Upload
rizky-kiki
View
336
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan kesehatan derajat komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta
komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga
dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh
sebuah keluarga dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan mempengaruhi
komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh apabila ada seorang
anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai factor
penyebab dapat menggigit tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi sistem
komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Membangun Indonesia sehat zeharusnya
dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Di dalam keluarga terdapat beranekaragam kepercayaan Budaya. kebudayaan
yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mempelajari keluarga Indonesia dalam konteks ragam
budaya
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian keluarga
b. Memahami peran keluarga
c. Memahhami tugas keluarga
d. Memahami fungsi keluarga
e. Mempelajari keluarga betawi
1
f. Mempelajari keluarga sunda
g. Mempelajari keluarga jawa tengah
h. Mempelajari keluarga jawa timur
i. Mempelajari keluarga lampung
j. Mempelajari keluarga bengkulu
k. Mempelajari keluarga minangkabau
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup
dalam satu rumah tangga , melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-
masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Menurut Friedman (1998), defenisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang
tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
B. PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelondung, dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kel;ompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai
istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknua, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dan peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan. Anak melaksanakan
peranan psiksosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial,
maupun spiritual.3
C. TUGAS KELUARGA
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik anggota keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
4. Soosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi pendidikan, dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak
2. Fungsi sosialisasi anak, dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik
3. Fungsi perlindungan, dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga
anggota keluarga merasa terlindung dan aman
4. Fungsi peranan, terlihat dari bagaimana keluarga sucara instuitif meraskan perasaan
dan suasana anak dan anggota keluarga yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesame anggota keluarga, sehingga saling pengertian satu sama lain
dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga
5. Fungsi agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang
mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia
6. Fungsi ekonomi, dilihat dari bagaimana epala keluarga mencari penghasilan,
mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga
7. Fungsi rekreatif, dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita dengan pengalaman
masing-masing, dan lainnya.
4
8. Fungsi biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan seperti
generasi selanjutnya
9. Memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman diantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga
E. KELUARGA INDONESIA DALAM KONTEKS RAGAM BUDAYA
1. Keluarga Betawi
a) Nilai-nilai yang dianut keluarga betawi
Keluarga betawi memiliki pandangan “banyak anak banyak rezeki”,
pendidikan agama harus nomor satu, menjadi kebanggaan bagi kaum laki-laki jika
memiliki lebih dari satu, dan anak laki-laki harus lebih pandai dari perempuan.
Keluarga betawi umumnya memiliki anak lebih dari tiga orang, menyekolahkan
anak kesekolah agama, jika meliki uang lebih kaum lelaki umumnya mungkin
akan menikah lagi, dan tidak terlalu memperhatikan perkembangan pendidikan
anak disekolah (yang penting anak pagi berangkat kesekolah dan siang atau sore
pulang kerumah).
Keluarga betawi umunya homogeny, berpendidikan tidak tinggi, dan tidak
meiliki pekerjaan tetap. Walaupun berpandangan pendidikan agama, pendidikan
tersebut tidak tercermin dalam kehidupan mereka sehari-hari, misalnya dalam
menjaga kebersiha diri, kesopanan pergaulan dalam keluarga, disiplin dalam
keluarga, anak tidak dibudayakan untuk mengenal tugas-tugas dalam lingkungan
rumahnya seperti menyapu atau mengepel
b) Bentuk-bentuk ikatan keluarga dan sistem ikatan persaudaraan betawi
Pada keluarga betawi dijumpai keluarga ini (nuclear family), bentuk
keluarga besar (Extended family), dan orang tua tunggal yang dapat ditemukan
pada keluarga dengan kepala keluarga perempuan. Pada bentuk keluarga besar
(extended family), suami mempunyai labih dari satu bahkan ada yang memiliki
istri 5 orang dengan anak rata-rata dari masing-masing istri 3 sampai orang.
Modal utama keluarga betawi adalah keluarga extended family tradisional, yaitu
keluarga dengan satu kepala keluarga dan beberapa generasi dalam satu lokasi
atau keluarga dengan satu suami yang memiliki istri lebih dari satu.
Salah satu karakteristik yang membedakan keluarga betawi dengan kaum
urban adalah satu keluarga dengan beberapa generasi hidup dalam satu atap, ada
5
yang satu dapur, dan ada yang dapurnya terpisah. Kelompok keluarga tersebut
terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, cucu, saudara-saudara, dan
kerabat yang hidup bersama dalam satu rumah. Pola yang lazim adalah erabat
perempuan yang kebih tua atau dewasa bertanggung jawab terhadap pola asuh
anak-anak mereka. Pada keluarga sederhana, bila suami-istri mencari nafkah,
yang akan mengasuh anak-anak mereka adalah kakek-nenek atau kerabat mereka.
Dalam satu rumah dapat dijumpai keluarga yang tinggal lebih dari tiga generasi
jika dalam keluarga tersebut tidak terdapat suami karena mereka bercerai
c) Strategi koping keluarga betawi
Analisis budaya atau kebiasaan keluarga betawi dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya mengacu pada keluarga besar dan keluarga inti, termasuk
strategi koping yang digunakan. Strategi koping adalah respon terhadap tuntutan
yang dibebankan kepada sebuah keluarga atau individu ( Friedman, 1999).
Beberapa strategi koping yang lazim digunakan oleh keluarga betawi adalah
sebagai berikut
1) Memiliki komitmen yang kuat untuk saling mendorong anggota keluarga lain
yang lebih membutuhkan
2) Memiliki komitmen yang kuat untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3) Memiliki ikatan keluarga yang kuat, terutama dalam garis keturunan ayah dan
pola dukungan yang kuat sesama keluarga betawi
4) Kurang fleksibel dalam menjalankan peran setiap anggota keluarga
Stresor utama keluarga betawi ada dalam keluarga betawi itu sendiri, yaitu
dominasi figure ayah atau suami dan sistem pola asuh dalam keluarga. Stressor
yang lain berada diluar keluarga betawi, yaitu ekonomi rendah, pendidikan
rendah, pengangguran tersamar, perumahan dan perawatan keluarga. Komitmen
yang kuat untuk menolong anggota keluarga lain yang membutuhkan merupakan
cara utama untuk koping keluarga maupun individu orang betawi.
d) Peran anggota keluarga
Dalam menjalankan peran-perannya, seperti merawat anak, membersihkan
rumah, menyiapkan anak dipagi hari untuk pergi kesekolah, masing-masing
anggota keluara kurang terlihat fleksibel. Tugas istri dirumah adalah merawat
anak dan menyiapkan keperluan suami untuk bekerja atau anak untuk pergi
kesekolah. Seorang istri menjadi terlalu sibuk karena pada saat yang bersamaan
6
harus melaksanakan berbagai pperan tersebut. Anak dari keluarga betawi tidak
dibiasakan oleh orang tuanya mengenal tugas-tugasnya sesuai tingkat
perkenbangan si anak sejak dini. Sepulang sekolah sianak dapat bermain seharian.
Tugas malam dari sekolah dikerjakan pada malam hari saat sianak sudah sangat
kelelahan karena seharian bermain, hal tersebut mengakibatkan umumnya prestasi
anak betawi disekolah jarang yang menonjol.
