29
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian Pajak Definisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak medapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Pengertian pajak dikemukakan oleh para ahli yang memberikan batasan tentang pajak, yaitu: Definisi pajak yang dikemukakan oleh Waluyo (2013,3) yaitu: “Pajak adalah Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.” Menurut Mardiasmo (2016,2) dalam buku berjudul Perpajakan Revisi 2016 menyatakan bahwa : “Dalam penyelenggaraan pemerintah negara mempunyai kewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasaan kehidupannya. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Gambaran Umum Teori

1. Pengertian Pajak

Definisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu: “Pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak medapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Pengertian pajak dikemukakan oleh para ahli yang memberikan batasan

tentang pajak, yaitu:

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Waluyo (2013,3) yaitu:

“Pajak adalah Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan

dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

Menurut Mardiasmo (2016,2) dalam buku berjudul Perpajakan Revisi 2016

menyatakan bahwa :

“Dalam penyelenggaraan pemerintah negara mempunyai kewajiban untuk

menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan,

keamanan, pertahanan, maupun kecerdasaan kehidupannya. Untuk

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

12

kepentingan rakyat negara memerlukan dana, dana yang dikeluarkan ini

tentunya didapat dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan yang disebut

dengan pajak”.

Jadi berdasarkan pengertian diatas, pajak adalah suatu kewajiban yang

bersifat memaksa seseorang atau badan untuk memberikan iuran pada kas Negara

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan oleh Negara dan

hanya digunakan untuk menutup pengeluaran umum Negara. Pajak mempunyai

fungsi, Menurut Siti Resmi dalam buku Perpajakan Teori dan Kasus (2016,3) fungsi

pajak adalah :

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana

pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas

berdasarkan undang - undang perpajakan yang berlaku. Karena fungsi inilah

yang mempunyai historis pertama kali timbul. Disini pajak adalah sumber

pembiayaan yang terbesar.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh,

ketika pemerintah berkeinginan untuk melindungi kepentingan petani,

pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan, seperti pajak impor atau bea

masuk, atas keinginan impor komoditas tertentu. Contohnya :

- Pajak yang dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi

mengkonsumsi minuman keras.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

13

- Pajak yang dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi

gaya hidup konsumtif.

c. Fungsi Stabilitas

Pemerintah menggunakan sarana perpajakan untuk stabilitas ekonomi.

Sebagian barang – barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri

dapat bersaing. Untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan agar defisit perdagangan

tidak semakin melebar, pemerintah menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM

terhadap impor produk tertentu yang bersifat mewah. Upaya dilakukan untuk

meredam impor barang mewah yang berkonstribusi terhadap neraca

pedagangan.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai pembagunan

infrastruktur, Kebutuhan akan dana itu dapat dipenuhi melalui pajak yang

dibebankan kepada mereka yang membayar pajak.

2. Pengelompokan Pajak

Pengelompokkan pajak menurut Mardiasmo dalam buku PerpajakanEdisi

Terbaru 2016(2016,7) adalah :

a. Menurut Golongannya

- Pajak Langsung, yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh pelapor dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak

Penghasilan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

14

- Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

b. Menurut Sifatnya

- Pajak Subjektif, yaitu pajak berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,

memerhatikan keadaan diri pelapor. Contoh : Pajak Penghasilan.

- Pajak Objektif, yaitu pajak berpangkal pada objek, tanpa memerhatikan

keadaan diri pelapor. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

Barang Mewah.

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

- Pajak Pusat, yaitu pajak dipungut pemerintah pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara, Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah, dan Bea Materai.

- Pajak Daerah, yaitu pajak dipungut Pemerintah Daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

- Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor.

- Pajak Kabupaten atau Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan

Pajak Hiburan.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2014,11) sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3

yaitu:

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

15

a. Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang kewewenangan aparatur pajak untuk

menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan

peraturan perundang - undangan pajak yang berlaku. Dalam sistem, inisiatif serta

kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan aparatur

pajak. Dengan demikian, berhasil atau tidak pelaksanaan pemungutan pajak

bergantung pada aparatur pajak (peranan dominan ada pada aparatur pajak).

b. Self Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang Wajib Pajak

dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahun sesuai dengan

peraturan perundang - undangan pajak yang berlaku. Dalam sistem, inisiatif serta

kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib

Pajak. Dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang -

undang pajak yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta

menyadari akan arti penting membayar pajak. Oleh karena itu, diberi

kepercayaan untuk :

- Menghitung sendiri pajak terhutang.

- Memperhitungkan sendiri pajak terhutang

- Membayar sendiri pajak terhutang.

- Melaporkan sendiri pajak terhutang.

- Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

16

Dengan demikian, berhasil atau tidak pelaksanaan pemungutan pajak

banyak tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib

Pajak).

c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak memberikan wewenang kepada pihak ketiga

yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penunjukkan pihak ketiga dilakukan sesuai peraturan perundang - undangan

perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong serta

memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana

perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidak pelaksanaan pemungutan pajak

banyak tergantung pada pihak ketiga.

4. Tingkat Pemahaman Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pemahaman berasal dari kata

paham yang artinya pengetahuan; pendapat; pikiran; aliran;haluan; pandangan;

mengerti benar (akan); tahu benar (akan); pandaidan mengerti benar. Pengetahuan

perpajakan adalah proses pengubah sikap dan tata laku wajib pajak atau kelompok

wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pelatihan (Anwar

2015,17).

Menurut Rahadi (2014) menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman

pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan. Pemahaman wajib pajak tentang

peraturan pajak merupakan penyebab internal karena dibawah kendali wajib pajak

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

17

sendiri. Tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak yang berbeda – beda

akan mempengaruhi penilaian masing – masing untuk berperilaku patuh dalam

melaksanakan kewajiban. Tingkat pemahaman wajib pajak tinggi akan membuat

wajib pajak memilih berperilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban.

Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian yang diuraikan tingkat pemahaman pajak adalah tingkatan

pengetahuan dan pikiran atas kewajiban perpajakannya untuk memberikan

konstribusi kepada Negara dalam memenuhi keperluan pembiayaan dan

pembangunan nasional tercapainya keadilan dan kemakmuran.

Menurut Isroah (2012,14) penghapusan NPWP adalah menghapuskan

NPWP dari tata usaha kantor pelayanan pajak. Direktorat Jenderal Pajak setelah

melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan

penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 bulan untuk Orang Pribadi atau 12

bulan untuk Badan sejak tanggal permohonan diterima. Menurut Diana (2013,197)

dalam menjalankan kewajiban perpajakannya dengan menyampaikan surat

pemberitahuan ada tahapan yang harus dilakukan Wajib Pajak antara lain:

a. Mengambil SPT Formulir harus diambil sendiri di tempat yang ditentukan oleh

dirjen pajak.

b. Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa

Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

18

rupiah dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor direktorat jenderal

pajak tempat dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak.

c. Menandatangani SPT wajib diisi dengan benar, lengkap, jelas dan harus

ditandatangani oleh orang lain bukan WP, harus dilampiri surat kuasa khusus.

d. Menyampaikan Menyampaikan SPT yang telah diisi oleh Wajib Pajak dengan

benar, jelas, dan lengkap yang telah ditandatangani, dan disampaikan pada

Direktorat Jenderal Pajak.

5. Pengertian E-filing

E-filing terdiri dari dua kata, yaitu e untuk electronic dan filing.Electronic

berarti penggunaan sistem komputerisasi, sedangkan filing berarti pengisian

formulir.Jadi e-filing merupakan sistem terkomputerisasi yang membantu

pengisian atau penyampaian SPT tahunan.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2014 tentang

Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan bagi Wajib Pajak Orang

Pribadi yang menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing melalui

website Direktorat Jenderal Pajak pasal 1 ayat 6, mendefinisikan e-filing sebagai

berikut:

E-Filing adalah cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan

Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang secara on-line yang real time

melalui website Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat www.pajak.go.id atau

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

19

Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider yang telah ditunjuk oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

Dari pengertian di atas disimpulkan e-filing merupakan modernisasi

administrasi perpajakan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak berfungsi untuk

penyampaian SPT yang dilakukan secara online dan real-time.

a. Manfaat dan Tujuan Penggunaan E- filing

Setiap inovasi atau pembaruan pelayanan dilakukan oleh Direktrorat

Jenderal Pajak pasti memiliki manfaat dan tujuan, berikut beberapa manfaat

penggunaan fasilitas e-filing dari www.online-pajak.com:

- Keakuratan dan Menghindari Kesalahan Umum

Kemungkinan terjadi kesalahan pekerjaan dengan menggunakan

media elektronik dapat menurun hingga satu persen. Hal ini disebabkan

karena umumnya aplikasi e-Filing bagi menyediakan fitur doublechecking,

yaitu jika terjadi kesalahan, Wajib Pajak akan menerima pesan error dan

tidak bisa menyimpan dan mengirim laporan tersebut sampai dibetulkan.

Kesalahan bukan berarti adanya ketidaktepatan dalam perhitungan pajak

tetapi juga bisa jadi data yang diinput belum lengkap. Dengan demikian

pekerjaan akan dimudahkan, dan tidak perlu ragu apakah laporan dibuat

sudah benar atau belum.

- Hemat Kertas, Uang dan Waktu

Menggunakan fasilitas e-Filing telah ramah lingkungan dengan

menghemat kertas. Dimana dapat membawa efek yang positif bagi nama

pribadi dan perusahaan. Terlebih lagi, dapat mengurangi biaya kantor

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

20

kurang lebih 20 - 25%. Mengapa? Karena menghabiskan biaya kantor untuk

kertas tidak berhenti pada biaya yang dikenakan pada pembelian kertas,

tetapi juga biaya gudang, fotokopi, cetak, pengiriman dokumen,

pembuangan kertas, dan daur ulang. Tidak perlu menghabiskan waktu

mengantri di kantor pajak atau mengeluarkan uang untuk mengirim

dokumen via pos, karena sudah melapor secara elektronik.

Pada www.pajak.go.id disebutkan bahwa ada tiga keuntungan jika

menggunakan fasilitas e-filing, yaitu :

1. Data yang disampaikan selalu lengkap karena ada validasi pengisian

SPT, serta Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan

kapan saja, penyampaian SPT lebih murah karena tidak dikenakan biaya

pada saat pelaporan SPT, dan tidak perlu datang ke KPP untuk

penyampaian SPT.

2. Kemudahan mengisi SPT karena pengisian SPT dalam bentuk wizard,

kesalahan perhitungan dapat dihilangkan karena penghitungan

dilakukan secara tepat karena menggunakan sistem komputer.

3. Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas, saat data

dibutuhkan file sudah tersimpan dalam sistem dan memiliki master file

saat SPT sudah disampaikan. Contohnya Dokumen pelengkap (fotokopi

Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong PPh, SSP Lembar ke-3 PPh

Pasal 29, Surat Kuasa Khusus, perhitungan PPh terutang bagi WP

Kawin Pisah Harta dan atau mempunyai NPWP sendiri, fotokopi Bukti

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

21

Pembayaran Zakat) tidak perlu dikirim lagi kecuali diminta oleh KPP

melalui Account Representative.

Pada dasarnya, tujuan dari penyediaan fasilitas e-filing ini adalah untuk

memberikan alternatif pilihan layanan kepada Wajib Pajak dalam hal penyampaian

SPT-nya selain cara manual yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan

pemanfaatan teknologi melalui internet secara keseluruhan cenderung lebih akurat

dan dengan proses yang lebih cepat, sehingga lebih efektif dan efisien.

6. Tata Cara Penyampaian SPT Secara E-filing

Untuk dapat melakukan e-filing, melalui tiga tahapan. Dua tahapan yang

pertama hanya dilakukan sekali saja, sedangkan tahapan ketiga dilakukan setiap

menyampaikan SPT :

a. Mengajukan permohonan e-FIN ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat yang

merupakan nomor indentitas WP bagi pengguna e-Filing. Karena hanya

sekali digunakan, anda hanya perlu sekali saja mengajukan permohonan

mendapatkan e-FIN tersebut.

b. Mendaftarkan diri sebagai WP e-Filing melalui situs DJP paling lama 30

hari kalender sejak diterbitkannya e-FIN.

c. Menyampaikan SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi secara e-Filing

melalui situs DJP melalui empat langkah, yaitu:

- Mengisi e-SPT pada aplikasi e-Filing di situs DJP.

- Meminta kode verifikasi untuk pengiriman e-SPT, yang akan

dikirimkan melalui e-mail atau SMS.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

22

- Mengirim SPT secara online dengan mengisikan kode verifikasi.

- Notifikasi status e-SPT dan Bukti Penerimaan Elektronik akan

diberikan kepada WP melalui e-mail.

7. Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Hamdani (2014) Kesadaran wajib pajak diukur menggunakan 2

dimensi yaitu dorongan diri sendiri dan mengetahui adanya Undang-Undang dan

ketentuan perpajakan.

Menurut Undang-undang No 16 Tahun 2009 Wajib Pajak adalah orang

pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

undang-undang perpajakan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kesadaran adalah keadaan

mengerti; hal yang dirasakan atau dialami seseorang; kesadaran seseorang akan

nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada; pengertian

yang mendalam pada orang seorang atau sekelompok orang yang terwujud dalam

pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang mendukung pengembangan lingkungan;

kesadaran seseorang secara penuh akan hak dan kewajibannya sebagai anggota

masyarakat.Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa perilaku yang

ditunjukkan oleh individu timbul karena ada niat untuk berperilaku.Sedangkan

untuk memuncul niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentuyaitu:

a. behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan

evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation).

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

23

b. normatif beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan

motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normatif beliefs and motivationto

comply).

c. control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung

atau menghambat perilaku yang ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya

tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya

tersebut (perceived power).

Berarti bahwa seseorang melakukan suatu tindakan atau perilaku melalui

niat. Niat merupakan langkah pertama individu sebelum memulai suatu tindakan,

dan pemahaman mengenai pentingnya membayar pajak akan meningkatkan

kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Berdasarkan uraian

diatas, Jadi kesadaran wajib pajak adalah suatu upaya atau tindakan yang disertai

dengan kemauan dan dorongan dari diri sendiri dalam hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

8. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Simanjuntak dan Mukhlis (2012,84) definisi kepatuhan pajak

dapat dilihat secara sederhana atau secara komprehensif. Menurutnya kepatuhan

wajib pajak adalah sekadar menyangkut sejauh mana memenuhi kewajiban

perpajakan sesuai aturan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian tingkat

kepatuhan dapat diukur dari adanya tax gap, yaitu perbedaan antara apa yang

tersurat dalam aturan perpajakan dengan apa yang dilaksanakan oleh seorang.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

24

Sejatinya kepatuhan pajak diharapkan lebih merupakan suatu kesadaran

secara sukarela (voluntary tax compliance). Untuk definisi kepatuhan yang sesuai

adalah kepatuhan sukarela (voluntary tax compliance), yaitu mencakup tingkatan

kesadaran terhadap peraturan perpajakan dan sekaligus terhadap administrasi pajak

yang berlaku tanpa perlu disertai dengan aktivitas tindakan dari otoritas pajak

(enforment activity).

Menurut Liberti Pandiangan (2014,245) mengatakan bahwa kepatuhan

perpajakan dapat didefinisikan :

“Kepatuhan Wajib Pajak melaksanakan kewajiban perpajakan merupakan

salah satu ukuran kinerja Wajib Pajak di bawah pengawasan Direktorat

Jenderal Pajak (DJP). Artinya, tinggi rendahnya kepatuhan Wajib Pajak

akan menjadi dasar pertimbangan Direktorat Jenderal Pajak dalam

melakukan pembinaan, pengawasan, pengelolaan, dan tindak lanjut

terhadap Wajib Pajak. Misalnya, apakah akan dilakukan himbauan atau

konseling atau penelitian atau pemeriksaan dan lainnya seperti penyidikan

terhadap Wajib Pajak.”

Dalam definisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), tersirat penjelasan

kepatuhan Wajib Pajak sebagai berikut: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak medapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperulan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

25

Dapat disimpulkan bahwa, kepatuhan Wajib Pajak adalah kewajiban Wajib

Pajak dalam memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya, seperti

mengisi formulir dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak terutang

dengan benar, membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan perpajakan.

a. Bentuk Kepatuhan Wajib Pajak

Secara umum kepatuhan wajib pajak di bagi menjadi dua yaitu sebagai

berikut:

1. Kepatuhan Formal Kepatuhan formal yaitu suatu keadaan dimana wajib

pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Kepatuhan Material Kepatuhan material yaitu suatu keadaan dimana wajib

pajak secara substantif memenuhi semua material perpajakan.

Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk kepatuhan wajib pajak dapat di

bagi menjadi dua yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material yang keduanya

menuntut bahwa wajib pajak harus memenuhi semua kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan Undang –Undang yang berlaku.

b. Syarat Kepatuhan Wajib Pajak

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

26

Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas sesuai dengan PMK Nomor

192/PMK.03/2007 wajib pajak memiliki kriteria tertentu. Adapun persyaratan

yang harus dipenuhi sebagai wajib pajak patuh, yaitu antara lain:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.

2. Tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan

pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran

pajak.

3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3

(tiga) tahun berturut-turut.

4. Tidak pernah di pidana karena melakukan tindakan pidana di bidang pajak

berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

c. Kepatuhan Wajib Pajak

Indikator Kepatuhan Wajib Pajak menurut Undang-Undang No.16tahun

2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai

berikut:

1. Kepatuhan untuk mendaftarkan diri. Wajib Pajak yang telah memenuhi

persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri pada KPP yang

wilayah kerjanya terdiri dari tempat tinggal dan tempat kegiatan usaha

Wajib Pajak untuk kemudian mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP). NPWP digunakan sebagai identitas bagi Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

27

2. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang. Pajak yang

telah dihitung kemudian disetorkan ke kas negara melalui bank atau kantor

pos dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP).

3. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan pajak. Tunggakan pajak

merupakan pajak terutang yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak setelah

jatuh tempo tanggal pengenaan denda.

4. Kepatuhan untuk melaporkan kembali Surat Pemberitahuan.

Wajib Pajak diwajibkan untuk mengisi dan menyampaikan SPT kepada

KPP dengan batas waktu penyampaian untuk SPT Masa paling lambat 20 hari

setelah akhir masa pajak, sedangkan untuk SPT tahunan paling lambat 3 bulan

untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 4 bulan untuk Wajib Pajak Badan setelah

akhir tahun pajak. Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi apabila

terlambat atau tidak menyampaikan SPT.

9. Pengertian Wajib Pajak Orang Pribadi

Pajak merupakan peranan penting untuk pembiayaan pembangunan, dimana

Wajib Pajak merupakan bagian dari penerimaan pajak tersebut. Dengan kata lain

tidak akan ada pajak apabila tidak ada Wajib Pajak. Menurut Undang-Undang

No.16 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau

badan, meliputi pembayarpajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan

kewajibanperpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan”.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

28

Wajib pajak orang pribadi sendiri dapat dikategorikan menjadi orang

pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak orang pribadi

pengusaha tertentu serta orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas seperti karyawan atau pegawai yang hanya memperoleh passive income.

Perbedaan antara WPOP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan WP

OPPT adalah WPOP yang menjalankan usaha merupakan WP pengusaha maupun

pegawai yang memiliki penghasilan lain dari kegiatan usaha di luar pendapatan

gaji, sedangkan WP OPPT merupakan wajib pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha di bidang pedagangan yang memiliki tempat usaha berbeda dengan

domisili lebih dari satu Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang

PPh (Pajak Penghasilan) yang merupakan perubahan keempat atas UU Nomor 7

tahun 1983, maka wajib pajak orang pribadi dapat di bagi menjadi delapan yaitu:

a. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari

pekerjaan. Contoh: Pegawai swasta, PNS.

b. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari

Usaha. Contoh: Pengusaha toko emas, Pengusaha Industri Mie Kering.

c. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari

Pekerjaan bebas. Contoh: Dokter, Notaris, Akuntan, Konsultan.

d. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan lain yang

tidak bersifat final. Contoh: sehubungan dengan pemodalan sepertiBunga

pinjaman, royalti.

e. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan yang

bersifat final. Contoh: seperti Bunga deposito, hadiah undian.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

29

f. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan yang

bukan objek pajak. Contoh: Seperti bantuan, sumbangan

g. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari luar

negeri. Contoh: Seperti bunga, royalti PPh Pasal 24 8. Wajib pajak orang

pribadi yang menerima penghasilan dari berbagai sumber. Contoh: Seperti

Pegawai swasta tetapi juga mempunyai usaha rumah makan, PNS tetapi

membuka praktek dokter.

10. Hak – Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2007, Wajib Pajak adalah orang pribadi

atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Berikut adalah hak dan kewajibannya,

Hak-hak wajib Pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah

sebagai berikut:

a. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1(satu) Surat Pemberihatuan Masa.

b. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan kriteria

tertentu.

c. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan

pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal

Pajak.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

30

d. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan

menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak yang

belum melakukan tindakan pemeriksaan.

e. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

f. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

- Surat Ketetapan Kurang Bayar.

- Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan.

- Surat Ketetapan Pajak Nihil.

- Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau

- Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

g. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat

Keputusan Keberatan.

h. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan

memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Kewajiban wajib Pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007

adalah sebagai berikut:

a. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan

kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi

persyaratan subjektif dan objektif.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

31

b. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat

kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha Kena Pajak.

c. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa

Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang

Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan ke kantor Direktorat

Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempa lain

yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia

dengan menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang

pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

e. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

f. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat

ketetapan pajak.

g. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak baan, dan

melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

h. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

32

yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang

terutang pajak.

i. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

j. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini telah diteliti sebelumnya oleh beberapa penelitian

sebelumnya, dan dalam rangka meneliti kembali fenomena ini maka adapun tinjauan

atas penelitian sebelumnya.

Tabel II.1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Sari

Nurhidayah

(2015)

Pengaruh

penerapan

sistem e-filing

terhadap

kepatuhan wajib

pajak dengan

pemahaman

internet sebagai

variabel

pemoderasi pada

KPP Pratama

Klaten.

Variabel

Independen (X) : 1.

Sistem e-filing

2.kepatuhan wajib

pajak 3.Pemahaman

internet

Variabel Dependen

(Y) :Pemoderasi

pada KPP Pratama

Klaten.

Penetapan sistem e-

filing berpengaruh

positif dan

signifikan terhadap

kepatuhan wajib

pajak.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

33

2. Pertiwi

Kundalini

(2016)

Pengaruh

kesadaran wajib

pajak dan

pelayanan

pegawai pajak

terhadap

kepatuhan wajib

pajak pada KPP

Pratama

Temanggung.

Variabel

Independen (X) :

1.Kesadaran wajib

pajak 2.Pelayanan

pegawai bank

Variabel Dependen

(Y) : Kepatuhan

wajib pajak

Kesadaran wajib

pajak dan pelayanan

pegawai bank

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap kepatuhan

wajib pajak.

3. Kartika

Ratna

Handayani,

Sihar

Tambun

(2016)

Pengaruh

Penerapan

sistem e-filing

dan pengetahuan

perpajakan

terhadap

kepatuhan wajib

pajak dengan

sosialisasi

sebagai variabel

moderating

(Survei pada

perkantoran

Sumrise Garden

di wilayah

Kedoya, Jakarta

Barat)

Variabel

Independen (X) :

1.Penerapan sistem

e-

filing2.Pengetahuan

perpajakan

Variabel Dependen

(Y) : Kepatuhan

wajib pajak

1.Penerapan sistem

e-filing tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

kepatuhan waajib

pajak.2.Pengetahuan

perpajakan

berpengaruh

signifikan terhadap

kepatuhan wajib

pajak.

4. Putu Nara

dan Ni Luh

(2016)

Pengaruh

kualitas

pelayanan,

sanksi

perpajakan,

biaya kepatuhan

pajak dan

penerapan e-

filing pada

kepatuhan wajib

pajak.

Variabel

Independen (X) :

1.Kualitas

pelayanan2.Sanksi

perpajakan

3.Penerapan

e-filing

Variabel Dependen

(Y) : Kepatuhan

wajib pajak

1.Kualitas

pelayanan, sanksi

perpajakan, dan

penerapan e-filing

berpengaruh positif

dan signifikan pada

kepatuhan wajib

pajak.

2.Biaya kepatuhan

pajak berpengaruh

negatif dan

signifikan pada

kepatuhan wajib

pajak.

5. Teguh

Erawati,

Rita

Pengaruh

penerapan e-

filing terhadap

kepatuhan wajib

Variabel

Independen (X) :

1.Program

e-filing

1.Program e-filing

berpengaruh positif

terhadap kepuasan

kualitas layanan.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

34

Ratnasari

(2018)

pajak dalam

menyampaikan

SPT tahunan

dengan

kepuasan

kualitas

pelayanan

sebagai variabel

intervening.

2.Kepuasan kualitas

pelayanan

Variabel Dependen

(Y) : Kepatuhan

wajib pajak

menyampaikan

SPT.

2.Kualitas

pelayanan

berpengaruh positif

terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam

menyampaikan SPT

tahunan.

6. Sentyan N.

Arum

(2015)

Pengaruh

pemahaman

wajib pajak,

pelayanan

fiskus,

kesadaran wajib

pajak dan sanksi

perpajakan

terhadap

kepatuhan wajib

pajak pemilik

usaha kecil

menengah

dalam pelaporan

kewajiban

perpajakan di

Semarang.

Variabel

Independen (X) :

1.Pemahaman

wajib pajak

2.Pelayanan fiskus

3.Kesadaran wajib

pajak

4.Sanksi perpajakan

Variabel Dependen

(Y) : Kepatuhan

wajib pajak

Pengaruh secara

signifikan dan

positif antara

Variabel

Independen

terhadap Variabel

Dependen.

7. Akromi

Khairina

Asbar

(2014)

Pengaruh

tingkat kepuasan

pelayanan,

Pemahaman

perpajakan,

Keadilan

perpajakan,

Sanksi

perpajakan dan

Kesadaran

perpajakan

terhadap tingkat

Kepatuhan

wajib pajak

orang pribadi

pada KPP

Pratama

Sanapelan

Pekanbaru.

Variabel

Independen (X) :

1.Tingkat kepuasan

pelayanan

2.Pemahaman

perpajakan

3.Keadilan

perpajakan

4.Sanksi perpajakan

5.Kesadaran

perpajakan

Variabel Dependen

(Y) : Kepatuhan

wajib pajak.

1.Bahwa tingkat

kepuasan pelayanan,

Pemahaman

perpajakan,

Keadilan perpajakan

dan Sanksi

perpajakan

berpengaruh

terhadap Kepatuhan

wajib pajak orang

pribadi.

2.Sedangkan

Kesadaran

perpajakan tidak

berpengaruh

terhadap Kepatuhan

wajib pajak.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

35

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2013,88) mengemukakan bahwa

kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentanag bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diindentifikasi sebagai hal yang

penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman

mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari

keseluruhan dari penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, untuk memberikan

gambaran yang jelas dan sistematis, maka gambar berikut ini menyajikan kerangka

berpikir penelitian.

Bagan Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

H4

Gambar II.1

Tingkat Pemahaman

Perpajakan (X1)

Penerapan E-Filing

(X2)

Kesadaran Wajib

pajak (X3)

Kepatuhan Wajib Pajak

(Y)

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

36

D. Perumusan Hipotesa

Menurut Sugiyono (2017, 63) menyatakan bahwa :

“Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data atau kuesioner”.

Hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salah dengan cara

terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. Maka

dalam penelitian ini, peneliti menguji dan meneliti hipotesis tentang pengaruh yang

terjadi antara variabel-variabel yang telah ditentukan, variabel-variabel tersebut diuji

baik secara parsial maupun secara simultan. Oleh karena itu peneliti merumuskan

beberapa hipotesis untuk diuji secara signifikan, antara lain:

1. Pengaruh Tingkat Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Pemahaman perpajakan adalah pengetahuan dan pikiran wajib dalam

memenuhi kewajiban perpajakan. Tingkat pemahaman wajib pajak pada

peraturan pajak yang berlaku diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan.

Wajib pajak yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi akan merasa bahwa

membayar pajak merupakan hal yang penting dalam membangun infrastruktur

Negara.

Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian Sentya (2015)

mengatakan bahwa tingkat pemahaman perpajakan berpengaruh positif

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

37

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, karena kesadaran merupakan variabel

dominan dalam penelitian tersebut. Tingkat kepatuhan akan meningkat apabila

memiliki pemahaman perpajakan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis pertama dalam

penelitian ini adalah :

H1: Tingkat Pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Pengaruh Penerapan E-Filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pajak merupakan pendapatan utama negara yang dikelolah oleh

Direktorat Jenderal Pajak. Untuk memaksimalkan sumber penerimaan negara,

dibutuhkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya kepada

Negara. Sistem e-filing merupakan trobosan terbaru dari Direktorat Jenderal

Pajak untuk membantu masyarakat dalam pembayaran pajak secara ontime dan

realtime. Dengan adanya inovasi baru dalam memperbarui dan

menyempurnakan sistem administrasi pembayaran pajak secara modern, maka

diharapkan dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan pelayanan kepada

wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Oleh karena itu, dengan

diterapkannya sistem e-filing yang dirasa lebih mudah dan praktis diharapkan

dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian Putu Rara Susmita dan Ni

Luh Supadmi(2016) penerapan e-filing berpengaruh positif dan signifikan

pada kepatuhan wajib pajak.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

38

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis kedua

dalampenelitian ini adalah :

H2: Penerapan e-filing terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak adalah pemahaman yang mendalam pada wajib

pajak orang pribadi atau wajib pajak badan yang terwujud dalam niat,

pemikiran, sikap dan tingkah laku untuk melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Berbagai macam

upaya telah dilakukan oleh fiskus untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya, tetapi hal tersebut tidak akan

maksimal apabila tidak adaniat dan kesdaran dalam diri.

Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian Pertiwi Kundalini (2016)

mengatakan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak, karena kesadaran wajib pajak merupakan variabel

dominan dalam penelitian tersebut. Tingkat kepatuhan wajib pajak akan

meningkat apabila wajib pajak memiliki kesadaran yang tinggi dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis ketiga dalam

penelitian ini adalah :

H3 : Kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Pengertian

39

4. PengaruhTingkat Pemahaman Perpajakan, Penerapan E-Filing dan

Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Akromi Khairina Asbar (2014)menyatakan bahwa tingkat pemahaman

perpajakan berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kemudian Sari Nurhidayah (2015), menyatakan bahwa penerapan e-filing

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan

menurut Sentya (2015) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh

positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis keempat dalam

penelitian ini adalah :

H4 : Pengaruh tingkat pemahaman perpajakan, penerapan e-filing dan

kesadaran wajib pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak.