31
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan, belajar bukan sekedar proses menghafal melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Teori yang melandasi pembelajaran kontekstual adalah teori konstruktivisme. ”Pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.” 1 Ciri kontruktivisme dalam pembelajaran adalah menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang mempunyai makna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikan, melainkan manusia harus mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui kehidupan nyata siswa. Oleh karena itu siswa perlu dibiasakan untuk dihadapkan pada suatu masalah sehingga diharapkan mampu memecahkan masalah tersebut, menemukan sesuatu 1 Rusman. 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, RajaGrafindo Persada , hal. 201

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Belajar menurut Teori

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil

dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan, belajar bukan sekedar

proses menghafal melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri

seseorang. Teori yang melandasi pembelajaran kontekstual adalah teori

konstruktivisme.

”Pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah

suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual

menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks,

memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya

bila perlu.”1

Ciri kontruktivisme dalam pembelajaran adalah menekankan terbangunnya

pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan

dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang mempunyai makna.

Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap

dipraktikan, melainkan manusia harus mengkonstruksikannya terlebih dahulu

pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui kehidupan nyata siswa.

Oleh karena itu siswa perlu dibiasakan untuk dihadapkan pada suatu masalah

sehingga diharapkan mampu memecahkan masalah tersebut, menemukan sesuatu

1 Rusman. 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

Jakarta, RajaGrafindo Persada , hal. 201

9

yang berguna bagi dirinya, dan mampu mengembangkan ide-ide atau sebuah

gagasan yang ada pada dirinya.

Teori belajar konstruktivisme lahir pertama kali dari gagasan Piaget dan

Vigotsky.

”Menurut gagasan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat

sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan

kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya

yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget

menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan

pengetahuan disusun didalam pikiran siswa.”2

Belajar juga merupakan tindakan kreatif dimana konsep dan kesan dapat

dibentuk dengan memikirkan suatu objek pada peristiwa tersebut. Dalam proses

pembelajaran diharapkan adanya aktivitas dan kreativitas akan tetapi perlu juga

suatu interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan adalah adanya

komunikasi yang aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa

dengan guru, sehingga komunikasi tersebut dapat memungkinkan terjadinya

aktivitas dan kreativitas.

Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan akan

pentingnya suatu interaksi terkhususnya dengan teman sebaya, melalui

pembentukan kelompok-kelompok belajar. Dengan adanya kelompok belajar

memberikan kesempatan bagi siswa secara aktif untuk mengungkapkan sesuatu

yang dipikirkan siswa kepada teman akan membantunya untuk melihat

ketidaksesuaian pandangan ataupun gagasan mereka sendiri.

2 Ibid. hal. 202

10

2.2 Aktivitas

Aktivitas sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, tidak ada

belajara kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip

atau asas yang sangat penting di dalam interaksi pembelajaran, karena pada

prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi

melakukan kegiatan.

”Pernyataan Montessori memberikan petunjuk

bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam

pembentukan diri adalah anak itu sendiri , sedang pendidik

memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan

yang akan diperbuat oleh anak didik.”3

Dengan demikian aktivitas murid sangat diperlukan sehingga muridlah

yang seharusnya banyak aktif sebab murid sebagai subjek didik adalah

merencanakan, dan murid sendiri yang melaksanakan belajar. ” Menurut

Rousseau segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, baik secara

rohani maupun teknis.”4 Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif

sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak akan mungkin terjadi. Pada

kenyataannya sering kali guru yang mempunyai peran aktif di dalam

pembelajaran sehingga murid tidak diberi kesempatan untuk aktif, sehingga anak

didik menjadi bersifat pasif dan menerima begitu saja yang dijelaskan oleh guru.

Aktivitas anak akan terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab

pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Mereka hanya bekerja karena atas

3 Sardiman, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali, hal. 95.

4 Sardiman, loc. cit. hal. 95

11

perintah guru, menurut apa yang ditentukan oleh guru, begitu juga berfikir

menurut yang digariskan oleh guru. Hal tersebut sudah tidak sesuai dengan

hakikat pribadi siswa sebagai subjek belajar. Guru memiliki tugas yaitu

menyediakan bahan pelajaran,tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para

siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing.

”Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak

didik harus aktif.”5

Guru hanya memberikan suatu acuan atau alat. Ini menunjukkan bahwa

yang harus aktif dan mendominasi aktivitas adalah siswa, karena hakikat anak

didik sebagai manusia yang penuh dengan potensi yang bisa berkembang secara

optimal apabila metode pengajaran mendukungnya. ”Aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar ke dua

aktivitas itu harus selalu berkait.”6 Sekolah merupakan salah satu arena untuk

mengembangkan aktivitas belajar siswa. Banyak jenis aktivitas yang dapat

dikembangkan oleh siswa di sekolah, aktivitas siswa tidak cukup hanya

mendengarkan dan mencatat. Macam-macam aktivitas belajar mencakup aktiitas

mental maupun aktivitas jasmaniah.

”Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalam

beberapa hal, antara lain:

a) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis,

melakukan eksperimen dan demonstrasi.

b) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca

sanjak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.

5 Sardiman, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali, hal. 98

6 Sardiman, loc. cit. hal. 98

12

c) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti

mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

d) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik,

menari, melukis.

e) Aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang,

membuat makalah, membuat surat.”7

Menurut klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan diatas, menunjukkan

bahwa aktivitas di sekolah itu cukup memiliki variasi yang berbeda-beda. Kalau

berbagai macam aktivitas tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah

tersebut akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat

aktivitas belajar yang maksimal serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari refleksi tersebut diatas kemudian diadakan evaluasi untuk mengukur

pengetahuan siswa apakah model pembelajaran inkuiri berbasis Kontekstual

(CTL) ini efektif diterapkan dalam mata pelajaran IPS kompetensi dasar

mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat stempat

dalam kaitannya dengan budaya nasional. Untuk mencapai KKM mata pelajaran

normatif, yaitu IPS maka diberikan skor penilaian untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran ini.

a. Tingkat kemampuan rata-rata peserta didik

Rata-rata nilai 80-100, diberi skor 30

Rata-rata nilai 60-79, diberi skor 20

Rata-rata nilai < 60, diberi skor 10

*Sumber: Teknis Penyusunan KTSP dan Silabus SMK

7 Usman User, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya, hal. 17

13

2.3 Pembelajaran Inkuiri Berbasis Contextual Teaching and Learning

Inkuiri merupakan kegiatan inti dari Contextual Teaching and Learning

(CTL). Kegiatan ini diawali dengan pengamatan-pengamatan terhadap fenomena

kejadian sehari-hari dan dilanjutkan dengan kegiatan untuk menghasilkan temuan

sendiri yang diperoleh siswa. Kegiatan yang didasari oleh hasil pengamatan

kemudian dilanjutkan dengan temuan sendiri oleh siswa akan lebih bermakna

dibanding dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang

lain, pengetahuan yang demikian akan sulit diingat melainkan akan mudah

dilupakan dan tidak fungsional.

Pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan

pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

”Atas pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang harus di

pakai ketika menerapkan pembelajaran inkuiri adalah sebagai

berikut.

- Pengetahuan dan ketrampilan akan lebih lama diingat

apabila siswa menemukan sendiri.

- Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila

diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri

oleh siswa.

- Siklus inkuiri adalah observasi (observation), bertanya

(questioning), mengajukan dugaan, (Hiphotesis),

pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan

(conclusion).

- Langkah-langkah kegiatan inkuiri: (1) merumuskan masalah,

(2) melakukan oservasi, (3) menganalisis dan menyajikan

hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan

14

karya lain, (4) mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya

pada pihak lain.”8

CTL merupakan pilihan model pembelajaran yang tepat karena

didasarkan pada:

1) CTL memadukan gagasan dan tindakan, mengetahui dan melakukan,

berpikir dan bertindak.

2) Siswa adalah unik karena itu harus diperhatikan secara individual.

3) Siswa harus mempelajari keterampilan dasar seperti membaca, menulis,

berhitung, berbicara, mendengar, mempertimbangkan, berpikir kreatif,

mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan penanaman sifat

pribadi, kemampuan bersosialisasi.

4) Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui ’mengalami’

bukan ’menghafal’.

5) Pengetahuan dibentuk oleh manusia. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta, konsep, atau peraturan yang menunggu untuk ditemukan.

6) Pengetahuan merupakan konstruksi dari manusia dan manusia secara

bertahap melakukan percobaan-percobaan baru sehingga pengetahuan

tidak pernah stabil.

2.4 Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya

dan bukan hanya sekedar mengetahui. Pelajaran yang berorientasi terhadap target

8 Muslich, M. 2008, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta,

Bumi Aksara, hal. 45

15

penguasaan materi dimana proses kegiatan belajar mengajar dianggap selesai

ketika target pembahasan sudah dijelaskan kepada peserta didik dianggap gagal

dalam memberi bekal dalam kehidupan jangka panjang, meskipun dalam

kompetisi jangka pendek anak didik dapat mengerti dan berhasil.

”Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.”9

Dalam proses pembelajaran kontekstual, peserta didik akan belajar apa

yang berguna bagi kehidupannya. Belajar untuk mengetahui sebuah pengetahuan

tidak begitu penting, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana

pengetahuan tersebut memberi daya guna bagi kehidupan peserta didik

kedepannya. Dengan demikian siswa dapat termotivasi dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar, karena pelajaran tersebut dianggap penting dan butuh untuk

dipelajari. Contextual Teaching and Learning memiliki karakteristik yang berbeda

dengan model pembelajaran lainnya.

”Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan

tujuh komponen utama, yaitu: 1. Contructivism (Konstruktivisme)

Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa

pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja

sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya.

9 Baharudin dan Moh Makin, 2009, Pendidikan Humanistik, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media ,

hal. 210

16

2. Questioning (Bertanya)

Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa

lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan

dipelajari.

3. Inquiry (Menyelidiki, Menemukan)

Kegiatan belajar yang bisa mengondisikan siswa untuk

mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau

permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil

”menemukan” sesuatu.

4. Learning Community (Masyarakat Belajar)

Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar

bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi,

curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan

teman lain. 5. Modelling (Permodelan)

Kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa

dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk

penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil

karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya. 6. Reflection (Refleksi atau Umpan Balik)

Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik

dalam bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan

yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan

yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan

kegiatan, dan saran atau harapan siswa. 7. Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya)

Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik

perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan kegiatan

nyata ketika pembelajaran berlangsung.”10

Dalam proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama kegiatan

belajar berlangsung terhadap peserta didik harus dirancang tahap demi tahap

sesuai dengan ketujuh komponen CTL dengan benar. Dengan demikian guru

10 Muslich, M. 2008, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta,

Bumi Aksara, hal. 43

17

harus memiliki persiapan terlebih dahulu dengan metode pembelajaran yang akan

dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar mengajar.

2.5 Skenario Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Skenario pembelajaran merupakan pedoman umum sekaligus sebagai alat

kontrol. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL guru

terlebih dahulu menyusun desain (skenario) pembelajaran.

”Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL

tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan

kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

baru yang harus dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk

semua topik yang diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui

memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui

kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain

sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran,

bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang

sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari

setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai

kemampuan yang sebenarnyapada setiap siswa.”11

11 Rusman. 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

Jakarta, RajaGrafindo Persada , hal. 199

18

2.6 Tahap-tahap Dalam Pembelajaran Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning)

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis CTL

memiliki lima tahapan, yaitu:

Tahapan Kegiatan Guru

Tahap 1

Orientasi Siswa terhadap

masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

perlengkapan yang dibutuhkan,

memotivasi siswa agar terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah yang

dipilih.

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan

individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai dan melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan serta

pemecahan masalah.

Tahap 4 Guru membantu siswa merencanakan

19

Pengembangan dan penyajian

hasil karya

dan menyiapkan karya yang sesuai

seperti laporan, video, dan model

serta membantu mereka berbagi

tugas dengan temannya.

Tahap 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan siswa dan proses-proses

yang siswa gunakan.

Pembelajaran CTL lebih menekankan pada skenario pembelajaran yang

merupakan kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa

sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

” Program pembelajaran kontekstual hendaknya:

1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu

sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan

gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok,

dan indikator pencapaian hasil belajar.

