23
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. IPS 2.1.1.1 Hakikat IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Sedangkan IPS menurut Zuraik dalam Susanto (2013: 137) adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar- benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai- nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan untuk media pelatihan siswa sebagai warga negara sedini mungkin.Tidak jauh berbeda menurut Banks dalam Susanto (2013: 141) mengatakan bahwa pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies, merupakan bagian dari kurikulum yang di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, bahkan dunia. Banks

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. IPS 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10891/2/T1_292012093_BAB II... · 5. Mempunyai motivasi untuk turut serta secara

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. IPS

2.1.1.1 Hakikat IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa,

fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,

sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik

diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis

dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar

Isi 2006). Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPS

disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses

pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di

masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan

memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu

yang berkaitan.

Sedangkan IPS menurut Zuraik dalam Susanto (2013: 137) adalah

harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para

anggotanya benar- benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional

dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-

nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan

keterampilan untuk media pelatihan siswa sebagai warga negara sedini

mungkin.Tidak jauh berbeda menurut Banks dalam Susanto (2013: 141)

mengatakan bahwa pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies,

merupakan bagian dari kurikulum yang di sekolah yang bertujuan untuk

membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai dalam rangka

berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, bahkan dunia. Banks

8

menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-

sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di

sekolah dasar dan menengah.

Definisi yang hampir sama dikemukakann oleh Jarolimek dalam

Susanto (2013: 141) yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan

IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-

nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok

masyarakat di mana ia tinggal.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan

dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau

pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan

sehari- hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut

Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di

SD meliputi aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Dari uraian pembelajaran IPS di atas peneliti mendeskripsikan

bahwa IPS di sekolah dasar yang meliputi materi sejarah, geografi,

sosiologi, dan ekonomi tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan

semata, tetapi juga pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap yang

yang berguna dalam kehidupan sehari- hari untuk menjadi warga negara

yang baik.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah dasar

Menurut Mutakhin dalam Susanto (2013: 145) merumuskan tujuan

pembelajaran IPS, sebagai berkut:

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai- nilai sejarah dan

kebudaayan masyarakat.

9

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu- ilmu social yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah- masalah sosial.

3. Mampu mmenggunakan model- model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang

berkembang di masyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu- isu dan masalah- masalah social, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian

bertanggungjawab membangun masyarakat.

Pendapat yang hamper sama dikemukakan oleh Nur Hadi dalam

Susanto (2013: 146) ada 4 tujuan pendidikan IPS yaitu knowledge, skill,

attitude, dan value. Pertama, knowledge, yaitu membantu para siswa

sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, dan

mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosiologi psikologi.

Kedua, skill yaitu mencakup keterampilan berpikir (thinking skills).

Ketiga, attitudes, yang terdiri atas tingkah laku berpikir (intellectual

behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior). Keempat, value, yaitu

nilai yang terkandung di dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan

masyarakat maupun lembaga pemerintahan, termasuk di dalamnya nilai

ekonomi, pergaulan antar bangsa, dan ketaatan kepada pemerintah dan

hukum.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPS

di tingkat SD / MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

10

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, inkuiri,

memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal,

nasional dan global.

Kemampuan peserta didik yang memiliki kestandaran yang

dinamakan standar kompetensi (SK) yang kemudian dirincikan ke dalam

kompetensi dasar (KD). Pembelajaran IPS untuk kelas V Sekolah Dasar/

Madrasah Ibtidaiyah (BNSP: 2008) sebagai berikut:

Tabel 2

SK dan KD Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas V Semester 1 dan 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menghargai berbagai

peninggalan dan tokoh

sejarah yang berskala

nasional pada masa

Hindu Budha, dan Islam,

keragaman kenampakan

alam, dan suku bangsa

serta kegiatan ekonomi di

Indonesia.

1.1 Mengenal makna peninggalan sejarah

yang berskala nasional dari masa Hindu,

Budha, dan Islam Indonesia.

1.2 Menceritakan tokoh- tokoh sejarah pada

masa Hindu, Budha, dan Islam Indonesia.

1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam

dan buatan serta pembagian wilayah

waktu di Indonesia.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan

budaya di Indonesia

1.5 Mengenal jenis- jenis usaha dan kegiatan

ekonomi di Indonesia

2. Menghargai peranan

tokoh pejuang dan

masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan

kemerdekaan

Indonesia.

2.1 Mendiskripsikan perjuangan para tokoh

pejuang pada penjajah Belanda dan

Jepang.

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam memproklamasikan

11

kemerdekaan Indonesia.

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan kemerdekaan.

Adapun SK dan KD yang berkaitan dengan penelitian ini adalah SK

ke 2 yaitu menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesiadan KD ke

2.1 Mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah

Belanda dan Jepang.

Pada intinya tujuan pendidikan IPS adalah untuk membentuk dan

mengembangkan pribadi warga negara yang baik (good citizenship).

Adapun karakeristik warga negara yang baik, seperti yang dikemukakan

Barth & Shermis dalam Susanto (2013: 146), sebagai berikut:

1. Memiliki sikap pratiotisme, yaitu cinta tanah air, bangsa dan

negara.

2. Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai- nilai,

pranata, dan praktik kehidupan kemasyarakatan.

3. Memiliki sikap integritas sosial dan tanggung jawab sebagai warga

negara.

4. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap nilai- nilai

budaya atau tradisi yang diwariskan oleh bangsanya.

5. Mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam

pelaksanaan kehidupan demokratis.

6. Memiliki kesadaran (tanggap akan) masalah- masalah sosial.

7. Memiliki ide, sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai

seorang warga negara.

8. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi

yang berlaku.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan

tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah untuk

memiliki penhetahuan dan keterampilan dasar untuk berinteraksi

antar individu dengan lingkungannya di masyarakat agar menjadi

warga negara yang baik.

12

2.1.2. Belajar

2.1.2.1.Hakikat Belajar

Ada pepatah mengatakan “tiada hari tanpa belajar”, yang

maksudnya adalah setiap hari kita belajar baik tentang mempelajari suatu

hal secara langsung maupun tidak secara langsung. namun, sebenarnya

apakah yang dimaksud dengan belajar? Berikut beberapa definisi belajar

menurut pakar pendidikan (Suprijono: 2013):

1. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktivitas.

2. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

3. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.

(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

4. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,

to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati, membaca,

meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

5. Geoch

Learning is change in performance as aresult of practice. (Belajar

adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

6. Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a

result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang

bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

7. Reber

Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar pendidikan di atas,

menurut peneliti, hakikat belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku yang terjadi karena ada interaksi antara individu yang satu

dengan yang lainnya melalaui pengalaman atau pengetahuan yang

telah didapatkan.

2.1.2.2 Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siapapun

hendaknya kita mengetahui bagaimana hasilnya, apakah hasilnya sudah

baik atau belum.

13

Menurut Bloom dalam Suprijono (2013: 6) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory,

pre- routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan

produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Gagne dalam Suprijono (2013: 5) mengemukakan hasil belajar

berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu mempresentasikan konsep dan

lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek berdasarkan penilaian terhadap objek

tersebut.

Hasil belajar dimanfaatkan sebagai ukuran apakah apakah proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil atau tidak.

Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses

belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang

dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi pula hasil belajarnya. Proses

14

belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana,

2004).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar peneliti

mendeskripsikan hasil belajar adalah suatu gambaran umum tentang

kemampuan pemahaman siswa terhadap suatu materi yang telah diajarkan

oleh guru. Dalam penelitian ini hasil belajarnya lebih dominan ke ranah

kognitif yaitu kemampuan knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), analysis

(menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, membentuk

bangunan baru). Di dalam soal tes yang diberikan nanti berkaitan dengan

ke empat aspek yang termasuk ranah kognitif. Untuk kemampuan

knowledge (pengetahuan, ingatan) bisa dalam soal pilihan ganda dan isian,

kemampuan comprehension bisa dalam soal isian dan uraian, sedangkan

kemampuan analysis dan synthesis bisa dalam soal berbentuk uraian.

2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang baik atau buruk dipengaruhi oleh banyak faktor.

Slameto (2010: 54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar

menggolongkannya menjadi dua yaitu intern dan ekstern. Faktor intern

adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor intern meliputi:

a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, meliputi intelegensj, perhatian, minat, bakat, motif,

keuntungan, kesiapan.

c. Faktor kelelahan, baik itu kelelahan jasmani maupun rohani.

Faktor ekstern meliputi:

a. Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan.

15

b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran

di atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar, tugas rumah.

c. Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Dari beberapa faktor di atas, peneliti berpendapat bahwa faktor

yang mempengaruhi belajar juga berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa, teutama faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti minat,

bakat, kesiapan, perhatian dan faktor dari luar seperti keluarga sebagai

lingkungan pertama dan yang paling lama didapatkan siswa tentunya

perhatian dari orang tua sangat berperan penting dalam aktivitas belajar

siswa. Namun dalam penelitian ini lebih fokus pada faktor ektern yang

berasal dari sekolah yaitu metode mengajar yang dilakukan oleh guru.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1 Hakikat Model Pembelajaran

Menurut (Komalasari, 2010), model pembelajaran adalah bentuk khas

pembelajaran yang disajikan oleh guru dari awal sampai akhir. Model

pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai pembungkus antara pendekatan,

strategi, metode, teknik, dan taktik. Pendekatan pembelajaran adalah “titik

tolak atau cara pandang terhadap proses pembelajaran” (Sanjaya, 2011).

Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang

dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan,

evaluasi, serta program tindak lanjut untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu (Iskandarwassid & Sunendar, 2011). Teknik pembelajaran adalah

cara yang dilakukan oleh pengajar dalam mengaplikasikan metode secara

khusus. Sedangkan taktik pembelajaran adalah gaya pengajar dalam

melaksanakan metode atau teknik pembelajaran yang individual

(Komalasari, 2010).

Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2011, h. 133)

model pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan untuk

16

membentuk kurikulum, merencakan pembelajaran di kelas, dan merancang

bahan ajar. Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hosnan

(2014, h. 181) yang menyatakan bahwa model pembelajaran adalah sebuah

kerangka konseptual yang menjelaskan langkah-langkah pembelajaran

secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi pengajar untuk merencanakan dan melaksanakan strategi dan

aktivitas prinsip pembelajaran.

Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah sebuah prosedur pembelajaran yang sistematis

yang dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun kegiatan pembelajaran

yang mencakup pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik

pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

2.1.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Pengertian model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

menurut Isjoni (2013: 15) adalah suatu model pembelajaran dimana sistem

belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4- 6

orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah

dalam belajar. Sedangkan menurut Anita Lie dalam Isjoni (2010: 16),

menyebutkan dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system

pembelajaran yang member kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja

sama dengan siswa lain dalam tugas- tugas yang terstruktur. Rusman (2011:

207) juga menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif meliputi:

1. Pembelajaran secara tim

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

3. Kemauan untuk bekerja sama

4. Keterampilan bekerja sama

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran

yang menempatkan siswanya dibentuk berkelompok untuk saling

17

bekerjasama menyelesaikan suatu tugas dalam sebuah pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif, diperlukan

langkah-langkah (prosedur) pembelajaran yang jelas. Rusman (2011: 211)

membagi langkah-langkah pembelajaran kooperatif ke dalam tiga tahap

pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

pada kegiatan pembelajaran dan

menekankan pentingnya topik yang

akan dipelajari dan memotivasi

siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau

materi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau melalui bahan

bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membimbing

setiap kelompok belajar agar

melakukan transisi secara efektif dan

efisien.

Tahap 4

18

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar.

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas.

Tahap 5

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan kelompok.

Selanjutnya Rusman (2011: 212) meringkas bahwa pada dasarnya

model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai

berikut:

1. Penjelasan materi

Pada tahap ini berisi penjelasan pokok-pokok materi sebelum siswa

belajar secara berkelompok. Tujuannya adalah agar siswa dapat

memahami pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok

Setelah siswa paham terhadap materi kelompok, maka siswa bekerja

dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian

Penilaian pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui tes maupun

non tes, baik dilakukan secara individu maupun kelompok.

4. Pengakuan tim

Tahap ini berisi penetapan kelompok yang dianggap paling menonjol

dalam satu kelas. Selanjutnya kelompok tersebut diberikan hadiah atau

penghargaan untuk memotivasi siswa agar mempertahankan

prestasinya.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif

untuk diaplikasikan dalam pembelajaran IPS di SD. Karena selain sesuai

untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, model pembelajaran kooperatif

juga sesuai dengan karakteristik siswa SD yang masih senang

berkelompok dan bermain.

19

2.1.5 Metode Pembelajaran Mind Mapping

1. Hakikat Metode Pembelajaran

Seorang calon guru tentunya sudah tidak asing lagi mendengar

kata metode pembelajaran. Ketika kuliah, banyak sekali beberapa mata

kuliah yang membahas metode- metode pembelajaran, seperti: strategi

pembelajaran, micro teaching, dll. Menurut Djamarah (2002) metode

adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini

dimaksudkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dengan menggunakan metode- metode pembelajaran tertentu.

Definisi yang hampir sama menurut Slameto (2003) mendefinisikan

metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Belajar dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan,

sikap, kecakapan, dan keterampilan. Sedangkan pembelajaran menurut

Sagala (2006) adalah membelajarkan siswa menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

keberhasilan suatu pendidikan. Sedangkan Riyanto (2002) berpendapat

pembelajaran adalah suatu proses eksperimentasi. Selalu harus ada

yang dipelajari dan karena adanya pengalaman- pengalaman baru.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

metode pembelajaran merupakan suatu alat atau cara yang

mempermudah guru untuk mencapai tujuan materi pembelajaran

kepada siswa agar kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dapat

berhasil. Metode pembelajaran ada berbagai macam seperti: picture

and picture, example non example, mind mapping, ceramah, tanya

jawab, diskusi, pemberian tugas, kerja kelompok, karya wisata,

simulasi, dan masih banyak lagi yang lain. Namun dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode pembelajaran mind mapping, sehingga

dalam bagian selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai metode

mind mapping.

20

2. Metode Mind Mapping

Menurut Buzan (2005: 4) mind map adalah cara termudah untuk

menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke

luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif,

dan secara harfiah akan “ memetakan” pikir-an-pikiran kita. Mind map

didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan

percikan- percikan kretifitas dalam otak karena melibatkan kedua

belah otak kita (Windura, 2010).

Mind map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan,

memungkinkan kita untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian

rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Informasi

akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan

teknik pencatatan tradisional. Suasana yang menyenangkan di dalam

kelas ketika sedang pembelajaran akan mempengerahi penciptaan peta

pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan

suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam

pembuatan mind map ini.

Mind mapping merupakan metode pemetaan otak terhadap semua

informasi. Metode ini membuka pikiran manusia agar mampu

mengembangkan pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif

(Khan, 2010).

Menurut peneliti setelah membaca pengertian metode mind

mapping berdasarkan para ahli, metode mind mapping adalah suatu

metode pembelajaran yang bisa merangsang kreativitas otak untuk

memunculkan ide- ide baru dengan menggunakan garis- garis yang

bercabang dan bila perlu di beri warna dan gamabar agar lebih menarik

terhadap materi suatu pelajaran yang sedang dipelajari.

3. Kegunaan Mind Mapping

Kegunaan mind mapping menurut Buzan (2007: 5), meliputi:

1. Memberikan pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang

luas.

21

2. Memnungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-

pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita

berada.

3. Mengunpulkan sejumlah besar data di satu tempat.

4. Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat

jalan- jalan terobosan kreatif baru.

5. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.

Menurut Yahya (2010) kegunaan dari mind mapping yaitu

untuk membuat catatan yang memberdayakan diri. Metode mind

mapping yang menggabungkan teks dan gambar ini akan membantu

seseorang dalam mengelola informasi, menambah kaitan dan asosiasi,

serta menjadikan informasi lebih bertahan lama dalam ingatan. Dalam

pembuatan mind map, semuanya menggunakan garis lengkung,

simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak. Melalui

mind map daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi

catatan yang berwarna- warni, dan mudah diingat yang bekerjanya

sama dengan cara kerja.

4. Bahan Membuat Mind Map

Untuk membuat mind map sangat sedikit dan mudah bahan yang

dibutuhkan, yaitu:

1. Kertas kosong tak bergaris

2. Pena dan pensil warna

3. Otak

4. Imajinasi

Tidak perlu susah payah dan membayar mahal karena ternyata

bahannya cukup murah dan mudah didapat. Dari bahan- bahan di atas

dapat dilihat bahwa siapa pun bisa membuat mind map.

