19
7 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Beton Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari  bahasa Latin concretus yang berarti tumbuh bersama atau menggambungkan menjadi satu. Dalam bahasa Jepang digunakan kata kotau-zai, yang arti harfiahnya material-material seperti tulang, mungkin karena agregat mirip t ulang-tulang hewan. (Teknologi Beton, 2007). Tri Mulyono (2003) menyebutkan bahwa beton merupakan fungsi dari bahan penyusunan yang terdiri dari bahan semen hidrolik (  portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive). Beton adalah material komposit (campuran) dari beberapa  batu-batuan yang dieratkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari campuran agregat (kasar dan halus), semen, air dengan perbandingan tertentu dan dapat pula ditambah dengan bahan campuran tertentu apabila dianggap perlu. Bahan air dan semen disatukan akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi abu kulit kerang bab 2

Citation preview

  • 5/19/2018 BAB II

    1/19

    7

    BAB II

    LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

    PENELITIAN

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Definisi Beton

    Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama

    dalam bahasa Belanda. Kata concretedalam bahasa Inggris berasal dari

    bahasa Latin concretus yang berarti tumbuh bersama atau

    menggambungkan menjadi satu. Dalam bahasa Jepang digunakan kata

    kotau-zai,yang arti harfiahnya material-material seperti tulang, mungkin

    karena agregat mirip tulang-tulang hewan. (Teknologi Beton, 2007).

    Tri Mulyono (2003) menyebutkan bahwa beton merupakan fungsi

    dari bahan penyusunan yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland

    cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture

    atau additive). Beton adalah material komposit (campuran) dari beberapa

    batu-batuan yang dieratkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari

    campuran agregat (kasar dan halus), semen, air dengan perbandingan

    tertentu dan dapat pula ditambah dengan bahan campuran tertentu apabila

    dianggap perlu. Bahan air dan semen disatukan akan membentuk pasta

    semen yang berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat halus

    dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.

  • 5/19/2018 BAB II

    2/19

    8

    Sifatsifat dan karakteristik material penyusun beton akan

    mempengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja dari beton tersebut

    berdampak pada kekuatan yang diinginkan, kemudahan dalam

    pengerjaannya dan keawetannya dalam jangka waktu tertentu.

    Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa beton adalah batuan

    buatan berongga yang diisi oleh agregat halus atau pasir yang

    mempunyai fungsi dari bahan penyusunnya sendiri dengan atau tanpa

    bahan tambahan yang bersifat aditif, sehingga menjadi satu kesatuan

    yang homogen. Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah

    sebagai berikut :

    Kelebihan beton adalah : Dapat dengan mudah dibentuk sesuai

    dengan kebutuhan konstruksi, mampu memikul beban yang berat, tahan

    terhadap temperatur yang tinggi, biaya pemeliharaan yang kecil.

    Sedangkan kekurangan beton adalah : Bentuk yang telah dibuat sulit untuk

    dirubah, pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi, berat,

    daya pantul suara yang besar.

    Keunggulan lain yang dimiliki beton dibandingkan dengan material

    lainnya adalah mempunyai kuat tekan dan stabilitas volume yang baik

    dan biaya perawatannya relatif lebih murah.

    2.1.1.1 Semen Portland

    Menurut SNI 15-2049-2004 semen portland adalah semen hidrolis

    yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (clinker) semen portland

    terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan

    digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih

  • 5/19/2018 BAB II

    3/19

    9

    bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan

    tambahan lain.

    Mulyono (2005) menyatakan semen merupakan bahan ikat yang

    penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor

    konstruksi sipil. Jika ditambah air akan menjadi pasta semen. Jika

    ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika

    digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar

    yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).

    Semen portland yang digunakan untuk konstruksi sipil harus

    memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Di Indonesia, syarat mutu

    yang dipergunakan adalah SNI 15-2049-2004 mengenai Semen

    Portland.

    Berdasarkan SNI 15-2049-2004, semen portland diklasifikasikan

    dalam 5 jenis, yaitu :

    Tabel 2.1 Jenis-jenis Semen Portland

    Jenis Keterangan

    Jenis I

    Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

    memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti

    disyaratkan pada jenis-jenis lain.

    Jenis II

    Semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor

    hidrasi sedang.

    Jenis III

    Semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan

  • 5/19/2018 BAB II

    4/19

    10

    setelah pengikatan terjadi.

    Jenis IV

    Semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan kalor hidrasi rendah.

    Jenis V

    Semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

    Sebagian besar semen modern mempunyai kandungan kapur yang

    tinggi, dan biasanya melampaui 65%. Semen dengan kandungan kapur

    dibawah 65%, pengerasannya seringkali agak lambat. Kandungan kapur

    maksimum dibatasi oleh kebutuhan untuk menghindari kapur bebas

    dalam semen. Dalam proses hidrasi dan pengerasan semen, kapur dan

    silica akan menjadi penyumbang kekuatan yang terbesar, sedangkan

    alumina dan oksida besi akan bertindak sebagai suatu media pembakaran

    yang berfungsi untuk mengurangi tingkat suhu pembakaran semen.

    Komposisi senyawa kimia pada semen sebagai berikut :

    Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Kimia Semen

    Komponen Kadar (% berat )

    Kapur (CaO) 60 - 65

    Silika (SiO2) 17 - 25

    Alumina (Al2O3) 3 - 8

    Besi (Fe2O3) 0,5 - 6

    Magnesia (MgO) 0,5 - 4

    Sulfur (SO3) 1 - 2

    Sumber : Tjokrodimuljo, 1998

  • 5/19/2018 BAB II

    5/19

    11

    Walaupun demikian pada dasarnya ada 4 unsur paling penting yang

    menyusun semen portland, yaitu :

    a.

    Trikalsium Silikat (3CaCo.SiO2) yang disingkat menjadi C3Smemiliki kadar rata-rata 50%.

    b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S

    memiliki kadar rata-rata 25%.

    c. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A

    memiliki kadar rata-rata 12%.

    d. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat

    menjadi C4AF memiliki kadar rata-rata 8%.

    e. Gypsum (CaSO4.2H2O) yang disingkat menjadi CSH2 memiliki

    kadar rata-rata 3,5%.

    Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling

    mengikat/mengunci ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S

    adalah 70% - 80% dari berat semen dan merupakan bagian yang paling

    dominan memberikan simat semen (Tjokrodimuljo, 2004). Semen dan air

    saling bereaksi, persenyawaaan ini dinamakan proses hidrasi, dan

    hasilnya dinamakan hidrasi semen.

    2.1.1.2 Portland Composite Cement

    Semen adalah perekat hidrolis bahan bangunan, artinya akan jadi

    perekat bila bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya

    ada 3 macam yaitu kliker/terak (70% hingga 95% merupakan hasil olahan

    pembakaran batu kapur, pasir silica, pasir besi dan lempung), gypsum

    (sekitar 5% sebagai zat pelambat pengerasan) dan material ketiga seperti

    batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan lain-lain. Bila kandungan material

    ketiga lebih tinggi hingga sekitar 25% maksimum, maka semen tersebut

    akan berganti tipe menjadi PCC (Portland Composite Cemen) (SNI 15-

    7064-2004).

  • 5/19/2018 BAB II

    6/19

    12

    2.1.1.3 Agregat

    Kandungan dalam agregat dalam campuran beton biasanya cukup

    tinggi. Komposisi agregat dalam campuran beton sekitar 60-70% dari

    berat campuran beton. Agregat termasuk bahan yang penting dalam

    campuran beton karena komposisinya yang cukup dominan dalam

    campuran beton.

    Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari

    4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (standar ASTM) dan agregat

    halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (Mulyono, 2003).

    Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua

    yang berdiameter antara 4.80-40 mm disebut kerikil beton dan yang lebih

    dari 40 mm disebut kerikil kasar.

    Tabel 2.3 Syarat Mutu Agregat Halus Menurut SNI 03-1750-1990

    Ukuran Lubang Ayakan Persentase Lolos Kumulatif

    9,5 100

    4,75 95 - 100

    2,36 80 - 100

    1,18 50 - 85

    0,6 25 - 60

    0,3 10 - 30

    0,15 2 - 10

    Sumber : SNI 03-1750-1990 Agregat Beton, Mutu dan Cara Uji

    Menurut SNI 03-1750-1990, gradasi agregat kasar (kerikil/batu pecah)

    yang baik, sebaiknya masuk dalam batas yang tercantum dalam Tabel 2.4.

  • 5/19/2018 BAB II

    7/19

    13

    Tabel 2.4 Syarat Agregat Kasar Menurut SNI 03-1750-1990

    Lubang Persen Butir Lewat Ayakan, Besar Butir Maksimal

    Ayakan(mm) 40 mm 20 mm 12,5 mm

    38,10 95 -100 100 -

    19,00 35 - 70 95 - 100 100

    9,52 10 - 40 30 - 60 50 - 85

    4,76 0 - 5 0 -10 0 -10

    Sumber : SNI 03-1750-1990 Agregat Beton, Mutu dan Cara Uji

    Agregat normal harus memenuhi syarat SNI 03-1750-1990 yang

    dikutip Mulyono (2003)

    a.

    Syarat Agregat Halus :

    1) Modulus halus 2.3 smpai 3.1

    2) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron

    (0,074 mm atau No.200) dalam persen berat maksimum.

    - Untuk beton yang mengalami abrasi seberat 3,0%

    - Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%

    3) Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan

    maksimum 3%.

    4)

    Kandungan arang dan lignit

    -

    Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan

    diekspos), maksimum 0,5%.

    - Beton jeis lainnya, maksimum 1,0%.

    5) Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur

    agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%,

  • 5/19/2018 BAB II

    8/19

    14

    tidak menghasilkan warna standar. Jika warnanya lebih tua

    maka ditolak kecuali :

    -

    Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit

    atau yang sejenis.

    -

    Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang

    dibuat dengan pasir standar silika hasilnya menunjukkan nilai

    lebih besar dari 90%. Uji kuat tekan sesuai dengan cara SNI.

    6) Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk

    beton yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang

    berhubungan dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap

    alakali semen, dimana penggunaan semen yang mengandung

    natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.

    7)

    Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang

    hancur maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat

    maksimum 15%.

    b. Syarat Agregat Kasar :

    1) Modulus halus butir 6.0 sampai 7.1.

    2) Kadar lumpur maksimum 1%.

    3)

    Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang

    tembaga maksimum 5%.

    4) Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang

    hancur maksimum 12%, dan jika dipakai magnesium sulfat

    bagian yang hancur 18%.

  • 5/19/2018 BAB II

    9/19

    15

    5) Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari

    20%.

    6)

    Syarat mutu kekuatan agregat halus sesuai SII.0052-80.

    7) Memiliki gradasi yang baik.

    2.1.1.4 Air

    Tjokrodimuljo (2004: IV-1), menyebutkan bahwa air merupakan

    bahan dasar untuk pembuatan beton atau mortar yang penting, namun

    harganya paling murah. Air yang memenuhi persyaratan sebagai air

    minimum, memenuhi syarat pula sebagai bahan campuran.

    Mulyono (2003) mengatakan air yang dapat diminum pada

    umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang

    mengandung senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam,

    minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran

    beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-

    sifat beton yang dihasilkan.

    Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada

    umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan

    dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (SNI 03-

    2847-2002). SNI 03-2847-2002 menetapkan syarat-syarat mutu air,

    yaitu :

    a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas

    dari baan-bahan yang merusak beton, seperti mengandung oli,

    asam, alkali, garam, dan bahan organik.

  • 5/19/2018 BAB II

    10/19

    16

    b. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton

    kecuali setelah melalui pengujian kualitas air.

    c.

    Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada

    campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

    Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa air yang dapat

    digunakan sebagai campuran beton adalah air hujan, air tanah, air

    permukaan, air laut maupun air limbah asalkan memenuhi syarat mutu

    yang telah ditetapkan.

    2.1.2 Abu Kulit Kerang

    2.1.2.1 Kulit Kerang

    Kerang merupakan salah satu komoditi perikanan yang telah lama

    dibudidayakan sebagai salah satu usaha sampingan masyarakat pesisir.

    Teknik budidayanya mudah dikerjakan, tidak memerlukan modal besar

    dan dapat dipanen setelah berumur 6 7 bulan. Hasil panen kerang per

    hektar per tahun dapat mencapai 200 300 ton kerang utuh atau sekitar

    60 100 ton daging kerang (Siregar, 2009). Ada dua jenis kerang yang

    sangat dikenal yaitu kerang dagu dan kerang bulu. Perbedaan nyata dari

    kedua jenis ini adalah dari lapisan kulitnya. Pada jenis kerang bulu

    lapisan terluar kulitnya masih terdapat rambut, bentuk kulitnya licin.

