26
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan dimasa datang. Semua kegiatan investasi pada hakekatnya memiliki motif dan tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Investasi dapat diartikan sebagai berikut : Menurut Sunariyah (2006:4) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang Tandelilin ( 2010 :1) menyebutkan investasi yaitu : “Sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa datang”. Jogiyanto (2010:5) mengatakan : “Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu” Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu bentuk pengorbanan kekayaan di masa sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. 2.1.2 Jenis Investasi Berdasarkan pemilikan aktiva financial (financial assets) dalam rangka investasi pada sebuah institusi atau perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara menurut Jogiyanto (2010 : 7) yaitu : 1. Investasi Langsung (Direct Investment) Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (Money market), pasar modal (Capital market),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi

dana atau sumber yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan dimasa datang.

Semua kegiatan investasi pada hakekatnya memiliki motif dan tujuan yang sama

yaitu untuk mendapatkan keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Investasi dapat

diartikan sebagai berikut :

Menurut Sunariyah (2006:4) investasi adalah penanaman modal untuk satu

atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan

mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang

Tandelilin ( 2010 :1) menyebutkan investasi yaitu :

“Sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan

tujuan memperoleh keuntungan dimasa datang”.

Jogiyanto (2010:5) mengatakan :

“Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan ke aktiva

produktif selama periode waktu yang tertentu”

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

investasi merupakan suatu bentuk pengorbanan kekayaan di masa sekarang untuk

mendapatkan keuntungan di masa depan.

2.1.2 Jenis Investasi

Berdasarkan pemilikan aktiva financial (financial assets) dalam rangka

investasi pada sebuah institusi atau perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara

menurut Jogiyanto (2010 : 7) yaitu :

1. Investasi Langsung (Direct Investment)

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang

dapat diperjualbelikan di pasar uang (Money market), pasar modal (Capital market),

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

21

atau pasar turunan (Derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan

dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan. Investasi

langsung juga dapat diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat berharga secara

langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu yang secara resmi telah go public

dengan tujuan mendapatkan tingkat keuntungan berupa deviden dan capital gain.

2. Investasi tidak langsung

Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari

perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa

keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan sumber dana

yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Ini berarti bahwa

perusahaan investasi membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan

menjualnya eceran kepada publik dalam bentuk saham-saham. Investasi tidak

langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor paling tidak karena dua

alasan utama, yaitu :

a. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena

pembentukan portofolio.

b. Membentuk portofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang

mendalam.

Berdasarkan bentuknya investasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Investasi dalam bentuk aktiva rill (real assets), yaitu :

Investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, intan, perumahan dan

sebagainya.

2. Investasi dalam bentuk surat berharga atau sekuritas (marketable securities/

financial assets), yaitu :

Investasi dalam bentuk surat- surat berharga yang pada dasarnya merupakan

klaim atas aktiva rill yang diawasi oleh suatu lembaga atau perorangan

tertentu.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

22

2.1.3 Hasil Pengembalian Investasi

Menurut Tandelilin (2010 :34) dasar keputusan berada pada tingkat return

harapan, return adalah alasan utama orang berinvestasi adalah memperoleh

keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi

disebut sebagai return suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat

return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Umumnya tingkat

pengembalian investasi juga diartikan sebagai suatu hasil pendapatan yang diperoleh

dari suatu dana/modal yang ditanamkan pada suatu investasi, baik berupa asset riil

(real assets) maupun asset keuangan (financial asstes ).

Menurut Halim (2005:4) pengertian return adalah :

“ Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi

dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas

investasi yang dilakukan”.

2.1.4 Risiko Investasi

Risiko terbesar dalam investasi hilangnya seluruh nilai investasi yang

ditanamkan. Hal ini terjadi jika perusahaan dimana investor menempatkan investasi

mengalami kebangkrutan, sehingga mereka tidak dapat memenuhi kewajibannya

untuk membayar nilai pokok investasi. Pada umumnya semakin besar risiko, maka

semakin besar pula tingkat return harapan ( Tandelilin 2010 :16).

Risiko investasi diartikan oleh Tandelilin (2010 : 16) sebagai berikut :

“Risiko merupakan kemungkinan realisasi return actual lebih rendah dari

return minimum yang diharapkan”.

Menurut Halim (2010 :42) mendefinisikan risiko sebagai berikut :

“ Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian

yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual”.

Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar (standard deviation) dari

nilai return. Semakin besar standar deviasi, maka semakin besar risikonya (Jogiyanto

2010:256).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

23

2.2. Reksadana

2.2.1 Pengertian Reksadana

Memiliki berbagai jenis saham dan berbagai jenis obligasi serta sekuritas

lainnya, jauh lebih kecil risikonya dibanding hanya memiliki satu saham saja. Jadi

semakin bervariasi bentuk suatu investasi semakin kecil risiko yang dihadapi.

Terdapat berbagai macam istilah yang digunakan untuk Reksadana, berikut adalah

pengertian Reksadana :

Pengertian Reksadana (Mutual Fund) menurut pasal 1 Undang-undang

Pasar Modal Tahun 1995 adalah sebagai berikutt :

“ Reksadana dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan

dalam portofolio efek oleh manajer investasi”

Menurut Sunariyah (2006:234) reksadana yaitu:

“ Reksadana merupakan kumpulan saham-saham, obligasi-obligasi atau

sekuritas yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan dikelola oleh

perusahaan investasi yang profesional”.

