49
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan kesehatan derajat komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh apabila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai factor penyebab dapat menggigit tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi sistem komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Membangun Indonesia sehat zeharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga. Di dalam keluarga terdapat beranekaragam kepercayaan Budaya. kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain- 1

Bab II Keluarga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II Keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan kesehatan derajat komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta

komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga

dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh

sebuah keluarga dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan mempengaruhi

komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh apabila ada seorang

anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai factor

penyebab dapat menggigit tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi sistem

komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Membangun Indonesia sehat zeharusnya

dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.

Di dalam keluarga terdapat beranekaragam kepercayaan Budaya. kebudayaan

yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam

pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,

misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan

lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan

kehidupan bermasyarakat.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mempelajari keluarga Indonesia dalam konteks ragam

budaya

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengertian keluarga

b. Memahami peran keluarga

c. Memahhami tugas keluarga

d. Memahami fungsi keluarga

e. Mempelajari keluarga betawi

1

Page 2: Bab II Keluarga

f. Mempelajari keluarga sunda

g. Mempelajari keluarga jawa tengah

h. Mempelajari keluarga jawa timur

i. Mempelajari keluarga lampung

j. Mempelajari keluarga bengkulu

k. Mempelajari keluarga minangkabau

2

Page 3: Bab II Keluarga

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih

individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup

dalam satu rumah tangga , melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-

masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Menurut Friedman (1998), defenisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang

tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan

pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk

berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual

dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

B. PERANAN KELUARGA

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelondung, dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kel;ompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai

istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,

sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknua, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dan peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

disamping itu ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan. Anak melaksanakan

peranan psiksosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial,

maupun spiritual.3

Page 4: Bab II Keluarga

C. TUGAS KELUARGA

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :

1. Pemeliharaan fisik anggota keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-

masing

4. Soosialisasi antar anggota keluarga

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

D. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi pendidikan, dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan

anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak

2. Fungsi sosialisasi anak, dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi

anggota masyarakat yang baik

3. Fungsi perlindungan, dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga

anggota keluarga merasa terlindung dan aman

4. Fungsi peranan, terlihat dari bagaimana keluarga sucara instuitif meraskan perasaan

dan suasana anak dan anggota keluarga yang lain dalam berkomunikasi dan

berinteraksi antar sesame anggota keluarga, sehingga saling pengertian satu sama lain

dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga

5. Fungsi agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak

dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang

mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia

6. Fungsi ekonomi, dilihat dari bagaimana epala keluarga mencari penghasilan,

mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga

7. Fungsi rekreatif, dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan

dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita dengan pengalaman

masing-masing, dan lainnya.

4

Page 5: Bab II Keluarga

8. Fungsi biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan seperti

generasi selanjutnya

9. Memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman diantara keluarga, serta membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga

E. KELUARGA INDONESIA DALAM KONTEKS RAGAM BUDAYA

1. Keluarga Betawi

a) Nilai-nilai yang dianut keluarga betawi

Keluarga betawi memiliki pandangan “banyak anak banyak rezeki”,

pendidikan agama harus nomor satu, menjadi kebanggaan bagi kaum laki-laki jika

memiliki lebih dari satu, dan anak laki-laki harus lebih pandai dari perempuan.

Keluarga betawi umumnya memiliki anak lebih dari tiga orang, menyekolahkan

anak kesekolah agama, jika meliki uang lebih kaum lelaki umumnya mungkin

akan menikah lagi, dan tidak terlalu memperhatikan perkembangan pendidikan

anak disekolah (yang penting anak pagi berangkat kesekolah dan siang atau sore

pulang kerumah).

Keluarga betawi umunya homogeny, berpendidikan tidak tinggi, dan tidak

meiliki pekerjaan tetap. Walaupun berpandangan pendidikan agama, pendidikan

tersebut tidak tercermin dalam kehidupan mereka sehari-hari, misalnya dalam

menjaga kebersiha diri, kesopanan pergaulan dalam keluarga, disiplin dalam

keluarga, anak tidak dibudayakan untuk mengenal tugas-tugas dalam lingkungan

rumahnya seperti menyapu atau mengepel

b) Bentuk-bentuk ikatan keluarga dan sistem ikatan persaudaraan betawi

Pada keluarga betawi dijumpai keluarga ini (nuclear family), bentuk

keluarga besar (Extended family), dan orang tua tunggal yang dapat ditemukan

pada keluarga dengan kepala keluarga perempuan. Pada bentuk keluarga besar

(extended family), suami mempunyai labih dari satu bahkan ada yang memiliki

istri 5 orang dengan anak rata-rata dari masing-masing istri 3 sampai orang.

Modal utama keluarga betawi adalah keluarga extended family tradisional, yaitu

keluarga dengan satu kepala keluarga dan beberapa generasi dalam satu lokasi

atau keluarga dengan satu suami yang memiliki istri lebih dari satu.

Salah satu karakteristik yang membedakan keluarga betawi dengan kaum

urban adalah satu keluarga dengan beberapa generasi hidup dalam satu atap, ada

5

Page 6: Bab II Keluarga

yang satu dapur, dan ada yang dapurnya terpisah. Kelompok keluarga tersebut

terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, cucu, saudara-saudara, dan

kerabat yang hidup bersama dalam satu rumah. Pola yang lazim adalah erabat

perempuan yang kebih tua atau dewasa bertanggung jawab terhadap pola asuh

anak-anak mereka. Pada keluarga sederhana, bila suami-istri mencari nafkah,

yang akan mengasuh anak-anak mereka adalah kakek-nenek atau kerabat mereka.

Dalam satu rumah dapat dijumpai keluarga yang tinggal lebih dari tiga generasi

jika dalam keluarga tersebut tidak terdapat suami karena mereka bercerai

c) Strategi koping keluarga betawi

Analisis budaya atau kebiasaan keluarga betawi dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya mengacu pada keluarga besar dan keluarga inti, termasuk

strategi koping yang digunakan. Strategi koping adalah respon terhadap tuntutan

yang dibebankan kepada sebuah keluarga atau individu ( Friedman, 1999).

Beberapa strategi koping yang lazim digunakan oleh keluarga betawi adalah

sebagai berikut

1) Memiliki komitmen yang kuat untuk saling mendorong anggota keluarga lain

yang lebih membutuhkan

2) Memiliki komitmen yang kuat untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

3) Memiliki ikatan keluarga yang kuat, terutama dalam garis keturunan ayah dan

pola dukungan yang kuat sesama keluarga betawi

4) Kurang fleksibel dalam menjalankan peran setiap anggota keluarga

Stresor utama keluarga betawi ada dalam keluarga betawi itu sendiri, yaitu

dominasi figure ayah atau suami dan sistem pola asuh dalam keluarga. Stressor

yang lain berada diluar keluarga betawi, yaitu ekonomi rendah, pendidikan

rendah, pengangguran tersamar, perumahan dan perawatan keluarga. Komitmen

yang kuat untuk menolong anggota keluarga lain yang membutuhkan merupakan

cara utama untuk koping keluarga maupun individu orang betawi.

d) Peran anggota keluarga

Dalam menjalankan peran-perannya, seperti merawat anak, membersihkan

rumah, menyiapkan anak dipagi hari untuk pergi kesekolah, masing-masing

anggota keluara kurang terlihat fleksibel. Tugas istri dirumah adalah merawat

anak dan menyiapkan keperluan suami untuk bekerja atau anak untuk pergi

kesekolah. Seorang istri menjadi terlalu sibuk karena pada saat yang bersamaan

6

Page 7: Bab II Keluarga

harus melaksanakan berbagai pperan tersebut. Anak dari keluarga betawi tidak

dibiasakan oleh orang tuanya mengenal tugas-tugasnya sesuai tingkat

perkenbangan si anak sejak dini. Sepulang sekolah sianak dapat bermain seharian.

Tugas malam dari sekolah dikerjakan pada malam hari saat sianak sudah sangat

kelelahan karena seharian bermain, hal tersebut mengakibatkan umumnya prestasi

anak betawi disekolah jarang yang menonjol.

Fleksibelitas yang tinngi dalam keluarga betawi terlihat bilamenyangkut

hubungan antarkeluarga. Mereka akan member bantuan agar anggota keluarga

yang lain dapat berfungsi secara optimal.

e) Fungsi keluarga betawi

Dari tinjauan sejarah sampai saat ini, praktik-praktik keperawatan keluarga

dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran pra-islam budaya jawa, budaya sunda, budaya

cina, nasrani, dan islam. Dominasi pra islam dan islam sangat kental dalam

praktik keperawatan anggota keluarga betawi. Praktik menggunakan orang pintar

masih mendominasi dalam menolong anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan. Bila beberapa kali dibawa kedukun tidak sembuh biasanya baru dibawa

kepetugas kesehatan. Selain kedukun, mereka juga ergi ke shines atau kyai yang

dianggap mampu mengobati gangguan kesehatan.

2. Keluaga Sunda

a) Bentuk-bentuk keluarga dan sistem ikatan kekerabatan

Sistem kekerabatan orang sunda banyak dipengaruhi oleh adat yang

diteruskan secara turun-temurun dan dipengaruhi oleh agama islam. Kedua

hubungan sosial tersebut terjalin erat menjadi adat kebiasaan oleh kebudayaan

orang sunda.

Keluarga dalam masyarakat sunda mempunyai dua pengertian

1) Keluarga dalam pengertian sempit, yaitu keluarga inti yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak.

2) Keluaga dalam pengertian luas adalah sanak saudara, keluarga besar dan

mereka yang mereka yang memiliki ikatan keluarga karena pertalian darah

atau perkawinan. Dalam bahasa sunda keluarga besar disebut baraya, dulur,

warga, atau wangi. Satu keluarga besar disebut sakulawadet (Ekadjati, 1991)

Sistem kekerabatan orang sunda bersifat parental atau bilateral, yaitu hak

atau kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah atau ibu sama. Orang sunda

7

Page 8: Bab II Keluarga

memperhitungkan garis keturunanannya melalui garis ayah dan juga garis ibu.

Sistem kekerabatan orang sunda meliputi hubungan keatas, kebawah sampai tujuh

tingkatan serta kesamping. Walaupun demikian, hubungan keluarga yang dekat

hanya sampai tingkatan ketiga karena jarang seseorang menyaksikan keturunan

sampai tingkat keempat atau lebih, kalaupun terjadi, kebanyakan keturunan itu

terpencar jauh tempat tinggalnya.

b) Nilai-nilai dan strategi kopinh

Sejarah sunda dibidang keagamaan dan kepercayaan pada dasarnya

mengalami empat periode, yaitu masa animism dan dinamisme, masa pengaruh

hindu, masa pengislaman, serta masa pengaruh agama katolik dan protestan yang

dibawa oleh para penjajah selama kurang lebih tiga abad. Pengaruh pandangan pra

islam masih terlihat dalam cara hidup orang sunda yang sekarang kebanyakan

beragama islam. Banyak sekali ungkapan “pamali”/”codu” (tabu), yaitu larangan-

larangan yang diwariskan secara turun temurun. Selain itu percaya pada

perhitungan-perhitungan waktu (petangan atau palintangan) untuk melakukan

sesuatu yang penting, misalnya menentukan waktu pernikahan, pndah rumah,

berpergian, menentukan jodoh, mencari barang hilang, menentukan nama bayi,

dan lain-lain. Orang sunda masih ada yang percaya tahayul, mahkluk halus, santet

atau teluh dan sebagainya, terutama orang-orang yang tinggal dipedesaan.

Bila dianalisis budaya sunda, mereka memiliki kekuatan pada keluarga inti

dan keluarga besarnya, aitu patrilineal atau matrilineal, patrilokal atau matrilokal.

Orang sunda memiliki sistem nilai yang dibayang-bayangi oleh zaman prasejarah,

hindu, budha, Kristen, dan islam. Oleh karena itu orang yang tampak taat

menjalankan ibadah islamnya, tetapi mempraktekan pula pembakaran dupa,

percaya jimat-jimat, percaya hari baik dan buruk atau pantangan makan-makanan

tertentu bila sedang hamil.

Terkait dengan akar tersebut, keluarga sunda memiliki strategi koping

yang hampir identik dengan keluarga-keluarga lain. Strategi koping yang

digunakan oleh keluarga sunda adalah sebagai berikut

1) Memiliki komitmen yang kuat untuk menolong yang lebih membutuhkan

dari kalangan orang-orang sunda, dan lebih kuat lagi bila terdapat ikatan

kekerabatan

8

Page 9: Bab II Keluarga

2) Memiliki komitmen kuat untyk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dan

upacara adat

3) Memiliki ikatan budaya yang kuat yang tercermin pada pola asuh anak-anak

mereka, misalnya tetap menggunakan bahasa sunda.

4) Tergolong fleksibel dalam menjalankan peran-peran anggota keluarga

5) Memandang tampilan figure fisik sebagai suatu ukuran yang bersifat

dominan dengan memanfaatkan masa-masa kejayaan mereka.

c) Prektik kesehatan keluarga

Keluarga sunda menggunkan orang pntar (dukun). Hal ini masih

mendominasi dalam upaya menolong anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan. Bila dukun tidak berhasil atau sakit tidak sembuh-sembuh, biasanya

mereka baru pergi kepetugas kesehatan.

Dukun dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit dengan

menggunakan doa-doa atau mantra. Doa tersebut dapat diambil dari bahasa Al-

qur’an yang biasanya sering ditulis pada sehelai kain atau kertas. Praktik dukun

tersebut dapat digolongkan pada dua golongan besar yaitu golongan hitam dan

golongan putih. Selain praktik perdukunan, orang sunda juga mengenal obat-

obatan tradisional.

Keluarga sunda percaya bahwa penyakit yang diderita tidak hanya dapat

disembuhkan oleh kesehatan, tetapi juga oleh dukun. Bila diantara mereka

mengalami gangguan kesehatan, mereka lebih memilih membeli obat diwarung

atau pergi kedukun yang dipercayai. Apabila sakit yang dideritanya semakin parah

atau tidak sembuh-sembuh, mereka pergi kepuskesmas.

3. Keluarga jawa tengah

a) Sejarah perkembangan keluarga jawa tengah

Menurut para ahli,yang dianggap menjadi nenek moyang suku melayu, bugis,

makasar, bali, sunda, dan jawa adalah bangsa deuteron melayu yang berasal dari

daerah Vietnam ( semula mereka berasal dari yunani yang kemudian menetap dan

berkembang ditanah dataran Vietnam). Mereka dating keindonesia pada sekitar

tahun 1500 SM. Penyebaran suku bangsa Deutero melayu sangat luaas.sejak

beberapa abad sebelum tarikh masehi,nkemungkinan besar mereka mulai menetap

dan menjadi penghuni daerah jawa tengah. Karena kepandainya, mereka sudah

berada dalam tingkatan food producing. Dalam kepandaian dan keahlian yang

9

Page 10: Bab II Keluarga

dimiliki ini, meraka berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan tidaklagi

mengembara dan menggantungkan hidup pada alam. Hal ini berarti bahwa

masyarakat didaeerah jawa tengah akhirnya berhasil menumbuhkan peradaban

besar yang mengawali zaman sejarah bangsa Indonesia. Karena luas wilayah dan

geografis yang berbeda-beda, keluarga jawa tengah sangat beragam. Hal ini dapat

kita cermati misalnya dari bahasa yang digunakan. Konon menurut cerita, orang-

orang jawa yang pertama kali menapak kaki di tanah betawi adalah orang yang

berbahasa kasar, seperti “ ora karo inyong barange, karo kowek…” (artinya,

bukan sama saya barangnya, tetapi sama kamu) sehingga oleh orang-orang betawi

disebut jawa kowek. Kowek bukan berarti ‘bebek’, tetapi ‘kamu’. Tidak semua

orang jawa tengah, apalagi orang jawa pada umumnya,menyebut kamu dengan

sebutan kowek.

