21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien (Ina & Wahyu, 2010). Komunikasi terapeutik memberikan pengertian antara perawat dan klien dengan tujuan membantu klien memperjelas dan mengurangi beban pikiran serta diharapkan dapat menghilangkan kecemasan (Mulyani, 2008). 2) Manfaat Komunikasi Terapeutik Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien, mengidentifikasi dan mengungkap perasaan serta mengkaji masalah dan juga mengevaluasi tindakan yang dilakukan perawat, memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi, dan mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien (Indrawati, 2003). 3) Tujuan Komunikasi Terapeutik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.I. Komunikasi Terapeutik

1) Definisi

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien (Ina &

Wahyu, 2010).

Komunikasi terapeutik memberikan pengertian antara perawat dan klien

dengan tujuan membantu klien memperjelas dan mengurangi beban pikiran

serta diharapkan dapat menghilangkan kecemasan

(Mulyani, 2008).

2) Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan

kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien,

mengidentifikasi dan mengungkap perasaan serta mengkaji masalah dan juga

mengevaluasi tindakan yang dilakukan perawat, memberikan pengertian

tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi,

dan mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien

(Indrawati, 2003).

3) Tujuan Komunikasi Terapeutik

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk membantu pasien yaitu

mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang

efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik

dan diri sendiri (Indrawati, 2003).

Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk perkembangan klien (Stuart &

Sundeen) :

1. Kesadaran diri, penerimaan diri, penghargaan diri yang meningkat

2. Identitas diri jelas, peningkatan integritas diri

3. Membina hubungan interpersonal yang intim, interdependen, memberi dan

menerima dengan kasih sayang

4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang realistic.

4) Jenis Komunikasi Terapeutik

Jenis komunikasi terdiri dari verbal dan non verbal yang

dimanifestasikan secara terapeutik (Mubarak, 2009) :

1. Komunikasi verbal

Komunikasi yang menggunakan kata-kata mencakup komunikasi

bahasa terbanyak dan terpenting yang digunakan dalam berkomunikasi.

Hal ini disebabkan karena bahasa dapat mewakili kenyataan kongkrit.

Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan

tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi verbal yang efektif harus:

1) Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.

Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan,

siapa dan dimana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang

mengekspresikan ide secara sederhana.

2) Perbendaharaan kata (mudah dipahami)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu

menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan

dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh

perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti

petunjuk atau mempelajari informasi penting.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata

yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan

atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien

sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan

menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati

kematian.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan

keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan

yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan

kesan bahwa perawat sedang

menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak

berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu

digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu

kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.

Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa

yang akan dikatakan sebelum

mengucapkannya, menyimak isyarat

nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga

bisa menanyakan kepada pendengar jika ia berbicara terlalu lambat

atau terlalu cepat dan apakah perlu untuk diulang ?.

5) Waktu dan relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila

klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat,

tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara

akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu

untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih

bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan

kebutuhan klien.

6) Humor

Sullivandan Deane (1988) dalam Mubarak (2009) melaporkan

bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang

menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan

toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi

relaksasi pernafasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa

takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk

berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan

kata kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan

pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non

verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi

asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap

pesan verbal. Perawat yang mendeteksi suatu kondisi dan menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non verbal teramati pada:

1) Metakomunikasi

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada

hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi

adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan

antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan

sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

2) Penampilan personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang

diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul

dalam 20 detik sampai 4 menit pertama . Delapan puluh empat persen

dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya. Bentuk

fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status

sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Walaupun

penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat,

tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa

percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra

klien.

3) Intonasi (nada suara)

Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadaparti

pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung

mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya

ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk

menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi

oleh nada suara perawat.

4) Ekspresi wajah

Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama

yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik,

bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar

penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat

penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan

kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang

dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang

baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang

berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya

duduk sehingga perawat tidak tanpak dominan jika kontak mata dengan

klien dilakukan dalam keadaan sejajar.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

5) Sikap tubuh dan langkah

Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep diri

dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang

bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah

dapat dipengaruhi oleh faktor fisik

seperti rasa sakit.

6) Sentuhan

Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan

melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam

hubungan perawat dan klien, namun harus memperhatikan norma

sosial. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung

kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit

untuk menghindarkan sentuhan.

5) Ciri Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi

terapeutik (Arwani, 2003) :

a) Keikhlasan (genuiness)

Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang

dimiliki terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa

ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap

pasien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat.

b) Empati (emphaty)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Empati merupakan perasaan pemahaman dan penerimaan perawat

terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia

pribadi pada klien. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak

dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati

cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman di antara orang yang

terlibat komunikasi.

c) Kehangatan (warmth)

Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk

mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan

tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif,

dan tanpa adanya ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat

terhadap pasien. Sehingga pasien akan mengekspresikan perasaannya

secara lebih mendalam.

6) Prinsip komunikasi terapeutik

Prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers :

a) Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,

memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.

b) Komunikasi harus ditandai dengan sikap menerima, saling percaya dan

saling menghargai.

c) Perawat harus memahami,

menghayati nilai yang dianut oleh pasien.

d) Perawat harus menyadari pentingnyakebutuhan pasien baik fisik maupun

mental.

e) Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien

bebas berkembang tanpa rasa takut.

f) Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien

memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah

lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

g) Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk

mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan

maupun frustasi.

h) Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat

mempertahankan konsistensinya.

i) Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan

sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.

j) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan

terapeutik.

k) Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan

meyakinkan orang lain tentang kesehatan. Oleh karena itu, perawat perlu

mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya

hidup.

l) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu.

m) Mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.

n) Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil

keputusan berasarkan prinsip kesejahteraan manusia.

o) Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri

sendiri atau tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang

lain.

7) Tahapan komunikasi terapeutik

Tahapan dalam komunikasi terapeutik adalah (Damayanti, 2008) :

a) Fase preinteraksi

Pre interaksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan

klien.Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan

dengan klien.

b) Fase orientasi

Pada tahap orientasi, perawat dapat mengucapkan salam saat

menemui pasien, memperkenalkan dirinya, membuat kontrak awal

dengan pasien, menanyakan kabar pasien sebelum operasi, menunjukan

sikap siap membantu dan tidak memaksa pasien untuk bercerita

keadaannya pada perawat.

c) Kerja

Pada fase kerja perawat menggunakan komunikasi dua arah,

menanggapi keluhan pasien dengan serius, bersikap jujur kepada pasien,

menepati janji yang telah diberikan, menciptakan suasana lingkungan

yang nyaman sehingga mendukung terjadinya komunikasi yang efektif,

mengulang pertanyaan dengan lebih jelas jika pasien belum mengerti

tentang pertanyaan yang disampaikan perawat, jangan mendesak pasien

untuk segera menjawab pertanyaan yang diajukan, jangan memotong di

tengah-tengah pembicaraan pasien, dan jangan membandingkan dengan

pasien lain.

d) Fase terminasi

Perawat dapat mengucapkan salam perpisahan, membuat kontrak

untuk pertemuan berikutnya, memberikan pendidikan kesehatan post

operasi, mengevaluasi respon pasien terhadap komunikasi yang telah

disampaikan dan meninggalkan petunjuk cara menghubungi perawat.

e) Komunikasi pada masa operatif

1) Pre operatif

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

(a) Mempertahankan hubungan terapeutik untuk memungkinkan

klien mengungkapkan rasa takut, rasa cemas, dan khawatir

tentang operasi yang akan dijalani.

(b) Menggunakan sentuhan seperlunya untuk menunjukkan empati

dan kepedulian.

(c) Menggunakan kemampuan mendengar aktif untuk

mengidentifikasi dan memvalidasi respon verbal dan nonverbal

yang mengindikasikan ketakutan dan kecemasan.

(d) Mempersiapakan diri menjawab pertanyaan umum yang sering

disampaikan klien, misalnya “berapa lama operasi akan

berlangsung

2). Operatif

Komunikasi dilakukan sebagai upaya melakukan pengecekan

terhadap persiapan klien. Komunikasi ini juga dilakukan dengan

memberi dukungan pada klien guna mengurangi kecemasan.

3). Pasca operatif

Komunikasi pada fase ini dapat dilakukan segera setelah klien

berada diruang pemulihan. Komunikasi verbal mulai dilakukan

perawat meski klien belum sadar sepenuhnya.

I.2. Kecemasan

a. Definisi kecemasan

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai kenyataan,

kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan

kepribaadian normal (Hawari, 2008).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami

perasaan gelisah dan aktivasi sistem saraf autonom dalam merespon

ancaman yang tidak jelas. Kecemasan akibat terpejan pada peristiwa

traumatik yang dialami individu yang mengalami, menyaksikan atau

menghadapi satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan kematian

aktual atau ancaman kematian atau cidera serius atau ancaman fisik diri

sendiri (Doenges, 2006).

b. Tahapan Kecemasan

Kecemasan diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu, ringan, sedang,

berat dan panik. Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan

mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Kecemasan berbeda dengan rasa

takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan

merupakan masalah psikiatri yang paling sering terjadi, tahapan tingkat

kecemasan akan dijelaskan sebagai berikut (Stuart, 2007) :

1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan persepsi.

2) Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu

yang lebih terarah.

3) Kecemasan berat sangat mengurangi persepsi seseorang yang

cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal lain.

4) Tingkat panik (sangat berat) berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan.

c. Manifestasi kecemasan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

National Health Committee (1998) dalam Wangmuba (2009),

menyebutkan beberapa manifestasi kecemasan secara umum yang dapat

muncul berupa :

1) Respons fisik seperti sulit tidur, dada berdebar-debar, tubuh berkeringat

meskipun tidak gerah, tubuh panas atau dingin, sakit kepala, otot

tegang atau kaku, sakit perut atau sembelit, terengahengah atau sesak

nafas.

2) Respons perasaan seperti merasa diri berada dalam khayalan,

derealization, merasa tidak berdaya dan ketakutan pada sesuatu yang

akan terjadi.

3) Respons pikiran seperti mengira hal yang paling buruk akan terjadi dan

sering memikirkan bahaya.

4) Respons tingkah laku seperti menjauhi situasi yang menakutkan,

mudah terkejut, hyperventilation dan mengurangi rutinitas.

d. Faktor- faktor yang mempengaruhi respon kecemasan.

1) Faktor Prepitasi

Ada dua faktor presipitasi yangmempengaruhi kecemasan menurut

Stuart (2007) dan Tomb (2004), yaitu :

a) Faktor eksternal

(1) Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau

gangguan terhadap terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma

fisik, pembedahan yang akan dilakukan).

(2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri,

harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan

status atau peran.

b) Faktor internal

(1) Potensi stressor

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.

(2) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar

mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang

matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap

kecemasan.

(3) Pendidikan dan status ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan

menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.

Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh

terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan

akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi

baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.

(4) Keadaan fisik

Seorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti cidera,

operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih

mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang

mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan.

(5) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B.

adapun Ciri-ciri orang dengan

kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba

sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang,

mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang orang dengan

tipe kepribadian B mempunyai ciri- ciri berlawanan dengan tipe

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

kepribadian A. Karena tipe keribadian B adalah orang yang

penyabar, teliti, dan rutinitas.

(6) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih

mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di

lingkungan yang bisa dia tempati.

(7) Umur

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang

yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.

(8) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang

ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik.Gangguan ini

lebih sering dialami ole wanita daripada pria.

2) Faktor prediposisi

1) Teori psikoanalisis

Pandangan teori psikoanalisis memaparkan bahwa cemas

merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting

dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani

dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi

tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi

kecemasan untuk mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Teori interpersonal

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Teori interpersonal menyatakan bahwa cemas timbul dari

perasaan takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan

interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang

menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri

rendah rentan mengalami kecemasan yang berat.

3) Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa cemas merupakan produk

frustasi. Frustasi merupakan segala sesuatu yang menggangu

kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan

dikarakteristikkan sebagai suatu dorongan yang dipelajari untuk

menghindari kepedihan. Teori pembelajaran meyakini individu

yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang

berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan

selanjutnya. Teori konflik memandang cemas sebagai pertentangan

antara dua kepentingan yang berlawanan. Kecemasan terjadi karena

adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan :

konflik menimbulkan kecemasan, dan cemas menimbulkan

perasaan tak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik

yang dirasakan.

4). Teori kajian keluarga

Kajian keluaraga menunjukkan bahwa gangguan cemas

terjadi didalam keluarga.Gangguan kecemasan juga tumpang tindih

antara gangguan kecemasan dan depresi.

e. Penatalaksanaan kecemasan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan

kecemasan umum adalah kemungkinan pengobatan yang

mengkombinasikan psikoterapi, farmakoterapi dan pendekatan.

1) Psikoterapi

Teknik utama yang digunakan adalah pendekatan perilaku

misalnya relaksasi dan bio feed back (proses penyediaan suatu

informasi pada keadaan satu atau beberapa variabel fisiologi seperti

denyut nadi, tekanan darah dan temperatur kulit).

2) Farmakoterapi

Dua obat utama yang dipertimbangkan dalam pengobatan

kecemasan umum adalah buspirone dan benzodiazepin. Obat lain yang

mungkin berguna adalah obat trisiklik sebagai contonya imipramine

(tofranil) – antihistamin dan antagonis adrenergik beta sebagai

contonya propanolol (inderal).

3) Pendekatan suportif

Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi

kita cinta dan perasaan berbagai beban. Kemampuan berbicara kepada

seseorang dan mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat

membantu dalam menguasai keadaan.

f. Pengukur kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah

ringan, sedang, berat dan berat sekali. Menggunakan alat ukur

(instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety

(HRS – A ) dikutip Hawari (2013). Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

meliputi gejala perasaan cemas, gejala ketegangan, ketakutan, gangguan

tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala somatik

fisik / somatik, gejala kardiovaskuler dan pembuluh darah, gejala respiratori,

gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom, sikap dan tingkah

laku. Masing- masing kelompok gejala diberi panilaian angka (skor) antara 0

– 4, yang artinya adalah tidak ada gejala diberi skor 0, gejala ringan diberi

skor 1, gejala sedang diberi skor 2, gejala berat diberi skor 3, gejala berat

sekali diberi skor 4. Masing- masing nilai angka (skor) dari 14 kelompok

gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat

diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: tidak ada kecemasan kurang

dari 14, kecemasan ringan 14 – 20, kecemasan sedang 21 – 27, kecemasan

berat 28 – 41, kecemasan berat sekali / panik 42 – 56 (Hawari, 2013).

g. Konsep Jenis Operasi

1) Pengertian Operasi

Operasi (elektif atau kedaruratan) adalah merupakan peristiwa kompleks

yang menegangkan (Brunner & Suddarth, 2002). Jenis operasi adalah

pembagian tindakan pembedahan diantaranya operasi kecil, sedang, besar dan

khusus (Handoko, 2000).

2) Klasifikasi Bedah

Bedah dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara diantaranya

3) Menurut lokasi

Tindakan bedah dapat dilaksanakan eksternal atau internal. Pada bedah

eksternal kulit atau jaringan yang dibawahnya dapat dijangkau oleh ahli

bedah. Bedah eksternal mendatangkan kerugian - kerugian; dapat

menimbulkan parut atau disfigurisasi/ perubahan penampilan yang langsung

bisa dilihat, yang meenimbulkan banyak pengkhayalan dan kegelisahan bagi

pasien. Pembedahan plastik merupakan bedah contoh eksternal, ditunjukkan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

langsung kepada rekonstruksi dan perbaikan dari jaringan yang terganggu

bentuknya. Tindakan bedah internal disertai penetrasi ke dalam tubuh. Parut

dari bedah internal tidak terlihat, tapi bisa menjadi komplikasi, diantaranya

adhesi/ perlengketan. Operasi organ besar internal dapat mengurangi fungsi

bila cukup banyak jaringan terangkat.Tindakan bedah bisa juga

diklasifikasikan menurut lokasi atau sistem dari tubuh, seperti bedah

kardiovaskuler, bedah thorax, bedah neurologi dan seterusnya.

4) Menurut jenis operasi (luas jangkauan)

Tabel 2.1 Jenis Operasi

Jenis

Operasi Waktu Peralatan Anestesi Resiko

Operasi

kecil

Kurang

dari 1 jam

Alat standar Lokal Kecil

Operasi

sedang

1 -2 jam Alat standar + Lokal,

regional,

dan

general

Sedang

Operasi

besar

3 jam Alat standar ++ General Besar

Operasi

khusus

4 jam Alat standar +++ General Tinggi

Sumber : Ermawati (2009)

5) Menurut Tujuan

Banyak tujuan dari tindakan-tindakan bedah. Ahli bedah

menjelaskan metoda dan tujuan bedah kepada pasien dan keluarganya.

Periode sebelum operasi merupakan saat peningkatan cemas bagi pasien

dan keluarganya, mungkin mereka tidak mengerti alasan mengapa harus

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

dioperasi dan memerlukan penjelasan yang lebih lanjut yang bisa

dilaksanakan oleh perawat.

6) Prosedur Bedah

Kebanyakan prosedur bedah diberi nama menurut lokasi, menurut

tipe pembedahan yang dilakukan. Umpamanya

histerektomi adalah pengangkatan (ektomi) uterus (hiter).

7). Pengaruh Bedah Terhadap Pasien

(1). Respon Fisiologis

Operasi merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon

neuroendocrine. Respon terdiri dari sistem saraf simpatis dan respon

hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cedera. Stres

terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan darah cukup banyak

mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan shock

akan menjadi akibat dari itu semua. Anesthesi tertentu yang dipakai

dapat membantu terjadinya shock (Ermawati, 2009).

Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di

metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh dipecah untuk

menyajikan suplai asam amino yang dipakai untuk membangun

jaringan baru. Asam amino yang tidak dipakai

menjadi nitrogen sebagai produk akhir seperti urea dan diekskresi. Ini

berakibat menjadi keseimbangan nitrogen yang negatif, itu berarti

kehilangan nitrogen melampaui intake nitrogen. Semua faktor ini

menjurus kepada kehilangan berat badan setelah pembedahan besar.

Intake protein yang tinggi diperlukan guna mengisi kebutuhan protein

untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan dan fungsi yang

optimal (Ermawati. D, 2009).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

E. Kerangka Teori

. Faktor Predisposisi 1

a. Teori psikoanalisis

b.Teori interpersonal

c.Teori perilaku

. Faktor Prepitasi 2

a. Faktor eksterna

b. Faktor internal

Kecemasan Komunikasi

Terapeutik

( 2). Respon Psikologis

Respon psikologis seseorang dalam menanggapi pembedahan

Sbervariasi misalnya merasa takut karena tidak tahu tentang tindakan

yang dilakukan. Ketakutan umum meliputi takut oleh yang tidak

diketahui, hilang kendali, hilang kasih sayang dari orang penting,

ancaman seksualitas, sedagkan ketakutan spesifik meliputi diagnosa

keganasan anestesi, sakaratul maut, perubahan penampilan, keterbatasan

permanaen (Ermawati, 2009).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.pdf · 2020. 1. 10. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Komunikasi Terapeutik 1) Definisi Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara

Gambar 2.2

Sumber : Stuart (2007) & Tomb (2004)