Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Umum
2.1.1. Terminologi Judul
• Pengertian Wisata
Menurut undang – undang pemerintah nomor 10 tahun 2009
tentang kepariwisataan, wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya
tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara.
• Pengertian Kebudayaan
Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat.
• Sumatera
Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak
di Indonesia. Terdiri dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan
Lampung.
• Definisi Wisata kebudayaan khas Sumatera
Dapat disimpulkan pengertian dari Wisata kebudayaan khas
Sumatera adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang untuk tujuan yang berhubungan dengan kebudayaan
khas Sumatera dalam satu tempat.
10
2.1.2. Tinjauan Umum Wisata Kebudayaan
Keanekaragaman budaya yang ada disuatu tempat dapat
dijadikan objek wisata untuk dikunjungi oleh para wisatawan. Wisata
budaya ini menyangkut kekhasan dan keunikan budaya.
• Wisata budaya adalah bepergian bersama-sama dengan tujuan
mengenali hasil kebudayaan setempat (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2001 : 1274).
• Batasan yang lain wisata budaya adalah: Gerak atau kegiatan
wisata yang dirangsang oleh adanya objek-objek wisata yang
berwujud hasil-hasil seni budaya setempat: Adat istiadat, upacara
agarna, tata hidup masyarakat, peninggalan sejarah, hasil seni,
kerajinan-kerajinan rakyat dan sebagainya (R.S. Damardjati, 1989:
19)
Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan.
yaitu :
1. Bahasa (language).
2. Masyarakat (traditions).
3. Kerajinan tangan (handicraft).
4. Makanan dan kebiasaan makan (foods and eating habits).
5. Musik dan kesenian (art and music).
6. Sejarah suatu tempat (history of the region)
7. Cara Kerja dan Teknolgi (work and technology).
8. Agama (religion) yang dinyatakan dalam cerita atau sesuatu yang
dapat disaksikan.
9. Bentuk dan karakteristik arsitektur di masing-masing daerah tujuan
wisata (architectural characteristic in the area).
10. Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).
11. Sistem pendidikan (educational system).
12. Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities).
11
Manfaat dari wisata kebudayaan, yaitu dengan pesatnya
perkembangan industri pariwisata maka akan membawa pemahaman
dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung wisata (turis)
dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Dari
interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai budaya
masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan
lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut.
Namun wisata budaya ini memiliki efek negatif terhadap
kelangsungan budaya itu sendiri, diantaranya :
• Terjadinya interaksi masyarakat tradisional dengan masyarakat
modern yang memungkinkan adanya pola saling mempengaruhi,
yang akan merubah pola kehidupan budaya masyarakat setempat.
• Komersialisasi wisata budaya yang berlebihan mengakibatkan adanya
upaya untuk merubah kultur budaya apabila dinilai kurang memiliki
nilai ekonomis.
• Terjadinya transformasi dari aktifitas sosial ke arah produk dan
perkenalan dengan bentuk ekonomi yang baru akan sedikit banyak
mengubah tata nilai struktur dan kultur masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut, muncul rambu-rambu untuk
menekan dampak penurunan nilai-nilai budaya seperti yang ditulis kode
etik pariwisata dunia, yaitu :
Kegiatan pariwisata harus dirancang sedemikian rupa untuk
memungkinkan kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil
budaya , seni tradisional, dan seni rakyat, dan bukan sebaliknya
menimbulkan terjadinya standarisasi dan penurunan hasil-hasil budaya
tersebut
Kebudayaan dapat dilestarikan dalam dua bentuk yaitu :
• Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara
terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika
12
kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan
untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan
demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya
kita ini.
• Culture Knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara
membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat
difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk
edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu
sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para
Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
2.1.3. Tinjauan Umum Sumatera
Sumatera atau Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia
yang terletak di Indonesia, dengan luas 443.065,8 km2. Penduduk pulau
ini sekitar 52.210.926 (sensus 2010). Pulau ini dikenal pula dengan nama
lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa
Sanskerta, berarti "pulau emas"). Kemudian pada Prasasti Padang Roco
tahun 1286 dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah
emas") dan bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini.
Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga
kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
Asal nama Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan
Samudera (terletak di pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan
Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345,
dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi
Sumatra atau Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta
abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga
kemudian dikenal meluas sampai sekarang.
13
a. Penduduk
Secara umum, pulau Sumatera didiami oleh bangsa Melayu, yang
terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku besar ialah Aceh, Batak,
Melayu, Minangkabau dan Lampung. Di wilayah pesisir timur Sumatera
dan di beberapa kota-kota besar seperti Medan, Batam, Palembang, dan
Pekanbaru, banyak bermukim etnis Tionghoa. Penduduk pulau Sumatera
hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatera Timur dan dataran tinggi
Minangkabau. Mata pencaharian penduduk Sumatera sebagian besar
sebagai petani, nelayan, dan pedagang.
Penduduk Sumatera mayoritas beragama Islam dan sebagian
kecil merupakan penganut ajaran Kristen Protestan, terutama di wilayah
Tapanuli dan Toba-Samosir, Sumatera Utara. Di wilayah perkotaan,
seperti Medan, Pekanbaru, Batam, Pangkal Pinang dan Palembang,
dijumpai beberapa orang penganut Buddha.
b. Geografis
Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan kepulauan
Nusantara. Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur
dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di
sebelah barat dengan Samudra Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak
dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar yang bermuara di
sana, antara lain Asahan (Sumatera Utara), Sungai Siak (Riau), Kampar,
Inderagiri (Sumatera Barat, Riau), Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi),
Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way
Sekampung (Lampung). Sementara beberapa sungai yang bermuara ke
pesisir barat pulau Sumatera diantaranya Batang Tarusan (Sumatera
Barat), dan Ketahun (Bengkulu).
Di bagian barat pulau, terbentang pegunungan Bukit Barisan yang
membujur dari barat laut ke arah tenggara dengan panjang lebih kurang
1500 km. Sepanjang bukit barisan tersebut terdapat puluhan gunung, baik
yang tidak aktif maupun gunung berapi yang masih aktif, seperti
14
Geureudong (Aceh), Sinabung (Sumatera Utara), Marapi dan Talang
(Sumatera Barat), Gunung Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Sumatera
Barat, Jambi). Di pulau Sumatera juga terdapat beberapa danau, di
antaranya Danau Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara),
Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah,
Danau Talang (Sumatera Barat), Danau Kerinci (Jambi) dan Danau
Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
2.1.4 Tinjauan Umum Kebudayaan di Sumatera
a. Kerajinan Tangan
Songket
Songket, adalah kain tenun tradisional Melayu yang dilestarikan
di Indonesia. Songket berasal dari kata ‘sungkit’ dalam bahasa Melayu
dan bahasa Indonesia, artinya mencungkil atau mengait.
Ditinjau dari bahan, cara pembuatan, dan harganya, semula
songket adalah kain mewah para bangsawan yang dipakai untuk
menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan tetapi,
kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya
dan berada semata, karena harganya yang bervariasi. Meskipun
demikian, songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk
kesenian yang anggun dan bernilai budaya tinggi.
Penggunaan motif pada songket biasanya mendapat pengaruh
dari alam, seperti motif flora dan fauna. Di Pulau Sumatera, setiap
provinsi memiliki jenis dan ciri khas kain songket nya masing-masing,
yaitu :
Tabel 2.1 Jenis Songket Sumatera Sumber : Google, 2014
No. Provinsi Keterangan Gambar
15
1 Aceh Tenun songket
Nyak Mu
2 Sumatera
Utara
Tenun Songket
Batubara
Ulos
3 Sumatera
Barat
Tenun Songket
Pandai Sikek
4 Riau Tenun Songket
Pucuk Rebung
5 Jambi
16
6 Bengkulu
7 Sumatera
Selatan
8 Bangka
Belitung
Tenun Cual
9 Lampung
b. Kesenian
1) Tarian
Wilayah Sumatera memiliki tarian yang beragam. Setiap daerah
memiliki jenis tariannya masing-masing. Tetapi, ada 3 tarian di
17
Sumatera yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Tarian-
tarian tersebut yaitu :
Tabel 2.2 Jenis Tarian Sumatera Sumber : Google, 2014
No. Provinsi Keterangan Gambar
1 Aceh Tari Saman
2 Sumatera
Utara
Melayu : Tari
Serampang Dua
Belas
Batak : Tari Tor-tor
3 Sumatera
Barat
Tari Piring
18
4 Riau Tari Zapin
5 Jambi Tari Sekapur Sirih
6 Bengkulu Tari Andun
7 Sumatera
Selatan
Tari Tanggai
8 Bangka
Belitung
Tari Campak
9 Lampung Tari Cangget
19
2) Musik
Beberapa alat musik yang digunakan di Sumatra yaitu :
• Rebana, hal ini mengingatkan tentang seni Qasidah, yang
berasal dari Arab dan Persia (Iran) dan masuk Nusantara
sekitar tahun 635 - 1600. Rebana mempunyai berbagai ukuran:
besar, sedang, dan kecil.
• Gambus, alat musik ini dibawa orang Arab atau Mesir ataupun
Yaman, pada tahun sekitar 1870 - 1888 ke Nusantara.
Suaranya rendah, mempunyai senar double dari usus kambing
atau sekarang dari nylon, dimainkan dengan melodi kontrapun.
• Gong, sebagai ketukan hitungan pertama atau pada akhir lagu,
bunyinya seperti bas.
• Serunai, pembawa variasi melodi atas
• Rebab, pembawa variasi tengah
3) Teater
• Dul Muluk
Gambar 2.1 Teater Dul Muluk
Dalam teater ini, di awal dan di akhir teater ada sebuah
nyanyian dan tarian yang di sebut ‘Beremas’ dan di iringi
beberapa instrument musik sederhana seperti rebana. Tapi, saat
ini, pementasan Dul Muluk sudah menggunakan beberapa alat
musik pengiring tambahan seperti gong, biola, gendang dan jidur
yang merupakan gendang dengan ukuran besar. Selain itu juga,
sekarang sudah diadakan di atas panggung dan sering
diperlombakan atau dipertontonkan dalam acara-acara khusus,
20
selain itu tarian dan nyanyian ‘Beremas’ juga masih ada, namun
sudah dikreasikan dengan beberapa tampilan yang lebih menarik.
Pertunjukan kesenian tradisional Dul Muluk yang
merupakan seni kebanggaan masyarakat Sumatra Selatan akan
dipatenkan agar menjadi Hak Kekayaan Intelektual.
• Makyong
Gambar 2.2 Teater Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional yang menarik
untuk disaksikan karena menggabungkan berbagai unsur di
dalamnya yaitu agama, adat Melayu, sandiwara, gerak tari, syair
lagu, vokal, instrumental tradisional, serta naskah sederhana
namun memikat. Sejak dahulu makyong dipentaskan di desa-desa
sekitar pematang sawah seusai panen padi. Pihak kerajaan juga
akan mementaskannya secara khusus dengan mengambil pelakon
terbaik dari desa-desa.
Teater khas Melayu ini mementaskan tokoh utama pria
dan wanita tetapi justru dibawakan penari wanita dengan
memakai topeng. Ada juga tokoh lain dalam cerita seperti
munculnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan binatang.
Semua tokoh yang dimainkan pria memakai topeng yang
disesuaikan dengan wataknya.
Pementasan makyong menyuguhkan iringan alat musik
rebab, gendang, dan tetawak yang harmonis terdengar. Akan
21
didendangkan juga lagu-lagu merdu Melayu, yaitu: Betabik,
Awang Bejalan, Jalan Masuk, Cik O‘oi, Bunga Kuning, Gemalai,
Gendang Tinggi, Lagub Rancak, Lenggang Tanduk, Timang
Welo, Adik Itam, Colak, Lagu Sabuk, dan Ratap. Sementara itu,
cerita yang disajikan dalam pementasan makyong sebagian besar
berasal dari warisan tukang cerita istana.
c. Bahasa
Pulau Sumatra memiliki keberagaman bahasa daerah
terbanyak di Indonesia. Dari yang tercatat, ada sebanyak 21 bahasa
daerah yang digunakan masyarakat yang ada di Pulau Sumatra.
Bahasa Melayu adalah termasuk bahasa mayoritas di pulau Sumatra,
tetapi bahasa Melayu tidak terdiri dari satu bahasa, melainkan terdiri
dari beberapa macam bahasa dan dialek, yang tersebar-sebar di pulau
Sumatra. Di Sumatra bagian Utara, selain didominasi oleh bahasa
Melayu, didominasi juga oleh bahasa Batak, pada awalnya bahasa
Batak terisolasi di sepanjang pegunungan bukit barisan, tetapi saat ini
bahasa Batak ini telah berkembang menjadi berbagai bahasa dan
dialek sesuai dengan kelompok etnis masing-masing. Di Sumatra
bagian tengah, didominasi oleh bahasa Minang, serta dialeknya yang
menyebar ke beberapa wilayah lain. Di Sumatra bagian Selatan,
didominasi oleh bahasa Palembang yang termasuk kelompok bahasa
Melayu, serta bahasa Pasemah, Ogan dan Lampung yang
mendominasi di Sumatra bagian Selatan.
Bahasa-bahasa di pulau Sumatra:
- Aceh: Aceh, alas, gayo, haloban, kluet, lekon, sigulai, singkil, dan
simalur
- Sumatra Utara: Angkola, Dairi, Karo, Lubu, Mandailing, Medan,
Melayu Deli, Melayu Langkat, Melayu Pesisir (Maye-maye), Nias,
Padang Lawas, Pakpak, Simalungun, Toba
- Riau:Akit, Anak Laut (Orang Laut), Bangka, Bengkalis, Melayu
Riau, Melayu Siak, Ocu (Kampar), Rokan, Sakai
22
- Sumatra Barat: Minang, Mentawai, Rao
- Jambi: Kerinci, Kubu (Anak Dalam), Melayu Jambi
- Sumatra Selatan: Komering, Kubu (Anak Dalam), Lahat, Melayu
Palembang, Musi, Ogan, Pasemah
- Bengkulu: Enggano, Kaur, Haji, Rejang
- Lampung: Lampung. Lampung memiliki aksara yaitu aksara Kaganga
- Lain-lain: Col, Duano, Loncong, Melayu Tengah, Pekal
Aksara yang digunakan pada beberapa daerah di Sumatera yaitu
aksara Kaganga dan terdapat juga aksara Batak.
Gambar 2.3 Aksara Kaganga (Kiri) & Aksara Batak (Kanan)
d. Kuliner
Kuliner Sumatera pada umumnya adalah kuliner Melayu
dengan cirri-ciri penggunaan rempah-rempah (terutama santan) pada
masakannya. Hal ini didukung karena Sumatera merupakan pintu
gerbang perdagangan rempah – rempah, dan pada jaman dahulu
dengan menggunakan sistem barter, para pedagang gujarat membawa
sejumlah rempah-rempah ke Sumatera untuk ditanam didukung
dengan kondisi tanah di Sumatera yang dinilai sangat layak untuk
ditanam beberapa jenis rempah-rempah.
Pengaruh kuliner Melayu antara lain terdapat di Aceh,
Sumatera Utara, Riau, Bangka, dan Palembang. Tetapi setiap daerah
memiliki ciri tertentu. Daerah Riau adalah pusat Budaya Melayu yang
memiliki makanan bersantan palig utama. Untuk daerah Padang
menggunakan santan dengan cara yang berbeda sehingga
menghasilkan keunikan sendiri. Sumatera Utara juga kuat kuliner
23
Melayu nya, dan di Aceh yang memiliki rempah yang lebih kuat.
Untuk daerah Palembang dan Bangka Belitung, masakan Melayu
menemukan kekhasan tersendiri lagi, karena di Belitung misalnya,
unsur santannya justru sudah hilang. Masakannya berupa sayur
bening, namun terdapat rasa asam - pedas seperti masakan Melayu
pada umumnya. Rasa asam ini tentu saja merupakan pengaruh dari
kuliner Palembang yang menyukasi cuko asam. Di Palembang inilah
bisa ditemukan ekstrem asam dari kuliner Melayu.
Kuliner dari Sumatera yang sudah terkenal hingga
mancanegara yaitu rendang. Rendang memiliki posisi terhormat dalam
budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi
tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitu musyawarah,
yang berangkat dari 4 bahan pokoknya tersebut. Selain rendang,
kuiner lain yang berasal dari Sumatra yaitu mpek-mpek, gulai, roti
jala, roti tissue, dll.
Gambar 2.4 Makanan Khas Sumatera
2.1.4 Tinjauan Umum Edutainment
a. Pengertian Edutainment
Menurut Sutrisno, edutainment berasal dari kata “education
(pendidikan)” dan entertainment (hiburan)”. Jadi edutainment dari
segi bahasa berarti pendidikan yang menghibur atau menyenangkan.
Sedangkan dari segi terminology, edutainment adalah suatu proses
pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga muatan
pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan secara harmonis
sehingga pembelajaran terasa menyenangkan.
24
Pilihan model edutainment ini juga berlandaskan hasil riset
cara kerja otak. Penemuan-penemuan terbaru ini bahwa seseorang,
terutama anak akan belajar efektif bila dalam keadaan fun dan bebas
dari tekanan. Adapun pelajaran yang diterapkan dikemas dalam
suasana bermain dan bereksperimen sehingga belajar tidak lagi
membosankan, tetapi justru merupakan arena bermain yang edukatif
dan menyenangkan bagi siswa.
b. Konsep Edutainment Adapun penerapan dari konsep pembelajaran yang
menyenangkan dan menghibur datau edutainment, selayaknya kepada
para guru untuk memperhatikan modalitas belajar siswanya. Sehingga
seorang guru harus memiliki berbagai macam metode dan strategi
untuk dapat mewakili secara keseluruhan akan keberagaman
modalitas belajar siswanya. Akan tetapi pada dasarnya, sebuah proses
pembelajaran akan berlangsung baik jika berada dalam kondisi yang
baik dan menyenangkan. Proses pembelajaran seharusnya diterapkan
dengan memenuhi aspek berikut :
• Memberikan kemudahan dan suasana gembira.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan suasana akrab
antara guru dan siswa serta antar siswa yang satu dengan yang lain.
Dan agar keakraban tersebut dapat terjalin tentunya harus dengan
mengadakan komunikasi yang ramah dalam suasana belajar dengan
menggunakan ucapan dan perilaku yang halus dan lembut.
• Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
1. Memilih waktu yang tepat dan memperhatikan keadaan
pembelajar.
2. Mengajar dengan selektif dan disesuaikan dengan peserta didik.
• Menarik minat.
Menggugah minat anak didik diperlukan pembukaan yang menarik
dalam langkah-langkah mengajar agar perhatian dan minat mereka
25
bisa terfokus kepada materi yang akan disampaikan. Upaya untuk
menarik perhatian dapat dilakukan dengan cara berikut ;
1. Melakukan komunikasi terbuka, yakni guru mendorong
siswanya untuk membuka diri terhadap segala hal atau bahan
pelajaran yang di sajikan, sehingga dapat menjadi apersepsi
dalam pikirannya.
2. Memberikan pengetahuan baru.
3. Memberikan model perilaku yang baik.
• Menyajikan materi yang relevan. Menunjukkan bahwa materi
pelajaran itu relevan dan penting bisa dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Memvisualisasikan tujuan pembelajaran.
2. Meyakinkan peserta didik akan pentingnya materi.
3. Mengulang penjelasan untuk memperkuat materi yang
disampaikan.
• Melibatkan emosi positif dalam pembelajaran.
Seperti halnya teori pembelajaran quantum, keterlibatan emosi
positif dalam pembelajaran seperti rasa senang akan berpengaruh
pada keberhasilan pembelajaran.
• Melibatkan semua indra dan pikiran.
Proses pembelajaran, seyogyanya bersifat menyeluruh, dengan
aplikasi fisik dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan
membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar.
Sebab belajar berdasarkan aktivitas, secara umum lebih efektif dari
pada yang didasarkan pada presentasi.
• Menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.
• Memberikan pengalaman sukses.
• Merayakan hasil
26
c. Pendekatan pembelajaran Edutainment
Dalam metode pembelajaran Edutainment, terdapat beberapa
pendekatan belajar yaitu Somatik, Auditori, Visual dan Intelektual
atau lebih dikenal dengan istilah SAVI. Adapun dalam pengelolaan
dengan menggunakan cara belajar SAVI ini, yaitu:
• Cara Belajar Somatic.
“Somatic” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh
(soma). Jadi, belajar somatic berarti belajar dengan menggunakan
indra peraba, Anesthetic, praktis yang melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Atau
dikenal dengan istilah Kinesthetic (gerakan). Somatic disini juga
dinamakan dengan “learning by moving and doing” (belajar dengan
belajar dan bergerak) jadi cara belajar somatic adalah pola
pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau
belajar dengan melakukan.
• Cara Belajar Auditori.
Auditori adalah belajar berbicara dan mendengarkan atau
dikenal dengan istilah “Learning By Talking And Learning”. Jadi
belajar auditif adalah cara belajar yang menekankan pada aspek
pendengaran. Peserta didik akan cepat belajar jika materi yang
disampaikan dengan ceramah atau alat yang dapat didengar.
• Cara belajar visual.
Visual disini diartikan belajar dengan mengamati dan
menggambarkan atau disebut dengan istilah “Learning By Observing
And Picturing”. Adapun cara belajar siswa adalah cara belajar yang
menekankan pada aspek penglihatan. Peserta didik akan cepat
menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau
melalui gambar.
27
• Cara belajar intelektual
Kata “intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan
pembelajaran dalam pikiran mereka secara internal ketika
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan
menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman
tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta,
memecahkan masalah dan membangun diri.
2.1.5 Tinjauan Umum Galeri
a. Pengertian Galeri
Galeri adalah ruang atau gedung tempat memamerkan
benda atau karya seni. Tujuan dari pendirian sebuah galeri
adalah untuk memberikan informasi mengenai benda-benda dan
hasil karya seni, baik yang merupakan hasil karya seniman
maupun hasil produk industry terhadap para pengunjung atau
konsumen dengan cara memamerkannya dalam suatu peragaan
yang sesungguhnya (Departemen Pendidikan Nasional 328).
Galeri berasal dari kata latin yaitu “galleria”, sebuah kata
benda yang bermakna “sebuah ruang terbuka tanpa pintu yang
dibatasi dinding berbentuk U dan disangga tiang-tiang kantilever
yang berfungsi sebagai ruang pertemuan umum untuk berdiskusi
apa saja. Pengertian tersebutdapat ditarik sebuah pengertian
bahwa galeri adalah tempat/ruang yang digunakan sebagai
memamerkan karya dan budaya dalam bentuk dan penataan
secara estetis. Galeri bukan saja digunakan sebagai pusat
hiburan, melainkan sebagai pengembang wawasan dan edukasi
setiap pengunjung.
b. Fungsi Galeri
Menurut Ensiklopedia tahun 1990 (37), secara garis besar
fungsi galeri dikategorikan menjadi 3 fungsi, yaitu :
28
1. Fungsi komunikatif : galeri sebagai media penyampaian
produk atau objek paer kepada pengunjung secara tidak
langsung.
2. Fungsi apresiasif : galeri sebagai sarana apresiasi para seniman
untuk bereksperimen dalam karyanya.
3. Fungsi estetis : galeri sebagai tempat mengemas produk yang
dipamerkan agar dapat dijual secara menarik
c. Fungsi dan Tujuan Terhadap Galeri
Fungsi dan tujuan galeri berdasarkan jenisnya, yaitu :
1. Galeri di dalam museum yaitu galeri khusus untuk
memamerkan benda-benda yang dianggap memiliki nilai
sejarah ataupun kelangkaan.
2. Galeri kontemporer yaitu galeri yang memiliki fungsi
komersial dan dimiliki oleh perorangan.
3. Vanity Gallery yaitu galeri seni artistik yang dapat diubah
menjadi suatu kegiatan didalamnya, seperti pendidikan
dan pekerjaan.
4. Galeri arsitektur yaitu galeri untuk memamerkan hasil
karya-karya di bidang arsitektur yang memiliki perbedaan
antara 4 jenis galeri menurut karakter masing-masing.
5. Galeri komersil adalah galeri untuk mencari keuntungan,
bisnis secara pribadi untuk menjual hasil karya. Tidak
berorientasi mencari keuntungan kolektif dari pemerintah
nasional atau lokal.
d. Kriteria perancangan galeri
Sebagai sarana pamer benda karya seni, perancangan
galeri harus didasarkan pada beberapa kriteria (Neufret 135:7),
yaitu :
a. Terlindung dari kerusakan, pencurian, kebakaran,
kelembababn, kekeringan, cahaya matahari langsung dan
debu
29
b. Penampilan display harus menarik dan dapat dilihat tanpa
kesulitan
c. Pencahayaan yang cukup
d. Penghawaan yang baik dan aman
e. Memperhatikan jarak pandang dan batas pandang
f. Dapat dilihat public tanpa rasa lelah.
e. Penataan Galeri
Menurut Neufret (135), penataan galeri terbagi menjadi :
a. In show Case, benda yang dipamerkan termasuk kecil,
diperlukan wadah/kotak yang tembus pandang.
b. Free standing on the floor/ Plinth / Vsupport, benda yang
didisplay cukup besar, diperlukan panggung dengan
ketinggian lantai.
c. On walls atau Panels, benda karya seni ditempatkan pada
dinding ruangan atau partisi yang dibatasi pembatas ruang,
hal ini biasanya dilakukan pada karya seni lukisan dan
fotografi
f. Klasifikasi Jenis Kegiatan pada Galeri
Jenis kegiatan pada galeri dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian tugas, yaitu :
1. Pengadaan
Hanya beberapa benda yang dapat dimasukan ke dalam galeri,
yaitu hanya benda-benda yang memiliki syarat-syarat seperti :
•Mempunyai nilai budaya, artistik, dan estetis.
•Dapat diidentifikasi menurut wujud, asal, tipe, gaya dan
sebagainya yang mendukung identifikasi.
30
2. Pemeliharaan
Terbagi menjadi 2 aspek, yaitu :
•Aspek Teknis
Dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan
kerusakan.
•Aspek Administrasi
Benda-benda koleksi harus mempunyai keterangan tertulis
yang membuatnya bersifat monumental.
3. Konservasi
Konservasi yang dilakukan bersifat cepat dan ringan, yaitu
pembersihan karya seni dari debu atau kotoran dengan
peralatan sederhana.
4. Restorasi
Restorasi yang dilakukan berupa perbaikan ringan, yaitu
mengganti bagian-bagian yang sudah usang/termakan usia.
5. Penelitian
Bentuk dari penelitian terdiri dari 2 macam, yaitu :
•Penelitian Intern adalah penelitian yang dilakukan oleh
curator untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.
•Penelitian Ekstern adalah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti atau pihak luar, seperti pengunjung, mahasiswa,
pelajar dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi
dan lain-lain.
6. Pendidikan
Kegiatan ini lebih ditekankan pada bagian edukasi tentang
pengenalan- pengenalan materi koleksi yang dipamerkan.
31
7. Rekreasi
Rekreasi yang bersifat mengandung arti untuk dinikmati dan
dihayati oleh pengunjung dan tidak diperlukan konsentrasi
yang menimbulkan keletihan dan kebosanan.
Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan serta
jenis dan sifatnya, pemeran museum dibedakan menjadi tiga jenis:
1. Pameran Tetap
Adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai
dengan 4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi
museum. Idealnya, koleksi pameran disajikan adalah 25% hingga
40% dari koleksi yang dimiliki museum dan dilakukan penggantian
koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.
2. Pameran Khusus atau Temporer
Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam
waktu relatif singkat. Fungsi utamanya adalah untuk menunjang
pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang pengunjung
datang ke museum. Dikatakan pameran khusus karena
diselenggarakan secara khusus untuk memperingati sesuatu, seperti
tokoh atau peristiwa. Sedangkan dikatakan pameran temporer karena
sifatnya yang temporer atau sementara, diselenggarakan dalam waktu
singkat, antara mingguan hingga bulanan.
3. Pameran Keliling
Adalah pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik
koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu yang
singkat dengan tema khusus mengenai aspek-aspek tertentu dalam
bidang sejarah alam dan budaya serta wawasan nusantara dimana
benda-benda koleksi tersebut dipamerkan dan dikelilingkan dari suatu
tempat ketempat lainnya.
32
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Studi Banding Art & Culture Edutainment Center
Nama : Art & Culture Edutainment Center
Lokasi : Lotte Shopping Avenue, Lantai 3 blok F
Jl. Prof. Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta - Indonesia
Gambar 2.5 Lokasi Art & Culture Edutainment Center
(Sumber : Street Directory, 2014)
1. Company Profile
Dibuka pada tanggal 7 September 2013, Art & Culture
Edutainment Center (Arture) adalah sebuah wadah yang menampung
berbagai macam kursus dan pendidikan edukasi informal yang bisa
dibilang premium. Mulai dari bayi berusia 9 bulan sampai yang sudah
lanjut usia bisa memilih berbagai kegiatan. Arture berlokasi di Lotte
Shopping Avenue yang merupakan pusat perbelanjaan Korea pertama
di Indonesia. Mall ini ingin memiliki trik lain untuk menarik
pengunjungnya yaitu dengan menjadikan mall bukan hanya tempat
belanja dan berkumpul tapi juga tempat untuk melakukan aktivitas
bernilai edukasi yang bisa diikuti seluruh usia.
33
Dengan mengambil tajuk Discover The True You, ARTURE
hadir untuk melengkapi kehidupan dinamis masyarakat Jakarta yang
penuh dengan kegiatan serta hiruk pikuk kota besar. ARTURE
menjadi tempat untuk menggali lebih dalam potensi yang ada dan
berusaha mengungkapkan potensi tersebut, sehingga bisa menjadi
pelengkap hidup bagi siapapun yang bergabung. Program yang
ditawarkan disini terbagi atas tujuh kelas besar, yaitu Early Education
Programs, Art Programs, Cooking Programs, Performing Arts
Programs, Lifestyle Programs, Education Programs, dan Support
Group Program. Dari ketujuh kelas besar ini, dibagi kedalam kelas-
kelas kecil seperti kids club classes, arts & crafts classes, drink mixer
dan food cooking classes, acting classes, trend & fashion classes serta
masih banyak lagi kelas lainnya.
ARTURE juga bekerja sama dengan partner-partner yang
terdiri dari institusi ternama dan dapat dikatakan terbaik di bidangnya
masing-masing, menyediakan berbagai program menarik dengan
mutu dan kualitas terbaik untuk semua pesertanya. Totalnya ada 24
institusi yang bekerja sama dengan Art & Culture Edutainment
Center, diantaranya TMII, JakFlo, Hadiprana, LookInc, Poise, UDW,
Zap Finance dan masih banyak lagi vendor lain. Adanya Art &
Culture Edutainment Center ini, diharapkan pengunjung Mall tidak
hanya melakukan kegiatan konsumtif saja, tetapi bisa melakukan hal
lain yang fun sekaligus memiliki nilai edukasi untuk seluruh anggota
keluarga diwaktu yang bersamaan.
2. Program Kelas
1. Early Education :
Baby Class, Pre-School Class, Kids Club (Puppet Show, Story
Telling, Reading & Alphabet, etc)
2. Art :
34
Art & Craft, Fine Art, Traditional Art, Portfolio for College
Preparation Program
3. Cooking :
Food Around The World, Junior Chef, Cooking & Baking,
Barista Blend, Jamu Heritage, Healthy Juice
4. Education & Academic :
English Conversation, Mandarin Class, Korea Class, Get
Creative with Lego, Financial Planning for Family, You’re A
Brand
5. Performing Art :
Music & Singing, Modern Dance (Zumba, Hip-Hop, K-Pop,
Heels Pop), Traditional Dance, Ballet, Acting
6. Lifestyle :
Heavenly Pretty in Hijab, Modelling & Grooming,
Breastfeeding Education, Calm & Serenity Meditation,
Yoga+Pilates, Self Guard & Inner Force
7. Support Group :
Parenting 101, Teen Leadership Program, Understanding
Special Needs, Hypnoslimming
3. Jadwal Kelas
Gambar 2.6 Jadwal kegiatan Art & Culture Edutainment Center
(Sumber : http://arturecenterlotte.wix.com, 2014)
35
4. Striktur Organisasi
5. Fasilitas dan Area
• Entrance
• Lobby
• Waiting Area
• Corridor
• Mom & Kids Area
• Cooking room
• Social Room
• Music Room
• Lingua Room
• Art Room
• Studio Room
• Changing room & Shower room
• Kantor
Tabel 2.3 Fasilitas dan Analisa Interior Art & Culture Edutainment Center
(Sumber : http://arturecenterlotte.wix.com, 2014)
No Area Foto Analisa
1. Entrance
Entrance terbuka tanpa pintu.
36
2. Lobby
Lobby bergaya modern,
dengan didominasi warna
putih dan warna aksen ungu
pada furniture, dan aksen
oranye pada dinding. Material
lantai menggunakan keramik,
dinding cat dan dekoratif
panel, dan ceiling gypsum.
Pada dinding terdapat
berbagai informasi mengenai
Arture, seperti keterangan
mengenai tempat, dan denah
Arture. Pencahayaan
menggunakan downlight dan
hidden lamp berwarna putih.
Bentuk-bentuk yang
digunakan adalah bentuk
geometris dan garis lengkung.
3. Waiting
Area
Sama seperti lobby, ruangan
ini didominasiberwarna putih
dengan aksen merah, hitam,
dan kuning pada furniturnya.
4. Corridor Koridor dengan sirkulasi
yang cukup, Pencahayaan
menggunakan downlight dan
terdapat beberapa kursi di
depan kelas untuk menunggu.
37
5. Mom &
Kids Area
Dirancang khusus untuk anak
usia 9 bulan sampai dengan 7
tahun. Menggunakan material
karpet dan material dinding
yang sangat aman untuk anak-
anak. Warna yang digunakan
adalah warna-warna cerah.
6. Cooking
room
Kelas masak yang dilengkapi
dengan 6 stasiun memasak
individu untuk setiap pelanggan
dan satu stasiun memasak untuk
guru. Penghawaan
menggunakan exhaust hood.
Didominasi warna putih dengan
aksen warna cerah pada dinding.
7. Social
Room
Kelas untuk kegiatan yang
mengintegrasi kan praktek dan
teori pada waktu yang sama.
Material lantai karpet, dinding
cat putih, dengan pencahayaan
downlight berwarna putih.
8. Music
Room
Kelas musik menggunakan
lantai karpet, serta dinding
padded agar kedap suara.
38
9. Lingua
Room
Kelas untuk kursus bahasa dan
kegiatan akademic teoritis
lainnya. Menggunkan lantai
karpet biru, dinding cat putih,
dan ceiling gypsum.
Pencahayaan menggunakan
downlight warna putih, dan
penghawaan AC.
10. Art Room
Kelas untuk kegiatan seni rupa,
arts & crafts yang
menggunakan aneka material.
Ruangan ini didominasi warna
putih baik pada elemen interior
dan furnitur.
11. Studio
Room
Kelas yang di khususkan untuk
kegiatan bergerak, seperti ballet,
tari, modelling, bela diri, yoga,
pilates dan lain-lain. Dinding
menggunakan cermin, lantai
vinyl, serta ceiling gypsum
12. Changing
room &
Shower
room
Studio Room menyediakan
kamar ganti dan kamar mandi
dan ruang bagi pria dan wanita.
Terdapat loker dengan
perpaduan warna ungu, kuning,
dan coklat. Untuk kama mandi
menggunakan keramik abu-abu
dengan pencahayaan berwarna
kuning.
13. Kantor - -
6. Sistem Keamanan
Dilengkapi dengan CCTV di beberapa lokasi, dan petugas kemanan.
