27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat. Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluargapun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009). Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008). Tahap perkembangan keluarga pada tahap VII atau Orang Tua Paruh Baya, merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan

Bab i,II Askep Keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab i,II Askep Keluarga

Citation preview

Page 1: Bab i,II Askep Keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu

sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan

miniatur unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan

menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota

keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat.

Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang

secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluargapun

banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari

nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai

dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi

kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga

(Setiawati, 2009).

Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk

membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu

dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk

membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi,

2008).

Tahap perkembangan keluarga pada tahap VII atau Orang Tua Paruh Baya,

merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan.

Tahap ini biasanya dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir

dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika

orang tua berusia sekitar 45-55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya pasangan,

biasanya 16-18 tahun kemudian. Pasangan baru di tahun-tahun pertengahan mereka

merupakan keluarga inti, walaupun tetap berinteraksi dengan orangtua lansia mereka

dan dengan anggota keluarga lain dari keluarga asalnya, dan dengan keluarga baru

yang didapat dari pernikahan anak-cucu (keturunan) mereka. Pasangan paska menjadi

orangtua saat bini tidak lagi terisolasi, semakin banyak pasangan paruh baya yang

tidak lagi melaksanakan kesibukan harian mereka dan meluangkan waktu lebih

Page 2: Bab i,II Askep Keluarga

banyak dalam fase paska parental, dengan perluasan hubungan kekeluargaan antara

empat generasi bukanlah hal yang jarang (Roth, 1996 dalam Friedman, 2010)

Di Indonesia sendiri khususnya daerah Yogyakarta masih banyak sekali kita

jumpai keluarga dengan tahap perkembangan keluarga dengan orang tua paruh baya,

dengan masalah anak terakhir atau anak setelah anak pertama yang belum

meninggalkan rumah. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang menyebabkan

anak-anak tersebut tidak ingin atau belum bisa meninggalkan rumah. Beberapa faktor

tersebut antara lain adalah belum menikahnya anak tersebut atau karena orangtua

yang belum menginginkan anak tersebut meninggalkan rumah. Pekerjaan yang terlalu

padat juga terkadang menyebabkan seseorang lupa untuk memikirkan atau mencari

pasangan hidup dan memikirkan hidupnya sendiri. Faktor psikologis dan sosialisasi

juga sangat berperan penting dalam hal ini sehingga seseorang tidak mendapatkan

banyak teman. Faktor yang lainnya adalah orangtua yang tidak menginginkan

anaknya untuk meninggalkan rumah dengan alasan orangtua takut berpisah dengan

anak dan takut akan kesepian dan tinggal sendiri. Pengaruhnya adalah tahap

perkembangan keluarga tersebut menjadi memanjang atau tidak terlewati dengan baik

walaupun keluarga sudah masuk ke tahap berikutnya.

Tahun pertengahan keluarga meliputi perubahan dalam penyesuaian pernikahan

(seringkali semakin baik), dalam distribusi pengaruh antara suami dan istri (lebih

terbagi), dan dalam peran (termasuk perbedaan peran pernikahan) (Leslie & korman,

1989). Bagi sebagian besar keluarga dengan peningkatan kepuasan dan status

ekonomi (Rollins & Feldman, 1970), tahun-tahun ini terlihat sebagai tahun terbaik

dalam kehidupan. . Keluarga paruh baya (middle age), secara umum juga lebih baik

secara ekonomi dibandingkan dengan tahap lain dalam riwayat keluarga (McCullough

& Rutenberg, 1988). Peningkatan partisipasi tenaga kerja oleh wanita dan semakin

tingginya perolehan kekuasaan oleh pria dari periode sebelumnya menjadi faktor yang

ikut andil dalam peningkatan keamanan ekonomi yang dialami oleh sebagian besar

keluarga di masa pertengahan. Aktivitas dan kebersamaan waktu luang yang dirasa

menyenangkan bagi setiap pasangan telah di sebut-sebut sebagai faktor utama yang

memicu kebahagiaan pernikahan. Kepuasan seksual juga secara positif berhubungan

dengan komunikasi yang baik dan kepuasan pernikahan (Levin, 1975), walaupun

suami paruh baya dapat mengalami penurunan kemampuan seksual. Komunikasi

intim suami dan istri sangat penting untuk mempertahankan pemahaman dan

ketertarikan satu sama lain di sepanjang tahun ini (Heinrich, 1996).

