Upload
lamngoc
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Distraksi Imajinasi Terbimbing
2.1.1 Pengertian Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing
Distraksi imajinasi terbimbing adalah metode relaksasi untuk
mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa
relaksasi yang menyenangkan khayalan tersebut memungkinkan klien
memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi (Kaplan & Sondack,
2010) imajinasi terbimbing mengunakan imajinasi seseorang dalam
suatu yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif
tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010). Imajinasi bersifat
individu dimana individu menciptakan gambaran mental dirinya
sendiri atau bersifat terbimbing.
Banyak teknik imajinasi melibatkan visual tapi teknik ini juga
mengunakan indera pendengaran, pengecap dan penciuman (Potter &
Perry, 2010). Imajinasi terbimbing mempunyai elemen yang secara
umum sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien kearah
relaksasi, imajinasi terbimbing menekankan bahwa klien
membayangkan hal-hal yang nyman dan menenang. Pengunaan
imajinasi terbimbing tidak dapat memfokuskan perhatian pada banyak
hal dalam satu waktu oleh karna itu klien harus membayangkan satu
9
imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan (Brannon & Fiest,
2006).
2.1.2 Tujuan Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing
Tujuan teknik imajinasi terbimbing yaitu menimbulkan respon
psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi imun serta
menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis yang berpengaruh terhadap
nyeri (Potter & Perry, 2009). Menurut Smeltzer & Bare (2010)
manfaat dari imajinasi terbimbing yaitu sebagai intervensi prilaku
untuk mengatasi kecemasan, stress dan nyeri. Imajinasi terbimbing
dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologis
seperti menurunkan tekanan darah, nadi dan respirasi. Hal ini karena
teknik imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi sistem saraf
parasimpatis.
Menurut Snyder (2006), distraksi imajinasi terbimbing telah menjadi
terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan memberikan relaksasi
pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk mengurangi nyeri
kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur,
mencegah reaksi alergi dan menurunkan tekanan darah.
Distraksi imajinasi terbimbing dapat membangkitkan perubahan
neurohormonal dalam tubuh yang menyerupai perubahan yang terjadi
ketika sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi (Hart, 2008). Hal ini
bertujuan untuk membangkitkan keadaan relaksasi psikologis dan
10
fisiologis untuk meningkatkan perubahan yang menyebutkan ke
seluruh tubuh. Distraksi imajinasi terbimbing dapat berfungsi sebagai
pengalih perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian
dapat mengurangi respon nyeri (Jacobson, 2006).
2.1.3 Prosedur Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing
Menurut Hart (2008), jika seseorang membayangkan suatu hal negatif
atau menakutkan dapat meningkatkan rasa sakit atau kecemasan maka
hal tersebut dapat dinetralkan dengan pikiran positif atau
menenangkan. Fikiran dapat dilatih untuk berfokus pada imajinasi
penyembuhan. Jika imajinasi menakutkan atau negatif memiliki
kemampuan untuk meningkatkan rasa sakit dan gejala lain yang tidak
diinginkan. Maka imajinasi positif atau menenangkan dapat
mengurangi gejala sakit (Hart, 2008).
Menurut Snyder (2006) teknik distraksi imajinasi terbimbing secara
umum adalah :
a. Membuat individu dalam keadaan santai yaitu dengan cara :
1) Mengatur posisi yang nyaman (duduk atau berbaring).
2) Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau
suatu benda didalam ruangan.
3) Fokus pada pernafasan otot perut, menarik nafas dalam dan
pelan, nafas berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama
11
dan tetap fokus pada pernafasan dan tetapkan pikiran bahwa
tubuh semakin santai dan lebih santai.
4) Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung
kepala sampai ujung kaki.
5) Jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernafasan dalam dan
pelan.
b. Sugesti khusus untuk imajinasi yaitu:
1) Pikirkan bahwa seolah-olah pergi ke suatu tempat yang
menyenangkan dan merasa senang ditempat tersebut.
2) Sebutkan apa yang bisa dilihat, dengar, cium dan apa yang
dirasakan.
3) Ambil nafas panjang beberapa kali dan nikmati berada di
tempat tersebut.
4) Sekarang, bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan
(uraikan sesuai tujuan yang akan dicapai/ diinginkan).
c. Berikan kesimpulan dan perkuat hasil praktek yaitu:
1) Mengigat bahwa anda dapat kembali ketempat ini, perasaan ini,
cara ini kapan saja anda inginkan
2) Anda bisa seperti ini lagi dengan berfokus pada pernafasan
anda, santai dan membayangkan diri anda berada pada tempat
yang anda senangi.
d. Kembali ke keadaan semula yaitu:
1) Ketika anda telah siap kembali ke ruang dimana anda berada
2) Anda merasa segar dan siap untuk melanjutkan kegiatan anda
12
3) Anda dapat membuka mata anda dan ceritakan pengalaman
anda ketika anda telah siap (Snyder, 2006).
Asmadi (2008) juga menjelaskan tentang teknik dalam melakukan
teknik distraksi imajinasi terbimbing yaitu mengatur posisi yang
nyaman pada klien, minta klien untuk tetap berfokus pada
bayangan yang menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.
Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan distraksi imajinasi
terbimbing pada orang dewasa dan remaja biasanya 10 - 30 menit.
2.1.4 Pelaksanaan Distraksi Imajinasi Terbimbing
a. Atur posisi yang nyaman, kendurkan pakaian yang terlalu ketat dan
lemaskan otot-otot.
b. Bayangkan hal-hal yang menyenangkan, taman yang indah
terpelihara, bayangkan bahwa dirimu sedang ada di tengah taman
tersebut sambil duduk dengan rileks dan nyaman.
c. Lihat disekelilingmu dan bayangkan keindahan taman, bunga-
bunga yang mekar, daun-daun yang berjatuhan dari rating pohon
dan keindahan bunga bougenvile dengan berwarna-warni.
d. Rasakan kehangatan angin yang berhembus dan dedaunan yang
berguguran.
e. Bayangkan sekarang anda sedang turun dari kursi dan berjalan
menuju pohon mawar merah yang sedang merekah, lihat perlahan-
lahan, bunga tersebut dan hirup lebih dalam wangi bunga tersebut
dan nikmati kesegaran dan wangi bunga tersebut.
13
f. Ingat akan bunga yang indah itu dan rasakan wangi bunga tersebut
dengan menarik napas lebih dalam dengan wangi bunga yang
menyenangkan tersebut.
g. Bayangkan keindahan bunga mawar tersebut berada dilingkungan
taman anda saat ini.
h. Rasakan kedamaian di tempat tersebut. Dan rasakan ketenangan
fikiran serta kesegaran badan.
i. Katakan salam perpisahan pada alam hayal ini dan siapkan diri
anda untuk kembali kealam nyata sebenarnya, dan fokuskan pada
keadaan sekarang ini.
2.1.5 Langkah melakukan teknik distraksi imajinasi terbimbing
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menjelaskan prosedur : tujuan, posisi, wktu dan peran perawat
sebagai pembimbing
c. Menganjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien.
d. Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu
e. Melakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien
f. Memiinta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan
atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indera
dengan suara yang lebut.
g. Ketika klien rileks, berfokus pada bayangannya dan saat itu
perawat tidak perlu bicara lagi.
14
h. Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak
nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi
ketika klien siap.
i. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh, setelah 15 menit,
perhatikan tubuh klien, lalu catat daerah yang tegang dan daerah ini
akan digantikan dengan relaksai. Biasanya klien rileks setelah
menurup mata atau mendengarkan musik yang lembut sebagai
background yang membantu.
j. Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk
digunakan informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak
membuat perubahan peryataan klien
2.1.6 Evaluasi Efektifitas Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing
Distraksi imajinasi terbimbing yang mencakup memfokuskan
perhatian seseorang pada suatu selain nyeri, dapat menjadi strategi
yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang
bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi
imajinasi terbimbing sangat baik dilakukan sebelum timbul nyeri atau
segera timbul nyeri. Distraksi imajinasi terbimbing tidak dapat dipakai
terus menerus untuk periode lama karena dapat menyebabkan
peningkatan fatigue dan nyeri secara bersamaan.
15
Distraksi imajinasi terbimbing dapat menurunkan persepsi nyeri
dengan menstimulus sistem control desenden, yang mengakibatkan
lebih sedikit stimulus nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan
distraksi imajinasi terbimbing tergantung pada kemampuan pasien
untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.
Peredaan nyeri secara umum dapat meningkatkan dalam hubungan
langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas
sensori yang dipakai dan minat individu dalam stimulus, karenanya
stimulus penglihatan, pendengaran dan sentuhan akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri disbanding stimulus satu indera saja.
(Asmadi, 2008).
Pengunaan teknik distraksi imajinasi terbimbing apabila disertai
dengan kunjungan dari keluarga dan teman-teman akan sangat efektif
dalam meredakan nyeri. Efektifitas distraksi imajinasi terbimbing pada
masing-masing orang akan berbeda-beda. Bagi beberapa orang,
melihat film layar lebar dengan “surround sound” atau melalui head-
phone dapat efektif (berikan yang dapat diterima oleh pasien). Orang
lain mungkin akan mendapat perbedaan melalui permainan atau
aktivitas (misalnya catur) yang membutuhkan kosentrasi. Tidak semua
pasien mencapai perbedaan melalui imajinasi terbimbing, terutama
mereka yang mengalami nyeri hebat. Dengan nyeri yang hebat, pasien
mungkin tidak dapat berkonsentrasi cukup baik untuk ikut serta dalam
aktivitas mental atau fisik yang kompleks. Distraksi dengan musik pop
16
biasanya tidak menciptakan tingkat perbedaan nyeri yang dalam
karena musik pop biasanya singkat dan diiringi irama dan kata-kata
yang tepat.
2.2 Nyeri Pada Dewasa
2.2.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah persepsi dalam kondisi sadar yang di hasilkan oleh stress
lingkungan nosiseptor, sering kali disebut sebagai reseptor nyeri,
merupakan ujung syaraf bebas yang diaktivasi oleh stimulus yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Tranmisi neuronal dari
nosiseptor berlebihan dan diatur hanya sebagian kecil yang tersaring
sebelum mencapai korteks somatosensory (Carroll, 2014).
International Association for the Study of pain (IASP) memberikan
definisi medis nyeri yang sudah diterima sebagai “pengalaman sensori
dan emosional yang menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan, aktual ataupun potensial, atau digambarkan sebagai
kerusakan yang sama”.
Margo McCaffery (2014), salah seorang penggagas dalam
keperawatan nyeri, mendefinisikan nyeri sebagai “segala sesuatu yang
dikatakan oleh individu yang merasakan nyeri ada nada ketika individu
tersebut mengatakan ada”. Oleh karena nyeri merupakan hal yang
subyektif, satu-satunya individu yang dapat dengan akurat
17
mendefinisikan nyeri mereka adalah mereka yang mengalami nyeri
tersebut, nyeri adalah nyata walaupun penyebabnya belum bisa
dipastikan.
2.2.2 Teori Nyeri
Teori nyeri yang diterima pada saat ini salah satunya adalah teori Gate
Control. Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantarkan sepanjang syaraf
sensori menuju ke otak dan hanya sejumlah sensasi atau pesan tertentu
dapat dihantar melalui jalur saraf ini pada saat bersamaan (Mander,
2006). Teori Gade Control menyatakan bahwa sinaps pada akar dorsal
yang dikenal sebagai substansi galatinosa berperan sebagai gerbang
yang dapat meningkatkan atau menurunkan rangsangan nyeri pada
saraf perifer ke otak. Gerbang ini terbuka atau tertutup tergantung
input dari serabut saraf besar dan kecil. Peningkatan serabut syaraf
kecil akan membuka gerbang dan menyebabkan sensasi nyeri sampai
ke otak. Sedangkan peningkatan aktifitas serabut saraf besar akan
menutup pintu gerbang sehingga sensasi nyeri tidak sampai ke otak
(Guyton, 2008).
Serabut serat A-Beta berdiameter terbesar dan berespon secara
maksimal pada sentuhan ringan dan atau rangsangan pergerakan,
merupakan serat saraf spinalis bermielin dengan ambang tinggi dan
berkecepatan antara 30 - 90 meter perdetik dalam menghantarkan
impuls sedangkan serabut serat A-Delta merupakan serat saraf spinalis
18
bermielin dan berdiameter kecil yang menghantarkan impuls pada
kecepatan rendah yaitu antar 6-30 meter perdetik sedangkan serabut
saraf C yang tidak bermielin memiliki kecepatan konduksi 0,5 - 20
meter perdetik (Guyton, 2008).
Serabut saraf A-Delta dan C berespons secara maksimal terhadap
nyeri. Pada mekanisme tiori ini, serabut saraf A-Beta yang
menyampaikan sensasi sentuhan akan melewati mekanisme gerbang.
Ketika diaktifkan, serabut saraf ini akan berlomba dengan serabut saraf
A-Delta sehingga meblok impuls nyeri, bila gerbang tertutup impuls
nyeri terhambat, bila gerbang terbuka sebagian, beberapa impuls nyeri
dapat masuk bila gerbang terbuka maka nyeri akan dirasakan (Kozier,
2008).
2.2.3 Klasifikasi Nyeri
a. Berdasarkan Sumber Nyeri
Sumber nyeri biasanya berasal dari mana saja yaitu kulit, ligament,
otot dan lain-lain. Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan
atas :
1) Cutaneus/superfisial
Cutaneus/superfisial adalah nyeri yang mengenai kulit/jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakat). Contoh :
terkena ujung pisau atau gunting.
2) Deep Somatic/nyeri dalam
19
Deep Somatic/nyeri dalam adalah nyeri yang muncul dari
ligament pembuluh darah, tendon dan saraf. Nyeri menyebar
dan lebih lama dari pada cutaneus. Contoh: sprain sendi.
3) Visceral (pada organ dalam)
Visceral (pada organ dalam) adalah stimulasi reseptor nyeri
dalam rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi
karena spasme otot, iskemia dan regangan jaringan (Tamsuri,
2007).
b. Berdasarkan penyebab nyeri
Nyeri yang dialami oleh pasien dapat disebabkan hal-hal tertentu,
oleh karena itu berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibedakan
atas 2 kategori, yaitu :
1) Fisik
Penyebab nyeri secara fisik adalah merupakan nyeri yang
berasal dari bagian tubuh seseorang dan ini terjadi karena
stimulus fisik serta nyeri ini dapat dilihat secara langsung dari
morfologi tubuh yang berubah. Contoh : fraktur femur.
2) Psycogemik
Nyeri psycogemik terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak
didasari. Contoh : orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa
nyeri pada dadanya. Biasanya nyeri terjadi karena pemaduan 2
sebab tersebut (Tamsuri, 2007).
20
c. Berdasarkan lama/ durasi/ Nyeri
Lama/durasi nyeri yang dialami oleh pasien sangat beraneka
ragam, hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas dari penderita
nyeri tersebu. Untuk itulah maka perlu diambil tindakan secepat
mungkin untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri. Sedangkan
berdasarkan lamanya nyeri tersebut dapat dibedakan atas :
1) Nyeri akut
Nyeri akut disebabkan oleh aktivasi nosiseptor, biasanya
berlangsung dalam waktu yang singkat (kurang dari 6 bulan)
dan memiliki onset yang tiba-tiba, seperti nyeri insisi setelah
operasi. Nyeri akut mungkin disertai respon fisik yang dapat di
observasi seperti :
a) Peningkatan atau penurunan tekanan darah.
b) Takikardi
c) Diaforosis
d) Takipnea
e) Fokus pada nyeri
f) Melindungi bagian tubuh yang nyeri
Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi
medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila
nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif
untuk menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius
mengancam proses penyembuhan pasien, untuk itu harus
21
menjadi prioritas perawatan (Purwandari, 2008). Adapun
batasan karakterisriknya :
a) Subjektif
Komunikasi (verbal ataupun penggunaan kode) tentang
nyeri dideskrifsikan, perubahan tonus otot, perubahan
tekanan darah, perubahan nadi, perubahan respirasi,
diaphoresis, perilaku distraksi, perilaku berlebihan, muka
topeng, fokus menyempit, melaporkan adanya nyeri,
perilaku melindungi, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri,
serta gangguan tidur (Purwandi, 2008).
b) Objektif
Perilaku sangat berhati-hati, memusatkan diri, fokus
perhatian rendah (perubahan persepsi waktu, menarik diri
dan hubungan sosial, gangguan proses pikir), perilaku
distraksi (mengerang, menangis, dan lain-lain), raut wajah
kesakitan (wajah kutu, meringis), perubahan tonus otot,
respon autonomi seperti diaporosis, perubahan tekanan
darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan
frekuensi pernafasan (Purwandari, 2008).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang sesuatu periode tertentu, berlangsung lama,
intensitas bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari enam
22
bulan (atau 1 bulan lebih dari normal di masa-masa akhir
kondisi yang menyebabkan nyeri) dan tidak diketahui kapan
akan berakhir kecuali jika terjadi penyembuhan lambat, seperti
pada luka bakar. Nyeri kronis dapat dimulai sebagai nyeri akut
atau penyebabnya dapat sangat tersembunyi sehingga individu
tidak mengetahui kapan nyeri tersebut pertama kali muncul.
Lamanya nyeri kronis dihitung didasarkan dalam hitungan
bulan atau tahun, bukan menit atau jam.
Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin mengalami nyeri
yang lokal atau menyebar serta terasa ketika disentuh, beberapa
terasa nyeri di titik yang dapat diprediksi, namun hanya disertai
sedikit temuan fisik. Mereka biasanya mengeluh perasaan
kelemahan, gangguan tidur dan keterbatasan fungsi (Sikosrski
& Baker, 2014).
Karakteristik nyeri kronis terbagi dalam dua golongan yakni
mayor (harus terdapat) diberikan dengan individu bahwa nyeri
telah ada dari 6 bulan dan minor (mungkin terdapat) dicirikan
dengan ketidak nyamanan, marah, frustasi, depresi karna
situasi, raut wajah kesasikan, anoreksia, penurunan berat badan,
insomnia, gerakan yang sangat berhati-hati, spasme otot,
kemerahan, bengkak, panas, perubahan warna pada area
terganggu, ubnormalitas refleksi. Perubahan nyeri akut dengan
23
nyeri kronis dapat dilihat pada tabel 2.1 perbedaan nyeri akut
dan nyeri kronis :
Tabel 2.1
Perubahan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Nyeri akut Nyeri kronis
- Lamanya dalam hitungan
menit
- Ditandai peningkatan BP,
nadi, dan respirasi
- Respon pasien : fokus pada
nyeri, menyatakan nyeri,
menangis, dan mengerang
- Tingkah laku menggosok
bagian yang nyeri.
- Lamanya sampai hitungan
bulan atau > 6 bulan
- Fungsi fisiologis bersifat
normal
- Tidak ada keluhan nyeri
- Tidak ada aktifitas fisik
sebagai respon terhadap
nyeri
(Purwandari, 2008. Tabel Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis).
d. Berdasarkan lokasi / letak
Berdasarkan lokasi/letak terjadinya, nyeri dapat dikategorikan atas:
1) Radiating pain merupakan nyeri yang diakibatkan oleh efek
radioaktif pada bagian tubuh yang terkena paparannya.
2) Cardiac pain yakni nyeri menyebar dari sumber nyeri
kejaringan didekatnya.
24
3) Reffered pain yakni nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu
yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.
4) Interactable pain yakni nyeri yang sangat susah dihilangkan
(contoh : nyeri kanker maligna).
5) Phantom pain yakni sensasi nyeri yang dirasakan pada bagian
tubuh yang hilang (contoh : bagian tubuh diamputasi) atau
bagian tubuh karena injury medula spinalis.
2.2.4 Sumber Nyeri
Terdapat beberapa metode untuk mengkalisifikasi nyeri, salah satunya
adalah mengkasifikasikan berdasarkan etiologi, baik nyeri nosiseptif
ataupun neuropati. Nyeri nosiseptif disebabkan aktivitas reseptor nyeri
yang berlangsung di salah satu bagian permukaan atau di dalam
jaringan pada tubuh. Terdapat tiga sumber untuk nyeri jenis ini.
Pengalaman nyeri seseorang bergantung pada sumber stimulasi
menyakitkan. Oleh karna itu, pengetahuan mengenai hal ini akan
membantu memahami karakteristik tipikal dari masing-masing sumber
nyeri. Nyeri neuropati disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel saraf
atau perubahan dalam proses informasi nyeri melalui medulla spinalis:
a. Nyeri kutaneus (superfisial)
Nyeri kutaneus dapat dikarakteristik kan sebagai onset yang tiba-
tiba dengan kualitas yang tajam atau menyengat atau onset yang
berlangsung perlahan dengan kualitas seperti sensasi terbakar.
25
b. Nyeri somatik
Nyeri somatik berawal dari ligament, tendon, tulang, pembuluh
darah, dan saraf. Nyeri ini dideteksi oleh nosiseptor somatik,
namun reseptor ini bersifat langka sehingga nyeri terasa tumpul
dan sulit dilokasikan.
c. Nyeri viseral
Viseral berasal dari visera tubuh atau organ. Nosiseptor visera
terletak didalam organ tubuh dan celah bagian dalam. Nyeri yang
biasanya lebih menyakitkan dan berlangsung lebih lama dari nyeri
somatik.
d. Nyeri menjalar
Sensasi nyeri menjalar ini terasa intens dan bisa terdapat sedikit
atau bahkan tidak ada sama sekali nyeri pada titik tempat stimulus
berbahaya ini. Contoh, iskemia miokardium biasanya tidak
dirasakan sebagai nyeri pada jantung, namun sering di rasa sebagai
nyeri di bagian lengan kiri, bahu atau bahkan rahang.
e. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik disebakan oleh kerusakan atau cedera pada serat
saraf di perifer atau kerusakan di SSP. Oleh karena itu nyeri terasa
kebas, terbakar atau tertusuk (seperti terkena jarum) dan sengatan
listrik.
f. Breakthorough pain
Breakthorough pain didefinisikan sebagai peningkatan nyeri
sementara dengan intensitas sedang hingga berat yang terjadi pada
26
kondisi individu yang mengalami nyeri persisten dengan intensitas
ringan ke sedang yang sudah berhasil di kontrol.
g. Nyeri psikogenik
Nyeri psikogenik tidak di sebabkan oleh nosisepsi, namun oleh
faktor psikologis. Beberapa masalah mental, ataupun emosional
dapat menyebabkan, memperburuk atau memperlama nyeri.
2.2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
a. Persepsi nyeri
Faktor-faktor ini dalam mempengaruhi persepsi nyeri: kecemasan,
pengalaman, perhatian, harapan dan arti di balik situasi pada saat
terjadi cedera.
b. Faktor sosial budaya
Ras, budaya, dan etnik merupakan faktor penting dalam respons
individu terhadap nyeri faktor-faktor ini mempengaruhi seluruh
respons sensori, termasuk respon terhadap nyeri.
c. Usia
Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Terdapat
beberapa variasi dalam batas nyeri yang di kaitkan dengan
kronologis usia, namun tidak ada bukti terkini yang berkembang
secara jelas. Individu dewasa mungkin tidak melaporkan adanya
nyeri karna takut bahwa hal tersebut mengindikasikan diagnosis
yang buruk. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka mengagap nyeri adalah hal yang harus di jalani dan
27
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika
nyeri di periksa.
d. Jenis kelamin
Mengumpamakan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri.
e. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang mempengaruhi respons meraka terhadap
nyeri. Jika penyebab nyeri diketahui, individu mungkin dapat
menginteprestasikan arti nyeri dan bereaksi lebih baik terkait
dengan pengalaman tersebut.
f. Ansietas
Tingkat kecemasan yang dialami klien juga mungkin
mempengaruhi respons terhadap nyeri. Ansietas meningkatkan
persepsi nyeri. Cemas sering kali di kaitkan dengan pengertian atas
nyeri.
g. Pengalaman sebelumnya mengenai nyeri
Seorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau dan
saat ini nyeri yang sama timbul, maka akan lebih mudah mengatasi
nyerinya, mudah tidaknya mengatasi nyeri tergantung pengalaman
di masa lalu.
h. Pola koping
Pola koping adaftif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri
dan sebaliknya pola maladaptif akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri.
28
i. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan dan perlindungan. Dengan cara pemberian pemahaman
tentang apa yang akan dialami dan kesembuhan yang akan di
peroleh setelah menjalani pengobatan.
2.2.6 Pengukuran Intesitas Nyeri
Menurut Perry & Potter (2005) nyeri tidak dapat di ukur secara
objektif misalnya dengan X-ray atau tes darah. Namun tipe nyeri dapat
diramalkan pada tanda dan gejalanya. Kadang-kadang perawat hanya
bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan perilaku
pasien. Pasien di minta untuk mengambarkan nyeri yang dialaminya
tersebut sebagai nyeri ringan, sedang atau berat. Bagaimana dari
makna nyeri tersebut berbeda antara pasien dan perawat. Misalnya,
pengukuran nyeri pada saat belum dilakukan terapi dan setelah
dilakukan terapi.
Gambaran sekala nyeri merupakan maknayang diukur. Gambaran
skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi
juga dalam mengevaluasi perubahan kondisi pada pasien (Potter &
Perry, 2005). Ada 3 cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa
digunakan, atara lain :
29
a. Visual analog scale (VAS)
Digunakan garis 10 cm batas antara daerah yang tidak sakit ke
sebelah kiri dan daerah batas yang paling sakit (Barker, 2014).
Tidak nyeri nyeri paling
hebat yang
penah
dirasakan
b. Verbal numerical rating scale (VNRS)
Sama dengan VAS hanya diberi scor 0 - 10 daerah yang
paling sakit dan kemudian diberikan skala (Barker, 2014).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c. Kategori sakit
Pada pengukuran nyeri dengan kategori sakit, nyeri terbagi
atas tidak sakit, ringan, moderat, sangat sakit, sakit sekali, dan sakit
yang tidak dapat di bayangkan.
(No worst pain) (mild possible) ( moderate pain servere pain) (very pain)
(wors pain imaginable)
30
2.2.7 Penatalaksanaan Nyeri Non-farmakologi
Banyak pasien dan anggota tim cenderung untuk memandang obat
sebagai salah satu metode untuk menghilangkan nyeri, namun begitu
banyak aktifitas keperawatan non-farmakologi yang membantu dalam
menghilangkan nyeri. Bentuk-bentuk pelaksanaan non-farmakologi
menurut (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Stimulasi dan Massage
Massage adalah stimulasi tubuh secara umum, sering di pusatkan
pada pinggang dan bahu.massage menstimulasi reseptor tidak
nyeri. Massage juga membantu pasien lebih nyaman karna
membuat relaksasi otot.
b. Terapi Es dan Panas
Terapi es dapat menurunkan prostagladin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan diarea
sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran
darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.
c. Stimulasi Syaraf Elektris Trankutan
TENS merupakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan
elektrode yang di pasang pada kulit untuk menghilangkan sensasi
kesemutan atau menggetar pada area nyeri. Mekanisme ini sesuai
dengan teori Gate Control di mana mekanisme ini akan menutup
transmisi ini akan menutup transmisi sinyal nyeri ke otak pada
daras asenden sistem syaraf pusat untuk menurunkan intensitas
nyeri.
31
d. Teknik Rileksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketergantungan dan stress yang mempu memberikan individu
kontrol ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri fisik dan emosi
pada pasien.
e. Imajinasi Terbimbing
Dilakukan dengan menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu
cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif
tertentu. Individu di instrusikan untuk membayangkan bahwa
dengan setiap nafas yang di hasilkan (dihembuskan) secara lambat
akan menurunkan ketegangan otot dan ketidaknyamanan
dikeluarkan.
f. Hipnosi
Efektif menurunkan nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin
membantu pereda nyeri terutama pada periode sulit.
32
C. Kerangka Teori
Pasien IGD yang datang
ke istalasi gawat darurat
dengan skala nyeri
1-3 nyeri ringan
4-6 nyeri sedang
7-10 nyeri berat
Teknik distraksi
imajinasi terbimbing
1. Perawat
membimbing
klien berimajinasi
2. Klien
memejamkan
mata
3. Klien
berimajinasi
terhadap hal-hal
yang di sukai
4. Klien
mencurahkan
perasaanya saat
distraksi
5. Perawat
menanyakan
kembali apa yang
klien
Distraksi imajinasi
terbimbing dapat
menurunkan
persepsi nyeri
dengan
menstimulus
sistem control
desenden, yang
mengakibatkan
lebih sedikit
stimulus nyeri yang
di transmisikan ke
otak
Notoatmojo (2012), Snyder (2006) Asmadi (2008)