Upload
nguyencong
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Depkes, 2008).
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya
sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari
keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga
inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari
keluarga (Setiadi, 2008).
Pengertian asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan / dipusatkan
pada keluarga sebagai unit / kesatuan yang dirawat dengan sehat
sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau penyalur.
9
2. Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak baik karena kelahiran (naturl) maupun
adopsi.
b. Keluarga asal (Family of Origin), merupakan satu unit keluarga
tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah
keluarga yang lain, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
d. Keluarga berantai (Social Family), adalah keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda / janda (Single Family), adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (Composite Family), adalah keluarga dari
perkawinan poligami dan hidup bersama.
10
g. Keluarga kohabitasi (Cohabitation Family), adalah dua orang
menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau
tidak.
h. Keluarga inses (Incest Family), adalah seiring dengan masuknya
nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat,
dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, adalah keluarga yang
dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional
diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak
diikat oleh perkawinan.
3. Tugas Keluarga
a. Menurut Setiadi (2008) ada lima tugas keluarga dalam bidang
kesehatan, yaitu sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat
atau usianya yang terlalu muda.
11
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan
baik fasilitas kesehatan yang ada.
b. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut
adalah, sebagai berikut:
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai kedudukan
masing-masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
keluarga.
4. Peran Keluarga
12
a. Peran formal keluarga (Murwani, 2007)
1) Peran parental dan perkawinan
Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami - ayah dan istri – ibu:
a) Peran sebagai provider (penyedia)
b) Peran sebagai pengatur rumah tangga
c) Peran perkawinan anak
d) Peran sosialisasi anak
e) Peran rekreasi
f) Peran persaudaraan kinship (memelihara hubungan
keluarga paternal dan maternal)
g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
h) Peran seksual
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan
perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak
terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan,
menciptakan situasi dimana suami dan istri membentuk suatu
koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan
13
yang memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan
yang vital dari keluarga.
3) Peran informal
a) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat
diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali
perbedaan pendapat.
b) Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan
ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah
atau tujuan-tujuan kelompok.
c) Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian
darai konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan
kesalahan posisi dan mengakui kesalahannya, atau
menawarkan penyelesaian “setengah jalan”.
d) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat
dan mengasuh anggota keluarga lain yang
membutuhkannya.
e) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat
keterikatan / keakraban.
5. Fungsi Keluarga (Murwani, 2007)
14
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Memelihara dan merawat anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk pemenuhan
kebutuhan keluarga
15
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan
datang misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan
sebagainya
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimiklikinya
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya
f. Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.
g. Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif, merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga
16
saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
h. Fungsi religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam
kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah didunia ini.
i. Fungsi rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus
pergi ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-
masing anggota.
6. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah pencegahan
terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
17
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan (Murwani, 2007).
b. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah
kesehatan dalam kelompoknya
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan,
dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai
individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil
keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat
18
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Demam typhoid adalah penyakit menular yang bersifat akut,
yang ditandai dengan bakteremia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan makroabses dan
ulserasi Nodus Peyer di distal ileum (Soegeng, 2002).
Sedangkan menurut Hidayat (2006) thyfus abdominalis adalah
penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella thypi, yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypi.
Demam typhoid adalah suatu penyakit sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang ditandai dengan panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan
struktur endokardial atau endothelial dan invasi bakteri sekaligus
multliplikasi kedalam sel fagosit mononuclear dari hati, limfa, dan
kelenjar usus (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari tujuh
hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
19
2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pancreas, hati dan kandung
empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air pada manusia. Mulut biasanya terletak dikepala
dan umumnya merupakan bagian awal sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan
lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
20
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan
dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham) menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya, ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus (dari
bahasa Yunani: oioca, oerio, “membawa” dan ogeryov, phagus,
“memakan”).
Esophagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Esophagus dibagi menjadi 3 bagian:
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran dari otot rangka dan otot halus)
21
3) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
c. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Kardia
2) Fundus
3) Antrum
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter) yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
22
2) Asam Klorida (HCL)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memperoleh protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
d. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut usus
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula, dan lemak. Otot yang meliputi usus halus meliputi 2 lapisan.
Lapisan luar : terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih
tipis dan lapisan dalam : merupakan serabut sirkuler untuk
membantu gerakan peristaltik. Lapisan sub mukosa terdiri atas
jaringan penyambung, sedangkan mukosa bagian dalam tebal,
banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.
23
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu :duodenum,
jejunum, dan ileum.
1) Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkan
ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenum dan berakhir di ligamentumTreitz.
Usus dua belas jari merupakan organ peritoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum, pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari
usus halus. Makanan masuk ke duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus kosong (jejunum)
24
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa panjang seluruh usus halus antar 2-8 meter, 1-
2 meter adalah bagian dari usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mucus
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologist
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
3) Usus penyerapan (ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki
panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan usus buntu. Ileum memiliki pH antara
7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
25
Dinding usus terdiri atas 4 lapisan dasar : lapisan paling
luar (lapisan serosa), dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum
mempunyai lapisan visceral dan pariental, dan lapisan yang
terletak antara lapisan ini dinamakan rongga peritoneum.
Nama khusus yang telah diberikan pada lipatan-lipatan
peritoneum, antara lain:
a. Mesentium merupakan lipatan peritoneum yang lebar yang
mengandung jejunum dan ileum dari dinding posterior
abdomen dan memungkinkan usus bergerak leluasa.
Mesentrium menyokong pembuluh darah dari limfe yang
mensuplai usus.
b. Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum
yang menggantung dari kurvatura mayor lambung dan
berjalan turun di depan visera abdomen omentum biasanya
mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang
membantu rongga peritoneum (melindungi) dari infeksi.
c. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang
terbentang dari kurvatura minor lambung dan bagian atas
duodenum menuju ke hati. Salah satu fungsi penting
peritoneum adalah mencegah pergerakan antara organ-
organ yang berdekatan dengan mensekresi cairan serosa
sebagai pelumas.
26
3. Etiologi / Predisposisi
27
Etiologi demam typhoid dan demam paratyphoid adalah
salmonella thypi, salmonella parathypi A, salmonella parathypi B,
salmonella parathypi C. salmonella thyposa merupakan gram negatif
yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai
sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu antigen O (Ohne
Hauch) yaitu somatic antigen (tidak menyebar), terdiri dari zat
kompleks lipopolisakarida, antigen H (Hauch / menyebar) terdapat
pada flagella, antigen Vi merupakan polisakarida kapsul varilen.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan
menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut
aglutinin.
Faktor resiko dari thypoid yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan yang kotor akan mengundang berbagai vektor yang
menjadi perantara dari bakteri salmonella dan lingkungan yang
kotor akan memudahkan bakteri ini berkembangbiak dengan baik.
b. Vektor
Binatang-binatang perantara dari salmonella diantaranya adalah
lalat dan kecoa.
c. Kebersihan diri
28
Jika seseorang yang kurang dalam perawatan diri khususnya cuci
tangan akan memudahkan kuman masuk melalui pencernaan.
4. Patofisiologi
Penyakit thypoid disebabkan oleh kuman salmonella thypi,
salmonella parathypi A, salmonella parathypi B, salmonella parathypi
C, yang masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh
asam lambung dan terjadi peningkatan produksi asam lambung yang
menimbulkan perasaan yang tidak enak di perut, mual, muntah,
aneroksia dan mengakibatkan terjadinya iritasi mukosa lambung
sebagian lagi masuk ke dalam usus halus sehingga terjadi infeksi yang
merangsang peristaltik usus sehingga menimbulkan diare atau
konstipasi selain itu kuman mencapai jaringan limfoid plague penyeri
diellium terminalis yang mengalami hipertropi.
Di tempat ini terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi
intestinal dapat terjadi, kuman salmonella kemudian menembus ke
lamina propia, masuk ke aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesentrial, yang juga mengalami hipertropi. Selanjutnya kuman
salmonella thypi ke aliran darah melalui duktus toracikus kuman
salmonella typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus,
salmonella typhi bersarang di plague peyeri, limpa hati, dan bagian-
bagian lain sistem retikuloendotelia.
29
Endotoksi salmonella typhi membantu terjadinya proses
inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi
berkembangbiak, namun pada typhi disebabkan karena salmonella
typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen
oleh leukosit pada jaringan yang meradang dalam perkembangbiakkan
kuman dapat mengakibatkan hipertropi splenomegali terjadi
penekanan pada usus mengakibatkan nyeri (Soegeng, 2002).
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih
ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat
4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat , nafsu makan kurang.
Menyusul manifestasi klinik yang biasa ditemukan ialah :
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu,
bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan
30
demam. Pada minggu ketiga suhu berangsur menurun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi
konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak
berada dalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koena
atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis
pada anak besar.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan demam typoid terdiri atas dua bagian yaitu :
a. Non farmakologi
31
1) Perawatan
Pasien demam typoid perlu dirawat di rumah sakit
untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah
baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari.
Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi
pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi
tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena
kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
2) Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan
protein tinggi. Bahan makanan tidak boleh mengandung
banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
Susu 2 gelas sehari, dan diberikan makanan lunak. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,
32
yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran
dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman.
b. Farmakologi
1) Kloramfenikol
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan
demam lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis
untuk orang dewasa 4x500 mg sehari oral. Dengan
penggunaan kloramfenikol, demam pada demam typoid turun
rata-rata setelah 5 hari.
2) Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam typoid
sama dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada
penggunaan tiamfenikol lebih jarang daripada kloramfenikol.
Dengan tiamfenikol demam pada demam typoid akan turun
sekitar 5-6 hari.
3) Kotrimaksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)
Dosis untuk orang dewasa adalah 2 kali 2 tablet sehari,
digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan kotrimaksazol
demam pada demam typoid akan turun sekitar 5-6 hari.
33
4) Ampicillin dan Amoksillin
Indikasi mutlak penggunaannya adalah pasien demam
typoid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar
antara 75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7
hari bebas demam. Dengan ampicillin dan amoksilin demam
pada demam typoid akan turun sekitar 7-9 hari.
5) Sefalosforin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosforin
generasi ketiga antara lain sefiperazon, seftriakson, dan
cefotaksim. Obat anti mikroba ini sangat efektif untuk demam
typoid, tetapi lama pemberian yang optimal belum diketahui
dengan pasti.
6) Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis
dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan
pasti.
7. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi :
a. Pada usus halus
1) Perdarahan usus
34
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak
terjadi milena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda
ranjatan.
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya
dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak
disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara
di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen
abdomen yang dibuat dalam mengadakan tegak.
3) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang (defense muscular) dan
nyeri tekan.
b. Di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
(bakterimia), yaitu meningitis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi
karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia.
35
8. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian keluarga
Friedman membagi proses pengkajian keperawatan
keluarga ke dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan
riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluarga dan koping keluarga.
b. Riwayat keluarga
Typoid bisa disebabkan karena adanya riwayat keluarga
yang pernah menderita penyakit typoid. Mengingat penularan
salmonella typhi salah satunya adalah pasien dengan carier orang
yang sembuh dari demam typoid dan terus mengekspres salmonella
typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.
c. Karakteristik lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab
terjadinya typoid, yaitu lingkungan yang kotor akan berisiko tinggi
untuk terkena penyakit typoid.µµµ
d. Fungsi perawatan kesehatan
36
Pada keluarga yang pernah menderita typoid perawatan
kesehatan perlu dilakukan seperti mengatur diitnya yaitu jangan
makan yang keras-keras, padat, dan asam. Pada keluarga jika sakit
dapat periksa ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Seringkali meningkat tetapi kembali normal setelah
sembuhnya demam typoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan pembatasan pengobatan.
b. Pemeriksaan leukosit
Pada demam typoid terdapat Leukopenia dan Limfositosis
relatif, tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada dalam batas normal, malahan kadang-
kadang terjadi leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder.
