Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kompensasi
2.1.1. Pengertian Kompensasi
Menurut Yusuf (2015:235) mengatakan “kompensasi adalah segala sesuatu
yang diterima oleh pekerja atas balas jasa mereka, masalah kompensasi berkaitan
dengan konsistensi internal dan konsistensi eksternal”.
Sedangkan menurut Suparyadi (2015:271) mengutarakan “kompensasi adalah
keseluruhan imbalan yang diterima oleh karyawan sebagai penghargaan atas
kontribusi yang diberikannya kepada organisasi, baik yang bersifat finansial maupun
non finansial”.
Selanjutnya menurut Darodjat (2015:164) juga menyimpulkan bahwa
“kompensasi tidak lain adalah imbalan jasa kepada karyawan atas kontribusi mereka
dalam mencapai tujuan perusahaan”.
Menurut Elmi (2018: 83) “kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan
oleh organisasi atau perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial
maupun non finansial, pada periode yang tetap”.
Menurut Dessler dalam Wianti (2018) menerangkan “kompensasi karyawan
mencakup semua bentuk pembayaran kepada semua karyawan yang timbul dari
pekerjaan mereka. Ada dua bagian utama yaitu kompensasi secara langsung (upah,
gaji, insentif, komisi, bonus) dan kompensasi tidak langsung (asuransi dan liburan)” .
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan definisi dari kompensasi adalah
semua imbalan yang diterima oleh seorang pekerja atas jasa atau hasil kerjanya pada
8
sebuah organisasi atau perusahaan dimana imbalan tersebut dapat berupa uang
ataupun barang, baik langsung maupun tidak langsung.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widayati (2019) menunjukkan
bahwa kompensasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
2.1.2. Fungsi Kompensasi
Kompensasi mempunyai fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar
jalannya roda organisasi atau perusahaan. Menurut Martoyo dalam Elmi (2018:84)
fungsi kompensasi adalah:
1. Penggunaan SDM secara lebih efesien dan lebih efektif
Kompensasi yang tinggi pada seorang karyawan mempunyai implikasi bahwa
organisasi memperoleh keuntungan dan manfaat maksimal dari karyawan yang
bersangkutan karena besarnya kompensasi sangat ditentukan oleh tinggi atau
rendahnya produktivitas kerja karyawan yang bersangkutan.
2. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
Sistem pemberian kompensasi yang baik secara langsung dapat membantu
stabilitas organisasi dan secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
2.1.3. Tujuan Kompensasi
Menurut Hasibuan dalam Widodo (2015:156) tujuan pemberian kompensasi
antara lain adalah:
1. Ikatan kerja sama
9
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawannya. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya
dengan baik, sedangkan pengusaha atau majikan wajib membayar kompensasi.
2. Kepuasan kerja
Karyawan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan pemberian
kompensasi.
3. Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan lebih mudah.
4. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah memotivasi
bawahannya.
5. Stabilitas karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensinya yang kompetetif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena
turnover yang relatif kecil.
6. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin
baik.
7. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh Serikat Buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan konsentrasi pada pekerjaanya.
8. Pengaruh pemerintah
Jika program kompensai sesuai dengan Undang-Undang perburuhan yang berlaku
maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
10
2.1.4. Jenis- Jenis Kompensasi
Menurut Elmi (2018:87) komponen-komponen dari keseluruhan program gaji
secara umum dikelompokkan ke dalam kompensasi finansial langsung, tak langsung
dan non finansial.
1. Kompensasi finansial secara langsung berupa bayaran pokok (gaji dan upah),
bayaran prestasi, bayaran insentif (bonus, komisi, pembagian laba atau
keuntungan dan opsi saham) dan bayaran tertangguh (program tabungan dan
anuitas pembelian saham).
2. Kompensasi finansial tidak langsung berupa program-program proteksi (asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, pensiun, asuransi tenaga kerja), bayaran diluar jam kerja
(liburan, hari besar, cuti tahunan dan cuti hamil) dan fasilitas-fasilitas seperti
kendaraan, ruang kantor dan tempat parkir.
3. Kompensasi non finansial, berupa pekerjaan (tugas-tugas yang menarik,
tantangan, tanggung jawab, pengakuan dan rasa pencapaian). Lingkungan kerja (
kebijakan-kebijakan yang sehat, supervise yang kompenten, kerabat yang
menyenangkan, lingkungan kerja yang nyaman.
2.1.5. Sistem Kompensasi
Menurut Hasibuan dalam Widodo (2017:158) sistem pembayaran kompensasi
yang umum diterapkan diantaranya sistem waktu, sistem hasil, dan sistem borongan.
Untuk lebih jelasnya sistem kompensasi dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem waktu
Dalam sistem waktu, kompensasi ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti
jam, hari, minggu, atau bulan. Sistem waktu ini diterapkan jika prestasi kerja sulit
diukur per unitnya, dan bagi karyawan tetap kompensasinya dibayar atas sistem
11
waktu secara periodik setiap bulannya. Kebaikan sistem waktu adalah
administrasi pengupahan mudah dan besarnya kompensasi yang akan dibayarkan
tetap. Kelemahan sistem waktu ialah yang malas pun kompensasinya tetap
dibayar sebesar perjanjian.
2. Sistem hasil
Besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja,
seperti per potong, meter, liter, dan kilogram. Dalam sistem hasil (output),
besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil
yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu mengerjakannya. Kebaikan sistem
ini memberikan kesempatan kepada karyawan yang bekerja bersungguh-sungguh
serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang cukup besar. Kelemahan
sistem hasil ini ialah kualitas barang yang dihasilkan kurang baik dan karyawan
yang kurang mampu balas jasnya kecil, sehingga kurang manusiawi.
3. Sistem borongan
Suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume
pekerjaan dan lama mengerjakannya. Dalam sistem borongan ini, pekerja biasa
mendapat balas jasa besar atau kecil tergantung atas kecermatan kalkulasi mereka.
2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi
Menurut Sutrisno dalam Hamali (2018:85) faktor-faktor yang memengaruhi
besarnya kompensasi adalah sebagai berikut:
1. Tingkat biaya hidup
Kompensasi yang diterima oleh seorang karyawan baru mempunyai arti bila dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum (KFM). Kebutuhan fisik
12
minimum karyawan yang tinggal dikota besar akan jauh berbeda dengan
kebutuhan fisik minimum bagi karyawan yang tinggal di kota kecil.
2. Tingkat kompensasi yang berlaku di perusahaan lain
Informasi tentang kompensasi yang berlaku di perusahaan lain untuk jenis
kegiatan yang sama, cepat diketahui. Jika tingkat kompensasi yang diberikan
kepada karyawan lebih rendah dari yang dapat diberikan perusahaan lain untuk
pekerjaan yang sama, maka akan dapat menimbulkan rasa tidak puas dikalangan
karyawan, yang dapat berakhir dengan banyaknya tenaga potensial meninggalkan
perusahaan.
3. Tingkat kemampuan perusahaan
Perusahaan yang memiliki kemampuan tinggi akan dapat membayar tingkat
kompensasi yang tinggi pula bagi para karyawannya.
4. Jenis pekerjaan dan besar kecilnya tanggung jawab
Jenis pekerjaan biasanya akan menentukan besar kecilnya tanggung jawab para
karyawan. Karyawan yang mempunyai kadar pekerjaan yang lebih sukar dan
dengan tanggung jawab yang lebih besar, tentu akan diimbangi dengan tingkat
kompensasi yang besar pula.
5. Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
Suatu perusahaan akan selalu terikat pada kebijaksanaan dan peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk pula tingkat kompensasi yang diberikan
pada para karyawan.
6. Peranan Serikat Buruh
Keberadaan serikat kerja yang ada dalam perusahaan dirasakan penting. Serikat
pekerja akan menjembatani kepentingan para karyawan dengan kepentingan
perusahaan.
13
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Menurut Busro (2018:87) “kinerja merupakan prestasi kerja (perfomance) baik
bersifat kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh seseorang selama periode
tertentu biasanya dalam waktu satu bulan”.
Menurut Prawirasentono dalam Pasolong (2017:204) mengatakan kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Sedangkan menurut Syaifuddin (2018:67) menjelaskan bahwa “kinerja dapat
diartikan sebagai pelaksanaan suatu pekerjaan dan penyempurnaan pekerjaan
tersebut sesuai dengan tanggung jawab sehingga dapat mencapai hasil sesuai dengan
yang diharapkan”.
Selanjutnya menurut Robbins dalam Kasmir (2016:168) “kinerja adalah
sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan atau Ability (A), Motivasi (M), dan
Kesempatan atau Opportunity (O) yaitu kinerja = f (A X M X O), artinya kinerja
merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan”.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan pengertian dari
kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
2.2.2. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Pasolong (2017:216) menyimpulkan bahwa tujuan penilaian kinerja
dapat dijadikan:
14
1. Dasar untuk memberikan kompensasi kepada pegawai yang setimpal dengan
kinerjanya.
2. Melakukan promosi bagi pegawai yang memiliki kinerja yang baik.
3. Melakukan mutasi terhadap pegawai yang kurang cocok dengan pekerjaannya.
4. Melakukan demosi terhadap pegawai yang kurang atau tidak memiliki kinerja
yang baik.
5. Untuk melakukan pemberhentian pegawai yang tidak lagi mampu melakukan
pekerjaan.
6. Memberikan diklat terhadap pegawai, agar dapat meningkatkan kinerjanya.
7. Untuk menerima pegawai baru yang sesuai dengan pekerjaan yang tersedia.
8. Untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu organisasi dalam melaksanakan tujuan
organisasi yang telah ditentukan.
2.2.3. Metode Penilaian Kinerja
Menurut Rivai dalam Syahyuni (2018) jenis-jenis metode dalam penilaian
kinerja sebagai berikut:
1. Penilaian hanya oleh atasan.
a. Cepat dan langsung.
b. Dapat mengarah ke distrosi karena pertimbangan-pertimbangan pribadi.
2. Penilaian oleh kelompok lini yaitu atasan dan atasannya lagi bersama-sama
membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai.
a. Objektivitasnya lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh atasan sendiri.
b. Individu yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.
3. Penilaian oleh kelompok yaitu atasan meminta satu atau lebih invidu untuk
bermusyawarah dengannya, atasan langsung yang membuat keputusan akhir.
15
4. Penilaian melalui keputusan komite, sama seperti pada pola sebelumnya kecuali
bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi mengambil keputusan akhir,
hasilnya didasarkan pada penilaian mayoritas.
a. Memperluas pertimbangan yang ekstrim .
b. Memperlemah integritas manajer yang bertanggung jawab.
2.2.4. Faktor-Fakor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Kasmir (2016:189) adapun faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
baik hasil maupun perilaku kerja adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan dan keahlian
Merupakan kemampuan atau skill yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan. Semakin memiliki kemampuan dan keahlian maka akan dapat
menyelesaikan pekerjaan secara benar, sesuai dengan yang telah ditetapkan.
2. Pengetahuan
Maksudnya adalah pengetahuan tentang pekerjaan. Seseorang yang memiliki
pengetahuan tentang pekerjaan secara baik akan memiliki hasil pekerjaan yang
baik.
3. Rancangan kerja
Merupakan rancangan pekerjaan yang akan memudahkan karyawan dalam
mencapai tujuannya. Jika suatu pekerjaan memiliki rancangan yang baik , maka
akan mudah untuk mengerjakan pekerjakan tersebut secara tepat dan benar.
4. Kepribadian
Yaitu kepribadian seseorang atau karakter yang dimiliki seseorang. Setiap orang
memiliki kepribadian atau karakter yang berbeda satu sama lainnya.
5. Motivasi kerja
16
Motivasi kerja merupakan dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan.
6. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan perilaku seseorang memimpin dalam mengatur,
mengelola dan memerintah bawahannya untuk mengerjakan suatu tugas dan
tanggung jawab yang diberikannya.
7. Gaya kepemimpinan
Merupakan gaya atau sikap seorang pemimpin dalam mengahadapi atau
memerintah bawahannya.
8. Budaya organisasi
Merupakan kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang berlaku dan dimiliki
oleh suatu organisasi atau perusahaan.
9. Kepuasan kerja
Merupakan perasaan senang atau gembira, atau perasaan suka seseorang sebelum
dan setelah melakukan suatu pekerjaan.
10. Lingkungan kerja
Merupakan suasana atau kondisi di lokasi sekitar bekerja. Lingkungan kerja dapat
berupa ruangan, layout, sarana dan prasarana, serta hubungan kerja dengan
sesama rekan kerja.
11. Loyalitas
Merupakan kesetiaan karyawan untuk tetap bekerja dan membela perusahaan
dimana tempatnya bekerja.
12. Komitmen
Merupakan kepatuhan karyawan untuk menjalankan kebijakan atau peraturan
perusahaan dalam bekerja.
17
13. Disiplin kerja
Merupakan usaha karyawan untuk menjalankan aktifitas kerjanya secara sungguh-
sungguh.
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Konsep Dasar Operasional Variabel
Kisi-Kisi operasional variabel kompensasi dan kinerja karyawan yang penulis
gunakan sebagai berikut:
1. Variabel X (Kompensasi)
Dalam penelitian ini , dimensi kompensasi yang akan diteliti mengacu pada teori
kompensasi Gary Dessler dalam Armaniah ( 2018) yaitu:
Tabel II.1
Dimensi dan Indikator Kompensasi
Variabel Dimensi Indikator Butir
Kompensasi
Pembayaran uang secara
langsung
1. Upah 1
2. Gaji 2,3
3. Insentif 4
4. Komisi 5
5.Bonus 6,7
Pembayaran tidak langsung 1.Tunjangan 8
2. Promosi 9
Ganjaran non finansial
1. Kantor yang
bergengsi 10
Sumber: Gary Dessler dalam Armaniah (2018)
2. Variabel Y (Kinerja)
Dalam penelitian ini, dimensi kinerja yang akan diteliti mengacu pada teori
menurut Moheriono dalam Widayati (2019) yaitu:
18
Tabel II.2
Dimensi dan Indikator Kinerja
Variabel Dimensi Indikator Butir
Kinerja
Efektif 1. Hasil kinerja karyawan 1
Efesien 1. Pekerjaan sesuai dengan
2 Target
Kualitas
1. Hasil kerja karyawan 3
2. Kualitas produk atau jasa
4 sama dengan harapan konsumen
Ketepatan waktu
1.Kinerja karyawan
5
telah selesai tepat waktu
2. Para karyawan bekerja dengan
benar
6
Produktivitas
1. Inisiatif karyawan 7
2. Kerja sama karyawan 8
Keselamatan
1. Kesehatan organisasi secara
9
keseluruhan serta lingkungan
kerja para karyawan
2. Asuransi karyawan 10
Sumber: Moheriono dalam Widayati (2019)
2.3.2. Uji Instrument Penelitian
1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2018:267) menjelaskan bahwa “validitas merupakan
derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti”.
Menurut Anggara (2015:127) validitas adalah “ukuran yang menunjukkan
tingkat keyakinan dan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid memiliki
validitas rendah”.
3. Uji Reliabilitas
19
Menurut Sugiyono (2018:268) menjelaskan bahwa “reliabilitas berkenaan
dengan derajat konsistensi , maka apabila ada peneliti lain yang mengulangi atau
mereplikasi dalam penelitian pada objek yang sama dengan metode yang sama maka
akan menghasilkan data yang sama”.
Sedangkan menurut Anggara (2015:129) reliabilitas menunjuk pada satu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Intrumen yang baik
tidak akan bersifat tendesius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu. Instrumen yang dapat dipercaya dan reliabel akan
menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila datanya sesuai dengan
kenyataan, berapa kali diambilpun hasilnya akan tetap sama. Reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
1. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2018:215) “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Menurut Sugiyono (2018:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu.
Oleh karena itu menurut Sugiyono (2018:85) “sampel jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil”.
2. Skala Likert
20
Sugiono (2018:93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan presepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Klasifikasi dan besarnya bobot dapat dilihat pada tabel II.3 Sebagai berikut:
Tabel II.3
Format Jawaban Likert
Skor atau Bobot Alternatif Jawaban Kode
5 Sangat Setuju SS
4 Setuju ST
3 Ragu-ragu RG
2 Kurang Setuju TS
1 Tidak Setuju STS
Sumber: Sugiyono (2018:184)
3. Uji Koefesien Korelasi
Menurut Sugiyono (2018:182) terdapat berbagai macam teknik korelasi
diantaranya yaitu Korelasi Pearson Product Moment yang digunakan untuk menguji
hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu dependen.
Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung Koefesien Korelasi, yaitu:
rxy = 𝑛𝛴𝑋𝑌−(𝛴𝑋)(𝑋𝑌)
√{𝑛𝛴𝑋2−(𝛴𝑋)2}−{𝑛𝛴𝑦2−(𝛴𝑦)2}
Keterangan:
21
r = Koefesien Korelasi
n = Jumlah Responden
ΣX = Total jumlah variabel kompensasi
ΣY = Total jumlah variabel kinerja
Σ𝑥2 = Kuadrat dari total jumlah variabel kompensasi
Σ𝑦2 = Kuadrat dari total variabel kinerja
Σxy = Hasil perkalian dari total jumlah variabel kompensasi dan kinerja
Dan untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefesien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecilnya, maka dapat berpedoman pada ketentuan
yang tertera pada tabel II.4 sebagai berikut:
Tabel II.4
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi
Terhadap Koefesien Korelasi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00 – 0.199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2018:184)
Korelasi dapat positif atau negatif. Korelasi positif menunjukkan arah yang
sama hubungannya antara variabel, artinya jika variabel X besar, maka varibel Y
semakin besar pula. Sebaliknya korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan,
artinya jika X besar, maka variabel Y semakin kecil.
4. Uji Koefesien Determinasi
22
Menurut Sugiyono (2018:185) untuk menghitung koefesien determinasi dapat
dilakukan dengan cara mengkuadratkan koefesien yang ditemukan.
Rumus untuk menghitung koefesien determinasi yaitu :
KD = ( 𝑟2) x 100%
Keterangan :
KD = Nilai Koefesien Determinasi
r = Nilai koefesien korelasi
5. Uji Persamaan Regresi
Menurut Sugiyono (2018:188) persamaan regresi dapat digunakan untuk
melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel
independen dimanipulasi (diubah-ubah).
Persamaan regresi sederhana adalah:
b = 𝑛𝛴𝑥− 𝛴𝑥𝛴𝑦
√{(𝑛𝛴𝑥2)−(𝛴𝑥)2(𝑛𝛴𝑦2)−(𝛴𝑦)2}
a = 𝑛𝛴𝑦−𝑏𝛴𝑥
𝑛
Keterangan:
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Konstanta atau bila harga X = 0
b = Koefesien regresi
X = Nilai variabel independen
Y = a + bX