Upload
vominh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam suatu penelitian sangat penting adanya sebuah kajian teori karena
dengan kajian teori sangat membantu dalam melakukan penelitian. Supaya
seorang peneliti dalam melakukan penelitian mempunyai dasar yang kuat dan
sebagai acuan peneliti agar tidak melenceng dari jalurnya.
2.1.1 IPA
2.1.1.1 Pengertian IPA
Arti kata IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai tiga istilah yang
terlibat dalam hai ini, yaitu “ilmu”, “pengetahuan” dan “alam”. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Dalam hidupnya, banyak sekali
pengetahuan yang dimiliki manusia.
Pengetahuan tentang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi,politik,sosial
dan alam sekitar adalah contoh pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan
alam berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya.
Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, pengetahuan yang di peroleh secara
ilmiah, artinya diperoleh dengan cara ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional
artinya dapat masuk akal nalar manusia,logis atau dapat diterima akal sehat dan
objektif.
Artinya, sesuai dengan objeknya dan sesuai dengan kenyataannya atau
sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini ,IPA dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di
alam ini (Sukarno, 1973; dalam Eka Sulistyawati dkk 2014)
IPA mempunyai beberapa pengertian , yaitu :
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
9
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA dihrapkan menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang
khas atau khusus. Dengan cara yaitu melakukan observasi eksperimentasi,
penyusunan teori, penyimpulan, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Cara untuk mendapatkan ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama
metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan suatu cara yang logis
untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Dengan metode ini dapat memprediksi
suatu permasalahan lewat eksperimen.
2.1.1.2 Hakikat IPA
Pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem
pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA, sebagaimana sistem-sistem lainnya
terdiri atas komponen masukan masukan pembelajaran,proses pembelajaran, dan
keluaran pembelajaran. Pembelajaran IPA sebagai suatu sistem dapat dilihat pada
Gambar 2.1
10
Gambar 2.1
Sistem Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen
pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah
melaksanakan proses pembelajaran IPA.
Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap yaitu, perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan
agar siswa:
1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.
2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang
pengajaran lain.
Masukan instrumental
kurikulum,guru,metode,m
edia sarana/prasarana
Proses pembelajaran IPA Keluaran siswa yang
berhasil
Masukan siswa
Masukan lingkungan
(sosial dan alamiah)
Lulusan yang berhasil
11
6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini
untuk dipelajari. (Sri Sulistiyorini, 2007; dalam Eka Sulistyowati dkk
2014:40)
2.1.1.3 Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran sains disekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu
pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang
masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran
kimia, biologi dan fisika.
Adapun tujuan pembelajaran sains disekolah dasar dalam Badan Nasional
Standart Pendidikan BSNP,2006 (dalam Ahmad Susanto 2015:171) dimaksudkan
untuk:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarakan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu. Sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahauan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidkan ke SMP.
12
2.1.2 Inkuiri
2.1.2.1 Hakikat Inkuiri
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang dilakukan secara
aktif. Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah kepada peran
aktif siswa (student centered).
Pembelajaran yang bersifat student centered menggunakan teori belajar
konstruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru sehingga menghasilkan suatu kreasi pemahaman
baru.
Mendefinisikan pendidikan berbasis inkuiri tidak ada bedanya dengan kita
mendefinisikan pendekatan multi-dimensi. Terdapat banyak interpretasi visi John
Dewey ini, mulai dari konstruktivisme, pendekatan pemecahan masalah,
pembelajaran berbasis proyek dan sebagainya, kita akhirnya akan menemukan
bahwa inti dari inkuiri adalah proses yang berpusat pada siswa.
Semua pembelajaran dimulai dengan pebelajar. Apa yang di ketahui siswa
dan apa yang ingin mereka lakukan dan pelajari merupakan dasar utama
pembelajaran.
Inkuiri sebenarnya berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi dan
melakukan penyelidikan. Inkuiri juga dapat diartikan sebagai proses bertanya dan
mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang di ajukannya.
Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa
untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait
dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari
pendidikan, maka harus di temukan cara-cara untuk membantu individu untuk
membangun kemampuan itu.
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi
kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi yang lain secara kritis,
merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah di ketahui,
13
melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi
dan mengomunikasikan hasilnya.
Menurut Hacket(dalam Mohammad Jauhar ,2011) inkuiri digunakan
dalam dua terminilogi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiry)
oleh guru dan sebagai materi pelajaran sains (science as inquiry) yang harus di
pahami dan mampu dilakukan oleh siswa.
Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan
pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh
siswa.
Inkuiri yang dalam bahas Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan,penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis,kritis,logis,analitis,sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah:
a) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan
belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
b) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
c) Mengebangkan sikap percaya diri pada diri sendiri(self-belief) pada diri
siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu
diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara
maksimal. Joyce (dalam Mohamad Jauhar 2011) mengemukakan kondisi-kondisi
umum merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi
tersebut ialah:
a. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang
siswa berdiskusi.
14
Hal ini menurut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, di
mana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan
untuk mengemukakan pendapatnya.
Adanya rasa takut, atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan
sebagainya, baik terhadap teman, siswa maupun terhadap guru adalah
faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas.
Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang
berbeda sekalipun pendapat itu tidak relevan, perlu selalu dipelihara
dalam batas-batas disiplin yang ada.
b. Inkuiri berfokus pada hipotesis.
Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua
pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat
mutlak.kebenarannya selalu besifat sementara. Sikap terhadap
pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan.
Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan
fokus strategi inkuiri. Apabila pengetahuan dipandang sebagai
hipotesis, maka kegiatan berlajar berkisar sekitar pengujian hipotesis
dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan.
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi.
Di dalam kelas di bicarakan validitas dan reliabilitas tentang
fakta sebagaimana di tuntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, maka peranan guru sangat
menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan
siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan.
Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai
berikut.
1. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan
gairah berpikir.
2. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan
dalam proses berpikir siswa
15
3. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang
mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
4. Administrator, yang bertanggun jawab terhadap seluruh
kegiatan di dalm kelas.
5. Pengarah yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada
tujuan yang di harapkan
6. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi
kelas.
7. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang
dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuridtik pada
siswa.
Pembelajaran berbasis inkuiri, polanya mengikuti metode sains, yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar bermakna. Inkuiri sebagai salah
satu strategi pembelajaran mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan
pembelajarannya untuk memperoleh pengetahuan.
Oleh karena itu di dalam pembelajaran inkuiri guru harus selalu
merancang kegiatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan penemuan di
dalam mengajarkan materi pelajaran yang diajarkan.
Melalui pembelajaran berbasis inkuiri, siswa belajar sains sekaligus juga
belajar metode sains. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk
memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif,siswa dilatih bagaimana
memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Pembelajaran berbasis
inkuiri memungkinkan siswa belajar sistem, karena pembelajaran inkuiri
memungkinkan terjadi integrasi berbagai disiplin ilmu.
Ketika siswa melakukan eksplorasi, akan muncul pertanyaan-pertanyaan
yang melibatkan matematika,bahasa,ilmu sosial,seni dan juga teknik. Peran guru
di dalam pembelajaran inkuiri lebih sebagai pemberi bimbingan, arahan jika
diperlukan oleh siswa.
Dalam proses inkuiri siswa dituntut bertanggung jawab pernuh terhadap
proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa, sehingga tidak menggangu proses belajar siswa.
16
Kegiatan belajar melalui inkuiri mengahadapkan siswa pada pengalaman
konkret sehingga siswa belajar secara aktif, dimana mereka didorong untuk
mengambil inisiatif dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan
mengembangkan keterampilan meneliti serta melatih siswa menjadi pebelajar
sepanjang hayat. Melalui kegiatan inkuiri, siswa dengan tingkat perkembangan
atau kemampuan yang berbeda dapat bekerja pada masalah-masalah sejenis dan
berkolaborasi untuk menemukan pemecahannya.
2.1.2.2 Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
Banyak hasil penelitian yang banyak menjadi bukti bahwa keunggulan
inkuiri sebagai model dan strategi pembelajaran, akan tetapi masih banyak guru
yang merasa keberatan atau tidak mau melaksanakan model pembelajaran inkuiri.
Padahal model pembelajaran inkuiri dianggap sebagai model yang paling pas
dalam pembelajaran sains.
Sebagaimana diamanatkan dalam kuirikulum 2004 dan standar isi BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan, dalam Ahmad Susanto, 2015) juga
mencantumkan inkuiri sebagai produk yang diterapkan secara terintegrasi di
kelas.
Pembelajaran inkuiri menekankan pada semua pendidik agar menerapkan
kegiatan pembelajaran yang menekankan proses dalam pemahaman materi
pelajaran. Pendidik seyogyanya memahami bahwa inkuiri menjadi inti dari
pembelajaran sains.
Pemahaman bahwa inkuiri sebagai inti pembelajaran sains ini adalah
bahwa inkuiri memiliki sintaks dimana siswa memiliki kemampuan menarik
kesimpulan sebagai suatu hasil dari berbagai penyelidikan sederhana dalam
pembelajaran sains. Proses pembelajaran inkuiri yang diawali dengan pertanyaan
dapat menumbuhkan keingintahuan siswa dalam melihat fenomena alam.
Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri menurut Nasional Research
Council (NRC,2000 dalam Ahmad Susanto. 173;2015) sebagai berikut :
1. Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip
dan konsep sains.
17
2. Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja
seperti layaknya seorang ilmuan.
3. Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.
Pembelajaran inkuiri mensyaratkan keterlibatan siswa aktif terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap sains. Dapat disebutkan
bahwa metode inkuiri tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep dalam sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan
pada diri siswa.
Inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk
menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memacing rasa ingin tahu.
Dengan kata lain, inkuiri berkaitan degan aktivitas dak keterampilan aktifyang
fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin
tahu.
Keterampilan inkuri berkembang atas dasar kemampuan siswa yang
menemukan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ilmiah. Dapat
juga mengarahkan pada kegiatan penyelidikan untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaannya.
(Marbach & Classen dalam Ahmad Susanto 2015;175) mengemukakan
bahwa dengan melatih pembelajar membuat pertanyaan atas dasar kriteria-kriteria
yang disusun oleh pengajar dapat meningkatkan kemampuan inkuiri siswa.
2.1.2.3 Inkuiri Terbimbing
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri di mana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada sutu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa
belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa
dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
18
Pada pendekatan ini siswa akan dihadakan pada tugas-tugas yang relevan
untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman yang sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara
mandiri.
(Menurut ORLICH, et al 1998 dalam Khoirul Anam 2015) menyebutkan
sebagai pembelajaran penemuan, karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang di hadapkan kepadanya.
Dalam inkuiri terbimbing kegiaran belajar harus dikelola dengan baik oleh
guru sehingga pembelajran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini
cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. (Orlich dalam
Mohammad Jauhar.2011;72-73) menyatakan ada beberapa karakteristik dari
inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu :
1) Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi
spesifik sehingga membuat inferensi atau generalisasi
2) Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek
kemudian menyusun generalisasi yang sesuai
3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian,
data,materi dan berperan sebagai pemimpin kelas
4) Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna
berdasarkan hasil observasi didalam kelas
5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran
6) Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa
7) Guru memotivasi semua siswa untuk mengomunikasikan hasil
generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam
kelas.
19
2.1.2.4 Karakteristik Inkuiri
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengetahui efektivitas inkuiri
dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan mengamati ciri-cirinya. Berikut
adalah ciri-ciri yang dimaksud :
1. Strategi inkuiri menekankan kepada siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subyek
belajar.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang
disampaikan.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang sipertanyakan,sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian,strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru sebagai sumber belajar, akan tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakuakan melalui proses tanya
jawab antara guru dan siswa. oleh karena itu, kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inkuiri.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi lebih pada bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya untuk mengambangkan pemahamannya terhadap
materi pelajaran tertentu.
Strategi merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berpusat dan berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian, sebab dalam
strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan proses belajar-
mengajar berlangsung.
20
Sebagai metode pembelajaran yang berorientasi pada penemuan, inkuiri
mendorong guru untuk menyajikan bahan pelajaran tidak dalam “bentuk jadi”
dengan tujuan dapat merangsang beragam pertanyaan atau bahkan keraguan.
Selanjutnya guru mendorong siswa untuk mencari, mengamati dan menemukan
masalahnya.
2.1.2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Menurut Memes (Mohammad Jauhar, 2011;85), ada enam langkah yang
diperhatikan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal ang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah :
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan adapat
dicapai oleh siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki pada permasalahan itu.
Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut
siswa akan memperoleh pengalaman sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
21
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang di kaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak.
Cara yang dilakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan
yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasiyang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri,mengumpukan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mecapai kesimpulan yang
akurat sebaknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
inkuiri merupakan model pembelajaran yang mengutamakan pola pikir siswa agar
dapat langsung merasakan dan dapat terlibat langsung dalam setiap pembelajaran
dengan cara membimbing siswa kearah penemuan.
22
Berikut adalah Sintak untuk model pembelajaran Berbasis Inkuiri,dapat
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Sintak dalam model Inkuiri
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi masalah
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena
yang memungkinkan siswa menemukan masalah
Tahap 2
Merumuskan masalah
Guru membimbing siswa merumuskan masalah
penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang
disajikannya
Tahap 3
Merumuskan hipotesis
Guru membimbing siswa untuk mengajukan
hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskannya
Tahap 4
Mengumpulkan Data
Guru membantu siswa melakukan pengamatan
tentang hal-hal yang penting dan membantu
mengumpilkan dan mengorganisasi data
Tahap 5
Menguji hipotesis
Guru mengulas kembali hipotesis-hipotesis yang
dilakukan siswa sebelumnya yang menjadi jawaban
sementara
Tahap 6
Merumuskan kesimpulan
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep
yang ingin ditanamkan.
2.1.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri
Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-
model pembelajaran lain. Keunggulan model inkuiri menurut Sahrul (2009: 54)
Keunggulan:
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat lagi.
d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing.
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan
peran guru yang sangat terbatas.
23
Kelemahan:
1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.
2.2 Media Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, terdapat dua unsur penting yang harus
diperhatikan, yakni: model pembalajaran dan media pembelajaran. Kedua unsur
tersebut saling berkaitan satu sama lainnya, penggunaannya terhadap suatu model
pembelajaran tertentu nyatanya berpengaruh pada jenis media pembelajarannya.
Media pembelajaran yang dimaksud adalah manusia, benda, binatang,
tumbuhan atau kejadian-kejadian faktual yang membuat manusia mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Media yang disampaikan bisa
menjadi narasumber dan bisa menjadi alat transfer untuk mempermudah
pemahaman.
Menurut Gagne dan Briggs (dalam Khoirul Anam;2015) Media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisk digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran, yang antara lain terdiri dari : buku, tape recorder,kaset,video
kamera,video recorder,film,slide foto,gambar,grafik,televisi dan komputer.
Bentuk dan fungsi utama dari media pembelajaran yang baik haruslah
meliputi hal-hal berikut:
1. Memiliki bentuk fisik dan non fisik: selain berupa hal-hal yang berntuk
fisik, media pembelajaran dapat juga berasal dari hal-hal yang tidak
memiliki bentuk fisik, seperti; perasaan, keingintahuan, penasaran ,empati
dan lain-lain
24
2. Berfungsi utnuk membantu siswa lebih dekat dengan objek penelitian
melalui kemampuan visual dan/atau audio, di mana siswa dapat melihat
dan/atau mendengar secara langsung tentang objek yang sedang mereka
pelajari
3. Dapat digunakan untuk komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
4. Dapat digunakan baik secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok
besar, kelompok kecil (misalnya film,slide,video,OHP) atau perorangan
(misalnya: modul,komputer, radio tape/kaset, video recorder)
5. Memberikan efek dalam pembentukan pola pikir dan sikap yang dimiliki
oleh siswa.
Oleh karena pendekatan inkuiri adalah proses bertanyan dan mencari tahu
jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya, yakni pertanyaan yang
dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Maka
media pembelajaran inkuiri harus disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan dalam
proses yang meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi.
Mungkin juga papan tulis untuk membuat sebuah mind mappin untuk
merencanakan penyelidikan atau invetigasi dan mereview apa yang telah
diketahui, alat-alat dan bahan melaksanakan percobaan atau eksperimen yang
diperlukan atau bahkan dengan menggunakan alat khusus untuk memperoleh data
seperti komputer dan alat perekam untuk menyimpan data dalam menganalisis
dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengomunikasinan
hasilnya.
2.3 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono (dalam M.Thobroni 2015:19) hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai ,pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:
1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, nbaik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut
25
tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun
penerapan aturan.
2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan memprsesentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengkategorisasikan, kemampuan analisis-sintests fakta-konsep, dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas
3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivtas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap
merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku
Menurut Blomm (dalam M.Thobroni 2015:21) hasil belajar mencangkup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif mencangkup
pengetahuan (knowledge), pemahaman (Comprehension), menerapkan
(Application), menguraikan (Analysis), mengorganisasikan (Synthesis), menilai
(Evaluating).
Domain afektif mencangkup sikap menerima , memberikan respons, nilai,
orgasnisasi, karakterisasi. Domain Psikomotorik mencangkup Initiatory (yang
mula-mula), Pre-routine (pra-rutin), Routinized (rutinitas) dan Keterampilan
produktif, teknik,fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Menurut Lindgren (dalam M.Thobroni 2015:22) hasil pembelajaran
meliputi kecakapan, informasi, pengertian, sikap. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya satu aspek potensi kemampuan saja.
26
Artinya, hasil pembelajaran yang di kategorikan oleh para pakar
pendidikan sebagaimana disebutkan di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau
terpisah, tetapi secara komprehensif.
2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil- hasil penelitian terdahulu yang menggunakan metode yang sama.
Ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan peneltian ini diantaranya:
Penelitian yang dilakukan (Chirstian Yohan Nugraheni tahun 2012) dengan
judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Gaya Dengan
Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing Bagi Siswa Kelas IV SD 2
Gemawang semester 2 Tahun 2011/2012. Peningkatan hasil penelitian dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar IPA dapat
dicapai melalui penggunaan metode pembelajaran penemuan terbimbing siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gemawang Semester 2 Tahun 2011/2012.
Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan jumlah siswa yang telah tuntas dari
KKM yang telah ditetapkan 70, yakni dari kondisi awal 37,9 % meningkat
menjadi 75,8% pada siklus I dan meningkat menjadi 100% pada siklus II. Terjadi
pengingkatan rata-rata kelas dari 63,27 kondisi awal, meningkat menjadi 81,3 pada
siklus I dan menjadi 96,55 pada siklus 2.
Peningkatan skor minimal dari 30 pada kondisi awal, menjadi 52,5 pada
siklus I dan menjadi 85 pada siklus 2. Peningkatan skor maksimal dari 90 kondisi
awal, menjadi 100 pada siklus I, pada siklus II juga 100, jadi hipotesis yang
bebunyi peningktan hasil belajar IPA diduga dapat dicapai melalui penggunaan
metode penemuan terbimbing siswa kelas IV SD Negeri 2 Gemawang semseter 2
tahun 2011/2012 telah terbukti. Indikator kinerja untuk siklus I yaitu 70 % dan
siklus II 100% telah tercapai.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Anggitya Cucu Hardi Dewi Safitri pada tahun 2012 dengan judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan
Menggunakan Metode Inkuiri Kelas II SD Kristen Satya Wacana Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012” .
27
Dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar, hal itu
terbukti pada pra siklus menyatakan dari 30 siswa yang mengalami ketuntasan
sejumlah 18 siswa dengan prosentase 60 %. Lalu mulai meningkat setelah
melakukan penelitian siklus I dengan tingkat ketuntasan 29 siswa dengan
prosentase 96% dan meningkat pada siklus II dengan tingkat ketuntasan 30 siswa
dengan prosentase 100%.
2.5 Kerangka Pikir
Penerapan metode secara konvensional dalam pembelajaran IPA di SD
selama ini hanya akan menimbulkan rasa bosan dan kurang aktifnya siswa dalam
pembelajaran sehingga hasil akhir siswa atau hasil belajar siswa menurun. Siswa
hanya menerima informasi yang menurut siswa susah untuk dicerna.
Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam model ini bukan hanya
siswa yang di tuntut aktif, guru yang sebagai fasilitator juga harus ikut berperan
aktif supaya pembelajaran menjadi efektif dan dapat melibatkan siswa dengan
menerapkan proses penemuan.
Dengan penerapan model inkuiri terbimbing ini diharapkan siswa dapat
memahami gagasan awal lebih cepat dengan cara member permasalahan yang
dikerjakan secara individu ataupun secara kelompok. Dengan diberi permasalahan
siswa diberi kesempatan untuk berpikir secara liar untuk menemukan
permasalahan yang tersirat pada media belajar.
Dengan diberi bimbingan dari guru agar siswa tidak terlalu melenceng
dari jalurnya. Melalui evaluasi belajar guru dapat mengukur keberhasilan siswa
mencapai kompetensi yang guru harapkan. Adapun skema itu dapat dilihat pada
Gambar 2.2
28
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pikir
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan beberapa landasan teori dan kerangka berpikir diatas, diduga
Model pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing akan dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Kecandran 01 Salatiga.
Guru terlalu menerapkan
pembelajaran secara konvensional
atau ceramah sehingga siswa
berpikir abstrak
Hasil belajar
beberapa siswa
masih di bawah
<KKM 68
Kondisi
Awal
Guru melaksanakan
pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran Inkuiri
dengan tahapan-tahapan
berikut:
1. Mengorientasikan
2. Merumuskan masalah
3. Merumuskan Hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji Hipotesis
6. Merumuskan
kesimpulan
SIKLUS I
Tindakan
SIKLUS II
Kondisi
Akhir
Dengan metode Inkuiri diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa