Upload
tranlien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Landasan Teori
II.1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai peranan penting karena laporan
keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007) disebutkan bahwa
laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul-skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis, serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
Menurut PSAK No. 1 (IAI, 2007) tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
12
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2)
kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan beban termasuk keuntungan
dan kerugian; dan (5) arus kas.
Adapun arakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pemakai laporan
keuangan. Terdapat empat karakteristik pokok laporan keuangan yaitu
(IAI, 2007) :
1. Dapat dipahami
Ini berarti bahwa kualitas penting yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari dengan ketekunan yang
wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan, membantu mengkoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
13
3. Keandalan
Keandalan merupakan kualitas informasi yang disampaikan
laporan keuangan menyebabkan pemakai informasi akuntansi sangat
tergantung pada kebenaran informasi yang dihasilkan. Keandalan
suatu informasi sangat tergantung pada kemampuan suatu informasi
untuk menggambarkan secara wajar keadaan/peristiwa yang
digambarkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
4. Dapat dibandingkan
Suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan bila informasi
tersebut dapat saling diperbandingkan baik antar periode maupun
antar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan penting
bagi banyak pihak, sehingga ketepatan waktu dalam penyampaian
laporan keuangan sangat dibutuhkan.
II.1.2 Pengertian Auditing
Menurut Arens & Beasley (2010:4) dalam bukunya Auditing and
Assurance Services An Integrated Approach pengertian Auditing adalah :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person.”
Sedangkan menurut Mulyadi (2002 :9) pengertian auditing adalah
sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan
tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
14
hubungan antara pernyatan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan bentuk komunikasi atas kewajaran suatu laporan keuangan
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan oleh
para stakeholder, terutama investor.
II.1.3 Jenis-Jenis Audit
Menurut Sukrisno Agoes (2004:10) ditinjau dari luasnya pemeriksaan
audit, audit dapat dibedakan atas :
- General Audit ( Pemeriksaan Umum )
General Audit merupakan suatu pemeriksaan umum atas laporan
keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan
tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Aturan
Etika KAP yang disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) serta
standar pengendalian mutu.
- Special Audit ( Pemeriksaan Khusus)
Special audit merupakan suatu pemeriksaan terbatas ( sesuai
dengan permintaan auditee ) yang dilakukan oleh KAP yang
independen, pada akhir pemeriksaan auditor tidak perlu memberikan
pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang
15
diperiksa, karena proses audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya
KAP diminta untuk memeriksa apakah adanya kecurangan terhadap
penagihan utang usaha di perusahaan.
II.1.4 Tujuan Audit
Menurut Standard Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) dalam Seksi
110 menyatakan bahwa :
“Tujuan auditing atas laporan keuangan oleh auditor independent pada
umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia”.
Auditor independen mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan
oleh kekeliruan dan kesengajaan.
II.1.5 Standar-standar Audit
Standar Pemeriksaan Akuntan Publik dalam Ikatan Akuntan
Indonesia (2001) mendefinisikan standar auditing sebagai berikut :
“Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis
yang terdiri dari sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA) yang merupakan penjabaran lebih lanjut masing-
masing standar yang tercantum dalam standar auditing yang berisi
ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan
publik dalam melaksanakan perikatan audit”.
16
Standar auditing merupakan pedoman kerja yang paling utama bagi
auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar-
standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas professional auditor,
seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti.
Berdasarkan Standar Pemeriksaan Akuntan Publik dalam Ikatan
Akuntan Indonesia (2001), standar auditing dibagi menjadi tiga bagian
dasar, yaitu :
a. Standar Umum
i. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
mewakili keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
ii. Dalam semua hak yang berhubungan dengan penugasan,
independensi, dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
iii. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
i. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
ii. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian
internal harus diperoleh untuk merencanakan audit yang
akan dilakukan.
17
iii. Bukti audit komponen yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan auditan.
c. Standar Pelaporan
i. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah diusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum
ii. Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam periode sebelumnya.
iii. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
audit.
II.1.6 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada
perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh,
ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan.
Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di
bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya
proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang
18
individu. Menurut Tyler (dalam Saleh dan Susilowati, 2004) terdapat dua
perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan
normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh
didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap
perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku.
Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai
moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.
Secara umum seorang individu cenderung akan mematuhi hukum
yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal
mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative
commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum
tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif
melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti
mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki
hak untuk mendikte perilaku (Sudaryanti,2008).
II.1.7 Keterlambatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Audit
Delay)
Audit delay adalah rentang waktu antara tanggal tutup buku dengan
tanggal pelaporan laporan keuangan. Semakin lama rentang audit delay
maka semakin tidak tepat waktu. Ketepatan waktu merupakan salah satu
syarat relevansi dan keandalan penyajia laporan keuangan. Namun pada
penerapan ketepatan waktu pelaporan terdapat banyak kendala.
19
Menurut IAI, dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan No. 43 (SAK, 2007), kendala relevansi dan keadalan
laporan keuangan adalah ketepatan waktu pelaporan keuangan.
“ Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen
mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relefansi antara pelaporan tepat
waktu dan ketentuan informasi handal. Untuk menyediakan informasi
tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi
atau peristiwa lainnya diketahui.”
Informasi tidak tepat waktu (terlambat) merupakan informasi yang
tidak relevan dan berpengaruh terhadap kredibilitas atau kualitas
informasi laba. Jika informasi merupakan informasi yang tidak relevan,
maka informasi menjadi tidak berguna atau tidak bermanfaat lagi bagi
pembuat keputusan. Informasi yang tepat waktu memang tidak menjamin
bahwa informasi tersebut pasti merupakan informasi yang relevan.
Namun suatu informasi mustahil merupakan informasi yang relevan tanpa
tepat waktu dalam penyampaiannya. Oleh karena itu tepat waktu
merupakan sebuah keharusan dalam publikasi laporan keuangan sehingga
ada jaminan tentang relevansi informasi yang bersangkutan.
Untuk melihat ketepatan waktu, biasanya suatu penelitian melihat
keterlambatan pelaporan (lag). Menurut Dyer dan McHugh, dalam
penelitian Bandi dan Hananto (2000), ada tiga kriteria keterlambatan,
yaitu :
20
1. Keterlambatan audit (Auditors’ Report Lag) yaitu interval jumlah hari
antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor
ditandatangani.
2. Keterlambatan Pelaporan (Reporting Lag) yaitu interval jumlah hari
antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal
pelaporan oleh BEJ.
3. Keterlambatan total (Total Lag) yaitu interval jumlah hari antara
tanggal periode laporan keuangan sampai tanggal laporan
dipublikasikan oleh bursa.
II.1.8 Peraturan Penyampaian Laporan Keuangan di Indonesia
Pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
dinyatakan dengan jelas bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan
laporan keuangan berkala dan laporan insidental lainnya kepada
Bapepam. Bapepam mengeluarkan Lampiran Keputusan Ketua Bapepam
Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan
perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan
perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal
laporan keuangan tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30
September 2003, Bapepam semakin memperketat peraturan dengan
dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam Nomor: KEP- 36/PM/2003 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.
21
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan
keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat
yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada
akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 disebutkan bahwa Laporan
Keuangan yang harus disampaikan ke Bapepam terdiri dari: (1) neraca;
(2) laporan laba rugi; (3) laporan perubahan ekuitas; (4) laporan arus kas;
(5) laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan jenis industrinya; (6) catatan atas laporan keuangan.
Namun peraturan tersebut kemudian tidak berlaku bagi emiten atau
perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan
Bursa Efek di negara lain, dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor
40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang
Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di Negara
Lain. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.7,
disebutkan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan
kepada Bapepam dan LK dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain
tersebut.
Berkaitan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
persyaratan ketepatan waktu merupakan suatu keharusan, karena
perusahaan yang tidak tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya
22
akan dikenakan sanksi administrasi dan denda sesuai dengan ketentuan
peraturan. Jenis saksi yang dikenakan oleh Bursa Efek Jakarta Nomor :
Kep-307/BEJ/07-2004 kepada emiten yang melakukan keterlambatan
waktu dalam penyampaian laporan keuangannya adalah :
1. Peringatan tertulis I akan diberikan kepada emiten yang terlambat
menyampaikan laporan keuangan sampai 30 hari kalender
terhitung sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan
keuangan, dalam hal ini 31 Maret.
2. Peringatan tertulis II dan denda sebesar lima puluh juta rupiah
apabila mulai hari ke-31 hingga hari kalender ke-60, dalam hal ini
sampai akhir Mei.
3. Peringatan tertulis III serta denda tambahan sebesar seratus lima
puluh juta rupiah apabila hingga akhir Juni 2011 perusahaan
tercatat masih juga belum menyampaikan data keuangannya.
4. Terakhir, emiten akan dihentikan perdagangan sahamnya jika
mereka belum juga melaporkan penggunaan keuangan perusahaan
hingga hari ke-91, dan sanksi baru akan dicabut jika perusahaan
menyerahkan laporan keuangan dan membayar denda yang
diterimanya
Pasar modal di Indonesia memandang keterlambatan tersebut sebagai
pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi di pasar modal.
Ketepatan waktu juga turut mendukung kinerja pasar yang efisien dan
cepat serta mengurangi kebocoran dan rumor di pasar saham (Ukago,
2004).
23
II.1.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan penyampaian
laporan keuangan
1. Penerapan IFRS
IFRS (Internasional Financial Reporting Standards) adalah suatu
upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari
solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan. Penerapan IFRS dapat menjadi salah satu faktor terjadinya
audit delay di karenakan : (1) masih sedikitnya pengetahuan
masyarakat tentang IFRS, (2) IFRS dalam penjelasannya masih
menggunakan bahasa Inggris, (3) Infrastruktur profesi akuntan yang
belum siap, (4) perubahan dari rule-based system menjadi principel-
based system, (5) pencatatan menggunakan fair value. Untuk itu kita
memerlukan banyak waktu untuk memahami dan mempelajarinya
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diukur melalui nilai total asset, total
penjualan, total nilai buku perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan area
ekspansi perusahaan. Penelitian ini telah dilakukan seperti penelitian
Menurut Courtis (1976), Giling (1977), Ashton dan Elliot (1987)
dalam Imam, Subekti, dan Novi (2004) , ukuran perusahaan dengan
indicator total aktiva lebih dari 500milyar rupiah memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap audit delay, yaitu : pertama, perusahaan
besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena manajemen
perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
24
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut
dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan
pemerintah. Kedua, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan
audit lebih awal.
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003). Profitabilitas merupakan
salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat
menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi
perusahaannya. Ada tiga rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu: profit margin, return on
asset (ROA), dan return on equity (ROE).
Menurut Hilmi dan Ali (2008) menemukan bukti empiris bahwa
profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Penelitian-penelitian tersebut juga
menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang memperoleh laba
cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya dan
sebaliknya jika mengalami rugi.
4. Ukuran KAP
Saat ini terdapat empat kantor Akuntan Publik (KAP), disebut
juga Big four, yaitu PricewaterCooper (PWC), Ernst & Young, The
25
Deloitte Touche Tohmatsu, dan Klynveld Peat Marwick Goerdeler
(KPMG). Sedangkan KAP Non-Big four adalah KAP lokal. Ahmad
dan Kamarudin (2003) beranggapan bahwa KAP yang lebih besar
dinilai lebih mampu melaksanakan audit secara efisien dan lebih
efektif daripada KAP yang lebih kecil serta memiliki fleksibilitas
dalam menjadwal pelaksanaan audit sehingga audit dapat diselesaikan
secara tepat waktu. Selain itu, KAP besar diyakini dapat memberikan
keyakinan yang lebih mengenai kualitas audit.
5. Kompleksitas
Tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan yang bergantung
pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi
jalur produk dan pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu
yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya.
Sehingga hal tersebut juga mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik. Hubungan
tersebut juga didukung oleh penelitian Ashton et.al (1987) dalam
Owusu-Ansah (2000) yang menemukan bahwa terdapat hubungan
positif antara kompleksitas operasi perusahaan dengan audit delay.
II.2 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang kebenarannya harus diuji terlebih
dahulu sebelum diterima menjadi teorema atau dalil. Statistika menjadi salah
satu alat yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Ada 2 jenis
statistika hipotesis :
26
- Hipotesis Nol
Pernyataan yang menjadi dasar pembanding. Secara matematik,
Hipotesis Nol (H0) ditulis dalam bentuk persamaan (“=”) . H
0 harus
menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan.
- Hipotesis Alternatif
Pernyataan yang menjadi altenatif H0. Secara matematik, Hipotesis
Alternatif (H1) ditulis dalam bentuk pertidak-samaan (“≠. <, >”) . H
1
menyatakan ada perbedaan atau ada hubungan
Pada prinsipnya pengujian hipotesis adalah:
- Penerimaan H0 atau
- Penolakan H0 yang menyebabkan penerimaan H
1
Kebenaran Hipotesis bersifat tidak mutlak, sangat tergantung dari
kebenaran teori pendukung dan kesempurnaan pengambilan sampel yang
mewakili seluruh populasi. Jadi penerimaan atau penolakan Hipotesis bukanlah
persoalan kebenaran, tapi lebih pada persoalan cukup bukti yang mendukung
atau tidak. Suatu hipotesis DITERIMA karena dari sampel yang digunakan tidak
terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis
itu BENAR. Suatu hipotesis DITOLAK karena dari sampel yang digunakan tidak
terdapat cukup bukti untuk menerima hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis
itu SALAH. Kalau memang diinginkan memperoleh kebenaran mutlak, maka
penelitian harus mencakup keseluruhan pengamatan (populasi), sesuatu yang
sangat mahal dan membutuhkan ketelitian dan waktu yang panjang.
27
II.2.1 Kerangka Hipotesis
Mengacu pada studi literatur dan penelitian-penelitian
sebelumnya, maka hipotesis yang akan dikembangkan dari penelitian ini
adalah penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran KAP,
dan kompleksitas.
Berdasarkan studi literatur dan penelitian-penelitian terdahulu
tersebut, maka dilakukan penelitian yang mencoba mengungkapkan
faktor baru dalam penentuan ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan, yaitu penerapan IFRS. Sedangkan ukuran perusahaan,
profitabilitas, ukuran KAP, dan kompleksitas menjadi acuan dalam
penyempurnaan hasil penelitian terhadap keterlambatan penyampaian
laporan keuangan.
Jika digambarkan dalam skema, secara garis besar pengujian
hipotesis parsial dan gabungan dalam penelitian ini dilakukan dalam
format sebagai berikut:
Variabel Independen Variable Dependen
IFRS
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Keterlambatan penyampaian laporan
keuangan
Ukuran KAP
Kompleksitas
28
Kerangka pemikiran tersebut penerapan IFRS, ukuran perusahaan,
profitabilitas, ukuran KAP, dan kompleksitas sebagai variabel
independent, dan keterlambatan penyampaian laporan keuangan sebagai
variabel dependen.
II.2.2 Perumusan Hipotesis
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Ahmad dan Komarudin (2003), Carslaw dan Kaplan (1991),
Hilmi dan Ali (2008), Owusu dan Ansah (2000), dan Subekti , Imam dan
Novi (2004)
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
Peneliti Sampel Variabel Independen
Kesimpulan
Ahmad dan Komarudin (2003)
100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia pada tahun 1996-2000
Total aset, jenis industri,pendapatan,opini audit
Total aset, jenis industri, pendapatan, opini audit mempunyai pengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
Hilmi dan Ali (2008)
Profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, reputasi kantor akuntan publik (KAP), leverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini akuntan publik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik dan reputasi kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan leverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini akuntan publik tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
29
Owusu dan Ansah (2000)
47 perusahaan di Zimbabwe
Ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing (kecepatan), item luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, kompleksitas operasi perusahaan dan umur perusahaan
Ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan dan bulan dari akhir tahun keuangan berpengaruh terhadap audit reporting lead time. Ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan dan audit reporting lead time mempengaruhi kecepatan perusahaan dalam mengumumkan pendapatan awalnya, tetapi hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan akhir tahun yang telah diaudit.
Subekti , Imam dan Novi (2004)
Laporan keuangan auditan yang terjadi di Indonesia pada masa krisis ekonomi.
Ukuran perusahaan, opini auditor, profitabilitas
Ukuran perusahaan, opini auditor, tingkat profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
Perdhana (2009)
138 perusahaan manufaktur dan 22 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2007
Ukuran perusahaan, opini audit, ukuran KAP dan jenis industri
Hasil utama dari penelitian ini adalah audit delay secara signifikan berpengaruh pada perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dan termasuk dalam industri non-keuangan.
Sistya Rachmawati (2005)
Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2005
Profitabilitas, Solvabilitas, Auditor internal perusahaan dan Ukuran KAP
Audit delay berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan dan ukuran KAP
30
Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan
permintaan akan audit laporan keuangan. Informasi akuntansi berperan
sebagai sarana komunikasi yang efektif antara pihak investor dan juga
bagi pihak manajemen perusahaan akan lebih efektif lagi jika informasi
tersebut disajikan tepat waktu. Informasi-informasi tersebut adalah
laporan tahunan yang terdiri dari laporan keuangan dan laporan auditor
independen. Semakin cepat laporan audit atas laporan keuangan
tersebut dipublikasikan maka semakin berguna pula bagi pemakai
informasi laporan. Waktu penyajian laporan audit dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sehingga dapat disimpulkan suatu hipotesis, yaitu:
1. Pengaruh IFRS terhadap keterlambatan penyampaian laporan
keuangan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dari tahun 2005-2010
ditemukan bahwa tingkat keterlambatan penyampain laporan
keuangan menjadi meningkat setiap tahun nya. Dimana penerapan
IFRS dapat menjadi salah satu faktornya dikarenakan masih
sedikitnya pengetahuan masyarakat tentang IFRS, banyak
disclousure, banyak menggunakan fair value, dan relatif baru untuk
diterapkan.
Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis alternatif sebagai
berikut :
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan IFRS terhadap
keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
31
2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap keterlambatan penyampaian
laporan keuangan.
Ukuran perusahaan menunjukan besar atau kecilnya suatu
perusahaan diukur berdasarkan nilai tertentu, dalam penelitian ini
menggunakan total aktiva perusahaan.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan seperti penelitian
Subekti, Imam dan Novi (2004) menunjukan bahwa faktor ukuran
perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang
besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan
semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit
delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan
proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit
delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitori
secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah.
Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis alternatif
sebagai berikut :
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan
terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
3. Pengaruh Pofitabilitas terhadap keterlambatan penyampaian laporan
keuangan
Hasil penelitian Owusu dan Ansah (2000) bahwa pofitabilitas
dapat mempengaruhi perilaku ketepatan waktu pelaporan euangan.
32
Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit
cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya
dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian.
Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis alternatif sebagai
berikut :
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan profitabilitas terhadap
keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
4. Pengaruh Ukuran KAP terhadap keterlambatan penyampaian
laporan keuangan
Hasil penelitian Hilmi dan Ali (2008) mendefinisikan kualitas
audit sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan
kesalahan laporan keuangan yang material. Beliau menyimpulkan
bahwa Kantor Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang
dihasilkan juga lebih baik. Kualitas auditor yang mengaudit
perusahaan sangat penting, auditor yang berkualitas merupakan
informasi baik sehingga manajemen akan segera menyampaikan
laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik yang
memiliki reputasi baik. Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
berkualitas baik akan melaporkan laporan keuangan perusahaan
lebih tepat waktu dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP
yang kurang berkualitas.
Hubungannya dengan teori agensi, manajer sebagai agen yang
telah diberikan wewenang untuk mengelola perusahaan oleh
prinsipal akan cenderung memilih Kantor Akuntan Publik yang
33
berkualitas untuk menilai laporan keuangan perusahaan karena
dinilai lebih efektif dalam mengaudit dan menghasilkan laporan
audit yang sesuai dengan kewajaran laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun
adalah sebagai berikut :
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan ukuran KAP terhadap
keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
5. Pengaruh Kompleksitas terhadap keterlambatan penyampaian
laporan keuangan
Hasil penelitian yang dilakukan (Owusu-Ansah, 2000)
menemukan bukti empiris bahwa tingkat kompleksitas operasi
sebuah perusahaan memiliki hubungan positif terhadap ketepatan
waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan kepada
publik
Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis alternatif sebagai
berikut :
Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan kompleksitas terhadap
keterlambatan penyampaian laporan keuangan.