Leukositosis : peningkatan jumlah leukosit
Leukopenia : penurunan jumlah leukosit
Nilai normal leukosit:
Dewasa : 4500-10000 µL
37
Anak usia 2 tahun : 6000-17000 µL
Bayi baru lahir : 9000-30000 µ L
c. Biakan darah
Biakan darah positif mematikan demam typoid tetapi
biakan darah negatif tidak menunjukkan demam typoid. Hal ini
disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa
faktor:
1) Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium satu dengan yang nlain
berbeda. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan teknik dan
media biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang
berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman
/ ml darah (dewasa 5-10 ml, anak 2-5 ml) dan darah tersebut
harus segera ditanam dalam media biakan sewaktu berada
disisi pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu
pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada
waktu bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Pada demam typoid biakan darah terhadap salmonella
typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan
38
berkurang pada minggu-minggu berikutnya, pada waktu
kambuh biakan dapat positif lagi.
3) Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibodi dalam
darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteremia, hingga
biakan darah mungkin negatif.
4) Pengobatan dengan obat antimikrobia
Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat
anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
5) Kepekaan salmonella typhi terhadap obat antimikrobia
Penelitian di laboratorium kesehatan perum bio farma
menunjukkan bahwa selama 1984-1990 salmonella typhi dan
salmonella paratyphi A masih 100% sensitif terhadap
kloramfenikol 83,3%-100% sensitif terhadap ampisilin dan
97%-100% sensitif terhadap kotrimaksasol.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antar antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella
terdapat dalam serum pasien demam typoid, juga pada orang yang
39
pernah tertular salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi
terhadap demam typoid, maksud uji widal tersebut adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka
menderita typoid. Akibat infeksi salmonella typhi pasien membuat
antibodi (aglutinin), yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsang antigen O (berasal
dari tubuh kuman)
2) Aglutinin H, karena rangsang dari antigen H (berasal dari
flagella kuman)
3) Aglutinin Vi, karena rangsangan dari antigen Vi (berasal dari
simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin
besar kemungkinan pasien menderita demam typoid. Pada infeksi
yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang
yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari (Ngastiyah, 2005).
Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam typoid yang
mempunyai gejala hampir sama, hanya bedanya demam biasa tidak
terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat pada paratyphoid
A,B,C untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan
darah seperti pasien typoid.
40
Interpretasi uji widal
Tidak ada consensus baku mengenai tingginya titer uji
widal yang mempunyai nilai diagnostik yang pasti untuk demam
typoid. Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi
biakan darah negative tidak menyingkirkan demam typoid.
Peningkatan titer uji widal selama 2 sampai 3 minggu, memastikan
diagnosis demam typoid. Reaksi widal tunggal dengan titer
antibodi O 1/320 atau titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis
demam typoid pada pasien dengan gambaran klinis yang sama.
41
42
10. Pathways Keperawatan
air dan Makanan yang mengandung kuman salmonella typhi
mulut
Saluran pencernaan
usus limfoid plague payeri di ileum terminalis
proses infeksi perdarahan dan perforasi intestinal
merangsang peristaltik usus lamina propia
perasaan tidak enak di perut, mual, muntah, anoreksia diare kuman masuk aliran limfe mesentrial
intake tidak adekuat diit rendah serat menuju limfe dan hati
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan penurunan absorbs pada usus kuman berkembang biak
konstipasi peradangan usus
keterbatasan aktifitas kelemahan fisik jaringan tubuh nyeri tekan
tirah baring lama peradangan gangguan rasa nyaman nyeri
intoleransi aktifitas proses termoregulasi tubuh
demam hipermetabolisme
peningkatan suhu tubuh output berlebihan
devisit volume cairan
43
11. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan absorbsi nutrient, status hipermetabolik, secara medik
masukan dibatasi, takut makan dapat menyebabkan diare ditandai
dengan penurunan berat badan, penurunan lemak, subkutan / massa
otot, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, konjungtiva dan
membrane mukosa pucat.
b. Hipertermi b/d peningkatan tingkat metabolisme, penyakit,
dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh yang lebih tinggi dari jangkauan normal,
kulit kemerahan, hangat waktu disentuh, peningkatan pernapasan,
takhikardi.
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d hiperperistaltik, diare lama,
iritasi kulit / jaringan, ekskoriasi fisura parirektal, fistula ditandai
dengan laporan nyeri abdomen kolik / kram / nyeri menyebar,
perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah, perhatian diri sendiri.
12. Fokus Intervensi dan Rasional
a. Diagnosa keperawatan 1
44
Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan absorbsi nutrient, status hipermetabolik, secara medik
masukan dibatasi, takut makan dapat menyebabkan diare ditandai
dengan penurunan berat badan, penurunan lemak, subkutan / massa
otot, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, konjungtiva dan
membrane mukosa pucat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet /
keefektifan terapi.
2) Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase sakit
akut.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional : Menenangkan peristaltik, dan meningkatkan rasa
makanan.
45
4) Berikan kebersihan oral.
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan
stress dan lebih kondusif untuk makan.
6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,
flatus.
Rasional : Mencegah serangan akut / eksaserbasi gejala.
7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : Memberikan rasa kontrol pada pasien dan
kesempatan untuk memilih makanan yang
diinginkan / dinikmati, dapat meningkatkan
masukan.
8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai
makan diet.
Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan
46
oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi
gejala.
9) Pertahankan puasa sesuai indikasi.
Rasional : Istirahat menurunkan peristaltik usus dan diare
dimana menyebabkan malabsorbsi / kehilangan
nutrient.
10) Kolaborasi nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
Rasional : Program ini mengistirahatkan saluran GI
sementara memberikan nutrisi penuh.
b. Diagnosa keperawatan 2
Hipertermi b/d peningkatan tingkat metabolisme, penyakit,
dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh yang lebih tinggi dari jangkauan normal,
kulit kemerahan, hangat waktu disentuh, peningkatan pernapasan,
takhikardi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu
tubuh dalam batas normal.
Intervensi :
47
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan mengigil.
Rasional : Suhu 38,9 – 41,1 C menunjukkan proses
penyakit infeksi akut. Pola demam dapat membantu dalam
diagnosis, missal kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24
jam menunjukkan pneumonia pnemokokal, demam scarlet atau
typoid.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi / tambah linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
Rasional : Suhu lingkungan / jumlah selimut harus diubah
untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan
alkohol atau air es mungkin menyebabkan peningkatan suhu
secara aktual, selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4) Kolaborasi pemberian antipiuretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam untuk aksi
sentralnya pada hipotalamus. Meskipun demam
mungkin dapat berguna dalam membatasi
48
pertumbuhan organisme, dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
5) Berikan selimut dingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam umumnya
lebih besar dari 39,5 – 40 C pada waktu terjadi kerusakan /
gangguan pada otak.
c. Diagnosa keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d hiperperistaltik, diare lama,
iritasi kulit / jaringan, ekskoriasi fisura parirektal, fistula ditandai
dengan laporan nyeri abdomen kolik / kram / nyeri menyebar,
perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah, perhatian diri sendiri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa
nyaman terpenuhi.
Intervensi :
1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada
meminta analgetik.
2) Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,
intensitas (skala 0-10). Selidiki dan laporan perubahan
karakteristik nyeri.
49
Rasional : Nyeri kolik hilang timbul pada penyakit crohn.
Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU
dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus-
menerus, perubahan pada karakteristik nyeri
dapat menunjukkan penyebaran penyakit /
terjadinya komplikasi.
3) Catat petunjuk non verbal, gelisah, menolak untuk bergerak,
berhati-hati dengan abdomen, menarik diri, dan depresi.
Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : Bahasa tubuh / petunjuk non verbal dapat secara
psikologis dan fisilogis dan dapat digunakan pada
hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi
luas / beratnya masalah.
4) Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau
menghilangkan nyeri.
Rasional : Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus dan
faktor pemberat seperti stress, tidak toleran
terhadap makanan atau mengidentifikasi
terjadinya komplikasi.
5) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misalnya
lutut fleksi.
50
Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa kontrol.
6) Berikan tindakan nyaman (missal : pijatan punggung, ubah
posisi) dan aktivitas senggang.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.
7) Bersihkan area rectal dengan sabun ringan dan air / lap setelah
defekasi dan memberikan perawatan kulit, misalnya salep, jel /
jeli minyak.
Rasional : Supaya tidak terjadi lecet pada area rectal dan
membuat klien nyaman.