Page 3: Bab i,II Askep Keluarga

Akan tetapi, bagi beberapa pasangan tahun-tahun ini secara umum dirasakan

sebgai tahin yang sulit dan sukar karena masalah penuaan, kehilangan anak, dan

perasaan bahwa mereka adalah orang yang gagal menjadi orang tua dan dalam hal

pekerjaan. Beberapa penelitian mengenai kepuasan pernikahan menunjukkan bahwa

kepuasan pernikahan menurun segera setelah pernikahan dan terus menurun

disepanjang tahun pertengahan (Leslie & Korman, 1989).

Asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan orang tua paruh baya

yang dilakukan oleh perawat  untuk mengelola stressor yang mungkin timbul dan

bersama keluarga menentukan permasalahan tersebut sehingga keluarga mampu

secara mandiri menyelesaikan tugas perkembangannya, mengenali dan menyelesaikan

masalah kesehatannya pada akhirnya mampu tampil sebagai sebuah keluarga mandiri,

sejahtera, produktif, lingkungan yang sehat, gaya hidup sehat, dan menjalankan

seluruh fungsi keluarga dengan baik.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap perkembangan

keluarga orang tua paruh baya.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat memahami pengkajian keperawatan keluarga

b. Mahasiswa dapat menyebutkan diagnosa keperawatan keluarga

c. Mahasiswa dapat menjelaskan rencana asuhan keperaawatan keluarga

d. Mahasiswa dapat memahami implementasi asuhan keperaawatan keluarga

e. Mahasiswa dapat menjelaskan evaluasi asuhan keperawatan keluarga

Page 4: Bab i,II Askep Keluarga

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan melalui ikatan perkawinan,

adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan social serta emosional dan

tiap anggota keluarga (Duvall, 1997 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2010).

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998 dalam Friedman, Bowden, & Jones,

2010).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi

satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya (Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberpa orang yang terkumpul dan tinggal d suatu tempat di bawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan (Murwani, 2007).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang meliputi dua orang atau lebih yang

terikat oleh hubungan pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi yang terdiri dari

anggota rumah tangga (suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan

anaknya) yang saling berinteraksi dan tinggal di bawah satu atap dan saling

berinteraksi, mempunyai peran masing-masing dalam keluarga, dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

B. Tahap Perkembangan keluarga

1. Pengertian

Tahun ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, merupaka tahap masa

pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir dengan pension atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya

dimulai ketika orangtua berusia sekitar 45-55 tahun dan berakhir dengan

pensiunnya pasangan. Biasanya 16-18 tahun kemudian. Pasangan baru di tahun-

Page 5: Bab i,II Askep Keluarga

tahun pertengahan mereka merupakan keluarga inti, walaupun tetap berinteraksi

dengan orangtua lansia mereka dan dengan anggota keluarga lain dari keluarga

asalnya, dan dengan keluarga baru yang didapat dari pernikahan anak-cucu

(keturunan) mereka. Pasangan paska menjadi orangtua saat bini tidak lagi

terisolasi, semakin banyak pasangan paruh baya yang tidak lagi melaksanakan

kesibukan harian mereka dan meluangkan waktu lebih banyak dalam fase paska

parental, dengan perluasan hubungan kekeluargaan antara empat generasi

bukanlah hal yang jarang (Roth, 1996 dalam Friedman dkk, 2010).

Tahun pertengahan keluarga meliputi perubahan dalam penyesuaian

pernikahan (seringkali semakin baik), dalam distribusi pengaruh antara suami dan

istri (lebih terbagi), dan dalam peran (termasuk perbedaan peran pernikahan)

(Leslie & korman, 1989). Bagi sebagian besar keluarga dengan peningkatan

kepuasan dan status ekonomi (Rollins & Feldman, 1970), tahun-tahun ini terlihat

sebagai tahun terbaik dalam kehidupan. Misalnya, Ollson dan rekan (1983), dalam

survey nasional yang dilakukan secara luas, cross-sectional, dan didominasi oleh

kulit putih, kelas menengah, keluarga utuh, menemukan bahwa kepuasan

pernikahan dan keluarga serta kualitas kehidupan meningkat dan mencapai

puncaknya selama fase ini. Keluarga paruh baya (middle age), secara umum juga

lebih baik secara ekonomi dibandingkan dengan tahap lain dalam riwayat keluarga

(McCullough & Rutenberg, 1988 Friedman, Bowden & Jones, 2010).

Peningkatan partisipasi tenaga kerja oleh wanita dan semakin tingginya perolehan

kekuasaan oleh pria dari periode se3belumnya menjadi factor yang ikut andil

dalam peningkatan keamanan ekonomi yang dialami oleh sebagian besar keluarga

di masa pertengahan. Aktivitas dan kebersamaan waktu luang yang dirasa

menyenangkan bagi setiap pasangan telah di sebut-sebut sebagai factor utama

yang memicu kebahagiaan pernikahan. Kepuasan seksual juga secara positif

berhubungan dengan komunikasi yang baik dan kepuasan pernikahan (Levin,

1975 dalam Friedman dkk, 2010), walaupun suami paruh baya dapat mengalami

penurunan kemampuan seksual.

Komunikasi intim suami dan istri sangat penting untuk mempertahankan

pemahaman dan ketertarikan satu sama lain di sepanjang tahun ini (Heinrich, 1996

dalam Friendman dkk, 2010). Akan tetapi, bagi beberapa pasangan tahun-tahun

ini secara umum dirasakan sebgai tahin yang sulit dan sukar karena masalah

penuaan, kehilangan anak, dan perasaan bahwa mereka adalah orang yang gagal

Page 6: Bab i,II Askep Keluarga

menjadi orang tua dan dalam hal pekerjaan. Beberapa penelitian mengenai

kepuasan pernikahan menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan menurun segera

setelah pernikahan dan terus menurun disepanjang tahun pertengahan (Leslie &

Korman, 1989 dalam Friedman dkk,2010).

2. Tugas Perkembangan

a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

Pada saat anak terakhir meninggalkan rumah, banyak wanita memprogamkan

kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian. Bagi

beberapa wanita, krisis paruh baya di alami selama periode awal siklus

kehidupan ini. Wanita bertindak sebagai pendorong bagi anak mereka yang

sedang berkembang untuk menjadi anak yang mandiri dengan mendefinisikan

kembali hubungan dengan anak mereka (tanpa merusak kehidupan personal

dan keluarga). Dengan tujuan mempertahankan sensasi kesejahteraan dan

kesehatan ini, lebih banyak wanita yang mulai hidup dalam mengontrol berat

badannya, melaksanakan diet seimbang, memiliki program olahraga yang

teratur, dan memiliki waktu istirahat yang adekuat, serta mendapatkan dan

menikmati prestasi karier, kerja, atau prestasi kreatif lainnya. (Friendman dkk,

2010).

b. Mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orang tua

yang telah menua dan anak mereka

Tugas perkembangan kedua untuk pasangan paruh baya adalah

menemukan hubungan yang memuaskan dan bermakna dengan anak pada saat

anak dewasa dan dengan orangtua mereka yang telah lansia. Penelitian

mengidentifikasi bahwa perubahan kehidupan yang merugikan orangtua

sangat mempengaruhi cara pandang anak mengenai hubungan dengan

orangtua mereka. Perubahan merugikan ini secara dominan tercatat sebagai

penurunan dalam status kesehatan orangtua dan gangguan pernikahan

orangtua di kehidupan lanjut akibat perceraian. Tidak ada bukti yang

mendukung bahwa gangguan pernikahan orangtua akibat keadaan hidup

sebagai janda berpengaruh negative pada hubungan dengan anak dewasa

(Kaufman & Uhlenberg, 1998 dalam Friendman dkk, 2010).

Peran yang lebih menyebabkan masalah adalah berhubungan dengan dan

membantu orangtua lansia dan kadangkala lansia lain dari anggota extended

family. Delapan puluh enam persen pasangan paruh baya masing-masing

Page 7: Bab i,II Askep Keluarga

memiliki minimal satu orang tua yang masih hidup (Hagestad, 1988 dalam

Friendman dkk, 2010).

c. Memperkuat hubungan pernikahan

Tugas perkembangan ketiga yang akan didiskusikan adalah memperkuat

hubungan pernikahan. Saat pasangan benar-benar sendiri setelah beberapa

tahun di kelilingi oleh anggota keluarga lain dan beberapa hubungan.

Walaupun tampak sebagai kelegaan yang disambut baik, masa ini merupakan

pengalaman yang sulit bagi banyak pasangan untuk berhubungan satu sama

lain sebagai pasangan baru dan bukan sebagai orangtua. (Wright & Leahey,

1994) mengurai tugas perkembangan ini sebagai “negosiasi ulang system

pernikahan sebagai suatu pasangan” . keseimbangan antara kebergantungan

dan kemandirian kepada pasangan perlu dipelajari. Seringkali pasangan

membuat aturan yang berbeda dalam pernikahan, seperti memiliki minat

masing-masing yang lebih besar, seperti minat bersama dari kedua pangan

yang bermakna. Bagi pasangan yang memiliki masalah, pengurangan tekanan

kehidupan dalam masa paska parental tidak dapat menghasilkan kebahagiaan

pernikahan, tetapi menyebabkan pernikahan menjadi sesuatu yang

“membosankan” dan “kebosanan yang biasa” (Kerckhoff, 1976 dalam

Friendman dkk, 2010).

Masalah yang Dapat Muncul pada Tahap Perkembangan Orang Tua Paruh Baya

a. Perlunya Praktek Kesehatan yang Baik (mis, tidur, nutrisi, dan olahraga)

Kebutuhan promosi kesehatan : istirahat yang adekuat, aktivitas di waktu

luang, dan tidur., penurunan berat badan sampai berat badan optimum.,

penghentian merokok., pengurangan atau penghentian penggunaan alkohol.,

dan pemeriksaan skrining kesehatan yang bersifat prventif. (Friendman dkk,

2010).

b. Hubungan Pernikahan

Hubungan pernikahan pada usia paruh baya, sangat rentan karena kurangnya

hasrat seksual, dan perlu sikap saling pengertian antar pasangan (Friendman

dkk, 2010).

c. Komunikasi

Page 8: Bab i,II Askep Keluarga

Komunikasi dan hubungan dengan anak, keluarga dari pasangannya, cucu, dan

orangtua yang telah menua (Friendman dkk, 2010).

d. Perhatian pemberi asuhan

Perhatian memberi asuhan : membantu dalam mengasuh orangtua lansia atau

tidak berdaya (Friendman dkk, 2010).

e. Penyesuaian terhadap perubahan fisiologis pada penuaan

Menyesuaikan dengan perubahan fisiologis seperti perubahan hormonal,

menopause pada wanita (Friendman dkk, 2010)..

C. Tugas dan Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun

keberlanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah

satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika banyak tugas sosial yang

dilaksanakan diluar unit keluarga sebagian besar upaya keluarga difokuskan pada

pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian.

Kemampuan untuk menyediakan kebutuhan ini merupakan penentu utama apakah

suatu keluarga tertentu masih bertahan atau bubar. Peran utama orang dewasa

dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi

keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosio emosional semua anggota

keluarganya. Hal tersebut termasuk mengurangi ketegangan dan mempertahankan

moral (Friendman dkk, 2010).

2. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial

Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi universal dan lintas budaya yang

dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat (Leslie & Korman,1989 dalam

(Friendman dkk, 2010). Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar

yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik anak – anak

tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti

peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu. Keluarga memiliki tanggung jawab

utama dalam hitungan tahun menjadi mahkluk social yang mampu berpartisipasi

penuh dalam masyarakat (Friedman dkk, 2010).

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,

pakaian ,tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap

Page 9: Bab i,II Askep Keluarga

bahaya.pelayanan dan praktek kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling

relevan bagi perawat keluarga.( Friedman dkk, 2010).

4. Fungsi Reproduksi

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuetas antar

generasi keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk

masyarakat (leslie & Korman 1989 dalam friedman,Bowden ,dan jones

2010).dahulu pernikahan dan keluarga direncang untuk mengatur dan

mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi.sampai saat ini, reproduksi masih

mendominasi fungsi primer keluarga, yang merupakan justifikasi keberadaan

keluarga (Friedman dkk, 2010).

5. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang

cukup (finansial, ruang, dan materi) serta alokasinya yang sesuai melalui proses

pengambilan keputusan, karena fungsi ini sulit untuk dipenuhi secara memuaskan

bagi sebagian keluarga miskin, perawat keluarga harus menerima tanggung jawab

untuk membantu keluarga memperoleh sumber–sumber komunitas yang sesuai,

yang dapat memberikan mereka informasi, pekerjaan, konseling kejuruan, dan

bantuan keuangan yang di butuhkan (Friedman dkk, 2010).

D. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Proses pengkajian dapat bekerja secara efektif dengan klien keluarga guna

melakukan pengkajian memberikan asuhan, perawat keluarga harus ”berpikir

secara interaksional”. Variabel yang paling berpengaruh dalam meningkatkan atau

menghambat keperawatan keluarga adalah bagaimana perawat mengartikan

masalah. (Wright dan Leahey, 2000 dalam Friendman dkk, 2010).

Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi terus

menerus dan keputusan professional yang mengandung arti terhadap informasi

yang dikumpulkan.dengan kata lain data dikumpulkan secara sistematik

mengunakan alat pengkajian keluarga, kemudian diklasifikasikan dan dianalisis

untuk menginterpretsikan artinya (Friedman dkk, 2010)

Sumber data pengkajian keluarga pengumpulan data keluarga berasal dari

berbagai sumber : wawancara klien tentang peristiwa yang lalu dan saat

ini ,temuan objektif (observasi rumah tangga dan fasilitasnya ), temuan subjektif

Page 10: Bab i,II Askep Keluarga

(pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga )informasi tertulis dan lisan dari

rujukan berbagai agensi yang bekerja dengan keluarga, anggota tim kesehatan lain

(Friedman dkk, 2010)

Konsep pengkajian keluarga :

a. Nama Keluarga

b. Alamat

c. Komposisi keluarga

d. Tipe Bentuk Keluarga

e. Latar Berlakang Budaya

f. Identifikasi Religius

g. Status Kelas social

h. Tahap Perkembangan Keluarga Sekarang

i. Sejauh mana Keluarga Memenuhi tugas perkembangan

j. Riwayat Keluarga

k. Asal Keluarga orang tua

l. Kateristik rumah

m. Kateristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar

n. Mobilitas geografis keluarga

o. Transaksi dan asosiasi keluarga dan komunitas

STRUKTUR KELUARGA

p. Pola komunikasi

q. Struktur kekuasaan

r. Struktur peran

s. Nilai keluarga

t. Fungsi afektif

u. Fungsi sosialisasi

v. Fungsi perawatan kesehatan

Stres, koping, dan adaptasi keluarga

w. Stressor,kekuatan,dan presepsi keluarga

Masalah potensial keluarga

Data pengkajian lebih lanjut yang dibutuhkan

2. Tingkat Kemandirian Keluarga

Tingkat kemandirian keluarga menurut Depkes (2006) :

Page 11: Bab i,II Askep Keluarga

a. Keluarga Mandiri Tingkat I

1) Menerima petugas perawatan komunitas

2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan

b. Keluarga Mandiri Tingkat II

1) Menerima petugas perawatan komunitas

2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan

3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar

4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan rencana keperawatan

c. Keluarga Mandiri Tingkat III

1) Menerima tugas perawatan kesehatan komunitas

2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan

3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar

4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

d. Keluarga Mandiri Tingkat IV

1) Menerima tugas perawatan kesehatan komunitas

2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan

3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar

4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

7) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan

pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat

dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status

kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).

Page 12: Bab i,II Askep Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosis

ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan pengkajian

keperawatan .Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

actual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan

mendapat lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman.Diagnosis tersebut digunakan sebagai dasar proyeksi

hasil,intervensi,perencanaan dan evaluasi hasil yang dicapai (Friedman dkk,

2010)

Peran serta aktif keluarga melalui prosese keperawatan harus menjadi

perhatian utama .dalam hal mengidentifikasi masalah dan kekuatan, perawat

keluarga dan keluarga, bersama–sama bertanggung jawab mengambil bagian

darin proses ini. Proses identifikasi masalah dan kekuatan secara bersama ini

juga akan meningkatkan hubungan perawat keluarga.perawat perlu

menunjukan pada tingkat system apa masalah keluarga ini berada di tingkat

unit keluarga atau di tingkat salah satu sub sistem atau seperangkat hubungan

keluarga seperti hubungan pernikahan suami – istri, subsistem orang tua anak

atau subsistem saudara kandung (Friedman dkk, 2010)

Hal – Hal yang perlu di perhatikan dalam penentuan masalah keperawatan

adalah :

a. Keterikatan antara Data dan Masalah

Salah satu masalah dalam menetapkan kebutuhan dan masalah kesehatan

keluarga adalah bahwa semua informasi yang terkumpulkan saling

berhubungan,dan terdapat kesulitan yang tidak teratasi yang terlibat dalam

pemilihan hubungan sebab – akibat .hal ini karena menurut teori

system ,terdapat kausalitas sirkular (Friedman dkk, 2010)

b. Masalah Potensial

Masalah yang teridentifikasi dalam keperawatan keluarga sering berfokus

pada kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan atau

lingkungan. Pada banyak situasi,tidak ditemui penyakit medis atau

kecacatan.pada keadaan ini,diagnosis yang paling sering adalah

pencegahan (preventif),seperti pengurangan risiko (modifikasi nutrisi –

mengurangi garam, kalori,gula dan lemak; dan mengurangi tingkat stres)

memperbaiki gaya hidup (oleh teratur,lebih banyak istirahat dan

relaksasi,komunikasi yang lebih baik ).dari pengertian diagnosis

Page 13: Bab i,II Askep Keluarga

keperawatan dapat melibatkan masalah kesehatan potensial yang berasal

dari kondisi yang ada atau diantisipasi.karena periode antisipasi ketika

tuntutan keluarga dan anggotanya diluar kebiasaan,bimbingan antisipatif

atau pendidikan kesehatan, konseling kesehatan, dan inisiatif rujukan ke

sumber komunitas sering kali di perlukan (Friedman dkk, 2010)

c. Diagnosis Kesejahteraan/Wellness

Keluarga mungkin juga sampai pada suatu titik, berkeinginan untuk

mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi dalam bidang tertentu (Alforo –

Lefevre,2001 dalam friedman,Bowden ,dan jones 2010).pada kasus ini,

akan dipilih diagnosis ( promosi )kesehatan atau kesejahteraan ini

menunjukan keluarga siap pada keadaan sehat, namun tetap ingin

memfokuskan rencana keperawatan mereka untuk meningkatkan kekuatan

dan model mereka (Friedman dkk, 2010)

d. Menentukan Prioritas

Masalah pada keluarga yang kita harus bantu untuk meringankan atau

memperbaiki adalah kebutuhan ketika perawatan kesehatan keluarga

dapat mempengaruhi perubahan atau pada saat kita dapat membuat

dampak kesehatan yang positif terlihat dalam perilaku seefisien

mungkin.memberikan pelayanan kebutuhannya tidak mungkin dapat

dipenuhi baik karena kendala pada klien maupun penyedia layanan

kesehatan merupakan prioritas yang rendah dan relative hirarki.kebutuhan

dan masalah lain akan terselesaikan sendiri atau akan dapat diatasi oleh

sistem dukungan keluarga atau seseorang, yang lebih mudah didapat atau

lebih murah bagi keluarga,seperti tenaga pembantu kesehatan rumah.ada

juga kebutuhan dan masalah yang melampaui control klien dan keahlian

yang dimiliki perawat,keluarga mungkin membutuhkan rujukan kesumber

bantuan lain yang lebih tepat. (Friedman dkk, 2010)

Cara menentukan skor :

NO KRITERIA SKORE BOBOT

1 SIFAT MASALAH

Tidak / Kurang Sehat 3

21

Page 14: Bab i,II Askep Keluarga

Ancaman kesehatan

Keadaan Sejahtera1

2

KEMUGKINAN MASALAH

DAPAT DIBUAH

Dengan Mudah

Hanya Sebagian

Tidak Dapat

2

1

0

2

3

POTENSIAL MASALAH

UNTUK DICEGAH

Tinggi

Cukup

Rendah

3

2

1

1

4

MENONJOLNYA MASALAH

Masalah Berat Harus Ditangani

Ada Masalah Tetapi Tidak Perlu

Ditangani

Masalah Tidak Dirasakan

2

1

0

1

Rumus untuk menentukan skor, yaitu dengan menentukan skor untuk tiap kriteria

Skor di bagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dgn bobot :

Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh

bobot.

4. Intervensi

SKOR

x BOBOT

ANGKA TERTINGGI

Page 15: Bab i,II Askep Keluarga

Selama tahap proses keperawatan ini, perawat keluarga terlibat dalam

menyusun rencana keperawatan, kerjasama dalam keluaraga, yang

menetapkan intervensi dalam rangka mencapai hasil yang diharapkan.

Rencana dikomunikasikan kepada semua tim kesehatan untuk meningkatkan

pendekatan yang konsisten ketika bekerja dengan keluarga untuk membantu

mereka atau keluarga mencapai hasil yang diinginkan mereka.intervensi

keperawatan keluarga dibuata berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyatan kekuatan, dan perencanaan keluarga, dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan

sumber, serta menentukan prioritas. Intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau

bersandar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat

keluarga sedang bekerja (Friedman dkk, 2010)

Beberapa contoh intervensi pada keluarga (Friedman dkk, 2010)

a. Modifikasi Perilaku

b. Membuat kontrak

c. Menejemen kasus, termasuk koordinasi dan advokasi

d. Kolaborasi

e. Konsultasi

f. Konseling, termasuk dukungan, penilaian ulang kognitif

(reframing),intervensi krisis, dan kerja kelompok

g. Strategi pemberdayaan

h. Modifikasi lingkungan

i. Advokasi keluarga

j. Memodifikasi gaya hidup ,termasuk menajemen stress

k. Jaringan, termasuk menggunakan kelompok swa- bantu dan dukungan

social

l. Merujuk ke pelayanan kesehatan

m. Model peran

n. Tambahan Peran

o. Strategi pengajaran

p. Klasifikasi nilai

5. Implementasi

Page 16: Bab i,II Askep Keluarga

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik (Lyer dkk, 1996 dalam

friedman,Bowden ,dan jones 2010). ). Tahap implementasi dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk

membantu komunitas mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu,

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan komunitas.( Friedman dkk,

2010).

Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.

Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika

komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi

tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan

pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai

dengan kebutuhan komunitas (Friedman dkk, 2010)

Pelaksanaan/implementasi dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu:

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

6. Evaluasi

Komponen kelima proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi

berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan keluarga,

perawat, dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem

keluarga dan anggota keluarga (Bagaimana keluarga berespons) dari pada

intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi sekali lagi, merupakan kegiatan

bersama antara perawat dan keluarga. (friedman,Bowden ,dan jones 2010).

Walaupun pendekatan evaluasi berorientasi pada keluarga yang paling

relevan, pendekatan ini sering kali membuat frustasi karna kesulitan dalam

menyusun kriteria objektif untuk hasil yang diinginkan dan karna faktor

Page 17: Bab i,II Askep Keluarga

selain intervensi yang telah direncanakan yang memengaruhi hasil pada

keluarga/klien. Karena pilihan tersebut tidak ada seorangpun yang dapat

secara jelas “murni”, melihat keberhasilan dari intervensi keperawatan

(Friedman dkk, 2010)

Rencana asuhan keperawatan mencakup kerangka evaluasi. Jika jelas,

tujuan dan perilaku spesifik sudah digambarkan yang kemudian dapat

digunakan sebagai kriteria untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan yang

didapat pada beberapa situasi, mungkin ada suatu kebutuhan untuk

mengembangkan kriteria yang lebih spesifik untuk mengevaluasi tujuan.

Contohnya; tujuan, keluarga akan mencari pelayanan medis bagi bayinya

yang sakit , mungkin perlu kriteria lebih spesifik untuk memutuskan apakah

tujuannya sudah tercapai. Kriteria evaluasi dapat meliputi suatu fakta bahwa

keluarga sudah berobat kedokter anak akan tetapi, pada banyak kasus, tujuan

ditulis dengan menggunakan istilah yang lebih spesifik untuk menghindari

pengembangan kriteria lebih lanjut, seperti, anak akan mendapatkan

pelayanan diagnosis dan pengobatan dari dokter spesialis anak dalam 1

sampai 3 hari (Friedman dkk, 2010)

Evaluasi merupakan proses terus-menerus yang terjadi setiap saat

perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan. Sebelum rencana

perawatan dikembangkan atau dimodifikasi, tindakan keperawatan tertentu

perlu ditinjau oleh perawat dan keluarga untuk memutuskan apakah tindakan

tersebut memang membantu. Kecuali respon keluarga terhadap intervensi

keperawatan di evaluasi bersama, tindakan keperawatan yang tidak efektif

dapat terus berlangsung (Friedman dkk, 2010)

Page 18: Bab i,II Askep Keluarga