Upload
vuonghanh
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Penelitian deskriptif terkait manajemen pariwisata yang dilakukan oleh Mike
Peters dan Klaus Weiermair (2000) menyatakan bahwa tiga unsur dasar manajemen
pariwisata yaitu: imajinasi, daya tarik dan kesempurnaan. Imajinasi yang dibutuhkan
merupakan inovasi dan kreasi dalam menciptakan produk baru berdasarkan
kebutuhan dan perilaku wisatawan. Agar lebih akurat, perlu digunakan riset dan
observasi.
Hal terpenting dalam mengelola daya tarik pariwisata dan rekreasi yaitu
bagaimana karya seni, bangunan bersejarah, wisata buatan dan wisata alam lainnya
disajikan dalam rangka menarik perhatian masyarakat luas. Kemudian jika daya tarik
wisata tersebut sudah dikenal oleh masyarakat luas maka langkah selanjutnya adalah
menonjolkan ciri khas dan keunggulan (budaya, tradisi, sejarah, atau keunikan)
daerah tempat wisata berada.
Kesempurnaan merupakan sebuah kondisi pariwisata dimana proses wisata
berjalan sesuai rencana dan teratur. Semuanya harus tertulis dalam SOP yang benar,
sehingga ketika ada ketidak teraturan maka manajemen dapat kembali kepada
prosedur yang dimiliki. Oleh karena itu, pihak manajemen sebaiknya menggunakan
12
alat bantu, seperti: cetak biru (service blueprint) ataupun diagram arus (flowchart
diagram).
Penelitian tersebut memberikan kontribusi pada penelitian ini dengan
menunjukkan bahwa pengelola pariwisata sebaiknya mengembangkan pariwisata
dengan mempertimbangkan produk, promosi dan proses. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Barghi dan Kazemi (2011).
Penelitian yang berjudul “Assessing and prioritizing components of
marketing mix (7P) in developing rural tourism (A case study of Amol and Babol)“
(Barghi dan Kazemi, 2011) menyatakan bahwa aplikasi bauran pemasaran yang
efektif dihasilkan dari visualisasi objek wisata dan positioning yang tepat sehingga
diperlukan strategi komunikasi yang tepat untuk mengekspose daya tarik ke
masyarakat luas. Penelitian ini mengindikasikan bahwa strategi promosi sangat
penting dalam mengelola pariwisata.
Penelitian terkait bauran pemasaran di Indonesia telah dilakukan oleh Nanang
Hidayat (2010). Penelitian tersebut menyatakan bahwa apabila bauran pemasaran jasa
dapat dilaksanakan dengan baik untuk industri pariwisata di Banyuwangi, maka
yang terjadi wisatawan baik lokal maupun mancanegara akan merasa senang dan
puas atas keberadaan industri pariwisata secara keseluruhan. Hal yang paling
penting atas kepuasan wisatawan adalah dia akan merekomendasikan kepada
pihak lain (word of mouth communication) untuk datang ke Banyuwangi. Karena
menurut hasil penelitian ini, untuk industri berbentuk jasa, pihak lain menggunakan
13
jasa kita sebagian besar dikarenakan karena rekomendasi dari pihak lain, bukan dari
alat promosi yang kita buat.
Penelitian tersebut memberikan kontribusi dalam analisis bauran pemasaran
untuk industri jasa, terutama pariwisata di Banyuwangi. Analisis bauran pemasaran
dapat menggambarkan kondisi internal suatu objek wisata. Penelitian tersebut juga
dapat mewakili karakteristik wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang
berkunjung ke Jawa Timur.
Dalam usulan peningkatan pariwisata memerlukan analisis mendalam terkait
kondisi eksternal dan internal objek wisata tersebut. Penelitian yang berjudul “SWOT
Analysis of Indian Tourism Industry” (Bhatia, 2013) menyatakan peluang yang akan
dihadapi bagi negara berkembang adalah kedatangan wisatawan dari negara maju,
sedangkan ancaman pariwisata di negara berkembang adalah melemahnya mata uang,
kerusuhan dan terorisme.
Penelitian tersebut telah memberikan kontribusi dalam merancang kondisi
eksternal industri pariwisata di negara berkembang. Penelitian tersebut menggunakan
analisis SWOT pada industri pariwisata di India kemudian memberikan saran untuk
kementrian pariwisata setempat dalam meningkatkan pariwisata India.
Usulan peningkatan pariwisata juga membutuhkan persepsi dari pengunjung,
penelitian sebelumnya yang dilakukan Hilma (2013) mengangkat ulasan online
sebagai opini pengunjung yang perlu dipertimbangkan dalam. Trip Advisor adalah
sebuah situs perjalanan dengan lebih dari 200 juta pengunjung setiap bulan, sekitar
32 juta anggota, lebih dari 100 juta ulasan dan opini, dan 34 situs dalam 21 bahasa.
14
Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagian besar dari mereka setuju bahwa
komentar buruk akan berdampak pada popularitas hotel. Idealnya, mereka harus
mengelola komentar untuk menghindari pencemaran reputasi. Penelitian ini pada
akhirnya mengarah ke poin-poin rekomendasi yang disarankan terutama untuk
para profesional: menggunakan internet, menargetkan pelanggan berdasarkan
jenis hotel, dan mengelola ulasan tamu di forum jejaring.
Fenomena dalam penelitian tersebut memberikan kontribusi bahwa Trip
Advisor memiliki popularitas dalam mereview perjalanan wisata yang dapat diakses
seluruh dunia secara online. Sehingga Trip Advisor dapat dijadikan acuan dalam
usulan perbaikan Surabaya Carnival Night Market.
2.2 Landasan Konsep
2.2.1 Kepariwisataan
Kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata dan
dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah “tourism” (Suwena dan Widyatmaja,
2010). Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud
dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah.
Suwena dan Widyatmaja (2010) menyebutkan terdapat empat faktor penting
dalam kepariwisataan, yaitu:
1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.
15
2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain.
3. Perjalanan itu; walaupun apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi.
4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah ditempat yang
dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.
Berkaitan dengan produk wisata menurut Marrioti (dalam Yoeti, 1996)
manfaat dan kepuasan berwisata ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan,
yaitu pertama, tourist resources yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke
suatu tempat daerah tujuan wisata dan kedua, tourist service yaitu semua fasilitas
yang dapat digunakan dan aktifitas yang dapat dilakukan yang pengadaannya
disediakan oleh perusahaan lain secara komersial.
Pesona wisata ialah unsur yang terkandung di setiap produk pariwisata serta
dipergunakan sebagai tolak ukur meningkatkan kualitas produk pariwisata. Unsur
tersebut akan memperbesar daya tarik pariwisata dan akan mendorong para
wisatawan untuk berkunjung dan merasa betah di tempat yang dikunjunginya.
Pesona wisata pada hakekatnya, terdiri atas tujuh unsur yang dikenal dengan istilah
Sapta Pesona Wisata (Pendit, 2006). Berikut akan dikemukakan makna dari Sapta
Pesona Wisata:
1. Aman
Suatu keadaan/kondisi lingkungan, dimana seseorang merasa tentram, tidak
merasa takut, terlindung jiwa dan raga termasuk barangnya.
16
2. Tertib
Suatu keadaan/kondisi yang mencerminkan suasana yang teratur, rapi dan
lancar serta adanya disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan
masyarakat.
3. Bersih
Suatu keadaan/kondisi lingkungan dan suasana yang menampilkan kebersihan
dan kesehatan di semua tempat yang menjadi tempat kegiatan manusia.
4. Nyaman
Suatu keadaan/kondisi yang menampilkan lingkungan dan suasana yang sejuk
dan tentram oleh karena lingkungan yang serba hijau, bersih, segar dan rapi.
5. Indah atau keindahan
Sesuatu yang dinilai dan dirasakan oleh seseorang, dan sangat erat kaitannya
dengan selera seseorang.
6. Ramah tamah
Suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan keakraban, sopan, suka, tersenyun
dan menarik hati.
7. Kenangan/Keunikan
Kesan pada sesuatu yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan
seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya.
17
2.2.1.1 Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata merupakan kata lain dari objek wisata, semenjak
berlakunya Peraturan Pemerintah (PP) pada tahun 2009, kata objek wisata tidak
lagi digunakan untuk menyebut suatu daerah tujuan para wisatawan dan digantikan
dengan kata daya tarik wisata. Berdasarkan Undang-undang Replubik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2009 daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai
keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para
wisatawan.
Menurut Yoeti (1988) daya tarik wisata atau tourist attraction merupakan
istilah segala sesuatu daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu. Sedangkan Pendit (2006) menyatakan bahwa daya tarik wisata bisa
berperan sebagai segala sesuatu yang menarik dan mempunyai nilai untuk
dikunjungi dan dilihat.
Suatu tempat tujuan wisata menurut Yoeti (1996) harus memenuhi tiga
persyaratan, yaitu:
1. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”
(sesuatu untuk dilihat). Artinya, di tempat tersebut harus ada daya tarik wisata
dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain
(pemandangan alam, upacara adat, kesenian) yang dapat dilihat oleh wisatawan.
2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to
do” (sesuatu untuk dikerjakan). Artinya, di tempat tersebut tersedia fasilitas
18
rekreasi yang membuat mereka betah untuk tinggal lebih lama di tempat itu
(penginapan/hotel yang memadai, kolam renang, sepeda air) sehingga mereka
dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di rumah ataupun di tempat
wisata lainnya.
3. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to
buy” (sesuatu untuk dibeli). Artinya, di tempat tersebut harus tersedia fasilitas
untuk berbelanja (shopping), terutama souvenir dan kerajinan rakyat sebagai
oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.
Penggolongan jenis daya tarik wisata akan terlihat dari ciri-ciri khas yang
ditonjolkan oleh tiap-tiap daya tarik wisata. Dalam UU No. 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata terdiri dari :
1. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam,
serta flora dan fauna.
2. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman
rekreasi dan tempat hiburan.
Sujali (1989) mengemukakan bahwa bahan dasar dari sebuah daya tarik
wisata yang perlu dimiliki oleh industri pariwisata dibedakan menjadi tiga bentuk,
yaitu :
19
1. Daya tarik wisata alam (natural resources)
Bentuk dari objek ini berupa pemandangan alam seperti pegunungan, pantai,
flora dan fauna atau bentuk yang lain. Contohnya adalah pantai Parangtritis,
Purwahamba Indah, Gunung Merbabu dan lain-lain.
2. Daya tarik wisata budaya atau manusia (human resources)
Objek ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan/kehidupan manusia seperti
museum, candi, kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara
pemakaman atau bentuk yang lain. Contohnya adalah Candi Borobudur,
Keraton Yogyakarta, Upacara Sedekah Bumi, dan lain sebagainya.
3. Daya tarik wisata buatan manusia (man made resources)
Objek ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia sehingga bentuknya
tergantung pada kreativitas manusianya seperti tempat ibadah, alat musik,
museum, kawasan wisata yang dibangun seperti Taman Mini Indonesia Indah,
Monumen Yogya Kembali, dan Suroboyo Carnival Night Market.
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat diartikan bahwa daya tarik wisata
merupakan tempat yang menjadi kunjungan wisatawan yang memiliki sumberdaya
tarik, baik alamiah, seperti keindahan alam atau pegunungan, maupun buatan
manusia, seperti bangunan kuno bersejarah, monument-monumen, candi-candi,
tari-tarian, dan tempat rekreasi lainnya. Pada umumnya daya tarik wisata menurut
Suwontoro (2001) dipengaruhi oleh:
20
1. Adanya sumber/obyek yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman, dan
bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjungi.
3. Adanya arti khusus yang bersifat langka.
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang
hadir.
2.2.1.2 Komponen Pengembangan Pariwisata
Komponen pengembangan pariwisata merupakan kebutuhan wisatawan atau
layanan yang mendukung wisatawan untuk melakukan aktivitas pariwisatan di
daerah tujuan wisata. Jika komponen tersebut dapat dikembangkan, maka
pariwisata di tempat tersebut juga akan berkembang dan menarik perhatian
wisatawan.
Komponen pengembangan pariwisata menurut Cooper et al (dalam Suwena
dan Widyatmaja, 2010) dikenal dengan istilah “4A”, yaitu:
1. Atraction (Atraksi)
Atraksi disebut juga daya tarik wisata merupakan komponen yang signifikan
dalam menarik wisata. Sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi atraksi
wisata disebut modal atau sumber kepariwisataan (tourism resources).
Modal atraksi yang menarik wisatawan ada tiga, yaitu:
a. Atraksi Wisata Alam seperti: gunung, danau, pantai, dan bukit.
21
b. Atraksi wisata budaya seperti: arsitektur, rumah tradisional di desa, situs
arkeologi, benda-benda seni dan kerajinan, ritual atau upacara budaya,
festival budaya, kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari,
keramahtamahan, ataupun makanan tradisional.
c. Atraksi wisata buatan seperti: acara olahraga, berbelanja, pameran,
konferensi, dan festival musik.
Modal atraksi dapat dibedakan menjadi dua menurut fungsinya, yaitu:
a. Atraksi penahan
Modal kepariwisataan yang dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga
dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali
dinikmati, bahkan pada kesempatan lain wisatawan mungkin kembali lagi
ketempat yang sama, contohnya Pantai Kuta.
b. Atraksi penangkap (tourist charter)
Atraksi yang hanya dapat menarik kedatangan wisatawan sehingga hanya
sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan lagi oleh wisatawan, contohnya
Candi Borobudur.
2. Amenities (Fasilitas)
Fasilitas adalah segala macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh
wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Prasarana (infrastructure)
adalah semua hasil konstruksi fisik, baik yang diatas maupun di bawah tanah,
yang diperlukan sebagai prasyarat untuk pembangunan tersebut. Sarana
22
(suprastructure) adalah sesuatu yang dibangun dengan memanfaatkan
prasarana. Prasarana merupakan prasyarat untuk sarana, sebaliknya sarana
dapat menyebabkan perbaikan prasarana.
Prasarana pariwisata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Prasaranan umum
Fasilitas umum yang harus ada didaerah tujuan wisata, antara lain:
pembangkit tenaga listrik, penyediaan air bersih, jaringan jalan raya, stasiun
kereta api, pelabuhan laut, bandara, dan fasilitas komunikasi.
b. Prasarana kebutuhan
Fasilitas untuk kebutuhan masyarakat banyak, seperti: rumah sakit, apotek,
kantor pos, bank, pompa bensin.
Sarana kepariwisataan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Sarana pokok pariwisata
Perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung dari
adanya perjalanan wisatawan, seperti: Biro Perjalanan Wisata (BPW), travel
agent (TA), angkutan wisata, hotel, restaurant dan bar.
b. Sarana pelengkap pariwisata
Pelengkap sarana pokok dengan tujuan agar wisatawan bisa lebih lama
tinggal didaerah tujuan wisata yang dikunjungi, seperti: sarana olahraga dan
rekreasi.
23
c. Sarana penunjang pariwisata
Sarana penunjang pariwisata yaitu fasilitas yang menunjang sarana pokok
dan sarana pelengkap. Tujuannya agar wisatawan lebih banyak
membelanjakan uangnya di tempat atau daerah wisata yang dikunjungi,
seperti: pertokoan, pertunjukan, kasino, panti pijat, dan tempat mandi uap.
3. Access (Aksesibilitas)
Access diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak
dari daerah yang satu kedaerah yang lain. Access penting dalam pariwisata
contohnya airport, pelabuhan, terminal, dan segala macam jasa transpostasi.
Adapun faktor-faktor yang memungkinkan transferabilitas, adalah:
a. Konekvitas antara daerah yang satu dengan daerah lain
b. Tidak adanya penghalang yang merintangi transferabilitas antar daerah.
c. Tersedianya sarana antar daerah.
4. Ancillary services (Pelayanan tambahan)
Pelayanan tambahan atau sering juga disebut pelengkap yang disediakan oleh
pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata, baik untuk wisatawan
maupun pelaku pariwisata. Pelayanan yang disediakan contohnya: pemasaran,
pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon, dan lain-
lain) serta mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan peraturan
perundang-undangan baik di daya tarik wisata maupun di jalan raya. Misalnya,
wisatawan memperoleh pelayanan informasi di Tourism Information Center
24
(TIC), baik penjelasan langsung maupun bahan cetak seperti brosur, buku,
leaflet, poster, peta dan lain sebagainya. Jasa pendukung lainnya yang sangat
penting adalah jasa pemandu.
2.2.1.3 Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Syarat pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainability of tourism
development) (Fandeli, 2001), antara lain:
1. Prinsip pengembangan yang berpijak pada keseimbangan aspek pelestarian dan
pengembangan serta berorientasi ke depan (jangka panjang).
2. Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat setempat.
3. Prinsip pengelolaan aset/sumber daya yang tidak merusak namun berkelanjutan
untuk jangka panjang baik secara sosial, budaya, ekonomi.
4. Adanya keselarasan sinergis antara kebutuhan wisatawan, lingkungan hidup,
dan masyarakat lokal.
Berdasarkan hal diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki tiga
fungsi, yaitu :
1. Menggalakkan kegiatan ekonomi.
2. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan
3. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat,
dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan
nasional.
25
Tercapainya tri fungsi tersebut diatas maka harus ditempuh tiga macam
upaya, yaitu :
1. Pengembangan daya tarik wisata.
2. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, dan
3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.
2.2.2 Bauran Pemasaran (7P)
Salah satu unsur strategi pemasaran adalah bauran pemasaran atau yang
dikenal dengan marketing mix. Marketing mix adalah kombinasi dari empat
variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu
produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan saluran distribusi (Swasta, 1997).
Umar (2003) menyatakan bahwa pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
terdapat tiga strategi tambahan pada strategi bauran pemasarannya yaitu orang
(people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process).
a. Product (Produk)
Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001) adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara
konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang
bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula
26
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui
hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian. Pada konteks pariwisata, produk dapat
berupa wahana permainan, wisata alam seperti danau, laut, pantai, gunung, dan
lain-lain.
b. Price (Harga)
Definisi harga menurut Philip Kotler (2005), “Price is the amount of money
charged for a product or service. More broadly, price is the sum of all the value
that consumers exchange for the benefits of having or using the product or
service”. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk
atau jasa. Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan
konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah
produk atau jasa. Menurut Kotler (2005), penentuan harga dapat menggunakan
tiga cara, yakni 1) penentuan harga berdasarkan biaya, 2) penentuan harga
berdasarkan harga kompetitor, dan 3) penentuan berdasarkan laba yang
diinginkan.
c. Place (Saluran Distribusi)
Definisi lokasi (Kotler, 2007) mengenai distribusi adalah berbagai kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia
untuk konsumen yang dituju. Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang
digunakan untuk memberikan jasa kepada konsumen melibatkan pemikiran
tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada
27
konsumen dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan
karena dalam bidang jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan
diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Saluran distribusi dapat dilihat
sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantung satu sama lainnya yang
terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan
atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen
dalam lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas. Sebagai salah satu
variable marketing mix, place atau saluran distribusi mempunyai peran yang
sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena
tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat.
Kotler (2002) menyatakan bahwa bentuk-bentuk saluran dilihat dari banyaknya
tahap perantara akan menentukan ukuran penjangnya suatu saluran, yaitu:
1. Saluran level nol (zero level channel) dinamakan juga sebagai saluran
pemasaran langsung, terdiri dari perusahaan yang langsung menjual kepada
pelanggan akhir. Saluran nol tingkat adalah saluran dimana produsen atau
pabrikan secara langsung menjual produknya kepada konsumen. Tiga cara
utama dalam penjualan langsung adalah door-to-door, mail order, dan toko
milik pabrikan sendiri.
2. Saluran satu-level (one-level-channel), berisi satu perantara penjual, seperti
pengecer atau dengan menggunakan distributor. Saluran satu tingkat adalah
saluran yang menggunakan perantara. Dalam pasar konsumsi perantara ini
28
adalah pengecer, dalam pasar industrial perantara tersebut adalah agen
penjualan atau pialang.
3. Saluran dua-level (two-level-channel) berisi dua perantara, misalnya pengecer
dan pedagang besar, atau perusahaan yang menggunakan perwakilan untuk
perusahaannya. Saluran dua tingkat mencakup dua perantara. Dalam pasar
konsumsi mereka ini adalah grosir dan pengecer, sedangkan dalam pasar
industrial perantara tersebut adalah distributor dan dealer industrial.
4. Saluran tiga-level (three-level-channel) berisi tiga perantara, misalnya
pemborong, pedagang besar dan pengecer atau perusahaan yang
menggunakan cabang perwakilan dan distributor. Saluran tiga tingkat terdapat
tiga perantara, selain grosir dan pengecer ditemui pula pedagang pemborong.
Pemborong tersebut membeli barang dari pedagang grosir dan menjualnya ke
pedagang pengecer kecil, yang pada umumnya tidak dapat dilayani oleh
pedagang grosir.
d. Promotion (Promosi)
Menurut Kotler dan Amstrong (2001) promosi adalah “aktivitas yang
mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk konsumen sasaran untuk
membelinya”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa promosi adalah
suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi atau berkomunikasi antara
penjual dan pembeli potensial yang besifat menyebarkan informasi,
mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran untuk menciptakan
permintaan atas produk barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
29
e. Physical Evidence (Lingkungan Fisik)
Bukti fisik menurut Kotler (2000) yaitu bukti yang dimiliki oleh penyedia
jasa yang ditujukan kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah
konsumen. Bukti fisik merupakan wujud nyata yang ditawarkan kepada
konsumen ataupun calon konsumen. Sebenarnya tidak ada atribut fisik untuk
layanan, sehingga konsumen cenderung mengandalkan isyarat material. Ada
banyak contoh bukti fisik, termasuk beberapa hal sebagai berikut:
1. Packaging (Kemasan)
2. Internet/web pages (Internet / halaman web)
3. Paperwork (Dokumen seperti invoice, tiket dan catatan pengiriman).
4. Brochures (Brosur)
5. Furnishings (Perabotan)
6. Signage (seperti yang di pesawat dan kendaraan).
7. Uniforms (Seragam)
8. Business cards (Kartu nama)
9. The building itself (Bangunan itu sendiri, seperti kantor bergengsi).
10. Mailboxes and many others (Kotak surat dan banyak lainnya)
Beberapa organisasi sangat tergantung pada bukti fisik sebagai alat komunikasi
pemasaran, atraksi wisata contoh dan resort (misalnya Disney World), paket dan
layanan surat (misalnya truk UPS), dan bank besar. Bahkan tempat olah raga
gymnastic juga membutuhkan bukti fisik yang mendukung.
30
f. People (Personil)
Merupakan konsumen yang memberikan persepsi kepada konsumen lain tentang
kualitas jasa yang pernah dibelinya dari perusahaan. Sehingga hal tersebut
berpengaruh terhadap proses pembelian jasa yang bersangkutan. Kotler (2005)
juga menambahkan bahwa semua hal yang melekat pada personil yang terlibat
dalam proses penyajian jasa mulai dari skill, sikap dan kepribadiannya
merupakan aset perusahaan jasa yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan
jasanya. Setiap perusahaan jasa yang menjadikan pelayanan yang berasal dari
personil lebih dibutuhkan oleh konsumen sebaiknya berfokus pada
pengembangan strategi ini cara memberi training, komisi tambahan dan asuransi.
g. Process (Proses)
Menurut Kotler (2006), proses disini adalah mencakup bagaimana cara
perusahaan melayani permintaan tiap konsumennya. Mulai dari konsumen
tersebut memesan (order) hingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Beberapa perusahaan tertentu biasanya memiliki cara yang
unik atau khusus dalam melayani konsumennya. Yang dimaksud proses dalam
pemasaran yaitu keseluruhan sistem yang berlangsung dalam penyelenggaraan
dan menentukan mutu kelancaran penyelenggaraan jasa yang dapat memberikan
kepuasan pada penggunanya.
Beberapa penelitian dan literatur menjelaskan pentingnya penerapan bauran
pemasaran pada setiap bisnis. Pada umumnya di organisasi manufaktur, strategi
31
bauran pemasaran terdiri dari 4P (produk, harga, saluran distribusi, promosi).
Namun, dibutuhkan strategi yang lebih tinggi untuk penerapan strategi pemasaran di
organisasi jasa. Oleh karena itu perlu diadopsi 7P sebagai penyesuaian terhadap
lingkungan dan pelanggan dari organisasi jasa. Manfaat dari penerapan 7P menurut
Kotler (2005) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan niat menggunakan produk (barang atau jasa),
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan setelah menggunakan produk,
3. Meningkatkan loyalitas pelanggan untuk melakukan pembelian kembali,
merekomendasikan ke kerabat, meningkatkan jumlah pembelian.
Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa strategi bauran pemasaran 7P
dapat mempengaruhi niat menggunakan pelayanan dan nantinya dapat
mempengaruhi keputusan menggunakan pelayanan yang ditawarkan oleh
perusahaan. Suchitra (2015) dalam penelitiannya mendeskripsikan pentingnya peran
7P dalam peningkatan peningkatan citra pariwisata (tourism branding) khususnya
pada strategi tata letak (place) dan desain fisik (physical evidence). Tata letak dan
desain fisik yang tepat akan mempengaruhi kepribadian dan karakteristik dari tujuan
wisata dan nantinya akan meningkatkan niat berkunjung ke tempat wisata tersebut
karena keunikannya. Kemudian, Barghi dan Kazemi (2013) dalam penelitiannya
tentang pariwisata di area kota kecil mendeskripsikan tentang pentingnya bauran
pemasaran 7P. Komponen personil dan promosi menjadi aspek penting dalam
meningkatkan pariwisata kota kecil. Keramahtamahan personil menjadikan
pengalaman wisata menjadi lebih menyenangkan.
32
2.2.3 Ulasan Online (Online Review) Trip Advisor
Situs ulasan konsumen (online review) merupakan salah satu bentuk dari
rekomendasi dan komentar secara elektronik yang disampaikan oleh konsumen
melalui internet. Selama proses pembelian, konsumen pada dasarnya menginginkan
informasi terkait atribut nilai dari suatu produk, maupun rekomendasi dari berbagai
sumber. Ulasan online memiliki kemampuan untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan pembelian yang akan dilakukan oleh konsumen (Lee dan
Han, 2008). Ulasan online menyediakan informasi tentang produk yang mirip
dengan informasi dari penyedia produk tersebut. Namun, ulasan online lebih
cenderung berisi informasi yang berasal dari sudut pandang konsumen. Ketika
konsumen membaca ulasan online tentang suatu produk kemudian menganggap
bahwa ulasan tersebut memiliki kesamaan dengan mereka dalam hal preferensi
perjalanan, maka konsumen akan cenderung menpertimbangkan bahwa ulasan
tersebut dapat dipercaya. (Kusumasondjaja et al, 2011)
Trip Advisor merupakan salah satu contoh situs ulasan online yang membahas
tentang produk jasa pariwisata. Ulasan online Trip Advisor membahas tempat wisata
berdasarkan pengalaman dan kepuasan pengguna. Di dalam Trip Advisor
wisatawan dapat mencari informasi terkait tempat wisata yang akan dituju
berdasarkan pengalaman wisatawan yang membuat ulasan mengenai tempat wisata
terkait. Setelah melihat ulasan tentang tempat wisata yang akan dituju, Trip Advisor
juga menyediakan pesan kamar hotel dan pesan tiket pesawat. Lebih dari 200 juta
33
wisatawan yang membuat ulasan dan mencari informasi di Trip Advisor
(www.tripadvisor.com)
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ulasan online dapat menjadi sumber
informasi bagi para wisatawan sebelum mengambil keputusan memilih tempat
wisata. konsumen yang membaca ulasan online tentang objek wisata yang akan
dituju kemudian menganggap bahwa ulasan tersebut memiliki kesamaan dengan
mereka dalam hal preferensi perjalanan, maka konsumen akan cenderung
menpertimbangkan bahwa ulasan tersebut dapat dipercaya. (Kusumasondjaja et al,
2011).
2.3 Teori Analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi)
Menurut Ward dan Peppard (2002) analisis PEST adalah analisis terhadap
faktor lingkungan eksternal bisnis yang meliputi bidang politik, ekonomi, social dan
teknologi. PEST digunakan untuk menilai pasar dari suatu unit bisnis atau unit
organisasi. Arah analisis PEST adalah kerangka untuk menilai sebuah situasi,
dan menilai strategi atau posisi, arah perusahaan, rencana pemasaran atau ide.
Dimana analisis ini dapat diambil suatu peluang atau ancaman baru bagi
perusahaan.
a) Faktor Politik
Faktor politik meliputi kebijakan pemerintah, masalah-masalah hukum, serta
mencakup aturan-aturan formal dan informal dari lingkungan dimana perusahaan
34
melakukan kegiatan. Contoh: kebijakan tentang pajak, peraturan ketenaga
kerjaan, peraturan perdagangan, stabilitas politik dan peraturan daerah.
b) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi meliputi semua faktor yang mempengaruhi daya pembelian dari
pelanggan dan mempengaruhi iklim dari bisnis suatu perusahaan. Contoh:
pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, standar nilai tukar, tingkat inflasi,
harga-harga produk dan jasa.
c) Faktor Sosial
Faktor sosial meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan dari
pelanggan dan mempengaruhi ukuran dari besarnya pangsa pasar yang ada.
Contoh: tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kondisi
lingkungan sosial, kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesejahteraan
sosial.
d) Faktor Teknologi
Faktor teknologi meliputi semua hal yang dapat membantu dalam menghadapi
tantangan bisnis dan mendukung efisiensi proses bisnis. Contoh: aktivitas
penelitian dan pengembangan teknologi, automatisasi, serta kecepatan transfer
teknologi.