23
18 2 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kognitif 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Kognitif Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) 17 . Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) 17 Nursalam dan Ferry Efendi, Pendidikan dalam Keperawatan, Salemba Medika, 2008, hlm. 18.

2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

  • Upload
    vungoc

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

18

2 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kognitif

2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Kognitif

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan

manusia berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu

dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan

lingkungannya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang

yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku

baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotor)17

.

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang artinya adalah

pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah

perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan

selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu

wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk

pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan

masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,

pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,

memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di

otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan)

17

Nursalam dan Ferry Efendi, Pendidikan dalam Keperawatan, Salemba Medika, 2008, hlm. 18.

Page 2: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

19

yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah

laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal

atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi18

.

Karakteristik teori kognitif yaitu cenderung lebih mementingkan proses

belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan

hubungan antara stimulus dan respons, lebih dari itu belajar melibatkan proses

berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan

pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk

perubahan tingkah laku yang bisa diamati.19

2.1.2 Tingkatan Kognitif

Menurut Bloom, domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang

berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti

kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain

kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu20

:

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah tingkatan tujuan kognitif yang paling rendah.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat informasi

yang sudah dipelajarinya (recall), seperti misalnya mengingat tokoh

proklamator Indonesia, mengingat tanggal dan tahun sumpah pemuda,

mengingat bunyi teori relativitas, dan lain sebagainya. Pengetahuan

18

Suardi, Moh., 2018, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Deepublish, hlm. 139. 19

Ibid., hlm. 140. 20

Bloom, B.S., Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: Cognitive Domain, 1965, New York,McKay.

Page 3: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

20

mengingat fakta semacam ini sangat bermanfaat dan sangat penting untuk

mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi berikutnya.

b. Pemahaman

Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahaman

bukan hanya sekadar mengingat takta, akan tetapi berkenaan dengan

kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan

menangkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa

pemahaman terjemahan, pemahaman menafsirkan ataupun pemahaman

ekstrapolasi. Pemahaman menerjemahkan yakni kesanggupan untuk

menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya

menerjemahkan kalimat, sandi, dan lain sebagainya. Pemahaman

menafsirkan sesuatu, contohnya menafsirkan grafik; sedangkan pemahaman

ekstrapolasi, yakni kemampuan untuk melihat di balik yang tersirat atau

tersurat.

c. Penerapan

Penerapan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi lagi

tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan

ini berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan

pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum,

konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang konkret.

Perilaku yang berkenaan dengan kemampuan penerapan ini misalnya

kemampuan memecahkan suatu persoalan dengan menggunakan rumus,

Page 4: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

21

dalil atau hukum tertentu. Di sini tampak jelas, bahwa seseorang akan dapat

menguasai kemampuan menerapkan manakala didukung oleh kemampuan

mengingat dan memahami fakta atau konsep tertentu.

d. Analisis

Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu

bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan

antarbagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang

kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah

dapat menguasi kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis

berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu biasanya analisis

diperuntukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa

tingkat atas.

e. Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke

dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana

atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.

Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu

menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan

menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh.

Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan dasar untuk

dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru.

Page 5: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

22

f. Evaluasi

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif.

Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap

sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini,

terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan

berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu, misalkan memberikan

keputusan bahwa sesuatu yang diamati itu baik, buruk, indah, jelek, dan lain

sebagainya. Untuk dapat memiliki kemampuan memberikan penilaian

dibutuhkan kemampuan-kemampuan sebelumnya.

Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan,

pemahaman dan aplikasi, dikatakan tujuan kognitif tingkat rendah; sedangkan

tiga tingkatan berikutnya yaitu analisis, sintesis dan evaluasi dikatakan sebagai

tujuan kognitif tingkat tinggi.

2.1.3 Teori Kognitif

Teori belajar pada umumnya dibagi menjadi 4 golongan, yaitu teori

belajar Behaviorisme, teori belajar Kognitivisme, teori belajar Humanistik dan

teori belajar Sibernetik. Aliran tingkah laku menekankan pada hasil dari proses

belajar. Aliran kognitif menekankan pada proses belajar. Aliran humanis

menekankan pada isi atau apa yang dipelajari, sedangkan aliran sibernetik

menekankan pada sistem informasi yang dipelajari21

.

Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar

itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan

21

Nursalam dan Ferry Efendi, loc. cit.

Page 6: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

23

antara stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat

kompleks. Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori Sibernetik. Pada

masa awal mulai diperkenalkannya teori ini, para ahli mencoba menjelaskan

bagaimana mahasiswa mengolah stimulus dan bagaimana mahasiswa tersebut

dapat sampai ke respon tertentu. Namun, lambat laun perhatian tersebut mulai

bergeser. Saat ini perhatian mereka terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu

yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya lebih dikuasasi oleh

mahasiswa. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang

individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.

Proses ini tidak berjalan tersendiri, terpisah-pisah tetapi proses ini merupakan

suatu rangkaian yang saling terkait22

.

Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif.

Dengan teori tabularasa-nya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti

kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang

menulisnya. Dari pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu,

memunculkan aliran belajar behavioristik-elementeristik. Berbeda dengan

pandangan Locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia adalah organisme

yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan. Pada

hakikatnya manusia bebas untuk berbuat; manusia bebas untuk membuat suatu

pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya

sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat

diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat

22

Ibid., hlm. 26.

Page 7: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

24

pribadi. Pandangan hakikat manusia menurut pandangan Leibnitz ini kemudian

melahirkan aliran belajar kognitif holistik23

.

2.2 Persepsi

2.2.1 Definisi Persepsi

Dalam psikologi kognitif, kita mengacu pada dunia fisik (eksternal)

sekaligus dunia mental (internal). Penghubung realitas eksternal dengan dunia

mental berpusat di sistem sensorik. Sensasi (sensatiori) mengacu pada

pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Sedangkan persepsi

melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi

sensorik. Pada dasarnya, sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap

stimuli; persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera24

.

Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: a) proses

mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera,

b) kesadaran dari proses-proses organis, c) satu kelompok penginderaan dengan

penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, c) variabel

yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi

untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang, d) kesadaran

intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta

mengenai sesuatu25

.

23

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Edisi Pertama, Jakarta, Prenadamedia Group, 2008, hlm. 237. 24

Solso, Maclin & Maclin, Psikologi Kognitif. Edisi Kedelapan. Diterjemahkan oleh: Rahardanto. Mikael dan Batuadji, Kristianto. Jakarta, Erlangga, 2007, hlm. 75. 25

Chaplin, James P., Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Page 8: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

25

2.2.2 Teori-teori Perseptual

Setiap harinya kita terus-menerus dihujani informasi tentang

karakteristik fisik dunia kita. melalui kelima indera kita. Terdapat sedemikian

banyak informasi sehingga kita memerlukan penyimpanan sensorik sementara

dan penyaring sensorik yang rumit untuk membantu kita menentukan jenis dan

jumlah informasi yang dikirimkan ke otak kita. Para psikolog tekah

mengembangkan teori persepsi yang membantu memahami bagaimana proses

sebuah sensasi diproses menjadi persepsi sebuah pola atau sebuah objek. Ada

dua teori utama yang dipelajari tentang cara manusia memahami dunia. Sebuah

teori, persepsi konstruktif (constructive perception), menyatakan bahwa

manusia "mengkonstruksi" persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan

menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya, persepsi langsung

(direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan

informasi secara langsung dari lingkungan26

.

a. Persepsi Konstruktif

Teori persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa

selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang

berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa

yang kita ketahui. Dengan demikian, persepsi adalah sebuah efek

kombinasi dari informasi yang diterima sistem sensorik dan pengalaman

dan pengetahuan yang kita pelajari tentang dunia, yang kita dapatkan dari

pengalaman.

26

Solso, Maclin & Maclin, op. cit., hlm. 120.

Page 9: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

26

b. Persepsi Langsung

Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli

adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi

tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung

cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. James Gibson

dan James Cutting menyatakan bahwa persepsi langsung mengasumsikan

bahwa keanekaragaman lapisan-lapisan optik sama kayanya dengan

keanekaragaman dalam dunia ini. Para psikolologis yang berorientasi

ekologis mendukung pernyataan ini menyatakan bahwa stimulus itu sendiri

telah memiliki informasi yang cukup untuk menghasilkan persepsi yang

tepat dan tidak memerlukan adanya representasi internal27

.

Masing-masing teori tentang persepsi tersebut memiliki pendukungnya

sendiri-sendiri, dalam jumlah besar dan dengan antusiasme yang tinggi. Di

permukaan, kedua teori tersebut tampaknya menampilkan dalil-dalil yang

saling bertentangan dan tidak mungkin diperdamaikan. Meski demikian, pada

level analisis yang lain, kedua teori tersebut dapat dipandang saling melengkapi

(komplementer) alih-alih saling bertentangan (kontradiktif). Pandangan

konstruktif tentang persepsi tampaknya masuk akal karena saat kita memahami

kata-kata tersebut karena kita memiliki pengetahuan semantik tentang makna

kata-kata tersebut.

Kedua teori tersebut menjelaskan persepsi dengan baik, namun berfokus

pada tahap-tahap proses yang berbeda. Pandangan persepsi langsung adalah

27

Solso, Maclin & Maclin, op. cit., hlm. 122.

Page 10: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

27

penting bagi pemahaman kita terhadap persepsi karena dua alasan: teori

tersebut menekankan pentingnya stimuli sensorik, mengindikasikan bahwa

pemrosesan stimuli berlangsung secara sederhana dan langsung. dan bahwa

kognisi dan persepsi adalah fenomena yang alamiah dan ekologis-suatu

pandangan yang selaras dengan perspektif kognitif evolusioner. Meskipun

persepsi langsung membantu kita memahami beberapa persepsi awal terhadap

kesan-kesan sensorik, teori persepsi konstruktif berguna dalam pemahaman kita

tentang bagaimana kesan-kesan sensorik dipahami oleh otak.

2.2.3 Jenis-jenis Persepsi

Menurut Irwanto, setelah individu melakukan interaksi dengan obyek-

obyek yang dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Persepsi positif. Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan

(tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan

dengan upaya pemanfaatannya.

b. Persepsi negatif. Persepsi yang menggambarkan segala

pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan

yang tidak selaras dengan obyek yang dipersepsi. Dapat dikatakan

bahwa persepsi itu baik yang positif ataupun yang negatif akan

selalu mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu

tindakan. Dan munculnya suatu persepsi positif ataupun persepsi

negatif semua itu tergantung pada bagaimana cara individu

Page 11: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

28

menggambarkan segala pengetahuannya tentang suatu obyek yang

dipersepsi28

.

2.2.4 Komponen-komponen Proses Pembentukan Persepsi

Menurut Sobur29

, dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama

yaitu:

a. Seleksi, yaitu penyampaian oleh indera terhadap rangsangan dari

luar. intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Setelah

diterima, rangsangan atau data diseleksi.

b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang

dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga

bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan

pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi

informasi yang komplek menjadi sederhana.

c. Pembulatan, yaitu penarikan kesimpulan dan tanggapan terhadap

informasi yang diterima. Persepsi yang diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa

yang telah diserap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai

pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata

sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi (pembentukan

kesan). 28

Irwanto, Psikologi Umum, Jakarta, PT Prenhallindo, 2002, hlm. 71. 29

Sobur, Alex, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung, Pustaka Setia, 2003.

Page 12: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

29

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Shaleh30

, menjelaskan persepsi lebih bersifat psikologis daripada

merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhi:

a. Perhatian yang selektif: dalam kehidupan manusia setiap saat akan

menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya, meskipun

demikian seseorang tidak harus menghadapi semua rangsangan

yang diterimanya, untuk itu individu harus memusatkan

perhatiannya pada rangsang tertentu saja.

b. Ciri-ciri rangsang: rangsang yang bergerak di antara rangsang yang

diam akan lebih menarik perhatian, demikian juga rangsang yang

paling besar di antara yang kecil, yang latar belakangnya kontras

dan intensitas rangsangnya paling kuat yang akan menarik

perhatian.

c. Nilai dan kebutuhan individu: setiap orang mempunyai pola dan

cita rasa yang berbeda dalam mengamati sesuatu. Dalam suatu

penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi

rendah melihat uang koin lebih besar daripada anak-anak dari

golongan ekonomi tinggi.

d. Pengalaman dahulu: pengalaman terdahulu yang dimiliki individu

sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi sesuatu.

30

Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta, Kencana, 2009.

Page 13: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

30

2.3 Minat

2.3.1 Definisi Minat

Menurut kamus lengkap psikologi, minat (interest) adalah a) satu sikap

yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian seseorang,

sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya, b) perasaan

yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau

berarti bagi individu, c) satu keadaan motivasi, atau satu set motivasi, yang

menuntun tingkah laku menuju satu arah (sasaran) tertentu31

.

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Keinginan atau minat dan

kemauan atau kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan

diperlihatkan seseorang. Minat atau keinginan ini erat pula hubungannya

dengan perhatian yang dimiliki, karena perhatian mengarahkan timbulnya

kehendak pada seseorang. Kehendak atau kemauan ini juga erat hubungannya

dengan kondisi fisik seseorang, misalnya dalam keadaan sakit. capai, lesu. atau

mungkin sebaliknya, yakni sehat dan segar. Juga erat hubungannya dengan

kondisi psikis, seperti senang, tidak senang, tegang, bergairah, dan seterusnya32

.

Deci dan Ryan (dalam Ulrich33

) berpendapat bahwa minat memiliki

peran penting yang memotivasi langsung seseorang melakukan kegiatan yang

menarik perhatian mereka secara alami. Minat merupakan dorongan untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan yang nantinya dapat mendatangkan

31

Chaplin, op. cit., hlm. 255. 32

Sobur, op. cit., hlm. 246. 33

Ulrich Schiefele, Interest, Learning, and Motivation, Educational Psychologist, 1991, hlm. 299.

Page 14: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

31

kepuasan, yang mana kepuasan itu akan mempengaruhi kadar minat seseorang.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan

suatu kecenderungan seseorang terhadap sesuatu atau obyek yang

mendorongnya melakukan sesuatu untuk mencapai objek yang menarik

perhatinnya dengan perasaan senang.

2.3.2 Aspek-aspek Minat

Dewey (dalam Ulrich34

) merumuskan tiga karakteristik dasar minat,

yaitu: a) minat itu aktif mendorong, b) berdasarkan suatu objek nyata, dan c)

memiliki makna personal yang tinggi. Minat adalah sebuah aspek psikologis

yang dipengaruhi oleh pengalaman afektif yang berasal dari minat itu sendiri.

Aspek-aspek minat dijelaskan oleh Pintrich dan Schunk35

sebagai berikut:

a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the

activity), yaitu perasaan suka tidak suka. setuju tidak setuju dengan

aktivitas, umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas.

b. Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas (specific conciousness

for or living the activity), yaitu memutuskan untuk menyukai suatu

aktivitas atau objek.

c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu

individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan

dengan aktivitas yang diminatinya.

34

Ibid., hlm. 300. 35

Pintrich, R. P., dan Schunk. D. H., Motivation in Education, Theory Research and Application, New Jersey, Prentice Hall, 1996, hlm. 304.

Page 15: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

32

d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu

(personal importence or significance of the activity to the

individual).

e. Adanya minat intriksik dalam isi aktivitas (intrinsic interest in the

content of the activity), yaitu emosi yang menyenangkan yang

berpusat pada aktivitas itu sendiri.

f. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participant in

the activity) yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam

aktivitas.

Aspek-aspek minat menimbulkan daya ketertarikan dibentuk oleh dua

aspek yaitu kognitif dan afektif berupa sikap, kesadaran individual, perasaan

senang, arah kepentingan individu, adanya ketertarikan yang muncul dari dalam

diri, dan berpartisipasi terhadap apa yang diminati.

2.3.3 Kategorisasi Minat

Para peneliti yang mengkategorisasikan minat ke dalam dua konsep,

yaitu minat individual dan minat situasional. Minat individual dipahami sebagai

sesuatu yang relatif disukai dan bertahan lama untuk topik-topik tertentu atau

kegiatan tertentu, sedangkan minat situasional adalah keadaan emosi yang

dipengaruhi rangsangan situasional36

.

Fokus pembahasan ini adalah pada minat individual. Minat tersebut

berguna dalam membedakan antara dua bentuk minat individual: minat sebagai

karakteristik laten dan karakter yang diaktualisasaikan.

36

Ulrich, op. cit., hlm. 302.

Page 16: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

33

a. Minat Sebagai Karakteristik Laten

Minat ini berorientasi jangka yang relatif lama dari individu tehadap

objek atau aktivitas tertentu. Karekteristik ini mengidentifikasikan dua

komponen yang menarik: perasaan dan ketertarikan hati seseorang.

Komponen perasaan merupakan asosiasi dari suatu objek atau kegiatan

terkait objek tersebut dengan perasaan positif, terutama kenikmatan/

kesenganan dan keterlibatan (perasaan instrinsik terkait sebuah objek).

Sedangkan komponen ketertarikan hari seseorang merupakan atribusi

penting seseorang terhadap sebuah objek (ketertarikan instrinsik terhadap

sebuah objek).

b. Minat Sebagai Karakteristik yang Diaktualisasikan

Minat ini digambarkan sebagai orientasi motivasi intrinsik konten

tertentu. Pada dasarnya, ini berarti bahwa seseorang dalam keadaan tertarik

pada topik tertentu yang membuatnya ingin melibatkan diri untuk

mendalami topik tersebut demi kepentingan dirinya sendiri.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Crow dan Crow37

menyatakan bahwa minat dapat merupakan sebab atau

akibat dari suatu pengalaman. Oleh karena itu minat berhubungan dengan

dorongan, motif-motif dan respon-respon manusia. Selanjutnya, Crow dan

Crow menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:

37

Crow, Lester D., dan Crow, Alice D., Psikologi Pendidikan, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1984.

Page 17: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

34

a. Faktor dorongan atau keinginan dari dalam (inner urges), yaitu

dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang

terhadap sesuatu akan menimbulkan minat tertentu. Termasuk di

dalamnya berkaitan dengan faktor-faktor biologis yaitu faktor-

faktor yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan fisik yang

mendasar.

b. Faktor motif sosial (social motive), yaitu motif yang dikarenakan

adanya hasrat yang berhubungan dengan faktor dari diri seseorang

sehingga menimbulkan minat tertentu. Faktor ini menimbulkan

seseorang menaruh minat terhadap suatu aktifitas agar dapat

diterima dan diakui oleh lingkungan termasuk di dalamnya faktor

status sosial, harga diri, prestise dan sebagainya.

c. Faktor emosional (emotional motive), yaitu motif yang berkaitan

dengan perasaan dan emosi yang berupa dorongan-dorongan, motif-

motif, respon-respon emosional dan pengalaman-pengalaman yang

diperoleh individu.

2.4 Brand Awareness (Kesadaran Merek)

2.4.1 Pengertian Brand Awareness

Menurut Kotler dan Keller, merek (brand) adalah nama, istilah, tanda,

simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk

mengenali produk atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk

membedakannya dari produk pesaing. Jadi merek mengidentifikasi pembuat

Page 18: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

35

atau penjual dari suatu produk38

. Sementara itu, brand awareness merupakan

kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek

merupakan anggota dari kategori produk tertentu39

.

Brand awareness adalah salah satu strategi untuk mencapai brand

equity. Menurut Durianto40

, brand equity adalah perangkat aset yang melekat

pada merek yaitu nama dan simbol yang mampu untuk menambah atau

mengurangi nilai suatu produk atau jasa bagi perusahaan atau pelanggan.

Sehingga brand equity mempunyai bentuk emosional dan kekuatan jaringan

yang dimiliki oleh sebuah merek, dimana brand awereness sendiri adalah

kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali

sebuah merek. Selanjutnya, kesadaran merek diciptakan dan ditingkatkan

dengan cara meningkatkan keakraban merek melalui paparan berulang sehingga

konsumen merasa mengenal merek tersebut41

,

2.4.2 Mencapai Brand Awareness

Beberapa cara yang harus dilakukan perusahaan agar dapat mencapai

Brand Awareness antara lain adalah sebagai berikut

42:

38

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua belas, Jakarta, PT Indeks, 2007, hlm. 70. 39

Tjiptono, Fandy, Manajemen dan Strategi Merek, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2011, hlm. 97. 40

Durianto, D., Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm. 4. 41

Huang, Wei and Laetitia Radder. 2008. High Involvement and Low Involvement Products A Comparison of Brand Awareness Among Student at A South African University. South Africa. 42

Aaker, David A., Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name, New York, The Free Press Alfabeta, 1991, hlm. 70.

Page 19: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

36

a. Pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan kepada konsumennya

harus mudah diingat dan berbeda dari produk yang lain. selain itu

harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya.

b. Apabila produknya memiliki simbol, hendaknya simbol yang

digunakan dapat dihubungkan dengan mereknya.

c. Perluasan merek (Brand Extensions) dapat digunakan agar merek

semakin banyak diingat atau dikenal oleh konsumen.

d. Event Sponsorship dan Publicity dapat digunakan untuk mencapai

brand awareness.

e. Perusahaan harus terus melakukan pengulangan-pengulangan

terhadap pesan yang disampaikan, hal ini dilakukan karena

membentuk ingatan konsumen terhadap suatu merek lebih sulit

dibandingkan dengan mengenalkan suatu merek kepada konsumen.

2.4.3 Tingkatan Brand Awareness

Brand awarenesss membutuhkan continuum ranging (jangkauan

kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal

sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-

satunya merek dalam suatu kelompok produk. Kontinum ini dapat terwakili

dalam tingkatan kesadaran merek yang berbeda yang dapat digambarkan dalam

suatu piramida berikut ini43

:

43

Durianto, Darmadi., Sugiarto, dan Tony Sitinjak., Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 55.

Page 20: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

37

Gambar 2. Piramida Brand Awareness

Tingkatan brand awareness secara berurutan adalah sebagai berikut44

:

a. Unaware of brand (tidak menyadari merek). Kategori ini termasuk

merek yang tetap tidak dikenal walaupun sudah dilakukan

pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

b. Brand Recognition (pengenalan merek). Kategori ini meliputi merek

produk yang dikenal konsumen setelah dilakukan pengingatan

kembali lewat bantuan (aided recall).

c. Brand Recall (pengingatan kembali merek). Kategori ini meliputi

merek dalam kategori suatu produk yang diingat konsumen tanpa

harus dilakukan pengingatan kembali, diistilahkan dengan

pengingatan kembali tanpa bantuan (unaided recall).

d. Top of Mind (puncak pikiran). Kategori ini meliputi merek produk

yang pertama kali muncul dibenak konsumen pada umumnya.

44

Bilson Simamora, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan. Profitabel, Edisi Pertama, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 74.

Top of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

Unaware of Brand

Page 21: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

38

2.4.4 Indikator Brand Awareness

Terdapat empat indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui

seberapa jauh konsumen aware terhadap suatu brand. Antara lain adalah sebagai

berikut45

:

a. Recall, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika

ditanya merek apa saja yang diingat.

b. Recognition, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek

tersebut termasuk dalam kategori tertentu.

c. Purchase, yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu

merek ke dalam alternatif pilihan ketika akan membeli produk atau

jasa.

d. Consumption, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek

ketika sedang menggunakan produk atau jasa.

Dalam keempat indikator pembentuk Brand Awareness tersebut

mempunyai sub indikator pembentuk sebagai berikut46

:

Indikator Brand Awareness Tabel 2.

Variabel Dimensi Indikator

Kesadaran Merek

Recognition

a. Khalayak menyadari merk produk.

b. Khalayak dapat mengetahui merk produk.

c. Khalayak dapat mengenali merk

Recall

a. Khalayak mengingat merk produk.

b. Khalayak menyukai merk

c. Khalayak memilih merk.

d. Khalayak yakin terhadap merk.

Purchase a. Khalayak membeli produk merk.

45

Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 26. 46

Rossister J.R. dan Percy L., Advertising and Promotion Management. New York, McGraw-Hill, 1996, hlm. 87-89)

Page 22: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

39

Variabel Dimensi Indikator

b. Khalayak memakai produk.

Consumption a. Khalayak membeli ulang produk

2.5 Teori Sistem Sosial

Teori sistem memandang organisasi sebagai kaitan bermacam-macam komponen

yang saling tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Setiap

bagian mempunyai peran masing-masing dan berhubungan dengan bagian-bagian

lain dank arena itu koordinasi penting dalam teori ini.47

Beberapa komponen kunci yang membangun organisasi adalah individu

yang menjadi anggota organisasi, struktur dan kelompok fungsional, teknologi

dan perlengkapan organisasi. Semua bagian sistem tergantung kepada bagian

lainnya dalam aktivitas organisasi. Suatu perubahan atau pengaruh pada suatu

komponen akan mempengaruhi kepada komponen sistem yang lainnya. 48

Prinsip teori sistem mengenai equifinality menunjukkan bahwa keadaan

dari output sistem, tidaklah ditentukan oleh kondisi semula atau input yang

diterima sistem, tetapi kondisi akhir yang sama yang dapat dicapai sistem dari

kondisi semula yang berbeda dalam berbagai hal. Interaksi di antara bagian sistem

memberikan sistem sebagai suatu keseluruhan, untuk bertindak secara kreatif

memproses input yang berbeda dalam berbagai hal untuk menghasilkan output

yang tepat bagi pencapaian tujuan organisasi. Ini menunjukkan bahwa organisasi

melalui usaha anggotanya yang saling tergantung satu sama lain, mempunyai

47

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2015 hal. 46 48

Ibid, hal. 47

Page 23: 2 BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3277/3/BAB II.pdf · menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu contohnya menerjemahkan

40

kemampuan untuk membentuk bermacam-macam aktivitas, untuk mencapai suatu

rentangan tujuan yang luas, dimulai dengan kondisi yang bervariasi dan dengan

pnyesuaian aktivitas dari masing-masing personel dan penggunaan sumber

organisasi secara fleksibel. Komunikasi adalah alat dengan mana organisasi dapat

menyesuaikan personel dan proses terhadap situasi dan masalah yang mereka

hadapi.49

49

Ibid, hal. 48