Fleksibelitas yang tinngi dalam keluarga betawi terlihat bilamenyangkut
hubungan antarkeluarga. Mereka akan member bantuan agar anggota keluarga
yang lain dapat berfungsi secara optimal.
e) Fungsi keluarga betawi
Dari tinjauan sejarah sampai saat ini, praktik-praktik keperawatan keluarga
dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran pra-islam budaya jawa, budaya sunda, budaya
cina, nasrani, dan islam. Dominasi pra islam dan islam sangat kental dalam
praktik keperawatan anggota keluarga betawi. Praktik menggunakan orang pintar
masih mendominasi dalam menolong anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan. Bila beberapa kali dibawa kedukun tidak sembuh biasanya baru dibawa
kepetugas kesehatan. Selain kedukun, mereka juga ergi ke shines atau kyai yang
dianggap mampu mengobati gangguan kesehatan.
2. Keluaga Sunda
a) Bentuk-bentuk keluarga dan sistem ikatan kekerabatan
Sistem kekerabatan orang sunda banyak dipengaruhi oleh adat yang
diteruskan secara turun-temurun dan dipengaruhi oleh agama islam. Kedua
hubungan sosial tersebut terjalin erat menjadi adat kebiasaan oleh kebudayaan
orang sunda.
Keluarga dalam masyarakat sunda mempunyai dua pengertian
1) Keluarga dalam pengertian sempit, yaitu keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak.
2) Keluaga dalam pengertian luas adalah sanak saudara, keluarga besar dan
mereka yang mereka yang memiliki ikatan keluarga karena pertalian darah
atau perkawinan. Dalam bahasa sunda keluarga besar disebut baraya, dulur,
warga, atau wangi. Satu keluarga besar disebut sakulawadet (Ekadjati, 1991)
Sistem kekerabatan orang sunda bersifat parental atau bilateral, yaitu hak
atau kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah atau ibu sama. Orang sunda
7
memperhitungkan garis keturunanannya melalui garis ayah dan juga garis ibu.
Sistem kekerabatan orang sunda meliputi hubungan keatas, kebawah sampai tujuh
tingkatan serta kesamping. Walaupun demikian, hubungan keluarga yang dekat
hanya sampai tingkatan ketiga karena jarang seseorang menyaksikan keturunan
sampai tingkat keempat atau lebih, kalaupun terjadi, kebanyakan keturunan itu
terpencar jauh tempat tinggalnya.
b) Nilai-nilai dan strategi kopinh
Sejarah sunda dibidang keagamaan dan kepercayaan pada dasarnya
mengalami empat periode, yaitu masa animism dan dinamisme, masa pengaruh
hindu, masa pengislaman, serta masa pengaruh agama katolik dan protestan yang
dibawa oleh para penjajah selama kurang lebih tiga abad. Pengaruh pandangan pra
islam masih terlihat dalam cara hidup orang sunda yang sekarang kebanyakan
beragama islam. Banyak sekali ungkapan “pamali”/”codu” (tabu), yaitu larangan-
larangan yang diwariskan secara turun temurun. Selain itu percaya pada
perhitungan-perhitungan waktu (petangan atau palintangan) untuk melakukan
sesuatu yang penting, misalnya menentukan waktu pernikahan, pndah rumah,
berpergian, menentukan jodoh, mencari barang hilang, menentukan nama bayi,
dan lain-lain. Orang sunda masih ada yang percaya tahayul, mahkluk halus, santet
atau teluh dan sebagainya, terutama orang-orang yang tinggal dipedesaan.
Bila dianalisis budaya sunda, mereka memiliki kekuatan pada keluarga inti
dan keluarga besarnya, aitu patrilineal atau matrilineal, patrilokal atau matrilokal.
Orang sunda memiliki sistem nilai yang dibayang-bayangi oleh zaman prasejarah,
hindu, budha, Kristen, dan islam. Oleh karena itu orang yang tampak taat
menjalankan ibadah islamnya, tetapi mempraktekan pula pembakaran dupa,
percaya jimat-jimat, percaya hari baik dan buruk atau pantangan makan-makanan
tertentu bila sedang hamil.
Terkait dengan akar tersebut, keluarga sunda memiliki strategi koping
yang hampir identik dengan keluarga-keluarga lain. Strategi koping yang
digunakan oleh keluarga sunda adalah sebagai berikut
1) Memiliki komitmen yang kuat untuk menolong yang lebih membutuhkan
dari kalangan orang-orang sunda, dan lebih kuat lagi bila terdapat ikatan
kekerabatan
8
2) Memiliki komitmen kuat untyk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dan
upacara adat
3) Memiliki ikatan budaya yang kuat yang tercermin pada pola asuh anak-anak
mereka, misalnya tetap menggunakan bahasa sunda.
4) Tergolong fleksibel dalam menjalankan peran-peran anggota keluarga
5) Memandang tampilan figure fisik sebagai suatu ukuran yang bersifat
dominan dengan memanfaatkan masa-masa kejayaan mereka.
c) Prektik kesehatan keluarga
Keluarga sunda menggunkan orang pntar (dukun). Hal ini masih
mendominasi dalam upaya menolong anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan. Bila dukun tidak berhasil atau sakit tidak sembuh-sembuh, biasanya
mereka baru pergi kepetugas kesehatan.
Dukun dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit dengan
menggunakan doa-doa atau mantra. Doa tersebut dapat diambil dari bahasa Al-
qur’an yang biasanya sering ditulis pada sehelai kain atau kertas. Praktik dukun
tersebut dapat digolongkan pada dua golongan besar yaitu golongan hitam dan
golongan putih. Selain praktik perdukunan, orang sunda juga mengenal obat-
obatan tradisional.
Keluarga sunda percaya bahwa penyakit yang diderita tidak hanya dapat
disembuhkan oleh kesehatan, tetapi juga oleh dukun. Bila diantara mereka
mengalami gangguan kesehatan, mereka lebih memilih membeli obat diwarung
atau pergi kedukun yang dipercayai. Apabila sakit yang dideritanya semakin parah
atau tidak sembuh-sembuh, mereka pergi kepuskesmas.
3. Keluarga jawa tengah
a) Sejarah perkembangan keluarga jawa tengah
Menurut para ahli,yang dianggap menjadi nenek moyang suku melayu, bugis,
makasar, bali, sunda, dan jawa adalah bangsa deuteron melayu yang berasal dari
daerah Vietnam ( semula mereka berasal dari yunani yang kemudian menetap dan
berkembang ditanah dataran Vietnam). Mereka dating keindonesia pada sekitar
tahun 1500 SM. Penyebaran suku bangsa Deutero melayu sangat luaas.sejak
beberapa abad sebelum tarikh masehi,nkemungkinan besar mereka mulai menetap
dan menjadi penghuni daerah jawa tengah. Karena kepandainya, mereka sudah
berada dalam tingkatan food producing. Dalam kepandaian dan keahlian yang
9
dimiliki ini, meraka berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan tidaklagi
mengembara dan menggantungkan hidup pada alam. Hal ini berarti bahwa
masyarakat didaeerah jawa tengah akhirnya berhasil menumbuhkan peradaban
besar yang mengawali zaman sejarah bangsa Indonesia. Karena luas wilayah dan
geografis yang berbeda-beda, keluarga jawa tengah sangat beragam. Hal ini dapat
kita cermati misalnya dari bahasa yang digunakan. Konon menurut cerita, orang-
orang jawa yang pertama kali menapak kaki di tanah betawi adalah orang yang
berbahasa kasar, seperti “ ora karo inyong barange, karo kowek…” (artinya,
bukan sama saya barangnya, tetapi sama kamu) sehingga oleh orang-orang betawi
disebut jawa kowek. Kowek bukan berarti ‘bebek’, tetapi ‘kamu’. Tidak semua
orang jawa tengah, apalagi orang jawa pada umumnya,menyebut kamu dengan
sebutan kowek.