2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum

pembelajarannya.

3. Uraikan secara terperinci media dan sumber

pembelajaran yang akan digunakan untuk

mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

4. Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang

harus dilakukan siswa dalam melakukan proses

pembelajarannya.

5. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan

memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang

dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya

20

(proses) maupun setelah siswa tersebut selesai

belajar.”12

2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu dari kelompok mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi di SMK dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi di masyarakat, membentuk kecakapan, kompetensi, dan kemandirian

kerja. Adapun manfaat dalam mempelajari mata pelajarn IPS adalah:

1. Membangun pemikiran siswa untuk sadar terhadap nilai-nilai

kemanusiaan.

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat berpikir,

inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial.

3. Meningkatkan kemampuan berkompetisi dalam bekerja sama

dalam masyarakat yang majemuk.

4. Mengembangkan pengetahuan dasar sosiologi, ekonomi,

geografi, dan sejarah.

12 Ibid. hal. 200

21

2.8 Mendeskripsikan Potensi Keberagaman Budaya Yang Ada Di

Masyarakat Setempat Dalam Kaitannya Dengan Budaya Nasional

A. Pengertian Budaya Lokal dan Budaya Nasional

Budaya Lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budidaya masyarakat suatu

daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari

waktu ke waktu.

Budaya Nasional adalah budaya yang terbentuk dari keseluruhan budaya

lokal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat indonesia serta hasil serapan

dari anasir-anasir budaya asing atau budaya global

B. Perwujudan Budaya Nasional

Perwujudan abstrak budaya nasional, yaitu sistem gagasan, tindakan, dan

hasil karya manusia. Adapun wujud konkretnya, antara lain:

1. Cara Berbahasa

2. Cara berperilaku

3. Cara Berpakaian

4. Peralatan Hidup

C. Manfaat Keberagaman Budaya

Keberagaman budaya masyarakat Indonesia juga memberi keuntungan,

yang sekaligus dapat mendukung terhindarnya konflik diantara suku-suku bangsa.

Itulah yang merupakan kebudayaan nasional dalam fungsinya untuk memperkuat

solidaritas dan nasionalisme.

22

D. Contoh-contoh Budaya Lokal di Indonesia

1. Kebudayaan Suku Bangsa Batak

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Di daerah Batak terdapat beberapa agama, seperti agama islam,

agama katolik, dan agama Kristen Protestan. Meskipun demikian, konsep-

konsep kepercayaan atau religi purba masih hidup, terutama di pedesaan.

b. Sistem Kekerabatan

Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan suatu pranata yang

tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan.

Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki (peranak dalam bahasa

Toba, si pempokan dalam bahasa Karo) dengan kaum kerabat si

perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam bahasa Karo).

c. Sistem Politik

Sistem politik yang dimaksud adalah sistem pemerintahan dan

kepemimpinan. Pada masyarakat Batak sistem kepemimpinan terbagi atas

3 (tiga) bidang sebagai berikut.

Kepemimpinan di Bidang Adat

Kepemimpinan di bidang adat, meliputi perkawinan dan

perceraian, kematian, warisan, penyelesaian perselisihan, serta

kelahiran.

Kepemimpinan di Bidang Agama

23

Dalam masyarakat Batak, kepemimpinan dalam bidang

agama berhubungan dengan perdukunan dan roh nenek moyang

serta kekuatan-kekuatan gaib. Pemimpin keagamaan dipegang oleh

guru sibaso.

Kepemimpinan di Bidang Pemerintahan

Dalam bidang pemerintahan, kepemimpinan dipegang oleh

salah satu keturunan dari merga taneh. Adapun tugas dari

pemimpin pemerintahan, yaitu menjalankan pemerintahan sehari-

hari.

d. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi atau sistem mata pencaharian yang dilakukan

masyarakat Batak adalah bercocok tanam di sawah, ada juga yang di

ladang, seperti suku bangsa Karo, Simalunggun, dan Pakpak.

e. Seni Musik

Seni musik suku bansa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan

yang digunakan adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan

Batak). Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan, doal, dan jeret.

Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai

berikut.

1. Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah

berputar ke arah mata angin.

24

2. Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan

tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua.

3. Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan menari

berkeliling artinya keluarga mendapat kebahagiaan.

4. Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari

ditempat artinya petuah/rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

f. Seni Kerajinan

Kerajinan suku Batak yang terkenal adalah kain ulos. Macam-

macam ulos dan fungsinya dalam suatu acara sebagai berikut.

1.) ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra

dan menantu saat pernikahan.

2.) Ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin

perempuan.

3.) Ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada

putranya saat hamil tua.

4.) Ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau

duda.

25

2. Kebudayaan Suku Bangsa Minangkabau

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama Islam.

Upacara-upacara adat Minangkabau, sebagai berikut.

1.) Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan

Husain di padang Karbala.

2.) Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup

manusia, seperti:

a) upacara Turu Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh

tanah pertama kali, dan

b) upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama

kali.

3.) Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke-

100, dan ke-1000.

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau adalah

matrilineal (garis keturunan ibu) sehingga sistem kekerabatan

memperhitungkan dua generasi di atas ego laki-laki dan satu generasi di

bawahnya.

26

c. Sistem Politik

Kepala suku Minangkabau disebut penghulu, dubalang, dan manti.

Dubalang bertugas menjaga keamanan kampung, sedangkan manti

berhubungan dengan tugas-tugas keamanan. Kesatuan dari beberapa

kampung disebut nagari. Sistem pemerintahannya dibagi menjadi 2,

sebagai berikut.

1.) Laras Bodi-Caniago berhubungan dengan tokoh Datuek

Parapatiek nan Sabatang.

2.) Laras Koto-Piliang berhubungan dengan tokoh Datuek

Katumenggungan.

d. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai

petani. Masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin.

Kerajinan yang dihasilkan adalah kain songket.

e. Sistem Kesenian

1.) Seni Bangunan

Rumah adat Minangkanau disebut rumah gadang.

2.) Seni Tari

Tari-tarian yang ada adalah tari silat kucing dan tari silat tupai

malompek yang masih dijumpai di daerah-daerah Payakumbuh. Lagu

yang digunakan dalam tari itu adalah Cak Din-Din, Pado-Pado,

27

Siamang Tagagau, Si Calik Mamenjek, Capo, dan Anak Harimau dalam

Gauang. Selain itu juga terdapat tari piring, tari lilin, tari patung, dan

tari serampang dua belas.

3.) Seni Musik

Alat-alat musik tradisional dari suku bangsa Minangkabau adalah

saluang dan talempong. Saluang biasa dikenal dengan seruling,

sedangkan talempong mirip dengan gamelan yang dibunyikan dengan

pemukul.

4.) Seni Sastra

Seni sastra yang berkembang pada suku Minangkabau dan pada

umumnya adalah seni sastra pantun yang berupa nasihat.

3. Kebudayaan Jawa

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah Islam. Selain itu

juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa

sebelumnya. Ada 4 selamatan di Jawa sebagai berikut.

1. selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi hamil 7 bulan, potong

rambut pertama, kematian, dan kelahiran.

2. Selamatan bersih desa, upacara sebelum dan sesudah panen.

28

3. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar

Islam.

4. Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus, perjalanan

jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru.

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis

keturunan ayah dan ibu). Dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa,

digunakan istilah-istilah sebagai berikut.

1.) Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama.

2.) Ego menyebut orang tua perempuan adalaj simbok/biyung.

3.) Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas.

4.) Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu.

5.) Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le.

6.) Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di.

c. Sistem Politik

Desa di Jawa disebut kelurahan yang dikepalai oleh lurah.

Pembantu-pembantu lurah dibagi menjadi sebagai berikut.

1.) Carik: pembantu umum/sekretaris desa.

2.) Sosial: memelihara kesejahteraan penduduk.

29

3.) Kaum: mengurusi soal nikah, rujuk, talak, dan kematian.

d. Sistem Ekonomi

Bertani merupakan mata pencaharian utama. Bertani dilakukan di

ladang dan sawah.

e. Sistem Kesenian

1.) Seni Bangunan

Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan

rumah adat di Jawa Tengah disebut istana Mangkunegaraan. Istana

Mangkunegaraan merupakan rumah adat asli Jawa.

2.) Seni Tari

Tari-tarian di Jawa beraneka ragam, sebagai berikut.

1.) Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan suasana acara

2.) Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan topeng.

3.) Tari serimpi adalah tari yang bersifat sakral dengan irama

lembut.

4.) Tari gambyong

5.) Tari bedoyo

30

3.) Seni Musik

Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan

terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong,

dan kempul.

4. Kebudayaan Suku Bangsa Sunda

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Pada saat ini sebagian besar masyarakat Sunda menganut

agama Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen,

Katolik, Hindu, dan Buddha.

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat Sunda adalah bilateral (garis

keturunan ayah ataupun ibu). Di Sunda mengenal tujuh generasi ke

atas dan ke bawah sebagai berikut.

1) Tujuh generasi ke atas, yaitu kolot, embah, buyut, bao,

jangga wareng, udeg-udeg, dan gantung siwur.

2) Tujuh generasi ke bawah, yaitu anak, incu, buyut, bao,

jangga wareng, udeg-udeg, dan gantung siwur.

c. Sistem Politik

Istilah kepala desa di beberapa tempat di Sunda berbeda-

beda, misalnya di desa Bojongloa terkenal dengan kuwu, yang

31

bertugas mengurus kepentingan warga desa. Kuwu dipilih oleh

rakyat. Dalam menjalankan tugas Kuwu dibantu oleh:

1) Seorang juru tulis

2) Tiga orang kokolot

3) Seorang kulisi

4) Seorang kulu-kulu

5) Seorang amil

6) Tiga pembina desa yang terdiri atas satu orang kepolisian

dan dua orang dari angkatan darat.

d. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian saat ini beraneka ragam, antara lain sektor

perkebunan, perdagangan, dan pertanian

e. Sistem Kesenian

1. Seni bangunan

Rumah adat di Sunda bermodel Keraton Kasepuhan Cirebon

yang memiliki 4 ruang sebagai berikut.

Pendopo: tempat untuk penjaga keselamatan sultan.

Pringgondani: tempat sultan memberi perintah kepada

adipati.

32

Prabayasa: tempat sultan menerima tamu.

Panembahan: ruang kerja dan tempat istirahat sultan.

2. Seni Tari

Tari yang populer di Sunda adalah tari jaipong, yaitu paduan

tari ketuk tilu dan tari gendong pencok.

3. Seni Musik

Alat musik tradisional Sunda adalah angklung, calung,

kecapi, dan degung.

4. Seni Sastra

Sunda kaya akan seni sastra, misalnya Prabu Siliwangi yang

diungkapkan dalam bentuk pantun, Si Kabayan dan Sangkuriang

yang diungkapkan dalam bentuk prosa.

5. Seni Pertunjukan

Pertunjukan yang paling terkenal di Sunda adalah wayang

golek.

5. Kebudayaan Suku Bangsa Bali

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu-Bali.

Mereka percaya adanya satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang

terdiri atas 3 wujud, sebagai berikut.

33

Brahmana : menciptakan

Wisnu : memelihara

Siwa : merusak.

Selain itu, hal-hal yang mereka anggap penting sebaai berikut.

1) Atman : roh yang abadi

2) Karmapala : buah dari setiap perbuatan

3) Purnabawa : kelahiran kembali jiwa

Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura memiliki sifat

berbeda, sebagai berikut.

1) Pura Besakih : sifatnya umum untuk semua golongan

2) Pura Desa : khusus untuk kelompok sosial setempat

3) Sanggah : khusus untuk leluhur

b. Sistem Kekerabatan

Perkawinan dianggap pantang adalah perkawinan saudara

permpuan suami dengan saudara laki-laki istri. Hal itu akan

mengakibatkan bencana (panes).

c. Sistem Politik

Desa-desa di Bali dibuat berdasarkan kesadaran kesatuan

tempat. Desa-desa di daerah pegunungan mempunyai pola

34

perkampungan memusat (banjar) yang dikepalai oleh khan boncor

(khong).

d. Sistem Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Bali memiliki mata pencaharian

sebagai petani.

e. Sistem Kesenian

1.) Seni Bangunan

Seni bangunan nampak pada bangunan candi yang banyak

terdapat di Bali, seperti Gapura, Candi Bentar.