22

4. Langkah membuat mind map

Menurut Buzan (2007: 15) ada tujuh langkah dalam membuat mind

map, yaitu:

1. Siapkan kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

2. Pada bagian tengah gunakan gambar atau foto untuk dijadikan sebagai

ide sentral. Diletakkan di tengah kertas dimaksudkan agar tetap fokus

dan menarik.

3. Berilah warna. Warna membuat otak menjadi tertarik dan lebih hidup .

4. Hubungkan gambar yang digunakan sebagai ide sentral dengan cabang-

tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.

5. Buat garis hubung yang melengkung. Garis lengkung ini lebih menarik

dan tidak membosankan otak dibandingkan dengan garis lurus.

6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Dengan satu kata kunci ini

bisa memicu ide dan pikiran baru.

7. Gunakan gambar pada cabang- cabangnya. Seperti gambar sentral,

setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi jika ada 10 gambar, mind map

kita sudah setara dengan 10.000 kata catatan.

Berikut contoh mencatat dengan menggunakan metode mind

mapping:

Gambar 1

Contoh Mind Map

Sumber: gambar mind map

23

5. Cara Kerja Mind Map

Dalam membuat mind map disarankan menggunakan warna. Cara

ini dapat mempermudah untuk menyusun pokok pikiran yang berbeda

serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci, gambar,

warna (Muhammad, 2009). Dengan bimbingan dari guru, siswa akan

tertarik untuk membuat mind mapnya sendiri. Metode yang

menggabungkan kerja otak kanan dan otak kiri ini, masing- masing

mempunyai kelebihan dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Maka dari

itu, mind map yang telah dibuat akan berbeda karena tergantung pada

informasi yang ia dapat dan kreativitas yang dimiliki.

Berikut contoh sederhana: Coba bayangkan kata “kucing”. Ketika

Anda membayangkannya dengan seekor anjing, maka yang Anda lihat

seekor binatang yang mempunyai kaki empat, dua daun telinga, bulu

yang indah, atau binatang piaraan yang sangat menggemaskan.

Pernahkah mendengar kata anjing, tetapi yang terbayang di benak

Anda adalah kucing? Kemungkinan sedikit jika hal itu yang Anda

bayangkan. Demikian juga mind map, cukup dengan menulis kata kunci

yang mewakili dan gambar yang paling sesuai dengan asosiasi Anda.

6. Kelemahan dan Kelebihan Metode Mind Mapping

Dalam setiap metode pembelajaran tentunya ada kekurangan dan

kelebihannya. Berikut adalah kelemahan dan kelebihan dari metode

mind mapping menurut Buzan (2007: 6):

a. Waktu terbuang untuk menulis kata- kata yang tidak memiliki

hubungan antar kata.

b. Waktu terbuang untuk mengulang kembali membaca kata- kata

yang tak perlu.

c. Waktu terbuang untuk mencari kata kunci.

d. Hubungan kata kunci terputus oleh kata- kata yang memisahkan.

e. Kata kunci terpisah oleh jarak.

f. Hanya siswa aktif saja yang terlibat.

Adapun kelebihannya dari metode mind mapping adalah:

24

a. Menjadi lebih kreatif dalam memecahkan masalah.

b. Memudahkan untuk melihat gambaran keseluruhan.

c. Membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan, dan

membuat hubungan.

d. Pengulangan materi bisa lebih mudah dan cepat.

e. Menambah informasi baru.

f. Peta pikiran yang dibuat membuat unik dan tertarik.

Dari paparan kelemahan dan kelebihan metode mind map peneliti

dapat merangkum bahwa kelemahannya hanya siswa yang aktif saja

yang dapat mengikuti pembelajaran sedangkan yang pasif kurang

dapat mengikuti sehingga guru harus cermat dalam membimbing

siswanya, sedangkan untuk kelebihannya dari metode mind map

adalah siswa menjadi tertarik terhadap suatu materi yang menyajikan

bacaan yang banyak, yaitu dengan mencatat materi tersebut dengan

cara yang unik seperti menggambarnya atau menggunakan foto yang

kemudian dihubungkan dengan garis- garis lengkung sehingga tidak

membosankan dan meningkatkan pemahaman dengan mudah.

7. Penerapan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran

Metode pembelajaran mind maaping dapat digunakan oleh guru

dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di sini dalam mata

pelajaran IPS. Siswa dapat tertarik dengan kegiatan pembelajaran

walaupun IPS banyak menyajikan konsep- konsep abstrak. Siswa dapat

menciptakan ide- ide yang baru dalam materi pelajaran IPS.

Metode Mind Mapping menurut (Silberman: 2004) dapat

dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

a. Memberikan topik pembelajaran

b. Membagi siswa dalam beberapa kelompok

c. Menentukan kata kunci dari topik pembelajaran

d. Menambahkan informasi dari setiap kata kunci

e. Mempresentasikan hasil diskusi

25

f. Memberikan konfirmasi dari hasil diskusi

g. Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran

Metode Mind Mapping ini dapat membuat suasana

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tentunya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.

Hal ini dikarenakan pada pembelajaran IPS dibutuhkan tingkat

penguasaan materi yang luas, sehingga dibutuhkan suatu metode yang

dapat digunakan oleh siswa secara efektif untuk membantu mereka agar

lebih mudah dalam menyerap materi yang diberikan. Dalam penerapan

model ini, siswa didorong untuk menggunakan kemampuan kedua

belah otaknya untuk membuat mind map yang sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh setiap siswa. Dan yang terpenting adalah mereka dapat

meningkatkan daya ingatnya pada materi yang telah dipelajari dan

dapat memahami materi dengan lebih menyeluruh.

2.1.6 Media Kertas Lipat

2.1.6.1 Media Pembelajaran

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, media berasal dari bahasa

Latin yaitu medium (bentuk jamak), yang berarti perantara atau pengantar

pesan dari pengirim atau sumber pesan. Pengertian yang hampir sama

dikemukakan oleh Oemar Halik dalam Susanto (2014: 111) media

pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam

rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam

proses pendidikan dan pengajaran. Sedangkan menurut Blake dalam

Susanto ( 2014: 111) media adalah medium yang dipergunakan untuk

membawa atau menyampaikan pesan berjalan antara komunikator dengan

komunikan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah perantara yang dapat digunakan oleh

guru untuk menyampaikan pesan atau materi kepada peserta didik. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan kertas lipat yang biasanya digunakan

26

sebagai salah satu permainan untuk dijadikan media dalam pembelajaran

IPS.

2.1.6.2 Permainan kertas lipat

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, kertas lipat berasal dari

bahasa Jepang yaitu origami (折り紙). Ori yang berarti "lipat", dan kami

yang berarti "kertas" dalam bahasa Jepang) merupakan sebuah seni lipat

yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain

yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu

hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.

Origami berasal sejak seseorang yang bernama Ts ai Lun dari Cina

memperkenalkan kertas pada abad pertama. Pada abad ke enam mulai

dikenal di Spanyol dan Jepang. Di Jepang origami ini menjadi warisan

budaya yang diturunkan secara turun temurun oleh leluhur. Kemudian

semakin berkembang menjadi origami modern yang dipelopori oleh Akira

Yoshizawa dari Jepang pada tahun 1950-an. Origami yang dibuat dengan

bentuk model realistic seperti binatang, benda atau bentuk- bentuk

dekoratif.(Sumber dari http://saburina1504.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-

origami.html).

Di Indonesia sendiri sekarang bisa kita lihat sejak Play Group

sampai Taman Kanak- Kanak pelajaran melipat kertas juga diajarkan.

Seni origami ini dinilai sangat menyenangkan tidak hanya untuk anak-

anak, kaum muda, dan orang tua pun banyak yang menyukainya. Selain

menyenangkan, ternyata juga ada manfaatnya seperti dapat meningkatkan

kreativitas dan motorik halus anak. Membuat origami membutuhkan

ketelitian dan imajinasi sehingga otak akan bekerja dengan baik.

Origami atau kertas lipat ini lebih sering digunakan juga sebagai

permainan. Adapun salah satu permainan kertas lipat yang peneliti

gunakan adalah cumi- cumian. Bahan dan alatnya hanya kertas berbentuk

bujur sangkar dan pensil/ pulpen. Berikut adalah cara membuat origami

27

cumi- cumian yang peneliti ambil dari buku IPS Aktif kelas 5 karya Tim

Mitra Guru:

1. Siapkan kertas berbentuk bujur sangkar.

2. Lipatlah dua sudut yang saling berhadapan

3. Buka kembali semua lipatan.

4. Lipat sudut atas ke titik tengah.

5. Lipat sudut kiri ke titik tengah, ulangi juga pada sudut kanan.

6. Balikkan kertas. Lipat setiap sudut ke titik tengah dan kamu akan

mendapatkan bujur sangkar yang lebih kecil. Kemudian lipat bujur

sangkar menjadi dua bagian. Buka lipatan dan lipat dua sisi yang

satunya lagi.

7. Buka lipatan dan pertemukan keempat sudut dan masukkan jari kamu

keempat kantong, untuk membuat bentuk seperti berlian. Kamu akan

dapat menggerak- gerakkan keempat bagian tersebut.

8. Tuliskan angka 1 sampai 4 pada keempat kotak kecil.

9. Ratakan pemberi informasi dan tuliskan potongan informasi sejarah

pada masing- masing segitiga dari delapan segitiga yang ada.

10. Kemudian buka kotaknya dan tuliskan pada sisi dalam segitiga yang

sama, hal- hal terkait informasi pada sisi luar segitiga.

2.2 Kajian Hasil- Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut adalah kajian dari beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian yang peneliti lakukan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yudy Guspriyanto dari Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2012. Dengan judul

“Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Mind Mapping Terhadap

Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01

Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Hasil penelitian

menghasilkan temuan sebagai berikut: minat belajar IPS di kelas

eksperimen mencapai 80% sesuai dengan criteria penilaian angket minat

28

belajar setelah menggunakan model mind mapping, sedangkan hasil

belajar IPS juga mencapai 80% pada kelas eksperimen.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ivandra Bagus Irawan dari Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2012. Dengan judul “Upaya

Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Menggunakan Metode

Pembelajaran Mind Mapping Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial di Kelas IV SDN Kutowinangun 09 Semester Genap Tahun

Pelajaran 2011/ 2012”. Hasil penelitiannya sebagai berikut: Minat belajar

meningkat sampai 70%, yang sebelumnya hanya 37,5%, sedangkan hasil

belajarnya meningkat 73 % yang sebelumnya hanya 41%.

Berdasarkan dua penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

mind mapping ini mempengaruhi tingkat hasil belajar yang relevan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan. Namun di sini peneliti menambahkan

suatu permainan yaitu kertas lipat yang berhubungan dari kerja otak yaitu

membutuhkan kreativitas berpikir yang juga digunakan dalam metode mind

mapping. Maka peneliti serasa perlu melakukan penelitian ini dengan judul:

Penggunaan Model Kooperatif Tipe Mind Mapping Berbantuan Media Kertas

Lipat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada mata Pelajaran IPS di

Kelas V SD Negeri Regunung 01 Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016.

2.3. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal memang tingkat hasil belajar IPS siswa memang

sangat rendah. Hal ini bisa terjadi karena guru kurang kreatif dalam

melakukan pembelajaran. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu

metode pembelajaran yang berguna untuk memudahkan pemahaman yakni

metode mind mapping. Dari cara mencatatnya mind map lebih menarik dan

mudah mengingat materi pembelajaran khususnya yang diteliti di sini mata

pelajaran IPS. Pada kondisi akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar IPS melalui penerapan metode pembelajaran mind mapping tersebut.

29

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Melalui penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat

dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V di SDN Regunung 01

pada semester II tahun 2015/ 2016”.

Kondisi awal Guru belum menggunakan metode mind mapping dan permainan kertas lipat

Hasil belajar IPS

rendah

tindakan Dalam pembelajaran

guru menggunakan

metode mind mapping

dan permainan kertas

lipat

Siklus 1: ceramah, penugasan, mind mapping 1.

Siklus 2: mind mapping 2 & penugasan.

Kondisi akhir Hasil belajar meningkat

Gambar 2

Kerangka berpikir