Keragaman buday keluarga jawa tengah dipengaruhi keragaman geografis.
Merekayang tinggal di pegunungan, dataran, dan pesisir masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda, terutama dari bahasa yang digunakan
meskipun pada umumnya sama. Factor keragaman lain dipengaruhi oleh budaya
keratin. Dijawa tengah banyak terdapat keraton besar, misalnya keraton ciirebon,
keraton Surakarta, dan keraton Yogyakarta. Factor keragaman budaya keluarga
jawa tengah juga dibayang-bayangi oleh kedigdayaan masa lalu, seperti adanya
candi-candi.
Adanya kraton dan candi menunjukkan bahwa orang-orang jawa tengah saat itu
dipimpin oleh raja atau pemimpin yang religious atau raja sekaligus sebagai
pemimpin religious.
b) Aspek demografis
Jawa tengah merupakan salah satu daerah tingkat I attau provinsi diwilayah
Indonesia yang memilki luas daerah sekitar 34.503 km2, termasuk kepulauan
karimun jawa dilaut jawa yang masuk wilayah kabupaten Jepara, dan pulau nusa
kambangan yang leuasnya sekitar 12.400 ha yang merupakan bagian dari wilayah
kabupaten Cilacap.
Jawa tengah memiliki 35 kabupaten / kota yang tersebar mulai dari Ngawi sebagai
perbatasan dengan jawa timur dan brebes sebagai perbatasan dengan Jawa Barat.
10
Berdasarkan surpei social ekonomi Nasioonal (Susenas, 2003), jumlah penduduk
jawa tenganh tercatat 32,05 jt jiwa atau sekitar 15 % jumlah penduduk Indonesia.
Jateng merupakan penduduk terbanyak setelah jatim dan jabar.
Berdasarkan perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan ada kecenderungan
bahwa penduduk perempuan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan
penduduk laki-laki, kecuali pada kelompok usia 0-4 tahun, 5-0 tahun (15-44
tahun) jumlahnya lebih besar dari pada penduduk laki-laki pada uasia yang sama.
Rata-rata penduduk wilayah jepang sekitar 985 jiwa/km2. Surakarta adalah daerah
terpadak dengan jumalah penduduk 11 ribu jiawa / km2.
Ditinjau dari segi demografis mengingat perbandingan laki-laki dan perempuan
menurut kelompok umur penduduk provinsi jawa tengah dimasa mendatang akan
mempunyai kemungkinan pertambahan yang lebih besar dan lebih cepat akibat
fasilitas yang tinggi, kecuali jika program keluarga Berencana dapat dilaksanakan
dengan baik.
c) Aspek Psikososial
1) Perbedaan kelas social dalam keluargga
Menurut sosiolog Koentjaraningrat, orang jawa ddapat diklasifikasikan
berdasarkan golongan social sebagai berikut :
a) Wong cilik (orang kecil) terdiri dari petani dan mereka yang
berpendapatan rendah
b) Kaum priayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual
c) Kaum ningrat adalah orang-orang bergaya hidup tidak jauh dari kaum
priayi.
Selain dibedakan berdasarkan golongan social, orang jawa juga dibedakan
atas dasar keagamaan sebagai berikut :
a) Jawa kejawen yang sering disebut abangan, yang dalam kesadaran dan
cara hidupnya ditentukan oleh tradisi jawa pra-Islam. Kaum priayi
tradisional hamper seluruhnya dianggap jawa kejawen walaupun mereka
secara resmi mengakui islam.
b) Santri yang memahami dirinya sebagi orang islam atau orientasinya yang
kuat terhadap agama islam dan berusaha untuk hidup sesuuai ajaran islam.
11
2) Bentuk-bentuk keluarga dan system ikatan kekerabatan
Kehidupan oaring jawa tengah dikenal dengal system kekerabatan. Sistem
kekerabatan adalah hubungan seseorang dengan orang lain berdasarkan ikatan
darah, termasuk didalamnya sopan santun pergaulan hidup.
Bentuk kekerabatannya didasarkan pada prinsip keturunan atau principle of
descend. Prinsip keturunan adalah menentukan siapa diantara keum kerabat
biologis yang terbatas jumlahnya tersebut yang akan masuk dalam batas
hubungan kekerabatan dan siapa saja yang berada diluar hubungan kekrabatan
tersebut. Prinsip yang berlaku yaittu prinsip keturunan bilateral dimana
prinsip yang menghubungkan kekerabatan melelui orang laki-laki dan
perempuan.
Istilah kekerabatan yang digunakan sebagai berikut :
a) Generasi ketas : wong tuwo, embah, buyut, canggah, wareng,udheg-udheg,
gantung siwur, gropak senthe, debog bosok, dan galih asem.
b) Generasi kebawah : anak, putu, buyut, canggah, wareng,udheg-udheg,
gantung siwur, gropak senthe, debog bosok, dan galih asem.
Kedua generasi tersebut mengenal beberapa istilah kekerabatan untuk
menyebutkan seseorang didalam kelompok kerabatnya dalam kehidupan
sehari-hari.
d) Nilai-nilai dan Strategi Koping
1) Nilai-nilai yang dianut
Pemahaman orang jawa kejawen ditentukan oleh kepercayaan mereka
terhadap berbagai macam roh-roh yang tidak kasat mata yang dapat
menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyekit apabila mereka “dibuat
marah” atau pengnutnya ridak hati-hati. Untuk melindungi semua itu orang
jawa tengah kejawen member sesajen atau caos dahar yang dipercaya dapat
mencegah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin
dalam keadaan tenang.
Contoh kegiatan religious orang jawa kejawen yaitu puasa atau siam.
2) Strategi Koping
12
Keluarga jawa tengah menggunakan strategi koping dengan beberapa cara
berikut ini :
a) Keinginan untuk tolong menolong
Bentuk olong menolong yang bersifat melibatkan seluruh warga desa
adalah gugur gunung, keringan atau kerja bakti, misalnya untuk
membangun jembatan, memperbaiki jalan-jalan desa, membersihkan
tempat-tempat keramat.
b) Keinginan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
Meisalnya mesjid digunakan bukan tempat ibadah saja melainkan juga
tempat mendidik dan tempat belajar bela diri. Selain itu mesjid juga tempat
berkumpul anggota masyarakat untuk melkukan pengkajian keagamaan,
sebutannya sesuai denggan nama harinya, misalnya bila dilakukan pada
malam selasa disebut “selasanan”, biasanya dilakukan sesuadah shalat
magrib sampai tiba shalat isya, dan dapat dilakukan oleh orang tua atau
pemuda-pemudi.biasanya pengajian tersebut dibuka dengan bacaan surat
Al-Fatihah dilanjutkan dengan pengajian atau pembacaan kitab.
c) Adanya ikatan keluarga yang kuat
Ikatan persaudaraan antara anggota keluarga jawa tengah sangat kuat yang
ditandai dengan munculnya pribahasa jawa yaitu “Mangan ora mangan
asal kumpul”.
d) Adanya fleksibilitas dalam menjalankan peran setiap anggota keluarga
Keluarga jawa tengah menganggap bahwa seseoorang istri berperan hanya
melayani suami, merawat anak, dan mengatur kebutuhan keluarga,
sedangkan suami hanya mencari nafkah.