2.) Seni Tari

Seni tari dibagi menjadi 2 sebagai berikut.

Tari tradisional Bali antara lain tari sanghyang, tari

barong, tari kecak, dan tari gambuh.

Tari modern abtara lain tari tenun, tari nelayan, tari

legong, dan tari janger.

6. Kebudayaan Suku Bangsa Asmat

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Suku bangsa Asmat percaya bahwa nenek moyang mereka

berasal dari patung. Dalam mitologi masyarakat Asmat, Dewa

Fumeripits (sang pencipta) terdampar di pantai, namun nyawanya

35

diselamatkan oleh sekelompok burung. Suku bangsa Asmat juga

mengenal adanya roh nenek moyang disekitar lingkungannya.

Adapun roh-roh tersebut, sebagai berikut.

Yi-Ow : roh nenek moyang uang baik maka disimbolkan

dengan upacara-upacara adat.

Osbopon : roh jahat yang membawa penyakit.

Upacara-upacara besar yang dilakukan oleh suku bangsa

Asmat sebagai berikut

Mbismbu : upacara pembuatan mbis (patung nenek moyang

yang diukir)

Yentpokmbu : upacara pembuatan rumah

Mbipokkumbu : upacara topeng

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat Asmat bersifat monogami,

yaitu pernikahan satu pasang suami dengan istri.

c. Sistem Politik

Pemimpin Asmat memiliki derajat yang sama dengan warga-

warga lain tetapi harus lebih pandai dan ahli dalam bidang tertentu.

Biasanya seseorang yang menang perang akan diminta menjadi

pemimpin.

36

d. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat Asmat antara lain meramu

sagu dan berburu binatang (babi hutan).

e. Sistem Kesenian

Kesenian suku Asmat yang terkenal adlah ukir-ukiran yang

terbuat dari kayu seperti tulang, topeng, tifa, dan tombak. Selain itu

juga alat-alat rumah tangga seperti kapak dari batu.

7. Kebudayaan Suku Bangsa Dayak

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Masyarakat Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu

Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di Kalimantan Tengah.

Kepercayaan yang dianut meliputi agama Islam, Kristen, Katolik,

dan Kaharingan (pribumi). Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh

berikut.

Sangiang nayu-nayu (roh baik)

Taloh, kambe (roh jahat)

Dalam syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut

negeri raja yang berpasir emas. Upacara adat dalam masyarakat

Dayak, meliputi:

37

Upacara pembakaran mayat (tiwah) dan abu sisa

pembakaran diletakkan di sebuah bangunan yang disebut

tambak..

Upacara menyambut kelahiran anak, dan

Upacara penguburan mayat.

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat Dayak berdasarkan

ambilineal, yaitu menghitung hubungan masyarakat melalui laki-laki

dan sebagian peremuan.

c. Sistem Politik

Pemerintahan desa secara formal berada ditangan pembekal

dan penghulu. Pembekal bertindak sebagai pemimpin administrasi.

Penhulu sebagai kepala adat dalam desa.

d. Sistem Ekonomi

Bercocok tanam di ladang adalah mata pencaharian

masyarakat Dayak. Masyarakat Dayak terkenal dengan seni

menganyam kulit, rotan, tikar, topi, yang dijual ke kuala Kapuas,

Banjarmasin, dan Sampit.

e. Sistem Kesenian

38

Seni tari Dayak adalah tari tambu dan tari bungai yang

bertema kepahlawanan, serta tari balean dadas, bertema permohonan

kesembuhan dari sakit.

Rumah adat Dayak adalah rumah betang yang dihuni lebih dari 20

kepala keluarga. Rumah betang terdiri atas lima kamar, yaitu kamar

untuk menyimpan alat perang, kamar gadis, kamar upacara adat,

kamar agama, dan kamar tamu.

2.9 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode

pembelajaran inkuiri berbasis CTL dapat meningkatkan aktivitas

kelompok dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS

Kompetensi Dasar mengidentifikasi berbagai alternatif penyelesaian

masalah akibat adanya keberagaman budaya semester II tahun

pelajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga.