26
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.1548/kmk/1990 tentang Peraturan Pasar Modal adalah: “Suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersil dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta seluruh surat- surat berharga yang beredar”. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek. Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat ini para pelaku pasar yaitu individu- individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten(Sumariyah, 2011:5). Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) pasar modal adalah pasar untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik surat utang, ekuitas, reksadana, instrument derivatif maupun instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1919/2/BAB II.pdf · 2018-02-12 · melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri

Keuangan RI No.1548/kmk/1990 tentang Peraturan Pasar Modal adalah: “Suatu

sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank

komersil dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta seluruh surat-

surat berharga yang beredar”. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat

dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau

disebut sebagai bursa efek.

Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan

permintaan surat berharga. “Di tempat ini para pelaku pasar yaitu individu-

individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund)

melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten”

(Sumariyah, 2011:5).

Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) “pasar modal adalah pasar

untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan,

baik surat utang, ekuitas, reksadana, instrument derivatif maupun instrument

lainnya”. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

10

institusi lain, dan sebagai sarana kegiatan investasi, dengan demikian pasar modal

memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan

terkait lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang

mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas jangka panjang baik dalam

bentuk hutang maupun modal sendiri. Sedangkan tempat terjadinya transaksi

disebut bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti pasar modal secara

fisik.

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal

Menurut Alwi (2008:38) terdapat dua faktor yang mempengaruhi pasar

modal. Adapaun kedua faktor tersebut dibagi ke dalam faktor – faktor sebagai

berikut :

a. Faktor Internal

1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan

produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan

laporan penjualan.

2) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti

pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

11

3) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of

director announcements) seperti perubahan dan pergantian

direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

4) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakusisian

dan diakuisisi.

5) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti

melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan

usaha lainnya.

6) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti

negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan

laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal,

Earning Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), Price

Earning Ratio, Net Profit Margin (NPM), Return On Assets

(ROA), dan lain-lain.

b. Faktor Eksternal

1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga

tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai

regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh

pemerintah.

12

2) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan

tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),

seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau

harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.

4) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya

pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

5) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

2.1.3 Jenis – Jenis Pasar Modal

Adapun jenis – jenis pasar modal menurut Sumariyah (2011:12) adalah

sebagai berikut :

a. Pasar Perdana

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual

sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum

menawarkan saham ke pasar perdana, perusahaan emiten akan

mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail

(prospektus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi

13

mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga calon

investor akan mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan

datang.

b. Pasar Sekunder

Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya

sekuritas emiten tersebut bisa diperjual belikan oleh dan antar investor

di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat

melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan.

Oleh karena itu, pasar likuiditas kepada investor, bukan kepada

perusahaan seperti di pasar perdana.

Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan

saham biasa, saham preferen, obligasi, waran maupun sekuritas

derivatif (opsi dan futures). Sedangkan untuk kasus di Indonesia,

sekuritas yang umum diperdagangkan di pasar sekunder adalah saham

biasa, saham preferen, obligasi, waran, bukti right dan reksadana.

Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar, yaitu

di pasar lelang (auction market) dan pasar negosiasi (negotiated

market).

14

c. Pasar Lelang

Pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses

pelelangan pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan

penjual menggunakan perantara broker yang mewakili masing – masing

pihak pembeli atau penjual. Sehingga investor tidak dapat melakukan

transaksi secara langsung.

d. Pasar Negosiasi

Pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang

menciptakan pasar tersendiri di luar lantai bursa sekuritas, dengan cara

membeli dari dan menjual ke investor. Pasar negosiasi sering juga

disebut Over the Counter Market (OTC) atau di Indonesia dikenal

dengan pasar paralel. Transaksi yang dilakukan di pasar paralel tidak

dikelola oleh suatu organisasi perdagangan yang formal dan tersturktur

seperti BEI, namun transaksi terjadi di luat bursa dan terhubung secara

elektronik antar dealer.

15

2.2 Saham

2.2.1 Pengertian Saham

Menurut Sutrisno (2008:310) “saham adalah bukti kepemilikan bagian

modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas, yang memberi hak

menurut besar – kecilnya modal yang disetor”. Saham juga didefinisikan sebagai

tanda penyertaan badan usaha suatu perusahaan. Selembar saham adalah

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

(berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang tertera pada saham.

2.2.2 Jenis – Jenis Saham

a. Saham Preferen

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat

gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun hak yang dimiliki

oleh pemegang saham preferen adalah :

1) Hak preferen terhadap dividen, pemegang saham memiliki

hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan

dengan saham biasa

2) Hak dividen kumulatif, pemegan saham berhak menerima

pembayaran bertahun – tahun yang belum dibayarkan

sebelumnya

16

3) Hak preferen saat likuidasi, pemegang saham berhak

menerima aktiva perusahaan terlebih dahulu dibandingkan

pemegang saham biasa.

b. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan

dalam satu kelas saja. Adapun hak yang dimiliki pemegang saham biasa

adalah :

a. Hak kontrol, yaitu hak pemegang saham untuk dapat

memilih pimpinan perusahaan

b. Hak menerima, yaitu hak pemegang saham untuk menerima

pembagian keuntungan perusahaan

c. Hak preemprive, yaitu hak untuk mendapatkan persentase

kepemilikan sahm bila perusahaan mengeluarkan tambahan

lembar saham.

2.2.3 Harga Saham

Menurut Martono dan Harjito (2007:13) dalam bukunya Manajemen

Keuangan, harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan

investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan asset.

Menurut Rusdin (2008:66) dalam bukunya Teori, Masalah dan Kebijakan

dalam Praktik, harga saham ditentukan menurut hukum permintaan –

penawaran atau kekuatan tawar – menawar. Makin banyak orang yang ingin

17

membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya,

makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan

bergerak turun.

Harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

a. Harga Nominal

Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam lembar

saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham

yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal meneri arti penting karena

dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga perdana adalah harga pada saat saham tersebut tercatat di

bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh

pinjaman emisi (underwriter) dan emiten. Dengan itu, akan diketahui

berapa harga saham emiten itu akan dijual untuk menentukan harga

perdana.

18

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham menurut

Syarifudin (2003:87) antara lain :

a. Faktor Internal

1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan

produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan

laporan penjualan.

2) Pengumumam pendanaan (financing announcement), seperti

pengumuman yang behubungan dengan ekuitas dan hutang.

3) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of

director announcements) seperti perubahan dan pergantian

direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

4) Pengumuman pengambilan diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi

dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. Pengumuman

investasi (investment announcements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha

lainnya.

5) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcement), seperti

negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

19

6) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan

laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal,

Current ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) Dividend Per

Share (DPS), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets

(ROA), dan lain-lain.

b. Faktor Eksternal (Lingkungan Makro)

1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga

tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai

regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh

pemerintah.

2) Pengumuman hukum (legal announcement), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan

tututan perusahaan terhadap manajernya.

3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcement),

seperti laporan pertemuan tahunan.

4) Insider trading, volume atau harga saham perdagangan,

pembatasan/penundaan trading. Gejolak politik dalam negeri

dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang

berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham

di bursa efek suatu negara.

20

2.3 Rasio Keuangan.

2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan.

Menurut Kasmir (2008:104) “rasio keuangan merupakan kegiatan yang

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara

membagi satu angka dengan angka yang lainnya”. “Analisis rasio adalah

membandingkan utang masing-masing perusahaan dengan aktivanya dan

membandingkan beban yang harus dibayarkan dengan laba yang tersedia untuk

pembayaran bunga” (Brigham, 2006: 95). Pengertian rasio keuangan menurut

Sutrisno (2008:210) “adalah suatau cara untuk melakukan perbandingan data

keuangan perusahaan agar menjadi lebih berarti, dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan rasio kuantitatif yang disajikan dalam neraca maupun

laba rugi”.

2.3.2 Jenis-Jenis Rasio.

Menurut Sutrisno (2008: 215) ada beberapa jenis rasio yang dapat

digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan antara lain:

a. Rasio Likuiditas

“Rasio Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat

dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara spesifik likuiditas

21

mencerminkan ketersedian dana yang dimiliki perusahaan guna

memenuhi semua hutang yang akan jatuh tempo”. (Syafrida hani, 2015:

hal.121)

b. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

c. Rasio Leverage.

Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

d. Rasio Aktivitas.

Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengukur efektifitas

perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya.

e. Rasio Penilaian.

Rasio penilaian adalah rasio untuk mengukur kemampuan

manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya

modalnya. Dalam penelitian ini terdapat tiga rasio yang di pakai rasio

profitabilitas, rasio solvatabilitas, rasio likuiditas.

22

2.3.3 Rasio Profitabilitas.

Menurut Kasmir (2008:114) “rasio profitabilitas adalah rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam

suatu periode tertentu”. “Rasio profitabilitas adalah untuk menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan

asset” (Harahap, 2010: 309)

a. Return On Asset (ROA)

Hasil pengembalian aktiva (ROA) merupakan rasio yang

menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. Hasil pengembalian aktiva menunjukkan produktifitas dari

seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Semakin rendah rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya.

Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan

operasi perusahaan. Rumus untuk mencari ROA adalah berikut :

𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥 100%

23

b. Net Profit Margin (NPM)

NPM adalah rasio antara laba setelah pajak dengan penjualan yang

mengukur laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.

Disamping itu, rasio ini juga digunakan untuk menghitung sejauh mana

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

tertentu. Jadi, semakin tinggi rasio ini maka makin baik kinerja

operasional perusahan. Rumus untuk mencari NPM adalah berikut :

𝑁𝑃𝑀 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100%

2.3.4 Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva

sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban

utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan

aktivanya. Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Menurut Kasmir (2008 :

151) rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa

besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

24

a. Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Kasmir (2013:151), Debt Toequity Ratio (DER)

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang denganekuitas.

Rasio ini dicari dengan caramembandingkan antara seluruh

utang,termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna

untuk men-getahui jumlah dana yang disediakanpeminjam dengan

pemilik perusahaan.Rasio ini berfungsi untuk mengetahuisetiap modal

sendiri yang dijadikan un-tuk jaminan utang. Rumus untuk mencari debt

to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total hutang dengan

total ekuitas sebagai berikut :

𝐷𝐸𝑅 =Total Hutang

Ekuitas 𝑥 100 %

2.3.5 Rasio Likuiditas

Kasmir (2012:129), mengatakan bahwa “rasio likuiditas adalah Rasio

likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek”. Adapun

menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:301), mendefinisikan “rasio likuiditas

adalah Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”. Sedangkan menurut Irham

Fahmi (2011:121), mengatakan bahwa “rasio likuiditas adalah Kemampuan

25

suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas dapat disimpulkan

bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajiban jangka pendeknya secara

tepat waktu.

Ketidak mampuan perusahaan atau ketidak sanggupan perusahaan untuk

membayar seluruh atau sebagian utang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo

saat di tagih, akan mempengaruhi hubungan baik antara perusahaan dengan para

kreditor atau distributor. Dalam jangka panjang hal ini juga akan berdampak

kepada para konsumen.

Penyebab utama kekurangan atau ketidak mampuan perusahaan untuk

membayar kewajibanya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam

menjalankan usahanya dan hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian

laba. Sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak

menghitung rasio keuangan yang dibrikan sehingga tidak mengetahui bahwa

sebenarnya kondisi perusahaan sudah tidak mampu lagi karena nilai utangnya

lebih tinggi dari harta lancarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan

kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya

adalah analisis rasio likuiditas.

26

a. Current Ratio (CR)

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:301), “merupakan rasio

yang menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-

kewajiban lancar”. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan

utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban

jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan

hutang lancar. Current Ratio memberikan informasi kemampuan aktiva

lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan dan aktiva lainnya.

Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang

bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar. Rumus

untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah sebagai barikut :

𝐶𝑅 =Aktiva Lancar

Hutang Lancar 𝑥 100%

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

Penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji

penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan

penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis

mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian

27

pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa

jurnal dan skripsi terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti

Judul Perbedaan Persamaan Hasil

Giacinta

Jeany C.

Lauw Tjun

Tjun,

(2016)

Rizqi

Aning Tyas,

Rishi

Septa

Saputra

(2016)

Diko

Fitriansyah

Azhari,

Sri Mangesti

Rahayu,

Zahroh Z.A.

(2016)

Pengaruh Current

Ratio (CR),

Earnings per Share

(EPS) dan Price

Earnings Ratio

Terhadap Harga

Saham: Studi pada

Perusahaan yang

Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

Periode 2012-2014

Analisis Pengaruh

Profitabilitas

Terhadap

Harga Saham

(Studi Kasus

Perusahaan

Telekomunikasi

Yang Terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia (BEI)

Pengaruh Roe, Der,

Tato, Dan Per

Terhadap Harga

Saham Perusahaan

Properti Dan Real

Estate Yang

Variabel

independen Yang

digunakan

EPS, PER

Variabel

independen yang

digunakan

ROE, ROI, EPS

Variabel

independen

yang digunakan

ROE, TATO,

PER, stock price

Variabel

independen

yang digunakan

CR Variabel

dependen yang

digunakan

harga saham

Variabel

independen

yang digunakan

NPM, Variabel

dependen

harga saham

Variabel

independen

yang digunakan

DER

Variabel dependen

yang digunakan

harga saham

CR berpengaruh

terhadap

harga saham

NPM berpengaruh

terhadap

harga sahm

DER tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

harga saham

28

Hilmi

Abdullah,

Soedjatmiko,

Antung

Hartati

(2016)

Adriana

Kundiman

Lukmanul

Hakim

(2015)

Elis Darnita

(2014)

Go Publik Di Bursa

Efek Indonesia

Pengaruh EPS,

DER, PER, ROA

dan ROE Terhadap

Harga Saham Pada

PerusahaanTambang

Yang Terdaftar Di

Bei Untuk Periode

2011-2013

Pengaruh

Current Ratio,

Debt To Equity

Ratio, Return On

Asset, Return On

Equity Terhadap

Harga Saham

Pada Indeks Lq 45

Di Bei Periode

2010-2014

Analisis Pengaruh

Return On Assets

(ROA), Return On

Equity (ROE), Net

Profit Margin

(NPM) Dan Erning

Per Share (EPS)

Terhadap Harga

Saham (Studi Pada

Perusahaan Food

And Beverages

Yang Terdaftar Di

Bei Pada Tahun

2008-2012

Variabel

independen yang

digunakan

EPS, ROE, PER

Variabel

independen

yang digunakan

ROE

Variabel

Independen

Yang digunakan

ROE, EPS

Variabel

independen

yang digunakan

ROA, DER

Variabel dependen

yang digunakan

harga saham

variabel

independen yang

digunakan

CR, DER, ROA

Variabel dependen

Yang digunkan

Harga saham

variabel

independen yang

digunakan

ROA, NPM

Variabel dependen

Yang digunkan

Harga saham

DER berpengsruh

terhadap

harga saham

ROA tidak

berpengaruh

terhadap

harga saham

CR berpengaruh

Terhadap

Harga saham

DER berpengaruh

Terhadap

Harga saham

ROA berpengaruh

Terhadap

Harga saham

ROA berpengaruh

Terhadap

Harga saham

NPM berpengaruh

Terhadap

Harga saham

29

2.5 Hubungan Antara Rasio Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER)

Net Profit Margin (NPM) Current Ratio (CR), Terhadap Harga Saham.

2.5.1 Hubungan Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham

Return On Asset (ROA) adalah perbandingan laba bersih yang yang

tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva.semakin tinggi Return

On Asset (ROA) menunjukan bahwa perusahaan semakin efektif dalam

memanfaatkan aktivauntuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan

demikian semakin tinggi Return On Asset (ROA) semakin efektif kinerja

perusahaan. Hal ini akan menunjukan daya tarik investor untuk mebeli saham di

perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan yang banyak diminati para

investor karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini akan membuat

para investor berminat untuk memiliki saham dari perusahaan tersebut. Semakin

menaiknya daya tarik investor maka harga saham juga akan cenderung

meningkat. Dengan demikian maka Return On Asset (ROA) mempengaruhi

harga saham.

2.5.2 Hubungan Debt To Equty Ratio (DER) Terhadap Harga Saham

Debt To Equty Ratio (DER) Mencerminkan besarnya proposi antara total

hutang dengan total modal sendiri. Semakin tinggi der menujukan semakin tinggi

komposisi total hutang dengan modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar

beban perusahaan dengan pihak luar (kreditur). Debt To Equty Ratio (DER)

menggambarkan pengaruh negatif bagi harga saham perusahaan tersebut. Hal

30

ini karena Debt To Equty Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan

mengenai tingkat resiko perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajibannya

dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki. Nilai Debt To Equty Ratio

(DER) yang tinggi menandakan jika perusahaan memiliki resiko yang tinggi

sehingga cenderung lebih dihindari oleh para investor dan mengakibatkan

permintaan saham menurun dan memicu penurunan harga saham. Dan

sebaliknya jika nilai Debt To Equty Ratio (DER) yang rendah menandakan jika

perusahaan mempunyai resiko yang kecil sehingga lebih disuakai para investor

dan mengakibatkan saham perusahaan akan mengalami kenaikan. Dengan

demikian maka Debt To Equty Ratio (DER) mempengaruhi harga saham.

2.5.3 Hubungan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham

“Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur perbandingan

antara pendapatan bersih terhadap penjualan bersih. Rasio ini menunjukan

teknik perusahaan mengontrol biaya aga efesien” (Syed et al, 2012) semakin

besar rasio Net Profit Margin (NPM), berarti semakin bagus perusahaan

menghasilkan laba Semakin besar Net Profit Margin (NPM), maka kinerja

perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan

pada investor untuk membeli saham pada perusahan tersebut. Semakin

meningkatkan daya tarik investor maka harga saham perusahaan tersebut akan

cenderung meningkat. Dengan demikian maka Net Profit Margin (NPM )

mempengaruhi harga saham.

31

2.5.4 Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham

Current Ratio (CR) merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana

aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar

perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan

perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Semakin baiknya perusahaan

untuk memenuhi kewajibanya untuk melunasi hutang jangka pendeknya atau

hutang ang jatuh tenpo akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk

mebeli saham perusahaan tersebut dan cendrung akan meningktkan harga saham

tersebut. sebaliknya jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban para

invetor tidak akan membeli saham dari perusahaan tersebut. Dengan demikian

maka Current Ratio (CR) mempengaruhi harga saham.

2.6 Kerangka Berpikir

Variabel-variabel yang diduga menjadi pengaruh terhadap harga saham antara

lain Return On Asset (ROA), Debt To Equty Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM)

dan Current Ratio (CR). Dalam penelitian apakah variabel tersebut berpengaruh

terhada harga saham secara parsial dan apakah variabel Return On Asset (ROA), Debt

To Equty Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan Current Ratio (CR) secara

silmutan dapat berpengaruh terhadap harga saham pada Perusahaan Sektor

Pertambangan Yang Terdaftar di BEI pada periode 20012-2016.

Maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

32

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

Pengaruh secara parsial

Pengaruh secara silmutan

2.7 Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan landasan

teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis adalah sebagai berikut :

H1 : Diduga variabel Return on Asset (ROA), berpengaruh secara parsial terhadap

harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek

Indonesia periode 2012 - 2016.

H2 : Diduga variabel Debt To Equty Ratio (DER), berpengaruh secara parsial

terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek

Indonesia periode 2012 - 2016.

ROA

(X1)

DER

(X2)

CR

(X4)

NPM

(X3)

HARGA SAHAM

(Y)

33

H3 : Diduga variabel Net Profit Margin (NPM), berpengaruh secara parsial

terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek

Indonesia 2012 - 2016.

H4 : Diduga variabel Current Ratio (CR), berpengaruh secara parsial terhadap

harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek

Indonesia periode 2012 - 2016.

H5 : Diduga variabel – variabel Return on Asset (ROA), Debt To Equty Ratio

(DER), Net Profit Margin (NPM) dan Current Ratio (CR),, berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan sektor

perbankan di Bursa Efek Indonesia periode periode 2012 - 201

34