    Sedangkan pada kerang dagu kulitnya berjalur-jalur.

  • 5/19/2018 BAB II

    11/19

    17

    Gambar 2.1 Kulit Kerang

    Kulit kerang berbentuk seperti hati, bersimetri dan mempunyai

    tetulang di luar. Kekerasan kulit kerang tidak bergantung dari usia kerang

    tersebut, artinya kerang yang masih muda maupun yang sudah tua

    mempunyai kekerasan yang sama.

    2.1.2.2 Proses Menjadi Abu Kulit Kerang

    Abu kulit kerang merupakan abu yang berasal dari pengolahan

    limbah kulit kerang yang di bersihkan lalu dijemur dibawah terik

    matahari kemudian dihaluskan dengan cara di tumbuk menjadi serpihan

    kecil, setelah kerang menjadi serpihan kecil kemudian dihaluskan dengan

    menggunakan blender sampai menjadi abu.

    Kandungan senyawa kimia pada abu kulit kerang bersifat

    Pozzolan, yaitu mengandung zat kapur (CaO), alumina dan senyawa

    silika sehingga dapat digunakan sebagai pengganti sebagian semen.

    Penambahan abu kulit kerang yang homogen akan menjadikan campuran

    beton yang lebih reaktif (Ade Sri Rezki, 2009). Dampak tahap awal yang

    diharapkan dari penggunaan abu kulit kerang ini adalah didapatnya nilai

  • 5/19/2018 BAB II

    12/19

    18

    perilaku mekanik beton yang setara ataupun mendekati dengan beton

    normal.

    Pozzolan adalah material yang bila dikombinasikan dengan

    kalsium hidroksida, untuk bahan tambahan semen. Pozzolan biasanya

    digunakan sebagai penambah (ekstender semen) untuk campuran semen

    portland beton untuk meningkatkan kekuatan jangka panjang dan sifat

    material lain dari beton semen portland, dan dalam beberapa hal

    mengurangi biaya bahan beton.. Abu kulit kerang mempunyai komposisi

    kimia sebagai berikut :

    Tabel 2.5 Komposisi kimia kulit kerang

    Komponen Kadar (% berat)

    CaO 66,70

    SiO2 7,88

    Al2O3 1,25

    Fe2O3 0,03

    MgO 22,28

    Sumber : Shinta Marito Siregar, 2009

    2.1.3 Pembuatan Adukan Beton

    Proses pembuatan beton sebagai bahan konstruksi umumnya

    melewati tahapan kerja yang teratur dan terkontrol. Pemilihan bahan

    baku merupakan langkah awal yang perlu diperhatikan, karena akan

    mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan. Karakteristik beton harus

    memenuhi persyaratan teknis yang spesifik terutama untuk aplikasi

    tertentu. Perhitungan dan penakaran bahan baku harus dilakukan seakurat

  • 5/19/2018 BAB II

    13/19

    19

    mungkin, sesuai dengan perhitungan rancangan kekuatan yang

    diinginkan. Alat ukur timbangan sebaiknya dikalibrasi secara periodik,

    gunanya untuk menjamin bahwa bahan baku yang ditimbang jumlahnya

    tepat sesuai dengan hasil perhitungan.

    Langkah selanjutnya adalah proses pencampuran bahan baku.

    Dilakukan secara berurutan, sehingga diperoleh spesifikasi beton plastis

    dan bersifat homogen. Selanjutnya, bahan diangkut dari tempat adukan

    untuk dituangkan kedalam cetakan. Selama proses penuangan, diikuti

    dengan proses pemadatan yang baik supaya terhindar dari kropos sedikit

    rongga. Tahapan terakhir adalah curing atau perawatan yang

    dimaksudkan untuk menjaga suhu dan kelembapan beton pada periode

    tertentu tetap stabil. Dengan adanya perawatan, reaksi hidrasi antara

    semen dan air dapat berjalan sempurna dan menghasilkan beton sesuai

    dengan kebutuhan (Syarif Hidayat,2009).

