Upload
vuhuong
View
227
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah masalah kesehatan ditandai oleh tekanan darah
sistolik persisten di atas 140 mmhg dan tekanan darah diastolik di atas 85
mmhg (Brooker chris, 2009 dalam Nisfiani A, 2014). Definisi Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang.
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut WHO (Worlth Health Organization), tekanan darah
dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila
lebih dari 140/90 mmHg. Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut WHO
berdasarkan tekanan diastolik (Martuti, 2009: 4) dalam Nawangsari S &
Fitria (2012), yaitu:
a. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95 – 109 mmHg.
b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110 – 119 mmHg.
c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120
mmHg.
15
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
Menurut kutipan Brunner & Suddarth’s (2013) pada individu
lansia,diagnosis hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160
mmHg, dengan tekanan diastolik normal atau mendekati normal (di
bawah 90 mmHg)
b. Hipertensi esensial dimana diastoliknya lebih besar atau sama dengan
90 mmHg berapapun tekanan sistoliknya
c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh
penyebab yang mendasarinya
Kriteria untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit
hipertensi atau tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau
tekanan darah. berbagai macam klasifikasi hipertensi yang digunakan di
masing-masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National
Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat,
klasifikasi menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina,
Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH) yang
digunakan negara-negara di Eropa, Klasifikasi menurut International
Society on Hypertension in Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk
warga keturunan Afrika yang tinggal di Amerika.
JNC telah mengeluarkan guideline terbaru yang dikeluarkan pada
tahun 2013 JNC 8 mengenai tatalaksana hipertensi atau tekanan darah
tinggi. Mengingat bahwa hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang
memerlukan terapi jangka panjang dengan banyak komplikasi yang
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
mengancam nyawa seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal, hingga
kematian jika tidak dideteksi dini dan diterapi dengan tepat, dirasakan
perlu untuk terus menggali strategi tatalaksana yang efektif dan efisien,
dengan begitu, terapi yang dijalankan diharapkan dapat memberikan
dampak maksimal.
Tabel. 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8
Klasifikasi Tekanan Sistolik
(mmHg)
Tekanan Diastolik
(mmHg)
Normal
Pre Hipertensi
Stadium I
Stadium II
< 120
120 – 139
140 – 159
≥ 160
< 80
80 – 89
90 – 99
≥ 100
3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi
a. Hipertensi primer/ esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya diantaranya adalah genetik, jenis kelamin dan usia,
konsumsi diit tinggi garam dan lemak, berat badan (Obesitas atau >25
% diatas BB ideal), gaya hidup seringnya merokok dan mengkonsumsi
alkohol dapat meningkatkan tekanan darah (Udjianti, 2010).
b. Hipertensi sekunder misalnya dalam penggunaan kontrasepsi oral,
neurogenik (tumor otak, gangguan psikiatris), kehamilan dan stres
(Udjianti, 2010).
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko
yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau
aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah,
alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010
dalam Andria K, 2013).
4. Penyebab
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti
disebut dengan hipertensi primer atau esensial. Ada beberapa faktor resiko
yang dapat menyebabkan hipertensi primer/esensial yaitu asupan natrium
yang meningkat dan asupan kalium yang menurun, factor genetic, stress
psikologis, pengaturan abnormal terhadap norepineprin, dan
hipersensitivitas. Sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau
hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
hipertensi hormonal dan penyebab lain (Arif Muttaqin,2014).
5. Manifestasi Klinis
Penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
Hipertensi yang berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala seperti berikut :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Gelisah/cemas
e. Muntah
f. Sesak nafas
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak (Lily I . Rilantono, 2013).
6. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral
resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut
yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi.
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi
cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan
rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin.
Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang
yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth
J. Corwin ialah bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat
berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen
akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia
atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan
adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. (Bianti Nuraini, 2015).
7. Manajemen Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi kronis dan menyebabkan komplikasi
serius jika seseorang tidak dapat mengontrol tekanan darah, manajemen
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
hipertensi terdiri dari 2 bagian utama, terapi farmakologi dan modifikasi
gaya hidup.
a. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis adalah terapi untuk mengobati tekanan darah
tinggi yang dapat membantu mencegah yang lebih serius, bahkan
mengancam kehidupan komplikasi. Jenis utama dari obat yang
digunakan untuk kontrol tekanan darah tinggi termasuk obat diuretik,
dikombinasikan alpha dan beta blocker, Beta-blocker, angiotensin-
converting enzyme inhibitor, angiotensin receptor II Blocker, antagonis
kalsium, dan vasodilator. (smeltzer & bare, 2004 dalam Akhter,
N;2010)
b. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup adalah terapi tambahan untuk semua klien
dengan hipertensi yang menerima terapi farmakologis. Praktek gaya
hidup sehat terus bisa mengurangi jumlah dan dosis obat antihipertensi
(Black & Hawks, 2005 dalam Akhter, N; 2010). Ada bukti bahwa
tekanan darah orang yang mampu memodifikasi gaya hidup mereka
yang lebih rendah dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular
lainnya. Mereka yang dimodifikasi gaya hidup mereka bisa mengurangi
kemungkinan serangan jantung, stroke,dan diabetes (Kaplan, 2002
dalam Akhter, N; 2010). Perawat dapat membantu pasien memodifikasi
gaya hidup mereka dengan memberitahu mereka bahwa ada beberapa
faktor yang dapat dimodifikasi yang telah terbukti berkontribusi
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
hipertensi, meliputi: obesitas; kurangnya olahraga aerobik yang teratur;
asupan alkohol setiap hari melebihi 1 oz etanol secara teratur; asupan
natrium yang berlebihan; dan gaya hidup stres. Selain itu perawat dapat
membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana dia / dia bisa
membuat perubahan yang sesuai gaya hidup untuk memodifikasi faktor
di atas. Modifikasi gaya hidup untuk penderita hipertensi meliputi
penurunan berat badan, manajemen diet, pembatasan alkohol, berhenti
merokok, olahraga teratur, manajmen stress, dan kepatuhan pengobatan
biasa.
1) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan penting bagi pasien yang indeks massa
tubuhnya yang ≥ 25. Penurunan berat badan membantu dalam
mengurangi tekanan darah. Penurunan berat badan juga
meningkatkan efektivitas obat antihipertensi (black & hawks, 2005;
kaplan,2002 dalam Akhter,N; 2010). Kejadian hipertensi meningkat
tiga kali lipat pada indeks massa tubuh (BMI) dari 26 dibandingkan
dengan BMI 21. Pemeliharaan berat badan yang signifikan sulit bagi
pasien obesitas. Berat badan menurunkan tekanan darah melalui
beberapa efek termasuk peningkatan sensitivitas insulin. Hal ini
dapat mengakibatkan: penurunan lemak visceral; penurunan aktivitas
sistem saraf simpatik; peningkatan tingkat leptin plasma; dan
pembalikan disfungsi endotel dilakukan oleh oksida nitrat,
vasodilatasi yang diinduksi (Kaplan,2002 dalam Akhter,N; 2010).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
Penurunan berat badan dapat dilakukan dengan menyeimbangkan
diet,mengurangi asupan garam, dan melakukan olahraga teratur.
2) Manajemen diet
Pengaturan pola makan dapat mengurangi keparahan hipertensi
dan dalam beberapa kasus, mengurangi kebutuhan untuk obat-
obatan. Orang-orang dengan hipertensi harus makan diet rendah
garam, kalori, kolesterol, dan lemak jenuh. Orang dengan hipertensi
harus makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian dan kacang-
kacangan dibandingkan dengan lemak. Sebagai tambahan, mereka
harus mengganti daging sapi dalam diet mereka dengan alternatif
seperti ikan atau ayam. Hal ini juga menyarankan bahwa makanan
panggang atau rebus lebih baik daripada digoreng. The Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH) menunjukkan bahwa
modifikasi diet dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah.
DASH yang direkomendasikan pola makan sehat untuk mengontrol
hipertensi (Chen, Litvak, Howe, Parvez, 2006 dalam Akhter,N;
2010)
3) Pembatasan natrium
Pembatasan natrium, perkiraan menunjukkan 40% orang
dengan hipertensi adalah sensitif dengan natrium (Black & Hawks,
2005). Pembatasan untuk asupan natrium dapat menurunkan tekanan
darah pada beberapa kasus hipertensi stadium I, jika asupan natrium
diturunkan, jumlah obat yang dibutuhkan mungkin akan menurun.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
Sodium merupakan bahan yang tersembunyi di banyak makanan
olahan. Secara umum, rata-rata orang dewasa asupan garam 5
sampai 15 gram/hari, tetapi efek terapi pengurangan sodium pada
tekanan darah tidak terjadi sampai asupan garam dikurangi menjadi
6 gram / hari atau lebih rendah (Black & Hawks,2005 dalam
Akhter,N; 2010).
4) Modifikasi diet lemak
Modifikasi asupan makanan lemak dengan mengurangi
fraksi/tingkatan lemak jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh
ganda mengarah ke penurunan kadar tekanan darah dan kolesterol
secara signifikan. Karena dislipidemia merupakan faktor risiko
utama dalam perkembangan penyakit arteri koroner, terapi diet
bertujuan mengurangi lipid dalam total rejimen diet (Black &
Hawks, 2005 dalam Nargis Akhter,2010).
5) Suplemen kalium
Suplemen yang tinggi natrium untuk kalium dalam diet
modern ditemukan bertanggung jawab untuk pengembangan
hipertensi. Banyak studi meneliti efek kalium pada tekanan darah
dan kebanyakan dari mereka mengidentifikasi efek yang bermanfaat
(Ducher, Fauvel, & Cerutti, 2006). Pembatasan kalium menyebabkan
defisit kalium seluler yang memicu sel untuk memperoleh natrium
untuk mempertahankan tonisitas dan volume kalium. Untuk defisit
kalium, natrium, dan klorida dalam tubuh yang pertma kali terkena
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
mereka dikontrak baik intraseluler dan ekstraseluler kompartemen,
sehingga rendering menurunkan tekanan darah (Adrogue & Madias,
2007 dalam Akhter,N; 2010).
6) Pembatasan alkohol
Konsumsi lebih dari 1 ons alkohol/hari dikaitkan dengan
prevalensi lebih tinggi hipertensi dan ketidakpatuhan terhadap terapi
antihipertensi (Black & Hawks, 2005). Selain mekanisme yang
terlibat, masalah yang belum terselesaikan tentang hubungan tekanan
darah dengan alkohol termasuk apakah ada ambang batas dosis
alkohol untuk asosiasi dengan hipertensi, alkohol terkait hipertensi
dan peran interaksi dengan jenis kelamin, suku, ciri-ciri gaya hidup
lainnya, pola minum, dan pilihan minuman (Klatsky & Gunderson,
2008 dalam Akhter,N; 2010).
7) Berhenti merokok
Berhenti merokok pada pasien hipertensi dapat memberikan
pengurangan resiko kematian dengan pengurangan permanen 40
mmHg tekanan darah, atas dan di atas obat antihipertensi.
Penggunaan "kesetaraan tekanan darah denagn merokok "dapat
menghubungkan dua faktor risiko terpisah dan dapat menyebabkan
pergeseran paradigma dalam mengatasi tantangan klinis yang ada
(Wen, Tsai, Chan, Tsai, Cheng & Chiang, 2008). Berhenti merokok
sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko Penyakit kardiovaskular
(Black & Hawks, 2005 dalam Akhter,N; 2010).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
8) Olahraga
Gaya hidup yang berupa aktivitas fisik dapat mengurangi
risiko pengembangan hipertensi. Terdapat sebuah program reguler
latihan aerobik mencapai tingkat moderat kebugaran fisik untuk
penyejuk kardiovaskular dan dapat membantu klien hipertensi
obesitas berat reduksi dan juga meminimalkan risiko penyakit
kardiovaskular. Latihan aerobik adalah Latihan yang melibatkan atau
meningkatkan konsumsi oksigen tubuh. Erobik berarti "dengan
oksigen", dan mengacu pada penggunaan oksigen dalam
metabolisme tubuh atau proses energi yang menghasilkan
(Donatelle, 2005). Latihan aerobik sangat membantu untuk pasien
dan harus dilakukan pada tingkat yang moderat intensitas untuk
periode waktu yang panjang. Sebuah kegiatan olahraga teratur dapat
menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Olahraga dapat
meningkatkan pasien dengan rasa kesejahteraan, mengurangi
ketegangan emosional dan menimbulkan tingkat lipoprotein densitas
tinggi (HDL), memungkinkan lipid seperti kolesterol dan trigliserida
akan diangkut dalam aliran darah berbasis air dan mengurangi risiko
morbiditas cardio-vascular dan mortalitas (Black & Hawks, 2005
dalam Akhter,N; 2010). Latihan yang direkomendasikan untuk
penderita hipertensi melibatkan berjalan, jogging atau bersepeda
dengan intensitas sedang mulai 4-52 minggu panjang dan setiap sesi
biasanya berlangsung 30-60 menit (Baster & Baster-Brooks, 2005
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
dalam Akhter,N; 2010). Berjalan, berenang, bersepeda dan berlatih
yoga juga dianjurkan.
9) Manajemen stress
Berbagai terapi relaksasi, termasuk meditasi, yoga, musik,
istirahat dan psikoterapi dapat mengurangi tekanan darah. Relaksasi
sangat bermanfaat jika dipraktekkan secara rutin dalam kehidupan
sehari-hari. Teknik yang melibatkan relaksasi secara luas digunakan
oleh orang-orang untuk mengurangi kecemasan dan mengatasi
masalah yang berhubungan dengan stres. Prosedur relaksasi adalah
bentuk aktif dan pendidikan terapi yang dapat menurunkan
terjadinya ketegangan dan gangguan kecemasan (Schneider,
Staggers, Alexander,Sheppard, Rainforth, Kondwani, et al., 1995).
10) Kepatuhan pasien dalam pengobatan
Hipertensi merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
seseorang untuk mematuhi pengobatan dan perawatan. Orang
dengan hipertensi harus minum obat sebagai ditentukan dan harus
melakukan kunjungan rutin ke dokter untuk membuat janji untuk
pemantauan tekanan darah mereka.
Menurut Mc Donald dan Gibson (2006), manajemen diri
kemampuan pasien untuk mengelola gejala, pengobatan, fisik dan
psikologis dan gaya hidup berubah melekat dalam hidup dengan kondisi
kronis.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
De Monaco dan Hippel (2007) mendefinisikan manajemen diri
sebagai perilaku seseorang dalam : 1) terlibat dalam kegiatan yang
melindungi dan meningkatkan kesehatan; 2) pemantauan dan mengelola
gejala dan tanda penyakit; 3) mengelola dampak penyakit pada fungsi,
emosi, dan hubungan interpersonal; dan 4) mengikuti rejimen
pengobatan.
Lin, KW (2006) mendefinisikan penyakit manajemen diri yang
kronis sebagai intervensi penyakit sistemik yang melibatkan
pemantauan diri dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, atau
keduanya.
Menurut teori self-regulatory atau regulasi diri istilah manajemen
diri adalah, proses reaktif aktif menetapkan tujuan, memilih strategi,
mengamati diri sendiri, membuat penilaian berdasarkan pengamatan,
dan bereaksi dengan tepat dan jelas dalam salah satu strategi
(Bartholomew, Parcel, Kok, & Gottliels, 2006). Kesimpulannya,
manajemen diri adalah kemampuan atau kesediaan pasien untuk
mengubah dan mempertahankan perilaku tertentu yang bertujuan untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan.
B. Tinjauan Umum Tentang Lansia
1. Definisi Lansia
Menua (= menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. (Constantinides, 1994., Martono, H. Hadi & Kris
Pranaka, Edisi ke-4, 2011).
Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi,
anakanak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial secara bertahap pada masa ini (Azizah, 2011 dalam Anni
Sinaga, 2015).
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana
diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini dan memasuki
selanjutnya yaitu usia lanjut kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya
(Darmojo, 2004) Menurut (Keliat, 1999) Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Christine B,
2013 dalam Taufik Nugroho, 2014).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
2. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2012 dalam Taufik Nugroho, 2014).
Toeri-teori proses menua ( Siti Bandiyah, 2009) diantaranya :
a. Teori-teori Biologi
1) Teori genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori menua telah terprogram secara geenetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogrma oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
2) Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-
sel tubuh lelah (terpakai)
3) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu fungsi sel itu
sendiri
4) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan
5) Tidak ada perlindungan terhadap radiadi, penyakit dan kekurangan
gizi
6) Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada
usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan
autoimun (menurut GOLDTERIS & BROCKLEHURST, 1989
dalam Siti Bandiyah, 2009).
7) Theory Immunology Slow Virus (immunology Slow Virus Theory)
System immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
8) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Rgenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
9) Teori Radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dindalam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan proteon. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
10) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis kekacauan dan hilangnya fungsi.
11) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan Sosial
1) Akitivitas atau kegiatan (Activity Theory)
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
3) Teori pembebasan (Didengagement Theory)
a) Kehilangan peran (Loss of Role)
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
b) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation
Ships)
c) Berkurangnya komitmen (Reuced commitment to Social Mores
and Values)
3. Batasan Usia Lanjut
Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No. 13 Tahun
1998 adalah 60 tahun. Namun,berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam
program kesehatan usia lanjut. Departemen kesehatan membuat
pengelompokan seperti dibawah ini :
a. Kelompokan Pertengahan Umur
Kelompokan usia dalam masa verilitas,yaitu masa persiapan usia
lanjut yang menampakan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54
tahun).
b. Kelompok Usia Lanjut Dini
Kelompok dalam masa prasenium,yaitu kelompok yang mulai
memasuki usia lanjut (55-64 tahun)
c. Kelompok Usia Lanjut
Kelompok dalam masa Senium (65 tahun keatas)
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Risiko Tinggi
Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia
lanjut yang hidup sendiri,terpencil,menderita penyakit berat atau cacat.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam
Notoatmodjo (2011) lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun .
b. Usia Lanjut (elderly) adalah kelompo usia 60-70 tahun.
c. Usia Lanjut Tua (old) adalah kelompok usia antara 70-90 tahun
d. Usia Sangat Tua (very old) adalah kelompok usia diantara 90 tahun.
4. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008) dalam Wulandari D (2015) klasifikasi
lansia dibagi lima, yaitu :
a. Pralansia (prasenelis), yaitu seseorang yang berusia antara 45 sampai 59
tahun.
b. Lansia yaitu, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun lebih atau
seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak bisa mencari nafkah,
sehingga hidup bergantung pada orang lain.
5. Tipe Lansia
Menurut Effendi & Makhfudi, (2009) dalam Wulandari D (2015)
tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe tersebut yaitu :
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
a. Tipe mandiri
Lansia tersebut bisa mengganti kegiatan yang hilang dengan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, dan dapat bergaul dengan
teman.
b. Tipe arif bijaksana
Lansia tersebut bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, dan
menjadi panutan.
c. Tipe pasrah
Lansia tersebut hanya menerima dan menunggu nasib baik,
mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
d. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan
banyak menuntut.
e. Tipe bingung
Lansia biasanya suka kaget, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perubahan system tubuh yang berhubungan dengan usia menurut
(Brunner & Suddarth, 2013) :
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
1) Perubahan pada system kardiovaskuler
Perubahan struktural yang terjadi akibat penuaan pada jantung
dan system karidovaskular mengakibatkan penurunan curah jantung,
penurunan kemampuan merespons stress; frekuensi jantung dan
volume sekuncup tidak meningkat dengan kebutuhan maksimal;
kecepatan pemulihan jantung lebih lambat; peningkatan tekanan
darah. Seperti, keluhan keletihan dengan peningkatan aktivitas.
2) Perubahan system pernapasan
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia
yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi; peningkatan
diameter anterioposterior dada, kolpas osteoporotik vertebra yang
mengakibatkan peningkatan kurvatura konveks tulang belakang,
penurunan mobilitas kosta dan penurunan efisiensi otot pernapasan,
peningkatan volume residual paru; penurunan gas dan kapasitas
difusi membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi respirasi. Seperti,
keletihan dan sesak napas setelah beraktivitas; kesulitan
membatukkan sekret.
3) Perubahan system integument
Dengan bertambahnya usia, terjadilah perubahan instrinksik
dan ekstrinksik yang mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit.
Epidermis dan dermis menjadi lebih tipis. Serat elastik berkurang
jumlahnya, kolagen menjadi kaku, lemak subkutan berkurang
terutama pada ekstermitas. Hilangnya kapiler kulit mengakibatkan
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
penurunan suplai darah, penurunan perlindungan terhadap trauma
dan pajanan matahari; penurunan perlindungan terhadap suhu yang
ekstrim; berkurangnya sekresi minyak alami dan keringat. Seperti,
kulit Nampak tipis dan keriput; keluhan cedera; memar dan terbakar
matahari, dan lain-lain.
4) Perubahan system reproduksi
Produksi estrogen dan progesterone oleh ovarium menurun
saat menopause. Perubahan yang terjadi pada system reproduksi
wanita meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran
dan hilangnya elastisitas; penurunan ssekresi vagina, mengakibatkan
kekeringan, gatal, dan menurunnya keasaman vagina; involusi
(atropi) uterus dan ovarium; dan penurunan tonus muskulus
pubokoksigeus, mengakibatkan lemasnya vagina dan perineum.
Perubahan tersebut berakibat perdarahan vagina dan nyeri saat
bersenggama. Pada pria lansia, penis dan testis menurun ukurannya
dan kadar androgen berkurang. Seperti, wanita; nyeri saat
beruhubungan kelamin, pria; ereksi dan pencapaian orgasme
melambat.
5) Perubahan system musculoskeletal
Perubahan pada system musculoskeletal pada usia lanjut
mengakibatkan kehilangan kepadatan tulang, kehilangan ukuran dan
kekuatan otot, degenerasi tulang rawan sendi. Seperti, penurunan
tinggi badan; rentan terhdap fraktur; kifosis; keluhan nyeri
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
punggung; kehilangan kekuatan; fleksibilitas dan ketahanan serta
nyeri sendi.
