20
45 Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini adalah profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan. Penelitian deskriptif melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Data yang dianalisis berasal dari hasil Test Of Logical Thingking (TOLT) untuk mengukur kemampuan berpikir logis dan pilihan ganda multi tier berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya, kemudian data diinterpretasi sehingga kemampuan berpikir logis serta pemahaman konsep siswa dapat diketahui. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-shot Design dengan pola: Gambar 3.1. One-Shot Design Pemberian TOLT dan Three-tier Test Pengolahan Data

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

45

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan

menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat

sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini

adalah profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan

cahaya. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan. Penelitian deskriptif

melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada

saat ini. Data yang dianalisis berasal dari hasil Test Of Logical Thingking

(TOLT) untuk mengukur kemampuan berpikir logis dan pilihan ganda multi

tier berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan

cahaya, kemudian data diinterpretasi sehingga kemampuan berpikir logis serta

pemahaman konsep siswa dapat diketahui. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah One-shot Design dengan pola:

Gambar 3.1. One-Shot Design

Pemberian TOLT dan Three-tier Test Pengolahan Data

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

46

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Penyusunan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menyusun alat ukur TOLT modifikasi untuk mengetahui

profil kemampuan berpikir logis dan three-tier test untuk mengukur

pemahaman konsep pemantulan cahaya.

1. Desain penyusunan TOLT

Kemampuan berpikir logis menggunakan TOLT berbasis konsep fisika

dengan bentuk tes pilihan ganda dua tingkat. Model penyusunan TOLT

mengadaptasi dari TOLT yang standar. Peneliti memodifikasinya dengan

konten berbasis konsep fisika. Indikator TOLT ada lima aspek, yaitu

kemampuan penalaran proporsional, penalaran probabilistik, pengontrolan

variabel, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial. Setelah soal

TOLT dibuat oleh peneliti, kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing dan di judgement kepada pakar materi, ahli evaluasi, serta guru

fisika. TOLT modifikasi diujikan ke lapangan. Validitas dan reliabilitas

dihitung, kemudian dibandingkan hasilnya dengan hasil validitas dan

reliabilitas TOLT yang standar. Adapun tahapan perancangan TOLT

modifikasi ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

47

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan TOLT Modifikasi

2. Desain penyusunan three-tier test

Model penyusunan tes pemahaman konsep berupa two-tier test terlebih

dahulu dan mengadaptasi dari model Treaguts. Setelah dibuat, dikonsultasikan

dengan dosen pembimbing dan di judgement kepada pakar materi ahli evaluasi

serta guru fisika.

Two-tier test diujikan pada lingkup yang terbatas untuk mengetahui

analisis butir soal, validitas, dan reliabilitas. Setelah itu two-tier test di

tambahkan satu tingkat berupa respon keyakinan siswa dalam menjawab soal

two-tier test. Instrumen pada saat penelitian berupa three-tier test untuk

mengukur pemahaman konsep siswa. Adapun tahapan perancangan three-tier

test ditunjukkan pada Gambar 3.3.

1.Studi literatur dan analisis materi pemantulan cahaya

5. Uji coba TOLT

6. Uji validitas, uji reliabilitas dan analisis butir

7. TOLT valid dan reliabel

4.Revisi

2.Merumuskan indikator-indikator TOLT dan menyusun TOLT

3. Konsultasi TOLT dengan pembimbing, judgement ke ahli

materi dan ahli evaluasi

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

48

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.3. Tahapan Pengembangan Three-Tier Test Pemantulan Cahaya

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas VIII di

Kabupaten Bandung Barat pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 dan

Tahap 2: Mengumpulkan informasi

konsep

Telaah literatur dan materi pemantulan cahaya

Tahap 1: Menentukan konten atau isi

materi

Memilih standar kompetensi dan

kompetensi dasar

Mengidentifikasikan konsep utama

Tahap 3:

Mengembangkan

instrumen diagnosis

two-tier test

Rincian

kisi-kisi

soal one-

tier test

Membuat draf instrumen two-tier test

Konsultasi dengan dosen pembimbing

dan judgement ke ahli

Perbaikan

instrumen

Uji coba dan analisis two-tier test

testtest

Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test

Three-tier test

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

49

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dipilih dengan teknik purposive sampling. Penentuan subyek ini menggunakan

teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan tujuan

tertentu. Selain mengetahui profil kemampuan berpikir logis, peneliti juga

mempunyai tujuan untuk mengetahui profil pemahaman konsep pemantulan

cahaya dengan bentuk soal three-tier test yang telah disusun dan di ujikan ke

lapangan. Pemilihan subyek penelitian di SMP tersebut karena siswa kelas VIII

sudah mendapatkan materi pemantulan cahaya. Kedua, siswa kelas VIII belum

pernah mendapatkan soal TOLT dan three-tier test.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

a. Telaah kompetensi mata pelajaran IPA SMP.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat

penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Studi pendahuluan, meliputi wawancara dengan guru dan menganalisis soal-

soal fisika.

e. Perumusan masalah penelitian.

f. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, dan laporan penelitian mengenai

TOLT dan three-tier test.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

50

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

g. Telaah kurikulum IPA SMP dan menetukan materi yang akan dijadikan

bahan penelitian.

h. Menyusun instrumen penelitian TOLT modifikasi dan two-tier test.

i. Melakukan judgement instrumen TOLT modifikasi dan two-tier test.

j. Melakukan uji coba instrumen.

k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat

kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sehingga layak dipakai untuk tes.

l. Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test, sehingga menjadi three-

tier test.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penentuan subjek penelitian yang terdiri dari satu kelas.

b. Pelaksanaan tes TOLT standar.

c. Pelaksanaan tes TOLT modifikasi.

d. Pelaksanaan tes three-tier test.

3. Tahap Penyelesaian

a. Mengolah data penelitian

b. Menganalisis data penelitian

c. Menarik kesimpulan dan saran

d. Penyusunan

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

51

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.4 Bagan Prosedur Penelitian

Studi

pendahuluan

Rumusan masalah

Studi literatur Solusi permasalahan

Studi kurikulum dan materi pemantulan cahaya

Penyusunan instrumen penelitian

TOLT modifikasi dan two tier test

Konsultasi dengan pembimbing

Judgement instrumen penelitian

Uji coba dan analisis intrumen penelitian

Menambahkan tingkat keyakinan pada two-

tier test sehingga menjadi three-tier test

Tahap Perencanaan

Melakukan penelitian dengan memberikan soal

TOLT standar TOLT modifikasi Three-tier test

Pengolahan data dan analisis data

Kesimpulan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

52

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data

Kemampuan berpikir logis siswa dapat diketahui dari hasil TOLT

standar dan modifikasi. Sebelum melakukan tes kemampuan berpikir logis,

terlebih dahulu peneliti menyiapkan TOLT standar dan menyusun TOLT

modifikasi. TOLT modifikasi isinya berkaitan dengan konsep pemantulan

cahaya. Instrumen ini kemudian diujikan pada siswa dan bentuknya berupa tes

pilihan ganda dua tingkat serta dibandingkan hasilnya.

Pemahaman konsep dapat diketahui dari hasil three-tier test. Sebelum

melakukan tes pemahaman konsep bentuk three-tier test, terlebih dahulu

peneliti menyusun two-tier test pemantulan cahaya dan diujikan pada siswa.

Setelah diujicobakan dan dianalisis, peneliti menambahkan tingkat keyakinan

pada two-tier test, sehingga menjadi three-tier test. Three-tier test yaitu pilihan

ganda tiga tingkat.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Telaah literatur.

b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.

c. Menyusun intrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah

dibuat.

d. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah

dibuat.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

53

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah instrumen yang diujikan tersebut valid dan reliabel, maka

instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif, yang termasuk data hasil

kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya.

1. Validitas

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang

valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak

dukur. Agar data yang diperoleh valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika

hasilnya sesuai dengan kriteria. Ada dua validitas yaitu validitas konstruksi dan

validitas isi.

Validitas konstruksi dilakukan dengan meminta pertimbangan pakar

terhadap three-tier test. ada tiga pakar yang diminta untuk memberikan

pertimbangan. Satu orang pakar dari ahli materi gelombang optik, satu orang

dari ahli evaluasi, dan satu orang guru Fisika SMP. Ketiga pakar diminta untuk

memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal dengan aspek

pemahaman konsep dan indikator soal. Para pakar diminta untuk menuliskan

pertimbangannya dalam lembar judgement (Lampiran B.3). Tiap butir soal

diminta para pakar memberikan nilai 1 jika butir soal sesuai dengan aspek

pemahaman konsep atau sesuai dengan indikator soal, dan memberi nilai 0 jika

butir soal tidak sesuai dengan aspek pemahaman konsep atau indikator soal.

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

54

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Validitas isi yaitu dari data hasil uji coba intrumen. Teknik yang

digunakannya adalah teknik korelasi product momen yang dikemukakan oleh

Pearson. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar

(3.1)

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah siswa.

Tabel 3.1. Klasifikasi Validitasi Butir Soal Nilai rxy Kriteria

1,00 Sempurna

0,800-0,99 Sangat tinggi

0,600-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2010:75)

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan suatu

instrumen apabila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang

lain yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang

sama atau relatif sama (Arikunto, 2010: 90).

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

55

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti melalui langkah

membuat tabel analisis butir soal. Rumus yang digunakan adalah Alpha-

Cronbach.

(3.2)

dengan:

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir soal

Si² : jumlah varians skor setiap butir soal

St² : varians total

Nilai ini kemudian dibandingkan dengan tabel interpretasi

reliabilitas.

Tabel 3.2. Interpretasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Kriteria

0.80 – 1.00 Sangat tinggi

0.60 – 0.79 Tinggi

0.40 – 0.59 Sedang

0.200 – 0.39 Rendah

0.00 – 0.19 Sangat rendah

3. Daya pembeda

Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal

itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa

yang termasuk kelompok rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara

0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi:

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

56

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(3.3)

dengan

D : daya pembeda

BA : jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut

dengan benar

BB: jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Indeks atau koefisien daya pembeda berkisar antara +1,0 sampai -1,0.

Daya pembeda +1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab

dengan benar butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah

menjawab dengan salah butir soal itu. Sebaliknya, daya pembeda -1,0 artinya

bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan salah butir soal itu,

sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan benar butir soal

itu. Klasifikasi daya pembeda.

Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda Nilai D Kategori

0.00 Tidak mempunyai daya pembeda

1.00 Hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi

- (negatif) Tidak baik sekali atau kelompok rendah lebih banyak

menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

57

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai D Kategori

tinggi.

Kunci jawaban tidak ada atau menimbulkan pengertian ganda

< 0.20 Jelek (poor)

0.20 – 0.40 Cukup (satisfactory)

0.41 – 0.70 Baik (good)

0.70 > Baik sekali (exellent)

(Arikunto, 2010:218 )

4. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan

sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai

1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks

kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks

1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:

P =

(3.4)

(Arikunto, 2010:208)

Dengan

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.4. Interpretasi Indeks Taraf Kemudahan Nilai f Kriteria

0.00 – 0.25 Sukar

0.26 – 0.75 Sedang

0.76 – 1.00 Mudah

(Arikunto, 2010: 210)

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

58

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. TOLT untuk mengukur kemampuan berpikir logis

Tes TOLT terdiri dari 10 nomor. Untuk penskoran nomor 1-8 yaitu setiap

jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1; selain itu diberi 0. Khusus untuk

nomor 9 dan 10 yaitu skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0

untuk jawaban yang tidak lengkap (Hapsari, 2009: 51). Hasil skor total TOLT

dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria:

a. Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir

konkret.

b. Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir

transisi.

c. Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir

formal. (Valanides, 1997: 174).

6. Tes pemahaman konsep bentuk three-tier test

Pada awalnya, three-tier test pemantulan cahaya terdiri dari 22 soal,

setelah di judgement dan direvisi, berdasarkan masukan dari pakar, diperoleh

15 butir soal yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini. Three-tier test

pemantulan cahaya berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu

pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban

sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab

tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat ketiga

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

59

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua

(two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin atau tidak yakin.

Three-tier test digunakan peneliti untuk mengukur pemahaman konsep

siswa pada materi pemantulan cahaya. Pemahaman konsep siswa diperoleh dari

hasil rata-rata persentase jumlah jawaban siswa yang dapat menjawab soal

three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman, 2010: 39-40) yaitu:

a. Skor A. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban

salah pada tingkat satu.

b. Skor B. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan

tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi

skor 0.

c. Skor C. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan

yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0.

d. Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada

tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0.

Salah satu keuntungan three-tier test yaitu dapat mengkategorikan false

negatif dan false positif berdasarkan hasil skor B. False negatif yaitu jawaban

salah pada tingkat pertama dan jawaban benar pada tingkat kedua. False positif

yaitu jawaban benar pada tingkat pertama dan jawaban salah pada tingkat

kedua. Pada Tabel 3.5 merupakan kategori jawaban berdasarkan hasil skor B.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

60

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.5. Kategori Jawaban Hanya Berdasarkan Skor B

Nomor Tingkat satu Tingkat dua Kategori

1. Benar (1) Salah (0) False positif

2. Salah (0) Benar (1) False negatif

Selain itu, kelebihan three-tier test yaitu hasil penskoran three-tier test

dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep (lack of

knowledge), miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.6 merupakan kriteria dari

hasil skor three-tier test.

Tabel 3.6 Kategori Analisis Tingkat Berdasarkan Skor A, Skor B, dan

Skor C

Analisis

tingkat

Kategori Tipe jawaban

Tingkat

satu

Paham konsep 1.1 jawaban benar

Miskonsepsi 1.2 jawaban salah

Tingkat

dua

Paham konsep 2.1 jawaban benar+ alasan benar

Error 2.2 jawaban salah+alasan benar

2.3.1 jawaban benar+ alasan salah

2.3.2 jawaban salah+alasan salah

Tingkat

tiga

Paham konsep 3.1 jawaban benar+ alasan benar+ yakin

Tidak paham

konsep (lack of

knowledge)

3.2.1 jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin

3.2.2 jawaban salah+alasan benar+tidak yakin

3.2.3 jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin

3.2.4 jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin

Error 3.3 jawaban salah+alasan benar+yakin

Miskonsepsi 3.4.1 jawaban benar+alasan salah+yakin

3.4.2 jawaban salah+alasan salah+yakin

(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)

Namun, penulis mengkategorikannya hanya berdasarkan hasil analisis

skor C yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

61

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.7. Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Hasil Skor C

Kategori Tingkat satu Tingkat dua Tingkat tiga

Paham konsep Benar Benar Yakin

Tidak paham konsep (lack of

knowledge)

Benar Benar Tidak Yakin

Benar Salah Tidak Yakin

Salah Benar Tidak Yakin

Salah Salah Tidak Yakin

Error Salah Benar Yakin

Miskonsepsi Benar Salah Yakin

Salah Salah Yakin

(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)

G. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Hasil uji coba TOLT modifikasi

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu

SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas 0,81 dengan kriteria

tinggi dan validitasnya yaitu 0,69 dengan kriteria tinggi.

Tabel. 3.8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal TOLT modifikasi

Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan

Butir

soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan

Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket

1. 0,61 Baik 0,55 Sedang 0,71 Tinggi Digunakan 2. 0,44 Baik 0,40 Sedang 0,70 Tinggi Digunakan 3. 0,5 Baik 0,50 Sedang 0,71 Tinggi Digunakan 4. 0,28 Cukup 0,50 Sedang 0,83 Sangat tinggi Digunakan 5. 0,11 Rendah 0,45 Sedang 0,37 Rendah Digunakan 6. 0,28 Cukup 0,20 Sukar 0,54 Cukup Digunakan 7. 0,61 Baik 0,60 Sedang 0,55 Cukup Digunakan 8. 0,17 Rendah 0,15 Sangat

sukar 0,37 Rendah Digunakan

9. 0,11 Rendah 0,95 Sangat mudah

0,16 Sangat rendah Digunakan

10. 0,06 rendah 0,85 mudah 0,19 Sangat rendah Digunakan

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

62

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Hasil uji coba two-tier test

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu

SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67 dengan

kriteria sedang. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep berupa two-

tier test dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel. 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Two-tier test Hasil Uji

Coba Secara Keseluruhan Butir

soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan

Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket

1. 0,60 Baik 0,40 Sedang 0,597 Tinggi Digunakan

2. 0,40 Cukup 0,80 Mudah 0,409 Cukup Digunakan

3. -0,10 Kelompok

rendah lebih

banyak

menjawab

benar

0,05 Sangat

sukar

-0,036 Sangat

Rendah

Direvisi

4. -0,30 Kelompok

rendah lebih

banyak

menjawab

benar

0,75 Mudah -0,335 Sangat

Rendah

Direvisi

5. -0,10 Kelompok

rendah lebih

banyak

menjawab

benar

0,05 Sangat

sukar

-0,068 Sangat

Rendah

Direvisi

6. 0,70 Baik 0,65 Sedang 0,592 Tinggi Digunakan

7. 0,40 Cukup 0,40 Sedang 0,298 Rendah Digunakan

8. 0,70 Baik 0,65 Sedang 0,565 Tinggi Digunakan

9. 0,80 Baik sekali 0,40 Sedang 0,544 Tinggi Digunakan

10. 0,80 Baik sekali 0,40 Sedang 0,656 Tinggi Digunakan

11. -0,20 Kelompok

rendah lebih

banyak

menjawab

benar

0,10 Sangat

sukar

-0,085 Sangat

Rendah

Direvisi

12. 0,30 Cukup 0,25 Sukar 0,236 Rendah Digunakan

13. 0,50 Baik 0,65 Sedang 0,468 Cukup Digunakan

14. 0,00 Jelek 0,30 Sukar 0,024 Sangat

Rendah

Digunakan

15. 0,40 Cukup 0,70 Sedang 0,389 Rendah Digunakan

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

63

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk nomor soal 3, 4,5, dan 11 tetap dipakai pada penelitian, karena ditinjau dari

validitas konstruksi valid, maka tetap dipakai. Validitas two-tier test pemantulan cahaya

dari penjudgement seperti ditunjukkan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Hasil Rekapitulasi Judgement Soal Two-Tier Test Pemantulan

Cahaya dari Ahli

Aspek

pemaha-

man

konsep

Indikator soal

Bu-

tir

soal

Jawa-

ban

Penilaian Nilai

Vali-

ditas

kons-

truksi

Keputu

-san Sesuai dengan

aspek

pemahaman

konsep

Sesuai

dengan

indikator

soal

I II III I II III

Menafsir-

kan

Memilih hasil bayangan

pada cermin datar

1 1.1 c

1.2 2

0 1 1 0 1 1 0,629 Valid

Menafsir-

kan

Menafsirkan sinar istimewa

pada cermin cembung

2 2.1 b

2.2 1

1 1 1 1 1 1 1 Valid

Menafsir-

kan

Menggambarkan bayangan

pada cermin cekung

3 3.1 b

3.2 3

1 1 1 1 1 1 1 Valid

Mengkla-

sifikasi

Mengelompokkan benda

yang tembus cahaya

4 4.1 c

4.2 1

0 1 1 0 1 1 0,629 Valid

Mengkla-

sifikasi

Mengelompokkan cermin

cembung dari gambar

5 5.1 d

5.2 3

0 1 1 0 1 1 0,629 Valid

Mencon-

tohkan

Mengilustrasikan proses

pemantulan cahaya pada

bidang datar ke dalam

bentuk tiga dimensi

6 6.1 c

6.2 1

1 1 1 1 1 1 1 Valid

Menjelas-

kan

Menjelaskan karakteristik

pemantulan baur dan

teratur

7 7.1 a

7.2 2

1 1 1 1 1 1 1 Valid

Memban-

dingkan

Membandingkan tinggi

benda dengan tinggi

bayangan pada cermin

datar

8 8.1 c

8.2 4

1 0 1 1 0 1 0,359 Valid

Memban-

dingkan

Membandingkan

perbesaran bayangan pada

cermin cembung

9 9.1 b

9.2 1

1 1 1 1 1 1 1 Valid

Menyim-

pulkan

Menyimpulkan sifat

bayangann pada cermin

cekung

10 10.1 c

10.2 2

1 1 1 1 1 1 1 Valid

Menyim-

pulkan

Meramalkan letak benda

pada cermin cekung

11 11.1 c

11.2 1

1 0 1 1 1 1 0,359 Valid

Menjelas-

kan

Menjelaskan pemanfaatan

cermin cembung dalam

kehidupan sehari-hari

12 12.1 d

12.2 2

1 1 1 1 1 1 1

Valid

Menjelas-

kan

Menjelaskan letak benda

agar diperoleh sifat

bayangan tertentu

13 13.1 c

13.2 3

1 0 1 1 0 1 0,359 Valid

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_0809658_chapter3.pdf · Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas

64

Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan : I, II, dan III yaitu penjudgement.

Catatan :

Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan aspek pemahaman konsep, maka

diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0.

Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan indikator soal, maka diberi skor 1

dan jika tidak sesuai diberi skor 0.

Dengan n = 37 orang, maka validitas kritisnya yaitu 0,325 (Sugiyono, 2011:455).

Jika validitas konstruksi lebih besar daripada validitas kritis maka soal tersebut valid

dan dipakai.

Aspek

pemaha-

man

konsep

Indikator soal

Bu-

tir

soal

Jawa-

ban

Penilaian Nilai

Vali-

ditas

kons-

truksi

Keputu

-san Sesuai dengan

aspek

pemahaman

konsep

Sesuai dengan

indikator soal

I II III I II III

Menafsir-

kan

Menafsirkan sinar istimewa

pada cermin cembung

14 14.1 d

14.2 2

1 1 1 1 1 1 1 Valid

Mencon-

tohkan

Mengilustrasikan grafik

antara jarak benda terhadap

jarak bayangan

15 15.1 d

15.2 3

1 1 1 1 1 1 1 Valid