    Tabel 2.6 Komposisi Rencana Adukan Beton

    Nama Bahan

    Massa / Volume

    (kgm-3

    )

    Perbandingan

    Semen 367,1 1

    Pasir 720,5 2

    Krikil 1127,0 3

    Air 185,0 0,5

    Sumber : Tri Mulyono, 2005

  • 5/19/2018 BAB II

    14/19

    20

    2.1.3.1 Slump

    Slump merupakan besarnya nilai keutuhan beton secara vertikal

    yang diakibatkan karena beton memiliki batas tegangan yang cukup

    untuk menahan berat sendiri karena ikatan antar partikelnya masih lemah

    sehingga tidak mampu untuk mempertahankan ikatan semulanya. Nilai

    dapat menggambarkan tingkat kecelakaan dari beton tersebut. Beton

    segar seiring dengan pertambahan waktu akan mengalami kehilangan

    slump dan akan berakhir pada nilai slump nol secara otomatis juga

    kehilangan kecelakaannya (loss workability). Nilai slump ini dapat hilang

    karena pertambahan waktu pada selang waktu tertentu. Hilangnya slump

    disebabkan karena terjadinya proses pengikatan pada beton yang semakin

    kuat.

    2.1.4 Kinerja Beton

    Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam

    pembuatan struktur bangunan yang ada di dunia. Selain karena

    memudahkan dalam mendapatkan material penyusunnya, hal itu juga

    disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja yang cukup besar sehingga

    dapat mengurangi masalah penyediaan lapangan kerja. Sifat-sifat dan

    karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi tingkat

    kekuatan dan kinerja beton tetapi harus disesuaikan dengan kelas dan

    mutu beton tersebut. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan kategori

    struktur atau bangunan yang hendak kita buat. Sehingga beton dengan

    kinerja dan mutu yang baik sudah menjadi pilihan dewasa sekarang ini.

  • 5/19/2018 BAB II

    15/19

    21

    Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah (STP169C,

    Concrete and concrete-making materials) :

    1.

    Memenuhi kriteria konstruksi yaitu dapat dengan mudah dikerjakan

    dan dibentuk serta mempunyai nilai ekonomis.

    2.

    Kekuatan tekan, dan

    3.

    Durabilitas atau keawetan yang dimiliki memiliki kriteria yang dapat

    menjadi nilai lebih dari beton tersebut. (Tri Mulyono, 2003:6)

    2.1.5 Pengujian Pada Beton

    2.1.5.1 Kuat Tekan Beton

    Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.

    Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin

    tinggi pula mutu yang dihasilkan. Kekuatan tekan beton dinotasikan

    sebagai berikut (PB, 1989 : 16).

    fc = kekuatan tekan beton yang diisyaratkan (Mpa)

    fc = kekuatan tarik dari hasil uji belah silinder beton (Mpa)

    fcr = kekuatan tekan beton rata-ratayang dibutuhkan, sebagai

    dasar pemilihan perancangan campuran beton (Mpa)

    Sd = Deviasi Standar (s) (Mpa)

    Kuat tekan harus memenuhi 0,85 fc untuk kuat tekan rata-rata dua

    silinder dan memenuhi fc + 0,82 s untuk rata-rata empat buah benda uji

    yang berpasangan.

    Menurut SNI-2847-2002 kekuatan material beton dinyatakan oleh

    kuat tekan benda uji berbentuk silinder dengan simbol fc dengan satuan

    Mpa. Perubahan ini disebabkan pada saat ini (SNI 2847) peraturan beton

    mengacu kepada peraturan ACI 318.

  • 5/19/2018 BAB II

    16/19

    22

    Menurut SNI 1947:2011, untuk menghitung kuat tekan benda uji

    dengan membagi beban maksimum yang diterima oleh benda uji selama

    pengujian dengan luas penampang melintang rata yang ditentukan, yaitu :

    Kuat tekan beton =

    Keterangan :

    Kuat tekan beton dengan benda uji silinder (Mpa atau N/mm2)

    P = gaya tekan aksial, dinyatakan dalam Newton (N).

    A = luas penampang melintang benda uji , dinyatakan dalam mm2.

    Standar Deviasi dihitung berdasarkan rumus :

    Keterangan : S : Standar deviasi

    Xi : kekuatan tekan masing-masing benda uji (kg/cm2)

    Xrt : kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)

    N : jumlah total benda uji hasil pemeriksaan

    2.2

    Penelitian Yang Relevan

    Beberapa penelitian yang relevan dijadikan referensi pada

    penelitian ini diantaranya :

    1)

    Penelitian yang dilakukan oleh Ade Sri Rezki (2009) dengan judul

    Pengaruh Abu Kulit Kerang Terhadap Sifat Mekanik Beton.

    Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variasi

    campuran abu kulit kerang sebagai pengganti sebagian semen

    terhadap kuat tekan beton sebesar 10%, 15%, 20%. Dari persentase

    komposisi bahan pengganti sebagian tersebut didapatkan rata-rata

    kuat tekan beton berturut-turut 23,53 MPa, 19,86 MPa, 18,22 MPa

    mengalami penurunan pada setiap penambahan campuran abu kulit

    kerang dari beton normal 20,23 MPa pada setiap variasinya.

  • 5/19/2018 BAB II

    17/19

    23

    2) Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Marito Siregar (2009)

    dengan judul Pemanfaatan Kulit Kerang dan Resin Epoksi

    Terhadap Karakteristik Beton. Beton alternatif tanpa semen

    dengan bahan baku kulit kerang, pasir silika, dan resin epoksi,

    beton dikeringkan selama 8 jam pada suhu 60o. Hasil pengujian

    kualitas beton optimum pada 80% kulit kerang dan 20% (volume)

    resin epoksi. Kuat tekan 56,9 Mpa, kuat patah 34 Mpa, dan kuat

    tarik 46 Mpa.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Dewasa ini industri konstruksi di Indonesia mengalami

    pertumbuhan dan peningkatan yang sangat pesat. Dimana hampir 70%

    bahan material yang banyak dipergunakan untuk industri adalah beton

    yang dipadukan dengan baja atau jenis lainnya. Dilakukan berbagai

    upaya untuk menghasilkan beton yang memiliki kinerja lebih maksimum

    dengan biaya yang lebih rendah antara lain dengan mencampur beton

    dengan bahan tambah (additive) atau dengan mengganti bahan utama

    (subtitutive).

    Penggunaan bahan tambah ataupun bahan pengganti bukanlah hal

    yang baru dilakukan dalam konstruksi saat ini. Semen merupakan bahan

    penyusun utama pada beton. Dimana semen adalah bahan pengikat antara

    bahan penyusun lain untuk menjadikannya beton mutu tinggi. Material

    ini dinilai sangat vital penggunaannya dalam pembuatan beton, tetapi

    dengan berkembangnya konstruksi pada sekarang ini semen dipastikan

    akan mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi dan untuk

  • 5/19/2018 BAB II

    18/19

    24

    mengurangi pencemaran udara yang dihasilkan dalam pembuatan semen.

    Untuk mengatasi permasalahan semen tersebut maka penggunaan bahan

    pengganti semen dalam pembuatan beton perlu diteliti tetapi tetap pada

    standar kekuatan beton yang telah dibuat.

    Salah satu alternatif peningkatan mutu dan kualitas adalah dengan

    menambahkan abu kulit kerang. Abu kulit kerang selama ini belum

    dimanfaatkan secara optimal khususnya pada pembuatan beton. Lebih

    sering kita jumpai limbah kulit kerang hanya dimanfaatkan sebagai

    hiasan dan abu kulit kerang sebagai makanan ternak.

    Abu kulit kerang pada penelitian kali ini dipergunakan sebagai

    bahan pengganti sebagian semen dengan persentasi yang telah

    direncanakan. Sifat abu kulit kerang dengan semen banyak memiliki

    kemiripan yaitu mengandung zat kapur (CaO), alumina, dan senyawa

    silika, sehingga senyawa yang sama akan saling mengikat sebagai bahan

    penyusun beton, kemudian abu kulit kerang dengan semen sama-sama

    lolos saringan no. 100 sehingga dalam mengisi rongga yang ada pada

    beton akan mempunyai kepadatan yang sama.

    Sesuai dengan hal-hal yang telah dikemukakan di atas maka

    perlunya diteliti lebih lanjut mengenai fungsi abu kulit kerang sebagai

    pengganti sebagian semen pada pembuatan beton. Diharapkan penelitian

    ini dapat diketahui sejauh mana pengaruh pemanfaatan abu kulit kerang

    sebagai pengganti sebagian semen terhadap pembuatan beton sesuai

    ketentuan yang direncanakan.

  • 5/19/2018 BAB II

    19/19

    25

    2.4 Hipotesis penelitian

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

    Diduga limbah abu kulit kerang dapat digunakan sebagai pengganti

    sebagian semen pada pembuatan beton dan dapat menaikan kuat

    tekan beton.