, padat SDM,
padat ilmu dan padat teknologi, harus dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang selalu berubah. Hal tersebut penting, karena dalam dunia
persaingan industri kesehatan, system manajemen rumah sakit yang
kompleks dapat menjadi kelemahan rumah sakit dibandingkan pesaing,
dimana semakin banyak rumah sakit yang mengedepankan system
pelayanan terpadu dengan hospitality yang sangat baik.
RS Pelabuhan Jakarta sebagai salah satu rumah sakit tertua di
wilayah Jakarta Utara, saat ini dihadapi pesaing yang semakin bertambah
di Jakarta Utara. Secara total terdapat, 15 rumah sakit pesaing di Jakarta
Utara. Kondisi tersebut mengharuskan pihak manajemen RSPJ, untuk
harus melakukan penilaian kinerja rumah sakit secara menyeluruh, untuk
mengetahui posisi rumah sakit dalam industri, yang nantinya akan menjadi
bahan umpan balik, bagi manajer lini atas untuk menyusun perencanaan
strategis yang sesuai dengan terjemahan visi dan misi, juga posisi dan
kemampuan rumah sakit di dalam industri.
Penelitian ini menggunakan sistem pengukuran kinerja Balanced
Scorecard dalam pengukuran kinerja. Balanced Scorecard dapat menjadi
alat pengukuran kinerja sebuah perusahaan atau organisasi public yang
belum mengenal system pengukuran kinerja tersebut. Balanced Scorecard
dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai
alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk
merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas
organisasi. Balanced Scorecard merupakan solusi terbaik dalam
pengukuran kinerja bisnis. Empat perspekif utama di sorot melalui
balanced scorecard yaitu : perspektif keuangan, perspektif proses bisnis
dan internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif
konsumen atau pelanggan.
Perancangan kerangka Balanced Scorecard Rumah Sakit Pelabuhan
Jakarta, diawali dengan penerjemahan visi, misi dan tujuan RS Pelabuhan
Jakarta, yang diterapkan ke dalam tujuan strategis perusahaan. Pada tahap
awal ini dibutuhkan data visi, misi, tujuan dan strategi RS Pelabuhan
Jakarta yang telah disusun oleh pihak manajemen rumah sakit. Tahap
selanjutnya ialah menerjemahkan visi, misi dan strategi menjadi sasaran
strategis pada keempat perspektif Balance Scorecard. Sasaran strategis
merupakan sasaran-sasaran masa depan yang dituju oleh perusahaan
sebagai penerjemahan strategi untuk mewujudkan visi dan misi. Sasaran
dari setiap perspektif harus menunjukan hubungan sebab akibat dengan
perspektif lainnya.
Sasaran strategis yang telah diterjemahkan kedalam empat perspektif
Balanced Scorecard, selanjutnya diimplementasikan dengan melakukan
perencanaan strategis yang terdiri dari tiga komponen, yaitu ukuran
strategis, target dan inisiatif strategis. Ukuran strategis terdiri dari ukuran
hasil (lag indicator) dan ukuran pemicu (lead indicator). Ukuran yang
dibuat harus relevan dan sesuai dengan setiap sasaran pada masing-masing
perspektif Balanced Scorecard. Rumah sakit selanjutnya membuat target
sebagai indicator keberhasilan strategi. Langkah berikutnya ialah membuat
inisiatif strategis untuk mewujudkan sasaran strategis perusahaan.
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap pembobotan dari
masing-masing perspektif Balanced Scorecard beserta sasaran dan ukuran
strategisnya. Pengukuran ini dilakukan terhadap aspek kinerja yang dapat
diukur untuk dapat melihat gambaran umum kinerja rumah sakit. Hasil
pengukuran tersebut selanjutnya dapat menjadi bahan masukkan bagi
pihak manajemen rumah sakit, dalam memperbaiki kinerja untuk dapat
bersaing dengan kompetitor lain dalam industri.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS. Pelabuhan Jakarta yang terletak di
Jl. Kramat Raya tanjung priok Jakarta Utara. Pemilihan lokasi untuk
penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive). Penelitian ini
dilaksanakan dalam waktu dua bulan, yaitu pada bulan Januari- Februari
2010.
RS Pelabuhan Jakarta
Visi, Misi, Tujuan dan Strategi RS Pelabuhan Jakarta
Sasara strategis empat perspektif Balanced Scorecard
Gambar 10. Kerangka pemikiran
Peta strategi Balanced Scorecard
pengukuran kinerja Balanced Scorecard RS Pelabuhan Jakarta
Ukuran strategis
(lag and lead indicator)
target Inisiatif strategik
Perspektif Finansial
Perspektif pelanggan
Perspektif Proses Bisnis
internal
Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan
sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Menurut Umar (2005),data primer merupakan data yang didapat dari
sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi lapang, wawancara dan kuesioner. Wawancara
dilakukan dengan pihak perusahaan yang memiliki peranan yang besar
dalam pengambilan keputusan. Responden yang dipilih adalah pihak
internal dan eksternal perusahaan.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi literature melalui
buku, skripsi, jurnal, data perusahaan, internet dan data publikasi lainnya.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui:
1. Teknik wawancara langsung yaitu cara pengumpulan data dengan
menanyakan langsung kepada pihak terkait untuk memperoleh informasi
mengenai isu yang diteliti. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara
kepada pihak-pihak terkait didalam Rumah Sakit, yang merupakan
manajer kepala bagian dari unit-unit bisnis yang terdapat di RS Pelabuhan
Jakarta. Metode penarikan narasumber untuk wawancara menggunakan
teknik pengambilan purposive (purposive sampling).
2. Teknik kuesioner, yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka
akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2005).
Dalam penelitian ini kuesioner akan diberikan kepada pihak internal dan
eksternal Rumah Sakit. Pihak internal yang diberikan kuesioner yaitu,
karyawan RS Pelabuhan Jakarta untuk mengetahui kepuasan kerja dan
motivasi karyawan dan manajemen puncak untuk pembobotan Balanced
Scorecard. Sedangkan pihak eksternal Rumah Sakit adalah pasien rawat
jalan. Metode penarikan responden dilakukan menggunakan purposive
sampling.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Proses pengumpulan data, digunakan teknik pengambilan contoh.
Ukuran contoh dapat diterima berdasarkan desain penelitian untuk kepuasan
dan motivasi karyawan berikut menurut Gay dalam Umar (2004):
1. Metode Deskriptif yaitu minimal 10% dari populasi. Untuk populasi
relatif kecil minimal 20% dari populasi.
2. Metode Deskriptif Korelasional yaitu minimal 30 subyek. Teknik
pengambilan contoh , menggunakan purposive sampling, baik hal khusus
(Balanced Scorecard) dan hal umum (kepuasan pelanggan). Jumlah
contoh yang diambil sebagai responden untuk mengisi kuesioner
kepuasan pelanggan mengacu pada rumus Slovin dalam Umar (2005),
yang menyatakan bahwa minimal contoh yang dibutuhkan utnuk
mengetahui ukuran populasi, digunakan rumus Slovin berikut :
n =
1+ 2 .(1)
Dimana:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan contoh yang diinginkan.
Berdasarkan data kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap tahun
2009 sebanyak 98620, maka berdasarkan perhitungan menggunakan
rumus Slovin dengan nilai galat kesalahan sebesar 10%, didapatkan
jumlah sampel sebanyak 100 orang.
3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data primer dan sekunder penelitian yang diperoleh akan diolah
secara manual dan dibantu menggunakan Software Microsoft office excel
2007 dan SPSS 15.0, sedangkan untuk data kualitatif akan disajikan dalam
bentuk uraian deskriptif.
3.6.1 Uji Validitas (Test of Validity)
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur yang telah disusun
benar-benar mampu mengukur yang harus diukur. Uji validitas digunakan
untuk menguji seberapa cermat suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurannya. Uji validitas diperoleh dengan menggunakan rumus Pearson
Correlation product moment yang penyelesaiannya dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 15.0. Uji validitas dilakukan dengan
membandingkan antara hitung r dengan tabel r melalui tahapan analisis
sebagai berikut:
r = ( )( )
[ . 2( )2].[ ( 2)] ..(2)
Keterangan:
r = Koefisien korelasi Product Moment
X = Skor masing-masing variabel yang ada pada kuesioner
Y = Skor total semua variabel kuesioner
n = Jumlah responden
r xy = Korelasi antara variabel X dan Y. Kirteria pengujian adalah:
>
<
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 30 kuesioner kepuasan
pasien (Tabel 2) dan kepuasan kerja dan motivasi karyawan(Tabel 1)
didapatkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel (>0,361) sehingga
kuesioner tersebut dikatakan valid sebagai alat ukur (Lampiran 1 dan 2).
Hasil uji validitas terhadap 30 kuesioner kepuasan kerja dan motivasi
karyawan juga menunjukkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel
sehingga kuesioner dikatakan valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas (Test of Reliability)
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui alat pengumpul data
yang menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan kestabilan atau
konsistensi alat tersebut dalam mengunkapkan gejala-gejala tertentu dari
sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda
Atribut rhitung rtabel Kesimpulan
1 0,427 0,361 valid
2 0,448 0,361 valid
3 0,511 0,361 valid
4 0,498 0,361 valid
5 0,365 0,361 valid
6 0,587 0,361 valid
7 0,411 0,361 valid
8 0,410 0,361 valid
9 0,411 0,361 valid
10 0,707 0,361 valid
11 0,449 0,361 valid
12 0,432 0,361 valid
13 0,398 0,361 valid
14 0,530 0,361 valid
15 0,446 0,361 valid
16 0,714 0,361 valid
17 0,695 0,361 valid
18 0,416 0,361 valid
19 0,637 0,361 valid
20 0,579 0,361 valid
21 0,561 0,361 valid
22 0,727 0,361 valid
23 0,679 0,361 valid
24 0,414 0,361 valid
25 0,454 0,361 valid
26 0,424 0,361 valid
27 0,511 0,361 valid
28 0,457 0,361 valid
29 0,560 0,361 valid
30 0,742 0,361 valid
Tabel 1. Nilai validitas uji awal kepuasan kerja dan motivasi karyawan
Atribut rhitung rtabel Kesimpulan
1 0,825 0,361 valid
2 0,780 0,361 valid
3 0,632 0,361 valid
4 0,820 0,361 valid
5 0,836 0,361 valid
6 0,665 0,361 valid
7 0,789 0,361 valid
8 0,722 0,361 valid
9 0,627 0,361 valid
10 0,759 0,361 valid
11 0,615 0,361 valid
12 0,829 0,361 valid
13 0,689 0,361 valid
14 0,396 0,361 valid
15 0,756 0,361 valid
16 0,639 0,361 valid
17 0,489 0,361 valid
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan yang telah valid.
Rumus yang dipakai adalah untuk menguji reliabilitas dalam penelitian
adalah Cronbach Alpha yang penyelesaiannya dilakukan dengan
membandingkan antara r hitung dan r tabel . Semakin dekat koefisien
keandalan dengan 1,0, semakin baik. Secara umum keandalan kurang dari
0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,70 bisa diterima, dan
lebih dari 0,80 adalah baik. Rumus Cronbachs Alpha adalah sebagai
berikut:
r1 =
1 1
2
2 ..............................(3)
Dimana:
r1 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
Tabel 2. Nilai validitas uji awal kepuasan pasien
2 = Ragam total
2 = Jumlah ragam butir
Rumus Ragam yang digunakan :
2= x2
( x)2
..(4)
Keterangan : n = Jumlah responden
X = Nilai skor yang dipilih( total nilai dari nomor-nomor
butir pertanyaan)
Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai keandalan berdasarkan rumus
Croncbachs Alpha pada kuesioner kepuasan pasien dengan nilai sebesar
0,922 dan pada kuesioner kepuasan dan motivasi karyawan sebesar 0,906.
Hasil tersebut berada pada ukuran baik sehingga kuesioner memiliki
tingkat keakuratan data dan konsistensi sebagai alat pengukuran.
3.6.3 Balanced Scorecard
Pembuatan peta strategi Balance Scorecard dibuat berdasarkan ukuran
dan target yang ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit. Dalam
menetapkan perencanaan strategis untuk mencapai sasaran strategis, pihak
manajemen harus menggunakan ukuran yang relevan dan sesuai dengan
kondisi rumah sakit. Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ditunjukan
dengan ukuran tertentu yang disebut ukuran hasil, sedangkan untuk
mencapai ukuran hasil diperlukan pemacu kinerja. Model penjabaran
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 3. Model penjabaran strategi ke dalam empat perspektif Balance Scorecard
Sasaran strategi Ukuran Inisiatif
strategi Hasil
(lag indicator)
Pemicu kerja
(lead indicator)
Perspektif keuangan
Perspektif pelanggan
Perspektif proses bisnis
internal
Perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran
Sumber: Kaplan dan Norton, 1996
Sebelum tahap pengukuran, pihak manajemen rumah sakit harus
memberikan pembobotan terhadap masing-masing perspektif Balance
Scorecard, sasaran strategis dan ukuran strategis. Pembobotan tersebut
mengindikasikan perspektif mana lebih terperinci dan terkait erat dengan
organisasi. Penentuan nilai bobot kepentingan dari tiap perspektif beserta
sasaran strategis dan ukuran hasil utamanya dapat menghasilkan skor untuk
dibandingkan tingkat kepentingannya satu sama lain dengan menggunakan
metode pairwise comparison. Pemberian bobot dilakukan dengan
menggunkan metode AHP.
Menurut Saiterio dalam Dewi (2009) tahapan evaluasi kinerja
rumah sakit dengan metode Balance Scorecard adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing indikator diberi bobot secara proposional, berdasarkan
perhitungan AHP.
2. Menghitung poin yang diperoleh berdasarkan target yang telah
ditentukan perusahaan dengan cara pencapaian target. Setelah
memperoleh pembobotan untuk masing-masing unsur, kemudian
dilakukan pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard. Pengukuran
ini dilakukan dengan membandingkan tingkat pencapaian kinerja
manajemen rumah sakit selama periode yang dikaji delama penelitian
dengan target yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit
sebelumnya.
Perhitungan nilai pencapaian ukuran hasil dalam Balance Scorecard:
Pencapaian = ()
x 100%
3. Menghitung skor kinerja yang dihasilkan dari masing-masing ukuran
hasil dengan mengalikan tingkat pencapaian dengan bobot yang telah
ditetapkan.
4. Menjumlahkan hasil skor masing-masing perspektif.
Hasil pengukuran skor total kemudian dibandingkan dengan skala
100, skala tersebut menunjukan kinerja organisasi yang diteliti. Dengan
skala sebagai berikut:
3.6.4 Analytical Hierachy Process (AHP)
Menurut Saaty (1993), Analytical Hierarchy Process merupakan suatu
proses untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih
alternatif yang paling disukai. AHP dapat menyederhanakan suatu persoalan
yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir terorganisir, sehingga
memungkinkan keputusan dapat diambil secara efektif atas suatu persoalan.
Persoalan kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses
pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Hierarki
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-
unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur
hierarki. Tidak ada aturan yang dapat dilanggar untuk menyusun
hierarki, rancangan dalam menyusun hierarki bergantung pada jenis
keputusan yang perlu diambil.
2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan,
untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam
mengeskpresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari
skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 4. Nilai skala banding berpasangan
Nilai
Skala
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen mempengaruhi sama
kuat pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari lainnya.
Pengalaman atau pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen
atas lainnya.
5 Elemen yang satu jelas lebih
penting dibandingkan elemen
lainnya.
Pengalaman atau pertimbangan
dengan kuat disokong dan
dominasinya terlihat dalam
praktek.
7 Satu elemen sangat jelas lebih
penting dibandingkan elemen
lainnya.
Satu elemen dengan kuat disokong
dan dominasinya terlihat dalam
praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting
dibanding elemen lainnya.
Sokongan elemen yang satu atas
yang lainnya terbukti memiliki
tingkat penegasan tertinggi.
2,4,6,8 Nilai nilai diantara kedua
pertimbangan diatas
Kompromi diperlukan diantara dua
pertimbangan.
Kebalikan
Nilai-nilai
di atas
Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen A dan B,
maka nilai-nilai kebalikan (1/2,1/3,1/4,.....1/9) digunakan untuk
membandingkan kepentingan B terhadap A.
Sumber: Saaty, 1993
3. Penentuan prioritas
Pada setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh
alternatif. Kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat
dibandingkan sesuai dengan judgment yang telah ditentukan untuk
bobot dan prioritas.
Bobot atau prioritas dapat dihitung melalui penyelesaian
matematik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat matriks perbandingan berpasangan
Untuk membuat matriks perbandingan berpasangan, dimisalkan
dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen yang akan
dibandingkan, yaitu elemen 1 , 2 , 3 ,.., , sedangkan
pembobotan elemen-elemen operasi 1 , 2 , 3 ,.., itu
dinyatakan dengan 1 , 2 , 3 ,.., , maka penilaian tingkat
kepentingan elemen 1 dibandingkan 2 adalah 1 /2 , sehingga
akan terbentuk matriks perbandingan berpasangan A[ n x n], yang
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 5. Matrik perbandingan preferensi A [ n x n]
1 2 3 .. 1 1 1 /2 1 /3 .. 1 /
2 2 /1 1 2 /3 .. 2 /
3 3 /1 3 /2 1 .. 3 / .. .. .. .. .. ..
.. .. .. 1
Sumber: Saaty, 1993
Unsur-unsur nilai perbandingan pada matriks dinyatakan dengan I,j
= 1,2,3,.,n. misalkan 1 /2 adalah perbandingan dari 1 dan
2. Pemberian nilai pada matriks tersebut mengikuti skala banding
berpasangan, dengan tata aturan sebagai berikut:
1) Jika / =, maka / = 1/ , = 0
2) Jika mempunyai tingkat kepentingan relatif yang sama
dengan , maka / = / = 1
3) Hal yang khusus, / = 1 untuk semua i
b. Melakukan normalisasi terhadap matriks awal
c. Setiap field dalam suatu kolom dibagi dengan jumlah field pada
kolom tersebut
d. Menghitung bobot relatif atau bobot prioritas dari matriks awal
yang telah dinormalisasi, field-field dari satu baris dijumlahkan dan
kemudian dibagi dengan jumlah unsur yang dibandingkan.
e. Menghitung Lamda Max (maks)
Tahapan-tahapan untuk mencapai maks sebagai berikut :
1. Kolom matriks awal dikalikan dengan bobot prioritas.
2. field-field sepanjang baris dijumlahkan.
3. Jumlah masing-masing tersebut dibagi dengan bobot prioritas.
4. Hasil pembagian pada tahap sebelumnya dibagi dengan jumlah
kolom matriks awal.
4. Konsistensi Logis
Semua unsur dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria logis. Consistency Ratio (CR)
merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa, apakah
perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak.
Semua unsur yang telah dikelompokkan harus memenuhi kriteria
konsistensi, yaitu CR 0,1. CR dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :
CR = CI
RI
Dengan CI =
1
Nila RI merupakan nilai indeks acak yang dikeluarkan oleh
Oakridge Laboratory berupa tabel berikut :
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
5. Penggabungan Pendapat Responden
Pada dasarnya, AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari
satu pendapat pakar ahli. Namun demkian, dalam aplikasinya penilaian
kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner.
Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, perlu dilakukan pengecekan
konsistensi dari setiap unsur satu persatu. Pendapat yang telah konsisten
tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan rataan geometrik,
dengan rumus :
= Xi
Keterangan : = rata- rata geometrik
n = jumlah responden
Xi = penilaian oleh responden ke-i
Hasil penilaian gabungan inilah yang kemudian diolah dengan prosedur
AHP yang telah diuraikan sebelumnya.