50
8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen Kata “Manajemen” berasal dari Bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Menurut Stroner yang dikutip dari T.H Handoko (2003,p8) definisi manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah diterapkan. Menurut M.P Follet yang dikutip dari T.H Handoko (2003,p8) manajemen didefinisikan sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan-pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti tidak melakukan tugas- tugas itu sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu seni yang mengelola, menata, mengatur, dan mengendalikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

  • Upload
    ledieu

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Manajemen

Kata “Manajemen” berasal dari Bahasa Perancis kuno ménagement,

yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki

definisi yang mapan dan diterima secara universal.

Menurut Stroner yang dikutip dari T.H Handoko (2003,p8) definisi

manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber

daya - sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang

telah diterapkan.

Menurut M.P Follet yang dikutip dari T.H Handoko (2003,p8) manajemen

didefinisikan sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan

organisasi melalui pengaturan-pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan

berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti tidak melakukan tugas-

tugas itu sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu

ilmu seni yang mengelola, menata, mengatur, dan mengendalikan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

9

2.1.2 Konsep Manajemen Operasional

Menurut Heizer dan Render (2006,p4), manajemen operasi adalah

serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

dengan mengubah input menjadi output.

Menurut Schroeder (2000,p5), operasi bertanggung jawab atas

pengadaan barang dan jasa organisasi. Manajer operasi membuat keputusan

berdasarkan fungsi operasi dan hubungannya dengan fungsi lain. Manajer

operasi juga merencanakan dan mengendalikan sistem produksi dan

hubungannya dalam organisasi dan dengan lingkungan eksternal.

Menurut Chase, Jacobs dan Aquilano (2004,p6), manajemen operasi

didefinisikan sebagai desain, operasi, dan pengembangan sistem yang

menciptakan dan mengantarkan barang dan jasa utama perusahaan.

Maka, dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi adalah suatu

aktivitas penambahan nilai barang dan jasa dalam oleh perusahaan dalam

prosesnya untuk mengubah input menjadi output.

Heizer dan Render (2006,p9) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh

keputusan manajemen operasional yaitu :

1. Desain barang dan jasa

2. Manajemen mutu

3. Desain proses dan kapasitas

4. Strategi lokasi

5. Desain tata letak

6. Sumber daya manusia dan sistem kerja

7. Manajemen rantai pasokan

8. Manajemen persediaan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

10

9. Perencanaan agregat (penjadwalan)

10. Pemeliharaan

Dapat diketahui dalam 10 keputusan manajemen operasi diatas terdapat

keputusan mengenai sumber daya manusia dan perencanaan agregat yang

berhubungan langsung dengan teori kebutuhan tenaga kerja berdasarkan

permintaan.

2.1.2.1 Perencanaan Agregat

Menurut Heizer dan Render (2006,p114), kebanyakan usaha

jasa seperti keuangan, transportasi, dan banyak jasa komunikasi dan

rekreasi memberikan output yang intangible (tidak terlihat).

Perencanaan agregat untuk jasa ini terutama berkaitan dengan

kebutuhan sumber daya manusia dan mengelola permintaan.

Tujuannya adalah menentukan puncak permintaan dan mendesain

metode yang secara penuh memanfaatkan sumber daya tenaga

kerja selama periode permintaan rendah. Para manajer operasi

berusaha menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan

yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga

kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak dan

variabel lain yang dapat dikendalikan. Terdapat 8 strategi

perencanaan agregat yang dibagi menjadi dua, yakni pilihan

kapasitas dan pilihan permintaan.

• Pilihan Kapasitas :

1. Mengubah tingkat persediaan

2. Meragamkan jumlah tenga kerja dengan mengkaryakan atau

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

11

memberhentikan

3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur dan waktu

kosong

4. Subkontrak

5. Penggunaan karyawan paruh waktu

• Pilihan Permintaan :

1. Mempengaruhi permintaan

2. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi

3. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal

Berdasarkan teori diatas, di dalam lingkup operasional,

terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan dengan didasarkan

pada pilihan kapasitas untuk memenuhi prediksi permintaan yang

terjadi.

2.1.3 Analisis Kapasitas Proses

Menurut Heizer dan Render (2006,p373), kapasitas adalah jumah

maksimum unit yang dapat diproduksi dalam suatu waktu tertentu.

Kapasitas desain adalah output maksimum sistem secara teoritis dalam

suatu periode waktu tertentu. Sedangkan kapasitas efektif adalah kapasitas

yang diharapkan dapat dicapai oleh perusahaan dengan keterbatasan

operasi yang ada sekarang. Sebagian besar organisasi mengoperasikan

fasilitasnya pada tingkat yang lebih rendah dari kapasitas desain. Mereka

melakukannya karena mereka menyadari bahwa mereka dapat beroperasi

lebih efisien bila sumber daya tidak digunakan hingga batas maksimum.

Konsep ini disebut kapasitas efektif.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

12

Menurut Cachon dan Terwiesch (2006,p38), kapasitas proses adalah

mengukur seberapa banyak suatu proses dapat memproduksi, dalam

kaitannya dengan berapa banyak jumlah aktual yang diproduksi oleh proses

tersebut. Kapasitas tidak hanya dapat diukur dari tingkat keseluruhan

proses, tetapi juga dapat diukur dari tingkat sumber daya individu yang ikut

serta dalam proses tersebut. Sama halnya dengan menentukan kapasitas

dari suatu proses, menentukan kapasitas sumber daya dilakukan dengan

menghitung jumlah maksimum yang dapat diproduksi sumber daya tersebut

dalam suatu waktu tertentu. Berikut adalah langkah-langkah untuk

menganalisis kapasitas suatu proses.

Gambar 2.1 Langkah Analisis Kapasitas

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

In rate adalah jumlah unit yang masuk ke sistem dalam suatu

satuan waktu. Hal ini dapat disimbolkan dengan kecepatan unit tersebut saat

memasuki sistem. Sedangkan Out rate adalah unit yang keluar dari sistem

karena sudah selesai diproses di sistem tersebut. Out rate juga disimbolkan

dengan kecepatan unit tersebut keluar dari sistem.

Out rate harus lebih besar atau sama dengan in rate, untuk

mencegah adanya traffic dalam sistem tersebut. Jika in rate lebih besar dari

out rate, maka pasti terdapat antrian dalam sistem tersebut yang akan

semakin besar jika proses terus berlangsung.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

13

Gambar 2.2 In Rate dan Out Rate Normal

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

Pada gambar diatas menunjukkan jumlah unit yang sama pada in

rate dan out rate. Tidak ada traffic atau antrian dalam sistem, sehingga

seluruh unit yang masuk kemudian di proses dalam sistem dan keluar tanpa

adanya kendala.

Gambar 2.3 In Rate dan Out Rate Berantrian

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

Sedangkan pada gambar diatas menunujukkan adanya antrian atau

traffic dalam sistem, kejadian ini diakibatkan oleh lebih besarnya in rate

dibandingkan out rate pada suatu sistem. Jika tidak ada perbaikan dalam

sistem ini, maka akan mengakibatkan kelebihan beban kapasitas yang akan

membanjiri sistem.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

14

Dalam keseluruhan sistem, terdapat beberapa subsistem, dan setiap

subsistem tersebut akan mengalami fenomena in rate dan out rate seperti

yang telah dijelaskan diatas. Subsistem-subsistem ini bekerja secara

berkesinambungan dari satu proses ke proses lainnya. Dan unit-unit ini akan

keluar masuk melewati subsistem-subsistem tersebut sampai akhirnya

selesai diproses. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kapasitas,

menyeimbangkan garis lini adalah hal yang pertama harus dilakukan.

Menyeimbangkan garis lini adalah aksi untuk mengurangi ketidakseimbangan

suatu sistem. Dengan demikian dapat membuka kesempatan untuk :

a) Meningkatkan efisiensi proses dengan mengembangkan utilisasi dari

masing-masing sumber daya.

b) Meningkatkan kapasitas proses dengan merelokasi pekerja-pekerja yang

sistemnya berutilisasi rendah ke sistem yang mengalami bottleneck, atau

sebaliknya. Jika permintaan tinggi terjadi, maka cara-cara dibawah ini

dapat dijadikan pilihan untuk meningkatkan kapasitas :

1) Meningkatkan kapasitas dengan mereplika garis lini

Selama kapasitas dari keseluruhan operasi berjalan secara

linear maka dapat ditambahkan replika suatu proses untuk

mendapatkan total kapasitas yang baru.

Proses 1 Proses 2 Proses 3

ReplikaProses 2

Gambar 2.4 Replika Proses Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

15

2) Meningkatkan kapasitas dengan menambah pekerja

Kapasitas dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah

pekerja sesuai dengan kebutuhan permintaan yang masuk untuk

mengurangi prosentase utilisasi yang terlalu tinggi. Tetapi jika

kapasitas terlalu besar untuk permintaan, maka dapat dilakukan hal

sebaliknya, yaitu dengan mengurangi jumlah pekerja untuk

meningkatakan prosentase utilisasi yang terlalu rendah.

Jumlah pekerja yang perlu ditambahkan dapat dihitung

dengan rumus berikut :

Jumlah pekerja

Kapasitas permintaan =

Waktu Aktivitas

Proses 1

Proses 2Pekerja 1

Proses 2Pekerja 2

Proses 2Pekerja 3

Proses 2Pekerja 4

Proses 2Pekerja

tambahan

Gambar 2.5 Penambahan Jumlah Pekerja

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

3) Meningkatkan kapasitas dengan melakukan spesialisasi tugas

Metode ini dilakukan dengan pendekatan fundamental

sistem yang merubah penugasan yang diberikan ke para staf. Jika

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

16

dibentuk suatu spesialisasi tugas yang baru, jadi masing-masing

pekerja dalam proses hanya bertanggung jawab pada satu atau dua

tugas saja, maka akan dapat mengurangi waktu aktivitas dan

meningkatkan kapasitas dari kesulurahan proses.

Proses 1

Proses 2

Proses 2

Proses 2

Proses 2

Proses 2.1

Proses 3

Gambar 2.6 Penambahan Spesialisasi Tugas

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

2.1.3.1 Utilisasi Kapasitas

Utilisasi kapasitas adalah suatu indikator produktivitas

kapasitas pada suatu sistem. Ini ditujukan pada hubungan antara

output potensial yang dapat diproduksi dengan output aktual yang

diproduksi dengan peralatan yang terpasang, jika kapasitas sudah

dimaksimalkan.

Prosentase yang lebih rendah pada utilisasi kapasitas

menunjukkan dalam subsistem tersebut terdapat banyak sumber

daya yang menganggur dan tidak menggunakan seluruh kapasitas

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

17

yang ada. Sedangkan prosentase utilitas kapasitas yang terlalu tinggi

menunjukkan sumber daya mengalami kelebihan beban kerja

(workload).

Untuk mengukur utilisasi suatu proses, dapat dilihat dari

jumlah aktual yang diproduksi dibandingkan dengan jumlah yang

dapat diproduksi maksimal.

jumlah aktual yang diproduksi

Utilisasi Proses = jumlah yang dapat diproduksi maksimal (kapasitas)

jumlah aktual yang diproduksi sumber daya Utilisasi Sumber Daya= jumlah maksimal yang dapat diproduksi sumber daya (kapasitas)

Dalam menghitung utilisasi kapasitas, utilisasi tidak dapat

melebihi 100%. Jadi, utilisasi hanya dapat mengakses informasi

sesuai dengan kapasitas yang ada,yang mana prosentase utilisasinya

kurang dari 100%.Oleh karena itu, kita tidak dapat menentukan dari

utilisasi berapa banyak permintaan yang melebihi kapasitas proses.

Maka perlu dilakukan pengukuran tambahan. Berikut adalah rumus

Implied Utilization suatu sumber daya :

Kapasitas berdasarkan permintaan Implied Utilization = Kapasitas yang tersedia

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

18

Implied Utilization dapat menunjukkan ketidaksesuaian

antara kapasitas berdasarkan permintaan (atau juga disebut beban

kerja) dan kapasitas yang dimiliki oleh sumber daya. Implied

utilization yang tertinggi merupakan bottleneck.

2.1.3.2 Bottlenecks

Kapasitas dari masing-masing sistem berbeda-beda, dalam

satu proses dapat memiliki kapasitas yang tinggi, namun pada

proses lain yang masih dalam satu garis dengan proses sebelumnya

mungkin memiliki kapasitas yang lebih rendah. Proses yang

berkapasitas rendah ini dapat mempengaruhi keseluruhan dari

kapasitas sistem. Bottlenecks juga dapat terjadi ketika proses yang

berantai memiliki out rate lebih rendah, dan akan berdampak pada

output dari sistem keseluruhan.

Gambar 2.7 Bottleneck

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

19

Gambar diatas menunjukkan efek kapasitas dan jumlah

output dan input pada sistem terhadap permintaan dan flow rate,

unit maksimal yang diproses dan memenuhi permintaan tidak lebih

besar dari kapasitas terkecil pada sistem, jadi, bottlenecks

merupakan hambatan pada sistem yang harus diperbaiki untuk

meningkatkan out rate keseluruhan sistem.

Bottlenecks pada sistem dapat mengakibatkan

terhambatnya unit-unit yang diproses di keseluruhan sistem,

sehingga antrian unit akan membanjir dan sistem akan kelebihan

beban pesanan. Dengan demikian bottlenecks harus dihilangkan

demi kefektifan dan keefisienan kapasitas proses.

2.1.3.3 Kendala Penawaran dan Kendala Permintaan

2.1.3.3.1 Kendala Penawaran

Gambar 2.8 Kendala Penawaran

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

Kendala penawaran adalah kondisi dimana

permintaan tidak dapat terpenuhi karena terbatasnya suatu

sistem, disebut dengan bottlenecks pada sistem.Gambar

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

20

diatas menjelaskan kondsi permintaan yang lebih besar

daripad penawaran, permintaan disini dapat diasumsikan

sebagai in rate, dan penawaran diasumsikan sebagai

kapasitas sistem.

2.1.3.3.2 Kendala Permintaan

Gambar 2.9 Kendala Permintaan

Sumber : Cachon dan Terwiesch (2006)

Berlawanan dengan kendala penawaran, kondisi

kendala permintaan terjadi ketika permintaan lebih rendah

daripada penawaran, sehingga proses akan memproduksi

sesuai permintaan, kelebihan dari kapasitas proses.

2.1.4 Perencanaan Tenaga Kerja

Menurut Heizer dan Render (2006,p502), perencanaan tenaga kerja

(labor planning) menentukan kebijakan karyawan yang berkaitan dengan (1)

kestabilan tenaga kerja, (2) jadwal kerja.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

21

1. Kebijakan Kestabilan Tenaga Kerja

Kestabilan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah karyawan yang

dipertahankan oleh sebuah organisasi pada suatu waktu tertentu. Terdapat

dua kebijakan dasar yang berkaitan dengan kestabilan :

1) Ikuti permintaan dengan tepat. Dengan mengikuti permintaan secara

tepat akan menjaga biaya tenaga kerja langsung pada produksi, tetapi

akan menimbulkan biaya yang lain. Biaya yang lain ini meliputi biaya

perekrutan dan pemberhentian karyawan, asuransi pengangguran, dan

upah yang lebih tinggi untuk menarik karyawan agar dapat menerima

pekerjaan yang tidak stabil.

2) Menjaga jumlah karyawan secara konstan. Dengan mempertahankan

jumlah karyawan secara konstan berarti mempertahankan karyawan

yang terlatih, dan menjaga biaya perekrutan, pemberhentian dan

pengangguran menjadi minimum. Tetapi dengan cara ini, mungkin para

karyawan tidak dimanfaatkan sepenuhnya pada saat permintaan rendah,

dan perusahaan mungkin tidak memiliki SDM yang dibutuhkan pada saat

permintaan tinggi.

2. Jadwal Kerja

Terdapat beberapa variasi jadwal kerja, yaitu jadwal kerja standar

(menurut ILO adalah 48 jam seminggu), flexitime yaitu suatu sistem yang

membolehkan karyawan, dengan batasan tertentu, untuk menentukan

jadwal kerja sendiri, dan variasi lainnya adalah flexible workweek yaitu

sebuah jadwal kerja yang berbeda dari jadwal normal atau jadwal standar.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

22

Keperluan tenaga kerja dapat ditentukan melalui suatu proses

perencanaan yang terdiri dari 3 macam model (Umar, 1999) :

1. Perencanaan dari Atas ke Bawah

Maksud dari model ini adalah bahwa jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan telah disesuaikan dengan rencana menyeluruh dari

perusahaan baik untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Peningkatan biaya untuk tenaga kerja dapat disimulasikan agar terlihat

pengaruhnya terhadap laba perusahaan

2. Perencanaan dari Bawah ke Atas

Proses penggunaan model ini bermula dari kelompok kerja yang

terkecil yang menghasilkan taksiran kebutuhan pegawai untuk tahun

berikutnya dalam rangka mencapai target kerja yang ditetapkan. Jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan akan dapat diketahui setelah tenaga kerja

yang ada dihitung kapasitas kerja maksimalnya. Persetujuan akhir

tentang jumlah pegawai yang diperlukan antara perusahaan dengan

divisi yang membutuhkan pegawai, selanjutnya kesepakatan ini

dipegang teguh agar tidak mengalami hambatan-hambatan baru pada

saat realisasi pekerjaan di tahun depan.

3. Ramalan

Cara yang jelas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah

dengan meningkatkan pendayagunaan orang-orang yang sekarang ada.

Masalahnya sekarang adalah bahwa persediaan tenaga kerja itu tidak

pernah statis, tetap akan dipengaruhi oleh arus keluar (seperti;

penyusutan dan transfer ke luar) serta penumpukan pegawai dengan

kualitas kerja yang juga tidak statis. Untuk mengetahui catatan akurat

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

23

tentang tenaga kerja yang ada maka perlu diketahui arus pegawai yang

akan pensiun atau mengundurkan diri, yang akan dipromosikan,yang

akan melahirkan, yang akan cuci panjang dan sebagainya.

Menurut Simamora (1997), tersedianya bervariasi teknik

peramalan sumber daya manusia dengan berbagai tingkat

kompleksitasnya. Berbagai teknik peramalan yang dapat dipergunakan :

1. Teknik Peramalan Jangka Pendek

a. Anggaran

b. Beban kerja

2. Teknik Peramalan Jangka Panjang

a. Permintaan unit dan permintaan organisasi

b. Pendapat para pakar

c. Model probabilistik/stokastik

d. Analisis Trend

e. Analisis Markov

f. Model peramalan

2.1.5 Pengukuran Kerja

Yamit (2005), mendefinisikan pengukuran kerja sebagai penaksiran

waktu yang akan digunakan dalam suatu pekerjaan. Pengukuran kerja

digunakan untuk meneliti pekerjaan manusia dalam segala konteksnya, yang

menuntun kepada penyelidikan secara sistematis mengenai segala faktor

yang mempengaruhi efisiensi dan penghematan dalam situasi yang sedang

dipelajari.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

24

Menurut Handoko (2000), pengukuran kerja didefinisikan sebagai

suatu metode untuk mengetahui efisiensi operasi perusahaan dalam

membuat suatu produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa), yang

didasarkan pada “lama waktu” pelaksanaannya.

2.1.5.1 Tujuan Pengukuran Kerja

Kegiatan pengukuran kerja mempunyai maksud sebagai

berikut :

1) Mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan

Dilakukan dengan membandingkan keluaran nyata selama

periode waktu tertentu dengan keluaran standar yang ditentukan

dari pengukuran kerja.

2) Merencanakan kebutuhan tenaga kerja

Untuk setiap tingkat keluaran tertentu di waktu yang akan

datang, pengukuran kerja akan dapat digunakan untuk menentukan

berapa banyak masukan tenaga kerja yang diperlukan.

3) Menentukan tingkat kapasitas

Untuk suatu tingkat tertentu tenaga kerja dan peralatan

yang tersedia, standar-standar pengukuran kerja dapat digunakan

untuk menentukan tingkat kapasitas yang harus tersedia.

4) Menentukan harga atau biaya suatu produk

Berbagai standar tenga kerja yang didapat melalui

pengukuran kerja, adalah salah satu sistem penentuan harga atau

biaya. Dalam banyak organisasi, keberhasilan penetapan harga

produk adalah krusial bagi kelangsungan hidup bisnisnya. Kegiatan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

25

ini sangat tergantung pada pengukuran kerja bila biaya merupakan

basis untuk penetapan harga.

5) Memperbandingkan metoda-metoda kerja

Bila berbagai metoda yang berbeda untuk suatu pekerjaan

sedang dipertimbangkan, pengukuran kerja dapat memberikan dasar

pembandingan ekonomik metoda-metoda. Ini merupakan esensi

manajemen ilmiah – menemukan metoda terbaik atas dasar studi

waktu atau gerak yang diteliti.

6) Memudahkan scheduling operasi-operasi

Salah satu masukan data untuk semua sistem scheduling,

estimasi waktu kegiatan-kegiatan kerja. Estimasi–estimasi ini

diperoleh dari pengukuran kerja.

7) Menetapkan upah insentif

Dengan upah intensif, para karyawan menerima

pembayaran lebih untuk keluaran yang lebih besar. Standar waktu

melatarbelakangi rencana-rencana insentif ini dengan menentukan

keluaran 100%.

Karena ada penggunaan pengukuran kerja yang berbeda,

manajemen harus memutuskan mana yang harus dipilih. Bila

pengukuran kerja digunakan untuk insentif, pengukuran dapat

dilakukan dengan cara studi waktu dengan stop watch.

Schroeder (1997,p141), memaparkan bahwa manajemen

mungkin saja untuk tidak menetapakan standar atau untuk tidak

menggunakan pengukuran kerja, dalam arti tradisional, ada dua

alasan; pertama, biaya penatapan dan pemeliharaan standar

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

26

mungkin lebih tinggi daripada manfaatnya. Kedua, menghindari

gangguan terhadap kinerja perusahaan secara umum. Standar

waktu tidak berguna jika standar waktu tersebut mencampuri sistem

atau strategi produksi yang berguna.

Dengan demikian, pengukuran kerja harus cocok dengan

kebutuhan oragnisasi – organisasi dan pertimbangan tertentu. Jadi,

tujuan pengukuran kerja adalah untuk membantu penyempurnaan

dalam kinerja organisasi secara keseluruhan dan metode yang

digunakan harus sesuai dengan situasi dimana metode tersebut

cocok.

2.1.5.2 Masalah yang Dihadapi Dalam Pengukuran Kerja

2.1.5.2.1 Pemilihan Teknik Pengukuran Kerja

Beberapa masalah teknik pengukuran kerja adalah

seperti studi waktu dan pengembalian sampel, dan

sebagainya. Masalah ini dapat dipecahkan dengan memilih

teknik yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut :

• Penggunaan

• Biaya

• Keakuratan

• Jenis Pekerjaan (misalnya : berulang)

• Reaksi pekerja

Bagaimana hasil pengukuran kerja ini harus

digunakan adalah suatu pertimbangan dasar. Jika tujuannya

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

27

adalah untuk menetapkan program intensif upah, teknik

yang sangat cocok digunakan adalah studi waktu. Jika

sasarannya adalah untuk perencanaan dan peramalan atau

analisis pekerjaan, salah satu metode yang kurang akurat

boleh digunakan (misalnya dengan pengambilan sampel

kerja, atau data historis)

Jenis pekerjaan juga merupakan pertimbangan yang

penting. Sebagai contoh; biasanya tidak ada artinya

menetapkan standar kecuali jika pekerjaan itu berulang.

Untuk pekerjaan tidak berulang, pengambilan sampel atau

pendekatan historis cenderung lebih tepat. Selain

pertimbangan penggunaan, keakuratan dan jenis pekerjaan,

biaya pengukuran kerja juga harus dipertimbangkan.

Metode yang menggunakan data historis adalah yang paling

murah digunakan asalkan data sudah tersedia. Dalam

banyak kasus, biaya harus diseimbangkan terhadap

pertimbangan penggunaan dan keakuratan. Artinya, reaksi

pekerja terhadap teknik pengukuran kerja harus

dipertimbangkan penggunaan dan keakuratannya. Biasanya,

para pekerja tidak suka diukur waktunya dengan jam, hal ini

membuat teknik lebih menarik dari segi psikologis.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

28

2.1.5.2.2 Siapa yang Menetapkan Standar

Masalah lain yang penting dalam menggunakan

pengukuran kerja adalah siapa yang menetapkan standar. Di

dalam beberapa organisasi, standar ditetapkan oleh

perekayasa industri, dalam organisasi lain ditetapkan oleh

manajer lain.

2.1.5.2.3 Pemeliharaan Standar

Masalah lain yang dihadapi dalam pengukuran kerja

adalah pemeliharaan standar. Setiap kali metode kerja

berubah, standar harus diperbaharui melalui studi lain. Akan

tetapi pembaharuan tidak selalu digunakan karena

memburuknya standar. Akhirnya penggunaan standar

dipertimbangkan jika perusahaan lebih menekankan

perbaikan daripada pengendalian. Ada anggapan bahwa

perekayasa dan manajemenlah yang bertanggung jawab

untuk melakukan perbaikan sedangkan pekerja hanyalah

mengikuti standar. Dengan mengalihkan lebih banyak

tanggung jawab terhadap pekerja, kesuluruhan konsep ini

dihadapkan pada pernyataan; pekerja tetap diminta untuk

mengupayakan produktivitas yang lebih besar.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

29

2.1.6 Standar Kerja

Pernyataan khusus tentang jumlah waktu yang harus digunakan

untuk melaksanakan kegiatan tertentu di bawah kondisi kerja normal ini

sering disebut standar kerja (labor standards).

Heizer dan Render (2006,p535) memaparkan bahwa manajemen

operasi yang efektif membutuhkan standar yang dapat membantu

perusahaan untuk menentukan:

1. Proporsi pekerja dari setiap produk yang dihasilkan (biaya pekerja)

2. Kebutuhan staf yaitu menyangkut berapa banyak pekerja yang

dibutuhkan untuk melakukan operasional.

3. Perkiraan biaya dan waktu sebelum operasional dilaksanakan dalam

rangka mengambil berbagai keputusan, dari perkiraan biaya hingga

keputusan make or buy.

4. Jumlah kru dan keseimbangan pekerjaan yaitu siapa mengerjakan apa

dalam satu aktifitas kelompok atau pada satu lini produksi.

5. Tingkat produksi yang diharapkan sehingga pihak manajer maupun

karyawan mengetahui apa saja yang termasuk dalam satu hari kerja

normal.

6. Dasar perencanaan insentif pekerja yang menjadi acuan untuk

memberikan insentif yang tepat.

7. Efisiensi karyawan dan pengawasan untuk mengetahui apa yang

digunakan dalam penentuan efisiensi.

Dengan demikian diharapkan manajer operasional dapat

menetapkan standar pekerja yang benar yaitu secara tepat dapat

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

30

menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk

melaksanakan aktifitas tertentu dalam kondisi kerja normal.

2.1.6.1 Penetapan Standar Pekerja

Adapun penetapan standar pekerja dapat menggunakan

cara - cara berikut:

1) Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)

Standar Pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang

telah terjadi di masa lalu yaitu berapa jam kerja yang dibutuhkan

untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini memiliki kelebihan

karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar seperti ini

lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu pekerja atau dari data

produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak obyektif dan tidak

dapat diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak

atau tidak, dan apakah kejadian yang tidak biasa sudah

diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu penggunaan teknik ini

tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.

2) Studi Waktu (Time Study)

Meyers dan Stewart (2002,p43) memaparkan bahwa studi

waktu adalah proses untuk menetukan waktu yang disyaratkan

dengan tenaga terampil dan terlatih pada kondisi yang normal dalam

melakukan suatu tugas tertentu. Studi waktu memiliki tujuan

sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah mesin/peralatan yang dibeli

2. Menentukan jumlah pekerja yang dibutuhkan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

31

3. Menentukan biaya produksi dan harga jual

4. Mengatur jadwal mesin-mesin, operasi, dan pekerja untuk

melakukan pekerjaan tepat waktu

5. Menentukan kinerja pekerja secara individu dan

mengidentifikasikan operasi-operasi yang bermasalah sehingga

masalah-masalah tersebut dapat terpecahkan.

6. Membayar upah insentif untuk kinerja individu atau tim yang

baik

7. Mengevaluasi penurunan biaya dan memilih metode yang paling

ekonomis berdasarkan analisis biaya.

8. Mengevaluasi pembelian peralatan baru

9. Mengembangkan budget operasional personil untuk mengukur

kineja manajemen.

Meyers dan Stewart (2002,p57) mengemukakan 5 tehnik

studi waktu adalah sebagai berikut :

1. Menentukan sistem standar waktu

2. Studi waktu stopwatch

3. Work sampling

4. Standard data

5. Pendapat para ahli

Adapun langkah yang dilakukan dalam melakukan studi

waktu adalah sebagai berikut:

1. Definisikan pekerjaan yang akan diamati.

2. Bagilah pekerjaan menjadi elemen yang tepat.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

32

3. Tentukan banyaknya pengamatan yang harus dillakukan (jumlah

siklus atau sampel yang dibutuhkan).

4. Hitung waktu dan catat waktu elemen serta tingkat kinerja.

5. Hitung waktu siklus rata-rata yang disebut waktu siklus

pengamatan rata- rata (average observed cycle time) yang

merupakan rata-rata aritmatika dari waktu setiap elemen yang

diukur, yang disesuaikan dari pengaruh yang tidak biasa untuk

setiap elemen.

Jumlah waktu untuk melaksanakan setiap elemen Waktu siklus rata-rata = Jumlah siklus pengamatan

6. Tentukan tingkat kinerja dan kemudian hiitung waktu normal

(normal time) untuk tiap elemen.

Waktu normal = waktu siklus pengamatan x faktor peringkat rata-rata

7. Tambahkan waktu kinerja normal untuk setiap elemen untuk

mendapatkan waktu normal total untuk pekerjaan tersebut.

8. Hitung waktu standar (standar time) dengan memperhitungkan

kelonggaran seperti waktu untuk kebutuhan pribadi,

keterlambatan, kelelahan.

Waktu normal total Waktu standar = 1 – faktor kelonggaran

3) Standar Waktu yang Telah Ditentukan (Predetermined Time Study)

Merupakan suatu pembagian pekerjaan manual menjadi

elemen dasar kecil yang waktunya telah ditetapkan dan dapat diterima

secara luas. Caranya dengan menjumlahkan faktor waktu bagi setiap

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

33

elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini membutuhkan biaya yang besar.

Metode yang paling umum adalah metode pengukuran waktu (MTM =

Methods Time Measurement).

Standar waktu yang telah ditetapkan merupakan

perkembangan dari gerakan dasar yang disebut sebagai Therblig yang

ditemukan oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktifitas seperti

memilih, mengambil, mengarahkan, merakit, menjangkau, memegang,

beristirahat, meneliti.

Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan dengan studi waktu yaitu:

1. Standar waktu dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini

tidak mengganggu aktifitas sesungguhnya.

2. Karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar

dilakukan maka dapat digunakan untuk membuat rencana.

3. Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan.

4. Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang

wajar untuk menetapkan standar.

5. Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada

perusahaan yang melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas

yang sama.

4) Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)

Metode ini dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada tahun 1930.

Pengambilan sampel kerja memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan

oleh seorang pekerja pada beragam pekerjaan. Metode ini membutuhkan

pengamatan secara acak untuk mencatat aktifitas yang dilakukan pekerja.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

34

Hasilnya terutama digunakan untuk menentukan bagaimana karyawan

mengalokasikan waktu mereka diantara aktifitas yang beragam. Hal ini akan

mendorong adanya perubahan karyawan, penugasan ulang, perkiraan biaya

aktifitas dan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja. Apabila

pengambilan sampel ini untuk menetapkan kelonggaran keteralambatan,

maka sering disebut penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study).

Pengambilan sampel pekerja mempunyai beberapa kelebihan

dibandingkan studi waktu, yaitu:

1. Lebih murah karena cukup seorang pengamat untuk mengamati

beberapan pekerja secara bersamaan.

2. Pengamat tidak perlu latihan khusus dan tidak perlu pengukur waktu

yang khusus.

3. Penelitian dapat ditunda kapan saja karena hanya ada sedikit

dampaknya.

4. Pengambilan sampel secara spontan pada waktu panjang maka hanya

sedikit kesempatan para pekerja untuk mempengaruhi hasil penelitian.

5. Prosedur hanya sedikit dan gangguan hanya sedikit sehingga tidak

menimbulkan keberatan bagi pekerja.

Akan tetapi terdapat kelemahan pada metode ini yaitu:

1. Tidak membagi elemen kerja selengkap studi waktu.

2. Hasilnya bisa bias atau tidak benar.

3. Karena tidak mengganggu, pengambilan sampel kerja cenderung

kurang akurat terutama jika pekerjaan tersebut siklusnya pendek.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

35

2.1.7 Model Erlang

EasyErlang (2008) menyatakan bahwa kepadatan, baik mobil,

antrian pelanggan, ataupun line telepon, mempunyai karakteristik yang

sama. Kepadatan bisa saja terjadi sangat sibuk dan bergerak sangat lambat,

atau bahkan berhenti dan menunggu, atau mungkin berjalan tanpa adanya

penundaan. Jalan raya, pos tol, line telepon, dan teller bank dapat juga

berutilisasi rendah, yang akan mengakibatkan biaya waktu menganggur,

atau overload, yang mengakibatkan penundaan yang lama dan

menghasilkan layanan yang buruk. Analis harus menentukan jumlah sumber

daya yang dibutuhkan – pos tol, teller bank, agen pendukung, dan line

telepon untuk menyediakan layanan yang memuaskan pada biaya yang

wajar.

Model kepadatan menganalisis pola kepadatan dan menentukan

sumber daya untuk menangani kepadatan tersebut. Model kepadatan

dimulai pada industri telepon, dan banyak teorinya yang masih dipakai saat

ini, yang dikembangkan antara 1909 dan 1917 oleh Agner Kraup Erlang.

2.1.7.1 Sumber daya dan Server

Model kepadatan melibatkan sumber daya permintaan akan

layanan dan server yang memenuhi permintaan tersebut. Pada

dunia telepon, sumber daya yang dimaksud adalah penelpon dan

server adalah sumber daya perusahaan telepon yang menyediakan

nada sambung dan jaringan telepon ke line tujuan. Pada sebuah

bank, pelanggan merupakan sumber daya, dan teller merupakan

server-nya.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

36

Model kepadatan mengasumsikan ada banyak sumber daya

yang meminta pelayanan (R), dan jumlah server yang terbatas (N).

Jumlah sumber daya permintaan secara signifikan lebih besar dari

server yang tersedia, jadi, secara virtual R tidak terbatas. Sebagai

penambahan, dapat diasumsikan bahwa :

• Sumber daya menghasilkan permintaan layanan yang acak ,

tidak bergantung pada yang lain.

• Jumlah rata-rata permintaan layanan per satuan waktu dari

seluruh sumber daya adalah konstan.

• Permintaan layanan datang pada interval yang mengikuti

distribusi Poisson

• Waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan

layanan mengikuti distribusi eksponensial, dan tidak

bergantung pada tingkat kedatangan.

• Layanan dikakukan dengan cara FIFO (yang pertama datang

ialah yang pertama dilayani)

2.1.7.2 Volum Kepadatan dan Intensitas

Volum kepadatan ditentukan oleh jumlah permintaan akan

layanan per satuan waktu dan waktu yang dikonsumsi oleh satu kali

layanan. Untuk lebih mudahnya, dengan tingkat kedatangan sebesar

100 panggilan/jam, dengan masing-masing panggilan menghabiskan

waktu sebanyak 9 menit (0,15 jam), maka volum kepadatan pada 8

jam sehari adalah : 100 * 0,15 * 8 = 120 Call Hours (Ch)

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

37

Unit Erlang mereperesentasikan intensitas kepadatan atau

beban volum kepadatan per satuan waktu. Satu Erlang sama dengan

satu Ch/hour, jadi beban kepadatan pada contoh yang diajukan

sebelumnya adalah 120/8 = 15 E. Erlang juga dapat didefinisikan

sebagai : satu line telepon melayani kepadatan untuk satu jam dari

satu kepadatan Erlang.

2.1.7.3 Tingkat Kedatangan Pada Call center

Suatu pendekatan naïf untuk menentukan jumlah agen yang

dibutuhkan pada sebuah call center adalah dengan membagi jumlah

panggilan yang diharapkan dalam satu jam dengan lama panggilan

tersebut. Sebagai contoh, 100 panggilan/jam, dan masing-masing

panggilan membutuhkan waktu 15 menit untuk melakukan

pelayanan, maka masing-masing agen dapat melayani 4 panggilan

per-jam. Oleh karena itu, 25 agen dan 25 line telepon dibutuhkan

untuk mengantisipasi beban panggilan yang masuk.

Kekurangan dari pemikiran ini adalah bahwa permintaan

tidak datang pada waktu yang teratur. Seperti pelanggan pada bank,

panggilan telepon datang pada waktu yang acak dan tidak

bergantung pada satu sama lain. Rata-rata kedatangan pada contoh

di atas adalah 15 menit, tapi waktu kedatangan aktual berdistribusi

secara acak : beberapa panggilan akan datang pada waktu yang

bersamaan, sedangkan panggilan lainnya akan datang pada saat

ada panggilan yang sedang dilayani, dan pada waktu tertentu tidak

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

38

ada satu panggilan pun yang datang. Probabilitas dari tingkat

kedatangan ini di perkirakan dengan proses Poisson :

Dimana ּג adalah rata-rata tingkat kedatangan dan X adalah waktu

kedatangan.

Distribusi probabilitas Poisson sama seperti distribusi

normal, distribusi berbentuk-bel A melengkung ke kanan, dengna

puncak sebelum rata-rata waktu kedatangan. Ini berarti panggilan

yang lebih banyak datang selama periode dimana waktu layanan

lebih pendek dari lama waktu rata-rata layanan, dan sedikit layanan

menghabiskan waktu yang lebih lama dari rata-rata waktu

kedatangan.

Gambar 2.10 Grafik Distribusi Probabilitas Poisson

Sumber : EasyErlang (2008)

Durasi layanan juga tidak diseragamkan. Lama waktu

panggilan didistribusikan secara eksponensial dan seperti gambar

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

39

dibawah, sebagian besar panggilan menghabiskan waktu lebih

pendek dari panggilan rata-rata, tetapi beberapa lebih lama dari

rata-rata.

Gambar 2.11 Grafik Distribusi Probabilitas Eksponensial

Sumber : EasyErlang (2008) Sekali kapasitas line telepon terisi dan seleuruh server

sibuk, ada probabilitas yang serupa dari pengakhiran panggilan dan

pemulaian panggilan baru, yang mencapai Equilibrium Stokastik –

teori statistik yang menjadi dasar model kepadatan.

2.1.7.4 Model Erlang B

Erlang B adalah sebuah model “kehilangan panggilan yang

ter-blok”, yang mana, ketika server sedang tidak tersedia, pelanggan

yang melakukan panggilan menutup telepon dan mengulangi

panggilannya hingga server akhirnya dapat menjawab panggilan.

Erlang B mengkalkulasikan probabilitas telepon ter-blok

(probabilitas kehilangan) untuk suatu kecenderungan beban

kepadatan dan jumlah server. PB(N,A) adalah probabilitas seorang

penelpon akan menerima sinyal sibuk dengan beban kepadatan A

Erlang dan N line telepon.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

40

Mengkalkulasikan probabilitas penolakan dilakukan dengan

menggunakan Tabel Erlang B. Tabel 2.1 menunjukkan beban

kepadatan dimana 15 samapi 25 server dapat men-support

probabilitas kehilangan sebesar 1%, 2%, 5% dan 10%. Sebagai

contoh, jika beban antisipasi adalah 15 Erlang, dan probabilitas

penolakan sebesar 2% atau lebih kecil, jumlah line telepon (dan

agen) yang mendukung adalah sebanyak 23.

2.1 Tabel Parsial Erlang B I

Sumber : EasyErlang (2008)

Tabel Erlang B juga tersedia pada pengaturan yang

berbeda, dengan memberikan probabilitas penolakan untuk beban

kepadatan yang berbeda dan kombinasi server. Sebagai contoh,

gunakan Tabel 2.2, dapat ditentukan dari kecenderungan beban 15

Erlang, 20 staf akan menyediakan pelayanan dengan probabilitas

penolakan sebesar 0.0456 atau lebih rendah dari 5%.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

41

2.2 Tabel Parsial Erlang B II

Sumber : EasyErlang (2008)

2.1.7.5 Model Erlang C

Berbeda dengan model Erlang B, dimana layanan yang ditolak

mengakibatkan kehilangan, pada model Erlang C, panggilan yang tidak

dapat dipenuhi (dijawab) akan ditunda samapi server tersedia. Model ini

menentukan probabilitas PC(N,A) dimana permintaan akan menunggu untuk

dilayani jika N agen didelgasikan untuk menangani kepadatan sebesar A

Erlang :

2.1.7.6 Matriks Call center

- Beban panggilan

Volum dan intensitas dari permintaan yang datang

merupakan parameter kunci yang menentukan kebutuhan sumber

daya call center. Beban panggilan diukur dengan unit Erlang, yang

telah dijelaskan sebelumnya.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

42

- Peak Hour Traffic (PHT), Busy Hour Traffic (BHT)

Peak hour adalah periode 1 jam tersibuk dalam 1 hari,

ketika panggilan datang lebih banyak tertunda atau tertolak atau

hilang.

- Average Handling Time (AHT)

Average handling time (AHT) mendefinisikan berapa lama

seorang agen sibuk melayani untuk satu pelanggan. AHT adalah

waktu untuk berbicara dditambah dengan wrap up time (aktivitas

tambahan untuk melengkapi layanan dan persiapan untuk melayani

panggilan berikutnya).

- Average Speed of Answer (ASA)

Average speed of answer (ASA) biasanya menggunakan

matriks call center yang mendefinisikan rata-rata waktu yang

diperlukan untuk menjawab telepon. Pada umumnya, rata-rata

dapat diterima untuk mengestimasi dan menlakukan pen-trend-an,

tetapi seperti yang telah kita pelajari, rata-rata tidak dapat

menjelaskan pola kepadatan dengan akurat karena distribusi alami

dari tingkat kedatangnan dan durasi yang telah dijelaskan

sebelumnya, dan banyak penelpon yang akan mengalami

penundaan yang lebih lama dari biasanya. Sebagai contoh, 12 staf

melayani 80 panggilan/jam dengan AHT selama 7 menit dapat

meciptakan rata-rata kecepatan menjawab telepon dalam 50 detik.

Bagaimanapun, seperti yang akan kita lihat selanjutnya, rata-rata ini

hanya dapat menggambarkan 78% panggilan, 22% panggilan akan

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

43

mengalami penundaan yang lebih lama, dan sisanya akan tidak

terlayani.

- Grade of Service (GoS)

Sebagai ganti menargetkan kecepatan menjawab untuk

menggambarkan suatu mutu, metode yang lebih sesuai dan tepat

adalah dengan menentukan grade of service yang diinginkan, yang

merupakan prosentase panggilan yang akan dijawab selama

beberapa waktu. Contohnya, target Gos adalah 80% panggilan akan

terjawab selama 20 detik, sedangkan 20% sisanya akan berakhir

dengan menunggu, penundaan tidak akan lebih lama dari 2 menit.

Model ini harus membangun level staf dan line telepon yang

diperlukan untuk mensukseskan GoS tersebut

- Telephone Lines

Perhitungan akan line telepon yang dibutuhkan adalah

berdasarkan model Erlang B. Target probabilitas penolakan

bergantung pada model layanan yang dipakai pada suatu call center.

Jika sebuah call center didisain untuk sebuah model “loss”, dimana

panggilan – panggilan yang tidak dapat terlayani akan dihubungkan

dengan layanan voice-mail atau diberikan sinyal sibuk, gunakan

Tabel Erlang B untuk mencari tahu jumlah line telepon yang harus

disediakan untuk mencapai target tingkat layanan.

- Staffing

Pada model Erlang C, panggilan akan selalu dianggap

mengantri, langkah pertama untuk menentukan jumlah staf ialah

dengan membangun target tingkat layanan (GoS). Menghitung

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

44

banyak staf untuk mensukseskan target merupakan proses yang

berulang dan sangat sesuai jika menggunakan program software

Erlang C. Gambar 2.12 menunjukkan output dari Kalkulator Erlang C.

GoS ditentukan sebesar 80% panggilan akan terjawab dalam 60

detik. Waktu menunggu maksimum yang disetujui adalah 120 detik,

setelah itu diasumsikan penelpon akan keluar dari antrian. Volum

telepon yang diharapkan adalah 100 panggilan/jam, dan AHT

sebesar 540 detik.

Gambar 2.12 Hasil Pengolahan Software EasyErlang

Sumber : EasyErlang (2008)

Dengan menggunakan formula Erlang C, software ini

menghitung GoS untuk 10 line telepon berbeda dan kombinasi staf

yang ditunjukkan pada baris 10 bahwa staf minimum yang dapat

memenuhi GoS yang ditentukan adalah sebanyak 19 staf. Staf ini,

dilengkapi dengan 29 line telepon, yang akan dapat menjawab 86%

panggilan dalam 60 detik, dengan rata-rata kecepatan menjawab

selama 33 detik. Mengingat staf adalah sumber daya yang mahal,

sedikitnya penurunan GoS dapat dilakukan dengan staf berjumlah

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

45

18, yang kan menjawab 76% panggilan dalam 60 detik, tapi akan

menghasilkan ASA selama 65 detik.

Sebagai penambahan, kalkulator Erlang menunjukkan

parameter berikut :

• % Abandoned – prosentase penelpon yang diperkirakan

mengakhiri panggilan ketika menunggu dalam antrian. Jumlah

ini dikalkulasikan berdasarkan waktu antrian.

• Queue Time – Rata-rata waktu menunggu penelpon untuk

dilayani.

• % Queued – Prosentase panggilan yang tidak terjawab sesuai

target ASA dan masuk ke antrian.

• Queue Depth – Rata-rata jumlahh panggilan yang menunggu di

antrian

• Utilization – Prosentase agen sibuk melayani panggilan

Jika software Erlang tidak tersedia, untuk hasil yang sama,

walaupun tidak terperinci, data dihitung dengan Tabel Erlang C yang

ditunjukkan pada Tabel 2.3 :

Tabel 2.3 Parsial Erlang C

Sumber : EasyErlang (2008)

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

46

Akan digunakan target GoS 80% panggilan terjawab dalam

60 detik, waktu tunggu maksimal adalah selama 120 detik, dan

intensitas kepadatan 15 Erlang.

1. Hitung Queue Factor (QF), dimana waktu maksimum suatu

panggilan akan dihabiskan di dalam antrian dan masih

memenuhi waktu tunggu maksimum:

QF = MaxWait / AHT

QF = 120 / 540 = 0.222

2. Lokasikan beban kepadatan di Tabel untuk 15 Erlang.

3. Lokasikan baris yang memiliki QF yang sama atau lebih tinggi

untuk menemukan jumlah staf. QF lebih tinggi yang terdekat

adalah 0.25. Lihatlah di baris tersebut, staf yang dibutuhkan

adalah sebanyak 19.

4. Gunakan QF (0.25) dan prosentase panggilan yang mengantri

(Q), dimana di kasus ini adalah 0.244, untuk menghitung ASA :

ASA = AHT * Q * QF

ASA = 540 * 0.244 * 0.25 = 33 detik

2.1.7.7 Kelemahan Model Erlang 

Model Erlang C standar mengasumsikan kemampuan

tertentu dan tingkah laku yang tidak selalu ditemui di dunia nyata.

Sebagai contoh, model ini mengasumsikan penelpon akan

menunggu selamanya sampai terjawab oleh agen. Pada

kenyataannya, bagaimanapun, beberapa penelpon akan menutup

teleponnya sesegera mereka diminta menunggu, dan yang lainnya

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

47

akan menutup telepon setelah menunggu di antrian untuk beberapa

waktu. Beberapa penelpon akan menelpon kembali, berharap akan

dapat langsung terjawab agen. Pola tingkah laku manusia ini akan

mengubah statistik aktual panggilan dan kinerja call center

keseluruhan.

Model standar ini juga mengasumsikan call center memiliki

kapasitas antrian tak terbatas. Pada kenyataannya, sumber daya

antrian call center terbatas dan ketika sistem kelebihan beban,

melampaui kapasitas antrian, penelpon akan menerima sinyal sibuk

atau tersambung denan layanan voice-mail. Sistem Automatic Call

Distribution (ACD) dapat menggunakan berbagai strategi untuk

memperkecil probabilitas untuk kejadian semacam ini dengan

mengalirkan panggilan ke kelompok agen lain atau

mengimplementasikan penundaan dering.

Pertimbangan lain yang memiliki dampak penting adalah

manajemen aliran panggilan call center dan kemampuan pemecahan

masalahnya. Menggunakan sebuah strategi pemberangkatan dimana

pegawai mencatat panggilan yang masuk dan analis masalah akan

memperbaikinya, mengubah berbagai asumsi yang diciptakan oleh

model Erlang. Pendekatan ini memperpendek durasi panggilan yang

masuk dan distribusinya, dan pada saat yang sama menghasilkan

jumlah panggilan keluar yang signifikan.

Model Erlang menganggap seluruh server sebagai bukan-

manusia. Erlang mengasumsikan bahwa server akan selalu tersedia

dan bekerja pada kapasitas maksimum. Walaupun ini sesuai untuk

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

48

line telepon, sebuah model call center yang dapat dipercaya harus

mengantisipasi waktu untuk berlibur, waktu sakit, atau trainning,

rapat dan aktivitas lainnya, yang dapat mengakibatkan utilisasi

menurun hingga 15%.

Berbagai macam adaptasi dari metode standar Erlang

tercipta menghitung hal tersebut, terutama untuk metode antrian

yang tak terbatas. Namun, karena kompleksitas subjek dan

kurangnya basis teori dan praktik, versi tersebut harus digunakan

dengan hati-hati.

Pada call center yang besar, dimana kesalahan perkiraan

dapat menghasilkan suatu jumlah, simulasi dapat menjadi metode

analisis pengganti atau pelangkap yang baik.

2.1.7.8 Alternatif Model Erlang

Pendekatan yang paling umum untuk menghitung sumber

daya di call center adalah berdasarkan model Erlang. Model ini

adalah alat yang paling berguna untuk mengkalkulasi staf dan line

telepon yang dibutuhkan dan meramalkan matriks kinerja layanan

untuk tingkat staf yang berbeda. Model Erlang memiliki beberapa

kelemahan, tetapi biasanya tepat dan akurat. Namun, beberapa

perencana call center mendapatkan perhitungan Erlang terlalu sulit

dan beberapa alat manajemen tenaga kerja yang menggunakan

model Erlang merasa rumit dan mahal.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

49

Alat manajemen tenaga kerja yang sederhana dan berbiaya

rendah telah tersedia; bahkan, terdapat alternatif untuk

memperkirakan jumlah staf yang lebih sederhana.

Suatu perarturan mengatakan bahwa staf call center

meningkat dengan mengakarkan beban panggilan yang meningkat :

Contoh :

Kepadatan dari 100 panggilan/jam dengan rata-rata waktu

penanganan 5 menit menghasilkan beban panggilan R

sebesar 8.33 Erlang (R = 100*5/60=8.33)

Dapat dibulatkan, kepadatan ini membutuhkan 12 agen. Pendekatan

ini bekerja dengan baik untuk berbagai ukuran call center. Namun,

pendekatan ini mengabaikan kedatangan panggilan yang acak, ini

hanya sekedar perkiraan dan biasanya dapat diterapkan jika pola

panggilan seragam dan ketentuan service level tidak terlalu tinggi.

Dengan menambahkan variabel a dapat menyesuaikan hasil kepada

karakteristik dan kebutuhan dari masing-masing call center.

Gunakan a untuk meningkatkan staf call center dengan service

level yang tinggi, atau untuk mengurangi jumlah staf jika service

level rendah.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

50

Metode ini berguna untuk menentukan jumlah staf secara

cepat, tapi tidak menyediakan informasi service level, jumlah telepon

yang tak dapat terlayani, utilisasi, dan indikator kinerja lainnya.

Untuk itu, alat seperti EasyErlang masih dibutuhkan.

2.1.8 Call center

Simatupang (2008) mengemukakan bahwa kesadaran perusahaan

akan pentingnya call center semakin meningkat seiring dengan kompetisi

yang semakin sengit. Call center kini bahkan sudah dianggap keharusan

sebagai jembatan yang menghubungkan perusahaan dan pelanggan.

Layanan yang diberikan pun mengalami evolusi. Jika sebelumnya hanya

dimanfaatkan untuk menampung informasi dan keluhan, sekarang call

center juga dimanfaatkan untuk aktivitas selling.

Chan (2007,p32) mendeskripsikan call center sebagai fasilitas

pelayanan pelanggan yang termasuk operasi fisik atau virtual dimana ada

sekelompok orang yang menghabiskan waktunya untuk pelanggan melalui

telepon.

Call center merupakan sarana suatu perusahaan untuk menerima

dan meneruskan sejumlah permintaan lewat telepon. Biasanya, sebuah call

center memiliki kemampuan untuk menangani beberapa panggilan dalam

satu waktu dan meneruskannya kepada seseorang yang dinilai pantas

menanganinya. Kebanyakan perusahaan menggunakan call center sebagai

sarana berkomunikasi dengan pelanggannya. tak jarang juga banyak

perusahaan yang memanfaatkan call center untuk kebutuhan internal,

seperti help desk dan sales support.

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

51

Tujuan dari dibuatnya call center oleh perusahaan adalah untuk

melayani pelanggan, mengatasi panggilan pelanggan, untuk melayani dan

sebagai sarana penjualan kepada pelanggan, untuk menciptakan kesetiaan

pelanggan (loyalitas) terhadap perusahaan, dan untuk menarik pelanggan

baru. Namun tujuan utama dari pembuatan call center ini adalah untuk

memaksimalkan dan menjaga aset terbesar perusahaan—yaitu pelanggan.

Dengan kata lain, call center berguna untuk mempertahankan pelanggan

sehingga perusahaan tidak terjatuh dalam persaingan yang diakibatkan

pelayanan call center yang buruk.

Fitz-enz dan Davison (2002,p322) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa pengukuran umum yang dapat dilakukan pada call center.

Sebagian besar berfokus kepada waktu dan volume dengan data kualitas di

dalamnya. Pengukuran umum selanjutnya adalah kepuasan pelanggan.

Terdapat pula banyak pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur

kinerja agen. Pengukuran – pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Average Time per Call

Biasa dikenal sebagai average handle time (AHT), ini adalah

pengukuran agen yang paling umum. Sisitem yang terotomatisasi

menghitung jumlah menit yang dihabiskan per-agen kemudian

menghitung rata-ratanya. Biasanya operator – operator call center

menentukan waktu optimum untuk menghindari ketidakefisienan.

2. Number of Call Handled per Shift

Ini adalah pengukuran produktivitas. Dihitung dengan

menjumlahkan seluruh panggilan yang dijawab agen. Ini adalah poin

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

52

dasar untuk melakukan ukuran-ukuran lainnya, seperti rata-rata waktu

per telepon dan beban tertinggi dalam 1 shift.

3. Agent Active Time

Suatu sistem survey telepon merekam setiap saat agen online

ataupun offline. Karena terkadang, agen membutuhkan waktu pribadi

untuk situasi personal yang mana mengharuskan mereka untuk offline

sementara. Jika waktu aktif agen kurang dari batas yang ditoleransikan,

maka manajemen harus mengambil tindakan. Sistem ini dapat

memonitor waktu aktif agen agar dapat mengetahui seberapa sibuk si

agen atau seberapa sulit telepon yang dijawab.

4. Agent Behaviour

Sebagian besar dari kita pasti pernah mendengar bahwa telepon

– telepon yang dilakukan agen dimonitor/direkam untuk tujuan pelatihan

dan menilai kualitas. Sebenarnya, tujuannya bukanlah hanya untuk

menangkap basah agen yang melakukan kesalahan tetapi juga sebagai

bukti untuk melindungi agen jika ada pelanggan yang mengajukan

keluhan dengan menyerang agen atau perusahaan.

5. Quality

Ada yang disebut sebagai remote agent yang memonitor seluruh

data audio maupun video setiap telepon. Ini adalah sebuah Quality

Assurance (QA) staf untuk mengontrol tidak hanya yang diucapkan agen

tetapi juga seluruh percakapan dan aktivitas agen.

6. Holding Time

Incoming calls (panggilan yang masuk) dihitung dengan jam dan

me-review berapa lama pelanggan harus menunggu sebelum agen dapat

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

53

menjawab telepon. Kepuasan pelanggan adalah alasan dari

penghitungan ini.

7. Abandonment Rate

Ketika penelpon lelah menunggu, biasanya mereka memutuskan

telepon. Dalam beberapa situasi ketika melayani pelanggan, ada

hubungan langsung antara abandonment rate dengan kehilangan

pelanggan. Pelanggan yang kecewa akan memberi tahu teman-

temannya, dan dalam sekejap orang-orang akan mendengar tentang

pelayanan buruk yang diberikan perusahaan. Dalam persaingan yang

ketat, pelanggan – pelanggan yang membatalkan panggilan teleponnya,

akan berpaling ke kompetitor.

8. Staf Loading Costs

Beberapa pengukuran ini membantu manajer untuk menetapkan

jadwal kerja. Manajer akan menyeimbangkan jadwal kerja staf sehingga

didapatkan jumlah staf yang optimum di setiap shift. Jika manajer tidak

dapat menetapkan jumlah agen yang dibutuhkan per shift untuk

menjaga kepuasan pelanggan, beban operasi akan dapat dihilangkan

dan diganti dengan pembayaran insentif yang memuaskan. Tetapi,

jumlah abandonment call akan melewati batas toleransi

9. Queue Size

Sebuah operator harus mengetahui berapa banyak antrian

penelpon yang menunggu untuk dilayani. Semakin lama telepon

dijawab, maka akan semakin banyak uang yang hilang.

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

54

10. The Effect of Service

Dalam dunia internet, semua orang saling terhubung. Pelanggan

yang tidak terpuaskan akan mencurahkan ketidakpuasan mereka ke

dalam halaman internet, jika seseorang melakukan ini kemudian

mengirimkannya kepada 20 orang. Lalu kemudian 20 orang tersebut

masing-masing mengirimkan kembali ke 20 orang lainnya. Dan begitu

seterusnya, maka keburukan pelayanan perusahaan akan tersebar

kemana-mana. Moral yang didapat dari penghitungan matematika ini

adalah bahwa pelayanan yang baik adalah sesuatu yang sangat

signifikan.

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Dalam jurnal yang ditulis oleh Yen(1989), mengenai cara untuk

mengalokasi bottleneck dalam suatu sistem komputer, dikemukakan

pendapat – pendapat sebagai berikut :

• Untuk mengatasi sumber daya yang berkapasitas kecil dan menghasilkan

waktu yang lama untuk bekerja, maka untuk solusinya dapat melakukan

penentuan terhadap sumber daya yang menjadi bottleneck dan

menentukan alternatif untuk meningkatkan waktu respon. Penentuan

bottleneck ini dilakukan dengan menghitung utilisasi dari sumber daya –

sumber daya yang ada. Hal yang pertama harus dilakukan adalah

menghitung beban kerja lalu menghitung utilisasinya.

• Untuk mengatasi penundaan yang terjadi serta agar memnuhi SLA

(Service Level of Agreement) perlu dilakukan peningkatan kapasitas

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

55

denan cara meng-upgrade kapasitas dari sumber daya yang ada atau

dalam hal ini CPU sistem komputer.

Sedangkan berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Reynolds (2004)

tentang cara mengkalkulasi staf call center ialah dengan cara menentukan

beban kerja staf setiap jam atau setiap setengah jamnya per hari. Caranya

ialah dengan mengalikan jumlah rata-rata permintaan (panggilan) dengan

AHT (Average Handle Time) yang terdiri atas waktu aktual percakapan dan

wrap-up time, yaitu waktu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas

setelah percakapan seperti misalnya memasukkan data ke dalam komputer.

Ada beberapa model kepadatan telepon yang tersedia dan sesuai dengan

dunia incoming call center. Kebanyakan call center menggunakan model

yang disebut Erlang C yang menghitung bermacam beban kerja serta antrian

yang terjadi dengan mempertimbangkan service level yang ditentukan.

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

56

2.2 Rerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya dan

kemudian dihubungkan dengan langkah-langkah penyelesaian yang direncanakan, maka

dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.13 Rerangka Pemikiran

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00308-MN bab 2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Manajemen

57

2.2.1 Penjelasan Rerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan akibat adanya keluhan pelanggan akan

layanan call center Taksi Express. Keluhan ini terjadi akibat kapasitas proses

layanan yang terbatas serta jumlah permintaan yang tinggi, sehingga

menyebabkan kinerja call center Taksi Express kurang produktif. Oleh

karena itu perlu dilakukan analisis kapasitas proses untuk mengetahui

apakah peningkatan kapasitas perlu dilakukan, jika ya, maka seberapa

banyak peningkatan tersebut dilakukan.

Langkah pertama untuk melakukan analisis kapasitas adalah dengan

melakukan pengukuran kerja pada setiap aktivitas subsistem dan kemudian

mengumpulkan data permintaan yang datang setiap harinya dari

perusahaan. Langkah selanjutnya adalah dengan mengukur utilitas dan

implied utilization tiap subsistem untuk mengetahui apakah kapasitas

sumber daya yang ada telah dapat memenuhi permintaan aktual. Setelah itu

baru dapat diindikasikan subsistem mana yang menjadi bottleneck dalam

sistem. Untuk dapat melancarkan proses permintaan pelanggan, subsistem

yang menjadi bottleneck haruslah dihilangkan dengan meningkatkan

kapasitasnya.

Setelah itu baru dapat dilakukan desain ulang kapasitas proses

layanan, yang tentunya akan meningkatkan kinerja call center menjadi lebih

efektif dan efisien dan berujung pada kepuasan pelanggan serta

meningkatnya pendapatan perusahaan.