56
TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS A. TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Dasar Persepsi Sensori : Halusinasi a. Pengertian Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta pemberdayaan melalui proses mengamati, mengetahuai dan megartikan panca indranya mendapat rangsangan ( Maramis, 2004, hal,. 119). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanay rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/ bagun, dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004, hal. 199). Halusinasi merupakan salah satu respon maladaftif individu yang berada dalam rentang respon neurobiology (Stuart & Laraia, 2001). Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1998, hal, 267) halusinasi adalah penginderaan tanpa

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Persepsi Sensori : Halusinasi

a. Pengertian

Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan

serta pemberdayaan melalui proses mengamati, mengetahuai dan

megartikan panca indranya mendapat rangsangan ( Maramis, 2004,

hal,. 119). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanay rangsang

apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan

sadar/ bagun, dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun

histerik (Maramis, 2004, hal. 199).

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaftif individu yang

berada dalam rentang respon neurobiology (Stuart & Laraia, 2001).

Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1998, hal, 267) halusinasi

adalah penginderaan tanpa sumber rangsang eksternal, hal ini

dibedakan dari distosi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari

rangsangan yang nyata ada. Pasien merasakan halusinasi sebagai

sesuatu yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu.

Rentan respon perilaku klien diidentifikasikan sepanjnag rentang

respon klien masih adaftif atau maladaftif.

Page 2: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaftif Respon maladaftif

- Pikiran logis - Distor pikiran - Gangguan

pkiran/delusi

- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi

- Emosi konsisten - Reaksi emosional - Sulit berespon

dgn pengalaman yang berlebihan emosi

kurang

- Perilaku sesuai - Perilaku aneh - Perilaku

Disorganisasi

- Berhubungan - Menarik diri - Isolasi sosial

Social

(Stuart and Sundden, 1998, hal. 302)

Halusinasi dapat dikalifikasikan menjadi sepuluh yaitu (Maramis,

2004, hal. 119)

1). Halusinasi pengelihatan (visual, optic) : stimulus visual dalam

bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartoon,

bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

2). Halusinasi pendengaran (audiotory) : mendengar suara-suara atau

kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan

yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas menyebut klien,

Page 3: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

samapai kepercakapan lengkap antara dua oang atau lebih tentang

orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana

klien mendengarperkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan

sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.

3). Halusinasi penciuman (olfaktorik) : membaui bau-bauan tertentu

seperti bau darah, urin atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak

menyenangkan.

4). Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu

seperti rasa darah, urin atau feses.

5). Halusinasi peraba (taktil) : mengalami nyeri atau keidaknyamanan

tanpa stimulus yang jelas. Merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari

atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulit.

6). Halisinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam suatu

ruang, atau anggota tubuhnya bergerak.

7). Halusinasi visceral : perasaan tertentu timul dalam tubuhnya.

8). Halusinasi hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seseorang yang

normal, tepat sebelum tertidur, sensori persepsi bekerja salah.

9). Halusinasi hipnopompik : seperti pada no. 8 tetepi terjadi sebelum

terbagun sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pola

pengalaman halusinasi dalam impian yang normal.

10).Halusianasi histerik : timbul pada saat histerik karena konflik

emosional.

Page 4: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Halusinasi berkembang menjadi empat fase (Stuart &

Larain, 2004, hal. 424).

1). Fase pertama (comforting)

Fase ini individu mengalami kecemasan, stress, perasaan bersalah,

kesepian, klien mungkin melawan atau memfokuskan pikiran

padahal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan,

klien masih dapat mengontrol halusinasinya.

2). Fase kedua (condemning)

Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang

berhalusinasi melalui merasa kehilangan kendali dan berusaha

menjauhkan diri dari sumber yang dipersepsikan. Individu merasa

malukarena pengalaman sensorinya dan menarik diri.

3). Fase ketiga (controlling)

Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan halusinasinya

dan membiarkan halusinasinya menguasai dirinya. Isi

halusinasinya dapat berupa permohonan, individu mungkin

mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir.

4). Fase keempat (conquering)

Pasien merasa terpakau dan tidak berdaya melepaskan diri dari

control halusinasinya. Halusinasi menjadi mengancam, menerima

dan memarahinya, klien tidak dapat berhubungan dengan orang

lain.

b. Psikopatologi

Page 5: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Ada beberapa hal yang menyebabkan gangguan jiwa

halusinasi yaitu : (kasiyo, 1998, hal. 118)

1). Factor Predisposisi

a). Faktor perkembangan terhamat

Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan

interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan

kecemasan yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi.

Hambatan perkembangan ini misalnya pada usia sekolah

mengalami peristiwa yang tidak menyengkan selama

sosialisasi dan kegiatan sekolah, pada usia remaja

mengalamikrisis identitas yang tidak terselesaikan.

b). Faktor social budaya

Berbagai factor di masyarakat yang membuat seseorang

disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat

diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan

halusinasi.

c). Faktor Pisikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda

atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan

kecemasan berat yang berakhir dengan pengingkaran

terhadap kenyataan.

d). Faktor Biologis

Page 6: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Stuktur otak yang abnormal ditentukan pada pasien

gangguan orientasi realita.

e). Faktor Genetik

Adanya anggota keluarga yang menderita skizofernia.

2). Faktor Predisposisi

a). Faktor Sosial Budaya

Stres atau kecemasan akan meningkat bila terjadi

penurunan stabilatas keluarga, perpisahan dengan orang-

orang yang dicintai atau diasingkan dari kelompok.

b). Faktor Biokimia

Stres yang mengakibatkan lepasnya depomine atau zat

halusinogetik yang menyebabkan terjadinya halusinasi.

c). Faktor Pisikologis

Kecemasan ekstrim yang meningkat disertai terbatasnya

kemampuan menatasi masalah memungkinkan terjadinya

halusinasi.

Tanda dan gejala yang muncul pada klien halusinasi

(Kasiyo,1998, hal 122) adalah bicara, senyum dan tertawa

sendiri, menarik diri, menghindari dari orang lain, mudah

tersinggung,jengkel, marah, ekspresi wajah tegang,

mengatakan mendengar suara-suara yang tidak jelas, melukai

diri sendiri, tidak dapat membedakan hal yang nyata,

Page 7: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

pembicaraan kacau kadan tidak masuk akal, tidak mampu

melakukan asuhan sendiri.

c. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis untuk penderita skizofrenia adalah:

1) Therapi somatik

Pengobatan skizofrenia ditujukan kepada gejala-gejala

yang menonjol. Apabila gejala yang menonjol seperti

gadih, gelisah, agresif, halusinasi, sulit tidur diberikan

antipsikosis dosis efektif seperti chlorpromazine 100 mg

dalam bentuk oal/injeksi sesuai dengan keadaan klien.

Dosis diberikan 100-100 mg/hari dapat dinaikkan sesuai

kebutuhan pada penderita skizofrenia dengan halusinasi

menonjol, tidak ada gangguan tidur dan tidak begitu gaduh

diberikan trifluoroperazines 5 mg (1-2 kali

sehari)/Haloperidol 2 mg 2 kali sehari. Penderita

skizofrenia katatonik tipe stupor dan dapat diberikan

pimozode 4 mg 1 kali sehari (Kaplan dan Sadock, 1997, hal

725).

2) Terapi kejang listrik/ECT (Elektro Convulsive Therapy)

Elektro Convulsive Therapy adalah salah satu pengobatan

fisik dengan menggunakan arus listrik melalui elektroda

dengan voltase diatur sesuai tingkat terendah yang akan

menghasilkan efek terapi. Terapi kejang listrik/ECT

Page 8: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

diberikan pada klien-klien dengan kasus seperti: gangguan

skizofrenia katatonik, gangguan paranoid, neurosis cemas

yang hebat, neurosis obsesif-kompulsif yang tidak bereaksi

terhadap obat-obat lain (Kasiyo,K.W, 1998, hal 230).

3) Terapi modalitas

a) Therapi aktivitas

(1) Therapi musik

Fokus pada: mendengar, memainkan alat musik,

bernyanyi yaitu menikmati dengan relaksasi jenis

musik yang disukai klien.

(2) Therapi seni

Fokus pada: untuk mengekspresikan perasaan

melalui berbagai pekerjaan seni.

(3) Therapi menari

Fokus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan

tubuh.

(4) Therapi relaksasi

Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok

Rasional: untuk koping/ perilaku maladaptive/

deskriptif dan meningkatkan partisipasi serta

kesenangan klien dalam kehidupan.

b) Therapi sosial

Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.

Page 9: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

c) Therapi kelompok

(1) Group therapy (therapy kelompok)

(2) Therapiutik group (kelompok terapeutik)

(3) Adjuntive group activity therapy (Therapy aktivitas

kelompok)

d) Therapi lingkungan

Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam

keluarga (home-like atmosphere), (Kasiyo,K.W, 1998,

hal 302).

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakanlangkah awal dari proses keperawatan klien

dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar dengan data

yang didapatkan diantaranya: bicara, senyum, tertawa sendiri,

mendengar suara-suara yang tidak jelas, merusak diri, orang lain, tidak

dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata, sulit membuat

keputusan, menyalahkan diri sendiri dan orang lain dan tidak mampu

melakukan asuhan sendiri

Pohon masalah

Akibat Risiko tinggi mencedarai diri sendiri dan orang lain

Core Problem Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar

Page 10: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Penyebab Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Masalah Keperawatan:

a. Resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain

b. Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar

c. Isolasi sosial: menarik diri

d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Dari data yang muncul diatas kemudian dapat dirumuskan masalah

sehingga ditemukan diagnosa keperawatan:

1) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan

halusinasi dengar

2) Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan

menarik diri

3) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

b. Perencanaan

Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan

prioritas diagnosa keperawatan (Keliat, 1998). Prioritas diagnosa

keperawatan dapat ditentukan berdasarkan masalah utama. Hal

tersebut tidak terlepas dari keadaan dan kondisi klien saat menyusun

rencana keperawatan.

Adapun prioritas diagnosa keperawatan adalah:

Page 11: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1) Risiko mencederai

diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar.

Tujuan jangka panjang: klien tidak melakukan tindakan yang dapat

melukai diri sendiri dan orang lain

Tujuan jangka pendek:

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Rencana Keperawatan:

(1) Bina hubungan saling percaya

Rasional: hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi

yang terapeutik perawat dan klien

(2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional: ungkapan perasaan klien kepada perawat sebagai

bukti bahwa klien mulai mempercayai perawat.

b) Klien dapat mengenali halusinasinya

Rencana Keperawatan:

(1) Ajak klien membicarakan hal-hal nyata yang ada di

lingkungan

Rasional: mengurangi waktu kosong pada klien sehingga

dapat mengurangi frekwensi halusinasi.

(2) Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang

berhubungan dengan halusinasi, terima halusinasi sebagai

suatu hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi

perawat.

Page 12: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Rasional: meningkatkan orientasi realita klien dan rasa

percaya klien.

(3) Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya

halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timmbulnya

halusinasi.

Rasional: peran serta aktif klien sangatmenentukan

efektifitastindakan keperawatan yang dilakukan

c) Klien dapat mengendalikan halusinasinya

Rencana keperawatan

(1) Identifikasi tindakan yang biasanya dilakukan bila suara

tersebut ada.

Rasional: tindakan biasanya dilakukan klien merupakan upaya

mengatasi halusinasi.

d) Klien dapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.

Rencana keperawatan

(1) Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara

merawat klien di rumah.

Rasional: keluarga yang mampu merawat klien dengan halusinasi

paling efektif mendukung kesembuhan klien dengan masalah

halusinasi.

e) Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.

Rencana keperawatan

Page 13: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

(1) Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai

dengan program dokter.

Rasional: memastikan bahwa klien minum obat secara teratur.

2) Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan

menarik diri.

Tujuan jangka panjang: klien dapat berhubungan dengan orang lain

sehingga dapat mengendalikan halusinasinya.

Tujuan jangka pendek:

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rencana perawatan

(1) Bina hubungan saling percaya

Rasional: Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan

meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan

perawat.

b) Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku

menarik diri

Rencana perawatan

(1) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan

penyebab klientidak mau bergaul.

Rasional: untuk mengetahui alas an pasien menarik diri.

(2) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien.

Rasional: meningkatkan harga diri klien sehingga berani

bergaul dengan lingkungan sosialnya

Page 14: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

c) Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan

orang lain

Rencana perawatan

(1) Diskusikan tentang manfaat berhubungan dedengan orang

lain

Rasional: meningkatkan pengetahuan klien tentang

perlunya berhubungan dengan orang lain

d) Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap

Rencana perawatan

(1) Membantu klien berhubungan dengan orang lain secara

bertahap.

Rasional: perlu latihan secara bertahap dalam berhubungan

dengan orang lain.

e) Klien dapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan

orang lain

Rencana perawatan

(1) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan

kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain

Rasional: untuk mengidentifikasi hambatan yang

dirasakan klien.

3) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan jangka panjang: klien dapat berhubungan dengan orang lain

secara bertahap.

Page 15: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Tujuan jangka pendek

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Rencana perawatan

(1) Bina hubungan saling percaya

Rasional: hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi

yang terapeutik perawat dan klien

b) Klien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki

Rencana perawatan

(1) Ientifikasi kemampuan klien yang dimiliki rumah sakit

Rasional: Klien dapat menyebutkan kemampuan yang

dimiliki.

c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Rencana perawatan

(1) Diskusikan kemampuan yang lain yang masih bisa

digunakan di rumah sakit.

Rasional: sebagai motivasi untuk meningkatkan harga

diri klien.

d) Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki.

Rencana perawatan

(1) Bantu klien melakukannya dan bila perlu beri contoh.

Rasional: meningkatkan rasa percaya diri klien.

Page 16: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuannya.

Rencana perawatan

(1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang

telah direncanakan.

Rasional: klien dapat menunjukkan kemampuan yang

dimiliki.

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan dikerjakan oleh tim keperawatan sesuai dengan rencana

tindakan yang dilakukan

d. Evaluasi

Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya,

klien mampu menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan saat

halusinasi muncul, klien dapat mengenal dan mengontrol

halusinasinya, klien mau mengungkapkan perasaannya, klien tidak

melakukan tindakan yang dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain,

klien dapat berhubungan dengan orang lain.

b. Analisa Data

TABEL 2.1ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA KLIEN MG

DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DENGARDIRUANG ARIMBI BPJ RSJ PROPINSI BALI

TANGGAL 23 JUNI 2008

Page 17: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

NO Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan

1 2 3 4

1. Klien masuk rumah

sakait dengan keluhan

ngamuk-ngamuk dan

sempat memukul

ayahnya serta membakar

kasur

Klien tampak glisah dan

tenang

Ketika diajak bijara klien

kadang-kadang berdiri

dan kadang-kadang

duduk kembali.

Nada bicara klien lambat

Tatapan mata kosong

Resiko mencererai

diri sendiri dan

orang lain

2 Klien mengatakan

mendengar suara

ayahnya yang memnggil

dirinya, suara itu

mengatakan “kerjaanmu

ngamuk saja”

Klien mengatakan suara

itu saat klien sedang

bengong sendiri dan saat

klien sedang tertidur

sehingga klien sering

terbangun dari tidurnya.

Klien mengatakan

frekuensi munculnya

suara itu tidak tentu,

suara yang di dengarnya

berlangsung sebentar

dan bila mendengar

suara tersebut klien

merasa glisah dan

pikirannya kacau serta

Klientampak gelisah dan

tenang

Klien tampak sering

menyendiri

Klien tampak bengong

ditempat tidurnya

Klien tampak cemas

Perubahan persepsi

sensori : halusinasi

dengar

Page 18: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

langsung menutup

telinganya

3 Klien mengatakan malu

terhadap dirinya sendiri

karena penyakit yang

dideritanya, klien malau

dan takut bertemu

Klien tampak bengong

Klien tampak menyendiri

di ruanagan

Gangguan konsep :

diri harga diri

rendah

dengan orang-orang

dirumahnyan karena

klien merasa dirinya

tidak berguna, klien

mengatakan jarang di

jenguk oleh keliarga

4

1

Klien mengatakan malas

ngomong dengan orang

lain, klien mengatakan

lebih seng menyendiri

2

Kontak mata kurang

Kadang-kadang klien

memalingkan mukaknya

darai perawat

Tatapan mata klien

kosong

Klien tampak berdiam

diri dan tidur-tiduran

diruangan

3

Kesusakan interaksi

social : harga diri

rendah

4

5 Klien mengatakan

sewaktu dirumah sempat

putus obat karena klien

malas minum obat

Klien sudah pernah

dirawat tiga kali dirumah

sakait jiwa

Kurang perhatian darai

Peñatalaksanaan

regimen therapiutik

tidak efektif di

ruangan

Page 19: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Klurga mengatakan

tidak ada yang

memperhataikana klien

dirumah karena ada

kesibukan yaitu upacara

ngabren

Klien mengatakan sudah

pernah dirawat tiga kali

di rumah sakait jiwa

keluarga tentang obat-

obatan yang dimiliki

klien

6 Keluarga mengatakan

tidak mengetahuai

pengertian, tanda gejala

dan cara perawatan klien

di rumah

Keluarga mengatakan

kurang memperhatikan

fungsi dan manfaat obat

bagi klien

Keluarga mengatakan

mengajak klien pulang

untuk dirawat

dirumahnya

Saat kunjungana rumah

kelurga tampak terdiam

ketika ditanya oleh

perawat

Keluarga klien tampak

bengong

Kurang pengetahuan

keluarga

c. Rumusan Masalah

1) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar

3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

4) Kerusakan interaksi social : menarik diri

5) Penatalaksanaan regiemen terapiutik tidak efektif di rumah

Page 20: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

6) Kurang pengetahuan keluarga

d. Pohon Masalah

Akibat Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Core Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar

Page 21: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Problem

Etiologi Kerusakan interaksi social, menarik diri

Risiko Gangguan konsep diri, harga diri rendah

Kekmabuhan

Koping individu tidak efektif

Penatalaksanaan

reigemen terapiutuk

tidak efektif di Faktor Presposisi Faktor Presipitasi

rumah - Pengawasan keluarga - Klien dirumah

terhadap klien saat di sempat putus

Kurang rumah kurang karena obat dan malas

Pengetahuan ada kesibukan upacara minim obat

Keluarga ngaben

- Keluarga mengajak klien

pulang untuk dirawat

di rumahnya

e. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan

halusinasi dengar ditandai dengan klien masuk rumah sakit dengan

keluhan mengamuk-ngamuk dan sempat memukul ayahnya serta

membakar kasur, klien tampak gelisah dan tenang, saat diajak bicara klien

kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang duduk kembali, nada bicara

klien lambat, tatapan mata kosong, klien mengatakan mendengar suara

Page 22: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

ayahnya yang memarahi dirinya, klien mengatakan suara itu terdengar saat

klien sedang bengong sendiri dan saat klien sedang tertidur sehingga klien

sering terbangun dari tidurnya, klien mengatakan frekuensi munculnya

suara itu tidak tertentu, suara yang didengarnya berlangsung sebentar dan

bila mandengar suara tersebut klien merasa gelisah dan pikirannya kacau,

klien tampak sering menyendiri, klien tamapak bengong di temapt

tidurnya, klien tampak cemas.

2) Perubahan persepsi sensori, halusinasi dengan berhubungan dengan

menarik diri ditandai dengan klien mengatakan mendengar suara ayahnya

yang memarahi dirinya, suara itu berkata “ kerjaanmu mengamuk saja “,

klien mengatakan suara itu terdengar saat klien sedang berbengong sendiri

dan saat klien sedang tertidur sehingga klien sering terbangun dari

tidurnya, klien mengatakan frekuensi munculnya suara itu tidak tentu,

suara yang terdengar berlangsung sebentar dan bila mendengar suara

tersebut klien merasa glisah dan pikiranya kacau, klien tampak gelisah dan

tegang, klien tampak sering menyendiri, klien tampak bengong ditempat

tidurnya, klien tampak cemas, klien mengatakan malas ngomong dengan

orang lain klien lebih senang menyendir, kontak mata kurang, kadang-

kadang klien sering memalingkan mukanya dari perawat, tatapan mata

klien kosong, klien tampak berdiam diri dan tidur-tiduran diruangannya.

3) Kerusakan interaksi social : Menarik diri berhubungan dengan harga diri

rendah ditandai dengan klien mengatakan malas ngomong dengan oang

lain klien lebih sering menyendiri, kontak mata kurang, kadang-kadang

klien sering memalingkan mukanya dari perawat, tatapan mata klien

kosong, klien tampak berdiam diri dan tidur-tiduran diruangannya, klien

mengatakan malu terhadap dirinya sendiri karena penyakit yang

dideritanya, klien malu dan takut bertemu dengan orang lain dirumahnya

karena merasa dirinya tiak berguna, klien mengtakan jarang dijenguk oleh

keluarga, klien tamapak bengong, klien tampak duduk termenung dengan

tatapan mata yang kosong.

Page 23: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

4) Gangguan konsep diri : koping individu menjadi efektif dengan klien

mengatakan malu terhadap dirinya sendiri karena penyakit yang

dideritanya, klien malu dan takut bertemu dengan orang lain dirumahnya

karena merasa dirinya tiak berguna, klien mengtakan jarang dijenguk oleh

keluarga, klien tamapak bengong, klien tampak duduk termenung dengan

tatapan mata yang kosong, klien mengatakan kalau punya masalah tidak

pernah menceritakannya dengan orang lain, klien lebih suka memendam

masalahnya sendiri, tetapi masalah tersebut tidak bias dipecahkan

sehingga membuat klien stress dan bingung, klien tampak bengong, klien

tamapak menyendiri diruangan.

5) Risiko kekembuhan berhubungan dengan penatalaksanaan regiemen

therapiutik tidak efektif di rumah ditandai dengan klien di rumahnya

sempat putus obat karena klien malas minum obat, keluarga mengatakan

klien di rawat diRSJ sudah 3 kali, klien dirawat di RSJ sejak 2007, ada

riwayat kambuh berulang, klien mengatakan sewaktu di rumah sempat

putus obat karena klien malas minum obat, keluarga tidak ada yang

memperhatikan klien saat dirumah karena kesibukan yaitu upacara

ngaben, klien sidah pernah dirawat tiga kali di rumah sakait jiwa, kurang

perhatian dari keluarga tentang obat-obatan yang dimiliki klien.

6) Penatalaksanaan regimen therapiutik tidak efektif berhubungan dengan

kurang pengetahuan dari keluarga ditandai dengan klien mangatakan

sewaktu dirumah sempat putus obat karena klien malas minum obat,

keluarga tidak ada yang memperhatikan klien saat dirumah karena

kesibukan yaitu upacara ngaben, klien sidah pernah dirawat tiga kali di

rumah sakait jiwa, kurang perhatian dari keluarga tentang obat-obatan

yang dimiliki klien, keluarga mengatakan tidak mengetahuai pengertian,

tanda gejala dan cara perawatan klien di rumah, keluarga mengatakan

kurang memperhatikan fungsi dan manfaat obat bagi klien, keluarga

mengajak klien pulang untuk dirawat dirumahnya, saat kunjungan rumah,

keluarga tampak terdiam ketika ditanya oleh perawat, kluarga klien

tampak bengong.

Page 24: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

2. Perencanaan

Pada perencanaan diprioritaskan berdasarkan core ploblem, dimana core

problem dijadikan sebagai etiologi

a) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan

halusinasi dengar.

b) Perubahan persepsi sensori, halusinasi dengan berhubungan

dengan menarik diri.

c) Kerusakan interaksi social : Menarik diri berhubungan dengan

harga diri rendah.

d) Gangguan konsep diri : koping individu menjadi efektif.

e) Risiko kekembuhan berhubungan dengan penatalaksanaan

regiemen therapiutik tidak efektif di rumah.

f) Penatalaksanaan regimen therapiutik tidak efektif berhubungan

dengan kurang pengetahuan dari keluarga.

6). Pemeriksaan Fisik

a). Genogram

Page 25: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

Keterangan :

= laki-laki

= perempuan

= klien

= Meninggal

= orang yang serumah dengan kien

= orang yang terdekat dengan klien

Page 26: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

TABEL 2.2

RENCANA KEPERAWATAN KLIEN MGDENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DENGAR

DI RUANG ARIMBING BPK PROPINSI BALITANGGAL 23 JUNI 2008

NOHari

TanggalJam

Diagnosa Keperawatn

PerencanaanTindakan Keperawatn RasionalTujuan Kriteria Evaluasi

1 2 3 4 5 6 71. Senin

23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita

Risiko cedera diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar

Tujuan jangka panjang : tidak ada tindakan yang mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.Tujuan jangka pendek :1.Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 dalam 4 x 24 jam diharapkan klien :1.1.Klien dapat

membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan criteria klien mau membalas salam perawat, mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.

1.1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapiutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontak yang jelas,tepat waktu

1.1.2 Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

1.1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan empaty

Hubungan saling percaya sebagai interaksi yang terapiutik perawat dengan klienUngkapkan perasaan klien kepeda perawat sebagai bukti bahwa klien mulai mempercayai perawatRasa empaty akan meningkatkan hubungan saling percaya.

Page 27: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4 5 6 72. Klien dapat

mengenal halusinasi

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

2.1Klien dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata

2.2Klien dapat menyebutkan isi, frekuensi dan waktu timbulnya halisinasi

3.1Klien dapat menyebutkan tindakan yang

2.1.1. Adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap

2.1.2. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi denagn :

Tertawa sendiri Bicara sendiri

2.1.3. Terima halisinasi sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak bagi perawat

2.2.1. Bersama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi : sifat, isi, waktu dan frekuensi halusinasi.

2.2.2. Dorong lkien mengungkapkan perasaanya ketika sedang berhalusinasi.

3.1.1. Identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang berhalusinasi

Mengurangi waktu kosong bagi klien sehingga dapat mengurangi frekuensi halusinasi.Halusinasi harus dikenal terlebih dahulu oleh perawat.

Menigkatkan orientasi realita klien dengan rasa percaya klien.Peran serta aktif klien sangat menentukan efektifitas tindakan keperawatn yang dilakukan.

Upaya untuk memeutus halusinasi perlu dilakukan oleh klien sendiri agar halusinasinya tidak berlanjutTindakan yang biasanaya dilakukan klien merupakan upaya

Page 28: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4 5 6 7

4. Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol

5. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya

dilakukan bila sedang berhalusinasi

4.1Klien meminum obat secara teratur sesuai aturan minum obat

5.1Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah di rumah

3.1.2. Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakanya

4.1.1. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya

4.1.2. Bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat

5.1.1. Dorong klien untuk memberitahukan keluarga ketika timbul halusinasi

5.1.2. Lakukan kunjungan keluarga / home visite : kenalkan keluarga pada halusinasi klien, Bantu dalam memutuskan tindakan yang mengontrol halusinasi klien, ajarkan cara merawat klien dirumah.

mengatasi halusinasi

Memberikan hal yang positif / pengakuan akan meningkatkan harga diri klien

Memastikan bahwa klien minum obat secara teratur untuk mengontrol halusinasinya.

Page 29: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4 5 6 72. Senin 23

Juni 2008 Pk. 09.00 Wita

Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri

Tujuan jangka panjang klien dapat berhubungan dengan orang lain sehingga halusinasi dapat dicegah. Tujuan jangka pendek : 1. Klien dapat

membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat :

1.1 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan criteria klien mau membalas salam perawat, mau menjabat tangan dan mau menyebutkan nama.

1.2 Klien dapat menyebutkan penyebab atau alas an menarik diri

1.1.1. Bina hubungan saling percaya : sikap terbuka dan empati, sapa klien dengan ramah, tepat janji, pertahankan kontak mata selama interaksi.

1.1.2. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri

Kejujuran, kesedihan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan perawat.

Mengetahuai sejauh mana pengetahuan klien sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya.

Page 30: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4 56

7

3. Klien dapat mengetahuai keuntungan berhubungan dengan orang

3.1 Klien dapat menyebutkan dua dari tiga manfaat berhubungan denga orang laian mendapatkan teman, mengungkapkan perasaan, membantu memecahkan masalah

2.1.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri

2.1.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya

3.1.1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang

3.1.2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain

Untuk mengetahuai alas an klien menarik diri

Memberikan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien.

Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain

Untuk mengetahuai tingkat pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan

Page 31: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4 5 6 74. Klien dapat

berhubungan dengan orang lain secara bertahap

5. Klien dapat dukungan keluarga dalam hubungan dengan orang lain

4.1 Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain misalnya : membalas sapaan perawat, menatap mata, mau berinteraksi

5.1 Klien dapat membina hubungan dalam keluarga

5.1 Kluarga mengunjungi klien kerumah sakit setiap minggu ecara bergantian

4.1.1. Dorong dan Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap

4.1.2. Libatkan klien dalam kegiatan kelompaok kecil dan kegiatan diruangan

5.2.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keluarga

5.2.2. Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti makan, sembahyang bersama dan rekreasi

5.2.1. Jelaskan pada keluarga kebutuhan klien

Klien mungkin dapat memahami perasaan tidak nyaman, malau dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.

Membantu klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal.

Untuk mengetahuai sejauh mana hubungan interpersonal klien dengan keluarga.Membantu klien untuk meningkatkan hubungan interpersonal dengan keluargaKlien menarik diri membutuhkan perhatian yang khusus

Page 32: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4 5 6 7

3. Senin 23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita

Kerusakan interksi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan jangka panjang : klien dapat berhubungan dengan orang lain.

Tujuan jangka pendek : 1. Klien dapat

membina saling percaya.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat : 1.1 Klien dapat

membina hubungan salaing percaya dengan perawat dengan kriteria klien mau membalas salam perawat, mau

5.2.2. Bantu klien untuk tetap mempertahankan hubungan dengan klien yaitu mempertahankan perhatian dengan meningkatkan kunjungan ke rumah sakit,

5.2.3. Beri klien penguatan misalnya dengan membawakan makanan kesukaan klien

1.1.1. Bina hubungan saling percaya

Keterlibatan keluarha sangat membantu klien dalam mengembangkan interksi dengan lingkungannya.

Meningkatkan rasa percaya klien pada keluarga dan merasa diperhatikan.

Hubungan saling percaya sebagai dasar interksi

Page 33: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4menjabat tangan

5 6 7

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampaun dan aspek positif kemampuan dan aspek

3. Klien dapat menilaia kemampuan yang digunakan

4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

dan mau menyebutkan nama.

2.1 Klien dapat menyebutkan kemampuan yang dimiliki di RS

3.1 Klien mampu menilaikemampuan yang diadapat digunakan di RS

4.1 Klien mau mencoba kemampuan yang dimilikinya

2.1.1. Beri kesempatan kepada klien untuk menyebutkan kemampuan yang dimiliki di RS

3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang lain yang masih bias digunakan di RS

4.1.1. Bantu klien melakukanya bila perlu beri contoh

Klien dapat menyebutkan kemampuan yang dimilikinya

Sebagai motivasi untuk meningkatkan harga diri klien

Membangkitkan rasa percaya diri klien

Page 34: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4 5 6 7

4 Senin 23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita

Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

5. Klien dapat melakuakan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemapuanya

Tujuan jangka panjang : koping individu menjadi efektif

Tujuan jangka pendek : 1. Klien dapat

membina

5.1 Klien mampu menlakuakan beberapa kegiatan secara mandiri

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat :

1.1 Klien dapat membina hubungan salaing

5.1.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.1.2. Beri pujian atas keberhasialan klien

1.1.1. Bina hubungan saling percaya

Klien dapat menunjukkan kemampuan yang dimilikiMengkatkan harga riri klien

Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan meningkatkan

Page 35: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

1 2 3 4percaya dengan

5 6kepercayaan hubungan

7

5 Senin 23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita

Penatalaksanaan terapiutik tidak efektif dirumah berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga

2. Klien mendapat dukungan dari keluarga

Tujuan jangka panjang penatalaksanaan rigimen terapiutik efektif dirumah.

Tujuan jangka pendek : 1. Kelurga dapat

mengerti pengertian, tanda dan gejala dari

Perawat dengan kriteria klien mau membalas salam perawat, mau menjabat tangan dan mampu menyebutkan nama.

2.1 Klien mau menceritakan perasaanya

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat :

1.1 Kelurga dapat menyebutkan pengertian pengertian, tanda dan gejala dari

2.1.1. Dorong klien untuk menceritakan perasaanya kepada keluarga yang menjenguk

1.1.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi

antara klien dan prewat

Menumbuhkan rasa kekelurgaan kepada klien.

Untuk mengetahuai pengetahuan keluarga tentang halusinasi

Page 36: TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS_JIWA

halusinasi halusinasi1 2 3 4 5 6 7

2. Keluarga memperhatukan pengobatan klien

3. Keluarga bias melakuakan perawatan pada klien dengan halusinsai

2.1 Salah satu anggota keluarga mau bertanggung jawab dalam pemberian obat kepada klien

3.1 Keluarga dapat merawat klien dengan baik

1.1.2. Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian, dan tanda gejala halusinasi

2.1.1. Anjurkannkeluarga untuk benar-benar memperhatiakan pengobatan klien

3.1.1. Beri penjelasan kepada kelurga tentang perawatan klien halusinasi.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang halisinasi

Motovasai kepada keluarga untuk mendukung pengobatan klien

Menambah pengetahuan keluarga dalam hal perawatan kalien halisinasi.