15
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Upacara Tradisi Upacara Tradisi merupakan tindakan atau perbuatan yang terikat kepada aturan-aturan tertentu sesuai dengan adat dan agama setempat, upacara yang dilakukan merupakan peristiwa penting dan peristiwa yang mempunyai nilai-nilai tinggi. Agar supaya di dalam perkembangannya, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebudayaan tidak tenggelam, perlu diupayakan penanaman nilai-nilai tersebut melalui sarana atau media tertentu. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui pengenalan serta pemahaman tentang upacara tradisi. Suku bangsa Dayak sebagai masyarakat hukum adat mempunyai hubungan erat dengan lingkungannya. Mereka dipengaruhi oleh alam pikiran relegio magis. Masyarakat Dayak menganggap pengetahuan akan tanda-tanda atau simbol-simbol tertentu dalam kehidupan mereka adalah hal yang wajar, walau tidak semua orang Dayak memiliki kepandaian untuk itu. Menurut Bostami (1989:1) upacara tradisi adalah kegiatan yang melibatkan warga masyarakat dalam usaha bersama-sama untuk mencapai tujuan keselamatan bersama. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Upacara Tradisi

Upacara Tradisi merupakan tindakan atau perbuatan yang terikat

kepada aturan-aturan tertentu sesuai dengan adat dan agama setempat,

upacara yang dilakukan merupakan peristiwa penting dan peristiwa yang

mempunyai nilai-nilai tinggi. Agar supaya di dalam perkembangannya,

nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebudayaan tidak tenggelam,

perlu diupayakan penanaman nilai-nilai tersebut melalui sarana atau media

tertentu. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui pengenalan

serta pemahaman tentang upacara tradisi.

Suku bangsa Dayak sebagai masyarakat hukum adat mempunyai

hubungan erat dengan lingkungannya. Mereka dipengaruhi oleh alam

pikiran relegio magis. Masyarakat Dayak menganggap pengetahuan akan

tanda-tanda atau simbol-simbol tertentu dalam kehidupan mereka adalah

hal yang wajar, walau tidak semua orang Dayak memiliki kepandaian

untuk itu.

Menurut Bostami (1989:1) upacara tradisi adalah kegiatan yang

melibatkan warga masyarakat dalam usaha bersama-sama untuk mencapai

tujuan keselamatan bersama. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

8

a. Upacara tradisi bertujuan untuk menciptakan suasana yang tenang

serta menghindarkan dari bahaya yang akan mengancam di kemudian

hari.

b. Upacara tradisi merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya

mengandung makna bahwa upacara tersebut harus diikuti dan

dilaksanakan seluruh warga masyarakat tanpa ada rasa terpaksa.

c. Dalam upacara tradisi banyak larangan yang harus dipatuhi oleh

masyarakat.

d. Upacara tradisional tumbuh dan berkembang melalui berbagai sikap

perbuatan manusia terhadap peristiwa tertentu.

2. Pengertian Tradisi

Tradisi dalam bahasa Latin disebut traditio yang artinya diteruskan

atau kebiasaan, jadi pengertian tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan

sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan dalam masyarakat yang

disebut kebudayaan.

Tradisi dalam masyarakat Dayak mengandung dua prinsip yaitu

unsur kepercayaan kepada nenek moyang (anchestral belief) yang

menekankan pada pemujaan kepada nenek moyang dan yang kedua

kepercayaan terhadap Tuhan yang satu (the one God) dengan kekuasaan

tertinggi dan merupakan suatu prima causa dari kehidupan manusia

(Alqadrie, 1990b:103).

Tradisi merupakan adat kebiasaan yang dilakukan secara turun-

temurun yang diwariskan oleh nenek moyang yang sampai sekarang masih

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

9

dilaksanakan dalam masyarakat. Tradisi ini dilakukan sebagai unggapan

syukur kepada Tuhan yang diwujudkan dengan berdoa dan makan bersama

pada waktu upacara tradisi dilaksanakan. Pelajaran bagi generasi muda

untuk tetap menghormati dan mencintai budaya yang ada dalam

masyarakat dan tetap mempertahankannya (Hartatik, Endah Sri dkk.,

2007)

Peranan tradisi terutama sangat nampak pada masyarakat pedesaan

walaupun kehidupan tradisi terdapat pula pada masyarakat kota.

Masyarakat pedesaan dapat diidentifikasi sebagai masyarakat agraris,

maka sifat masyarakat seperti itu cenderung tidak berani berspekulasi

dengan alternatif yang baru atau mencoba hal yang baru dalam

keyakinannya. Tingkah laku masyarakat selalu pada pola-pola tradisi yang

telah ada (Bostami, 1986 :14).

Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir istilah tradisional.

Tradisional merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan

dalam masyarakat. Di dalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir

dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai

dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap

tindakan dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi.

Jadi pengrtian upacara tradisional adalah suatu rangkaian atau

perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat yang

mengalir dalam kelompok masyarakat (Koentjaraningrat 1990:181).

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

10

3. Ciri-ciri Tradisi

Sistem nilai budaya merupakan tingkat paling tinggi dan paling

abstrak dari adat istiadat. Hal ini disebabkan karena nilai budaya itu

merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran

sebagian besar dari warga masyarakat mengenai apa yang mereka anggap

bernilai, berharga dan penting dalam kehidupan sehari-hari

(Koentjaraningrat, 1990:79).

Tradisi mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia.

Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggota

seperti kekuatan, maupun kekuatan-kekuatan lainya di dalam masyarakat

itu sendiri. Kecuali itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula

kepuasan, baik dibidang spiritual maupun materiil.

Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas, sebagian besar

dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.

Dikatakan sebagian besar oleh karena kemampuan manusia adalah

terbatas, dan dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan

hasil ciptaan juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.

4. Jenis-jenis Upacara Tradisi

Upacara–upacara tradisional yang ada di Indonesia secara garis

besar dapat dikelompokkan menjadi :

a. Upacara tradisi yang berkaitan dengan alam, merupakan upacara yang

berhubungan dengan kepercayaan terhadap dunia gaib dan peristiwa-

peristiwa alam yang ada.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

11

b. Upacara tradisi yang berhubungan dengan leluhur. Upacara tradisi ini

berhubungan erat dengan adanya harapan keselamatan dalam

hidupnya, serta dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus dan

perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri. (Kamajaya Karkoro

1992:V)

c. Upacara tradisi yang berkaitan dengan mitos, yaitu upacara tradisi

yang di dalamnya mengandung pemujaan terhadap seseorang yang

dianggap memiliki kemampuan di atas kemampuan manusia normal

(memiliki kesaktian).

d. Upacara tradisi yang berkaitan dengan legenda, yaitu legenda yang

dianggap mempunyai daya kemampuan yang hebat atau benar-benar

terjadi dikehidupan masyarakat setempat.

5. Fungsi Upacara Tradisi

Untuk mengetahui fungsi upacara tradisioanal dapat dilakukan

melalui dua pendekatan yaitu:

a. Upacara tradisi dengan menggunakan pendekatan sosiologis.

Upacara tradisi ini dilakukan oleh seluruh warga Desa Betenung

secara bersama-sama. Di dalam setiap pelaksanaan tradisi selalu

mengandung aturan-aturan atau larangan yang tidak boleh dilanggar

serta norma yang harus dipatuhi oleh semua warga masyarakat dengan

tujuan memperoleh keselamatan bersama-sama. Kebersamaan secara

nyata nampak dalam setiap upacara tradisi yang dilakukan oleh seluruh

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

12

warga masyarakat, seluruh warga terlibat dengan perannya masing-

masing sebagai pelayan atau pembantu.

Dengan demikian upacara ini berfungsi sosial bagi komunitas yang

bersangkutan. Hal ini mengandung makna kebersamaan serta gotong

royong yang selalu dibina dalam kehidupan bermasyarakat, serta

dalam komunitas masyarakat lain tidak akan terjadi berbagai konflik

secara internal. Di samping memiliki fungsi kelompok sosial juga

menimbulkan rasa yang tentram dari seluruh masyarakat. Hal ini

disebabkan salah satu kebajiban telah dilaksanakan yaitu

melaksanakan upacara tradisi yang dilakukan secara bersama-sama

sehingga timbul rasa kekeluargaan yang tinggi.

b. Fungsi pendekatan antropologis

Dari sudut antropologis upacara tradisi ini mengandung arti

pemujaan, sekaligus persembahan atau kurban yang dilakukan oleh

seluruh masyarakat kepada penguasa kampung atau penunggu yang

dianggap ada dan menjaga serta memberikan keselamatan bagi seluruh

warga. Kekuatan seperti itu dianggap sebagai kekuatan yang berada di

luar kemampuan manusia pada umumnya.