Keragaman buday keluarga jawa tengah dipengaruhi keragaman geografis.

Merekayang tinggal di pegunungan, dataran, dan pesisir masing-masing

mempunyai karakteristik yang berbeda, terutama dari bahasa yang digunakan

meskipun pada umumnya sama. Factor keragaman lain dipengaruhi oleh budaya

keratin. Dijawa tengah banyak terdapat keraton besar, misalnya keraton ciirebon,

keraton Surakarta, dan keraton Yogyakarta. Factor keragaman budaya keluarga

jawa tengah juga dibayang-bayangi oleh kedigdayaan masa lalu, seperti adanya

candi-candi.

Adanya kraton dan candi menunjukkan bahwa orang-orang jawa tengah saat itu

dipimpin oleh raja atau pemimpin yang religious atau raja sekaligus sebagai

pemimpin religious.

b) Aspek demografis

Jawa tengah merupakan salah satu daerah tingkat I attau provinsi diwilayah

Indonesia yang memilki luas daerah sekitar 34.503 km2, termasuk kepulauan

karimun jawa dilaut jawa yang masuk wilayah kabupaten Jepara, dan pulau nusa

kambangan yang leuasnya sekitar 12.400 ha yang merupakan bagian dari wilayah

kabupaten Cilacap.

Jawa tengah memiliki 35 kabupaten / kota yang tersebar mulai dari Ngawi sebagai

perbatasan dengan jawa timur dan brebes sebagai perbatasan dengan Jawa Barat.

10

Page 11: Bab II Keluarga

Berdasarkan surpei social ekonomi Nasioonal (Susenas, 2003), jumlah penduduk

jawa tenganh tercatat 32,05 jt jiwa atau sekitar 15 % jumlah penduduk Indonesia.

Jateng merupakan penduduk terbanyak setelah jatim dan jabar.

Berdasarkan perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan ada kecenderungan

bahwa penduduk perempuan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan

penduduk laki-laki, kecuali pada kelompok usia 0-4 tahun, 5-0 tahun (15-44

tahun) jumlahnya lebih besar dari pada penduduk laki-laki pada uasia yang sama.

Rata-rata penduduk wilayah jepang sekitar 985 jiwa/km2. Surakarta adalah daerah

terpadak dengan jumalah penduduk 11 ribu jiawa / km2.

Ditinjau dari segi demografis mengingat perbandingan laki-laki dan perempuan

menurut kelompok umur penduduk provinsi jawa tengah dimasa mendatang akan

mempunyai kemungkinan pertambahan yang lebih besar dan lebih cepat akibat

fasilitas yang tinggi, kecuali jika program keluarga Berencana dapat dilaksanakan

dengan baik.

c) Aspek Psikososial

1) Perbedaan kelas social dalam keluargga

Menurut sosiolog Koentjaraningrat, orang jawa ddapat diklasifikasikan

berdasarkan golongan social sebagai berikut :

a) Wong cilik (orang kecil) terdiri dari petani dan mereka yang

berpendapatan rendah

b) Kaum priayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual

c) Kaum ningrat adalah orang-orang bergaya hidup tidak jauh dari kaum

priayi.

Selain dibedakan berdasarkan golongan social, orang jawa juga dibedakan

atas dasar keagamaan sebagai berikut :

a) Jawa kejawen yang sering disebut abangan, yang dalam kesadaran dan

cara hidupnya ditentukan oleh tradisi jawa pra-Islam. Kaum priayi

tradisional hamper seluruhnya dianggap jawa kejawen walaupun mereka

secara resmi mengakui islam.

b) Santri yang memahami dirinya sebagi orang islam atau orientasinya yang

kuat terhadap agama islam dan berusaha untuk hidup sesuuai ajaran islam.

11

Page 12: Bab II Keluarga

2) Bentuk-bentuk keluarga dan system ikatan kekerabatan

Kehidupan oaring jawa tengah dikenal dengal system kekerabatan. Sistem

kekerabatan adalah hubungan seseorang dengan orang lain berdasarkan ikatan

darah, termasuk didalamnya sopan santun pergaulan hidup.

Bentuk kekerabatannya didasarkan pada prinsip keturunan atau principle of

descend. Prinsip keturunan adalah menentukan siapa diantara keum kerabat

biologis yang terbatas jumlahnya tersebut yang akan masuk dalam batas

hubungan kekerabatan dan siapa saja yang berada diluar hubungan kekrabatan

tersebut. Prinsip yang berlaku yaittu prinsip keturunan bilateral dimana

prinsip yang menghubungkan kekerabatan melelui orang laki-laki dan

perempuan.

Istilah kekerabatan yang digunakan sebagai berikut :

a) Generasi ketas : wong tuwo, embah, buyut, canggah, wareng,udheg-udheg,

gantung siwur, gropak senthe, debog bosok, dan galih asem.

b) Generasi kebawah : anak, putu, buyut, canggah, wareng,udheg-udheg,

gantung siwur, gropak senthe, debog bosok, dan galih asem.

Kedua generasi tersebut mengenal beberapa istilah kekerabatan untuk

menyebutkan seseorang didalam kelompok kerabatnya dalam kehidupan

sehari-hari.

d) Nilai-nilai dan Strategi Koping

1) Nilai-nilai yang dianut

Pemahaman orang jawa kejawen ditentukan oleh kepercayaan mereka

terhadap berbagai macam roh-roh yang tidak kasat mata yang dapat

menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyekit apabila mereka “dibuat

marah” atau pengnutnya ridak hati-hati. Untuk melindungi semua itu orang

jawa tengah kejawen member sesajen atau caos dahar yang dipercaya dapat

mencegah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin

dalam keadaan tenang.

Contoh kegiatan religious orang jawa kejawen yaitu puasa atau siam.

2) Strategi Koping

12

Page 13: Bab II Keluarga

Keluarga jawa tengah menggunakan strategi koping dengan beberapa cara

berikut ini :

a) Keinginan untuk tolong menolong

Bentuk olong menolong yang bersifat melibatkan seluruh warga desa

adalah gugur gunung, keringan atau kerja bakti, misalnya untuk

membangun jembatan, memperbaiki jalan-jalan desa, membersihkan

tempat-tempat keramat.

b) Keinginan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

Meisalnya mesjid digunakan bukan tempat ibadah saja melainkan juga

tempat mendidik dan tempat belajar bela diri. Selain itu mesjid juga tempat

berkumpul anggota masyarakat untuk melkukan pengkajian keagamaan,

sebutannya sesuai denggan nama harinya, misalnya bila dilakukan pada

malam selasa disebut “selasanan”, biasanya dilakukan sesuadah shalat

magrib sampai tiba shalat isya, dan dapat dilakukan oleh orang tua atau

pemuda-pemudi.biasanya pengajian tersebut dibuka dengan bacaan surat

Al-Fatihah dilanjutkan dengan pengajian atau pembacaan kitab.

c) Adanya ikatan keluarga yang kuat

Ikatan persaudaraan antara anggota keluarga jawa tengah sangat kuat yang

ditandai dengan munculnya pribahasa jawa yaitu “Mangan ora mangan

asal kumpul”.

d) Adanya fleksibilitas dalam menjalankan peran setiap anggota keluarga

Keluarga jawa tengah menganggap bahwa seseoorang istri berperan hanya

melayani suami, merawat anak, dan mengatur kebutuhan keluarga,

sedangkan suami hanya mencari nafkah.

Anak-anak jawa tengah sudah dilatih untuk mandiri dalam melakukan

segala hal tanpa perlu kehadiran ibunya. Selain mencari nafkah, suami

juga merawat anak-anak dan membersihkan rumah. Biasanya, pada malam

hari mereka sekeluarga berkumpul sambil menanyakan kepada anak-anak

tentang kegiatan mereka disekolah.

e) Aspek Budaya

1) Makanan kebudayaan

13

Page 14: Bab II Keluarga

Makan khas kudus adalah dodol (jenag kudus); semarang yaitu wingko babat;

yokyakarta yaitu Gudeg; Magelang yaitu getuk; Bantul yaitu geplak;

Banyumas yaitu tempe; dan Brebes yaitu telor asin.

f) Praktek Kesehatan Keluarga

Praktek menggunakan orang pintar (dukun) masih mendominasi dalam menolong

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, terutama dipelosok-

pelosok desa.

Selain itu, banyak keluarga jawa yang masih mempertahankan cara pengobatan

warisan leluhur yang berupa jamu / ramuan tradisional. Para kyai juga banyak

yang dianggap mampu mengobati bagngguan kesehatan yang dialami keluarga.

Dukun beranak adalah orang yang dianggap ahli dalam menolong persalinan dan

juagga dapat sebagai dukun urat anak. Para dukun tersebut biasanya menurunkan

keterampilan kepada anak cucu mereka. Akan tetapi ada juga yang berguru atau

mendapat ilham melaluii mimpi yang biasa disebut dukun tiban.

g) Implikasi pada Keluarga pada Etnik Jawa Tengah

Asuhan keperawatan keluarga pada etnik jawa ddianjurka dilakukan dengan

pendekatan budaya (trankultural nursing), pendekatan budaya dilakukan karena

dipandang lebih sensitive. Pendekatan budaya bermakna bahwa asuhan

keperawatan keluarga dimulai dengan keinginan keluarga, sesuai dengan

kebiasaan keluarga, sesuai sumber daya yang ada dikeluarga, sesuai dengan

patrilokal serta nilai-nilai yang dianuk keluarga.

1) Menghargai struktur dan system nilai yang dianut keluarga

Bentuk keluarga jawa didominasi oleh keluarga besar dan keluarga inti yang

berpusat pada ayah.

Pada keluarga besar (extended family), kita harus memperhatikan matrilokal atau

patrilokal. Dalam keluarga matrilokal, umumnya pengambilan keputusan

didominasi oleh keluarga istri. Dalamkeluarga patrilokal, umumnya keputusan

didominasi oleh keluarga suami.

14

Page 15: Bab II Keluarga

4. Keluarga Jawa Timur

Orang-orang jawa timur (Jatim) sering disebut Bataknya jawa. Ditinjau dari kondisi

dan potensi alamnya, selain memiliki cirri-ciri hemogenitas secara keseluruhan ,

setiap daerah memiliki cirri-ciri yang berbeda.

a) Sejarah perkembangan keluarga jawa timur

Para penelitian telah di jawa Timur telah menemukan fosi-fosil manusia yang

dapat menunjukkan bahwa Jawa Timur pernah didiami sejenis manusia yang

sangat tua, terutama didaerah lembah Sungai Berantas. Jenis manusia purba yang

tertua yang ditemukan didekat Desa Puning yang oleh Van Koening Wald disebut

Homo Mojokertensis.

Dalam sejarah jawa timbur pernah menjadi pusat kekuasaan dan pemerintah raja-

raja dari abad X sampai abad XII atau dalam periode raja-raja Kediri, Singosari,

dan Majapahit. Kerajaan majapahit yang berdiri tahun 1292 berhasil mencapai

puncak kejayaannya dengan mempersatukan Nusantara, bahkan wilayah

kekuasannya sampai kesemenanjung Malaka, Muanghtai, dan beberapa pulau

dipilipina Selatan. Agama Hindu dan Budha sangat mempengaruhi kehidupan

masyarakat sampai dengan abad XVI, setelah kerajaan islam memerintah pada

awal abad XVI, pengaruh Hindu dan Budha menepi ke daerah Blambangan dan

Bali.

b) Perkembangan Bahasa di Jawa Timur

Bahasa-bahasa daerah Jawa Timur mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Lambang di dalam keluarga dan masyarakat daerah

2) Lambang identitas daerah

3) Alat komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat daerah

4) Alat pengembang dan pendukung kebudayaan daerah

Sebagian besar penduduk Jawa Timur adalah suku bangsa Jawa dan suku

bangsa Madura.

Beberapa tingkatan bahasa jawa adalah sebagai berikut :

a. Basa ngoko lugu

b. Basa ngoko andap

15

Page 16: Bab II Keluarga

c. Basa madya ngoko

d. Basa madya kromo

e. Basa madyantara

f. Basa kraman tara

g. Basa karma inggil

h. Basa karma desa

i. Basa bagongan

Tingkat-tingkat bahsa tersebut telah mengalami kesurupan, artinya sudah banyak

orang yang tidak memperhatikannya lagi. Tingkat bahasa ini secara murni masih

terdapat dalam drama-drama tradisional, yaitu wayang (kulit dan orang) dan

ketoprak.

c) Aspek Demografi

Tingkat kepadatan rata-rata penduduk jawa timur tahun 2001 sebesar 767

orang/km2 dan cenderung meningkat, tahun 2003 mencapai 780 orang/km2, dan

tahun 2004 mencapai 787 orang/km2 .

Menurut catatan susenas (2003), jumlah seluruh penduduk di Jawa Timur adalah

34.465.998 jiwa, dengan rasio 98, artinya wanita lebih besar dibandingkan laki-

laki. Kepadatan penduduk rata-rata 794 jiwa/km2 tersebar di 29 kabupaten 8 kota.

Secara garis besar, penduduk Jawa Timur dapat digolongkan menjadi dua

kelompok eknis, yaitu penduduk asli dan pendatang.

1) Penduduk Asli

Penduduk asli yang tinggal di Jawa Timur ada 4 golongan suku bangsa yaitu :

a. Suku nagsa Jawa

b. Suku bangsa Madura

c. Suku bangsa Tenggara

d. Suku bangsa Osing (Madium, Malang, dan banyuwangi).

Suku bagsa yang terbesar jumlahnya yaitu suku bangsa Jawa dan yang kedua

Madura.

2) Penduduk asing atau pendatang

16

Page 17: Bab II Keluarga

Orang-orang pendatang lebih banyak dijimpai di kota-kota, khususnya dikota

Surabaya. Di Surabaya mayoritas pendatang berasal dari etnis Cina.

Orang-orang jatim dipedesaan lebih didominasi oleh orang-orang tua. Orang-

orang muda lebih memilih mencari kerja di kota atau bersekolah di kota.

d) Ekonomi

Berdasarkan dari pola penyebaran jenis mata pencaharian penduduk Jawa Timur ,

diketehui 58,43% adalahpetani, 41,06% bukan petani, dan 0,51% pekerjaan tidak

tetap.

Penduduk Jawa Timur yang jumlahnya 41,06% bukan petani pasti pernah

mengalami proses secara tidak langsung dalam hidupnya yang di tunjang dari

sector pertanian.

Letakprovinsi Jawa Timur cukup strategis, baik secara daerah produsen,

konsumen,maupun perantara. Dengan jumlah penduduk terbesar diantara

provinsi-provinsi di Indonesia (26.917.386 jiwa), Jawa Timur merupakan daerah

konsumen yang sangat baik untuk beberapa jenis industry dan perdagangan.

e) Aspek Psikososial

1) Perbedaan Kelas Sosial

Orangjawa dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan sosialnya sebagai

berikut:

a. Orang kecil (wong cilik) terdiri dari petani,pedagang, nelayan, dan mereka

yang berpendapatan rendah

b. Kaum priayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, golongan social tidakterlalu

diperhatikan. Biasanya, orang yanglebih muda akan menghormati orang yang

lebih tua.

2) Bentuk-bentuk Keluarga dan Sistem ikatan kekerabatan

Keluarga merupakan kesatuan antara suami dan istri dengan anak-anak yang

belum menikah (keluarga batih/inti) yang tinggal serumah (house hold) atau

antara suami dan istri-istrinya beserta anak-anaknya (poligami) yang tinggal

dilingkungan keluarga masing-masing. Keluarga batih bisa tinggal di

17

Page 18: Bab II Keluarga

lingkungan keluarga istrinya (uxiolokal) atau suaminya (virilokal) atau tinggal

terpisah dari lingkungan keluarga istri atau suami (neolokal).

Ada dua fungsi pokok dari keluarga inti, yaitu :

a. Keluarga inti merupakan kelompok dan tempat individu pada dasarnya

dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya serta keamanan dalam

hidup.

b. Keluarga inti merupakan tempat perlindungan individu ketika masih

kanak-kanak dan belum mandiri, tempat mendapat pengasuhan, dan

tempat mendapatkan pendidkan pertama.

Hubungan kekerabatan di Jawa Timur dapat dilacak, baik dari garis keturunan

ibu maupun bapak. Sisitem kekerabatan ini penting karena memiliki

konsekuensi dalam hukum perkawinan, hukum waris, dan alimentasi. Ada

dua hubunggan kekerabatan dalamkeluarga Jawa Timur, yaitu :

a. Kekerabatan lurus, yaitu seseorang menjadi leluhur atau sebaliknya

menjadi keturunan dari yang lain.

b. Kekerabatan bercabang, yaitu hubungan darah antara dua orang saudara

dan keturunannya.

3) Hubungan Antara Anak dan Orang Tua

Anak yang lahir dari seseorang wanita dengan suami pria dalam ikatan

perkawinan akan beribu kepada wanita dan berayah kepada pria.

Keluarga berfungsi mengurusi segala kepentingan dari semua anggota

keluarga, misalnya kebuuhan mereka sehari-hari, kebahagiaan, kehormatan,

hari depan, pendidikan anak-anak, dan seterusnya.

4) Pemeliharaan anak yatim atau piatu atau yatim-piatu

Apabila salah suatu keluarga (suami atau istri) dalam tata susunan kekerabatan

yang petrilinel di Jawa Timur meninggal dunia, kekuasaan dari orag tua

(kekuasaan ibu-bapak) beralih kepada seseorang yang masih hidup. Namun

18

Page 19: Bab II Keluarga

apabila kedua orang tua meninggal semuanya, pemeliharaan dan pengurusan

segala kepentingan anak yatim piatu ada pada kerabat-kerabat dari pihak

bapak atau ibu yang berkesempatan dan mampu.

5) Pengangkatan (Adopsi) Anak

Bentuk adopsi di Jawa Timur sebagai berikut :

1. Anak angkat atau anak pek atau anak pungut

2. Rawatan

Bentuk kedua ini umumnya ada ada hubungan dengan keadaan orang yang

mengadopsi, yaitu tidak ada orang lain yang bertempat tinggal serumah

atau tidak ada orang yang mondok.

e) Nilai-nilai dan Strategi Koping

Nilai-nilai ideologioi merupakan sebuah cita-cita yang diaktualisasikan dalam

kehidupan berkeluarga.

1) Strategi koping yang digunakan keluarga Jawa Timur

Beberapa strategi koping yang digunakan dalam keluarga Jawa Timur adalah

sebagai berikut:

a. Mempunyai komitmen kuat untuk saling menolong aggota keluarga yang

membutuhkan merupakan cara utama koping keluarga dan individu di Jawa

Timur.

b. Memiliki komitmen yang kuat untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

c. Memiliki ikatan keluarga yang kuat terutama pada garis keturunan ayah dan

pola dukungan yang kuat sesame kleurga.

d. Fleksibilitas dalam menjalankan peran setiap anggota keluarga.

f) Fungsi keperawatan Keluarga

Praktek menggunakan orang pintar (dukun) masih mendominasi dalam menolong

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, terutama di pelosok-

pelosok desa.

19

Page 20: Bab II Keluarga

Dukun bayi adalah orang yang dianggap ahli menolong persalinan dan dapat juga

sebagai dukun urat anak.

Praktek dukun dapat di golongkan dalam dua golongan, yaitu golongan hitam dan

golongan putih. Golongan hitam dianggap mampu membuat orang menjadi sakit

bahkan sampai meninggal, mencari kekayaan, memelet, atau menghancurkan

kerukunan rumah tangga. Golongan putih dianggap memiliki kemampuan

menyembuhkan orang sakit, mengurut (memijat), menolong persalinan,

mencarikan jodoh, merukunkan keluarga, dan sebagainya.

g) Aspek Budaya

1) Makanan kebudayaan

Banyak makanan khas jawa, Surabaya seperti rujak cingur, tahu thek-thek,

semanggi suroboyo, lontong balap, kupang, nasi rawon; Lamongan seperti soto

lamongan, tahu campur; Madiun seperti nasi pecal; Pacitan seperti jenang dodol,

keripik dan sale pisang. Jenis makan lain adalah rujak cingur, sego jagung,

kerupuk gadung, sambel bangil, atau sambel petis. Malang terkenal dengan bakso

malang dan cwie-mie.

2) Implikasi Keperawatan Keluarga pada Etnik Jawa Timur

Asuhan keperawatan keluarga pada etnik Jawa Timur sebaiknya dilakukan

dengan menggunakan pendekatan budaya (transcultural nursing). Pendekatan

dilakukan karena dipandang lebih sensitive.

3) Menghargai struktur dan sisitem nilai yang dianut keluarga

Bentuk keluarga jawa timur didominasi oleh keluarga besar dan keluarga inti yang

berpusat pada ayah atau ibu.

Menerima dan menghargi struktur keluarga serta system nilai yang dianut

keluarga Jawa merupakan tonggak awal yang harus ditanamkan oleh perawat

keluarga agr kelak menuai keberhasilan. Keberhasilan dapat dinilai dari tingkat

kemandirian keluarga dalam menolong diri mereka sendiri dalam bidang

kesehatan dan akan optimal bila melibatkan kiyai.

4) Aktualisasi praktik kesehatan dalam keluarga Jawa Timur

20

Page 21: Bab II Keluarga

Keluarga Jawa Timur kelas social menengah mempunyai pola mencari bantuan

pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana.

Pada keluarga Jawa Timur menanamkan budaya perilaku hidup bersihdan sehat

perlu melibatkan institusi formal dannonformal.

Orang-orang Jawa Timur umumnya amat patuh kepada pemimpin spiritual

mereka, apa yang di katakana pemimpin spiritual di anggap dapat menentukan

surge atau neraka. Pejah Gesang Nderek Kyai artinya mati atau hidup, saya ikut

pak kiyai. Pada aklhirnya, mereka berpandangan bahwa pendapat kyailah yang

paling benar, apapun konsekuensinya.

5. Keluarga Lampung

a) Sejarah perkembangan keluarga lampung

Masyarakat lampung merupakan masyarakat yang bersifat majemuk yang terdiri

dari beraneka ragam suku bangsa dengan latar belakang budaya yang berbeda-

beda.

Provinsi lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 sejak di tetapkannya

Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi undang-undang

No. 14 Tahun 1964. Sebelumnya, provinsi lampung merupakan Keresidenan yang

tergabung dengan provinsi Sumatra Selatan. Walaupun provinsi lampung sebelum

tanggal 18 maret 1964 secara administrative masih merupakan bagian dari

provinsi Sumatra selatan, sebelum Indonesia mereka daerah ini memang telah

menunjukan potensi yang sangat besar serta corak worna kebudayaan tersendiri

yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara.

Pada zaman penjajahan Belanda, tercatat nama-nama pahlawan asal Lampung,

antara lain Radin Intend an Radin Imba Kusuma. Menjelang Indonesia merdeka

tanggal 17 agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung

ikut terlibat dan merasakan pahitnya perjuangn melawan penindasan penjajah.

Pada akhirnya tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah

tingkat I Provinsi Lampung.

b) Aspek Demografi

Penyebaran penduduk terpusat di kota besar, seperti Bandar Lampung, teluk

betung, Metro, Kota Agung, dan Kalianda. Di Menggala dan Liwa, jumlah

21

Page 22: Bab II Keluarga

pnduduknya relative sedikit. Jumlah penduduk provinsi Lampung tahun 1971,

1980, dan 1985 sebesar 2.777, 4.624, dan 5.139 juta jiwa.

Pertumbuhan penduduk dari tahun 1971 sampai tahun 1980 sebesar 5,77% per

tahun dan periode tahun 1980-1990 menurun menjadi 5,06% per tahun.

Lampung yang saat ini terdiri atas 10 kabupaten / kota, memiliki kepadatan

penduduk yang sangat beragam mulai dari 17 jiwa / km2 sampai 38.015 jiwa/km2.

Kepadatan penduduk tertinggi adalah di Bandar Lampung dan terendah di

Lampung Timur.

1) Penduduk Asli

Penduduk asli lampung sukar untuk di ketahui dengan pasti karena tidak dicacah

menurut penggolongan suku bangsa. Akan tetapi diperkirakan jumlahnya sebesar

16% atau 1.250.000 jiwa. Mata pencaharian orang-orang Lampung asli terutama

bertani/berkebun, berternak, dan melaut, serta beberapa diantaranya berdagang.

Orang-orang lampung umumnya berkulit putih bersih dan mata agak sipit.

2) Penduduk pendatang

Penduduk pendatang mendominasi hamper 84% dari jumlah penduduk provinsi

Lampung. Kelompok etnis terbesar adalah Jawa (30%), Banten/Sunda (20%),

Samendo (12%), dan Minang Kabau (10%).

Perpindahan dari daerah asal ke daerah baru membawa dampak dalam perubahan

mata pencaharian dan kebiasaan hidup. Adanya kaum pendatang seperti

transmigran membawa dampak positif terhadap cara beradaptasi orang Lampung

asli, misanya bercocok tanam dan berrtambak.

c) Aspek Psikososial

1) Perbedaan kelas social

Secara garis besar, suku bangsa Lampung dapat di bedakan menjadi dua

kelompok masyarakat, yaitu masyarakat Lampung yang beradat pepadun dan

masyarakat Lampung yang beradat Peminggir atau Saibatin.

a. Masyarakat Lampung adat Pepadun

Kelompok-kelompok masyarakat tersebut :

aa Abung Siwo Megou terdiri atas kelompok kerabat sebagai berikut :

22

Page 23: Bab II Keluarga

1) Buay Nunyai, Lokasinya di daerah Kotabumi.

2) Buay Unyi, lokasinya didaerah gunung sugih.

3) Buay Nuban, Lokasinya di daerah Sukadana.

4) Buay Subing, Lokasinya di daerah Terbanggi Besar.

5) Buay Kunang, Lokasinya di daerah Abung Barat.

6) Buay Selagai, Lokasinya di daerah Terbanggi Besar.

7) Buay Selaga, Lokasinya di daerah Abung Barat.

8) Buay Tuha, Lokasinya di daerah Padangratu.

9) Buay Nyerupa, Lokasinya di daerah Guunung Sugih.

ab Megou Pak Tilang Bawang terdiri atas kelompok-kelompok kerabat

sebagai berikut :

1) Buay balau, Lokasinya di daerah Menggala.

2) Buay Umpu, Lokasinya di daerah Tulang Bawang Tengah.

3) Buay Tegamoan, Lokasinya di daerah Tulang Bawang Tengah.

4) Buay Aji, Lokasinya di daerah Tulang Bawang Tengah.

ac Buay lima (wai kanan/sungkai) terdiri atas kelompok-kelompok kerabat

sebagai berikut :

1) Buay Barasakti, Lokasinya di daerah Barasakti.

2) Buay Semenguk, Lokasinya di daerah Blambangan Umpu.

3) Buay Baradatu, Lokasinya di daerah Baradatu.

4) Buay Pemuko, Lokasinya di daerah Pakuan Ratu.

5) Buay Bahugo, Lokasinya di daerah Bahuga.

ad Pubian Telu Suku terdiri atas kelompok-kelompok kerabat sebagai berikut

1) Buay masyarakat, Lokasinya di daerah Gedongtataan, Pagelaran, dan

Kedaton.

2) Buay Tambapupus, Lokasinya di daerah pagelaran dan gedongtataan.

3) Buay Bukujadi, Lokasinya di daerah Natar.

b. Masyarakat Lampung dengan adat Saiibatin atau Peminggir

Masyarakat yang termasuk saibatan adalah sebagai berikut:

aa Peminggir melinting / Rajabasa, Lokasinya di daerah Labuhan Maringgai

dan Kalianda.

23

Page 24: Bab II Keluarga

ab Peminggir Teluk, Lokasinya di daerah Teluk Betung.

ac Peminggir Semangka, Lokasinya di daerah Liwa, Kenali, Pesisir Tengah,

Pesisir Utara, Pesisir Selatan.

ad Ranau, Komering, dan Kayu Agung.

2) Bentuk-bentuk keluarga dan system ikatan kekerabatan

Orang-orang lampung biasanya menganut garis keturunan patrilineal. Hubungan

antara suku etnik dalam masyarakat lampung yang bermukiman di desa dan di

kota dapat di bedakan menjadi hubungan antar sesama kelompok asal atau

penduduk asli, hubungan antara kelompok asli dan pendatang, serta hubungan

antara sesama kelompok pendatang.

3) Nilai-nilai dan strategi koping

Prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan suatu corak keaslian

masyarakat Lampung, yang dapat dirangkum dalam lima prinsip berikut :

a) Pi’il Pasenggiri adalah segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku,

dan sikap hidup yang selalu menjaga dan menegakkan nama baik serta

martabat pribadi maupun kelompok.

b) Sakai Sembayan meliputi beberapa pengertian yang luas termasuk di

dalamnya gotong royong, tolong-menolong, bahu—membahu, serta saling

member sesuatu yang diperlukan pihaklain.

c) Nemui Nyimah adalah bersikap murah hati dan ramah-tamah terhadap semua

pihak, baik terhadap orang di dalam kelompok mereka maupun terhadap siapa

saja yang berhubungan dengan mereka.

d) Nengah Nyappur, adalh tata pergaulan masyarakat Lampung yang bersedia

membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan memperluas

pengetahuan.

e) Berjuluk Beadek, didasarkan kepada Titei Gemattei yang di wariskan turun-

temurun dari zaman dahulu.

4) Aspek Budaya

a) Makanan kebudayaan

24

Page 25: Bab II Keluarga

Keluarga Lampung memiliki makanan khas seperti buak tat, makanan daerah

lampung pesisir. Kue lapis legit basah, kue engkak ketan, njak-njak bebay

makhing (kue yang di bungkus dengan daun pisang yang terbuat dariketan merah

dan pisang), serta segubal (sejenis lemang yang dibungkus dengan daun pisang).

b) Kerajinan Tradisional

Kerajinan tradisional karya seni dekoratif Lampung meliputi barang-barang

kerajinan seperti tenunan, sulaman, benda logam, dan anyaman.

Corak, warna, dan bahan yang di pakai pada hasil karya tenunan bebeda-beda

sesuai dengan tingkat kedudukan yang memakai dan saat pemakaiannya.

Daerah yang menghasilakan tapis adalah daerah Abung, Tulang Bawang, Pubian,

Sungkai/Way Kanan, dan pesisir/Peminggir.

5) Praktek Kesehatan Keluarga

Di desa-desa, pertolongan kelahiran anak di lakukan oleh dukun bayi kampong

dengan tata cara sederhana yang diikuti dengan pembacaan mantera.pemotongan

pusar bayi di lakukan dengan menggunakan pisau sembilu. Pisau semilu ini tidak

steril sehingga bisa menyebabkan bayi infeksi. Dalam upacara adat, bayi di

sambut dengan mengikat benang tiga warna, yyaitu merah, putih dan hitam pada

pergelangan tangannya di sertai pembacaan mantera.

6) Implikasi Keperawatan Keluarga pada Etnik Lampung

Asuhan keperawatan keluarga pada etnik Lampung sebaiknya di lakukan dengan

cara pendekatan budaya. Salah satu contoh memberikan pendidikan kesehatan

tentang ASI eklusif dan mulai member makan PASI saat upacara turuntanah.

Perawat keluarga perlu memberikan dukungan dan pengakuan keberhasilan

keluarga untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

6. Keluarga Bengkulu

a) Sejarah perkembangan keluarga Bengkulu

Nama Bengkulu bermulai dari kisah orang Aceh yang dating hendak melamar

Putri Gading Cempaka, yaitu anak ratu agung dan Raja Sungai Serut.

25

Page 26: Bab II Keluarga

Wilayah Bengkulu telah didiami penduduk sejak zaman prasejarah. Hal ini di

tunjukkan dengan temukannya prasasti di bagian utara Bengkulu dan bangunan

Megalitik tipe dongson di bagian selatan Bengkulu.

b) Aspek Demografi

Provinsi Bengkulu mempunyai tiga suku besar yang mempunyai peranan penting

dalam mewarnai adat istiadat daerah Bengkulu, yaitu :

1) Suku Rejang berpusat di kabupaten Rejang Lebong,

2) Suku Serawai berpusat dikabupaten Benkulu Selatan,

3) Suku melayu berpusat di kota Bengkulu.

Di provinsi Bengkulu terdapat Sembilan golongan etnis suku dan masing-masing

suku tersebut menggunakan bahasa sendiri. Kesembilan suku tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Suku Lembak menggunakan bahasa Lembak serta mendiami Kabupaten

Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara.

2) Suku Rejang menggunakan bahasa Rejang serta mendiami Kabupaten Rejang

Lebong dan Bengkulu Utara.

3) Suku ketahun menggunakan bahasanya Pekal dan mendiami kabupaten

Bengkulu Utara.

4) Suku Muko-muko menggunakan bahasa Muko-muko dan mendiami

kabupaten Bengkulu utara.

5) Suku Enggano menggunakan bahasa enggano dan mendiami kabupaten

Bengkulu Utara.

6) Suku Serawai menggunakan bahasa serawai dan mendiami kabupaten

Bengkulu selatan (Manna).

7) Suku kaur menggunakan bahasa Mulak dan mendiami kabupaten Bengkulu

selatan (daerah bintuhan).

8) Suku pasemah menggunakan bahasa pasemah dan mendiami kabupaten

Bengkulu selatan.

9) Suku melayu menggunakan bahasa melayu dan mendiami kota Bengkulu.

c) Aspek Psikososial

26

Page 27: Bab II Keluarga

1) System Kemasyarakatan

System kemasyarakatan dan masyarakat Bengkulu terdapat dalam keluarga, suku,

kampung, dan dusun. System kemasyarakatan tersebut adalah gotong royong dan

adat istiadat yang digunakan suatu masyarakat sebagai pegangan di tempat mereka

hidup dan dikenal dalam system kemasyarakatan.

2) Tradisi, adat istiadat, dan kebiasaan

Keanekaragaman karekteristik hidup, kebiasaan, dan adat istiadat yang tetap

diprtahankan oleh daerah bisa dilihat dari beberapa rangkaian acara adat sebagai

berikut.

a. Acara menyambut tamu dalam bentuk tarian.

b. Acara pesta adat perkawinan, upacara pemakaman, dan bentuk upacara

lainnya.

c. Sedekah rame adalah acara yang di laksanakan dalamkehidupan bertani.

d. Buang jung adalah acara membuang perahu kecil ke laut berdasarkan

kehidupan nelayan.

3) System perkawinan

Ada tiga macam system perkawinan di Bengkulu, yaitu sebagaii berikut :

a. Semendo jujur. Bentuk perkawinan ini banyak dilakukan oleh masyarakat

suku rejang. Semendo jujur artinya perempuan yang telah melaksanakan

perkawinan harus tinggal di pihak keluarga laki-laki, mengabdikan diri kepada

sang suami dan memisahkan diri dari keluarga asalnya.

b. Semendo terambik anak. Keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki atau

memiliki anak laki-laki yang masih kecil menerima anak laki-laki dari

keluarga lain sebagai menantu keluarga tersebut.

c. Semendo rajo-rajo. Semendo rajo-rajo disebut juga semendo beradat attau

semendo suka sama suka karena kedua belah pihak keluarga setuju saling

membiayai acara perkawinan dan kedua mempelai bebas memilih tempat

tinggal setelah menikah.

d) Bentuk-bentuk keluarga Bengkulu dan sistempersaudaraan

27

Page 28: Bab II Keluarga

Ada tiga macam system kekerabatan dalam masyarakat Bengkulu yaitu :

1) Keluarga batih/keluarga inti (nuclear family),

2) Keluarga besar (extended family),

3) Keluarga campuran.

Dalam keluarga Bengkulu seorang anak yang lebih muda memanggil orang yang

lebih tua dengan sebutan :

1) Dang adalah panggilan untuk anak laki-laki tertua.

2) Wa atau Ayuk adalah untuk panggilan anak perempuan tertua.

3) Donga adalah panggilan untuk anak laki-laki kedua.

4) Inga adalah untuk panggilan anak perempuan kedua.

5) Dodo adalah panggilan untuk anak perempuan ketiga.

6) Acik adalah panggilan untuk anak laki-laki yang paling kecil

7) Bunda/Mak dang, panggilan untuk saudara perempuan dari pihak ayah atau

ibu yang paling tua.

8) Bak dang/wan, panggilan kepada saudara laki-laki ayah atau ibu yang paling

tua

9) Bucik, panggilan kepada saudara perempuan ayah atau ibu yang kedua atau

tengah.

10) Pak cik/Pak etek, panggilan kepada saudara laki-laki ayah atau ibu yang paling

muda.

11) Paman, panggilan kepada saudara laki-laki ayah atau ibu yang kedua atau

tengah.

12) Bungsu, panggilan kepada saudara perempuan ayah atau ibu yang paling

muda.

e) Nilai-nilai dan Strategi Koping

Nilai-nilai dan ideology merupakan sebuah cita-cita yang diaktualisasikan dalam

kehidupan berkeluarga. Figure ayah dalamkeluarga sangat dominan. Bila terjadi

konflik dalam keluarga pengambilan keputusan diserahkan kepada suami atau

ayah.

Beberapa strategi koping yang digunakan keluarga Bengkulu :

28

Page 29: Bab II Keluarga

1) Memiliki komitmen yang kuat untuk saling menolong anggota keluarga yang

lain lebih membutuhkan.

2) Memilki komitmen yang kuat dalam berpartisifasi untuk kegiatan keagamaan.

3) Memilki ikatan yang kuat terutama pada garis keturunan ayah dan pola

dukungan yang kuat sesame keluarga Bengkulu.

f) Aspek budaya

1) Makanan kebudayaan

Masyarakat Bengkulu ketika membangun rumah dan akan menaikkan kuda-

kuda rumah mereka mengadakan upacara sedekah bumi, makanan yang

dihidagkan yaitu pisang satu tandan, buah kelapa muda, padi satu ikat, dan

bermacam-macam buah lain yang diakitkan di atas kuda-kuda rumah.

Makanan khas daerah Bengkulu :

a. Nasi ibek adalah nasi yang dibungkus dengan daun pisang.

b. Sambal lado asam limau.

c. Masak setu ikan.

d. Bagar daging dan bagar ikan hu.

e. Gulai pucuk ubi kacang hijau.

f. Goreng jamur (cendawan kukuran).

g. Pendap (ikan pais).

h. Emping baguk (emping melinjo).

i. Kue bolu koja.

j. Kue pede

k. Kopi anggut.

l. Sambal tempoyak.

m. Gulai kemba-ang.

Mengevaluasi pemahaman tentang sehat-sakit menurut keluarga dan

melibatkan jaringan keluarga besar

Pengertian sehat sakit menurut keluarga perlu diekspresikan dan diklarifikasi

oleh perawat keluarga sehingga keluarga memiliki budaya sehat yang dapat

diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

29

Page 30: Bab II Keluarga

Keluarga besar orang Bengkulu biasanya memberikan dukungan emosional

dan bantuan yang besar sehingga sumber-sumber pendukung ini perlu

dipertimbangkan untuk dilibatkan.

Koenseling atau pendidikan kesehatan yang dilakukan dapat melibatkan

anggota keluarga yang seluas-luasnya. Ikatan orag tua-anak biasanya lebih

kuat dibandingkan ikan suami istri karena ikatan orang tua-anak bersifat

seumur hidup.

2) Meningkatkan keterbatasan regimen terapeutik dalamkeluarga

Perawat keluarga perlu memberikan dukungan dan pengakuan atas

keberhasilan keluarga dalam menolong diri mereka sendiri dalam bidang

kesehatan. Perawat keluarga perlu menunjukkan bukti-bukti perilaku keluarga

yang mendukung upaya kesehatan. Perawat keluarga perlu mendorong

keluarga untuk mengadopsi konsep-konsep dan program kesehatan yang

bertujuan meningkatkan kesehatan keluarga dengan memberdayakan seluruh

sumber daya yang dimiliki keluarga.

7. Keluarga Minangkabau

a) Sejarah pekembangan minag kabau

Kata minang kabau berasal dari kata minang yang berarti ‘menang’ dan kata

kerbau yang berarti ‘kerbau’. Pada mulanya kata minangkabau berasal dari

kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Raja Mulawarman yang mengadakan

pertandingan persahabatan adu kerbau antara kerajaan Pagaruyung dan

kerajaan di pulau jawa.

Ada 4 dialek yang ada dalam bahasa ming kabau antara lain:

1) Dialek Tanah Datar

2) Dialek Agam

3) Dialek Lima Puluh Koto

4) Dialek Pesisir

b) Aspek Psikososial

1) Perbedaan kelas social

30

Page 31: Bab II Keluarga

Masyarakat minang kabau mempunyai tiga suku utama yaitu suku Caniago,

koto, dan Piliang. Ketiga suku ini terpecah lagi menjadi beberapa suku yang

secara keseluruhan berjumlah 96 suku.

Ada beberapa golongan dalam masyarakat Minangkabau, yaitu pembagian

tingkatan social secara vertical dan horizontal.

Bentuk-bentuk mingkabau dan system ikatan persaudaraan

1) Norma kehidupan

Norma-norma tersebut berupa aturan-aturan esensial bagi terciptanya

kehidupan yang tertib, aman dan damai. Aturan itu mengatur hubungan antara

wanita dan pria, aturan mengenaiharta kekayaan yang menjadi tumpuan

kehidupan manusia, norma-norma tentang tata karma pergaulan, dan system

kekerabatan.

2) System matrilineal

Dalam kelompok ini mulai berlaku aturanbahwa hubungan seksual antara ibu

dan anak laki-lakinya dipantangkan atau tabu.

Tiga unsur yang palig dalam system kekerabatan matrilineal adalah sebagi

berikut :

a. Pertama : Garis keturunan “menurut garis ibu”

b. Kedua : perkawinan harus dengan kelompok lain atau diluar kelompok

sendiri yang sekarang dikenal dengan istilah eksogami matrilineal.

c. Ketiga : ibu memegang peran sentral dalam pendidikan, pengamanan

kekayaan, dan kesejahteraan.

c) Adat istiadat perkawinan

1) Fungsi perkawinan

Fungsi perkawinan sebagai berikut :

a. Melegalisasi hubungan seksual antara seseorang pria dan seseorang wanita

dipandang dari sudut adat dan agama serta undang-undang Negara

b. Menentukan hak dan kewajiban serta perlindungan atas suami istri dan

anak

c. Memnuhi kebutuhan manuasia akan teman hidup dan status social,

terutama untuk memperoleh ketentraman batin

31

Page 32: Bab II Keluarga

d. Memelihara kelangsungan hidup kekerabatan dan menghindari kepunahan.

2) Perkawinan eksogami

Istilah eksogami memilki pengertian yang sangat nisbi (relative)

pengertian di luar batas lingkungan bisa diartikan luas, namun bisa pula

diartikan sangat sempit

Adat minang menentukan bahwa orang minag tidak diperbolehkan

menikah dengan orang dari suku yang serumpun. Oleh karena garis

keturunan di minagkabau ditentukan menurut garis ibu, suku serumpun

yang dimaksud disini adalah serumpun menurut garis ibu sehingga disebut

eksogami matrilokal atau eksogami matrilineal.

3) Perkawinan adat minagkabau

Syarat perkawinan minagkabau :

a. Kedua calonmempelai harus beragama islam

b. Kedua calon mepelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang

sama

c. Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan saling

menghargai

d. Calon suami (marapulai) harus sudah memilki sumber penghasilan

agar dapat mebjamin kehidupan keluarganya

4) Upacara Adat

a. Tulak Bala

b. Marihimin

c. Mangido Tombang

d. Tatau

e. Perahu Turun Ka lauik

f. Milimaui Pasie

32

Page 33: Bab II Keluarga

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk

saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta

mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan

yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa

kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga

dan masyarakat serta lingkungannya.

B. Saran

Penulis menyarankan agar makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya bagi pembaca

terutama bagi mahasiswa keperawatan sehingga menuntun mahasiswa dalam proses

pemberian asuhan keperawatan pada klien yang mengalami kehamilan ektopik terganggu.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

penulis mengaharapkan masukan bagi pembaca yang bersifat membangun.

33