6) Perubahan system genitourinarius
Pada system ini, tetap berfungsi secara adekuat pada individu
lansia, meskipun terjadi penurunan massa ginjal akibat kehilangan
primer beberapa nefron. Perubahan fungsi ginjal meliputi penurunan
laju filtrasi; penurunan fungsi tubuler dengan penurunan efisiensi
dalam resorbsi dan pemekatan urin, dan perlambatan restorasi
keseimbangan asam basa terhadap stres. Pria dan Wanita; kapasitas
kandung kemih menurun, keterlambatan rasa ingin berkemih. Pria;
hiperplasi prostat jinak, wanita; otot dasar panggul melemah. Seperti,
retensi urin, kesulitan berkemih, urgensi, frekuensi dan inkontinensia
urin.
7) Perubahan system gastrointestinal
Peristaltik di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu,
sfingter gastroesofageus gagal berelaksasi, mengakibatkan
pengosongan esophagus terlambat. Terjadi penurunan salivasi,
kesulitan menelan makanan, dan penurunan motilitas
gastrointestinal. Seperti, keluhan mulut kering, keluhan sesak, nyeri
uluh hati, dan gangguan pencernaan. Keluhan konstipasi, flatulens
dan ketidaknyamanan abdomen.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
8) Perubahan system saraf
Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan
bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat
berkurangnya sel saraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan
sintesis dan metabolisme neurotransmitter utama. Impuls saraf
dihantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang
lebih lama untuk merespons dan bereaksi. Kinerja system saraf
otonom berkurang efisiennya, dan hipotensi postural, yang
menyebabkan seseorang merasa pusing saat berdiri dengan cepat,
dapat terjadi. Iskemia serebral dengan pusing akan mempengaruhi
mobilitas dan keamanan. Homeostasis lebih sulit dijaga, namun bila
tanpa perubahan patologis, seorang lansia dapat berfungsi dengan
adekuat dan mempertahankan kemampuan kognitif dan intelektual.
Bersama dengan perubahan system saraf adalah penurunan aliran
darah otak. Seperti, respons dan reaksi melambat; keluhan pingsan
dan sering jatuh. Namun, dalam kondisi normal, pasokan glukosa
dan oksigen masih mencukupi.
9) Perubahan system indera khusus
Kehilangan sensorik akibat penuaan mengenai semua organ
sensorik dan mengancam interaksi. Merupakan saat dimana lansia
menjadi kurang kemampuan kinerja fisiknya dan lebih banyak
duduk. Penurunan fungsi organ ini, mengakibatkan kehilangan
sensorik yang biasanya dapat dibantu . beberapa penurunan fungsi
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
diantaranya : penglihatan; berkurangnya kemampuan memusatkan
pada benda dekat, ketidakmampuan menerima cahaya yang
menyilaukan, kesulitan menyesuaiakan terhadap perubahan
intensitas cahaya; penurunan kemampuan membedakan warna.
Seperti, pegang benda jauh dari wajah, keluhan silau dan lain-lain.
Pada indera pendengaran; penurunan kemampuan untuk mendengar
suara dengan frekuensi yang tinggi, seperti : memberikan respons
yang tidak sesuai, minta individu mengulang kta-kata. Pada indera
kecap dan penghidu ; penurunan kemampuan terhadap pengecapan
dan penciuman. Seperti, menggunakan gula dan garam yang
berlebihan.
b. Menurut Nugroho, ( 2008) dalam Wulandari D (2015) ada tiga
perubahan yang terjadi pada lansia, yaitu :
1) Perubahan atau kemunduran biologis
a) Kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi, fungsi
kulit sebagai penyekat suhu tubuh lingkungan terhadap masuknya
kuman.
b) Rambut rontok, berwarna putih kering, dan tidak mengkilat. Hal
ini berkaitan dengan perubahan degenerative kulit.
c) Gigi mulai habis.
d) Penglihatan dan pendengaran berkurang.
e) Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan kurang
lincah.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
f) Kerampingan tubuh menghilang terjadi timbunan lemak terutama
di bagian perut dan panggul.
g) Jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara jumlah
jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan
menyusut, fungsi dan kekuatan menurun atau berkurang.
h) Berbagai pembuluh darah sangat penting, khususnya di jantung
dan otak yang mengalami kekakuan. Lapisan intim menjadi kasar
akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol
tinggi dan lain-lain yang memudahkan timbulnya penggumpalan
darah dan thrombosis.
i) Tulang pada proses menua pada kapur (kalsium) menurun akibat
tulang menjadi kropos dan mudah patah.
j) Seks yaitu produksi hormone testoteron pada pria dan hormone
progesterone dan estrogen wanita menurun dengan bertambahnya
umur.
2) Perubahan atau kemunduran kognitif
a) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik.
b) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang
terjadi pada masa tuanya.
c) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau
tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingatan yang
sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah
menyempit.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
d) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang
dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah sehingga
lansia tidak mudah untuk menerima hal-hal yang baru.
3) Perubahan-perubahan psikososial
a) Pensiun, merupakan produktifitas selain itu identitas pensiun
dikaitkan dengan peranan dalam sebuah pekerjaan.
b) Merasakan atau sadar akan kematian.
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak yang lebih sempit.
d) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
e) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
f) Gangguan syaraf panca indra.
g) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dan teman
maupun family.
i) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik.
j) Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
C. Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah Pada Lansia
1. Definisi Tekanan Darah
Menurut Wirawan (2013) dalam Zuliani & Yani (2014) Penyakit
darah tinggi atau hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
Hipertensi pada lanjut usia adalah pada tekanan sistolik sama atau lebih
besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari
90 mmHg (Darmojo, 2006).
Pada tahap awal, ganngguan dari dinding pembuluh darah yang
menyebabkan elastisitasnya bekurang akan memacu jantung bekerja lebih
keras, karena terjadi hipertensi. Selanjutnya, bila terjadi sumbatan maka
jaringan akan dialiri zat asam oleh pembuluh darah ini kan rusak dan mati,
hal inilah yang disebut infark. Bila terjadi dijantung, dapat saja
menyebebkan infark jantung, atau infark miokard, atau bila masih lebih
ringan dapat tejadi angina pictoris dan gangguan koroner lainnya (Stanley
2006).
Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas
Jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% disbanding
orang berusia 20 tahun, maka dari itu tekanan darah wanita dan pria tua itu
relative tinggi.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Lansia
Menurut Darmojo (2006) dalam Zuliani & Yani (2014), faktor yang
mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia adalah :
a. Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan
peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan
cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya
usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45
natrium. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan
perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses menua
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan hipertensi sistolik.
d. Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan
substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbi natrium di
tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer
dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.
3. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.2 : Klasifikasi Hipertensi pada Orang Dewasa Menurut
Badan Kesehatan Dunia WHO Tahun 1999
Kategori Tekanan sistolik
(mmhg)
Tekanan diastolic
(mmhg)
Tensi optimal < 120 < 80
Tensi normal < 130 < 85
Tensi normal tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 : hipertensi ringan 140-159 90-99
Subgroup: batas 140-149 90-94
Tingkat 2 : hipertensi sedang 160-179 100-109
Tingkat 3 : hipertensi berat 180-209 110-119
Hipertensi sistolik isolasi > 140 < 90
Subgroup: batas 140-149 < 90
Tingkat 4 : hipertensi maligna > 210 > 120
Sumber : Junaidi 2010
Sementara itu, seorang bapak ilmu penyakit dalam Kaplan
memberikan batasan atau ukuran-ukuran tertentu dalam memutuskan
orang dikatakan menderita hipertensi atau tidak. Batasan ini didasarkan
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46
terutama pada perbedaan usia dan jenis kelamin masing-masing orang.
Kaplan membuat ketentuan semacam ini :
a. Seorang pria yang berusia < 45 tahun dapat dikatakan menderita
hipertensi apabila tekanan darahnya pada waktu istirahat > 130/90
mmHg.
b. Seorang pria berusia > 45 tahun juga dapat dikatakan menderita
hipertensi apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg.
c. Bagi seorang wanita yang tekanan darahnya > 160/95 mmHg, maka
dinyatakan hipertensi (Santoso, 2010) dalam Zuliani & Yani (2014).
4. Komplikasi Hipertensi
Adapun komplikasi hipertensi di antanya: Menyebabkan
aterosklersis sehingga mempercepat terjadinya penyakit jantung iskemik;
Gagal jantung; System saraf menyebabkan perdarahan intraserebral; Ginjal
menyebabkan glomerulu atau nekrosis, proteinuria; Gangguan
penglihatan; Gangguan neurology; Gagal jantung; Gangguan fungsi ginjal;
Gangguan serebral; Tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara.
D. Tinjauan Umum Tentang Self-Management
1. Pengertian Self management
Self-management diartikan sebagai sebuah penguatan bagi individu
dengan penyakit kronik sebaik cara untuk meningkatkan status kesehatan
dan mengurangi besarnya biaya perawatan kesehatan ( Wilson, 2001
dalam Chaplin et al., tanpa tahun dan Brilliati P, 2016).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
47
Self-management didefinisikan dalam cara yang berbeda-beda, tetapi
secara umum hal ini dideskripsikan sebagai kemampuan individu untuk
mengatur gejala-gejala, pengobatan, kensekuensi fisik dan psikis, dan
perubahan gaya hidup yang melekat pada kehidupan seseorang dengan
penyakit kronis ( Barlow et al., 2002 dalam Lennon et al, 2013 dan
Brilliati P, 2016).
Perawatan diri adalah istilah yang lebih luas. Menurut Riegel dan
Carlson (2002) manajemen diri merupakan salah satu komponen dari
perawatan diri yang melibatkan proses menjaga kesehatan melalui praktik
kesehatan yang positif, dan mengelola penyakit. Manajemen diri merujuk
pada perilaku individu dimaksudkan untuk mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan dan mencegah eksaserbasi (Deaton, 2000).
Dokter sering mendefinisikan manajemen diri sebagai kepatuhan pasien
atau kepatuhan terhadap rejimen pengobatan, mengenai manajemen diri,
pasien juga bertanggung jawab untuk memantau dan menanggapi
perubahan dalam status kesehatan mereka dan kehidupan sehari-hari,
menjaga kesehatan umum mereka dan menghindari faktor risiko untuk
penyakit lain, misalnya dengan makan makanan yang sehat dan
berpartisipasi dalam olahraga teratur (Deaton). Faktor utama dari
manajemen diri dari penyakit kronis adalah bahwa orang berpartisipasi
secara efektif dalam mengelola perawatan kesehatan mereka sendiri secara
terus-menerus (Gallagher, Donoghue, Chenoweth, & Stein-Parbury, 2008
dalam Akhter,N; 2010).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
48
2. Teori-teori Self Management
Menurut Boger (2014) dalam Brilliati P (2016) teori-teori yang
menonjol yang mungkin menopang keberhasilan self-management adalah
sebagai berikut :
a. Model Perawatan Kronik ( The Chronic Care Model)
Model perawaatan kronik menyatakan bahwa ada 6 elemen yang
berpengauh pada peningkatan kualitas klinis seseorang, yaitu
komunitas, sistem kesehatan, dukungan self-management, delivery
system design, dukungan keputusan, dan informasi klinis ( Wagner,
1998;1999 dalm Boger, 2014 dan Brillianti P 2016)
b. Perceived Control
Kontrol perasaan didefinisikan sebagai keyakinan bahwa
seseorang dapat menentukan keadaan internal dan kebiasaan mereka
sendiri, mempengaruhi lingkungannya, dan/atau tujuan yang diharapkan
(Wallston et al.,1987 dalam Booger, 2014 dan Brilianti P, 2016)
c. Locus of control
Locus didikotomikan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal
(Rotter, 1966 dalam Booger 2014 dan Brilianti P, 2016). Seseorang
dengan internal locus control didefinisikan sebagai seseorang yang
percaya bahwa hasil atau penguatan yang dinilai terjadi sebagai
konsekuensi langsung dari tindakan pribadi. Sedangkan eksternal locus
control menandakan sebuah kepercayaan bahwa penguatan atau hasil
adalah hasil dari kebiasaan orang lain atau dipengaruhi oleh nasib,
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
49
keberuntungan, atau kesempatan. Namun banyak keterbatasan dalam
teori ini dalam penerapan self-management.
d. The Transtheoretical Of Change
Teori ini dalam hal perubahan kebiasaan digunakan untuk
mengklasifikasikan tingkatan-tingkatan yang berbeda atas kesiapan
motivasi untuk berubah (Prochaska et al., 1992 dalam Booger 2014 dan
Brilianti P 2016), The Transtheoretical Of Change berakar dari tugas
seputar kecanduan, namun diaplikasikan pada sejumlah kebiasaan yang
relevan pada self-management seperti peningkatan aktifias fisik, kontrol
berat badan, dan diet (Sarkin et al., 2001 dalam Booger, 2014 dan
Brilianti P, 2016), dan kepatuhan pengobatan pada kondisi seseorang
dengan penyakit kronis (Willey et al., 2003 dalam Booger, 2014 dan
Brillianti, 2016).
e. Self-efficacy
Self-efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang untuk
berhasil dalam situasi tertentu. Teori ini berasal dari teori sosial kognitif
yang dicetus oleh Albert Bandura. Teori ini menganut pendapat bahwa
seseorang yang belajar melalui dua cara, yaitu pengalaman langsung
dan model sosial. Bandura percaya bahwa model sosial menjadi hal
yang lebih berpengaruh terhadap pembelajaran manusia, sejak
kesempatan untuk mendapat pengalaman langsung itu terbatas. Bandura
melihat seseorang sebagai pihak yang berkontribusi atas lingkungan
sekitar kehidupannya, atau agen perubahan dan bukan sekedar produk
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
50
dari ligkungannya (Bandura, 2011 dalam Booger, 2014 dan Brillianti P,
2016).
3. Self- management dengan Hipertensi
Perspektif manajemen diri adalah yang menerima perhatian
meningkat dalam literatur penyakit kronis. Beberapa program manajemen
diri telah dikembangkan untuk mendukung pasien dengan penyakit kronis
seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan lupus erythomatus
sistemik. Program manajemen diri muncul untuk meningkatkan parameter
klinis yang signifikan pada pasien dengan diabetes dan hipertensi (Lin,
KW;2006).
Program manajemen diri bertujuan untuk:
a. Membantu klien untuk memperoleh interpersonal lebih efektif, kognitif,
dan perilaku emosional;
b. Untuk mengubah persepsi klien dan sikap evaluasi situasi bermasalah;
dan
c. Mengubah lingkungan stres yang merangsang atau tidak bersahabat
atau belajar untuk mengatasinya dengan menerima bahwa tidak dapat
dihindari (Kanfer & Gaelick-Buys, 1991).
Manajemen diri pada orang dengan hipertensi. Hipertensi merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan seseorang untuk mengelola perawatan
kesehatan mereka sendiri secara terus-menerus. Dalam penelitian ini,
perilaku manajemen diri pada orang dengan hipertensi didasarkan pada
karya Lin, et al. (2008) dengan pasien diabetes. Menurut Lin et al.,
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
51
Manajemen diri untuk pasien diabetes terdiri dari 5 komponen. Yang
meliputi : Integrasi diri; Regulasi diri; interaksi dengan tenaga kesehatan
profesional dan lain-lain yang signifikan; pemantauan diri; dan kepatuhan
terhadap rejimen direkomendasikan.