6. Tujuan Upacara Tradisi

Tujuan upacara tradisi adalah untuk mewujudkan pemahaman atas

nilai-nilai serta gagasan yang terkandung di dalamnya maupun untuk

menghindarkan dari gangguan roh jahat. Selain itu pula, upacara tradisi

yang dilakukan dalam masyarakat secara bersama maupun individu

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

13

bertujuan untuk mendapatkan keselamatan supaya terhindar dari segala

malapetaka dan marabahaya.

Bahwa upacara tradisi dilakukan secara berkala juga mengingatkan

semua warga masyarakat yang dalam komunitas, jika terjadi

penyimpangan akibat yang muncul akan menimpa seluruh masyarakat satu

desa (Slamet, 1984 :54).

Juga untuk mengembangkan warisan dari nenek moyang supaya

tetap terjaga dan terus dilakukan secatra turun temurun supaya tidak

digantikan oleh budaya baru.

7. Unsur-unsur Upacara Tradisi

a. Tempat upacara : Dilakukan di tempat yang keramat, misalnya di

ujung kampung dan di tepi sungai. Setiap orang yang ingin masuk ke

tempat yang dianggap keramat ini biasanya tidak menggunakan sandal

atau alas kaki.

b. Saat upacara

Biasanya masyarakat melakukan upacara pada awal tahun, tengah

tahun dan akhir tahun, sebagai ucapan terima kasih mereka kepada

penunggu kampung yang telah memberikan keselamatan, kesehatan,

serta hasil paten yang bagus. Namun segala bahaya itu sering datang

dan dianggap oleh orang-orang hanya suatu peristiwa alam, dalam

dunia gaib sehingga manusia mencoba menolak segala segala macam

bahaya tersebut dengan bermacam-macam upacara serta mencari

bantuan dengan cara berhubungan dengan dunia gaib. Saat-saat

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

14

upacara tersebut dalan ilmu antropologi disebut upacara-upacara

waktu kritis (Koentjaraningrat, 1992 : 244)

Untuk menarik roh-roh dari tempat-tempat keramat, maka pada

waktu tertentu dipasang sesaji berupa makanan kecil dan telur. Sesaji

diselenggarakan untuk mendukung kepercayaan terhadap adanya

kekuatan makhluk halus, supaya tidak mengganggu keselamtan,

ketentraman, dan kebahagiaan keluarga yang bersangkutan.

Upacara tradisi sering kali tidak dapat diterangkan asal mulanya.

Dalam menghadapi suatu upacara, manusia tidak luput dari sikap

emosional namun karena dianggap sakral dan dikeramatkan, maka

semua unsur-unsur yang ada di dalamnya dianggap penting dan di

dalam melaksanakan kegiatan upacara itu tidak terlepas dari unsur-

unsur upacara yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan alam

gaib yaitu dengan cara :

1. Bersesaji

Bersesaji merupakan perbuatan untuk menyajikan makanan,

benda-benda, dan sebagainya kepada roh-roh nenek moyang atau

makhluk halus lain, dengan tujuan supaya acara tersebut bisa

berjalan dengan lancar. Sesaji ini merupakan sarana dan prasarana

yang penting dalam upacara tradisi yang erat hubungannya dengan

keyakinan dan kepercayaan masyarakat tentang adanya roh-roh

halus dan arwah orang yang telah meninggal yang dianggap

sebagai penghuni desa (Hersapandi dkk, 2005 : 143).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

15

2. Berkurban

Kurban merupakan suatu tradisi yang dilakukan masyarakat

dalam suatu upacara tradisional yaitu dengan cara menyembelih

hewan peliharaan, dalam upacara tradisi perkawinan suku Dayak

ini, biasanya hewan kurbanya adalah ayam dan babi. Hewan yang

dikurbankan ini hanya diambil darahnya untuk dipersembahkan

kepada para leluhur atau dewa-dewa, sedangkan dagingnya

disajikan untuk dimakan semua masyarakat yang ikut dalam

upacara perkawinan tersebut.

3. Berdoa

Berdoa merupakan suatu unsur yang banyak terdapat dalam

berbagai upacara keagamaan di dunia. Pada awalnya doa adalah

upacara hormat dan pujian kepada leluhur, biasanya doa diiringi

dengan gerak-gerik dan sikap tubuh. Sikap tubuh itu merupakan

penghormatan dan merendahkan diri terhadap para leluhur, dewata,

dan terhadap Tuhan, mengucapkan doa dalam upacara tradisi

merupakan suatu unsur yang amat penting.

4. Makan bersama

Makan bersama merupakan unsur penting dalam suatu upacara

religi dan agama di dunia. Dasar pemikiran itu rupanya mencari

hubungan dengan dewa-dewa, dengan cara mengundang dewa-

dewa pada saat pertemuan makan bersama.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

16

8. Norma dan sanksi sakral

Sanksi adalah serangkaian aturan atau kaidah yang tumbuh dan

berkembang di dalam masyarakat sebagai alat pengontrol manusia dari

perbuatan jahat, setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi berat atau

ringan sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya.

Sehingga sanksi dan norma yang berlaku dalam masyarakat

memiliki kekuatan yang mengikat dan berbeda-beda macamnya. Norma-

norma itu sangat jelas perumusannya dan tidak diragukan lagi

kebenarannya. Dalam upacara tradisi bagi masyarakat pendukungnya

mengandung suatu sanksi yang tegas dan jelas. Sanksi sakral yang

terkandung dalam hal ini nampak pada setiap kegiatan upacara tradisi yang

dilakukan oleh seluruh mesyarakat dengan tata uraian yang dianggap baku,

tidak bisa ditawar dan disesuaikan dengan apa yang telah digariskan oleh

pendahulunya.

Norma dan sanksi sakral ini harus dipenuhi dan ditaati oleh seluruh

masyarakat karena apabila sanksi sakral atau pantangan yang tidak boleh

dilanggar oleh masyarakat disaat menjalankan upacara tradisi, jika

dilanggar atau tidak dijalankan maka akan terjadi malapetaka. Dengan

demikian maka sanksi ini harus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat di

Desa Betenung, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

9. Nilai-nilai budaya

Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara tradisi

perkawinan ini nampak dari sikap gotong royong masyarakat setempat

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

17

dalam melakukan segala sesuatunya secara bersama-sama, seperti

menyiapkan alat-alat perlengkapan perkawinan, masak bersama dan

sebagainya. Seluruh masyarat menunjukkan sikap antusias dalam

membantu untuk persiapan perkawinan.

Di sini juga terlihat toleransi masyarakat yang beragama lain dalam

proses berlangsungnya upacara, sehingga tidak terlihat adanya perbedaan

agama. Semua masyarakat tanpa terkecuali ikut ambil bagian untuk

terselenggaranya upacara perkawinan tersebut. Selain membantu persiapan

perkawinan masyarakat juga memberikan bantuan berupa makanan yang

dibutuhkan, seperti beras, sayuran, gula, kopi, rokok, ayam, babi, tuak atau

arak dan sebagainya.

10. Sistem Kerukunan Dalam Upacara Tradisi

Adanya suatu perbedaan yang timbul dalam keluarga selalu

diselesaikan dengan cara kekeluargaan, yaitu dengan cara mengundang

seluruh anggota keluarga dan membicarakannya secara bersama-sama,

sehingga akan tercipta perdamaian dan kerukunan dalam anggota keluarga.

Kerukunan dalam keluarga mengandung nilai-nilai sebagai berikut :

a. Musyawarah

Musyawarah adalah cara pengambilan keputusan yang

mendengarkan semua suara dan opini. Musyawarah mencoba

menghasilkan kebulatan kehendak atau kebulatan pikiran. Keputusan

yang benar adalah fakta sosial yang mencerminkan seluruh peserta.

Dalam musyawarah tidak ada voting atau pemungutan suara,

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

18

musyawarah adalah proses berunding, proses memberi dan menerima,

proses kompromi, semua pendapat harus diperhatikan.

b. Menghormati

Hormat menghormati berarti pengakuan terhadap jajaran atasan

yang ditujukan dengan melalui bentuk tata krama yang sesuai. Tidak

ada kewenangan, kekuasaan ataupun suatu hak istimewa pada diri

seseorang, semuanya langsung terkandung dalam jenjang kedudukan

yang tinggi itu (Hildred Geertz, 1984 : 154-155)

B. Solidaritas Sosial Masyarakat

1. Solidaritas

Solidaritas sosial mengandung pengertian sifat senasib atau

perasaan setia kawan dalam masyarakat (Fuad Hasan, 1988:853), maka

solidaritas sosial masyarakat yang dimaksud disini merupakan sifat setia

kawan dalam sejumlah manusia atau dalam suatu kelompok yang terkait

oleh kebudayaan yang dianggap sama. Sifat senasib ini muncul berkaitan

erat dengan lokalitas atau tempat tinggal. Masyarakat setempat yang

memiliki tempat tinggal permanen mempunyai ikatan solidaritas yang kuat

karena pengaruh kesatuan tempat tinggal. Adanya kenyataan bahwa

mereka saling memerlukan satu dengan yang lain dan bahwa tanah yang

mereka tinggali memberi kehidupan bersama mendorong munculnya sifat

senasib diantara mereka. Adanya ikatan tunggal (Community sentiment)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

19

mengandung unsur-unsur seperasaan, sepenanggungan dan saling

memerlukan diantara anggota masyarakat (Saryono Sukamto, 1982:143).

2. Gotong Royong

Awalnya gotong royong dikenal dari upaya untuk mengarahkan

penambahan tenaga pada masa bercocok tanam dimasyarakat pedesaan,

namun budaya gotong royong tidak hanya dalam hal bercocok tanam.

Seiring dengan perkembangan masyarakat gotong royong diterapkan

dalam kehidupan lain yaitu dalam hal kematian, pekerjaan sekitar rumah

tangga, pesta-pesta (perkawinan, hajatan lain) dalam hal pekerjaan untuk

kepentingan bersama atau umum.(Koentjoroningrat 1977:77)

Seperti yang diungkapkan koentjoroningrat (1992:56-57), bahwa

konsep gotong royong yang dinilai tinggi itu merupakan suatu konsep

yang erat sangkut pautnya dengan kehidupan rakyat sebagai petani dalam

masyarakat agraris. Budaya gotong royong didasari pada prinsip timbal

balik atau kesediaan untuk saling menerima dan memberi diantara anggota

masyarakat. Selain itu ada pula didasari oleh keinginan saling tolong

menolong dengan iklas hati. Dalam hal ini gotong royong muncul secara

sepontan, misalnya dalam hal perkawinan. Sedangkan gotong royong

untuk kepentingan umum biasanya disebut dengan kerja bakti.

3. Masyarakat

Keberadaan manusia yang bermasyarakat senantiasa berkembang,

demikian juga dengan kebudayaannya. Masyarakat yang berkembang

tersebut memiliki masalah sendiri-sendiri yang berbeda antara masyarakat

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

20

satu dengan yang lain, sehingga dimungkinkan ada perbedaan dalam cara

mengatasinya. Hal ini nampak sebagai contoh masyarakat desa dengan

latar belakang pertanian, misalnya budaya gotong royong dalam

masyarakat desa, yang tidak muncul dimasyarakat perkotaan.

Berbicara tentang masyarakat selalu berkaitan dengan budayanya.

Koentjoroningrat mengatakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan

universal sebagai isi pokok tiap kebudayaan manapun di dunia, yaitu

sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem

teknologi, sistem ekonomi, sistem religi, dan sistem kesenian. Tiap unsur

kebudayaan ini terjelma dalam tiga wujud kebudayaan yaitu sistem

budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur kebudayaan fisik

(Koentjaraningrat, 1970). Sedangkan kebudayaan yang mengatur perilaku

masyarakat Indonesia itu berupa adat, kepercayaan, kebiasaan, dan ajaran

yang menjadi pola dalam hidup dan kehidupan sehari-hari

(Koentjaraningrat, 1970)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian

21

C. Kerangka Berfikir

Kebudayaan

Perkembangan

IPTEK Upacara

Tradisi

Perkawin

Solidaritas

Tradisi