Pengertian Reksadana menurut Tandelilin (2010:48) :

“ Reksadana (mutual fund) merupakan suatu jenis instrument investasi yang

juga tersedia di pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi dan

sebagainya”

Reksadana muncul karena umumnya investor mengalami kesulitan untuk

melakukan investasi sendiri secara terpisah pada berbagai efek yang ada. Kesulitan

yang dihadapi investor antara lain menyangkut kemampuan dan pengalaman untuk

melakukan berbagai analisa dan memonitor kinerja efek maupun kondisi pasar secara

terus-menerus yang menyita banyak waktu dan tenaga. Disamping itu dibutuhkan

pula dana yang relatif besar untuk melakukan investasi pada berbagai surat berharga

yang ditawarkan oleh pasar.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

24

2.2.2 Bentuk Reksadana

Dilihat dari segi bentuknya, Reksadana menurut Sunariyah (2006:236) dapat

dibedakan menjadi:

1. Reksadana Berbentuk Perseroan

Bentuk Reksadana ini merupakan kontrak antar direksi perusahaan dengan

manajer investasi untuk mengelola kekayaan reksadana, dimana penyimpan kekayaan

reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan Bank Kustodian.

2. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif

Bentuk kontrak investasi kolektif ini dapat dijelaskan sebagai kontrak antara

manajer investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan,

dimana manajer investasi bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola

portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian bertugas serta bertanggung jawab

dalam pengadministrasian dan penyimpanan atas kekayaan reksadana.

2.2.3 Sifat Reksadana

Jika dilihat sifatnya, Sunariah (2006:238) membagi reksadana menjadi :

1. Reksadana Terbuka (open-end investment company)

Reksadana terbuka yaitu reksadana yang dapat menawarkan dan membeli

kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah yang telah

dikeluarkan. Pemegang saham/unit reksadana yang sifatnya terbuka ini dapat menjual

kembali saham penyertaan setiap saat apabila diinginkan.

2. Reksadana Tertutup (close-end investment company)

Reksadana tertutup yaitu reksadana yang dapat menawarkan saham-saham

kepada masyarakat pemodal tetapi tidak dapat membeli kembali saham-saham

tersebut (yang telah dijual kepada masyarakat pemodal). Dengan kata lain pemegang

saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada perusahaan reksadana penerbit.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

25

2.2.4 Jenis Reksadana

Berdasarkan konsentrasi portofolio menurut Tandelilin (2010:49) jenis

reksadana dibedakan menjadi :

5. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)

Merupakan reksadana yang menginvestasikan dananya khusus pada berbagai

jenis sekuritas di pasar uang, contohnya adalah Reksadana Biro Dana Kas.

6. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

Reksadana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya

dalam bentuk efek bersifat utang atau merupakan reksadana yang

menginvestasikan dananya khusus pada portofolio obligasi.

7. Reksadana Saham (Equity Funds)

Merupakan reksadana yang menginvestasikan dananya khusus pada portofolio

saham-saham perusahaan, contohnya adalah Reksadana Niaga Saham.

8. Reksadana Campuran (Mix/ Discrentionary Funds)

Merupakan reksadana yang menginvestasikan dananya pada berbagai jenis

sekuritas yang berbeda baik di pasar modal maupun pasar uang, contohnya

adalah reksadana Anggrek yang mengkombinasikan investasinya pada

sekuritas bersifat ekuitas bersifat utang jangka panjang.

2.2.5 Pelaku dan Profesi Penunjang Reksadana

Menurut Martalena (2011:87) ada pelaku dan profesi penunjang investasi

reksadana yaitu:

1. Manajer Investasi

Merupakan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang

kegiatannya mengelola dana nasabah perorangan maupun investasi kolektif untuk

sekelompok nasabah yang dikenal dengan reksadana, baik berbentuk Perseroan

maupun Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

2. Bank Kustodian

Merupakan lembaga yang memberikan jasa penitipan efek, serta memberikan

jasa lain seperti menerima deviden, bunga, dan hal lainnya, menyelesaikan transaksi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

26

efek, mewakili pemegang rekening menjadi nasabahnya. Lembaga kustodian ini

berbentuk sebuah bank umum. Intinya, Bank kustodian hanya mengeksekusi perintah

yang diberikan manajer investasi sesuai kontrak.

3. WAPERD (Wakil Agen Penjual Efek Reksadana)

Adalah orang perorangan yang mendapat ijin dari Bapepam untuk bertindak

sebagai wakil perusahaan efek untuk menjual efek reksadana. Namun, ijin tersebut

tidak boleh dipergunakan untuk mewakili lebih dari 1 perusahaan efek.

4. Profesi Penunjang Reksadana

a. Notaris : pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik, berperan

dalam pembuatan akta kontrak-kontrak yang diperlukan dalam pendirian

reksadana.

b. Konsultan Hukum : ahli hukum yang memberikan dan menandatangani

pendapat dari segi hukum tentang penawaran umum dari suatu reksadana.

2.2.6 Keuntungan Reksadana

Pada dasarnya setiap individu yang berinvestasi di pasar modal ingin

mendapatkan keuntungan dalam investasinya. Kehadiran reksadana dalam

pasar modal cukup menarik perhatian para investor karena ada beberapa

keuntungan yang dapat diberikan kepada para investor. Beberapa keuntungan

reksadana menurut Widjaja (2006:10) yaitu :

1. Diversifikasi Investasi dan Penyebaran Risiko

Dana yang dikelola oleh reksadana cukup besar sehingga memberikan

kesempatan bagi pengelola untuk mendiversifikasi investasinya ke

berbagai jenis efek atau media investasi lainnya. Jadi, sasaran investasinya

tidak tergantung pada satu atau beberapa instrumen saja, sehingga hal ini

sekaligus juga merupakan upaya penyebaran risiko.

2. Biaya Rendah

Reksadana dikelola secara profesional sehingga akan menciptakan

efisiensi dalam pengelolaan. Biaya yang dikeluarkan relatif lebih kecil bila

dibandingkan jika seorang investor mengelola sendiri dananya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

27

3. Harga

Apabila harga saham di bursa mengalami penurunan secara umum, maka

manajer investasi akan beralih ke media investasi lain.

4. Dapat Dimonitor Secara Rutin

Pemegang saham dan atas Unit penyertaan reksadana dapat memonitor

perkembangan harga sahamnya secara rutin. Karena, setiap hari reksadana

akan mengumumkan Nilai Aktiva Bersih melalui surat kabar.

5. Likuiditas yang Terjamin

Berbeda dengan saham dan atas Unit Penyertaan perusahaan biasa, saham

reksadana terbuka sangat likuid. Apabila investor ingin menjual sahamnya

dan atas Unit Penyertaan, maka perusahaan reksadana yang besangkutan

wajib membelinya kembali pada harga NAB.

2.2.7 Tujuh Aspek yang harus dipertimbangkan dalam Investasi Reksadana

Menurut Manurung (2003:78) ada tujuh aspek yang harus

dipertimbangkan dalam investasi pada reksadana yaitu :

1) Menentukan tujuan investasi. Dalam tahapan ini sudah terkandung bahwa

dana yang dimiliki untuk investasi jangka menengah atau panjang, sesuai

karakteristik reksadana. Selanjutnya menentukan risiko yang dapat

ditolerir, sekaligus tingkat pengembalian yang diharapkan. Bila investor

menginginkan risiko yang tinggi dengan tingkat pengembalian yang agak

tinggi pula maka investor lebih tepat melakukan investasi pada reksadana

saham. Tetapi, bila ingin mendapatkan risiko rendah namun tingkat

pengembalian yang tinggi perlu memilih reksadana pendapatan tetap.

2) Aspek kedua yaitu membandingkan sekelompok reksadana sejenis yang

akan diinvestasikan. Misalnya 5 reksadana sejenis akan dipilih satu atau

dua reksadana. Jangan investasi hanya pada satu jenis reksadana, supaya

terjadi diversifikasi pada reksadana.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

28

3) Mengenali pengelola reksadana. Pengelola reksadana baik secara

perorangan maupun perusahaan perlu diketahui secara cermat melalui

membaca prospectus dari reksadana tersebut.

4) Aspek keempat yaitu sponsor dari reksadana. Sponsor reksadana menjadi

sebuah kriteria untuk melihat seberapa jauh komitmen dan bonafiditas,

karena berdirinya reksdana tidak terlepas dari pengorbanan sponsor.

5) Aspek kelima pengalaman mengelola dana atau sering dikenal dengan

istilah Track Record dari pengelola dana tersebut.

6) Aspek keenam yaitu kemudahan melakukan transaksi untuk membeli dan

me-redeem reksadana tersebut serta jasa pelayanan yang diberikan

manajer investasi.

7) Aspek ketujuh yaitu jumlah investor perorangan dari reksadana yang

bersangkutan. Jumlah investor reksadana ini sangat penting karena

semakin banyak pemegang reksadana maka stabilitas dari reksadana

tersebut terjamin dan penurunan nilai aktiva yang tajam tidak akan terjadi

2.2.8 Nilai Reksadana

Penilaian terhadap kinerja reksadana penting dilakukan. Dengan melakukan

penilaian terhadap kinerja reksadana dapat diketahui kemampuan reksadana bersaing

dengan reksadana lain di pasar serta mengetahui kemampuan reksadana dalam

menghasilkan keuntungan. Return dari reksadana dikenal dengan Nilai Aktiva Bersih

(NAB) dimana nilainya akan diperbaharui setiap harinya berdasarkan hasil transaksi

reksadana pada hari tersebut. Besarnya NAB dari reksadana merupakan kunci untuk

menilai kinerja reksadana.

Angka Nilai Aktiva Bersih (NAB) ini bisa dicari dengan membagi total nilai

investasi reksa dana dengan total saham yang diterbitkanya. NAB per unit ini disebut

juga dengan Harga Unit Penyertaan. Rumus Harga Unit Penyertaan menurut Siagian

(2010) adalah :

BeredarUnitJumlah

BersihAktivaTotalUnitNAB /

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

29

Pengukuran kinerja pengelolaaan reksadana tersebut tercermin dari perubahan

nilai asset bersih per unitnya (NAB/Unit). Naik turunnya NAB per unit penyertaan

menjadi indikator untung ruginya pemodal menurut Siagian (2010).

2.2.9 Tingkat Pengembalian Reksadana

Pada reksadana Harga NAB/Unit penyertaan yang berubah-ubah setiap

harinya menjadi indikator hasil investasi seorang investor. Naik turunnya harga

NAB/unit penyertaan menjadi indikator untung ruginya investasi kita pada reksadana.

Karena NAB/unit penyertaan yang dihitung secara harian sangat tergantung pada

harga masing-masing jenis instrument dimana reksadana berinvestasi, yang berubah-

ubah juga setiap harinya tergantung kondisi pasar.

Dalam konteks manajemen investasi, pengembalian (return) merupakan

imbalan yang diperoleh dari investasi. Pengembalian dibedakan menjadi dua, yaitu

pengembalian yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data

historis, dan pengembalian yang diharapkan (expected return) yang akan diperoleh

investor dimasa depan. Tingkat pengembalian pada penelitian ini adalah tingkat

pengembalian actual return yang pada reksadana dapat dihitung dengan rumus :

1

1

t

tt

NAB

NABNABRi

Dalam hal ini :

periodeawalpadaNABNAB

periodeakhirpadaNABNAB

t

t

1

Sumber : Siagian (2010)

2.2.10 Risiko Reksadana

Risiko yang terkandung dalam setiap tipe reksadana besarnya berbeda-beda,

semakin tinggi return yang diharapkan semakin tinggi pula risikonya. Risiko yang

terkandung dalam reksadana perlu mendapat pertimbangan para pemodal. Risiko

tersebut menurut Martalena (2011:85) antara lain :

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

30

1. Berkurangnya nilai unit penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya

harga dari efek yang menjadi bagian portofolio reksadana yang

mengakibatkan menurunnya nilai unit penyertaan.

2. Risiko likuiditas. Penjualan kembali sebagian besar unit penyertaan oleh

pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan

manajer investasi dalam menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut.

3. Risiko Politik dan Ekonomi. Perubahan kebijakan dibidang politik dan

ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan

yang telah listing di bursa efek.

4. Aset perusahaan tidak dilindungi. Asset perusahaan reksadana sebagian besar

adalah sekuritas yang tersendiri dari hak dan klaim hukum terhadap

perusahaan yang menerbitkan.

5. Nilai asset perusahaan tidak bisa ditetapkan secara tepat sehingga NAB dari

suatu saham reksadana tidak bisa dihitung dengan akurat.

Menurut Siagian (2010) ukuran kuantitatif untuk mengukur risiko reksadana

adalah Standar Deviasi. Perhitungan tingkat risiko pada reksadana dapat

menggunakan varians karena varians mencerminkan tingkat risiko.

2.2.11 Pengukuran Kinerja Reksadana

2.2.11.1 Kerangka Pikir Untuk Evaluasi Kinerja Portofolio

Seperti layaknya evaluasi terhadap kinerja suatu perusahaan, portofolio

reksadana yang telah dibentuk juga perlu dievaluasi kinerjanya. Tandelilin

(2010:489) membagi dua isu utama berkaitan dengan evaluasi kinerja portofolio

reksadana yaitu :

1. Mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu

memberikan return yang melebihi (diatas) return yang dijadikan tolok ukur

(benchmark).

2. Mengevaluasi apakah return yang diperoleh sesuai dengan tingkat risiko yang

harus ditanggung.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

31

Penilaian kinerja portofolio perlu dilakukan untuk mengetahui apakah

investasi seorang investor memang bisa memberikan hasil yang baik (sesuai dengan

risikonya) ataukah tidak. Biasanya portofolio yang sering dinilai adalah portofolio-

portofolio yang dikelola oleh perusahaan pengelola dana, terutama reksadana. Tahap

penilaian kinerja portofolio memang paling akhir, karena proses investasi portofolio

merupakan keputusan yang berkesinambungan dan terus-menerus, seperti dikatakan

Tandelilin (2010 :10) :

“Tahap pengukuran dan evaluasi kinerja ini meliput pengukuran kinerja

portofolio dan perbandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lain

melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap

indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah

ditentukan dibanding kinerja portofolio pasar”.

Untuk mengetahui reksadana yang sedang diteliti memiliki kinerja yang baik,

maka IHSG dapat dijadikan sebagai pembanding. Hal ini tersebut mengacu pada

pernyataan Pratomo (2004:152) dengan contoh kinerja reksadana saham:

“Kinerja reksadana saham umumnya akan merefleksikan kinerja pasar saham

secara keseluruhan. Manajer investasi sering menggunakan kinerja IHSG sebagai

tolok ukur pembanding kinerja reksadana saham yang dikelolanya. Dalam

pembanding kinerja, periode pengukuran kinerja reksadana saham dan IHSG harus

sama, dimana kinerja reksadana saham yang baik adalah jika peluncurannya berada

diatas (atau paling tidak menyamai) kinerja IHSG”.

2.2.11.2 Metode Pengukuran Kinerja Portofolio

Seperti telah dijelaskan bahwa untuk melihat kinerja sebuah portofolio

investor tidak bisa hanya melihat tingkat pengembalian yang dihasilkan portofolio

tersebut, tetapi investor juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat

risiko portofolio tesebut. Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa

ukuran kinerja portofolio sudah memasukan faktor pengembalian dan risiko dalam

perhitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukan faktor

risiko menurut Tandelilin (2010:493) yaitu :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

32

1. Indeks Sharpe

Indeks sharpe dikembangkan oleh Willian Sharpe. Indeks sharpe mendasarkan

perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capita market line) sebagai pokok

duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya.

Dengan demikian, indeks sharpe akan bisa dipakai pada portofolio tersebut, atau

indeks sharpe atas apa yang disebut premium atas risiko (risk premium). Risk

premium adalah perbedaan (selisih) antar rata-rata return investasi dengan return

bebas risiko(risk free). Dalam penelitian ini, investasi tanpa risiko diasumsikan

sebagai tingkat bunga SBI dengan persamaan:

FrdRR

Dimana :

reksadanaanpengembalirataRataR rd

)( rateriskfreerisikobebasaktivaanpengembaliTingkatR f

Dengan rincian rumus sebagai berikut :

1. Tingkat Pengembalian ( Ri)

periodeawalpadaNABNAB

periodeakhirpadaNABNAB

inihaldalam

NAB

NABNABRi

t

t

t

tt

1

1

1

:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

33

2. Rata-rata pengembalian reksadana )(Ri

bulanjumlahN

reksadanaanpengembalitingkatRi

inihaldalam

N

Ri

Ri

N

i

:

1

3. Standar deviasi reksadana atau risiko reksadana

1

)(2

2

n

RiiR

Dimana:

2 = variance

= standard deviation

n-1 = jumlah hari dikurangi satu

Pengukuran Sharpe membagi risk premium ( FrdRR ) dengan standar

deviasi dari portofolio selama periode pengukuran. Standar deviasi merupakan

fluktuasi yang dihasilkan karena berubah-ubahnya return yang dihasilkan dari sub

period berikutnya selama seluruh periode. Dalam teori portofolio standar deviasi

merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko pasar dan risiko unit.

Melihat dari persamaan tersebut, maka metode penilaian ini hanya melihat faktor

risiko secara keseluruhan (risk total) yang menunjukan besarnya premi risiko dari

setiap standar deviasi. Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi nilai

pengukuran sharpe, makin baik kinerja reksadana. Selain itu, Sharpe menggunakan

suatu alat pembanding yang menghasilkan indeks portofolio pasar, sehingga dapat

dilihat tingkat efisiensi portofolio suatu reksadana. Standar kinerja yang digunakan

untuk mengukur kinerja reksadana menggunakan indeks Sharpe adalah (Sharpe

Market/IHSG) yang merupakan Indeks Sharpe pada perubahan IHSG.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

34

2. Indeks Treynor

Indeks Treynor merupakan pengukuran kinerja yang dikembangkan Jack

Treynor. Sama halnya dengan Indeks Sharpe, pada Indeks Treynor kinerja portofolio

dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko

dari portofolio tersebut. Perbedaannya, Indeks Treynor menggunakan pembagi beta

yang merupakan risiko fluktuatif terhadap risiko pasar. Asumsi yang digunakan

bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap

relevan adalah risiko yang sistematis, berat return portofolio tersebut hampir

semuanya dipengaruhi oleh pengembalian pasar. Beta dapat dengan regresi linier

antar perubahan return portofolio setiap sub periode sebagai akibat dari perubahan

return pasar, dalam hal ini IHSG.

Adapun persamaan rumus model ini adalah sebagai berikut :

FrdRR

reksadanaanpengembalirataRataR rd

risikobebasaktivaanpengembaliTingkatR f

Pengukuran kinerja dengan metode Sharpe dan metode Treynor merupakan

komplemen (pelengkap) satu terhadap yang lain. Oleh karena itu sebaliknya kedua

pengukuran tersebut dilakukan bersamaan. Seperti halnya metode Sharpe, dengan

mempertimbangkan risiko, makin tinggi nilai pengukuran Treynor, makin baik

kinerja reksadaa. Standar kinerja yang digunakan untuk mengukur kinerja reksadana

menggunakan Indeks Treynor adalah Treynor Market.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

35

3. Indeks Jensen

Pengukuran dengan metode Jensen menilai kinerja manajer investasi

berdasarkan atas seberapa besar manajer investasi mampu memberikan pengembalian

diatas pengembalian pasar sesuai risiko yang dimiliknya, atau dapat dikatakan Indeks

Jensen merupakan selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak

dikelola dengan cara khusus (hanya mengikuti portofolio pasar).

“Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukan perbedaan antara tingkat

return aktual yang diperoleh dengan tingkat return yang diharapkan jika

portofolio tersebut berada pada garis pasar modal” (Tandelilin 2010:330).

Persamaan untuk Indeks Jensen adalah :

)()( fmrdfrd RRRRA

Dimana :

)(/ reksadanajensennperpotonganilaiAlphaArd

tan

/

)(

tan

pengamaperiodeselamapasarreturnrataRatamR

reksadanasistematisrisikotingkatbetaKoefisien

ratefreeriskrisikobebasaktivaanpengembaliTingkatR

pengamaperiodeselamareksadanaportofolioreturnrataRataR

rd

F

rd

“Kinerja portofollio dapat dilihat dari hasil pengukuran Jensen dalam bentuk

positif yang semakin tinggi menunjukan kinerja reksadana yang semakin baik”

(Pratomo 2004:198).

“Pengukuran kinerja dengan menggunakan Metode Sharpe dapat diterapkan

untuk semua reksadana, karena Metode Sharpe tidak memerlukan kinerja benchmark

dalam pengukuran risikonya. Sementara untuk metode Treynor dan Jensen yang

membutuhkan pengukuran risiko relative terhadap suatu tolok ukur, sementara ini

hanya diterpkan pada reksadana saham yang dapat menggunakan IHSG sebagai tolak

ukurnya” ( Pratomo 2004:198).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

36

Diharapkan dari ketiga metode pengukuran reksadana ini dapat diperoleh

informasi yang cukup, untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisien portofolio

reksadana, sehingga lebih lanjut dapat memberikan bahan untuk mengevaluasi

kemampuan manajer investasi dalam mengelola risiko portofolionya, namun pada

penelitian ini hanya menggunakan satu metode dalam perhitungan kinerja portofolio

reksadana yaitu metode Sharpe.

2.12 Faktor-Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Kinerja Reksadana

Menurut Kasyfurrohman dalam jurnalnya ada 4 faktor makroekonomi yang

mempengaruhi kinerja reksadana, yaitu :

a. Pemicu berkurangnya NAB reksadana pada jangka pendek ketika SBI meningkat,

dikarenakan peningkatan SBI membuat sebagian besar masyarakat mengalihkan

dananya dari reksadana ke instrument SBI, walaupun SBI menggunakan system

bunga. Inilah behavior atau perilaku investasi sebagian besar investor yang masih

menjadikan return sebagai alat ukur investasi.

b. Kurs dan Inflasi berpengaruh terhadap kinerja reksadana. Peningkatan nilai rupiah

terhadap dolar AS, akan mendorong terjadinya aliran modal masuk (capital

inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital inflow

ini kemudian akan meningkatkan NAB reksadana.

c. Inflasi berpengaruh dalam jangka pendek terhadap NAB reeksadana. Hal ini

terjadi karena inflasi mengalami peningkatan, maka bank sentrral akan merespon

dengan menaikan suku bunga untuk mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan

bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi para investor yang

menginginkan return yang tinggi, untuk berinvestasi pada reksadana, sehingga

NAB reksadana mengalami peningkatan.

d. IHSG yang dalam jangka pendek tidak berpengaruh, namun secara jangka panjang

berpengaruh terhadap NAB reksadana. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa

reksadana merupakan investasi yang jangka waktunya menengah panjang,

sehingga perubahan IHSG dalam jangka pendek tidak berpengaruh.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

37

2.3 Saham

2.3.1 Pengertian Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7) definisi saham secara

sederhana adalah :

“Saham (stock or share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau

pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan

terbatas”.

2.3.2 Klasifikasi Saham

Klasifikasi saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:8) dapat

dibedakan menjadi :

a. Cara Peralihan hak Saham

Jika dilihat dari cara peralihan hak,maka saham diklasifikasikan atas :

1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis

nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke

investor lainnya.

2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan

jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui

prosedur tertentu.

b. Hak Tagih dan Klaim

Jika ditinjau dari hak klaim, maka saham terbagi atas ;

1. Saham Biasa (common stocks), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya

paling terakhir terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan

perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

2. Saham Preferen (preffered stock), yaitu saham yang memiliki karakterisktik

gabungan antara obligasi dan saham bisa, karena bisa menghasilkan

pendapatan tetap.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

38

c. Kinerja Saham

Jika dilihat dari kinerja perdagangan, maka saham dikategorikan atas :

1. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki

reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang

stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan

membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada

tahun sebelumnya.

3. Growth Stocks, yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan

pendapatan yang tinggi, sebgai leader di industri sejenis yang memiliki

reputasi tinggi.

4. Speculative Stocks, yaitu saham perusahaan yang tidak bisa secara konsisten

memperoleh penghasilan dari tahu ke tahun, tapi mempunyai kemampuan

penghasilan tinggi di masa yang akan datang, meskipun belum pasti.

5. Counter Cylical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro maupun situasi secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga

saham ini tetap tinggi, biasanya bergerak dalam produk yang selalu

dibutuhkan masyarakat seperti customer goods.

2.3.3 Indeks Harga Saham

Keputusan investor memilih suatu saham sebagai objek investasinya

membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa. Baik

secara individual, kelompok, maupun gabungan. Mengingat traksaksi investasi saham

terjadi setiap harinya dengan variasi permasalahan yang sangat rumit dan berbeda-

beda, sehingga ribuan kejadian dan fakta historis tersebut harus dapat disajikan

dengan sistem ribuan kejadian dan fakta historis tersebut harus dapat disajikan

dengan sistem tertentu agar dapat menghasilkan suatu informasi yang sederhana,

konsisten dan mudah ditafsirkan oleh para pelaku pasar modal. Informasi ini akan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

39

mewujudkan peta permasalahan yang disimbolkan oleh tanda-tanda angka ataupun

istilah tertentu. Berdasarkan peta permasalahan inilah para investor dapat

membayangkan maupun memprediksi situasi yang akan terjadi di masa yang akan

datang.

Bentuk informasi historis yang dipandang sangat tepat untuk menggambarkan

pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga saham yang

memberikan deskriptif harga-harga saham pada suatu saham saat tertentu maupun

dalam periode tertentu pula.

Pengertian umum tentang Indeks Harga Saham menurut Jogiyanto

(2010:102) :

“Indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas

meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham

preferen”.

Menurut Hadianto (2001:201), di pasar modal indeks memiliki fungsi :

1. Sebagai indikator tren pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan

3. Sebagai tolok ukur/ benchmark kinerja suatu portofolio

4. Memfasilitasi pembenntukan portofolio dengan strategis pasif.

5. Menfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

2.3.3.1 Perhitungan Angka Indeks Harga Saham

Ada beberapa macam metode perhitungan yang digunakan untuk menghiutng

indeks menurut Jogiyanto (2010:103) yaitu :

1. Menghitung rata-rata harga saham yang masuk dalam anggota indeks.

2. Menghitung dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks.

3. Menghitung rata-rata tertimbang pasar.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

40

Umumnya indeks harga saham gabungan menggunakan metode rata-rata

tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perhitungan Indeks di BEI dalah

indeks rata-rata tertimbang dari nilai pasar.

Rumus dasar perhitungannya menurut Jogiyanto (2010:102) adalah :

%100x

NilaiDasar

NilaiPasarIndeks

Dimana :

Nilai Pasar = Jumlah saham hari ini x Harga pasar hari ini

Nilai Dasar = Jumlah saham hari dasar x Harga saham hari dasar.

Penentuan waktu dasar bisa dengan memilih periode waktu tertentu, misalnya

dengan menetapkan tanggal atau jam. Disinilah persoalan utama dalam menyusun

angka indeks, sebab bila investor memiliki waktu dasar pada saat pasar sedang dalam

keadaan bergairah, bukan tidak mungkin investor akan menentukan indeks harga

saham yang terus menurun pada waktu-waktu selanjutnya, demikian pula sebaliknya.

Karena ini sedapat mungkin memilih waktu dasar pada saat tidak terjadi gejolak

(stabil).

2.3.4 Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan seluruh saham menggambarkan suatu

rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh

saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut

disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut.

(Sunariyah 2006:142).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI meliputi pergerakan-

pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. IHSG mulai dikenalkan

pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar

(baseline) tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah saham yang tercatat pada waktu itu

adalah hanya sebanyak 13 saham.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

41

Metode perhitungan tingkat pengembalian Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) menurut Francis 91991:267):

t

tt

mjPS

PSPSR

&

&& 1

Dimana :

)(ReRe

)(&

)(1&&

1

11

IHSGturnMarketturnR

IHSGtperiodeawaldiindeksNilaiPS

IHSGtperiodeakhirindeksPSNilaiPS

m

t

tmt

IHSG juga mempunyai ukuran kuantitatif untuk risiko yang bisa diukur

dengan menghitung standar deviasinya

Rumusnya : mm

2

Dimana : IHSGDeviasidarSm tan

2.4 Tingkat Suku Bunga

2.4.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga di suatu Negara biasanya ditetapkan oleh pemerintah

yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian Negara tersebut. Banyak

faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga antara lain kekuatan permintaan dan

penawaran (demand and supply), tingkat inflasi, preferensi waktu, pajak, dan biaya

transaksi.

2.4.2 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Dari situs Bank Indonesi (www.bi.go.id) dijelaskan bahwa Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh

Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan system

diskonto. Dasar hukum penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 juli 1998 Tentang

Penerbitan dan Perdagangan SBI serta Intervensi Rupiah.

Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai 3 tujuan, yaitu:

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

42

1. Sebagai instrument operasi pasar tebuka, terutama untuk kontraksi moneter

atau mengurangi jumlah uang primer dan akhirnya jumlah uang yang beredar.

2. Sebagai instrument moneter.

3. Sebagai alternatif bagi perbankan dalam pemeliharaan secondary reserve dan

menanamkan dana yang bersifat sementara.

Operasi pasar terbuka (open market operation) adalah proses pembelian dan

penjualan surat-surat berharga di pasar uang oleh Bank Indonesia dengan tujuan

mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga di pasar uang. Untuk

pelaksanaan operasi pasar terbuka telah digunakan instrument SBI untuk kontraksi

moneter dan SBPU (Surat Berharga Pasar Uang) untuk ekspansi moneter.

Penjualan SBI dilakukan melalui lelang dan diadakan sesuai dengan

kebutuhan dalam rangka pengendalian moneter. Melalui penggunaan SBI, Bank

Indonesia dapat secara tidak langsung mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar

uang dengan jalan menggunakan Step Out Ratio (SOR) yaitu suku bunga yang

diterima oleh Bank Indonesia atas penawaran tingkat suku bunga dari peserta pada

lelang harian maupun lelang mingguan. Selanjutnya sstep out ratio tersebut akan

dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada

umumnya.

Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang setiap

hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur). SBI

diterbitkan dengan jangka waktu 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit

terkecil sebesar Rp.1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI 1 bulan

dilakukan secara mingguan sedangkan SBI 3 bulan dilakukan secara triwulan. Peserta

lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas

(www.bi.go.id).

Jangka waktu SBI dari 1 malam (overnight), 7 hari,14 hari, 1 bulan, 2 bulan,

dan 6 bulan yang dinyatakan dalam jatuh tempo. Perhitungan diskonto dilakukan atas

dasar rumus diskonto murni (true discount), dimana pembeli SBI memperoleh hasil

berupa diskonto yang dibayar di muka. Besarnya diskonto adalah nilai nominal

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

43

dikurangi dengan nilai tunai dan dikenakan pajak penghasilan (pph) sebesar 15%

(www.bi.go.id).

2.5 Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan terhadap Kinerja

Reksadana

Selain menanamkan dana investasinya pada instrument pasar uang

seperti valas, deposito, dan SBI besar manajer investasi juga mengalokasikan

dana yang dikelola kedalam instrument pasar modal, seperti saham dan

obligasi. Bahkan terdapat beberapa jenis reksadana yang menempatkan

dananya ke dalam portofolio pasar modal dengan proporsi yang lebih besar

dibandingkan dengan portofolio pasar uang, hal ini disebabkan selain oleh

adanya peraturan BAPEPAM yang mewajibkan sejumlah reksadana tertentu

untuk memiliki alokasi portofolio investasi minimum di pasar modal, juga

disebabkan masih terdapat peluang bagi para manajer investasi untuk

memperoleh keuntungan dari penempatan modal di pasar modal. Oleh sebab

itu, fluktuasi kinerja pasar modal yang secara keseluruhan tercermin dari

perubahan nilai IHSG, dapat mempengaruhi keputusan manajer investasi

untuk mengalokasikan dana investasinya ke instrument investasi di pasar

modal.

Dengan contoh fenomena Pada tahun 2008 adanya fluktuasi

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang disebabkan oleh

keadaan perekonomian yang tidak stabil dan IHSG sempat mengalami

pergerakan. Jika IHSG mengalami penurunan, pasti ada beberapa saham yang

mengalami penurunan karena saham merupakan instrument dalam reksadana

maka nilai NAB reksadana akan turun dan sebaliknya apabilai IHSG

mengalami kenaikan maka nilai NAB pun akan ikut naik. Maka demikian,

dapat dinyatakan bahwa perubahan nilai Indeks Harga Saham Gabungan

memang memiliki pengaruh terhadap fluktuasi yang dicapai oleh Reksadana

tertentu.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

44

Pernyataan tersebut didukung dalam penelitian Suryana (2010) yang

terdapat kesimpulan menyatakan adanya pengaruh yang positif antara Indeks

Harga Saham Gabungan terhadap Kinerja Reksadana. Namun pernyataan

berbeda pada penelitian Khoirul yang menyatakan terdapat pengaruh yang

yang negatif antara IHSG terhadap Kinerja reksadana dimana apabila IHSG

mengalami penurunan maka nilai NAB meningkat. Dengan alasan kenaikan

indeks harga saham gabungan akan dikuti dengan turunnya kinerja reksadana

saham. Hal ini dikarenakan naiknya indeks harga saham gabungan, lebih

disebabkan pada naiknya harga – harga saham yang tidak blue chip sedangkan

saham – saham yang blue chip beberapa mengalami penurunan. Padahal

investasi di reksadana saham sebagian besar ekuitasnya akan di investasikan

pada saham – saham yang blue chip, hal inilah yang diduga menyebabkan

turunnya kinerja reksadana saham.

2.6 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Kinerja Reksadana

Dengan fenomena pertama yaitu, krisis moneter yang berlangsung

sejak pertengahan juli 1997 menunjukan bahwa aktivitas pasar modal

dipengaruhi oleh perkembangan kurs dan tingkat suku bunga. Ketika kurs

dollar meningkat tajam(dollar mengalami apresiasi). Aktivitas pasar modal

mengalami penurunan. Tingginya suku bunga menyebabkan beralihnya

sebagian investasi dari pasar modal ke deposito dan tabungan. Reksadana

yang pada hakikatnya terkait dengan instrument pasar uang dan modal

mengalami imbasnya.

Pernyataan tersebut di tegaskan pada penelitian Suryana dimana SBI

berpengaruh negatif pada kinerja reksadana. Namun pendapat lain muncul

pada penelitian Khoirul yang mengatakan Pengaruh tingkat suku bunga SBI

dengan tingkat kinerja reksadana saham menunjukkan hasil yang positif.

Dimana dalam sebuah perusahaan yang selalu meningkatkan laba belum tentu

mempunyai kinerja yang bagus, sebab laba tersebut lebih disebabkan oleh

meningkatnya tingkat suku bunga SBI. Dengan kata lain laba bersih yang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

45

diperoleh perusahaan mungkin lebih di akibatkan oleh adanya kenaikan

tingkat suku bunga SBI, sehingga banyak perusahaan yang menanamkan

investasinya di SBI karena returnnya yang cukup tinggi dengan risiko yang

rendah pula. Apalagi pada pertengahan tahun 2008, dunia dikejutkan dengan

adanya krisis global sehingga banyak negara – negara baik di eropa maupun

asia yang memangkas suku bunga acuannya hingga 0%, tetapi Indonisia tidak

melakukan apa yang telah dilakukan oleh negara – negara di dunia bahkan ada

kecenderungan kenaikan pada tingkat suku bunga SBI, sehingga banyak

perusahaan – perusahaan yang tertarik menanamkan modalnya di SBI. Hal

inilah yang diduga menyebabkan tidak konsisten pengaruh tingkat suku bunga

SBI terhadap kinerja Reksadana Saham.

Penelitian ini juga sejalan dengan jurnal Ali, menyatakan pemicu

berkurangnya NAB reksadana syariah pada jangka pendek ketika SBI

meningkat, dikarenakan peningkatan SBI membuat sebagian besar masyarakat

mengalihkan dananya dari reksadana syariah ke instrument SBI.