Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Interferensi
Interferensi adalah sinyal-sinyal yang berkompetensi dalam band frekuensi
yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau menghapuskan sinyal.
Interferensi menjadi perhatian khusus untuk media kabel, namun bagi media tanpa
kabel interferensi juga menjadi masalah yang cukup besar. (Stallings, 2001:111)
Penyebab terjadinya interferensi pada jaringan lain yaitu interferensi yang di
sebabkan pada jaringan wireless lain yang bekerja pada band frekuensi yang sama,
sedangkan interferensi yang terjadi pada jaringan kita sendiri terjadi jika kita
menggunakan frekuensi yang sama lebih dari satu kali, mengunakan channel yang
tidak mempunyai cukup jarak/ spasi antar channelnya atau menggunakan urusan
frekuensi hopping yang tidak benar dan interferensi yang terjadi dari sinyal out-of-
band disebabkan oleh sinyal yang kuat di luar frekuensi band yang kita gunakan,
misalnya pemancar AM,FM atau TV ( Onno, 2006:229).
2.2. Arsitektur Protokol
Arsitektur protokol TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan
protokol yang dilaksanakan pada jaringan penyambungan paket eksperimental,
ARPANET yang dibiayai oleh DARA (Defense Advanced Research Project
Agency) dan umumnya di rujuk sebagai paket protokol yang telah diterbitkan
sebagai standar internet dan IAB (Internet Architecture Board). (Stallings, 2007:76)
8
2.2.1. Lapisan-lapisan TCP/IP
Dalam istilah umum komunikasi dapat di katakan melibatkan tiga agen :
aplikasi, komputer dan jaringan. Contoh aplikasi termasuk perpindahan berkas dan
surat elektronik. Aplikasi-aplikasi yang kita bahas disini adalah aplikasi-aplikasi
tersebar melibatkan pertukaran data antara dua sistem komputer. Aplikasi-aplikasi
ini dan yang lainnya berjalan pada komputer-komputer yang sering kali dapat
mendukung aplikasi berganda secara simultan. Komputer terhubung ke jaringan
dan data yang hendak di pertukarkan di pindahkan menggunakan jarinngan dari
satu komputer ke komputer yang lain. Maka, perpindahan data dari satu aplikasi ke
yang lain pertama-tama melibatkan perpindahan data ke komputer tempat aplikasi
berada lalu memindahkan data ke aplikasi tujuan dalam
komputer.(Stallings,2007:76)
Sambil mengingat konsep-konsep ini, kita dapat mengorganisasikan tugas
komunikasi ke dalam lima lapisan yang relatif berdiri sendiri :
a. Lapisan Fisik (physical layer)
Mencakup antarmuka fisik antara sebuah perangkat transmisi data (misal
workstation, komputer) dan media transmisi atau jaringan. Lapisan ini berurusan
menentukan karekteristik media transmisi, sifat sinyal, laju data dan masalah-
masalah terkait lainnya.
b. Lapisan akses jaringan (network acces layer)
Berurusan dengan pertukaran data antara sistem akhir (server, workstation
dan lain-lain) dan jaringan yang terhubung. Komputer pengirim harus
menyediakan alamat komputer tujuan kepada jaringan, sehingga jaringan dapat
merutekan data ke tujuan yang sesuai.
9
c. Lapisan internet (internet layer)
Pada kasus-kasus ketika dua perangkat terhubung ke jaringan-jaringan
berbeda diperlukan prosedur-prosedur untuk memungkinkan data melewati
banyak jaringan yang saling terhubung. Internet protokol digunakan pada lapisan
ini untuk menyediakan fungsi perutean melalui banyak jaringan. Protokol ini
diimplementasikan tidak hanya pada sistem akhir tetapi juga dalam router.
Router adalah pengolah yang menghubungkan dua jaringan dan fungsi utamanya
adalah meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lain dalamm rutenya dari
sistem akhir sumber menuju tujuan.
d. Lapisan host to host (tranport layer)
Mekanisme penyediaan keandalan pada dasarnya terpisah dari sifat
aplikasi. Maka masuk akal untuk mengumpulkan mekanisme-mekanisme itu
dalam lapisan bersama yang digunakan bersama oleh semua aplikasi, lapisan ini
disebut dengan lapisan transport layer.
e. Lapisan aplikasi
Berisi logika yang diperlukan untuk mendukung berbagai aplikasi
penguna. Untuk tiap jenis aplikasi berbeda seperti perpindahan berkas, modul
terpisah diperlukan khusus untuk aplikasi tersebut.
2.2.2. Cara kerja TCP/IP
Agar jelas bahwa fasilitas komunikasi keseluruhan dapat terdiri dari banyak
jaringan, tiap jaringan penyusun biasanya disebut subjaringan (subnetwork).
Sejenis protokol akses jaringan,seperti logika ethernet, digunakan untuk
menghubungkan komputer ke subjaringan. Protokol ini memungkinkan host
mengirimkan data menyeberangi subjaringan ke host lain atau dalam kasus host
10
subjaringan lain, ke sebuah router. IP di implementasikan di semua sistem akhir
dan router. IP bertugas sebagai penerus untuk memindahkan suatu blok data dari
satu host, melalui satu atau lebih router ke host lain. TCP diimplementasikan hanya
di sistem-sistem akhir. TCP mengawasi blok-blok data untuk menjamin semua blok
terkirim dengan handal ke aplikasi yang sesuai.
Agar komunikasi berhasil, tiap entitas dalam sistem keseluruhan harus
memiliki alamat unik. Sebenarnya diperlukan dua tingkat pengalamatan. Tiap host
dalam satu subjaringan harus memiliki alamat global unik. Hal ini memungkinkan
data di kirimkan ke host yang benar. Tiap proses dalam host harus memiliki alamat
yang unik dalam host itu. Hal ini memungkinkan protokol host-to-host (TCP)
mengirimkan data ke proses yang benar. Alamat-alamat yang disebut belakangan
ini disebut juga sebagai port.(Stallings,2007:78).
2.3. Teknologi Wireless
Teknologi wireless adalah sebuah teknologi pengembangan dari komputer
yang sebelumnya menggunakan kabel sebagai media penghubungnya. Wireless
memanfaatkan udara atau gelombang elektromagnetik sebagai media lalu lintas
pertukaran data. (L Afriana, 2013)
Teknologi wireless dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi dan
pengontrolan. Untuk media komunikasi yang dikenal dengan wireless
communication yaitu transfer informasi berupa apapun, secara jarak jauh tanpa
menggunakan kabel misalnya telepon seluler, jaringan komputer nirkabel dan
satelit. Sedangkan untuk pengontrolan secara jarak jauh tanpa kabel, misalnya
11
aplikasi remote control, seperti untuk membuka pintu garasi mobil atau
pengontrolan alat elektronik dengan media remote control sebagai pengontrolnya.
Berdasarkan jangkauan area, jaringan wireless dibagi dalam beberapa
katagori yaitu :
Wireless Personal Area Network (P-PAN),
Wireless Local Area Network (W-LAN),
Wireless Metropolitan Area Network (W-MAN),
Wireless Wide Area Netwoek (W-WAN).
Gambar 2.1. Pembagian Jaringan Wireless Berdasarkan Jangkauannya
(Vincentius Hendita Marendra Kusuma, 2013)
12
2.4. Spesifikasi Wi-Fi
Gambar 2.2 Logo Sinyal Wi-Fi (https://giphy.com)
Istilah Wi-Fi pertama dipakai secara komersial pada bulan Agustus 1999,
dicetuskan oleh sebuah firma konsultasi merek bernama Interbrand Corporation.
Wi-Fi Alliance mempekerjakan Interbrand untuk menentukan nama yang "lebih
mudah diucapkan daripada 'IEEE 802.11b. Interbrand menciptakan Wi-Fi sebagai
plesetan dari Hi-Fi (high fidelity) dan mereka juga merancang logo Wi-Fi.
Teknologi non-Wi-Fi yang dibutuhkan untuk titik-titk tetap seperti Motorola
Canopy biasanya disebut nirkabel tetap. Teknologi nirkabel alternatif meliputi
standar telepon genggam seperti 2G, 3G, atau 4G.
Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Spesifikasi b
merupakan produk pertama Wi-Fi. Karena perangkat dengan standar teknis
802.11b diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang digunakan di frekuensi 2,4
GHz atau yang lazim disebut frekuensi ISM (Industrial, Scientific dan Medical).
Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi
komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLAN
(wireless local area network).
13
2.4.1. Arsitektur dan layanan-layanan 802.11
Di tahun 1990, Komite IEEE 802 membentuk sebuah kelompok kerja baru
yaitu IEEE 802.11, yang secara khusu mengemban misi mengembangkan teknologi
LAN nirkabel, dengan fokus utama spesifikasi-spesifikasi untuk sebuah lapisan
MAC dan sebuah lapisan fisik baru. Pada awalnya, LAN nirkabel dikembangkan
untuk secara spesifik beroperasi pada pita ISM (Industri, Sains dan Medis). Namun
sejak standar-standar pertama di keluarkan, permintaan jaringan-jaringan WLAN
yang dapat beroperasi pada pita-pita frekuensi lain dan dengan laju data yang
berbeda meningkat dengan sangat cepat. Berupaya mengimbangi lonjakan
popularitas WLAN ini, kelompok kerja IEEE 802.11 terus mengembankan dan
mengeluarkan standar- standar yang semakin lama mencakup ruang lingkup yang
semakin luas.
Standar 802.11 yang pertama kali di terima secara luas oleh industri adalah
802.11b. Meskipun produk-produk berbasis 802.11b di buat dengan merujuk ke
satu standar yang sama, selalu terdapat kekhawatiran atau ketidakmampuan
perangkat-perangkat dari berbagai vendor yang berbeda untuk saling bekerja sama
(interoperasi) dengan baik. Untuk mengatasi kondisi ini, Organisasi WECA
(Wireless Ethernet Compatibility Alliance), yang merupakan sebuah konsorsium
industri, dibentuk pada tahun 1999. Organisasi tersebut, yang kemudian diubah
namanya menjadi Wi-Fi Alliance, mengembangkan sebuah sistem sertifikat untuk
menjaminkan interoperabilitas produk-produk 802.11b dari pabrikan-pabrikan
yang berbeda. Hingga tahun 2004 yang lalu, tercatat sebanyak 120 pabrikan telah
mendapatkan sertifikat untuk produk-produk yang dikeluarkannya. Label yang
digunakan untuk sertifikasi ini adalah Wi-Fi. Sertifikat wifi telah diperluas untuk
14
mencakup pula produk-produk 802.11g dan sejauh ini 57 buah pabrikan telah
dinyatakan memenuhi kualifikasi untuk menyandangnya. Wi-Fi Alliance juga telah
mengembangkan sebuah sistem sertifikasi untuk produk-produk berbasis 802.11a
yang disebut Wi-Fi5. Hingga saat ini, tercatat 32 vendor telah mendapatkan
sertifikasi Wi-Fi5.
Wi-Fi Alliance berkepentingan untuk meluaskan ruaang lingkup aplikasi bagi
jaringan-jaringan WLAN, termasuk untuk menjangkau pengguna bisnis, residensial
dan publik (situs-situs hotspot).
Tabel 2.1 Standar β standar IEEE 802.11(william Stalling : 2007)
Standart
Waktu
Dikeluarkan
Ruang Lingkup
IEEE 802.11 1997
Kontrol akses medium (MAC): satu lapisan MAC
bersama untuk semua aplikasi WLAN
Lapisan fisik: Infra β Merah pada laju 1 dan 2 Mbps
Lapisan fisik: FHHS 2,4 GHz pada 1 dan 2 Mbps
Lapisan fisik DSSS 2,4 GHz pada 1 dan 2 Mbps
IEEE 802.11a 1999 Lapisan fisik: OFDM 5 GHz pada laju 6 β 54 Mbps
IEEE 802.11b 1999 Lapisan fisik: DSSS 2,4 GHz pada 5,5 dan 11 Mbps
IEEE 802.11c 2003 Operasi bridging pada lapisan MAC 802.11
IEEE 802.11d 2001
Lapisan fisik: Perluasan operasi WLAN 802.11 ke
wilayah β wilayah hokum baru ( Negara β negara
selain AS )
IEEE 802.11e
Masih
berlanjut
MAC: Penyempurnaan untuk kualitas layanan (QoS)
dan penyempurnaan mekanisme β mekanisme
keamanan
15
IEEE 802.11f
Masih
berlanjut
Praktik β praktik yang direkomendasikan untuk
interoperabilitas titik akses multi vendor
IEEE 802.11g 2003
Lapisan fisik: perluasan 802.11b untuk laju data > 20
Mbps
IEEE 802.11h
Masih
berlanjut
Fisik/MAC: Penyempurnaan IEEE 802.11a untuk
menambahkan kemampuan pemilihan kanal Indoor
dan Outdoor dan perbaikan manajemen spectrum dan
daya transmisi
IEEE 802.11i
Masih
berlanjut
MAC: Penyempurnaan mekanisme β mekanisme
otentikasi dan keamanan data
IEEE 802.11j
Masih
berlanjut
Fisik: Penyempurnaan IEEE 802.11a untuk
menyesuaikan dengan kriteria β kriteria penggunaan
di jepang
IEEE 802.11k
Masih
berlanjut
Penyempurnaan mekanisme pengukuran kanal radio
dengan penambahan antarmuka pengukuran
kinerjakanal radio bagi lapisan β lapisan atas
IEEE 802.11m
Masih
berlanjut
Perbaikan untuk standart IEEE 802.11 tahun 1999
dengan sejumlah revisi teknis dan redaksional
IEEE 802.11n 2008
Fisik/MAC: penyempurnaan untuk mencapai
Throughput yang lebih tinggi
16
Tabel 2.2 Terminologi IEEE 802.11(william Stalling : 2007)
Access Point (AP)
Setiap entitas yang memiliki fungsionalitas terminal/stasiun
dan menyediakan akses ke sistem distribusi via medium
nirkabel bagi terminal β terminal lainya
Basic Service Set (BSS)
Sekumpulan terminal yang dikendalikan oleh sebuah fungsi
koordinasi tunggal
Fungsi Koordinasi
Sebuah fungsi logika yang menentukan kapan sebuah
terminalyang beroperasi di dalam suatu BSS diizinkan untuk
melakukan transmisi dan menerima PDU βPDU
Distribution system
(DS)
Sebuah sisitem yang digunakan untuk interkoneksi BSS β
BSS dengan jaringan β jaringan LAN terintegrasi untuk
membentuk sebuah ESS
Extended Service Set
(ESS)
Sebuah interkoneksi antara satu atau lebih BSS dan LAN
terintegrasi yang dipandang sebagai sebuah entitas BSS
tunggal, oleh lapisan LLC yang berdiam di sembarang
terminal yang ada di salah satu BSS
MAC Protocol Data
Unit (MPDU)
Satuan β satuan data yang dipertukarkan diantara dua entitas
MAC peer, menggunakan layanan β layanan lapisan fisik
MAC Service Data Unit
(MSDU)
Satuan β satuan informasi yang dipertukarkan diantara dua
pengguan MAC
Terminal/Stasiun
Setiap perangkat yang mengoprasikan lapisan MAC dan
lapisan fisik IEEE 802.11
Bentuk arsitektur IEEE 802.11 mengindikasikan bahwa sebuah titik akses
(AP) diimplementasikan sebagai bagian dari sebuah terminal/stasiun;
fungsionalitas AP diwujudkan oleh piranti logika yang terpasang pada terminal dan
17
menyediakan akses ke DS (Distribution System) dengan memberikan layanan β
layanan DS, selain juga menjalankan fungsi β fungsi terminal itu sendiri.
Untuk mengintegrasikan arsitektur IEEE 802.11 ke sebuah jaringan LAN
kabel tradisional, sebuah simpul yang menjalankan fungsi β fungsi portal
dibutuhkan. Fungsionalitas portal adalah sebuah piranti logika yang
diimplementasikan pada sebuah perangkat, tipikalnya sebuah bridge atau router,
yang berada didalam jaringan LAN kabel, dan karenanya portal ini merupakan
bagian dari DS, bentuk arsitektur IEEE 802.11 adalah sebagi berikut:
Gambar 2.3. Arsitektur IEEE 802.11 (Stalling, 2007)
Gambar 2.3. mengilustrasikan model yang dikembangkan oleh kelompok
kerja 802.11. Balok pembentuk terkecil dari sebuah jaringan LAN nirkabel adalah
sebuah himpunan layanan dasar (Basic Service Set β BSS ), yang pada dasarnya
merupakan sekumpulan terminal yang mengoprasikan protokol MAC yang sama
dan bersaing mendapatkan akses ke sebuah medium nirkabel yang digunakan
bersama. Sebuah BSS dapat berdiri terisolir atau dapat pula tersambung ke sebuah
sistem distribusi (DS) backbone via sebuah titik akses (Access Point β AP ). AP
Sistem distribusi
LAN IEEE 802.x
Portal
Himpunan
layanan ekstensi
AP
STA1
A STA2
A STA3
A
STA4
A
AP
Himpunan
layanan dasar
STA5
A
STA6
A
STA7
A
STA = Terminal/stasiun
18
menjalankan fungsi β fungsi bridging jaringan dan sekaligus berperan sebagai
sebuah simpul relay. Di dalam sebuah BSS, terminal β terminal klien tidak dapat
berkomunikasi secara langsung dengan satu sama lainya. Jika sebuah terminal
hendak berkomunikasi dengan stasiun lainya di dalam BSS yang sama, frame MAC
dari terminal pengirim akan terlebih dulu dirutekan ke AP, dan kemudian dari AP
barulah disampaikan ke terminal tujuannya.
Contoh konfigurasi sederhana pada gambar 2.3, dimana tiap β tiap stasiun
tergabung dalam satu BSS tunggal saja, artinya tiap β tiap stasiun hanya berada
dalam jangkauan radio stasiun β stasiun lainya yang berada di dalam BSS yang
sama. Dua buah BSS dapat pula terletak secara berhimpit sebagian di satu wilayah
geografis yang sama, sehingga sebuah terminal dapat berparsitipasi di dalam lebih
dari satu BSS. Lebih jauh lagi, keterkaitan antara sebuah terminal dan sebuah BSS
bersifat sangat dinamis, dimana status terminal bersangkutan dapat terputus sama
sekali (atau βdimatikanβ ) dari BSS, dapat berada di dalam jangkauan atau dapat
pula di luar jangkauan BSS terkait.
Sebelum paket dapat diteruskan dan diarahkan ke Internet, lapisan pertama
(fisik) dan kedua (data link) harus terhubung. Tanpa konektivitas sambungan lokal,
node di jaringan tidak dapat berbicara satu sama lain dan merouting paket. Untuk
menyediakan konektivitas fisik, perangkat jaringan nirkabel harus beroperasi di
frekuensi yang sama dari spektrum radio antara 2.400 β 2.495 GHz yang digunakan
oleh standart radio 802.11b dan 802.11g dengan panjang gelombang sekitar 12.5
cm, dan untuk standart 802.11a beroperasi pada frekuensi 5.150 β 5.850 GHz
dengan panjang gelombang 5 sampai 6 cm. Dengan ini maka radio 802.11a akan
berbicara dengan radio 802.11a di sekitar 5 GHz, dan 802.11b/g akan berbicara
19
dengan radio 802.11b/g lainya di sekitar 2.4 GHz. Akan tetapi radio 802.11a tidak
dapat interoperate dengan perangkat 802.11b/g, karena mereka menggunakan
spektrum elektromagnetik yang berbeda.
2.4.2. Standart Jaringan Wireless LAN
Standart merupakan acuan yang digunakan oleh sebuah perangkat untuk
berkomunikasi dengan perangkat lain dalam sebuah jaringan. Standart diperlukan
agar antar perangkat mempunyai kesamaan parameter, salah satu syarat yang harus
dipenuhi adalah adanya kesamaan frekuensi yang digunakan antar dua perangkat.
Dalam jaringan wireless, frekuensi menjadi bagian yang sangat penting tentunya
diperlukan aturan yang mengatur tentang penggunaan alokasi frekuensi. Terdapat
dua kategori dari alokasi frekuensi jika dilihat dari sisi legalitas penggunaan yaitu
alokasi berbayar (license) dan gratis (unlicensed). Perangkat yang digunakan pada
jaringan wireless LAN pada umumnya menggunakan frekuensi dalam kategori
gratis (unlicensed), jadi dalam menggunakan frekuensi tersebut, pengguna jaringan
tidak perlu membayar atau tidak perlu izin. Pada umumnya rentang frekuensi yang
digunakan oleh perangkat wireless LAN terletak pada frekuensi 2.4 β 2.5 GHz
untuk implementasi jaringan indoor (dalam ruangan) dan 5.7 β 5.8 GHz untuk
implementasi jaringan outdoor (luar ruangan).
Perangkat yang difungsikan untuk membuat konsep jaringan wireless LAN
dapat berasal dari vendor yang sama atau berbeda, walaupun berbeda pembuat
perangkat akan tetapi diharuskan perangkat antar vendor yang berbeda tersebut
dapat saling terhubung (bertukar informasi). Agar bisa saling terhubung, masing β
masing vendor (pembuat perangkat) harus menggunakan aturan yang sama disaat
proses pembuatan perangkat. Nama lain dari aturan di sini adalah standar. Terdapat
20
standar yang mendefinisikan aturan tentang spesifikasi perangkat wireless LAN
yang diatur oleh sebuah lembaga yaitu IEEE dengan kode standar untuk perangkat
wireless LAN diberikan nomor 802.11.
Munculnya kode standar IEEE 802.11 mempunyai spesifikasi teknis dari
perangkat yaitu dengan bandwidth sebesar 2 Mbps dan frekuensi yang digunakan
sebesar 2.4 GHz. Apabila dibandingakan dengan bandwidth dari standar IEEE
802.3 yaitu standar dari jaringan Ethernet (kabel), bandwidth masih sebesar 10
Mbps, jadi perbandingan tidak begitu jauh jika dilihat dari sisi bandwidth, namun
lebih besar dari bandwidth yang disediakan oleh perangkat yang digunakan pada
jaringan Ethernet LAN.
Kemudian berkembang teknologi kabel menjadi meningkat, mulai dari
teknologi Ethernet dengan bandwidth 10 Mbps, Fast Ethernet dengan bandwidth
100 Mbps, hingga sekarang sudah sampai teknologi Gigabit Ethernet dengan
bandwidth minimal sebesar 1Gbps. Perlu adanya pembanding yang sesuai dengan
jaringan kabel (Ethernet), sehingga munculah teknologi baru pada jaringan wireless
LAN sebagai penyempurna dari teknologi sebelumnya.
21
Tabel 2.3 Perkembangan Standar Jaringan Wireless LAN (Kukuh Nugroho :2016)
Protokol
802.11
Release
date
Frequency Bandwidth
Date rate
(up to) Modulation
Approximate
range
Indoo
r
Outdo
r
(GHz) (MHz) (Mbit/s) (m) (m)
A Sep 1999 5 20 54 OFDM 35 120
B Sep 1999 2.4 22 11 DSSS 35 115
G Jun 2003 2.4 20 54 OFDM 38 125
N Oct 2009 2.4/5
20 72.2
OFDM 70 230
40 150
Ac Dec 2013 5
20 96.3
OFDM 35 115
40 200
80 433.3
160 866.7
Perkembangan dari teknologi/standar yang digunakan pada jaringan wireless
LAN dimulai dari munculnya standar 802.11a. Muncul kemudian standar
berikutnya yaitu 802.11b yang keluar sekitar tahun 1999, namun dengan date rate
yang lebih kecil dibandingkan dengan standar 802.11a.
Hal ini kemungkinan besar dikarenakan teknik modulasi yang digunakan
adalah DSSS ( Direct Sequence Spread Spectrum ), bukan OFDM (Orthogonal
Frequency Division Multiplexing ). Sehingga pada perkembangan teknologi
wireless LAN selanjutnya, teknologi modulasi DSSS sudah tidak digunakan lagi,
digantikan oleh teknik modulasi OFDM.
22
2.5. Bluetooth
Gambar 2.4 Logo Bluetooth (https://www.pinterest.com)
Bluetooth adalah sebuah saluran nirkabel jarak pendek berbasis gelombang
radio dengan perangkat kesistemannya dikembangkan dalam bentuk sebuah
mikrochip. Teknologi ini pada mulanya dikembangkan oleh pabrikan telepon
seluler Swedia, Ericsson pada tahun 1994 dan dimaksudkan sebagai sebuah sarana
bagi seorang pengguna komputer laptop untuk menghubungkan komputernya ke
sebuah pesawat telepon seluler untuk kemudian melakukan panggilan telepon. Tak
beberapa lama kemudian, ribuan pabrikan perangkat nirkabel telah menyatakan
minatnya dan bersepakat untuk menjadikan bluetooth sebagai teknologi standar
bagi koneksi nirkabel koneksi jarak pendek berdaya rendah. Standar - standar
bluetooth dipublikasikan oleh sebuah konsorsium industri yang diberi nama
bluetooth SIG (Special Interest Group).
Pemanfaatan teknologi bluetooth tidak membutuhkan kondisi line of sight
antara perangkat komunikasi terpenuhi, hal ini disebabkan karena frekuensi yang
digunakan tidak terlalu tinggi sehingga dapat memantul di dinding dan permukaan
lain asalkan perangkat komunikasi tersebut masih berada dalam jangkauan. Hal ini
tentu saja sangat bergantung pada jumlah daya yang digunakan untuk
mentransmisikan gelombang radio. Berdasarkan standar, terdapat tiga macam kelas
perangkat bluetooth. Pembagian ini berdasarkan pada kekuatan transmisi data dan
jarak jangkau dari rangkaian.
23
Tabel 2.4. Pembagian Kelas Bluetooth
Bluetooth terdiri dari microchip radio penerima / pemancar yang sangat kecil
dan beroperasi pada pita frekuensi standar global 2,4 GHz. Teknologi ini
menyesuaikan daya pancar radio sesuai dengan kebutuhan. Ketika radio pemancar
mentransmisikan informasi pada jarak tertentu, radio penerima akan melakukan
modifikasi sinyal-sinyal sesuai dengan jarak yang selaras sehingga terjadi fine
tuning. Data yang ditransmisikan oleh chipset pemancar akan diacak, diproteksi
melalui inskripsi serta otentifikasi dan diterima oleh chipset yang berada di
peralatan yang dituju. Alokasi frekuensi radio bluetooth sendiri dapat dilihat pada
gambar berikut ini yaitu pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Alokasi Frekuensi Radio
(https://esprensitorus.wordpress.com)
Teknologi Bluetooth dirancang dan dioptimalkan untuk perangkat yang
bersifat mobile (Mobile Device). Komputer yang bersifat mobile seperti laptop,
tablet PC, atau notebook, cellular, handset, network access point, printer, PDA,
Kelas Daya Maksimum Jarak Jangkau
Kelas 1 100 mW (20 dBm) 100 m
Kelas 2 2,5 mW (4dBm) 10 m
Kelas 2 1 mW (0 dBm) 1 m
24
desktop, keyboard, joystick dan device yang jangkauannya seperti bluetooth yang
bekerja pada jaringan bebas 2.4 GHz Industrial Scientific Medical (ISM) jalur yang
terintegrasi di dalam sebuah chip dan dengan menggunakan sebuah frequency
hopping tranceiver yang mampu menyediakan layanan komunikasi data dan suara
dengan jarak jangkauan layanan yang terbatas (sekitar 10 meter, dapat
ditingkatkan sampai 100 meter).
Untuk peralatan mobile komsumsi tenaga listrik harus diperhatikan, bluetooth
memerlukan daya yang rendah yaitu kurang dari 0.1 W dan sejak bluetooth di
desain untuk kedua keperluan yaitu komputasi dan aplikasi komunikasi. Bluetooth
jugan didesain untuk men-support komunikasi secara bersama suara dan data
dengan kemampuan transfer data sampai 721 Kbps. Bluetooth juga men-support
layanan synchronous dan ansynchronous dan mudah diintegrasikan dengan
jaringan TCP/IP. Setiap teknologi yang menggunakan spektrum ini mempunyai
batasan sesuai dengan aplikasinya. Komunikasi bluetooth didesain untuk
memberikan keuntungan yang optimal dari tersedianya spektrum dan mengurangi
interferensi RF. Semuanya itu akan terjadi karena bluetooth beroperasi
menggunakan level energi yang rendah.(Hasad, Andi 2013).
2.5.1 Arsitektur Bluetooth
Teknologi bluetooth dibagi menjadi dua spesifikasi yaitu spesifikasi core
dan profile. Spesifikasi core menjelaskan bagaimana teknologi ini bekerja,
sementara itu spesifikasi profile bagaimana membangun interoperation antar
perangkat bluetooth dengan menggunakan teknologi core. Berikut gambaran
protokol bluetooth :
25
Gambar 2.6 Protokol Bluetooth
(https://esprensitorus.wordpress.com)
Protokol β protokol inti membentuk lima buah lapisan di dalam arsitektur
protokol bluetooth dan terdiri dari elemen β elemen berikut ini:
a) Baseband
Lapis yang memungkinkan hubungan RF terjadi antara beberapa unit
bluetooth membentuk piconet. Sistem RF dari bluetooth ini menggunakan
frekuensi hopping-spread spectrum yang mengirimkan data dalam bentuk paket
pada time slot dan frekuensi yang telah ditentukan, lapis ini melakukan prosedur
pemeriksaan dan paging untuk sinkronisasi transmisi frekuensi hopping dan
clock dari perangkat bluetooth yang berbeda.
b) Link Manager Protocol (LMP)
The Link Manager Protocol adalah perespon,mensetting dan
menghubungkan kanal antara perangkat keras. Protokol ini dapat
meningkatkan performa keamanan seperti membentuk autentifikasi,
pertukaran, verifikasi, kunci enkripsi dan negosiasi ukuran paket baseband.
26
c) Logical Link Control and Adaptation Protocol (L2CAP)
Paket L2CAP merupakan protokol β protokol dari lapisan yang lebih
tinggi ke dalam lapisan baseband. Protokol L2CAP menyediakan layanan
berorientasi koneksi maupun tanpa koneksi.
d) Service Discovery Protocol (SDP)
informasi mengenal perangkat, layanan, dan karakteristik layanan dapat
saling dipertukarkan (querried) di antara kedua perangkat, untuk memfasilitasi
pembentukan sebuah koneksi logika di antara keduannya.
e) Cable Replacement Protocol (RFCOMM)
RFCOMM adalah emulasi jalur serial.
f) Telephony Control Protocol
The Telephony Control - Binary (TCS Binary) and Telephony Control
- AT Commands digunakan untuk menyusun percakapan dan data antara device
dan mengkontrol mobile phone dan modem.
g) Adopted Protocols
Bluetooth juga mensupport protokol PPP, TCP/UDP/IP, OBEX dan
WAP untuk memaksimalkan interoperabilitasnya.
h) Radio Frequency (RF)
Radio adalah lapis terendah dari spesifikasi bluetooth. Unit RF
merupakan sebuah transceiver yang memfasilitasi hubungan wireless antar
perangkat bluetooth yang beroperasi pada International Scientific and Medical
band dengan frekuensi 2,4GHz. ISM band bekerja dengan frequency
hopping, dan pembagiannya dibuat dalam 79 hop dengan spasi 1 MHz. (Hasad,
27
Andi 2013). Daya yang dianjurkan untuk radio bluetooth ini diklasifikasikan
menjadi tiga kelas seperti diperlihatkan dalam table 2.5
Tabel 2.5. Klasisfikasi Daya Pancar Radio Bluetooth
(Sumber : Kamer Dafid, McNutt Gordon, Senese Brian, Bray Jennifer. 2000)
2.5.2. Spesifikasi Radio
Spesifikasi radio bluetooth adalah sebuah dokumen yang memberi rincian
sederhana mengenai aspek β aspek transmisi radio untuk perangkat berkemampuan
bluetooth. Beberapa di antara parameter β parameter penting di dalam spesifikasi
ini dijelaskan pada tabel 2.6
Tabel 2.6. Parameter β Parameter Baseband dan Radio Bluetooth
Topologi Maksimum 7 jalur data dapat ada akses
bersamaan membentuk sebuah jaringan
logika bintang (star)
Modulasi GPSK
Laju data maksimum 1 Mbps
Lebar pita RF 220 kHz (-3 dBm), 1MHz (-20 dBm)
Pita frekuensi operasional 2,4 GHz pada pita ISM
Kelas
Daya
Daya Output Maksimum
[mW]
Jangkauan / Range
(Meter)
1 <100 (20 dBm) 100
2 1-2,5 (4 dBm) 10
3 1 mW (0 dBm) 0,1-1
28
Jumlah frekuensi pembawa
(kanal)
23 / 79
Jarak antar pembawa 1 MHz
Daya transmisi 0,1 W
Akses pikonet FH β TDD β TDMA
Laju lompatan fekuensi 1600 lompatan / detik
Akses scatternet FH β CDMA
Bluetooth memanfaatkan pita 2,4 GHz yang berada di dalam pita ISM
(industri, sains, dan medis). Kebanyakan di negara, bandwidth yang tersedia pada
pita ini telah memadai untuk mendefinisikan 79 buah kanal selebar 1 MHz.
Mekanisme kontrol daya digunakan untuk mencegah perangkat β perangkat
memancarkan daya melebihi batas yang diperbolehkan. Algoritma untuk kontrol
daya ini diterapkan dengan menggunakan protokol LMP (Link Management
Protocol) pada koneksi β koneksi di antara perangkat master dan perangkat β
perangkat slave di dalam sebuah pikonet.
Modulasi yang digunakan pada sebuah sistem bluetooth adalah Gaussian
FSK(GFSK), dimana sebuah bit satu direpresentasikan oleh sebuah simpangan
positif dan sebuah bit nol oleh sebuah simpangan negatif dari frekuensi pembawa.
Simpangan frekuensi minimum untuk merepresentasikan sebuah bit adalah sebesar
115 kHz.
29
Tabel 2.7. Alokasi Frekuensi Untuk Bluetooth di Berbagai Negara
Daerah Pita Frekuensi Kanal β Kanal RF
A.S, sebagaian besar Eropa
dan kebnyakan negara
lainya.
2,4 β 2,4835 GHz f = 2,402 + n MHz; n =
0,...,78
Jepang 2,471 β 2,497 GHz f = 2,473 + n MHz; n =
0,...,22
Spanyol 2,445 β 2,475 GHz f = 2,449 + n MHz; n =
0,...,22
Perancis 2,4465 β 2,4835
GHz
f = 2,454 + n MHz; n =
0,...,22
Spread spectrum dengan Frequency Hopping adalah proses spread atau
penyebaran spektrum yang dilakukan pemancar dengan frekuensi pembawa
informasi yang merupakan deretan pulsa termodulasi acak semu
(pseudorandom) yang dilompat-lompatkan dari satu nilai frekuensi ke nilai
frekuensi yang lain dalam lebar spektrum frekuensi yang telah ditetapkan
sebelumnya dan berulang kali dengan pola kode yang dapat dimodifikasi secara
saling bebas, sehingga dapat menempatkan sejumlah pemakai dalam lebar
spektrum frekuensi tersebut dengan berbeda pola acak kode generatornya. (Hasad,
Andi.2013). Penyebaran spektrum digunakan, karena:
a) Kemampuannya membatasi interferensi internal akibat padatnya lalu
lintas komunikasi yang menggunakan frekuensi radio.
b) Kemampuan menolak terhadap penyadapan informasi oleh penerima yang
tidak dikenal.
c) Dapat dioperasikan dengan kerapatan spektral berenergi rendah.
d) Dalam sinyal lompatan frekuensi, frekuensi bersifat konstan dalam tiap
selang waktu alokasi, tetapi berubah nilainya dari waktu ke waktu seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.
30
Gambar 2.7 Sinyal Frekuensi Hopping Master dan Slave
(Sumber : Specification of the Bluetooth System Book. 2001)
Saluran ini dibagi menjadi slot waktu, panjang masing-masing 625 ps.
Slot waktu yang sesuai dengan nomor jam Bluetooth dari master piconet. Slot
penomoran berkisar dari 0 sampai 227-1 dan siklik dengan panjang siklus 227.
Pada slot waktu, master dan slave dapat mengirimkan paket. Sebuah skema
alternatif TDD digunakan mengirimkan master dan slave, lihat Gambar 2.3.
Master akan mulai transmisi di evennumbered slot waktu saja dan slave akan
mulai transmisi di oddnumbered slot satunya waktu. Paket start harus selaras
dengan dimulainya Slot. Paket yang terkirim oleh master atau slave dapat
memperpanjang hingga lima kali slot. (Specification of the Bluetooth System
Book. 2001).
2.5.3 Bluetooth Baseband
Lapis yang memungkinkan hubungan RF terjadi antara beberapa unit
bluetooth membentuk piconet. Sistem RF dari bluetooth ini menggunakan frekuensi
hopping spread spectrum yang mengirimkan data dalam bentuk paket pada time
slot dan frekuensi yang telah ditentukan, lapis ini melakukan prosedur pemeriksaan
dan paging untuk sinkronisasi transmisi frekuensi hopping dan clock dari perangkat
31
bluetooth yang berbeda. Unit baseband atau disebut link control unit, adalah
perangkat keras yang memfasilitasi hubungan RF diantara perangkat bluetooth.
Apabila sudah tersambung, terdapat dua jenis hubungan yang dapat
dikerjakan oleh unit ini yaitu synchronous conection oriented (SCO) dan
asynchronous connectionless (ACL). Sambungan SCO dapat melakukan circuit
switched, sambungan point to point (biasanya untuk data), suara dan streaming.
Kecepatan data pada kedua sisi (pengirim, penerima) adalah 433,9 Kbps. ACL
melayani sambungan packet switched dan point to multipoint biasanya hanya untuk
data. Kecepatan sisi penerima mencapai 723,2 Kbps dan sisi pengirim hanya 57,6
Kbps. Modul Baseband ini terdiri dari flash memory dan sebuah central processing
unit yang bertugas mengatur timming, frequency hopping, enkripsi data dan error
correction bekerja sama dengan link manager protocol (LMP).
LMP merupakan protokol bluetooth yang bertugas mengontrol dan men-
setup hubungan data dan audio diantara perangkat bluetooth. Radio frequency
(RF), baseband dan link manager protocol disebut sebagai Host Control Interface
(HCI) yang berfungsi melaksanakan dan menjaga semua hubungan komunikasi
dalam bluetooth. (Hasad, Andi 2013)
2.5.4. Frequency Hopping
Sekema frequency hopping (FH) di dalam sebuah sistem bluetooth memiliki
dua fungsi:
a. Memberikan ketahanan terhadap interferensi dan efek β efek jalur jamak
(multipath).
32
b. Menyediakan suatu bentuk mekanisme akses jamak (multiple access) bagi
perangkat β perangkat yang berada di satu lokasi yang sama namun di dalam
pikonet β pikonet yang berbeda.
Cara kerja FH dapat dijelaskan sebagai berikut. Lebar pita (bandwidth) total
yang digunakan oleh sebuah scatternet dibagi menjadi 79 buah (di hampir semua
negara) kanal fisik, masing β masing dengan bandwidth kanal selebar 1 MHz.
Sekema FH diwujudkan dalam bentuk lompatan β lompatan (hopping) dari satu
kanal ke kanal lainya dengan pola yang pseudorandom (mirip acak namun tidak).
Pola lompatan yang sama akan digunakan oleh semua perangkat yang ada di dalam
sebuah pikonet yang sama. Laju terjadinya lompatan β lompatan ini (hop rate)
adalah 1600 lompatan per detik, sehingga tiap β tiap kanal akan diduduki selama
0,625 ms untuk satu pola lompatan tertentu. Tiap β tiap periode 0,625 ms ini disebut
sebagai sebuah slot FH, dan slot β slot yang ada diberikan nomor urut.
Perangkat β perangkat radio bluetooth berkomunikasi dengan menggunakan
mekanisme time division duplex (TDD). TDD adalah sebuah teknik transmisi
dimana data dikirimkan hanya ke satu arah tertentu, dan transmisi kedua arah (bolak
β balik, atau pengiriman dan penerimaan) dilakukan secara bergantian. Penggunaan
TDD mengindarkan terjadinya gangguan percakapan silang (crosstalk) di antara
kanal pengirim dan kanal penerima. Karena di dalam sebuah lebih dari dua buah
perangkat harus bebagai satu medium fisik yang sama, maka teknik akses jamak
TDMA digunakan. Sehingga, metode akses keseluruhan di dalam sebuah pikonet
dapat dirujuk sebagai sekema FH - TDD β TDMA. Gambar 2.6 mengilustrasilakan
skema ini, di dalam gambar tersebut, k menotasikan nomor slot dan f(k)
menotasikan kanal fisik yang diduduki selama periode slot ke-k.
33
Gambar 2.8. Sekema frequency hopping (FH) - time division duplex (TDD)
Transmisi sebuah paket dilakukan pada saat dimulainya sebuah slot. Panjang
paket yang membutuhkan 1, 3 atau 5 buah slot diperbolehkan dalam sekema ini.
Ketika mengirimkan sebuah paket yang membutuhkan lebih dari satu slot,
perangkat radio pengirim akan berada pada frekuensi yang sama hingga seluruh
bagian paket selesai ditransmisikan (gambar 2.7). pada slot berikutnya setelah
pengiriman ini, perangkat radio tersebut akan berpindah ke kanal frekunsi yang
seharusnya, sebagaimana yang ditunjukan oleh pola lompatannya, hal ini berarti
bahwa selama transmisi paket multi slot tersebut, dua atau empat lompatan
frekuensi telah terlewatkan. Perhatikan bahwa karena transmisi dan penerimaan
dilakukan pada slot β slot waktu yang berbeda, maka hal ini secara otomatis terjadi
pada kanal β kanal frekuensi yang berbeda.
Pola lompatan FH yang digunakan di dalam sebuah pikonet ditentukan oleh
perangkat radio yang berperan sebagai master, dan merupakan fungsi dari alamat
bluetooth sang master. Sebuah operasi matematika yang cukup kompleks
melibatkan serangkaian operasi logika OR-eksklusif (XOR), digunakan untuk
membangkitkan pola β pola lompatan pseudarandom tersebut.
Karena pikonet β pikonet berbeda yang berada di satu lokasi yang sama akan
memiliki master β master yang berbeda, maka tiap β tiap pikonet ini akan
34
menerapkan pola lompatan yang berbeda β beda. Sehingga hampir di semua waktu
transmisi yang dilakukan oleh dua buah perangkat yang berbeda di dua pikonet
yang berbeda namun di satu lokasi yang sama akan menduduki kanal β kanal yang
berbeda. Terkadang, dua pikonet secara bersamaan akan melompat ke kanal sama
sehingga mengakibatkan terjadinya βtabrakkanβ dan kerusakan data. Akan tetapi,
karena insiden semacam ini hanya terjadi sekali β kali saja, efek negatif yang
ditimbulkan dengan mudah dikompensasikan dengan menerapkan teknik β teknik
deteksi error / ARQ dan koreksi error maju. Dengan demikian, suatu bentuk akses
jamak berdasrkan pembagian kode (code division multiple access - CDMA) dengan
sendirinya berlaku pada pikonet β pikonet yang berbeda di dalam satu scatternet
yang sama, inilah yang menjadikan skema akses pikonet dirujuk sebagai FH β
CDMA.
Gambar 2.9. Contoh β Contoh Paket Multi-slot
35
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
2.6 Quality of Service (QoS)
Quality of Services adalah kemampuan dari sebuah layanan untuk menjamin
performansi dan merupakan parameter untuk mengukur kualitas dari sebuah
layanan. Parameter QoS mengacu pada performansi tingkat kecepatan dan
keandalan penyampaian berbagai jenis data dalam komunikasi. Parameter
parameter QoS adalah :
a. Throughput
Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam
bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses dan
diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi
interval waktu tersebut.
Secara umum terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan
berdasarkan nilai Throughput sesuai dengan standar TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks),
yaitu seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.8. Standar Throughput
KATEGORI
THROUGHPUT
THROUGHPUT (X)
Buruk 0-338 kbps
Cukup Baik 338-700 kbps
Baik 700-1200 kbps
Lebih Baik 120 kbps- 2.1 Mbps
Terbaik >2.1 Mbps
36
Rumus yang digunakan untuk mencari Throughtput adalah :
Throught = π½πππΏπ΄π» π΅πΌπ ππ΄ππΊ π·πΌπΎπΌπ πΌπ
ππππ΄πΏ ππ΄πΎππ ππΈππΊπΌπ πΌππ΄π ........................................(2.1)
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
b. Packet Loss
Packet Loss adalah banyaknya paket yang hilang pada suatu jaringan paket
yang disebabkan oleh tabrakan (collision) dan congestion. Pada jaringan hal ini
berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi
jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk
aplikasi tersebut. Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk
menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer
akan penuh dan data baru tidak akan diterima, penuhnya kapasitas jaringan, dan
penurunan paket yang disebabkan oleh habisnya TTL (Time To Live) paket.
Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinkan, di antaranya yaitu:
a) Terjadinya overload trafik di dalam jaringan,
b) Tabrakan (congestion) dalam jaringan.
c) Error yang terjadi pada media fisik.
d) Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan
karena overflow yang terjadi pada buffer.
Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan
mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat empat kategori
penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai packet loss sesuai dengan
standar TIPHON, yaitu seperti tampak pada tabel berikut:
37
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
Tabel 2.9. Standar Packet Loss
Rumus yang digunakan untuk menghitung Packet Loss :
Packet Loss = π·ππ‘π ππππ π·ππππππβπ·ππ‘π ππππ π·ππ‘πππππ
πππππ‘ π·ππ‘π ππππ π·πππππππ x 100 % ..................(2.2)
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
c. Delay
Delay (latency) adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh
proses transmisi dari satu titik menuju titik lain yang menjadi tujuannya. Delay
dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang
lama. Waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu
titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay diperoleh dari selisih waktu
kirim antara satu paket TCP dengan paket lainnya yang direpresentasikan dalam
satuan second. Delay di dalam jaringan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Packetisasi delay
Delay yang disebabkan oleh waktu yang diperlukan untuk proses
pembentukan paket IP dari informasi user. Delay ini hanya terjadi sekali saja,
yaitu di source informasi.
KATEGORI
DEGRADASI
PACKET LOSS (X)
Sangat Bagus X β€ 3%
Bagus X β€ 15%
Sedang X β€ 25%
Jelek X β₯ 25%
38
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
2. Queuing delay
Delay ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh router di
dalam menangani transmisi paket di sepanjang jaringan. Umumnya delay ini
sangat kecil, kurang lebih sekitar 100 micro second.
3. Delay propagasi
Proses perjalanan informasi selama di dalam media transmisi, misalnya
SDH, coax atau tembaga, menyebabkan delay yang disebut dengan delay
propagasi.
Tabel 2.10. Standar Delay
Rumus untuk menghitung nilai delay adalah :
Rata-Rata Delay = πππ‘ππ π·ππππ¦
πππ‘ππ πππππ‘ ππππ π·ππ‘πππππ ........................................(2.3)
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
d. Jitter
Jitter atau variasi kedatangan paket, diakibatkan oleh variasi - variasi
dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data dan juga dalam waktu
penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter . Jitter lazimnya
KATEGORI LATENSI BESAR DELAY
Sangat Bagus < 150 ms
Bagus 150 s/d 300 ms
Sedang 300 s/d 450 ms
Jelek > 450 ms
39
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
disebut variasi delay berhubungan erat dengan latency, yang menunjukkan
banyaknya variasi delay pada transmisi data di jaringan. Delay antrian pada
router dan switch dapat menyebabkan jitter.
Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik
dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP.
Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar
pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan
semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan
semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai jitter
harus dijaga seminimum mungkin.
Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan
nilai peak jitter sesuai dengan standar TIPHON.
Tabel 2.11. Standar Jitter
Rumus yang digunakan untuk menghitung jitter adalah :
Average delay = π·πΈπΏπ΄π
ππππ΄πΏ ππΈππΊπΌπ πΌππ΄π ππ΄πΎπΈπ ........................(2.4)
Jitter = Delay - Average Delay .....................................................(2.5)
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
KATEGORI LATENSI PEAK JITTER
Sangat Bagus 0 ms
Bagus 75 ms
Sedang 125 ms
Jelek 225 ms
40
e. MOS (Mean Opinion Score)
Kualitas sinyal yang diterima biasanya diukur secara subjektif dan
Objektif. Metode pengukuran subyektif yang umum dipergunakan dalam
pengukuran kualitas speech coder adalah ACR (Absolute Category Rating) yang
akan menghasilkan nilai MOS (Mean Opinion Score). Skala rating umumnya
mempergunakan penilaian yaitu berturut β turut : Exellent, Good, Fair, Poor dan
Bad dengan nilai MOS (Mean Opinion Score) berturut β turut: 5, 4, 3, 2 dan 1.
Kualitas suara minimum mempunyai nilai setara MOS 4.0.
f. Echo Cancelation
Untuk menjamin kualitas layanan voice over packet terutama disebabkan
oleh echo karena delay yang terjadi pada jaringan paket maka perangkat harus
menggunakan teknik echo cancelation. Persyaratan performansi yang
diperlukan untuk echo canceller harus mengacu standar internasional ITU G.165
atau G.168.
2.7 Wireshark
Wireshark merupakan salah satu aplikasi yang berfungsi sebagai network
analyzer (penganalisa jaringan) dengan cara menangkap paketβpaket data atau
informasi di jaringan melalui network iterface card (NIC). Wireshark banyak
disukai karena interfacernya yang menggunakan graphical user interface (GUI)
atau tampilan grafis.
Semua jenis paket informasi dalam berbagai format protokol pun akan
dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Wireshark mampu menangkap paket-paket
data atau informasi yang berjalan dalam jaringan yang terlihat dan semua jenis
41
informasi ini dapat dengan mudah dianalisa yaitu dengan memakai sniffing, dengan
sniffing diperoleh informasi penting seperti password email account lain.
Wireshark merupakan aplikasi untuk melakukan analisa lalu lintas jaringan
komputer yang memiliki fungsi-fungsi yang amat berguna bagi profesional
jaringan, administrator jaringan, peneliti, hingga pengembang piranti lunak
jaringan. Wireshark dapat membaca data secara langsung dari Ethernet, Token-
Ring, FDDI, serial (PPP dan SLIP), 802.11 wireless LAN, dan koneksi ATM.
Program ini juga sering digunakan oleh chatters untuk mengetahui ip korban
maupun para chatter lainnya lewat typingan room. Tool wireshark dapat
menganalisa transmisi paket data dalam jaringan, proses koneksi dan transmisi data
antar komputer.Selama kita bisa mendapatkan paket langsung dari jaringan, dengan
tools seperti wireshark, maka kita juga bisa memanfaatkan wireshark untuk
βmenyadapβ pembicaraan Voice over IP. (Miftakhur Rozikin, 2017)
Wireshark mempunyai beberapa fitur, antara lain :
a. Tersedia untuk sistem operasi UNIX dan Windows.
b. Menangkap paket data secara langsung dari sebuah interface jaringan.
c. Menampilkan paket dengan informasi protokol yang sangat detail.
d. Paket data yang ditangkap dapat dibuka dan disimpan.
e. Paket data yang ditangkap dapat diimpor dan diekspor dari dan ke banyak
program.
f. Memfilter paket dengan berbagai kriteria.
g. Mencari paket dengan berbagai kriteria.
h. Dapat memberi warna paket yang ditampilkan berdasarkan filternya.
i. Dapat membuat berbagai statistik.