Upload
phungphuc
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri
Keuangan RI No.1548/kmk/1990 tentang Peraturan Pasar Modal adalah: “Suatu
sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank
komersil dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta seluruh surat-
surat berharga yang beredar”. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat
dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau
disebut sebagai bursa efek.
Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan
permintaan surat berharga. “Di tempat ini para pelaku pasar yaitu individu-
individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund)
melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten”
(Sumariyah, 2011:5).
Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) “pasar modal adalah pasar
untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan,
baik surat utang, ekuitas, reksadana, instrument derivatif maupun instrument
lainnya”. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
10
institusi lain, dan sebagai sarana kegiatan investasi, dengan demikian pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang
mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas jangka panjang baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri. Sedangkan tempat terjadinya transaksi
disebut bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti pasar modal secara
fisik.
2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal
Menurut Alwi (2008:38) terdapat dua faktor yang mempengaruhi pasar
modal. Adapaun kedua faktor tersebut dibagi ke dalam faktor – faktor sebagai
berikut :
a. Faktor Internal
1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan
produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan
laporan penjualan.
2) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
11
3) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian
direktur, manajemen, dan struktur organisasi.
4) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan
merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakusisian
dan diakuisisi.
5) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan
usaha lainnya.
6) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan
laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal,
Earning Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), Price
Earning Ratio, Net Profit Margin (NPM), Return On Assets
(ROA), dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal
1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai
regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
12
2) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan
tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),
seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau
harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
4) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya
pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
5) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
2.1.3 Jenis – Jenis Pasar Modal
Adapun jenis – jenis pasar modal menurut Sumariyah (2011:12) adalah
sebagai berikut :
a. Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual
sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum
menawarkan saham ke pasar perdana, perusahaan emiten akan
mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail
(prospektus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi
13
mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga calon
investor akan mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan
datang.
b. Pasar Sekunder
Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya
sekuritas emiten tersebut bisa diperjual belikan oleh dan antar investor
di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat
melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan.
Oleh karena itu, pasar likuiditas kepada investor, bukan kepada
perusahaan seperti di pasar perdana.
Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan
saham biasa, saham preferen, obligasi, waran maupun sekuritas
derivatif (opsi dan futures). Sedangkan untuk kasus di Indonesia,
sekuritas yang umum diperdagangkan di pasar sekunder adalah saham
biasa, saham preferen, obligasi, waran, bukti right dan reksadana.
Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar, yaitu
di pasar lelang (auction market) dan pasar negosiasi (negotiated
market).
14
c. Pasar Lelang
Pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses
pelelangan pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan
penjual menggunakan perantara broker yang mewakili masing – masing
pihak pembeli atau penjual. Sehingga investor tidak dapat melakukan
transaksi secara langsung.
d. Pasar Negosiasi
Pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang
menciptakan pasar tersendiri di luar lantai bursa sekuritas, dengan cara
membeli dari dan menjual ke investor. Pasar negosiasi sering juga
disebut Over the Counter Market (OTC) atau di Indonesia dikenal
dengan pasar paralel. Transaksi yang dilakukan di pasar paralel tidak
dikelola oleh suatu organisasi perdagangan yang formal dan tersturktur
seperti BEI, namun transaksi terjadi di luat bursa dan terhubung secara
elektronik antar dealer.
15
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Menurut Sutrisno (2008:310) “saham adalah bukti kepemilikan bagian
modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas, yang memberi hak
menurut besar – kecilnya modal yang disetor”. Saham juga didefinisikan sebagai
tanda penyertaan badan usaha suatu perusahaan. Selembar saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
(berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang tertera pada saham.
2.2.2 Jenis – Jenis Saham
a. Saham Preferen
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat
gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun hak yang dimiliki
oleh pemegang saham preferen adalah :
1) Hak preferen terhadap dividen, pemegang saham memiliki
hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan
dengan saham biasa
2) Hak dividen kumulatif, pemegan saham berhak menerima
pembayaran bertahun – tahun yang belum dibayarkan
sebelumnya
16
3) Hak preferen saat likuidasi, pemegang saham berhak
menerima aktiva perusahaan terlebih dahulu dibandingkan
pemegang saham biasa.
b. Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam satu kelas saja. Adapun hak yang dimiliki pemegang saham biasa
adalah :
a. Hak kontrol, yaitu hak pemegang saham untuk dapat
memilih pimpinan perusahaan
b. Hak menerima, yaitu hak pemegang saham untuk menerima
pembagian keuntungan perusahaan
c. Hak preemprive, yaitu hak untuk mendapatkan persentase
kepemilikan sahm bila perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham.
2.2.3 Harga Saham
Menurut Martono dan Harjito (2007:13) dalam bukunya Manajemen
Keuangan, harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan
investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan asset.
Menurut Rusdin (2008:66) dalam bukunya Teori, Masalah dan Kebijakan
dalam Praktik, harga saham ditentukan menurut hukum permintaan –
penawaran atau kekuatan tawar – menawar. Makin banyak orang yang ingin
17
membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya,
makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan
bergerak turun.
Harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
a. Harga Nominal
Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam lembar
saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham
yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal meneri arti penting karena
dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga perdana adalah harga pada saat saham tersebut tercatat di
bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh
pinjaman emisi (underwriter) dan emiten. Dengan itu, akan diketahui
berapa harga saham emiten itu akan dijual untuk menentukan harga
perdana.
18
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham menurut
Syarifudin (2003:87) antara lain :
a. Faktor Internal
1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan
produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan
laporan penjualan.
2) Pengumumam pendanaan (financing announcement), seperti
pengumuman yang behubungan dengan ekuitas dan hutang.
3) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian
direktur, manajemen, dan struktur organisasi.
4) Pengumuman pengambilan diversifikasi, seperti laporan
merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi
dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. Pengumuman
investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha
lainnya.
5) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcement), seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
19
6) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan
laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal,
Current ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) Dividend Per
Share (DPS), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets
(ROA), dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal (Lingkungan Makro)
1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai
regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
2) Pengumuman hukum (legal announcement), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan
tututan perusahaan terhadap manajernya.
3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcement),
seperti laporan pertemuan tahunan.
4) Insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan/penundaan trading. Gejolak politik dalam negeri
dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham
di bursa efek suatu negara.
20
2.3 Rasio Keuangan.
2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan.
Menurut Kasmir (2008:104) “rasio keuangan merupakan kegiatan yang
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka yang lainnya”. “Analisis rasio adalah
membandingkan utang masing-masing perusahaan dengan aktivanya dan
membandingkan beban yang harus dibayarkan dengan laba yang tersedia untuk
pembayaran bunga” (Brigham, 2006: 95). Pengertian rasio keuangan menurut
Sutrisno (2008:210) “adalah suatau cara untuk melakukan perbandingan data
keuangan perusahaan agar menjadi lebih berarti, dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan rasio kuantitatif yang disajikan dalam neraca maupun
laba rugi”.
2.3.2 Jenis-Jenis Rasio.
Menurut Sutrisno (2008: 215) ada beberapa jenis rasio yang dapat
digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan antara lain:
a. Rasio Likuiditas
“Rasio Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat
dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara spesifik likuiditas
21
mencerminkan ketersedian dana yang dimiliki perusahaan guna
memenuhi semua hutang yang akan jatuh tempo”. (Syafrida hani, 2015:
hal.121)
b. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
c. Rasio Leverage.
Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
d. Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya.
e. Rasio Penilaian.
Rasio penilaian adalah rasio untuk mengukur kemampuan
manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya
modalnya. Dalam penelitian ini terdapat tiga rasio yang di pakai rasio
profitabilitas, rasio solvatabilitas, rasio likuiditas.
22
2.3.3 Rasio Profitabilitas.
Menurut Kasmir (2008:114) “rasio profitabilitas adalah rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam
suatu periode tertentu”. “Rasio profitabilitas adalah untuk menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan
asset” (Harahap, 2010: 309)
a. Return On Asset (ROA)
Hasil pengembalian aktiva (ROA) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. Hasil pengembalian aktiva menunjukkan produktifitas dari
seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Semakin rendah rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya.
Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. Rumus untuk mencari ROA adalah berikut :
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥 100%
23
b. Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah rasio antara laba setelah pajak dengan penjualan yang
mengukur laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.
Disamping itu, rasio ini juga digunakan untuk menghitung sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Jadi, semakin tinggi rasio ini maka makin baik kinerja
operasional perusahan. Rumus untuk mencari NPM adalah berikut :
𝑁𝑃𝑀 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100%
2.3.4 Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva
sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban
utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Menurut Kasmir (2008 :
151) rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
24
a. Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Kasmir (2013:151), Debt Toequity Ratio (DER)
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang denganekuitas.
Rasio ini dicari dengan caramembandingkan antara seluruh
utang,termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna
untuk men-getahui jumlah dana yang disediakanpeminjam dengan
pemilik perusahaan.Rasio ini berfungsi untuk mengetahuisetiap modal
sendiri yang dijadikan un-tuk jaminan utang. Rumus untuk mencari debt
to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total hutang dengan
total ekuitas sebagai berikut :
𝐷𝐸𝑅 =Total Hutang
Ekuitas 𝑥 100 %
2.3.5 Rasio Likuiditas
Kasmir (2012:129), mengatakan bahwa “rasio likuiditas adalah Rasio
likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek”. Adapun
menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:301), mendefinisikan “rasio likuiditas
adalah Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”. Sedangkan menurut Irham
Fahmi (2011:121), mengatakan bahwa “rasio likuiditas adalah Kemampuan
25
suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas dapat disimpulkan
bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajiban jangka pendeknya secara
tepat waktu.
Ketidak mampuan perusahaan atau ketidak sanggupan perusahaan untuk
membayar seluruh atau sebagian utang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo
saat di tagih, akan mempengaruhi hubungan baik antara perusahaan dengan para
kreditor atau distributor. Dalam jangka panjang hal ini juga akan berdampak
kepada para konsumen.
Penyebab utama kekurangan atau ketidak mampuan perusahaan untuk
membayar kewajibanya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam
menjalankan usahanya dan hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian
laba. Sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak
menghitung rasio keuangan yang dibrikan sehingga tidak mengetahui bahwa
sebenarnya kondisi perusahaan sudah tidak mampu lagi karena nilai utangnya
lebih tinggi dari harta lancarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya
adalah analisis rasio likuiditas.
26
a. Current Ratio (CR)
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:301), “merupakan rasio
yang menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-
kewajiban lancar”. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan
utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan
hutang lancar. Current Ratio memberikan informasi kemampuan aktiva
lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan dan aktiva lainnya.
Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang
bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar. Rumus
untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah sebagai barikut :
𝐶𝑅 =Aktiva Lancar
Hutang Lancar 𝑥 100%
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
Penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan
penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis
mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian
27
pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa
jurnal dan skripsi terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Perbedaan Persamaan Hasil
Giacinta
Jeany C.
Lauw Tjun
Tjun,
(2016)
Rizqi
Aning Tyas,
Rishi
Septa
Saputra
(2016)
Diko
Fitriansyah
Azhari,
Sri Mangesti
Rahayu,
Zahroh Z.A.
(2016)
Pengaruh Current
Ratio (CR),
Earnings per Share
(EPS) dan Price
Earnings Ratio
Terhadap Harga
Saham: Studi pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2012-2014
Analisis Pengaruh
Profitabilitas
Terhadap
Harga Saham
(Studi Kasus
Perusahaan
Telekomunikasi
Yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Pengaruh Roe, Der,
Tato, Dan Per
Terhadap Harga
Saham Perusahaan
Properti Dan Real
Estate Yang
Variabel
independen Yang
digunakan
EPS, PER
Variabel
independen yang
digunakan
ROE, ROI, EPS
Variabel
independen
yang digunakan
ROE, TATO,
PER, stock price
Variabel
independen
yang digunakan
CR Variabel
dependen yang
digunakan
harga saham
Variabel
independen
yang digunakan
NPM, Variabel
dependen
harga saham
Variabel
independen
yang digunakan
DER
Variabel dependen
yang digunakan
harga saham
CR berpengaruh
terhadap
harga saham
NPM berpengaruh
terhadap
harga sahm
DER tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham
28
Hilmi
Abdullah,
Soedjatmiko,
Antung
Hartati
(2016)
Adriana
Kundiman
Lukmanul
Hakim
(2015)
Elis Darnita
(2014)
Go Publik Di Bursa
Efek Indonesia
Pengaruh EPS,
DER, PER, ROA
dan ROE Terhadap
Harga Saham Pada
PerusahaanTambang
Yang Terdaftar Di
Bei Untuk Periode
2011-2013
Pengaruh
Current Ratio,
Debt To Equity
Ratio, Return On
Asset, Return On
Equity Terhadap
Harga Saham
Pada Indeks Lq 45
Di Bei Periode
2010-2014
Analisis Pengaruh
Return On Assets
(ROA), Return On
Equity (ROE), Net
Profit Margin
(NPM) Dan Erning
Per Share (EPS)
Terhadap Harga
Saham (Studi Pada
Perusahaan Food
And Beverages
Yang Terdaftar Di
Bei Pada Tahun
2008-2012
Variabel
independen yang
digunakan
EPS, ROE, PER
Variabel
independen
yang digunakan
ROE
Variabel
Independen
Yang digunakan
ROE, EPS
Variabel
independen
yang digunakan
ROA, DER
Variabel dependen
yang digunakan
harga saham
variabel
independen yang
digunakan
CR, DER, ROA
Variabel dependen
Yang digunkan
Harga saham
variabel
independen yang
digunakan
ROA, NPM
Variabel dependen
Yang digunkan
Harga saham
DER berpengsruh
terhadap
harga saham
ROA tidak
berpengaruh
terhadap
harga saham
CR berpengaruh
Terhadap
Harga saham
DER berpengaruh
Terhadap
Harga saham
ROA berpengaruh
Terhadap
Harga saham
ROA berpengaruh
Terhadap
Harga saham
NPM berpengaruh
Terhadap
Harga saham
29
2.5 Hubungan Antara Rasio Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER)
Net Profit Margin (NPM) Current Ratio (CR), Terhadap Harga Saham.
2.5.1 Hubungan Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
Return On Asset (ROA) adalah perbandingan laba bersih yang yang
tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva.semakin tinggi Return
On Asset (ROA) menunjukan bahwa perusahaan semakin efektif dalam
memanfaatkan aktivauntuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan
demikian semakin tinggi Return On Asset (ROA) semakin efektif kinerja
perusahaan. Hal ini akan menunjukan daya tarik investor untuk mebeli saham di
perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan yang banyak diminati para
investor karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini akan membuat
para investor berminat untuk memiliki saham dari perusahaan tersebut. Semakin
menaiknya daya tarik investor maka harga saham juga akan cenderung
meningkat. Dengan demikian maka Return On Asset (ROA) mempengaruhi
harga saham.
2.5.2 Hubungan Debt To Equty Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Debt To Equty Ratio (DER) Mencerminkan besarnya proposi antara total
hutang dengan total modal sendiri. Semakin tinggi der menujukan semakin tinggi
komposisi total hutang dengan modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar
beban perusahaan dengan pihak luar (kreditur). Debt To Equty Ratio (DER)
menggambarkan pengaruh negatif bagi harga saham perusahaan tersebut. Hal
30
ini karena Debt To Equty Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan
mengenai tingkat resiko perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajibannya
dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki. Nilai Debt To Equty Ratio
(DER) yang tinggi menandakan jika perusahaan memiliki resiko yang tinggi
sehingga cenderung lebih dihindari oleh para investor dan mengakibatkan
permintaan saham menurun dan memicu penurunan harga saham. Dan
sebaliknya jika nilai Debt To Equty Ratio (DER) yang rendah menandakan jika
perusahaan mempunyai resiko yang kecil sehingga lebih disuakai para investor
dan mengakibatkan saham perusahaan akan mengalami kenaikan. Dengan
demikian maka Debt To Equty Ratio (DER) mempengaruhi harga saham.
2.5.3 Hubungan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham
“Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur perbandingan
antara pendapatan bersih terhadap penjualan bersih. Rasio ini menunjukan
teknik perusahaan mengontrol biaya aga efesien” (Syed et al, 2012) semakin
besar rasio Net Profit Margin (NPM), berarti semakin bagus perusahaan
menghasilkan laba Semakin besar Net Profit Margin (NPM), maka kinerja
perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan
pada investor untuk membeli saham pada perusahan tersebut. Semakin
meningkatkan daya tarik investor maka harga saham perusahaan tersebut akan
cenderung meningkat. Dengan demikian maka Net Profit Margin (NPM )
mempengaruhi harga saham.
31
2.5.4 Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham
Current Ratio (CR) merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana
aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Semakin baiknya perusahaan
untuk memenuhi kewajibanya untuk melunasi hutang jangka pendeknya atau
hutang ang jatuh tenpo akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk
mebeli saham perusahaan tersebut dan cendrung akan meningktkan harga saham
tersebut. sebaliknya jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban para
invetor tidak akan membeli saham dari perusahaan tersebut. Dengan demikian
maka Current Ratio (CR) mempengaruhi harga saham.
2.6 Kerangka Berpikir
Variabel-variabel yang diduga menjadi pengaruh terhadap harga saham antara
lain Return On Asset (ROA), Debt To Equty Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM)
dan Current Ratio (CR). Dalam penelitian apakah variabel tersebut berpengaruh
terhada harga saham secara parsial dan apakah variabel Return On Asset (ROA), Debt
To Equty Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan Current Ratio (CR) secara
silmutan dapat berpengaruh terhadap harga saham pada Perusahaan Sektor
Pertambangan Yang Terdaftar di BEI pada periode 20012-2016.
Maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
32
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Pengaruh secara parsial
Pengaruh secara silmutan
2.7 Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan landasan
teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis adalah sebagai berikut :
H1 : Diduga variabel Return on Asset (ROA), berpengaruh secara parsial terhadap
harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia periode 2012 - 2016.
H2 : Diduga variabel Debt To Equty Ratio (DER), berpengaruh secara parsial
terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia periode 2012 - 2016.
ROA
(X1)
DER
(X2)
CR
(X4)
NPM
(X3)
HARGA SAHAM
(Y)
33
H3 : Diduga variabel Net Profit Margin (NPM), berpengaruh secara parsial
terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia 2012 - 2016.
H4 : Diduga variabel Current Ratio (CR), berpengaruh secara parsial terhadap
harga saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia periode 2012 - 2016.
H5 : Diduga variabel – variabel Return on Asset (ROA), Debt To Equty Ratio
(DER), Net Profit Margin (NPM) dan Current Ratio (CR),, berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan sektor
perbankan di Bursa Efek Indonesia periode periode 2012 - 201