39
2.2.2 Studi Banding Pinisi Edutainment Park
Nama : Pinisi Edutainment Park
Lokasi : Pasaraya Blok M
Gedung B Lantai 8, 9 dan 10
Jl. Iskandarsyah II/2, Kebayoran Jakarta 12160
Gambar 2.7 Lokasi Pinisi Edutainment Park
(Sumber : Google Maps, 2014)
1. Company Profile
Pinisi Edutainment Park adalah taman bermain yang
diperuntukan bagi anak-anak usia 2-16 tahun yang menghubungkan
seni, budaya, inovasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan,
dengan memberikan peluang bagi anak-anak untuk melakukan
eksplorasi dan pembelajaran melalui berbagai eksibisi interaktif,
yang sekaligus memberikan pengalaman pada anak-anak mengenai
berbagai hal, melalui konsep bermain, sambil belajar.
Pinisi Edutainment Park dibangun menyerupai area
pelabuhan tradisional (harbour city) dengan latar belakang kota
pelabuhan, dengan luas area 6.000 meter persegi. Pinisi Edutainment
Park menawarkan berbagai permainan yang mengkombinasikan
40
permainan riding games klasik, beragam galeri yang memberikan
peluang bagi anak-anak belajar tentang art & culture, dan science
center. Anak-anak diajak menikmati berbagai permainan riding
games klasik yang diminati segala usia dari masa ke masa, di
antaranya Kids Indoor Playground, Carousel, 4D Simulator, Bumper
Boat, Wall Climbing, Cyber Games, Choo-Choo Train, dan Pinisi
Boat.
Di Pinisi Edutainment Park anak-anak memperoleh peluang
untuk mengeksplorasi beragam kesenian dan kebudayaan Indonesia.
Ada galeri yang mengajarkan seni drama, olah vokal, membatik,
traditional puppet atau wayang, musik angklung, menari, hingga
bermain gamelan. Anak-anak bukan sekedar memperoleh informasi,
namun dapat mencoba berbagai kesenian dan budaya Indonesia
tersebut dengan cara yang menyenangkan dan menghibur.
3. Visi dan Misi
• Visi :
Menjadi penyedia tempat seni budaya dan ilmu pendidikan yang
disukai keluarga di Indonesia.
• Misi :
Untuk menampilkan yang terbaik dalam hiburan seni, budaya dan
ilmu pendidikan bagi pengunjung kami, untuk memberikan iklan
interaktif yang paling efektif dan media promosi untuk mitra
pemasaran kami, untuk menyediakan lingkungan yang paling
menyenangkan dan mendukung bagi anggota tim kami dan untuk
memasok tingkat tertinggi komitmen dan partisipasi terhadap
peningkatan masyarakat kita.
41
4. Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Pinisi Edutainment Park
5. Peta Pinisi
Gambar 2.8 Peta Pinisi Edutainment
Sumber : Pinisi.co.id, 2014
6. Jam Operasional & Harga Tiket
• Senin – Kamis
- Jam Operasional : 10.00-17.00
- Harga Tiket :
0-1 tahun & >65tahun : gratis
Toddler 1-3 tahun : Rp 50.000
42
Anak 4-16 tahun : Rp 100.000
Dewasa >16 tahun : Rp 50.000
• Jumat, Sabtu, Minggu, & hari libur nasional
- Jam Operasional : 10.00-19.00
- Harga Tiket :
0-1 tahun & >65tahun : gratis
Toddler 1-3 tahun : Rp 60.000
Anak 4-16 tahun : Rp 115.000
Dewasa >16 tahun : Rp 60.000
7. Fasilitas dan Area
• Resepsionis
• Ruang Tunggu
• Lobby
• Galeri
• Kelas Angklung
• Kelas Gamelan
• Kelas Drama
• Kelas Tari
• Kelas Batik
• Kelas Pedalangan
• Toko Merchandise
• Galeri Foto
• Customer Service
• Ruang Karyawan/ server
• Toilet
43
Tabel 2.4. Fasilitas dan Analisa Pinisi Edutainment Park
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)
No Area Foto Analisa
1. Resepsionis
Resepsionis terletak tepat di
depan lift. Terdapat meja
counter dengan fin.HPL.
2. R. Tunggu
Ruang tunggu terletak di
sebelah resepsionis. Terdapat
beberapa sofa dan kursi
untuk tamu dan beberapa
orang dewasa yang
menunggu anak-anaknya.
Lantai menggunakan vinyl
dan dinding cat.
Pencahayaan alami, lampu.
Penghawaan alami dari
jendela dan penggunaan AC
Central.
3. Lobby
Pada lobby terdapat sebuah
replica kapal pinsi yang
dibuat seolah sedang barada
di laut, dimana pengunjung
dapat bermain bumper boat
dibawahnya. Terdapat
ruangan-ruangan kelas
disekelilingnya dengan
sirkulasi yang cukup.
Menggunakan exposed
ceiling dengan pencahayaan
44
alami, lampu, dan lampu
sorot berwarna-warni.
Penghawaan alami dari
jendela dan penggunaan AC
Central. Untuk akustik
menggunakan alunan musik
lagu kebangsaan Indonesia.
Galeri
Galeri terletak di dalam
replika kapal pinisi, dengan
suasana seperti berada di
dalam kapal, dengan
penggunaan material kayu.
Didalamnya terdapat foto-
foto yang menjelaskan
mengnai kapal pinisi.Jika
naik ke atas pengunjung
dapat seolah-olah sendang
mengendarai sebuah kapal.
4. Kelas
Angklung
Ruangan dengan kapasitas 6
orang dengan usia 2-16
tahun. Di setiap pntu masuk
terdapat rak sepatu. Di dalam
ruangan terdapat sebuah
LCD TV, PC, dan cermin.
45
Menggunakan ceiling
gypsum, dinding cat putih,
dan lantai vinyl.
Pencahayaan fluorescent dan
downlight.Penghawaan
menggunakan AC.
5. Kelas
Gamelan
Ruangan dengan kapasitas 6
orang dengan usia 2-16
tahun. Di dalam ruangan
terdapat sebuah LCD TV,
PC, dan cermin.
Menggunakan ceiling
gypsum, dinding cat putih,
dan lantai vinyl.
Pencahayaan fluorescent dan
downlight.Penghawaan
menggunakan AC.
6. Kelas
Drama
Ruangan dengan kapasitas 6
orang dengan usia 2-16
tahun.Terdapat kursi-kursi,
sebuah keyboard, dan cermin
di dinding. Menggunakan
ceiling gypsum, dinding cat
putih, dan lantai vinyl.
Pencahayaan fluorescent dan
downlight.Penghawaan
menggunakan AC.
46
7. Kelas Tari
Ruangan berkapasitas 12
orang, dengan usia 4-16
tahun. Terdapat sebuah
keyboard, cermin di dinding,
lemari dan gantungan untuk
kostum tari. Menggunakan
ceiling gypsum, dinding cat
putih, dan lantai vinyl.
Pencahayaan fluorescent dan
downlight.Penghawaan
menggunakan AC.
8. Kelas Batik
Ruangan dengan kapasitas 6
orang dengan usia 5-16
tahun. Terdapat PC, LCD
TV, cabinet untuk meyimpan
peralatan membatik, dan
beberapa pajangan hasil
batik. Menggunakan ceiling
gypsum, dinding cat putih,
dan lantai vinyl.
Pencahayaan fluorescent dan
downlight.Penghawaan
menggunakan AC.
9. Kelas
Pedalangan
Ruangan dengan kapasitas 6
orang dengan usia 2-16
tahun. Di dalam ruangan
terdapat karpet untuk alas
duduk pengunjung saat
mendalang. Menggunakan
ceiling gypsum, dinding cat
47
putih, dan lantai vinyl.
Pencahayaan fluorescent dan
downlight.Penghawaan
menggunakan AC.
10. Toko
merchandis
e
Terletak berdekatan dengan
lift, dan galeri foto. Toko ini
menjual barang-barang
dengan tema pinisi. Terdapat
beberapa rak, mannequin
anak-anak, display baju
anak, dan meja kasir.
Menggunakan lantai keramik
dan dinding cat putih.
Galeri foto
Bersebelahan dengan toko
merchandise, di galeri foto
terdapat cabinet, dan counter
table. Pengunjung dapat
mengabadikan momen
mereka di dalam Pinisi.
Menggunakan lantai keramik
dan dinding cat putih.
Customer
Service
Customer service terletak
dekat dengan ruang tunggu.
Dimana pengunjung dapat
menyampaikan maksudnya
melalui kaca. Didalamnya
terdapat sofa, dan meja
48
dengan 4 buah kursi.
Menggunakan ceiling
gypsum, dinding cat putih,
dan lantai vinyl.
Pencahayaan fluorescent dan
downlight.Penghawaan
menggunakan AC.
R.Karyawa
n/server
-
Toilet
Toilet dengan material
keramik krem dan abu-abu,
dan pencahayaan
menggunakan downlight.
8. Sistem Keamanan
Dilengkapi dengan CCTV di beberapa lokasi dan petugas kemanan.
49
2.2.3 Studi Banding GIK
Nama : Galeri Indonesia Kaya (GIK)
Lokasi : Grand Indonesia – West Mall Lt.8
Jl. MH. Thamrin No.1 Jakarta
Gambar 2.9 Lokasi GIK
(Sumber : Google Maps, 2014)
1. Company Profile
Zaman yang terus berkembang membuat adat istiadat dan
tradisi budaya kian tersingkirkan. Persaingan antara Pasar tradisional
dan Pusat perbelanjaan modern, jajanan pasar dan restoran ternama,
sampai kesenian tradisional yang tenggelam di balik hiruk pikuk
hiburan masa kini seakan-akan membuat teknologi dan modernisasi
adalah musuh terhadap tradisi warisan leluhur. Daya upaya dilakukan
agar tradisi budaya dan modernisasi.
Sejak tahun 1992, Bakti Budaya Djarum Foundation telah
mendukung lebih dari 1.000 kegiatan budaya dan telah menjalin
kerjasama dengan para budayawan, seniman, dan kelompok kesenian
dalam mengaktualisasikan gagasan kreatifnya. Pada tahun 2011,
50
Djarum Apresiasi Budaya mulai menggiatkan dan fokus mendukung
berbagai program seni pertunjukan Indonesia. Banyak karya telah
dihadirkan dan mendapatkan apresiasi yang sangat besar dari
masyarakat.
Meningkatnya kepedulian generasi muda terhadap seni dan
budayanya belum disertai dengan ruang edukasi tentang budaya yang
memadai. Galeri Indonesia Kaya digagaskan dan dibangun untuk
menjadi ruang edutainment budaya berbasis teknologi digital yang
dapat mendekatkan dan menyalurkan kreativitas berekspresi generasi
muda dalam lingkup tradisi budaya nusantara.
Dengan teknologi digital, Galeri Indonesia Kaya mengemas
budaya dalam unsur kekinian dan menyajikan informasi tradisi
budaya dengan lebih interaktif dan menarik. Terletak di Grand
Indonesia, galeri ini membawa tradisi budaya yang jarang tersentuh
ke dalam ruang publik.
Dengan adanya Galeri Indonesia Kaya ini, bukan tak mungkin
tradisi budaya yang kita pikir telah usang dan hilang ditelan waktu
akan kembali lagi ke tengah-tengah kita. Bersama, kita tumbuhkan
kembali semangat untuk menjaga budaya bangsa. Mencintai Budaya
adalah wujud rasa bangga dan cinta terhadap Indonesia, karena yang
menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.
2. Visi dan Misi
Mendekatkan kembali anak muda dengan tradisi budaya
dan menginspirasi mereka untuk melestarikan kebudayaan
Indonesia.
3. Fasilitas dan Area
• Entrance
• Sapa Indonesia
51
• Auditorium
• Video Mapping
• Kaca Pintar Indonesia
• Jelajah Indonesia
• Selaras Pakaian Adat
• Melodi Alunan Daerah
• Selasar Santai
• Ceria Anak Indonesia
• Layar Telaah Budaya
• Arungi Indonesia
• Area Peraga
• Area Cinderamata
• Kantor
Tabel 2.5. Fasilitas dan Analisa GIK
(Sumber : Dokumen Pribadi & indonesiakaya.com, 2014)
No Area Foto Analisa
1. Entrance
Terdapat logo dan layar
digital, dengan dekorasi
wayang.
2. Sapa
Indonesia
Layar multimedia
menampilkan pemuda-
pemudi Indonesia berbaju
adat dari berbagai daerah
yang dilengkapi sensor untuk
menyapa pengunjung.
Menggunakan dekoratif
ceiling dan dinding
menggunakan rotan dengan
bentuk dinamis.
52
3. Interior
Galeri
Suasana galeri redup dengan
penggunaan accent lighting.
Dinding gypsum dan
decorative wall motif parang,
dan penggunaan batik yang
disusun. Decorative ceiling
dengan motif parang pada
seluruh area. Lantai secara
keseluruhan menggunakan
karpet. Penghawaan
menggunakan AC. Terdapat
tempat duduk disekitar galeri
4. Auditorium
Auditorium berkapasitas 150
orang, lengkap dengan
panggung sebesar 13x3m
dengan tiga buah screen
dilengkapi projector utama
10.000 lumens dan projector
pendukung 7.000 lumens,
sound system dengan audio
power mencapai 5000watt,
disertai dengan empat buah
moving LED diatas panggung
53
dan tata lampu LED
berjumlah 36 buah yang
menghasilkan efek dramatis.
Saat tidak ada pertunjukan
yang berlangsung,
pengunjung masih dapat
menikmati menari tarian
daerah dengan Fantasi Tari
Indonesia.
5. Video
Mapping
Video mapping dengan
bentuk wayang kulit,
menceritakan penggalan-
penggalan Mahabarata
tentang kiprah Pandawa
melawan Kurawa.
6. Kaca Pintar
Merupakan kumpulan objek
budaya di seluruh nusantara
mulai dari pariwisata, kuliner,
kesenian dan tradisi. Dengan
tampilan yang menarik diatas
layar touch screen yang
menempel di dinding.
7. Jelajah
Indonesia
Layar sentuh multimedia
yang membahas seluk beluk
budaya Indonesia dari banyak
sisi, seperti dari sisi
geografis, kebiasaan dan asal
usul.
54
8. Selaras
pakaian
adat
Dengan menggunakan sensor,
pengunjung dapat
mengenakan pakaian adat
digital dari seluruh nusantara.
Aplikasi ini terhubung
dengan social media sehingga
pengunjung dapat
mengunggah fotonya.
9. Melodi
Alunan
Daerah
Berbagai macam alat musik
Nusantara telah dihadirkan
secara digital dengan bentuk
touch screen. Pengunjung
dapat bermain dan
mengaransemen musiknya
sendiri.
10. Selasar
Santai
Selasar santai merupakan
ruangan dimana pengunjung
dapat bersantai. Di dalam
selasar santai terdapat 10
tablet yang bebas dipakai.
11. Ceria Anak
Indonesia
Pengunjung dapat mencoba
bermain permainan
tradisional, congklak secara
virtual yang diciptakan mirip
dengan permainan aslinya.
55
12. Layar
Telaah
Budaya
Berteknologi Microsoft
Surface, Layar Telaah
Budaya menampilkan
informasi budaya secara
Interaktif cukup dengan
meletakkan kartu dengan
obyek budaya yang
diinginkan.
13. Arungi
Indonesia
Arungi Indonesia
menawarkan sensasi terbang
diatas Indonesia. Lewati
beberapa obyek-obyek
penting dan ternama di
Indonesia untuk mendapatkan
pengetahuan tentang obyek
tersebut. Layar ini
menggunakan sensor
mengikuti gerakan tangan.
14. Area Peraga
Area peraga merupakan area
untuk para pengrajin. Disini,
pengrajin dapat
memperagakan proses
pembuatan berbagai kerajinan
khas Indonesia. Area ini
berupa panggung kecil yang
dilengkapi dengan pajangan
kain batik dan dekorasi buku
jawa raksasa.
56
15. Area
Cinderamata
Para pemilik industri yang
mengolah hasil budaya
Indonesia dapat menunjukkan
karyanya kepada masyarakat.
Hasil karya tersebut
diletakkan rapi di dalam
vitrine.
4. Sistem Keamanan
Akses terkontrol dengan satu pintu masuk dan satu pintu
keluar untuk para pengunjung dengan petugas keamanan serta kamera
CCTV dibeberapa lokasi.
2.2.4 Studi Banding TMII
Nama : Anjungan Sumatera TMII
Lokasi : Jl. Raya Taman Mini No.1 Jakarta Timur
Gambar 2.10 Lokasi TMII
(Sumber : Google Maps, 2014)
57
2. Company Profile
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu
kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur.
Area seluas kurang lebih 150 hektare atau 1,5 kilometer persegi ini
terletak pada koordinat 6°18′6.8″LS,106°53′47.2″BT. Taman ini
merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup
berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi
Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah
berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka busana, tarian, dan
tradisi daerah.
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat
kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu
Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien
Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana
no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Melalui miniatur ini
diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air
pada seluruh bangsa Indonesia.[2] Maka dimulailah suatu proyek yang
disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang
dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal
20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia
sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas
150 hektare. Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai
dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan
ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam
dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan
hidup di Indonesia.
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan
corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa
memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau
arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh
58
kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII,
gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang
mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia.
Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur
Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua. Tiap anjungan menampilkan bangunan khas setempat.
Anjungan ini juga menampilkan baju dan pakaian adat, busana
pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan
perabot sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan. Semuanya
ini dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara
hidup tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Setiap anjungan
provinsi juga dilengkapi panggung, amfiteater atau auditorium untuk
menampilkan berbagai tarian tradisional, pertunjukan musik daerah,
dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada hari Minggu.
beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang
menyajikan berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta
dilengkapi toko cenderamata yang menjual berbagai kerajinan tangan,
kaus, dan berbagai cenderamata.
3. Visi dan Misi
� Visi proyek adalah :
- Memperkenalkan kebudayaan dan kekayaan alam kepada
Bangsa Indonesia dan Bangsa lain
- Mempromosikan potensi keunikan unggulan daerah untuk
menarik wisatawan dan investor.
- Mengembangkan RIEKKA yang produktif dan berdaya guna
sebagai sumber inspirasi peradaban bangsa.
59
� Misi proyek adalah :
- Mengembangkan kerjasamakemitraan dan jaringan kerja
dengan berbagai pihak diantara lembaga konservasi, Pelaku
Usaha Rekreasi.
- Meningkatkan kualitas koleksi budaya, flora dan fauna
nusantara di TMII
- Meningkatkan mutu pelayanan bagi pengunjung dan para
mitra.
- Menyediakan sarana informasi potensi unggulan daerah yang
menarik dan komunikatif.
- Memberikan jaminan kepastian hukum bagi insvestor.
- Memperkuat data base dan penguatan kualitas SDM.
- Menyediakan sarana wisata dan pendidikan yang sehat dan
nyaman.
- Meningkatkan produktifitas pengelolaan potensi wahana-
wahana dilingkungan TMII.
- Meningkatkan mutu Standar kompentensi pengelola wahana-
wahana dilingkungan TMII.
4. Struktur Organisasi
Bagan 2.2 Struktur Organisasi TMII
Sumber : www.tamanmini.com, 2014
60
5. Fasilitas dan Area
Tabel 2.6. Fasilitas dan Analisa Anjungan Sumatera TMII
(Sumber :Dokumen pribadi & Google, 2014)
No Area Foto
1. Aceh
Rumah adat, Ragam
hias pada pinto Aceh,
pakaian adat.
2. Sumatera
Utara
Sumatera Utara atau
Sumut memiliki
setidaknya delapan
suku asli. Melayu,
Mandailing, Nias,
Pakpak / Dairi, Karo,
Toba, Simalungun dan
Pesisir.
61
3. Sumatera
Barat
Rumah adat dan
Pelaminan adat Minang
62
4. Riau
Alat musik, dan
peralatan dapur
tradisional
5. Jambi Alat musik khas Jambi,
tari Rangguk dari
Kerinci, tari sekapur
sirih, ragam hias khas
Jambi, dan pakaian adat
Jambi.
63
6. Bengkulu tulisan tradisional
Kaganga dan alat musik
dol
64
7. Sumatera
Selatan
Pakaian adat dan
perabot rumah tangga.
65
8. Bangka
Belitung
Dipamerkan kekayaan
alam dan budaya Babel
seperti timah dan lada.
Dipamerkan juga
pakaian adat Bangka
dan pakaian pengantin
Bangka Belitung yang
disebut Paksian.
Pakaian ini merupakan
perpaduan pakaian etnis
Melayu, Cina dan Arab.
9. Lampung
Pakaian pengantin Sai
Batin dan hiasan
geometris khas
Lampung
6. Sistem Keamanan
Dilengkapi dengan staff penjaga di setiap anjungan.
66
2.2.5 Analisa Hasil Survey
Tabel 2.7 Analisa Hasil Survey
Subjek Analisa
Lokasi Sebagian besar berlokasi di pusat
perbelajaan (Mall)
Fasilitas Pinisi memiliki fasilitas yang lebih
lengkap disbanding Arture, Galeri
Indonesia, dan anjungan. Fasilitasnya
berupa ruang tunggu, lobby, galeri,
kelas-kelas, toko souvenir, galeri foto,
customer service, dan kantor.
Material ceiling Ceiling pada lobby menyesuaikan
dengan desain, pada kelas menggunakan
gypsum.
Material dinding Dinding pada lobby menyesuaikan
dengan desain, pada kelas menggunakan
gypsum.
Material lantai Lantai pada lobby menyesuaikan
dengan desain, pada kelas menggunakan
vinyl.
Penghawaan Menggunakan AC central, dan exhaust
hood pada area pelayanan makanan
Pencahayaan Pada lobby menggunakan tipe
pencahayaan accent dan decorative
lighting. Pada kelas menggunakan
general lighting.