Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
14
BAB II
LANDASAN TEORI & HIPOTESIS
A. Peneliti Terdahulu
Penelitian oleh (Rinaldi, 2016) yang berjudul “Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal Di Pemerintah
Kota dan Kabupaten Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2013-2015”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal. Dengan menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel PAD berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Belanja
Modal dan Variabel Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal Di Pemerintah Kota dan Kabupaten Provinsi Sumatra
Selatan.
Penelitian oleh (Gerungan et al., 2017) yang berjudul “Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011-2015”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal. Dengan
menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel PAD berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal, Variabel DAU berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Belanja Modal dan Variabel DAK berpengaruh positif
15
dan signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten
dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara.
Penelitian oleh (Hairiyah et al., 2017) yang berjudul “Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota Kalimantan
Timur Tahun 2010-2015, Dengan menggunakan teknik uji asumsi klasik
dengan program SPSS dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
sebelum pemekaran Kalimantan Utara Variabel DAU berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap Belanja Modal, Variabel DAK berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Belanja Modal dan Variabel PAD berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota Kalimantan
Timur. Setelah terjadi pemekaran variabel DAU berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap Belanja Modal, Variabel DAK berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Belanja Modal dan Variabel PAD berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota Kalimantan
Timur.
Penelitian oleh (Sundari, 2018) yang berjudul “Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian
Belanja Modal Pada Pemerintah Kota Cimahi Tahun 2001-2016”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada
16
Pemerintah Kota Cimahi, Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel PAD berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal dan Variabel DAK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah
Kota Cimahi.
Penelitian oleh (Annisa, 2020) yang berjudul “Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal Di Kabupaten
dan Kota Se-Nusa Tenggara barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat Tahun 2014-2018”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal dan daerah yang dipilih
meliputi Kabupaten dan Kota Se-Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Dengan
menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa variabel PAD berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Belanja Modal dan variabel DAU berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal.
Adapun relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
penelitian ini juga membahas variabel independen yang sama yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan variabel dependen yang digunakan adalah belanja
modal. penelitian ini merupakan komparatif riset dan pengembangan riset,
yaitu ingin membandingkan hasil penelitian variabel Pendapatan Asli Daerah,
17
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dengan peneliti terdahulu dan
pengembangan terletak pada variabel Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi
Umum. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah penelitian
ini menggunakan periode tahun 2014-2018 dan lokasi penelitian yang berada
di Kabupaten yang ada di Pulau Madura.
B. Landasan Teori
1. Otonomi Daerah
Otonomi merupakan pelimpahan wewenang/ urusan pemerintahan
kepada pemerintah daerah yang sifatnya operasional dengan tujuan
pemberian pelayanan kepada masyarakat dapat terlaksana secara efektif
dan efisien (Widjaja, 2002). Dengan adanya otonomi diharapkan daerah
bisa lebih mandiri dalam mengurus seluruh kegiatannya dan pemerintah
pusat tidak terlalu aktif dalam mengatur daerah, Sehingga pemerintah
daerah bertanggung jawab terhadap peranan memajukan daerah dengan
melakukan identifikasi potensi sumber pendapatan didaerahnya (Widjaja,
2002).
Pemerintah daerah juga akan lebih akrab dengan masyarakat,
melalui aspirasi masyarakat dan pelayanan pemerintah dapat terealisasi
secara maksimal demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian pemerintah daerah memiliki wawasan yang lebih baik terhadap
potensi, daya unggul dan kebutuhan masyarakat di daerahnya di
bandingkan pemerintah pusat.
18
Dalam pasal 2 (UU Nomor 33 Tahun 2004) mengenai
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah terdapat
prinsip desentralisasi fiskal :
a. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
merupakan bagian dari Program Keuangan Negara sebagai
konsekuensi atas pembagian tugas antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
b. Pemberian Sumber Keuangan Negara kepada Pemerintah Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilaksanakan atas
penyerahan tugas dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
dengan mengamati stabilitas dan keseimbangan fiskal.
c. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah adalah sebuah sistem yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
2. Belanja Modal
a. Pengertian Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran oleh pemerintah
daerah untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memiliki
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, serta menimbulkan biaya
pemeliharaan yang sifatnya rutin dengan tujuan memperpanjang manfaat
dan meningkatkan kualitas aset (PP Nomor 71 Tahun 2010). Menurut
klasifikasinya Belanja Modal terbagi menjadi 2 kelompok yakni pertama,
19
belanja publik adalah belanja yang dapat secara langsung dinikmati
manfaatnya oleh masyarakat. kedua, belanja aparatur adalah belanja yang
tidak dapat di nikmati manfaatnya oleh masyarakat secara langsung tetapi
dapat di nikmati secara langsung oleh aparatur.
b. Kategori Belanja Modal
Dalam (Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 101 Tahun
2011), Belanja Modal dapat dipergunakan dalam 6 kategori utama :
1). Belanja Modal Tanah
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
pengadaan/ pembelian/ pembebasan/ penyelesaian, balik nama,
pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah,
pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainnya yang sifatnya
administratif dan berhubungan dengan hak dan kewajiban atas
tanah hingga tanah tersebut siap di pakai.
2). Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Pengeluaran biaya yang di keluarkan untuk pengadaan
peralatan dan mesin, antara lain adalah anggaran pembelian,
anggaran pengangkutan, anggaran instalasi serta anggaran lainnya
hingga peralatan dan mesin tersebut dalam kondisi siap di gunakan.
3). Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Pengeluaran biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh gedung dan bangunan secara kontraktual meliputi
20
biaya pembelian, biaya konstruksi, biaya penerbitan dan
pengurusan IMB, biaya notaris dan pajak (secara kontraktual)
hingga gedung dan bangunan tersebut dalam kondisi siap pakai.
4). Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pengeluaran biaya untuk pengadaan jalan, irigasi dan
jaringan meliputi biaya konstruksi serta biaya lainnya hingga jalan,
irigasi dan jaringan tersebut siap di gunakan. Serta terdapat biaya
penambahan dan penggantian yang sifatnya dapat menambah
manfaat dan nilai aset.
5). Belanja Modal lainnya
Pengeluaran biaya dalam rangka pembentukan modal untuk
pengadaan/pembangunan Belanja Modal lainnya tidak bisa di
kategorikan dalam Belanja Modal tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jaringan (jembatan, jalan irigasi dan lain-
lain). Yang dapat di kategorikan dalam Belanja Modal ini adalah
kontrak sewa, pengadaan barang kesenian, pengadaan barang
purbakala, pengadaan barang untuk museum, hewan ternak, buku-
buku dan jurnal ilmiah serta tidak ditujukan untuk di perjualbelikan
atau di serahkan pada masyarakat.
6). Belanja Modal Badan Layanan Umum (BLU)
Pengeluaran biaya yang di gunakan untuk pengadaan/
perolehan/pembelian aset yang nantinya dapat menunjang
penyelenggaraan operasional BLU.
21
c. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran oleh pemerintah
daerah yang merupakan komponen dari belanja langsung dan bersifat
menambah aset tetap yang memberikan manfaat pada daerah lebih dari
dua belas bulan (satu periode akuntansi) digunakan untuk kepentingan
umum. Berdasarkan (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006) Pengeluaran
daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Belanja modal merupakan bagian dari belanja daerah, Maka besar
kecilnya alokasi Belanja Modal sesuai dengan besar kecilnya pendapatan
daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan (Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
dan Dana Bagi Hasil). Sehingga, pada saat Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Perimbangan mengalami peningkatan maka diikuti dengan
meningkatnya Belanja Modal. Begitu juga sebaliknya ketika Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Perimbangan menurun diikuti dengan penurunan
Belanja Modal.
Berdasarkan (Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000) anggaran
pendapatan dan belanja daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan penerimaan berupa dana perimbangan yang bersumber dari
APBN. Belanja Modal merupakan bagian dari belanja daerah. Sehingga
ketika Pendapatan Asli Daerah dan Penerimaan Dana Perimbangan
meningkat maka Belanja juga akan meningkat.
22
3. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang berasal
dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah (Mardiasmo, 2002). Menurut (UU Nomor 33 Tahun
2004) pasal 1 poin 18, PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang di pungut berdasarkan peraturan setiap daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Kemampuan daerah dalam mengelola PAD kaitannya erat dengan
peningkatan kemandirian suatu daerah, salah satu tujuan adanya otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal adalah meningkatkan kemandirian suatu
daerah dan mengurangi ketergantungan daerah terhadap pemerintah
pusat. Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD,
semakin besar pula diskresi daerah dalam menggunakan PAD tersebut
sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembangunan suatu
daerah (Mahmudi, 2010).
Menurut (Mardiasmo, 2002) menerangkan bahwa pembiayaan
kegiatan-kegiatan pelaksanaan asas desentralisasi bersumber dari APBD.
Sumber-sumber pokok dari keuangan daerah terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus. Besarnya dana perimbangan akan
berkaitan dengan struktur serta proporsi pengeluaran dan penerimaan
23
APBD. Belanja Modal merupakan bagian dari kegiatan desentralisasi
yang pembiayaannya di biayai oleh belanja daerah. Sehingga ketika
sumber APBD yakni PAD dan Dana Perimbangan (Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus) meningkat akan diikuti pula peningkatan pada
Belanja Modal.
b. Klasifikasi pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli daerah memiliki klasifikasi yang di
kelompokkan menjadi 4 (Halim, 2007) :
1). Pajak Daerah
Menurut (UU Nomor 28 Tahun 2009) Pajak Daerah yang
selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib orang atau
badan yang terutang kepada daerah dan bersifat memaksa
berdasarkan Perundang-Undangan, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung melainkan digunakan untuk keperluan
daerah demi terciptanya kemakmuran rakyat.
Dalam (UU Nomor 28 Tahun 2009) Pasal 2 pajak daerah di
bagi menjadi 2 kelompok yakni pajak provinsi dan pajak
Kabupaten/Kota
a) Jenis Pajak Provinsi terdiri dari :
Pajak Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar kendaraan Bermotor
24
Pajak Air Permukaan
Pajak Rokok
b) Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
2). Retribusi Daerah
Menurut (UU Nomor 28 Tahun 2009) Retribusi Daerah
adalah pungutan daerah sebagai biaya atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang disediakan dan/ atau diberikan pemerintah
daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Retribusi daerah berbeda dengan Pajak Daerah. Pajak
daerah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah ditujukan
kepada wajib pajak dan bersifat memaksa, Sedangkan Retribusi
Daerah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah ditujukan
25
kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
Klasifikasi Retribusi Daerah dibagi menjadi 3 golongan
(Mahmudi, 2010):
a) Retribusi Jasa Umum
Retribusi Pelayanan Kesehatan
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Retibusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Retribusi Pelayanan Pendidikan
dst
b) Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Retribusi Tempat Pelelangan
Retribusi Tempat Penginapan
Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
Retribusi Penyeberangan di Air
Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
Retribusi Produksi Usaha Daerah
dst
c) Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Izin Trayek
26
dst
3). Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
adalah penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pendapatan ini menurut objek pendapatannya dibagi
menjadi 3 (Halim, 2007):
a) Bagian Laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD)
b) Bagian Laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha
Milik Negara (BUMN)
c) Bagian Laba atas penyertaan modal pada perusahaan
swasta atau kelompok usaha masyarakat.
4). Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Lain-lain Pendpatan Asli Daerah yang Sah adalah
penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain yang dimiliki
pemerintah daerah (Halim, 2007) :
Menurut (UU Nomor 33 Tahun 2004) Lain-lain PAD yang
sah meliputi :
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) Jasa Giro
c) Pendapatan Bunga
27
d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
e) Potongan, komisi atau bentuk lain atas penjualan atau
pengadaan barang atau jasa oleh daerah.
4. Dana Alokasi Umum
a. Pengertian Dana Alokasi Umum
Menurut (UU Nomor 33 Tahun 2004) menyatakan bahwa dana
alokasi umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang digunakan
untuk mendanai kebutuhan daerah dan bertujuan untuk pemerataan
kemampuan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum merupakan dana transfer yang bersifat Block Grant
yang artinya dana transfer yang berasal dari pemerintah pusat diberikan
kepada pemerintah daerah. Dalam penggunaan dan pengalokasian dana
tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah daerah sesuai
prioritas dan kebutuhan daerah guna meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana Alokasi
Umum sendiri bertujuan sebagai penutup kesenjangan (fiscal gap) serta
melakukan pemerataan keuangan sehingga dapat menekan ketimpangan
fiskal antar daerah, Daerah yang memiliki tingkat ketimpangan tinggi
maka pemberian Dana Alokasi Umum (DAU) akan lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah yang tingkat ketimpangannya lebih rendah
begitupun juga sebaliknya.
28
Menurut (Nordiawan et al., 2007) menjelaskan bahwa Dana
Perimbangan (Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana
Bagi Hasil) adalah salah satu bagian dari pendapatan daerah yang
penting, banyak pemerintah daerah yang masih menggunakan sumber
pendapatan ini akibat dari penerimaan PAD yang belum bisa mencukupi
untuk menutup anggaran belanja. Dana perimbangan digunakan untuk
membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Sehingga dengan adanya Dana Perimbangan diharapkan dapat
meningkatkan sarana dan prasarana masyarakat yang dialokasikan
melalui Belanja Modal.
b. Ketentuan Perhitungan Dana Alokasi Umum
Terdapat ketentuan dalam perhitungan Dana Alokasi Umum adalah:
(Nordiawan et al., 2007) :
1). Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%
dari Pendapatan Dalam Negeri Neto.
2). Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/ kota dihitung dari
perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi dan kabupaten/ kota
3). Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara
kuantitatif proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/ kota
ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%.(Nordiawan et al.,
2007)
29
Pengalokasian DAU di suatu daerah di dasarkan pada formula yang
terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal merupakan selisih
antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar
dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah
(Nordiawan et al., 2007). Setiap Pemerintah Daerah dapat menggunakan
Dana Alokasi Umum (DAU) tersebut untuk meningkatkan pelayanan
publik yang di realisasikan melalui Belanja Modal
Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) rendah akan
mendapatkan Dana Alokasi Umum (DAU) lebih tinggi dan juga
sebaliknya, Sehingga DAU memiliki peranan distribusi dan alokasi yang
sama dengan PAD (Kolinug et al., 2015).
Untuk itu Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh terhadap
Belanja Modal, Semakin besar anggaran DAU suatu daerah maka
semakin besar juga alokasi terhadap Belanja Modalnya sehingga
pemerintah daerah dapat memberikan pelayanan publik secara maksimal
terhadap masyarakat.
5. Dana Alokasi Khusus
a. Pengertian Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus merupakan dana dari pemerintah pusat yang
berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang di
alokasikan kepada pemerintah daerah tertentu dengan tujuan memberikan
dana dalam pelaksanaan kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah
30
sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional (Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005). Sementara menurut Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan Dana Alokasi Khusus adalah dana yang
berasal dari APBN yang diberikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk memberikan dana dalam kegiatan khusus suatu daerah sesuai
dengan prioritas nasional.
DAK berperan penting dalam perbaikan dan pengadaan sarana dan
prasarana di daerah sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi
Khusus juga memiliki peranan penting dalam perkembangan
pembangunan sarana dan prasarana di daerah sesuai dengan prinsip
desentralisasi sebagai tanggung jawab dan akuntabilitas sebagai penyedia
pelayanan masyarakat yang dialihkan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah (Saily, 2011). Selain itu, DAK juga dialokasikan
untuk membantu kebutuhan daerah berupa sarana dan prasarana dasar
yang menjadi prioritas nasional di bidang pendidikan, kesehatan, jalan,
irigasi, sanitasi, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan,
pertanian, lingkungan hidup, keluarga berencana, kehutanan, sarana dan
prasarana pedesaan serta perdagangan.(Halim, 2014).
b. Kriteria Pengalokasian Dana Alokasi Khusus
. Besarnya perolehan Dana Alokasi Khusus masing-masing daerah
di tentukan melalui perhitungan kriteria umum, kriteria khusus dan
kriteria teknis (Nordiawan et al., 2007):
31
1). Kriteria umum merupakan perumusan di dasarkan pada
kemampuan keuangan suatu daerah yang tercermin dalam
penerimaan umum APBD setelah dikurangi Belanja Pegawai
Negeri Sipil Daerah.
2). Kriteria khusus merupakan perumusan berdasarkan peraturan
perundang-undangan tentang penyelenggaraan otonomi khusus dan
karakteristik daerah berdasarkan indeks kewilayahan.
3). Kriteria teknis merupakan perumusan yang di dasarkan pada
indikator-indikator kegiatan khusus yang di danai oleh DAK,
dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.
Perolehan besar atau kecilnya DAK bergantung pada kemampuan
keuangan daerah, Apakah daerah tersebut berhak atau layak menerima
DAK dari pemerintah pusat. Setiap daerah yang mendapatkan DAK
dalam APBD wajib menyediakan anggaran Dana Pendamping sekurang-
kurangnya 10% dihitung dari perolehan DAK, Maksud dari penyediaan
Dana Pendamping adalah dana yang nantinya akan di pergunakan untuk
pendanaan kegiatan fisik, Namun terdapat daerah dengan kemampuan
keuangan tertentu tidak di wajibkan untuk menyediakan anggaran Dana
Pendamping (UU Nomor 33 Tahun 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh lembaga SMERU menyatakan jika
DAK adalah salah satu sumber dana dari Belanja Modal, DAK berfungsi
sebagai menutup kesenjangan pelayanan publik antar daerah dengan
memberikan prioritas pada bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
32
kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana dan lingkungan hidup
apabila DAK di kelola dengan baik yang secara khusus digunakan dalam
pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana fisik, secara umum
dapat membantu perekonomian nasional agar semakin maju (Usman,
2008). Untuk itu DAK memiliki pengaruh terhadap Belanja Modal,
Semakin besar anggaran DAK yang diterima suatu daerah maka semakin
besar juga alokasi terhadap Belanja Modalnya.
C. Kerangka Pikir
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 menyebabkan terjadinya pergeseran
paradigma sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi.
Pemerintah daerah memiliki hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur
dan mengurus sendiri daerahnya. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan
sumber pendapatan daerah untuk melakukan pembangunan daerah melalui
alokasi Belanja Modal. Sumber pendapatan daerah sendiri terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
Berdasarkan pendekatan empiris untuk penelitian sebelumnya
mengambil 5 peneliti terdahulu namun yang lebih identik yakni penelitian
oleh (Gerungan et al., 2017) dan (Hairiyah et al., 2017) yang memiliki
variabel yang sama dengan penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam
Penelitian ini adalah bagaimana pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap
33
Belanja Modal pada pemerintah Kabupaten di Pulau Madura, sehingga
diperoleh hipotesis di duga variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Belanja Modal. Untuk mengetahui
pengaruhnya digunakan analisis regresi data panel, sehingga dapat diketahui
dan di analisis bagaimana pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Belanja
Modal pada pemerintah Kabupaten di Pulau Madura.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan bagan kerangka pikir, Maka Hipotesis sementara dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Di duga Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Belanja Modal pada Kabupaten di Pulau Madura tahun 2014-2018.