Anak-anak jawa tengah sudah dilatih untuk mandiri dalam melakukan
segala hal tanpa perlu kehadiran ibunya. Selain mencari nafkah, suami
juga merawat anak-anak dan membersihkan rumah. Biasanya, pada malam
hari mereka sekeluarga berkumpul sambil menanyakan kepada anak-anak
tentang kegiatan mereka disekolah.
e) Aspek Budaya
1) Makanan kebudayaan
13
Makan khas kudus adalah dodol (jenag kudus); semarang yaitu wingko babat;
yokyakarta yaitu Gudeg; Magelang yaitu getuk; Bantul yaitu geplak;
Banyumas yaitu tempe; dan Brebes yaitu telor asin.
f) Praktek Kesehatan Keluarga
Praktek menggunakan orang pintar (dukun) masih mendominasi dalam menolong
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, terutama dipelosok-
pelosok desa.
Selain itu, banyak keluarga jawa yang masih mempertahankan cara pengobatan
warisan leluhur yang berupa jamu / ramuan tradisional. Para kyai juga banyak
yang dianggap mampu mengobati bagngguan kesehatan yang dialami keluarga.
Dukun beranak adalah orang yang dianggap ahli dalam menolong persalinan dan
juagga dapat sebagai dukun urat anak. Para dukun tersebut biasanya menurunkan
keterampilan kepada anak cucu mereka. Akan tetapi ada juga yang berguru atau
mendapat ilham melaluii mimpi yang biasa disebut dukun tiban.
g) Implikasi pada Keluarga pada Etnik Jawa Tengah
Asuhan keperawatan keluarga pada etnik jawa ddianjurka dilakukan dengan
pendekatan budaya (trankultural nursing), pendekatan budaya dilakukan karena
dipandang lebih sensitive. Pendekatan budaya bermakna bahwa asuhan
keperawatan keluarga dimulai dengan keinginan keluarga, sesuai dengan
kebiasaan keluarga, sesuai sumber daya yang ada dikeluarga, sesuai dengan
patrilokal serta nilai-nilai yang dianuk keluarga.
1) Menghargai struktur dan system nilai yang dianut keluarga
Bentuk keluarga jawa didominasi oleh keluarga besar dan keluarga inti yang
berpusat pada ayah.
Pada keluarga besar (extended family), kita harus memperhatikan matrilokal atau
patrilokal. Dalam keluarga matrilokal, umumnya pengambilan keputusan
didominasi oleh keluarga istri. Dalamkeluarga patrilokal, umumnya keputusan
didominasi oleh keluarga suami.
14
4. Keluarga Jawa Timur
Orang-orang jawa timur (Jatim) sering disebut Bataknya jawa. Ditinjau dari kondisi
dan potensi alamnya, selain memiliki cirri-ciri hemogenitas secara keseluruhan ,
setiap daerah memiliki cirri-ciri yang berbeda.
a) Sejarah perkembangan keluarga jawa timur
Para penelitian telah di jawa Timur telah menemukan fosi-fosil manusia yang
dapat menunjukkan bahwa Jawa Timur pernah didiami sejenis manusia yang
sangat tua, terutama didaerah lembah Sungai Berantas. Jenis manusia purba yang
tertua yang ditemukan didekat Desa Puning yang oleh Van Koening Wald disebut
Homo Mojokertensis.
Dalam sejarah jawa timbur pernah menjadi pusat kekuasaan dan pemerintah raja-
raja dari abad X sampai abad XII atau dalam periode raja-raja Kediri, Singosari,
dan Majapahit. Kerajaan majapahit yang berdiri tahun 1292 berhasil mencapai
puncak kejayaannya dengan mempersatukan Nusantara, bahkan wilayah
kekuasannya sampai kesemenanjung Malaka, Muanghtai, dan beberapa pulau
dipilipina Selatan. Agama Hindu dan Budha sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat sampai dengan abad XVI, setelah kerajaan islam memerintah pada
awal abad XVI, pengaruh Hindu dan Budha menepi ke daerah Blambangan dan
Bali.
b) Perkembangan Bahasa di Jawa Timur
Bahasa-bahasa daerah Jawa Timur mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Lambang di dalam keluarga dan masyarakat daerah
2) Lambang identitas daerah
3) Alat komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat daerah
4) Alat pengembang dan pendukung kebudayaan daerah
Sebagian besar penduduk Jawa Timur adalah suku bangsa Jawa dan suku
bangsa Madura.
Beberapa tingkatan bahasa jawa adalah sebagai berikut :
a. Basa ngoko lugu
b. Basa ngoko andap
15
c. Basa madya ngoko
d. Basa madya kromo
e. Basa madyantara
f. Basa kraman tara
g. Basa karma inggil
h. Basa karma desa
i. Basa bagongan
Tingkat-tingkat bahsa tersebut telah mengalami kesurupan, artinya sudah banyak
orang yang tidak memperhatikannya lagi. Tingkat bahasa ini secara murni masih
terdapat dalam drama-drama tradisional, yaitu wayang (kulit dan orang) dan
ketoprak.
c) Aspek Demografi
Tingkat kepadatan rata-rata penduduk jawa timur tahun 2001 sebesar 767
orang/km2 dan cenderung meningkat, tahun 2003 mencapai 780 orang/km2, dan
tahun 2004 mencapai 787 orang/km2 .
Menurut catatan susenas (2003), jumlah seluruh penduduk di Jawa Timur adalah
34.465.998 jiwa, dengan rasio 98, artinya wanita lebih besar dibandingkan laki-
laki. Kepadatan penduduk rata-rata 794 jiwa/km2 tersebar di 29 kabupaten 8 kota.
Secara garis besar, penduduk Jawa Timur dapat digolongkan menjadi dua
kelompok eknis, yaitu penduduk asli dan pendatang.
1) Penduduk Asli
Penduduk asli yang tinggal di Jawa Timur ada 4 golongan suku bangsa yaitu :
a. Suku nagsa Jawa
b. Suku bangsa Madura
c. Suku bangsa Tenggara
d. Suku bangsa Osing (Madium, Malang, dan banyuwangi).
Suku bagsa yang terbesar jumlahnya yaitu suku bangsa Jawa dan yang kedua
Madura.
2) Penduduk asing atau pendatang
16
Orang-orang pendatang lebih banyak dijimpai di kota-kota, khususnya dikota
Surabaya. Di Surabaya mayoritas pendatang berasal dari etnis Cina.
Orang-orang jatim dipedesaan lebih didominasi oleh orang-orang tua. Orang-
orang muda lebih memilih mencari kerja di kota atau bersekolah di kota.
d) Ekonomi
Berdasarkan dari pola penyebaran jenis mata pencaharian penduduk Jawa Timur ,
diketehui 58,43% adalahpetani, 41,06% bukan petani, dan 0,51% pekerjaan tidak
tetap.
Penduduk Jawa Timur yang jumlahnya 41,06% bukan petani pasti pernah
mengalami proses secara tidak langsung dalam hidupnya yang di tunjang dari
sector pertanian.
Letakprovinsi Jawa Timur cukup strategis, baik secara daerah produsen,
konsumen,maupun perantara. Dengan jumlah penduduk terbesar diantara
provinsi-provinsi di Indonesia (26.917.386 jiwa), Jawa Timur merupakan daerah
konsumen yang sangat baik untuk beberapa jenis industry dan perdagangan.
e) Aspek Psikososial
1) Perbedaan Kelas Sosial
Orangjawa dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan sosialnya sebagai
berikut:
a. Orang kecil (wong cilik) terdiri dari petani,pedagang, nelayan, dan mereka
yang berpendapatan rendah
b. Kaum priayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, golongan social tidakterlalu
diperhatikan. Biasanya, orang yanglebih muda akan menghormati orang yang
lebih tua.
2) Bentuk-bentuk Keluarga dan Sistem ikatan kekerabatan
Keluarga merupakan kesatuan antara suami dan istri dengan anak-anak yang
belum menikah (keluarga batih/inti) yang tinggal serumah (house hold) atau
antara suami dan istri-istrinya beserta anak-anaknya (poligami) yang tinggal
dilingkungan keluarga masing-masing. Keluarga batih bisa tinggal di
17
lingkungan keluarga istrinya (uxiolokal) atau suaminya (virilokal) atau tinggal
terpisah dari lingkungan keluarga istri atau suami (neolokal).
Ada dua fungsi pokok dari keluarga inti, yaitu :
a. Keluarga inti merupakan kelompok dan tempat individu pada dasarnya
dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya serta keamanan dalam
hidup.
b. Keluarga inti merupakan tempat perlindungan individu ketika masih
kanak-kanak dan belum mandiri, tempat mendapat pengasuhan, dan
tempat mendapatkan pendidkan pertama.
Hubungan kekerabatan di Jawa Timur dapat dilacak, baik dari garis keturunan
ibu maupun bapak. Sisitem kekerabatan ini penting karena memiliki
konsekuensi dalam hukum perkawinan, hukum waris, dan alimentasi. Ada
dua hubunggan kekerabatan dalamkeluarga Jawa Timur, yaitu :
a. Kekerabatan lurus, yaitu seseorang menjadi leluhur atau sebaliknya
menjadi keturunan dari yang lain.
b. Kekerabatan bercabang, yaitu hubungan darah antara dua orang saudara
dan keturunannya.
3) Hubungan Antara Anak dan Orang Tua
Anak yang lahir dari seseorang wanita dengan suami pria dalam ikatan
perkawinan akan beribu kepada wanita dan berayah kepada pria.
Keluarga berfungsi mengurusi segala kepentingan dari semua anggota
keluarga, misalnya kebuuhan mereka sehari-hari, kebahagiaan, kehormatan,
hari depan, pendidikan anak-anak, dan seterusnya.
4) Pemeliharaan anak yatim atau piatu atau yatim-piatu
Apabila salah suatu keluarga (suami atau istri) dalam tata susunan kekerabatan
yang petrilinel di Jawa Timur meninggal dunia, kekuasaan dari orag tua
(kekuasaan ibu-bapak) beralih kepada seseorang yang masih hidup. Namun
18
apabila kedua orang tua meninggal semuanya, pemeliharaan dan pengurusan
segala kepentingan anak yatim piatu ada pada kerabat-kerabat dari pihak
bapak atau ibu yang berkesempatan dan mampu.
5) Pengangkatan (Adopsi) Anak
Bentuk adopsi di Jawa Timur sebagai berikut :
1. Anak angkat atau anak pek atau anak pungut
2. Rawatan
Bentuk kedua ini umumnya ada ada hubungan dengan keadaan orang yang
mengadopsi, yaitu tidak ada orang lain yang bertempat tinggal serumah
atau tidak ada orang yang mondok.
e) Nilai-nilai dan Strategi Koping
Nilai-nilai ideologioi merupakan sebuah cita-cita yang diaktualisasikan dalam
kehidupan berkeluarga.
1) Strategi koping yang digunakan keluarga Jawa Timur
Beberapa strategi koping yang digunakan dalam keluarga Jawa Timur adalah
sebagai berikut:
a. Mempunyai komitmen kuat untuk saling menolong aggota keluarga yang
membutuhkan merupakan cara utama koping keluarga dan individu di Jawa
Timur.
b. Memiliki komitmen yang kuat untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Memiliki ikatan keluarga yang kuat terutama pada garis keturunan ayah dan
pola dukungan yang kuat sesame kleurga.
d. Fleksibilitas dalam menjalankan peran setiap anggota keluarga.
f) Fungsi keperawatan Keluarga
Praktek menggunakan orang pintar (dukun) masih mendominasi dalam menolong
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, terutama di pelosok-
pelosok desa.
19
Dukun bayi adalah orang yang dianggap ahli menolong persalinan dan dapat juga
sebagai dukun urat anak.
Praktek dukun dapat di golongkan dalam dua golongan, yaitu golongan hitam dan
golongan putih. Golongan hitam dianggap mampu membuat orang menjadi sakit
bahkan sampai meninggal, mencari kekayaan, memelet, atau menghancurkan
kerukunan rumah tangga. Golongan putih dianggap memiliki kemampuan
menyembuhkan orang sakit, mengurut (memijat), menolong persalinan,
mencarikan jodoh, merukunkan keluarga, dan sebagainya.
g) Aspek Budaya
1) Makanan kebudayaan
Banyak makanan khas jawa, Surabaya seperti rujak cingur, tahu thek-thek,
semanggi suroboyo, lontong balap, kupang, nasi rawon; Lamongan seperti soto
lamongan, tahu campur; Madiun seperti nasi pecal; Pacitan seperti jenang dodol,
keripik dan sale pisang. Jenis makan lain adalah rujak cingur, sego jagung,
kerupuk gadung, sambel bangil, atau sambel petis. Malang terkenal dengan bakso
malang dan cwie-mie.
2) Implikasi Keperawatan Keluarga pada Etnik Jawa Timur
Asuhan keperawatan keluarga pada etnik Jawa Timur sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan pendekatan budaya (transcultural nursing). Pendekatan
dilakukan karena dipandang lebih sensitive.
3) Menghargai struktur dan sisitem nilai yang dianut keluarga
Bentuk keluarga jawa timur didominasi oleh keluarga besar dan keluarga inti yang
berpusat pada ayah atau ibu.
Menerima dan menghargi struktur keluarga serta system nilai yang dianut
keluarga Jawa merupakan tonggak awal yang harus ditanamkan oleh perawat
keluarga agr kelak menuai keberhasilan. Keberhasilan dapat dinilai dari tingkat
kemandirian keluarga dalam menolong diri mereka sendiri dalam bidang
kesehatan dan akan optimal bila melibatkan kiyai.
4) Aktualisasi praktik kesehatan dalam keluarga Jawa Timur
20
Keluarga Jawa Timur kelas social menengah mempunyai pola mencari bantuan
pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana.
Pada keluarga Jawa Timur menanamkan budaya perilaku hidup bersihdan sehat
perlu melibatkan institusi formal dannonformal.
Orang-orang Jawa Timur umumnya amat patuh kepada pemimpin spiritual
mereka, apa yang di katakana pemimpin spiritual di anggap dapat menentukan
surge atau neraka. Pejah Gesang Nderek Kyai artinya mati atau hidup, saya ikut
pak kiyai. Pada aklhirnya, mereka berpandangan bahwa pendapat kyailah yang
paling benar, apapun konsekuensinya.
5. Keluarga Lampung
a) Sejarah perkembangan keluarga lampung
Masyarakat lampung merupakan masyarakat yang bersifat majemuk yang terdiri
dari beraneka ragam suku bangsa dengan latar belakang budaya yang berbeda-
beda.
Provinsi lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 sejak di tetapkannya
Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi undang-undang
No. 14 Tahun 1964. Sebelumnya, provinsi lampung merupakan Keresidenan yang
tergabung dengan provinsi Sumatra Selatan. Walaupun provinsi lampung sebelum
tanggal 18 maret 1964 secara administrative masih merupakan bagian dari
provinsi Sumatra selatan, sebelum Indonesia mereka daerah ini memang telah
menunjukan potensi yang sangat besar serta corak worna kebudayaan tersendiri
yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara.
Pada zaman penjajahan Belanda, tercatat nama-nama pahlawan asal Lampung,
antara lain Radin Intend an Radin Imba Kusuma. Menjelang Indonesia merdeka
tanggal 17 agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung
ikut terlibat dan merasakan pahitnya perjuangn melawan penindasan penjajah.
Pada akhirnya tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah
tingkat I Provinsi Lampung.
b) Aspek Demografi
Penyebaran penduduk terpusat di kota besar, seperti Bandar Lampung, teluk
betung, Metro, Kota Agung, dan Kalianda. Di Menggala dan Liwa, jumlah
21
pnduduknya relative sedikit. Jumlah penduduk provinsi Lampung tahun 1971,
1980, dan 1985 sebesar 2.777, 4.624, dan 5.139 juta jiwa.
Pertumbuhan penduduk dari tahun 1971 sampai tahun 1980 sebesar 5,77% per
tahun dan periode tahun 1980-1990 menurun menjadi 5,06% per tahun.
Lampung yang saat ini terdiri atas 10 kabupaten / kota, memiliki kepadatan
penduduk yang sangat beragam mulai dari 17 jiwa / km2 sampai 38.015 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk tertinggi adalah di Bandar Lampung dan terendah di
Lampung Timur.
1) Penduduk Asli
Penduduk asli lampung sukar untuk di ketahui dengan pasti karena tidak dicacah
menurut penggolongan suku bangsa. Akan tetapi diperkirakan jumlahnya sebesar
16% atau 1.250.000 jiwa. Mata pencaharian orang-orang Lampung asli terutama
bertani/berkebun, berternak, dan melaut, serta beberapa diantaranya berdagang.
Orang-orang lampung umumnya berkulit putih bersih dan mata agak sipit.
2) Penduduk pendatang
Penduduk pendatang mendominasi hamper 84% dari jumlah penduduk provinsi
Lampung. Kelompok etnis terbesar adalah Jawa (30%), Banten/Sunda (20%),
Samendo (12%), dan Minang Kabau (10%).
Perpindahan dari daerah asal ke daerah baru membawa dampak dalam perubahan
mata pencaharian dan kebiasaan hidup. Adanya kaum pendatang seperti
transmigran membawa dampak positif terhadap cara beradaptasi orang Lampung
asli, misanya bercocok tanam dan berrtambak.
c) Aspek Psikososial
1) Perbedaan kelas social
Secara garis besar, suku bangsa Lampung dapat di bedakan menjadi dua
kelompok masyarakat, yaitu masyarakat Lampung yang beradat pepadun dan
masyarakat Lampung yang beradat Peminggir atau Saibatin.
a. Masyarakat Lampung adat Pepadun
Kelompok-kelompok masyarakat tersebut :
aa Abung Siwo Megou terdiri atas kelompok kerabat sebagai berikut :
22
1) Buay Nunyai, Lokasinya di daerah Kotabumi.
2) Buay Unyi, lokasinya didaerah gunung sugih.
3) Buay Nuban, Lokasinya di daerah Sukadana.
4) Buay Subing, Lokasinya di daerah Terbanggi Besar.
5) Buay Kunang, Lokasinya di daerah Abung Barat.
6) Buay Selagai, Lokasinya di daerah Terbanggi Besar.
7) Buay Selaga, Lokasinya di daerah Abung Barat.
8) Buay Tuha, Lokasinya di daerah Padangratu.
9) Buay Nyerupa, Lokasinya di daerah Guunung Sugih.
ab Megou Pak Tilang Bawang terdiri atas kelompok-kelompok kerabat
sebagai berikut :
1) Buay balau, Lokasinya di daerah Menggala.
2) Buay Umpu, Lokasinya di daerah Tulang Bawang Tengah.
3) Buay Tegamoan, Lokasinya di daerah Tulang Bawang Tengah.
4) Buay Aji, Lokasinya di daerah Tulang Bawang Tengah.
ac Buay lima (wai kanan/sungkai) terdiri atas kelompok-kelompok kerabat
sebagai berikut :
1) Buay Barasakti, Lokasinya di daerah Barasakti.
2) Buay Semenguk, Lokasinya di daerah Blambangan Umpu.
3) Buay Baradatu, Lokasinya di daerah Baradatu.
4) Buay Pemuko, Lokasinya di daerah Pakuan Ratu.
5) Buay Bahugo, Lokasinya di daerah Bahuga.
ad Pubian Telu Suku terdiri atas kelompok-kelompok kerabat sebagai berikut
1) Buay masyarakat, Lokasinya di daerah Gedongtataan, Pagelaran, dan
Kedaton.
2) Buay Tambapupus, Lokasinya di daerah pagelaran dan gedongtataan.
3) Buay Bukujadi, Lokasinya di daerah Natar.
b. Masyarakat Lampung dengan adat Saiibatin atau Peminggir
Masyarakat yang termasuk saibatan adalah sebagai berikut:
aa Peminggir melinting / Rajabasa, Lokasinya di daerah Labuhan Maringgai
dan Kalianda.
23
ab Peminggir Teluk, Lokasinya di daerah Teluk Betung.
ac Peminggir Semangka, Lokasinya di daerah Liwa, Kenali, Pesisir Tengah,
Pesisir Utara, Pesisir Selatan.
ad Ranau, Komering, dan Kayu Agung.
2) Bentuk-bentuk keluarga dan system ikatan kekerabatan
Orang-orang lampung biasanya menganut garis keturunan patrilineal. Hubungan
antara suku etnik dalam masyarakat lampung yang bermukiman di desa dan di
kota dapat di bedakan menjadi hubungan antar sesama kelompok asal atau
penduduk asli, hubungan antara kelompok asli dan pendatang, serta hubungan
antara sesama kelompok pendatang.
3) Nilai-nilai dan strategi koping
Prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan suatu corak keaslian
masyarakat Lampung, yang dapat dirangkum dalam lima prinsip berikut :
a) Pi’il Pasenggiri adalah segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku,
dan sikap hidup yang selalu menjaga dan menegakkan nama baik serta
martabat pribadi maupun kelompok.
b) Sakai Sembayan meliputi beberapa pengertian yang luas termasuk di
dalamnya gotong royong, tolong-menolong, bahu—membahu, serta saling
member sesuatu yang diperlukan pihaklain.
c) Nemui Nyimah adalah bersikap murah hati dan ramah-tamah terhadap semua
pihak, baik terhadap orang di dalam kelompok mereka maupun terhadap siapa
saja yang berhubungan dengan mereka.
d) Nengah Nyappur, adalh tata pergaulan masyarakat Lampung yang bersedia
membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan memperluas
pengetahuan.
e) Berjuluk Beadek, didasarkan kepada Titei Gemattei yang di wariskan turun-
temurun dari zaman dahulu.
4) Aspek Budaya
a) Makanan kebudayaan
24
Keluarga Lampung memiliki makanan khas seperti buak tat, makanan daerah
lampung pesisir. Kue lapis legit basah, kue engkak ketan, njak-njak bebay
makhing (kue yang di bungkus dengan daun pisang yang terbuat dariketan merah
dan pisang), serta segubal (sejenis lemang yang dibungkus dengan daun pisang).
b) Kerajinan Tradisional
Kerajinan tradisional karya seni dekoratif Lampung meliputi barang-barang
kerajinan seperti tenunan, sulaman, benda logam, dan anyaman.
Corak, warna, dan bahan yang di pakai pada hasil karya tenunan bebeda-beda
sesuai dengan tingkat kedudukan yang memakai dan saat pemakaiannya.
Daerah yang menghasilakan tapis adalah daerah Abung, Tulang Bawang, Pubian,
Sungkai/Way Kanan, dan pesisir/Peminggir.
5) Praktek Kesehatan Keluarga
Di desa-desa, pertolongan kelahiran anak di lakukan oleh dukun bayi kampong
dengan tata cara sederhana yang diikuti dengan pembacaan mantera.pemotongan
pusar bayi di lakukan dengan menggunakan pisau sembilu. Pisau semilu ini tidak
steril sehingga bisa menyebabkan bayi infeksi. Dalam upacara adat, bayi di
sambut dengan mengikat benang tiga warna, yyaitu merah, putih dan hitam pada
pergelangan tangannya di sertai pembacaan mantera.
6) Implikasi Keperawatan Keluarga pada Etnik Lampung
Asuhan keperawatan keluarga pada etnik Lampung sebaiknya di lakukan dengan
cara pendekatan budaya. Salah satu contoh memberikan pendidikan kesehatan
tentang ASI eklusif dan mulai member makan PASI saat upacara turuntanah.
Perawat keluarga perlu memberikan dukungan dan pengakuan keberhasilan
keluarga untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
6. Keluarga Bengkulu
a) Sejarah perkembangan keluarga Bengkulu
Nama Bengkulu bermulai dari kisah orang Aceh yang dating hendak melamar
Putri Gading Cempaka, yaitu anak ratu agung dan Raja Sungai Serut.
25
Wilayah Bengkulu telah didiami penduduk sejak zaman prasejarah. Hal ini di
tunjukkan dengan temukannya prasasti di bagian utara Bengkulu dan bangunan
Megalitik tipe dongson di bagian selatan Bengkulu.
b) Aspek Demografi
Provinsi Bengkulu mempunyai tiga suku besar yang mempunyai peranan penting
dalam mewarnai adat istiadat daerah Bengkulu, yaitu :
1) Suku Rejang berpusat di kabupaten Rejang Lebong,
2) Suku Serawai berpusat dikabupaten Benkulu Selatan,
3) Suku melayu berpusat di kota Bengkulu.
Di provinsi Bengkulu terdapat Sembilan golongan etnis suku dan masing-masing
suku tersebut menggunakan bahasa sendiri. Kesembilan suku tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Suku Lembak menggunakan bahasa Lembak serta mendiami Kabupaten
Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara.
2) Suku Rejang menggunakan bahasa Rejang serta mendiami Kabupaten Rejang
Lebong dan Bengkulu Utara.
3) Suku ketahun menggunakan bahasanya Pekal dan mendiami kabupaten
Bengkulu Utara.
4) Suku Muko-muko menggunakan bahasa Muko-muko dan mendiami
kabupaten Bengkulu utara.
5) Suku Enggano menggunakan bahasa enggano dan mendiami kabupaten
Bengkulu Utara.
6) Suku Serawai menggunakan bahasa serawai dan mendiami kabupaten
Bengkulu selatan (Manna).
7) Suku kaur menggunakan bahasa Mulak dan mendiami kabupaten Bengkulu
selatan (daerah bintuhan).
8) Suku pasemah menggunakan bahasa pasemah dan mendiami kabupaten
Bengkulu selatan.
9) Suku melayu menggunakan bahasa melayu dan mendiami kota Bengkulu.
c) Aspek Psikososial
26
1) System Kemasyarakatan
System kemasyarakatan dan masyarakat Bengkulu terdapat dalam keluarga, suku,
kampung, dan dusun. System kemasyarakatan tersebut adalah gotong royong dan
adat istiadat yang digunakan suatu masyarakat sebagai pegangan di tempat mereka
hidup dan dikenal dalam system kemasyarakatan.
2) Tradisi, adat istiadat, dan kebiasaan
Keanekaragaman karekteristik hidup, kebiasaan, dan adat istiadat yang tetap
diprtahankan oleh daerah bisa dilihat dari beberapa rangkaian acara adat sebagai
berikut.
a. Acara menyambut tamu dalam bentuk tarian.
b. Acara pesta adat perkawinan, upacara pemakaman, dan bentuk upacara
lainnya.
c. Sedekah rame adalah acara yang di laksanakan dalamkehidupan bertani.
d. Buang jung adalah acara membuang perahu kecil ke laut berdasarkan
kehidupan nelayan.
3) System perkawinan
Ada tiga macam system perkawinan di Bengkulu, yaitu sebagaii berikut :
a. Semendo jujur. Bentuk perkawinan ini banyak dilakukan oleh masyarakat
suku rejang. Semendo jujur artinya perempuan yang telah melaksanakan
perkawinan harus tinggal di pihak keluarga laki-laki, mengabdikan diri kepada
sang suami dan memisahkan diri dari keluarga asalnya.
b. Semendo terambik anak. Keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki atau
memiliki anak laki-laki yang masih kecil menerima anak laki-laki dari
keluarga lain sebagai menantu keluarga tersebut.
c. Semendo rajo-rajo. Semendo rajo-rajo disebut juga semendo beradat attau
semendo suka sama suka karena kedua belah pihak keluarga setuju saling
membiayai acara perkawinan dan kedua mempelai bebas memilih tempat
tinggal setelah menikah.
d) Bentuk-bentuk keluarga Bengkulu dan sistempersaudaraan
27
Ada tiga macam system kekerabatan dalam masyarakat Bengkulu yaitu :
1) Keluarga batih/keluarga inti (nuclear family),
2) Keluarga besar (extended family),
3) Keluarga campuran.
Dalam keluarga Bengkulu seorang anak yang lebih muda memanggil orang yang
lebih tua dengan sebutan :
1) Dang adalah panggilan untuk anak laki-laki tertua.
2) Wa atau Ayuk adalah untuk panggilan anak perempuan tertua.
3) Donga adalah panggilan untuk anak laki-laki kedua.
4) Inga adalah untuk panggilan anak perempuan kedua.
5) Dodo adalah panggilan untuk anak perempuan ketiga.
6) Acik adalah panggilan untuk anak laki-laki yang paling kecil
7) Bunda/Mak dang, panggilan untuk saudara perempuan dari pihak ayah atau
ibu yang paling tua.
8) Bak dang/wan, panggilan kepada saudara laki-laki ayah atau ibu yang paling
tua
9) Bucik, panggilan kepada saudara perempuan ayah atau ibu yang kedua atau
tengah.
10) Pak cik/Pak etek, panggilan kepada saudara laki-laki ayah atau ibu yang paling
muda.
11) Paman, panggilan kepada saudara laki-laki ayah atau ibu yang kedua atau
tengah.
12) Bungsu, panggilan kepada saudara perempuan ayah atau ibu yang paling
muda.
e) Nilai-nilai dan Strategi Koping
Nilai-nilai dan ideology merupakan sebuah cita-cita yang diaktualisasikan dalam
kehidupan berkeluarga. Figure ayah dalamkeluarga sangat dominan. Bila terjadi
konflik dalam keluarga pengambilan keputusan diserahkan kepada suami atau
ayah.
Beberapa strategi koping yang digunakan keluarga Bengkulu :
28
1) Memiliki komitmen yang kuat untuk saling menolong anggota keluarga yang
lain lebih membutuhkan.
2) Memilki komitmen yang kuat dalam berpartisifasi untuk kegiatan keagamaan.
3) Memilki ikatan yang kuat terutama pada garis keturunan ayah dan pola
dukungan yang kuat sesame keluarga Bengkulu.
f) Aspek budaya
1) Makanan kebudayaan
Masyarakat Bengkulu ketika membangun rumah dan akan menaikkan kuda-
kuda rumah mereka mengadakan upacara sedekah bumi, makanan yang
dihidagkan yaitu pisang satu tandan, buah kelapa muda, padi satu ikat, dan
bermacam-macam buah lain yang diakitkan di atas kuda-kuda rumah.
Makanan khas daerah Bengkulu :
a. Nasi ibek adalah nasi yang dibungkus dengan daun pisang.
b. Sambal lado asam limau.
c. Masak setu ikan.
d. Bagar daging dan bagar ikan hu.
e. Gulai pucuk ubi kacang hijau.
f. Goreng jamur (cendawan kukuran).
g. Pendap (ikan pais).
h. Emping baguk (emping melinjo).
i. Kue bolu koja.
j. Kue pede
k. Kopi anggut.
l. Sambal tempoyak.
m. Gulai kemba-ang.
Mengevaluasi pemahaman tentang sehat-sakit menurut keluarga dan
melibatkan jaringan keluarga besar
Pengertian sehat sakit menurut keluarga perlu diekspresikan dan diklarifikasi
oleh perawat keluarga sehingga keluarga memiliki budaya sehat yang dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
29
Keluarga besar orang Bengkulu biasanya memberikan dukungan emosional
dan bantuan yang besar sehingga sumber-sumber pendukung ini perlu
dipertimbangkan untuk dilibatkan.
Koenseling atau pendidikan kesehatan yang dilakukan dapat melibatkan
anggota keluarga yang seluas-luasnya. Ikatan orag tua-anak biasanya lebih
kuat dibandingkan ikan suami istri karena ikatan orang tua-anak bersifat
seumur hidup.
2) Meningkatkan keterbatasan regimen terapeutik dalamkeluarga
Perawat keluarga perlu memberikan dukungan dan pengakuan atas
keberhasilan keluarga dalam menolong diri mereka sendiri dalam bidang
kesehatan. Perawat keluarga perlu menunjukkan bukti-bukti perilaku keluarga
yang mendukung upaya kesehatan. Perawat keluarga perlu mendorong
keluarga untuk mengadopsi konsep-konsep dan program kesehatan yang
bertujuan meningkatkan kesehatan keluarga dengan memberdayakan seluruh
sumber daya yang dimiliki keluarga.
7. Keluarga Minangkabau
a) Sejarah pekembangan minag kabau
Kata minang kabau berasal dari kata minang yang berarti ‘menang’ dan kata
kerbau yang berarti ‘kerbau’. Pada mulanya kata minangkabau berasal dari
kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Raja Mulawarman yang mengadakan
pertandingan persahabatan adu kerbau antara kerajaan Pagaruyung dan
kerajaan di pulau jawa.
Ada 4 dialek yang ada dalam bahasa ming kabau antara lain:
1) Dialek Tanah Datar
2) Dialek Agam
3) Dialek Lima Puluh Koto
4) Dialek Pesisir
b) Aspek Psikososial
1) Perbedaan kelas social
30
Masyarakat minang kabau mempunyai tiga suku utama yaitu suku Caniago,
koto, dan Piliang. Ketiga suku ini terpecah lagi menjadi beberapa suku yang
secara keseluruhan berjumlah 96 suku.
Ada beberapa golongan dalam masyarakat Minangkabau, yaitu pembagian
tingkatan social secara vertical dan horizontal.
Bentuk-bentuk mingkabau dan system ikatan persaudaraan
1) Norma kehidupan
Norma-norma tersebut berupa aturan-aturan esensial bagi terciptanya
kehidupan yang tertib, aman dan damai. Aturan itu mengatur hubungan antara
wanita dan pria, aturan mengenaiharta kekayaan yang menjadi tumpuan
kehidupan manusia, norma-norma tentang tata karma pergaulan, dan system
kekerabatan.
2) System matrilineal
Dalam kelompok ini mulai berlaku aturanbahwa hubungan seksual antara ibu
dan anak laki-lakinya dipantangkan atau tabu.
Tiga unsur yang palig dalam system kekerabatan matrilineal adalah sebagi
berikut :
a. Pertama : Garis keturunan “menurut garis ibu”
b. Kedua : perkawinan harus dengan kelompok lain atau diluar kelompok
sendiri yang sekarang dikenal dengan istilah eksogami matrilineal.
c. Ketiga : ibu memegang peran sentral dalam pendidikan, pengamanan
kekayaan, dan kesejahteraan.
c) Adat istiadat perkawinan
1) Fungsi perkawinan
Fungsi perkawinan sebagai berikut :
a. Melegalisasi hubungan seksual antara seseorang pria dan seseorang wanita
dipandang dari sudut adat dan agama serta undang-undang Negara
b. Menentukan hak dan kewajiban serta perlindungan atas suami istri dan
anak
c. Memnuhi kebutuhan manuasia akan teman hidup dan status social,
terutama untuk memperoleh ketentraman batin
31
d. Memelihara kelangsungan hidup kekerabatan dan menghindari kepunahan.
2) Perkawinan eksogami
Istilah eksogami memilki pengertian yang sangat nisbi (relative)
pengertian di luar batas lingkungan bisa diartikan luas, namun bisa pula
diartikan sangat sempit
Adat minang menentukan bahwa orang minag tidak diperbolehkan
menikah dengan orang dari suku yang serumpun. Oleh karena garis
keturunan di minagkabau ditentukan menurut garis ibu, suku serumpun
yang dimaksud disini adalah serumpun menurut garis ibu sehingga disebut
eksogami matrilokal atau eksogami matrilineal.
3) Perkawinan adat minagkabau
Syarat perkawinan minagkabau :
a. Kedua calonmempelai harus beragama islam
b. Kedua calon mepelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang
sama
c. Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan saling
menghargai
d. Calon suami (marapulai) harus sudah memilki sumber penghasilan
agar dapat mebjamin kehidupan keluarganya
4) Upacara Adat
a. Tulak Bala
b. Marihimin
c. Mangido Tombang
d. Tatau
e. Perahu Turun Ka lauik
f. Milimaui Pasie
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk
saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya.
B. Saran
Penulis menyarankan agar makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya bagi pembaca
terutama bagi mahasiswa keperawatan sehingga menuntun mahasiswa dalam proses
pemberian asuhan keperawatan pada klien yang mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulis mengaharapkan masukan bagi pembaca yang bersifat membangun.
33