Integrasi diri mengacu pada kemampuan pasien untuk
mengintegrasikan layanan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari mereka
melalui kegiatan seperti diet yang tepat, olahraga, dan kontrol berat badan.
Penderita hipertensi harus mampu 1) mengatur porsi makan dan pilihan
ketika makan di luar; 2) makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian dan
kacang-kacangan; 3) menurunkan tingkatan lemak jenuh; 4)
mempertimbangkan efek pada tekanan darah ketika membuat pilihan
makanan; 5) menghindari/ mengurangi minum alkohol (kurang dari 1 ons
per hari); 6) mengurangi garam sekitar 6 gram / hari atau lebih rendah
dalam makanan; 7) menurunkan berat badan secara efektif; 8) mengelola
pilihan makanan untuk mengontrol tekanan darah; 9) olahraga untuk
mengontrol tekanan darah dan berat badan dengan berjalan, jogging atau
bersepeda berlangsung 30-60 menit per hari; 10) menggabungkan
hipertensi dalam kehidupan sehari-hari; 11) melakukan rutinitas hipertensi
untuk menyesuaikan situasi baru; 12) berhenti merokok; dan 13) stres
kontrol dengan mendengarkan musik, istirahat, dan berbicara dengan
anggota keluarga.
Regulasi diri mencerminkan pasien regulasi diri dari perilaku
mereka melalui memonitor diri tanda-tanda dan gejala tubuh (yang
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
52
mengidentifikasi situasi kehidupan dan penyebab terkait dengan perubahan
tekanan darah dan mengambil tindakan berdasarkan pada pengamatan ini/
regulasi diri). Perilaku regulasi diri mencakup: 1) memahami alasan untuk
perubahan tingkat tekanan darah; 2) mengenali tanda-tanda dan gejala
tekanan darah tinggi dan rendah; 3) bertindak dalam menanggapi gejala; 4)
mengenal gejala tekanan darah tinggi dan rendah; 5) mengobati reaksi
tekanan darah rendah; 6) membuat keputusan berdasarkan pengalaman; 7)
mengenali untuk situasi yang dapat mempengaruhi tingkat darah tekanan;
dan 8) membandingkan perbedaan antara tingkat tekanan darah saat ini
dan sasaran.
Interaksi dengan kesehatan profesional dan lainnya didasarkan pada
konsep bahwa perawatan kesehatan yang baik melibatkan kolaborasi
dengan penyedia layanan kesehatan dan lain-lain yang signifikan. Perilaku
yang mencerminkan interaksi dengan tenaga kesehatan professional dan
lain-lain yang signifikan adalah sebagai berikut: 1) nyaman mendiskusikan
derajat fleksibilitas dalam rencana pengobatan dengan penyedia layanan
kesehatan; 2) nyaman menyarankan perubahan rencana perawatan untuk
penyedia layanan kesehatan; 3) nyaman meminta penyedia layanan
kesehatan pertanyaan; 4) berkolaborasi dengan penyedia layanan
kesehatan untuk mengidentifikasi alasan untuk kontrol tekanan darah yang
buruk; 5) nyaman mendiskusikan tes out-of-range tekanan darah dengan
penyedia layanan kesehatan; 6) nyaman meminta penyedia layanan
kesehatan tentang sumber daya perawatan hipertensi; 7) meminta orang
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
53
lain untuk membantu terkait tekanan darah tinggi; 8) meminta orang lain
untuk membantu dalam mengontrol tekanan darah; dan 9) nyaman
meminta orang lain untuk teknik manajemen tekanan darah tinggi.
Pemantauan diri berkaitan dengan monitoring tekanan darah untuk
mendeteksi tingkat tekanan darah dalam rangka untuk menyesuaikan
aktivitas perawatan diri. Perilaku pemantauan diri meliputi: 1) memeriksa
tekanan darah saat merasa sakit; 2) memeriksa tekanan darah ketika
mengalami gejala tekanan darah rendah; dan 3) memeriksa tekanan darah
untuk membantu membuat keputusan perawatan diri hipertensi.
Kepatuhan terhadap rejimen direkomendasikan mengacu ke pasien,
kepatuhan terhadap ditentukan obat hipertensi dan klinik kunjungan.
Dimensi ini juga melibatkan mengambil jumlah yang ditentukan obat,
minum obat jumlah yang ditentukan kali, dan melihat dokter setiap 1-3
bulan.
4. Faktor-Faktor Terkait Dengan Self-Manajemen Pada Pasien Dengan
Hipertensi
Banyak faktor yang mempengaruhi manajemen diri hipertensi. Meliputi :
a. Usia.
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen
diri. Lee et al. (2010) menemukan bahwa pasien yang lebih tua dengan
hipertensi memiliki perilaku perawatan diri yang lebih baik. Namun, di
usia tua, kemampuan kognitif bisa menurun dan ini dapat
mempengaruhi perilaku manajemen diri mereka (Sinclair, Girling &
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
54
Bayer, 2000) dan kemampuan mereka untuk membuat keputusan
sehari-hari (Dickson, Tkacs & Riegel, 2007)
b. Jenis kelamin.
Ditemukan bahwa pasien perempuan memiliki perilaku perawatan
diri / self-management yang lebih baik daripada pasien laki-laki. Chung
et al. (2006) menemukan bahwa wanita memiliki lebih banyak
pengetahuan tentang penyakit dibandingkan laki-laki, karena itu mereka
mungkin lebih mampu beradaptasi makanan untuk diet sodium dibatasi
karena mereka bertanggung jawab untuk menyiapkan makanan. Selain
itu, Yount, Setuju, dan rebellon (2004) menemukan bahwa wanita
melaporkan mengunjungi penyedia dan menggunakan obat lebih sering
daripada pria.
c. Pendapatan.
Penghasilan memiliki efek pada manajemen diri. Pasien
berpenghasilan rendah tidak mampu membeli makanan sehat dan obat
secara teratur, sehingga mereka tidak dapat melakukan manajemen diri
hipertensi.
d. Pendidikan.
Pendidikan dianggap sebagai prasyarat penting untuk manajemen
diri dari penyakit kronis (Kolbe, 2002). Weijman, Ros, Rutten,
Schaufeli, Schabracq dan Winnubst (2004) menemukan bahwa tingkat
pendidikan terkait dengan frekuensi manajemen diri.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
55
e. Komorbiditas/penyakit penyerta.
Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki hubungan dengan
beberapa kondisi penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, stroke,
penyakit ginjal kronis, dan penyakit jantung koroner. Komorbiditas/
penyakit penyerta merupakan salah satu faktor pasien-spesifik yang
mempengaruhi kontrol hipertensi (Naik, Kallen, Walder, Street, 2008).
Kondisi komorbiditas ini mempengaruhi pengelolaan diri dalam
hipertensi. Pasien stroke mengalami penurunan kapasitas kognitif
karena kerusakan neurologis dan mereka dapat mengembangkan
demensia, sehingga pasien tidak dapat melakukan kerja normal (Kim &
Kang, 2007). Ditemukan bahwa komorbiditas kardiovaskuler
mengurangi manajemen diri pada hipertensi (Polijicanin, Ajdukovic,
Sekerija, Pibernik-Okanovic, Metelko, Mavrinac, 2010).
f. Lokasi residensi.
Orang perkotaan pengelolaan dirinya lebih tinggi dari masyarakat
pedesaan karena di perkotaan ada banyak organisasi kesehatan swasta
dan pemerintah, banyak dokter dan banyak departemen kedokteran
yang tersedia. Di sisi lain, di daerah pedesaan organisasi perawatan
kesehatan yang jauh dari orang-orang yang tinggal. Ada yang sangat
sedikit penyedia layanan kesehatan dan beberapa toko obat dan ini
mempengaruhi manajemen diri.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
56
g. Waktu sejak didiagnosis.
Waktu sejak diagnosis atau durasi sejak didiagnosa dengan
hipertensi memiliki efek pada manajemen diri. Beberapa pasien yang
serangan yang lebih lama mengelola lebih baik dari pasien baru karena
mereka telah mengalami faktor risiko hipertensi. Mereka tahu tanda-
tanda dan gejala dan telah digunakan antihipertensi obat. Lee et al.
(2010) menemukan hubungan positif antara tahun hipertensi dan
perawatan diri perilaku. Mereka menyatakan bahwa orang-orang
dengan waktu yang lebih lama terkena hipertensi mungkin punya
kesempatan belajar lebih untuk mereka.
5. Teori Self Care t-Dorothea E. Orem
a. Konsep Self Care Dorothea Orem
Selama tahun 1958-1959 Dorothea Orem sebagai seorang
konsultan pada bagian pendidikan Departemen Kesehatan, Pendidikan
dan Kesejahteraan dan berpartisipasi dalam suatu proyek pelatihan
peningkatan praktek perawat (vokasional). Ide inilah yang kemudian
dikembangkan dalam konsep keperawatannya “Self Care”. Pada tahun
1959 konsep keperawatn Orem ini pertama sekali dipublikasikan.
Tahun 1965 Orem bekerjasama dengan beberapa anggota fakultas dari
Universitas di Amerika untuk membentuk suatu Comite Model
Keperawatan (Nursing Model Commitee). Tahun 1968 bagian dari
Nursing Model Committee termasuk Orem melanjutkan pekerjaan
mereka melalui Nursing Development Conference Group (NDCG).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
57
Orem Kemudian mengembangkan konsep keperawatanya “self
care” dan pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing; Concepts of
Practice. Pada edisi pertama fokusnya terhadap individu, sedangkan
edisi kedua (1980), menjadi lebih luas lagi meliputi multi person unit
(keluarga, kelompok dan masyarakat).
Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3 teori
yang berkaitan yaitu : 1). Self Care, 2). Self care defisit dan 3) nursing
system. Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral
yaitu; self care, self care agency, kebutuhan self care therapeutik, self
care defisit, nursing agency, dan nursing system, serta satu konsep
perifer yaitu basic conditioning factor (faktor kondisi dasar).
Postulat self care teori mengatakan bahwa self care tergantung
dari prilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk
sendiri untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya.
1) Teori Self Care
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu
memahami konsep self care, self-care agency, basic conditioning
faktor dan kebutuhan self care therapeutik. Self care adalah
performance atau praktek kegiatan individu untuk berinisiatif dan
membentuk prilaku mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk dengan efektif maka hal
tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi
manusia dan erat kaitannya dengan perkembangan manusia.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
58
Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan
untuk melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan
self care dipengaruhi oleh basic conditioning factors seperti; umur,
jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial
budaya, sistem perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan
modalitas), sistem keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta
ketersediaan sumber.
Kebutuhan self care therapeutic (Therapeutic self acre
demand) adalah merupakan totalitas dari tindakan self care yang
diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care dengan
menggunakan metode yang valid yang berhubungan dengan tindakan
yang akan dilakukan. Konsep lain yang berhubungan dengan teori
self care adalah self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga
katagori self care requisite :
a) Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan
istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan
hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b) Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan dengan
kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus
kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan
kehilangan rambut.
c) Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan
akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
59
integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu
penyakit atau injury.
2) Teori Self Care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut
Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa
(atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam
melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika
kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau
adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang
dapat digunakan dalam membantu self care:
a) Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
b) Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c) Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d) Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
e) Pendidikan.
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan
beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.
Orem menggambarkan hubungan diantara konsep yang telah
dikemukakannya.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
60
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual untuk Keperawatan
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jika kebutuhan
lebih banyak dari kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat
memberikan pelayanan keperawatan dapat digambarkan sebagi
domain keperawatan. Orem (1991) mengidentifikasikan lima area
aktifitas keperawatan yaitu:
a) Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan
individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi
perencanaan keperawatan.
b) Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan.
c) Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan
kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.
Nursing
agency
deficit
Self-care
demands
Self-care
agency
Self-care
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
61
d) Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung
dalam bentuk keperawatan.
e) Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika
dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang
dibutuhkan atau yang akan diterima.
3) Teory Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada
kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care.
Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care
therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency
adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk
orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat
melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan
kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan
pengembangan self care agency.
Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
62
WHOLLY COMPENSATORY SYSTEM
PARTLY COMPENSATORY SYSTEM
SUPPORTIVE - EDUCATIVE SYSTEM
Gambar 2.2 Sistem Keperawatan Dasar(Basic Nursing Systems)
a) Wholly Compensatory system
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan
tindakan self care, dan menerima self care secara langsung serta
ambulasi harus dikontrol dan pergerakan dimanipulatif atau
adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tiga kondisi yang
termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat melakukan
tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan,
Pendukung dan melindungi klien
Kompensasi ketidakmampuan untuk self care
Pendukung dan
Menyelesaikan therapeutik self care klien
Tindakan Perawat
Tindakan pasien
Menerima asuhan dan bantuan nurse
Mengatur kemampuan self care
Menjalankan self care measure
Membantu klien sesuai kebutuhan
Kompensasi keterbatasan klien untuk self care
Pendukung dan
Menjalankan beberapa kegiatan self care
Tindakan Perawat
Melakukan/menyelesaikan self care
Mengatur latihan dan Perkembangan
kemampuan self care
Tindakan pasien Tindakan Perawat
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
63
observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak dapat
melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu
membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.
b) Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan
perawatan atau tindakan lain dan perawat atau pasien mempunyai
peran yang besar untuk mengukur kemampuan melakukan self
care.
c) Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar
membentuk internal atau external self care tetapi tidak dapat
melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga dikenal dengan
supportivedevelopmental system.
6. Manajemen Diri Dan Edukasi Pasien
Program manajemen penyakit memperlengkapi pasien dengan
informasi dan rencana perawatan diri untuk mengatur kesehatan mereka
dan mencegah komplikasi yang dihasilkan dari rendahnya pengawasan
terhadap proses penyakit tersebut. Edukasi pasien merupakan komponen
penting dari manajemen diri dalam program manajemen penyakit. Strategi
edukasi mungkin mencakup individu atau kelompok untuk keadaan atau
penyakit tertentu serta penyediaan handout tertulis yang mudah dibaca dan
dimengerti pasien.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
64
7. Mendukung Manajemen Diri (Self Management)
Pada komponen ini, pasien yang berperan utama dalam menjaga
kesehatannya yang bertujuan untuk menekan biaya pengobatan. Pasien
diajarkan dan dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan untuk
memantau dan menjaga kesehatannya seperti memantau tekanan darah dan
kadar gula darah secara rutin. Ketaatan pasien untuk melakukan
serangkaian perawatan, serta teratur meminum obat sangat diperlukan
untuk menjalankan komponen ini.
Hipertensi atau yang lebih sering dikenal dengan tekanan darah
tinggi yang terjadi pada arteri. Tekanan darah adalah pengukuran terhadap
dinding arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh (US National
Library of Medicine [NLM], 2010). Hipertensi merupakan kondisi serius
yang dapat menjadi penyebab beberapa masalah kesehatan.
Tekanan darah diukur dengan menggunakan dua buah angka yang
mereprensentasikan sistol dan diastol. Tekanan darah manusia pada
umumnya adalah 120/80 mmHg. Angka 120 merepresentasikan tekanan
sistol dimana tekanan yang terjadi selama jantung berdetak. Sedangkan
angka 80 merepresentasikan tekanan diastol dimana tekanan yang terjadi
ketika jantung beristirahat berdetak. Alat pengukur tekanan darah disebut
sphygmomanometer.
Tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tekanan darah normal adalah kondisi dimana nilai sistol kurang dari
120 mmHg dan diastol kurang dari 80 mmHg.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
65
b. Prehipertensi adalah kondisi dimana nilai sistol berada di antara 120 –
139 mmHg atau diastol 80 - 89 mmHg.
c. Hipertensi tahap 1 adalah kondisi dimana nilai sistol berada di antara
140 - 159 mmHg atau diastol 90 - 99 mmHg.
d. Hipertensi tahap 2 adalah kondisi dimana nilai sistol diatas 160 mmHg
atau diastol diatas 100 mmHg.
Hasil pengukuran tekanan sistol dan diastol ini yang akan menjadi
input parameter dalam sistem dismen. Sehingga karyawan yang diduga
terkena hipertensi dapat dipantau tekanan darahnya agar tidak bertambah
parah.
a. Standar Perawatan Hipertensi
Sama halnya dengan diabetes, manajemen perawatan penderita
hipertensi bertujuan untuk memcapai hasil yang baik dimana keadaan
pasien stabil atau lebih baik. Tujuan dari evaluasi pasien hipertensi
adalah untuk menilai gaya hidup pasien dan mengidentifikasi faktor
risiko cardiovascular; untuk mengetahui penyebab tingginya tekanan
darah (blood pressure/BP); dan untuk mengetahui ada tidaknya
kerusakan organ dan CVD (cardiovascular disease) (American Heart
Association, 2003).
Perawatan yang dilakukan untuk manajemen hipertensi adalah :
1) Kontrol Tekanan Darah.
Kontrol tekanan darah dipengaruhi oleh pola hidup pasien,
dosis obat yang diberikan, kombinasi obat yang diberikan. Jika hal-
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
66
hal tersebut tidak tepat maka tentunya mengakibatkan hasil tekanan
darah yang tidak terkontrol. Terapi antihipertensi dilakukan untuk
mengurangi gangguan cardiovascular dan ginjal serta kematian.
Target perawatan hipertensi adalah agar penderita hipertensi
mencapai tekanan darah (BP) < 140 / 90 mmHg atau BP < 130 / 80
mmHg untuk pasien penderita diabetes atau penyakit ginjal kronis.
2) Modifikasi Pola Hidup
a) Mengurangi berat badan
Rekomendasi : Menjaga berat badan normal ( body mass index
(BMI) 18.5 -24.9 kg/m2).
b) Perencanaan pola makan (Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH))
Rekomendasi : Mengadopsi diet buah-buahan, sayuran, dan susu
rendah lemak.
c) Diet natrium
Rekomendasi : Mengurangi asupan natrium < 100 mmol per hari
(2,4 g natrium atau 6 gram natrium klorida).
d) Aktivitas fisik
Rekomendasi : Aktifitas fisik teratur (misalnya jalan cepat)
minimal 30 menit per hari.
e) Konsumsi alkohol
Rekomendasi : Untuk pria < 2 x minum per hari sedangkan
wanita dan orang berberat badan ringan < 1 x minum per hari.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
67
Keterangan : 1 x minum = 1 / 2 oz atau 15 mL etanol (misalnya,
12 bir oz, 5 oz anggur, 1.5 oz 80 wiski).
3) Obat
Pemberian obat dilakukan ketika pendekatan modifikasi pola
hidup tidak menghasilkan tekanan darah pasien sesuai dengan target
Disman.
4) Follow-Up dan Monitoring
Pasien harus ditindak-lanjuti dan melakukan pengobatan untuk
interval waktu tertentu (bulanan atau kurang dari sebuan) sampai
tujuan BP tercapai ketika terapi obat antihipertensi dimulai.
Konsultasi akan perlu untuk sering dilakukan untuk pasien hipertensi
stadium 2 atau dengan komlikasi lainnya. Serum potassium dan
creatinine harus dipantau minimal 1 atau 2 kali dalam setahun.
setelah BP mencapai target dan stabil, konsultasi dilakukan 3-6
bulan sekali. Penentuan interval konsultasi juga tergantung pada
faktor adanya penyakit lain misalnya diabetes. Pemberitahuan untuk
tidak mengkonsumsi rokok (tembakau) harus selalu diberikan.
E. Kerangka Teori
Penjelasan Kerangka Teori
Faktor-faktor resiko pada hipertensi ada 2 yaitu yang pertama faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor): keturunan, jenis kelamin, ras
dan usia, yang kedua ada faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
68
obesitas, kurang olahraga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas
natrium, kadar kalium rendah,alkohol, stres, pekerjaan, pendidikan dan pola
makan. Faktor-faktor resiko tersebut dapat mempengaruhi terjadinya
hipertensi. Hipertensi dapat dicegah dengan 2 cara yaitu dengan farmakologi
dan non farmakologi, salah satu pencegahan non farmakologi adalah self
management. Self management terdiri dari 5 komponen yaitu : Integritas Diri
(diet, olahraga, kontrol berat badan, mengurangi mengkonsumsi alkohol dan
rokok, kontrol stres), Regulasi Diri (pengetahuan akan penyebab perubahan
tekanan darah, pengetahuan akan tanda dan gejala hipertensi, kemampuan
membuat keputusan), Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya,
Pemantauan Tekanan Darah dan yang terakhir Kepatuhan terhadap aturan
yang dianjurkan (minum obat yang teratur dan kunjungan klinik)
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
69
Keterangan :
: Diteliti : Tidak diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Teori ( Menurut modifikasi dari Udjianti., Suhadak.,
& Nargis Akhter,2010)
Kepatuhan terhadap aturan
yang dianjurkan
Minum obat yang
teratur
Klinik kunjungan
Pemantauan
tekanan darah
Interaksi dengan
tenaga kesehatan
dan lainnya
Regulasi Diri
Pengetahuan akan
penyebab perubahan
tekanan darah,
pengetahuan akan tanda
dan gejala Hipertensi,
kemampuan membuat
keputusan
Integrasi Diri
Diet, Olahraga, Kontrol
Berat Badan,
Mengurangi
mengkonsumsi alkohol
dan rokok, Kontrol
stress
Self Management Lansia
Non Farmakologi
Obat-obatan Hipertensi seperti
diuretik, beta-bloker, dll
Farmakologi
Hipertensi pada
Lansia
Faktor-faktor resiko pada hipertensi :
1. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) : keturunan, jenis kelamin, ras dan usia.
2. Faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu: obesitas, kurang olah raga atau aktivitas,
merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stress,
pekerjaan, pendidikan dan pola makan.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
70
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya
perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis pada penelitian ini
adalah :
Ha : Ada pengaruh self management terhadap tekanan darah lansia yang
mengalami hipertensi.
H0 : Tidak ada pengaruh self management terhadap tekanan darah lansia
yang mengalami hipertensi.
Hipertensi pada
Lansia
Self- Management
Integrasi diri
Regulasi diri
Interaksi dengan tenaga
kesehatan dan lainnya
Pemantauan tekanan darah
Kepatuhan terhadap aturan
yang dianjurkan
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017