of 24 /24
11 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Pada bagian ini akan di paparkan mengenai tinjauan literatur disertai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Didalam tinjauan literatur dijelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kerangka pemikiran berisi uraian singkat tentang permasalahan yang diteliti, sedangkan hipotesis adalah pernyataan singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka. 2.1.1 Pajak Sebelum membahas lebih jauh tentang tax avoidance, ada baiknya mengetahui arti dari pajak itu sendiri. Banyak para ahli mendefinisikan arti dari pajak itu sendiri, karena dengan memahami tentang pajak, akan mudah untuk mempelajari dan mengerti tentang seluk-beluk perpajakan yang ada di Indonesia. Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara. Pajak Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. “dapat dipaksakan” mempunyai arti apabila utang pajak tidak terbayar, utang tersebut dapat ditagih dengan surat paksa, sita, lelang dan sandera. menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya (Prof. Dr. Mardiasmo, 2016: 3): Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB2...BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Pada bagian

  • Author
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS...

  • 11

    BAB 2

    LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    2.1 Landasan Teori

    Pada bagian ini akan di paparkan mengenai tinjauan literatur disertai

    penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Didalam tinjauan

    literatur dijelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan variabel penelitian.

    Kerangka pemikiran berisi uraian singkat tentang permasalahan yang diteliti,

    sedangkan hipotesis adalah pernyataan singkat yang disimpulkan dari tinjauan

    pustaka.

    2.1.1 Pajak

    Sebelum membahas lebih jauh tentang tax avoidance, ada baiknya

    mengetahui arti dari pajak itu sendiri. Banyak para ahli mendefinisikan arti dari pajak

    itu sendiri, karena dengan memahami tentang pajak, akan mudah untuk mempelajari

    dan mengerti tentang seluk-beluk perpajakan yang ada di Indonesia. Sementara

    pemahaman pajak dari perspektif hukum merupakan suatu perikatan yang timbul

    karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga untuk

    menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara.

    Pajak Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983

    sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun

    2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1

    dijelaskan bahwa:

    “Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

    badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

    mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

    sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

    “dapat dipaksakan” mempunyai arti apabila utang pajak tidak terbayar, utang

    tersebut dapat ditagih dengan surat paksa, sita, lelang dan sandera.

    menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya (Prof. Dr.

    Mardiasmo, 2016: 3):

    “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

    (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang

    langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

    umum.”

  • 12

    Dari pengertian mengenai pajak diatas, terdapat ciri-ciri pajak yang dapat

    disimpulkan sebagai berikut adalah:

    1. Iuran dari rakyat kepada negara.Yang berhak memungut pajak hanyalah

    Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang) Berdasarkan undang-

    undang.

    2. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

    aturan pelaksanaannya.

    3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat

    ditunjuk.Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

    kontraprestasi individual oleh pemerintah.

    4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

    pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

    Menurut Sommerfeld Ray M, Anderson Herscel M, & Brock HorarceR

    pengertian pajak yaitu:

    “pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor

    pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,

    berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan imbalan

    yang proposional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk

    menjalankan pemerintahan”.

    Menurut Prof.Dr.P.J.A Adriani Beliau pernah menjabat guru besar hukum

    pajak pada Universitas Amsterdam dan pemimpin International Bureau of Fiscal

    Documentantion di Amsterdam mengatakan bahwa :

    “pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

    oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi

    kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang kegunaanya untuk membiayai

    pengeluaran umum terkait dengan tugas negara dalam penyelengaraan

    pemerintahan”.

    Menurut Mr. Dr. NJ Feldmann dalam buku De Over Heidsmiddelen van

    Indonesia (terjemahan) pengertian pajak yaitu :

    “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

    pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya

    kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-

    pengeluaran umum”.

    Dimana secara umum jenis-jenis pajak dibedakan menjadi pajak pusat dan

    pajak daerah. Berikut beberapa contoh yang menjadi pajak pusat dan pajak daerah

    adalah :

  • 13

    1. Pajak Penghasilan (PPh)

    2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)

    3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

    Sebagai masyarakat kesadaran serta keaktifan mereka sangat diperlukan

    dalam melakukan pembayaran pajak. Namun terdapat berbagai pertentangan dalam

    pelaksanaan pembayaran pajak dari masyarakat pembayar pajak terhadap pungutan

    pajak. Namun menurut Wajib Pajak, pajak merupakan biaya atau beban yang dapat

    mengurangi profit bagi Wajib Pajak, oleh karena itu Wajib Pajak mencari cara untuk

    mengurangi biaya pajaknya dengan memanfaatkan kelemahan pada peraturan

    Undang-Undang Perpajakan.

    Terlepas dari kesadaran warga negara dan solidaritas nasional serta kewajiban

    warga negara terhadap negara terkait dengan pajak, sebagian besar rakyat tidak akan

    pernah suka membayar pajak Brotodihardjo, 1982:11 dalam (Saptono, 2016: 61).

    Sebagaimana diuraikan diatas, penyebabnya adalah bahwa pajak merupakan

    pungutan yang bersifat memaksa. Jika ada kesempatan sedikit saja pada umumnya

    mereka cenderung meloloskan diri dari setiap pajak.

    Perlawanan pajak yang timbul karena adanya keinginan dari wajib pajak

    untuk tidak mematuhi peraturan perpajakan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu

    perlawanan pasif dan perlawanan aktif. (Saptono, 2016: 62) :

    1. Perlawanan Pasif

    Perlawanan Pasif ini berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak

    dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi suatu negara dengan

    perkembangan intelektual dan moral penduduk dan dengan tehnik pemungutan

    pajak itu sendiri (Saptono, 2016: 62). Perlawanan pasif juga akan muncul apabila

    sistem control tidak dilakukan dengan efektif atau bahkan tidak dapat dilakukan.

    Di beberapa negara, perlawanan pasif ini tidak begitu kuat terhadap pajak tidak

    langsung jika dibandingkan dengan pajak langsung. Karena itu, pada umumnya

    kebanyakan negara cenderung menerapkan pajak tidak langsung.

    2. Perlawanan Aktif

    Brotodihardjo, (1982) dalam (Saptono, 2016: 62) menjelaskan bahwa

    perlawanan aktif meliputi semua usaha atau perbuatan yang secara langsung

    ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya

    dapat seperti berikut :

  • 14

    1) Penghindaran diri dari pajak, yaitu pajak dapat dengan mudah dihindari

    dengan tidak melakukan perbuatan yang dapat dikenakan pajak atau Tax

    Avoidance.

    2) Pengelakan/penyelundupan pajak, yaitu penghidaran pajak dengan cara

    pengelakan dilakukan dengan cara melanggar hukum (ilegal) atau tax

    evasion.

    3) Melalaikan pajak, yaitu menolak membayar pajak yan telah ditetapkan

    dan menolak memenuhi ketentuan formal yang harus dipenuhi, misalnya

    dengan cara menghalangi proses penyitaan.

    2.1.2 Fungsi Pajak

    Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang mempunyai dua fungsi

    (Prof. Dr. Mardiasmo, , 2016: 4), terdapat dua fungsi pajak yang berlaku, yaitu:

    1. Fungsi Anggaran (Budgetair) sebagai salah satu sumber dana bagi

    pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

    2. Fungsi Mengatur (Regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur

    atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

    ekonomi.

    2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

    Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Prof. Dr.

    Mardiasmo, , 2016: 4), yaitu sebagai berikut:

    1. Official Assessment System

    Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah

    (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri –

    ciri dari Official Assessment System adalah:

    1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

    2) Wajib pajak bersifat pasif. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat

    ketetapan pajak oleh fiskus.

    2. Self Assessment System

    Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada

    Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.Ciri - ciri

    self assessment system adalah:

  • 15

    1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang ada pada wajib

    pajak sendiri.

    2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

    sendiri pajak yang terutang.Fiskus tidak ikut campur dan hanya

    mengawasi.

    3. Withholding System

    Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

    (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan

    besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri - ciri withholding system

    adalah:

    1) Wewenang memotong atau memungut pajak yang terutang pada pihak

    ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

    2.1.4 Asas Perpajakan

    Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas

    pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya, sehingga terdapat keserasian

    pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih di perlukan lagi yaitu

    pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Menurut (Waluyo, 2017: 13) menyebutkan

    beberapa asas dalam perpajakan antara lain:

    1. Asas Equality

    Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan

    kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak

    (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

    Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk

    pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang

    diminta.

    2. Asas Certainty

    Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang pihak otoritas pajak.

    Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya

    pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

    3. Asas Convenience

    Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-

    saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sebagai contoh pada saat Wajib Pajak

    memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn.

  • 16

    4. Asas Economy

    Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban

    pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban

    yang ditanggung Wajib Pajak.

    2.1.5 Tarif Pajak

    Pungutan pajak tidak terlepas dari keadilan. Dengan keadilan dapat

    menciptakan keseimbangan social yang sangat penting untuk kesejahteraan

    masyarakat. Dalam penetapan tarif pajak harus mendasar pada keadilan. Menurut

    (Waluyo, 2017: 17) menyebutkan beberapa tarif pajak antara lain:

    1. Tarif Marginal

    Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak.

    Sebagai contoh tarif Pajak Penghasilan sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun

    2008 tentang Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi. Bahwa tarif

    marginal untuk setiap tambahan Penghasilan Kena Pajak yang melebihi 0 sampai

    dengan Rp 50.000.000 sebesar 5% yang diikuti pula untuk setiap tambahan

    Penghasilan Kena Pajak di atas Rp.50.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000

    dengan tarif marginal 15% dan seterusnya.

    2. Tarif Efektif

    Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar

    pengenaaan pajak tertentu. Struktur tarif yang berhubungan dengan pola

    persentase tarif pajak dikenal 4 (empat) macam tarif, adalah sebagai berikut:

    1) Tarif Pajak Proporsional/Sebanding

    Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak berupa persentase tetap tehadap

    jumlah berapa pun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh dikenakan Pajak

    Pertambahan Nilai 10% atas penyerahan Barang Kena Pajak.Tarif Pajak

    Progresif.

    2) Tarif pajak progresif

    Tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang

    menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Pengenaan tarif pajak progresif ini

    sekaligus merupakan wujud dari teori daya pikul dimana pajak dibebankan

    kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan ekonominya.contoh tarif pajak

    penghasilan tahun pajak 2009 yang berlaku di Indonesia untuk Wajib Pajak

  • 17

    Orang Pribadi. Memperhatikan kenaikan tarifnya, tarif progresif dibagi menjadi

    beberapa tarif, sebagai berikut :

    a) Tarif Progresif

    Progresifdalam hal ini kenaikan persentase pajaknya semakin besar.

    b) Tarif Progresif Tetap

    kenaikan persentase pajaknya tetap.

    c) Tarif Progresif Degresif

    kenaikan persentase pajaknya semakin kecil.

    3. Tarif Pajak Degresif

    Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin menurun

    apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya menjadi semakin besar.

    4. Tarif Pajak Tetap

    Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama

    besarnya) terhadap berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh

    karena itu, besarnya pajak yang terutang adalah tetap. Sebagai contoh tarif bea

    materai.

    Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseoran Terbuka

    dapat memperoleh fasilitas berupa penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) sebesar

    5% dari tarif normal atau tarif PPh nya menjadi sebesar 20%. Untuk memperoleh

    fasilitas penurunan tarif tersebut, Wajib Pajak Badan Dalam Negeri berbentuk

    Perseroan Terbuka harus memenuhi persyaratan :

    1. paling sedikit 40% jumlah keseluruhan saham yang disetor dicatat untuk

    diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan masuk dalam penitipan

    kolektif di lembaga penyimpanan dan penyelesaian.

    2. saham-saham tersebut harus dimiliki oleh paling sedikit 300 pihak dengan

    ketentuan masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari 5%

    dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh; dan

    3. Ketentuan pada butir (1) dan (2) harus dipenuhi dalam jangka waktu paling

    singkat 183 hari kalender dalam jangka waktu satu Tahun Pajak.

    Fasilitas atau insentif berupa penurunan tarif ini diatur dalam Peraturan

    Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2013 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan

    Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk Perseoraan Terbuka yang

    ditetapkan tanggal 21 November 2013 dan mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2013.

  • 18

    Peraturan Pemerintah ini juga merupakan amanat dari Pasal 17 ayat (2b) Undang-

    Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Fasilitas penurunan tarif

    ini diharapkan dapat meningkatkan peranan pasar modal sebagai sumber pembiayaan

    dunia usaha dan mampu mendorong peningkatan jumlah perseroan terbuka serta

    meningkatkan kepemilikan publik pada perseoran terbuka tersebut.

    Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018

    Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai Pajak Penghasilan

    final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan :

    1. Wajib Pajak orang pribadi; dan

    2. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau

    perseroan terbatas, yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan

    peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000 ( empat miliar delapan ratus

    juta rupiah ) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

    Jangka waktu tertentu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yaitu paling lama:

    1. 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi

    2. 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi,

    persekutuan komanditer, atau firma;dan

    3. 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan terbatas. \

    Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak Tahun

    Pajak Wajib Pajak terdaftar, bagi Wajib Pajak yang terdaftar sejak berlakunya

    Peraturan Pemerintah ini, ataunTahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini,

    bagi Wajib Pajak yang telah terdaftar sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

    2.1.6 Hukum Pajak

    Menurut Brotodihardjo (1982:1) dalam (Saptono, 2016: 59), hukum pajak,

    yang disebut juga hukum Fiskal, adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang

    meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan

    menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas Negara, sehingga

    ia merupakan bagian dari Hukum Publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum

    antara Negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban

    membayar pajak (selanjutnya sering disebut “Wajib Pajak”).

    Setiap kaidah hukum selalu mengandung suatu arti yang mendalam. Barang

    siapa hendak mengetahui dengan sungguh-sungguh arti yang terkandung

  • 19

    didalamnya, ada dua jalan yang dapat ditempuh. Cara pertama adalah dia harus

    berusaha mencoba menyelami gambaran apakah yang ada pada para pembuat kaidah

    hukum pada saat kaidah hukum tersebut dibuat. Untuk mencapai hal tersebut, dia

    harus mengusut apakah yang sebenarnya dimaksudkan dengan kaidah hukum yang

    dibuat melali penyelidikan sejarahnya.

    Penafsiran yang benar adalah penafsiran yang sesuai dengan pembuat

    undang-undang. Pembuat undang-undang selalu berpegang teguh pada keadilan.

    Karena itu tujuan penafsiran adalah untuk mendapatkan suatu putusan yang sedapat

    mungkin harus sesuai dengan rasa keadilan.

    2.1.7 Reksa dana

    Reksa dana adalah produk investasi seperti layaknya deposito di bank. Reksa

    dana akan menjadi wadah uang dari masyarakat yang selanjutnya akan digunakan

    untuk membeli sekumpulan surat berharga, baik dalam bentuk saham, obligasi,

    deposito, atau lainnya yang dikelola oleh manajer investasi.

    reksa dana bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu reksa dana pasar

    uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham dan reksa dana campuran.

    Masing-masing jenis reksa dana tersebut memiliki karakter yang berbeda dan bisa

    dijadikan alternatif pilihan disesuaikan dengan sifat investornya.

    Danareksa merupakan nama salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

    yang bergerak di bidang investasi. Salah satu anak usahanya, Danareksa Investment

    Management, menjual produk investasi sehingga disebut sebagai manajer investasi.

    2.1.8 Manajemen Pajak

    Menurut Pohan (2015:13) Dalam buku (Saptono, 2016: 86), Manajemen

    Perpajakan adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu

    perusahaan atau organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari

    perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan

    ekonomis, sehingga memberi kontribusi maksimum bagi perusahaan. (Pohan, 2013)

    menyebutkan bahwa tujuan utama manajemen pajak dapat dibagi dua, yaitu

    menerapkan peraturan perpajakan dengan benar dan sebagai usaha efisiensi untuk

    mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya. Tujuan manajemen pajak ini dapat

    dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri atas perencanaan pajak

  • 20

    (tax planning), pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation), dan

    pengendalian pajak

    2.1.8.1 Perencanaan Pajak (Tax Planning)

    (Saptono, 2016), Perencanaan Pajak (Tax Planning) adalah membuat tujuan

    berupa pelaksanaan kewajiban pajak yang efektif dan efisien, menetapkan strategi,

    dan mengembangkan rencana untuk mengordinasikan kegiatan-kegiatan sesuai

    rencana tersebut. Hal ini berkaitan dengan kutipan yang dikutip oleh (Puspitasari,

    2014), perencanaan pajak (tax planning) adalah proses pengembalian pajak faktor

    yang relevan dan material non pajak faktor untuk menentukan apakah, kapan,

    bagaimana, dan dengan siapa (pihak mana) yang melakukan transaksi operasi dan

    hubungan dagang yang memungkinkan dan sejalan dengan tercapainya tujuan usaha

    maupun lainnya. Perencanaan pajak (tax planning) ini dilakukan terhadap berbagai

    aspek perpajakan yang bersifat legal karena tujuannya adalah meminimalisasi beban

    dan pembayaran pajak atau memaksimalisasi setelah pajak. Dalam hal ini

    perencanaan pajak dilakukan dengan masih berada di dalam peraturan perpajakan

    yang berlaku, sehingga kegiatan perencanaan pajak (tax planning) ini dilegalkan oleh

    pemerintah. Tujuan utama tax planning adalah mencari berbagai celah yang dapat

    ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan (loopholes), agar perusahaan dapat

    membayar pajak dalam jumlah minimal (Pohan, 2013: 87). ada tiga macam cara

    yang dapat dilakukan wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya dalam tax

    planning, yaitu:

    1. Penghindaran pajak (tax avoidance)

    Merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak dengan cara menghindari

    pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan objek pajak.

    2. Penggelapan pajak atau penyelundupan pajak (tax evasion)

    Merupakan upaya wajib pajak menghindari pajak terutang secara ilegal

    dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Cara ini tidak aman

    bagi wajib pajak, karena metode dan teknik yang digunakan tidak berada dalam

    koridor undang-undang dan peraturan perpajakan. Cara yang ditempuh beresiko

    tinggi dan berpotensi dikenai sanksi pelanggaran hukum atau tindak pidana

    fiskal/kriminal. Oleh sebab itu cara ini tidak direkomendasi untuk diaplikasikan.

    Tax evansion adalah kebalikan dari tax avoidance.

    3. Penghematan pajak (tax saving)

  • 21

    Merupakan upaya wajib pajak mengelak hutang pajaknya dengan cara diri

    untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya, atau

    dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya

    sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari

    pengenaan pajak penghasilan yang besar.Dalam melakukan perencanaan pajak,

    terdapat tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

    1) Tidak melanggar peraturan Undang Undang Perpajakan agar tidak

    munculnya sanksi atas tindakan pelanggaran tersebut. Hal ini dapat

    dilakukan dengan cara mengerti dan memahami betul isi dari undang-

    undang perpajakan dan memanfaatkan apa yang disebut dengan

    loopholes, agar dalam proses pelaksanaanya dapat sesuai dengan rencana

    yang sudah dibuat dan tepat.

    2) Tidak berlawanan dengan kegiatan usaha atau bisnis dan masuk akal.

    Karena perencanaan pajak merupakan bagian dari perencanaan

    perusahaan keseluruhan, maka perencanaan pajak harus berjalan seiringan

    dengan jalannya perencanaan perusahaan, baik itu perencanaan jangka

    panjang maupun jangka pendek.

    3) Didukung oleh bukti-bukti pendukung yang ada dan kuat, misalnya

    dukungan perjanjian (agreement), faktur pajak (invoice), dan perlakuan

    akuntansi (accounting treatment).

    2.1.9 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

    Meminimalkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik

    yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang melanggar peraturan

    perpajakan. Istilah yang sering digunakan adalah tax evasion dan tax avoidance. Tax

    evasion (penggelapan pajak) penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan

    peraturan perpajakan. Menurut (Prof. Dr. Mardiasmo, , 2016: 11), penghindaran

    pajak adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-

    undang yang ada.

    Senada dengan (Prof. Dr. Mardiasmo, , 2016: 11), menurut Anwar (Pohan,

    2013: 87) penghindaran pajak adalah upaya yang dilakukan secara legal dan aman

    bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana

    metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan

    (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri,

  • 22

    untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.berikut beberapa contoh dari grey

    area :

    1. Keadaan atau transaksi yang sebenarnya terekspos pajak, akan tetapi tidak

    ada aturan yang mengaturnya,.

    2. Ada aturannya tapi tidak jelas karena tidak lengkap, tidak implementatif,

    tidak informatif, memunculkan multi tafsir, berbeda antara aturan dan praktek

    dan sebagainya

    3. ada aturannya, akan tetapi jumlahnya lebih dari satu sehingga mengakibatkan

    terjadinya kesimpangsiuran peraturan.

    Upaya ini cenderung dilakukan perusahaan karena beban pajak yang

    dibayarkan dianggap sebagai transfer kekayaan dari perusahaan kepada pemerintah

    sehingga perusahaan akan berusaha untuk dapat membayar pajak dengan seefisien

    mungkin.

    Pada umumnya, peraturan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan

    biasanya diukur dan dibandingkan dengan besar kecilnya penghematan pajak (Tax

    Saving), penghindaran pajak (Tax Avoidance) dan penyelendupan pajak (Tax

    Evasion) yang kesemuanya bertujuan untuk meminimalkan beban pajak (Zain,

    2007). Adanya keinginan dari wajib pajak untuk tidak memenuhi peraturan

    perpajakan membuat adanya perlawanan pajak yang mereka berikan.

    Penghindaran pajak dapat menjadi hambatan dalam pemungutan pajak karena

    dapat mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara. Hal ini dilakukan

    dengan cara melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atas

    pendapatan yang bisa dikenai pajak. Penghindaran pajak ini telah membuat basis

    pajak atas pajak pendapatan menjadi sempit dan mengakibatkan begitu besarnya

    kehilangan potensi pendapatan pajak yang dapat digunakan untuk mengurangi beban

    defisit anggaran negara.

    Tidak semua Wajib Pajak dapat seluruhnya melakukan tindakan

    penghindaran pajak ( tax avoidance). Seperti Wajib Pajak yang pengenaaan pajaknya

    dikenakan PPh Final. Karena seberapa besar biaya yang di keluarkan perusahaan

    tidak mempengaruhi perhitungan pajak badan di akhir tahun karena penghasilannya

    sudah dikenakan PPh Final.

    Dalam penelitian Hoque, et al. (2011) dalam (Puspita, 2014: 13) diungkapkan

    beberapa cara perusahaan melakukan penghindaran pajak, yaitu:

  • 23

    1. Menampakkan laba dari aktivitas operasional sebagai laba dari modal

    sehingga mengurangi laba bersih dan hutang pajak perusahaan tersebut.

    2. Mengakui pembelajaran modal sebagai pembelajaran operasional, dan

    membebankan yang sama terhadap laba bersih sehingga mengurangi hutang

    pajak perusahaan.

    3. Membebankan biaya personal sebagai biaya bisnis sehingga mengurangi laba

    bersih.

    4. Membebankan depresiasi produksi yang berlebihan di bawah nilai penutupan

    peralatan sehingga mengurangi laba kena pajak.

    5. Mencatat pembuangan yang berlebihan dari bahan baku dalam industri

    manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak.

    2.2 Profitabilitas

    Menurut Simamora, 2000:528 dalam (Setiawan, 2017: 1243) Profitabilitas

    adalah ukuran pokok untuk keseluruhan keberhasilan perusahaan. Profitabilitas dapat

    digunakan untuk melihat suatu perusahaan itu dapat menghasilkan laba berdasarkan

    rasio-rasio perhitungan profitabilitas itu sendiri. Fungsi dari rasio profitabilitas

    adalah untuk menunjukkan seberapa baiknya perusahaan dijalankan. Dari rasio ini,

    perusahaan bisa melihat berapa banyak peruntungan laba dari operasi perusahaan.

    Investor bisa melihat progress perusahaan dari rasio profitabilitas.

    Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting

    karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam

    keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka

    akan sangat sulit bagi peusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur,

    pemilik perusahaan, dan terutama sekali dari pihak manajemen perusahaan akan

    berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari benar betapa pentingnya arti dari

    profit terhadap kelangsungan dan masa depan perusahaan.

    Return On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam

    mengelola aktiva baik dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman, investor akan

    melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola assets. Semakin tinggi

    tingkat Return On Assets (ROA) maka akan memberikan efek terhadap penjualan

    saham, artinya tinggi rendahnya Return On Assets (ROA) akan mempengaruhi minat

    investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi penjualan saham

    perusahaan begitu pula sebaliknya.

  • 24

    ada beberapa rasio untuk menghitung profitabilitas suatu perusahaan, berikut

    adalah beberapa jenis-jenis rasio profitabilitas :

    1. Gross Profit Margin

    Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian

    harga pokok atau biaya produksinya berdasarkan persentase laba kotor

    dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik

    keadaan operasi perusahaan. Karena hal ini menunjukan bahwa harga pokok

    penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan.

    2. Net Profit Margin

    Net Profit Margin Merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian

    berdasarkan laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin

    tinggi net profit margin semakin baik keadaan operasi suatu perusahaan.

    3. Operating Profit Margin

    Operating Profit Margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan

    penjualan. Apabila semakin tinggi operating profit margin maka akan semakin

    baik pula operasi suatu perusahaan.

    4. Return On Asset

    Return on asset merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dan

    total asset. Return on asset adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

    menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang ada. Semakin tinggi return

    on asset maka semakin tinggi nilai dari laba bersih perusahaan dan semakin

    tinggi profitabilitasnya.

    Menurut Sartono 2010:123 dalam (Setiawan, 2017: 1243) rasio keuangan

    yang dapat difungsikan untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan salah

    satunya adalah Return on Asset (ROA). Semakin besar ROA suatu perusahaan maka

    semakin besar pula profitabilitas perusahaan tersebut. Dengan begitu, semakin tinggi

    ROA suatu perusahaan pun akan menambah atau meningkatkan jumlah beban pajak

    perusahaan itu sendiri. Makin besar ROA makin besar juga tingkat keuntungan yang

    didapatkan perusahaan itu dan juga makin baik posisi perusahaan dari sisi pemakaian

    asset.

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang

    diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua

    investor. Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan efektivitas dari manajemen dalam

    menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan asset perusahaan.

  • 25

    2..3 Kepemilikan Insitusional

    Struktur kepemilikan saham pada perusahaan publik dapat digolongkan

    menjadi dua kelompok yaitu pemegang saham perorangan, pemegang saham institusi

    dan kepemilikan saham manajerial termasuk dalam pemegang saham yang dimiliki

    oleh eksekutif atau direktur dengan demikian masuk dalam kategori pemegang

    saham perorangan (Pohan, 2013) dalam (Puspitasari, 2014: 412).

    Pada perusahaan yang berbentuk hukum perseroan terbatas, kebutuhan dana

    jangka panjang dapat dibiayai dengan modal sendiri, yang terdiri dari modal saham

    yang disetor, laba yang tidak dibagi dan atau menggunakan pendanaan bukan modal

    sendiri yang berasal dari pinjaman dana dari pihak ketiga. Seiring dengan

    berjalannya waktu, perusahaan yang semula berstatus sebagai perusahan tertutup

    (prvasi) dapat go public hingga berganti status menjadi perusahaan terbuka (tbk).

    Kepemilikan saham institusional adalah persentase saham yang dimiliki

    institusi dan kepemilikan blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama

    perorangan diatas 5% tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan insider atau

    manajerial (Faisal, 2004: 199) dalam (Puspitasari, 2013: 412).

    Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar

    terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham (Murwaningsari, 2009:

    32) dalam (Bunaidi, 2013: 5160). Menurut (Jati, 2014: 253), kepemilikan

    institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan

    asuransi, investor luar negeri, atau bank, kcuali kepemilikan individual investor.

    Kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengawasan pihak

    eksternal terhadap perusahaan Mursalim, 2009 dalam (Bunaidi, 2013: 5160). Sebagai

    konsekuensinya, tingkat kepemilikan yang tinggi oleh institusi dalam suatu

    perusahaan akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh investor

    institusional sehingga akan dapat mengontrol manajer untuk tidak melakukan

    perbuatan yang tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham (Widjaja dan

    Kasenda, 2008 dalam (Bunaidi, 2013: 5160).

    Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen

    karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan

    pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin

    kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai

  • 26

    agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar

    modal.

    Manajer yang dipilih dan dibayar oleh pemegang saham harus berusaha

    mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan prinsipal.

    Peningkatan kesejahteraan ini identik dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan

    nilai perusahaan melalui peningkatan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham

    yang dapat dilakukan melalui kebijakan investasi dan keuangan yang tercermin

    dalam harga saham di pasar modal.

    kepemilikan institusional yang besar mempunyai kesempatan, pengetahuan

    dan kemampuan untuk memonitor serta mempengaruhi manajer dalam membuat

    keputusan. Pengawasan perusahaan yang dilakukan oleh investor institusional dapat

    mendorong manajer untuk lebih fokus pada kinerja perusahaan dan mengurangi

    kesempatan manajer untuk mengutamakan kepentingan pribadinya.

    Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:

    1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat

    menguji keandalan informasi.

    2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat

    atas aktivitas yangterjadi di dalam perusahaan.

    Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan isntitusional maka akan

    mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan dan semakin besarnya

    konsentrasi short-term shareholder institusional akan meningkatkan kebijakan

    agresif, tetapi semakin besar konsentrasi kepemilikan long-term shareholder maka

    akan semakin mengurangi tindakan kebijaka pajak agresif, Khurana dan Moser, 2009

    dalam (Kurniasih, 2012: 125)

    Semakin tinggi kepemilikan institusional maka penghindaran pajak akan

    semakin kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki corporate governance yang

    semakin baik, ditunjukan dengan kepemilikan institusional dapat mengurangi agency

    cost. Keberadaan kepemilikan institusional tersebut mengindikasikan adanya tekanan

    dari pihak institusional kepada manajemen perusahaan untuk melakukan kebijakan

    yang tidak melanggar peraturan yang ada, hal ini menunjukan bahwa peran

    kepemilikan institusional sebagai pengawas eksternal perusahaan. Kepemilikan

    institusional yang diproksikan pada tingkat persen.

    Persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional dibagi

    total jumlah seluruh saham perusahaan.

  • 27

    2.4 Ukuran Perusahaan (Size)

    Ukuran perusahaan adalah suatu pengukuran dimana dapat diklasifikasikan

    besar kecilnya perusahaan dan dapat menggambarkan kegiatan operasional

    perusahaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan (Ardyansyah, 2014: 253).

    Ukuran perusahaan dapat tercermin dari total asetnya (Jati, 2014: 251). Menurut

    (Kurniasih, 2012: 125), aset dinilai memiliki tingkat kestabilan yang cukup

    berkesinambungan.

    Dyreg et al (2010) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan memiliki

    peranan dalam manajemen pajak. Semakin besar perusahaan cenderung mempunyai

    menejemen dan sumber dana yang baik dalam menjalankan perusahaan. Perusahaan

    besar akan lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk

    melakukan tax planning yang baik (Prakosa, 2014: 4). Adanya tax planning

    mengindikasikan adanyan aktivitas penghindaran pajak yang merupakan cara yang

    dapat dilakukan wajib pajak dalam tax planning (Pohan, 2013: 117).

    perusahaan besar cenderung untuk tidak melakukan penghindaran pajak

    karena perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah. Maka berdasarkan teori

    politik dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan yang

    negatif terhadap penghindaran pajak.

    Teori kekusaan politik memberikan arti yang berlawanan, yaitu perusahaan

    besar memiliki sumber daya yang besar untuk mempengaruhi proses politik sesuai

    keinginan mereka termasuk perencanaan pajak sehingga akan lebih agresif untuk

    melakukan penghindaran pajakagar mencapai penghematan beban pajak yang

    optimal (Sukartha, 2014: 147). Maka berdasarkan teori kuasaan politik ukuran

    perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan panghindaran pajak.

    2.5 Delisting

    Penghapusan Pencatatan (Delisting) terjadi apabila saham yang tercatat di

    Bursa mengalami penurunan kriteria sehingga tidak memenuhi persyaratan

    pencatatan, maka saham tersebut dapat dikeluarkan dari pencatatan di Bursa.

    Tindakan penghapusan pencatatan saham dari daftar saham yang tercatat dibursa

    juga dapat dilakukan atas permohonan pihak emiten sendiri atau disebut voluntary

    delisting. Persyaratan delisting saham atas permohonan perusahaan tercatat adalah :

    1. Pengajuan permohonan delisting dapat dilakukan setelah saham tercatat

    sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

  • 28

    2. Rencana delisting telah memperoleh persetujuan dalam RUPS.

    3. Perusahaan tercatat atau pihak lain yang ditunjuk wajib membeli saham dari

    pemegang saham yang tidak menyetujui rencana delisting tersebut.

    Delisting saham oleh Bursa. Bursa akan menghapus pencatatan saham

    apabila perusahaan sekurang-kurangnya mengalami satu kondisi berikut:

    1. Kelangsungan hidupnya tidak terjamin atau tidak dapat menunjukkan adanya

    pemulihan yang memadai.

    2. Saham di suspense di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, serta hanya

    diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan

    terakhir.

    2.6 Initial Public Offering (IPO)

    Initial Public Offering (IPO) Dalam bahasa Indonesia, Initial Public Offering

    (IPO) disebut sebagai Penawaran Saham Perdana. Dengan demikian Initial Public

    Offering (IPO) adalah saham suatu perusahaan yang pertama kali dilepas untuk

    ditawarkan atau dijual kepada masyarakat/publik. Karena itu perusahaan yang

    melakukan Initial Public Offering (IPO) sering disebut sedang "Go Public".

    Umumnya saham yang dilepas ke public hanyalah sebagian kecil dari seluruh jumlah

    saham perusahaan.

    Suatu perusahaan mau melepas atau menjual sahamnya kepublik/masyarakat.

    Ada berbagai macam tujuan perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO),

    diantaranya adalah:

    1. Mendapatkan dana murah. Perusahaan bias mendapatkan dana dari berbagai

    sumber misalnya mengeluarkan obligasi, meminjam uang dari bank. Tapi

    kedua cara tersebut memiliki kewajiban, yaitu membayar bunga. Sedangkan

    kalau perusahaan melepas saham untuk mendapat dana, perusahaan tidak

    terbebani bunga.

    2. Kinerja keuangan perusahaan lebih baik. Dengan mendapatkan dana murah

    tersebut, perusahaan bias membayar utang dan memperbaiki laporan

    keuangannya dengan cepat.

    3. Potensi pertumbuhan lebih cepat. Perusahaan bias saja menggunakan dana

    internal untuk ekspansi, misalnya untuk membuka cabang. Tetapi jika

    memiliki dana murah, ekspansi bias lebih cepat dan dalam jangka panjang

    potensi pertumbuhan perusahaan bias lebih besar.

  • 29

    4. Meningkatkan citra perusahaan. Perusahaan public akan selalu disorot media.

    Bila mampu dikelola dengan baik, sorotan media bias menjadi alat marketing

    tidak langsung bagi perusahaan.

    5. Meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Dengan go publik, nilai

    perusahaan berpeluang jauh meningkat dimasa depan seiring dengan

    kenaikan harga sahamnya. Jika perusahaan dipersepsi memiliki kinerja yang

    baik oleh investor, maka peluang kenaikan saham juga meningkat.

    2.7 Penelitian Terdahulu

    Penelitian terkait dengan penghindaran pajak (tax avoidance) telah dilakukan

    oleh beberapa peneliti terdahulu. Berikut adalah uraian mengenai beberapa peneliti

    yang membahasa tentang penghindaran pajak.

    (Puspitasari, 2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh leverage,

    kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax

    avoidance) pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia 2010-2012. Hasil penelitian menunjukan bahwa leverage tidak

    berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Sedangkan variabel kepemilikan

    institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance

    (Setiawan, 2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate

    governance, ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas pada tax avoidance.

    Hasil analisis menunjukan bahwa profitabilitas, kepemilikan institusional, komite

    audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh pada tax avoidance dan komisaris

    independen tidak berpengaruh pada tax avoidance.

    (Sukartha, 2014) melakukan penelitian mengenai corporate governance,

    leverage, ROA, dan ukuran perusahaan pada penghindaran pajak. hasil penelitian

    menunjukkan corporate governance, ROA dan ukuran perusahaan berpengaruh

    terhadap penghindaran pajak. Sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap

    penghindaran pajak.

    Hairul Azlan Annuar, Ibrahim Aramide Salihu & Siti Normala Sheikh Obid

    (2014) dalam Corporate ownership, governance and tax avoidance. Corporate

    ownership,governance berepengaruh terhadap tax avoidance.

    Christopher S.Armstrong a, JenniferL.Blouin a,n, AlanD.Jagolinzer b,

    DavidF.Larcker c (2015) dalam Corporate governance,incentives,and tax avoidance.

    Corporate governance,incentives berpengaruh terhadap tax avoidance.

  • 30

    Berikut tabel 2.1 menunjukan mengenai ringkasan beberapa penelitian

    sebelumnya dengan berbagai variabel dan hasil penelitian

    Tabel 2. 1

    Ringkasan Penelitian Terdahulu

    No Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

    1

    Ngadiman dan

    Christiany

    Puspitasari

    (2014)

    Variabel dependen:

    Penghindaran pajak (tax

    avoidance) Variabel

    Independen: leverage,

    kepemilikan institusional dan

    ukuran perusahaan

    leverage tidak

    berpengaruh signifikan

    terhadap tax avoidance.

    Sedangkan variabel

    kepemilikan

    institusional dan ukuran

    perusahaan berpengaruh

    signifikan terhadap tax

    avoidance.

    2

    Ni Koming Ayu

    Praditasari dan

    Putu Ery

    Setiawan (2017)

    Variabel dependen:

    Penghindaran pajak (tax

    avoidance) Variabel

    independen: corporate

    governance, ukuran

    perusahaan, leverage dan

    profitabilitas

    Profitabilitas

    kepemilikan

    institusional, komite

    audit, dan ukuran

    perusahaan berpengaruh

    pada tax avoidance dan

    komisaris independen

    tidak berpengaruh pada

    tax avoidance.

    3

    I Gede Hendy

    Darmawan dan I

    Made Sukartha

    (2014)

    Variabel dependen:

    Penghindaran pajak (tax

    avoidance). Variabel

    independen: corporate

    governance, leverage, ROA,

    dan ukuran perusahaan

    corporate governance,

    ROA dan ukuran

    perusahaan berpengaruh

    terhadap penghindaran

    pajak. Sedangkan

    leverage tidak

    berpengaruh terhadap

    penghindaran pajak.

    4

    Hairul Azlan

    Annuar, Ibrahim

    Aramide Salihu

    & Siti Normala

    Sheikh Obid

    (2014)

    Corporate ownership,

    governance and tax

    avoidance

    Menyimpulkan bahwa

    Corporate ownership,

    governance and tax

    avoidance berpengaruh.

    5

    Christopher

    S.Armstrong,

    JenniferL.B

    louin a,n,

    AlanD.Jagolinze

    r,

    DavidF.Larcker

    c (2015)

    Corporate

    governance,incentives,and tax

    avoidance

    Menyimpulkan bahwa

    corporate

    governance,incentives,a

    nd tax avoidance

    berpengaruh terhadap

    tax avoidance

    Sumber : Diolah Pembuat Skripsi

  • 31

    2.8 Kerangka Konseptual

    Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Profitabilitas,

    kepemilikaninstitusionaldanukuranperusahan terhadap penghindaran pajak pada

    perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diketua oleh Inarno

    Djayadi sebagai direktur utama yang memberikan informasi laporan keuangan pada

    situs resmi www.idx.co.id

    Populasi yang digunakan oleh penelitian ini adalah seluruh perusahan

    manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 – 2016.

    Pengambilan sampel pada dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

    motode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan sampel

    berdasarkan pertimbangan subjek peneliti, sampel dipilih berdasarkan pada

    kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel yang ditentukan agar diperoleh

    sampel yang representative.

    Penghindaran pajak adalah salah satu cara perusahaan dalam melakukan

    sebuah perencanaan pajak yang bertujuan untuk mengefisiensikan besarnya pajak

    yang terhutang dengan tidak keluar dari bingkai undang-undang dan peraturan

    perpajakan. Perencanaan pajak merekayasa agar beban pajak (tax burden) serendah

    mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan

    pembuatan undang-undang.

    Return on Assets atau tingkat pengembalian aset adalah rasio profitabilitas

    yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan

    sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata

    lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang

    mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk

    menghasilkan laba selama suatu periode.

    Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam

    meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.

    Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring

    yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan

    investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak

    mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba.

    Ukuran perusahaan bisa didefinisikan sebagai rata-rata hasil penjualan pada

    periode berjalan sampai dengan beberapa tahun yang akan datang. Hasil penjualan

    ini tentunya sudah dikurangi dengan besaran biaya yang dikeluarkan setiap bulannya

  • 32

    dalam periode tahun berjalan dan beberapa tahun yang akan datang. Apabila jumlah

    penjualan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka pendapatan yang diperoleh

    akan semakin besar tentunya besaran penghasilan ini adalah sebelum dikenai

    pengurangan pajak.

    Dalam penelitian ini variabel dependen adalah penghindaran pajak (tax

    avoidance) diproksikan dengan menggunakan Effective Tax Rate. Sementara variabel

    indipendennya adalah profitabilitas, kepemilikan institusional, dan ukuran

    perusahaan. Kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar

    2.1 berikut.

    Gambar 2. 1

    Kerangka Konseptual

    Sumber : Diolah Pembuat Skripsi

    2.9 Pengembangan Hipotesis

    2.9.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance

    Profitabilitas merupakan rasio untuk menggambarkan kemampuan suatu

    perusahaan dalam menciptakan laba perusahaan. Untuk mencari profitabilitas suatu

    perusahaan, banyak rasio-rasio perhitungan yang dapat digunakan. Salah satunya ada

    return on asset (ROA). ROA merupakan rasio perbandingan yang digunakan untuk

    menghitung profitabilitas suatu perusahaan berdasarkan kemampuan suatu

    perusahaan dalam menciptakan laba perusahaan dengan memanfaatkan aktiva dari

    perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu ROA berpengaruh terhadap

    Variabel

    Independen

    Variabel

    Dependen

    Profitabilitas (Ha1)

    Ukuran Perusahaan (Ha3)

    KepemilikanInstitusional

    (Ha2)

    Penghindaran

    Pajak(Tax Avoidance)

  • 33

    penghindaran pajak. Semakin besar ROA, maka semakin besar juga laba yang

    diperoleh perusahaan (Sukartha, 2014).

    Untuk menciptakan laba yang tinggi pada perusahaan bisa dengan

    memperbesar penjualan atau dengan memperkecil biaya pada perusahaan.

    Peningkatan nilai ROA akan meningkatkan jumlah beban pajak yang harus dibayar

    oleh perusahaan, sehingga peningkatan nilai ROA akan meningkatkan tari pajak

    efektif (Gupta dan Newberry,1997) dalam (Setiawan, 2017: 1243).

    H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.

    2.9.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

    Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan

    mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin besarnya

    konsentrasi short-term shareholder institusional akan meningkatkan kebijakan pajak

    agresif, tetapi semakin besar konsentrasi kepemilikan long-term shareholder maka

    semakin mengurangi tindakan kebijakan pajak agresif Khurana dan Moser, 2009

    dalam (Kurniasih, 2012: 125)

    Menurut Faisal (2004:199) dalam (Puspitasari, 2014: 412), kepemilikan

    institusional merupakan pihak yang memonitor perusahaan dengan kepemilikan

    institusi yang besar (lebih dari 5%) mengidentifikasikan kemampuannya untuk

    memonitor manajemen lebih besar. Institusi dapat berupa yayasan, bank, perusahaan

    asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT),

    dan institusi lainnya. Kepemilikan institusional sebagai pengawas dapat mengawasi

    dan mendisiplinkan manajemen dalam mengambil kebijakan perusahaan,

    Kepemilikan institusional yang diproksikan pada tingkat presentase kepemilikan

    saham yang dimiliki oleh pihak institusional dibagi total jumlah seluruh saham

    perusahaan.

    H2: Keberadaan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax

    avoidance.

    2.9.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap tax avoidance

    Pada dasarnya perusahaan yang besar selalu memperoleh laba yang besar.

    Laba yang bersar akan menarik perhatian pemerintah untuk dikenakan pajak yang

    sesuai (Asfiyati, 2012) dalam (Utama, 2013: 314). Ukuran perusahaan dapat

    menentukan besar kecilnya nilai total aktiva yang dimiliki perusahaan dimana

  • 34

    semakin besar total aktiva perusahaan maka akan meningkat juga jumlah

    produktivitas perusahaan tersebut. Hal itu akan menghasilkan laba yang semakin

    meningkat dan mempengaruhi tingkat pembayaran pajak. Perusahaan besar

    cenderung mempunyai ruang yang lebih luas untuk perencanaan pajak yang baik dan

    mangadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan effective tax rate

    perusahaan (ardyansah dan zulaikha, 2014: 6).

    H3: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance.