BAB I Tonisitas

Embed Size (px)

Citation preview

TONISITASBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDalam profesi kita sebagai farmasis tentu saja kita akan selalu dihadapkan dengan obat-obatan dan cara pemakaiannya serta bagaimana mengatur obat-obatan yang harus digunakan oleh pasien serta harus mampu mempersiapkan obat yang sesuai dengan yang di anjurkan, persiapan tentang cara pemberian obat dan observasi secara tepat terhadap cara obat-obatan tersebut bekerja. Dengan kata lain, seorang farmasis dapat berkolaborasi dengan dokter yang memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ini.Sediaan farmasetik berair yang ditujukan untuk penggunaan pada aliran darah,mata hidung atau usus umumnya dibuat agar memiliki tone atau tonisitas yang diinginkan berkaitan dengan cairan biologis yang dituju.Menurut hukum fisika, jika dua larutan ditempatkan pada setiap sisi membran semipermeabel, pelarut akan melewati membrane dari larutan yang lebih encer menuju larutan yang lebih pekat untuk menyeimbangkan konsentrasi. Proses ini dikenal sebagai osmosis, dan tekanan yang bertanggung jawab untuk gerakan pelarut itu disebut tekanan osmosis.Tekanan osmosis efektif suatu larutan beragam, tergantung pada zat terlarut yang ada. Jika zat terlarut adalah suatu nonelektrolit, larutannya hanya mengandung molekul yang tak terionisasi dan tekanan osmosis hanya ditentukan oleh konsentrasi zat terlarut. Jika zat terlarut adalah suatu elektrolit larutannya akan mengandung ion dan tekanan osmosis ditentukan tidak hanya oleh konsentrasi zat terlarut tetapi juga oleh tingkat disosiasinya. Zat terlarut yang terdisosiasi memiliki jumlah partikel yang relatif lebih besar dalam larutan dan menghasilkan tekanan osmosis lebih besar daripada molekul-molekul terdisosiasi.B. Maksud PercobaanAdapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami peristiwa osmosis pada kentang serta menghitung jumlah bahan pengisotonis yang ditambahkan untuk membuat larutan isotonis.C. Tujuan PercobaanAdapun tujuan percobaan ini adalah mengamati peristiwa osmosis dan menghitung jumlah bahan pengisotonis yang ditambahkan untuk membuat larutan isotonis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan PustakaSifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut, dan bukan pada jenisnya (Estien, 2006).Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira-kira larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi sifat-sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik yang disebut sifat koligatif larutan. Kegunaan praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam, juga penelitian sifat-sifat koligatif memainkan peranan penting dalam metode penetapan bobot molekul dan pengembangan teori larutan (Petrucci, 1985).1. Penurunan tekanan uapApabila suatu zat cair (sebenarnya juga untuk zat padat) di masukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat itu akan menguap sampai ruangan itu jenuh. Pada keadaan jenuh itu terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair dengan uap jenuhnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh itu disebut tekanan uap jenuh. Besarnya tekanan uap jenuh bergantung pada jenis zat dan suhu zat yang memiliki zat tarik menarik antara partikel relatif kecil, contohnya garam, gula, glukol, gliserol, sebaliknya zat yang memiiki gaya tarik menarik antara partikel relatif besar, zat seperti itu dikatakan mudah menguap, contohnya etanol dan eter. Tekanan uap jenuh suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan (Sumardjo, 2009).Apabila dalam suatu pelarut, larutan zat yang tidak mudah menguap, ternyata tekanan uap jenuh larutan menjadi lebih rendah dari pada tekanan uap jenuh pelarut murni (Sumardjo, 2009).Jika tekanan uap jenuh pelarut murni dinyatakan dengan Po dan tekanan uap jenuh larutan dengan P, DP = Po P. Karena X1 = 1 X2 untuk kelarutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Rault dapat ditulis sebagai (Sumardjo, 2009): DP1 = P1 P1o = X1 P1o P1o = X2P1Jadi perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut tanda negatif menyirahkan penurunan tekanan uap.Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer di bandingkan diatas pelarut murninya (Sumardjo, 2009).2. Kenaikan Titik Didih.Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan). Apabila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung menuju fase gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar (Ansel, 2004).Selisih antara titik didih larutan dan titik didih pelarut murni dinyatakan sebagai kenaikan titik didih (Tb) yang dinyatakan oleh larutan tersebut.Menurut Raoult, besarnya Tb sebanding dengan konsentrasi molal dan tidak tergantung pada jenis zat terlarut (Ansel, 2004).3. Penurunan Titik BekuAdapun titik beku dari suatu cairan atau suatu larutan adalah suhu pada saat tekanan uap cairan (larutan)itu sama dengan tekanan uap pelarut padat murni. Akibat lain dan turunnya tekanan uap larutan adalah penurunan titik beku normal air dalam 0oC (Estien, 2006).Jika air murni didinginkan pada 0oC maka air tersebut akan membeku dan tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm, tetapi bila dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap seperti gula, maka pada suhu 0oC ternyata larutan belum membeku dan tekanan uap permukaannya lebih kecil dari 1 atm. Supaya larutan membeku, tekanan uap permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat dicapai bila suhu larutan di turunkan (Estien, 2006).Setelah tekanan uap mencapai 1 atm, larutan akan membeku. Besarnya titik beku larutan ini lebih rendah dari 0oC atau lebih rendah dari titik beku turunnya titik beku larutan dan titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku ( Tf ). Besarnya Tf larutan jug bergantung pada jumlah partikel terlarut (Estien, 2006).Menurut Raoult untuk larutan yang sangat encer berlaku (Estien, 2006) :Tf = Kf .m AtauTf = Kf x xKet :M = Berat molekul zat terlarut (gr/mol)P = Massa zat pelarut (gr)Kf = Tetapan penurunan titik beku molal.Seperti pada Kb, harga Kf juga bergantung pada jenis pelarut 4. Tekanan Osmosis LarutanProses berpindahnya air (molekul) dari bagian yang lebih encer ke bagian yag lebih pekat melalui membran semipermeabel disebut osmosis (Estien, 2006).Sifat koligatif larutan dibedakan antara dua bagian, yaitu sifat koligatif nonelektrolit dan elektrolit. Bila konsetrasi zat terlarut sama, sifat koligatif larutan elektrolit mempunyai harga lebih besar dari pada sifat koligatif nonelektrolit.Perbandingan antara harga sifat koligatif larutan yang diharapkan suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi (Martin, 1990).Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh membrane semipermiabel. Suatu larutan dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bila memiliki tekanan osmosa yang sama. Bila cairan yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain,maka cairan yang lebih tinggi dikatakan hipertonisterhadap yang lebih rendah, sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya. Tekanan osmosa cairan tubuh, darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosa larutan Natrium Klorida 0,9%, penyuntikan atau pemasukan larutan yang tidak isotonis kedalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan(Martin, 1990).Tonisitas suatu cairan terhadap cairan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan beberapa cara yaitu : (Martin, 1990).1. Penurunan Titik BekuPenurunan titik beku suatu larutan bergantung pada jumlah bagian-bagian yang terlarut dalam larutan.Untuk larutan encer penurunan titik beku kira-kira sebanding dengan tekanan osmosa. Jadi penurunan titik beku larutan dapat digunakan untuk mengukur kepekatan larutan,karena makin pekat larutan maka makin tinggi pula penurunan titik bekunya. Penurunan titik beku yang dipakai untuk perhitungan isotonis, berdasarkan anggapan bahwa larutan isotonis mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh. Sedangkan penurunan titik beku darah adalah 0,520C.W = Keterangan :W = Berat zat yang ditambahkan dalam gram,setiap 100 ml untuk mendapatkan larutan isotonis.a = Penurunan titik beku air, yang disebabkan oleh zat terlarut dan didapat sebagai hasilperkalian penurunan titik beku yang disebabkan 1% zat dan kadarnya dalam larutan,dinyatakan dalam berat per volum.b = Penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% berat/volume zat yang ditambahkan untuk mencapai isotonis.2. Faktor DisosiasiAda tiga faktor yang dipertimbangkan dalam perhitungan dengan cara ini ,yaitu : Persen zat dalam larutan ,dinyatakan dalam berat/volume Berat molekul zat-zat terlarut Derajat disosiasi zat yang mendekati keadaan sebenarnyaRumus yang digunakan biasanya adalah rumus Cateline

Gramsolute M '= F - % w/v x K 100 mL M K Keterangan :F = Faktor isotonis larutan NaCl yaitu 0,031%w/v = Konsentrasi zat terlarut dalam gram/100 mLM= Berat molekul dari zat terlarutK = Faktor disosiasi dari zat terlarutM= Berat molekul dari NaClK = Faktor disosiasi dari NaCl3. Ekivalen NaClEkivalen dari NaCl ( E ) adalah gram NaCl yang memberikan tekanan osmosa yang sama dengan 1 gram dari sesuatu zat terlarut tertentu. Contohnya bila harga E untuk amfetaminasulfat 0,20 artinya 1 gram amfetamina sulfat dalam larutan memberikan tekanan osmosa yang sama dengan 0,20 gram NaCl. Tetapan E ini diturunkan oleh Wells dari angka penurunan titk beku molal. Hal ini berdasarkan bahwa penurunan titik beku molal sebanding dengan perbandingan penurunan titik beku zat terlarut dengan kadar molal.L = Keterangan :L = Penurunan titik beku molalt = Penurunan titik beku yang disebabkan zat terlarut ( 0C )C = Kadar molal zat terlarutUntuk menghitung harga E dipakai rumus berikut :E = atau E = 17 Keterangan :E = Ekivalen NaCl dari suatu zat dengan berat molekul = M = Penurunan titik beku molalBM NaCl = 58,45L NaCl = 3,41Tonisitas merupakan faktor penting dalam perumusan produk yang ditujukan untuk aplikasi selaput lendir sensitif organ seperti mata, telinga, dan hidung. Pada partikel ini, dilakukan usaha pertamauntuk memperkenalkan tonisitas sehubungan dengan fisiologissignifikansi, diikuti dengan diskusi tentang fisika dasar tonisitas dan sifat koligatif (James, 2007).Bentuk sediaan adalah sistem pengiriman obat yang dirancang untuk memberikan obat ke sirkulasi sistemik atau ke lokal daerah tubuh manusia.Bentuk-bentuk sediaan harus idealnya bebas dari efek samping yang tidak diinginkan dari obat dan dari komponen formulasi.Risiko yang wajar terkait dengan substansi obat kadang-kadang ditoleransi dengan tujuan mewujudkan keuntungan terapeutik yang signifikan, seperti dalam kasus kanker agen kemoterapi.Namun, setiap efek samping yang tidak diinginkan, bahkan sekecil iritasi, sehingga dari eksipien atau bentuk sediaan jadi tidak dapat diterima dan tidak boleh ditoleransi.Hal ini dikhawatirkan adalah sangat penting untuk formulasi parenteral yang melanggar hambatan defensif normal tubuh manusia untuk memberikan obat.Oleh karena itu, formulasi apapun yang datang dalam kontak dengan mukosa yang sensitif membran organ seperti mata tidak harus menghasilkan iritasi jaringan dan nyeri disebabkan formulasi sendiri. Salah satu cara fisikokimia oleh formulasi yang dapat menyebabkan sakit dan jaringan iritasi disebabkan oleh konsentrasi non-fisiologis zat terlarut yang dilarutkan akan menyentuh jaringan yang sensitif (James, 2007).Ada dua teori yang menjelaskan peristiwa osmosis yaitu (Estien, 2006).1. Teori Tekanan Uap Menurut teori ini larutan encer memiliki tekanan uap lebih besar daripada larutan yang lebih pekat. Bila kedua macam larutan ini dipisahkan dengan selaput semipermiabel akan terjadi perpindahan secara bertahap molekul-molekul pelarut dari larutan yang akan memiliki tekanan uap besar (encer) kelarutan yang tekanan uapnya rendah (pekat). Perpindahan ini akan berhenti setelah tercapai kesetimbangan, yaitu bila tekanan uap kedua larutan telah sama.2. Teori Kinetika MolekulTeori ini menjelaskan bahwa setiap molekul suatu larutan maupun gas,diatas suhu absolut 00C selalu dalam keadaan bergerak. Energi gas molekul kimia tersebut dinyatakan sebagai potensial kimia. Didalam system larutan , molekul air bergerak oleh adanya potensial kimia air (potensial air) dan semua zat terlarut bergerak oleh adanya potensial kimia zat terlarut. Pada larutan yang sangat encer, energi gerak atau potensial lairnya dianggap paling besar sedangkan larutan yang pekat potensial airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat molekul air banyak berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit yang dapat bergerak.Dengan demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari daerah yang memiliki potensial air lebih tingggi kedaerah yang potensial airnya rendah melalui selaput semipermiabel. Difusi ini akan berhenti setelah tercapai keadaan setimbang dimana potensial air kedua larutan telah sama.Bukan hanya melalui teori peristiwa osmosis dapat terjadi, tetapi juga osmosis dapat terjadi atau berlangsung dalam aspek biologi seperti(Estien,2006) :1. Osmosis pada sel tumbuhan Sel-sel tumbuhan selain dibangun oleh dinding sel yang bersifat permeabel juga dibangun oleh membrane sel dari lemak dan protein. Membran sel ini tidak sekedar bersifat semipermiabel tetapi selektif permeabel yaitu, molekul zat tertentu saja yang dapat menembus sedangkan molekul zat tidak dapat menembus walaupun berukuran lebih kecil.Pada tumbuhan,osmosis terjadi melalui bulu-bulu akar dan sel-sel akar. Sel-sel bulu akar mempunyai konsentrasi lebih tinggi dibandingkan larutan yang berada diluar sel(dalam tanah),sehingga air akan masuk ke sel akar untuk kemudian di edarkan keseluruh bagian jaringan tanaman sampai sel daun. Osmosis berlangsung dari sel ke sel berikutnya dengan arah dan besar tekanan yang berada sesuai dengan konsentrasinya. Larutan berkonsentrasi tinggi (hipertonik), memiliki tekanan osmotik lebih tinggi.Begitupula larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) memiliki tekanan osmotic rendah. Jika dua larutan memiliki tekanan osmotic sama (konsentrasi sama),maka antara larutan tidak akan terjadi osmosis,kedua larutan ini dinamakan isotonik.Apabila sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka air akan keluar dari isi sel sehingga plasma akan menyusut. Jika hal ini berlanggsung terus-menerus plasma akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini dinamakan plasmolisis. Bila sel yang telah mengalami plasmolisa dimasukkan kedalam larutan hipotonik, maka air akan masuk kembali kedalam sel sehingga menjadi mengembang.Pengaruh osmosis dalam sel tumbuhan berbeda dari tumbuhan yang satu dengan tumbuhan lainnya.Kecepatan osmosis dipengaruhi oleh beberapa factor seperti perbedaan konsentrasi, suhu, tekanan, dan permeabilitas membrane.2. Osmosis Pada DarahDarah terdiri dari dua komponen pokok,yaitu plasma darah dan sel-sel darah.Plasma darah termasuk dalam kesatuan ekstraselluer yang mengandung berbagai zat anorganik dan organic seperti garam, gula, dan protein. Dalam plasma juga terdapat sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih yang diselubungi membrane semipermeabel.Salah satu fraksi protein paling besar dalam plasma adalah albumin serum.Zat ini berperan dalam menjaga tekanan osmotikdarah. Dari hasil percobaan di peroleh bahwa plasma mempunyai tekanan osmotic 7,65 ATM pada suhu 370C. Plasma biasanya isotonic atau sedikit hipotonik dengan sel darah sehingga osmosis dapat terjadi.Tekanan osmotik darah sangat dipengaruh oleh kerja ginjal, yang mengerluarkan urine,banyak atau sedikit,tergantung susunan darah.Selain itu juga dipengaruhi hati,yang mengatur gula dalam darah. Bila tekanan osmosis plasma berubah-ubah,berarti fungsi ginjal dan hati tidak normal.Adapun perhitungan tonisitas dapat ditentukan berdasarkan penurunan titik beku suatu zat karena untuk menentukan atau mengukur tonisitas larutan didasarkan pada metode untuk menentukan sifat koligatif larutan.Goyan dan Reck mengadakan perubahan perubahan pada teknik Hill-Baldes untuk mengukur tonisitas. Metode ini didasarkan atas pengukuran yang baik dari perbedaan tekanan uap sampel terisolasi yang ditempatkan dalam suatu ruang dengan kelembaban yang tetap. Karena penurunan titik beku larutan elektrolit atau lebih besar dari yang dihitung dengan persamaan Tf = Kfc maka dipakai factor baru. L = iKf . Nilai L diperoleh daripenurunan titik beku larutan senyawa-senyawa dalam bentuk ionnya dan pada konsentrasi C yang isotonis dengan tubuh (Martin,1990).B. Uraian Bahan1. Air Suling ( Ditjen POM,1979)Nama resmi: AQUA DESTILLATANama lain: Air Suling Rumus Molekul: H2OBerat Molekul : 18,02Rumus struktur: H O HPemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasaPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan: Sebagai pelarut2. NaCl ( Ditjen POM,1979 )Nama resmi: NATRII CHLORIDUMNama lain: Natrium KloridaRumus Molekul: NaClBerat Molekul: 58,44Rumus Struktur: Na - ClPemerian : Hablur putih, berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berbau, rasa asin, mantap diudara.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam airPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan: Sebagai larutan yang bersifat isotonis3. Dextrosa (Ditjen POM, 1995)Nama resmi: DEXTROSUMNama lain: Dextrosa,GlukosaRumus Molekul: C6H12O6Berat Molekul: 198,17Rumus struktur:

Pemerian: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis,Kelarutan: Mudah larut dalam air, sanagt mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih,sukar larut dalam etanol.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik Kegunaan: Sebagai larutan yang bersifat hipertonis dan hipotonisC. Uraian SampelKentang (ITIS.GOV)Regnum : PlantaeDivisi: TracheophytaKelas: MagnoliopsidaSubordo: AsteranaeOrdo: Solanales Famili: Solanaceae Genus: Solanum Spesies: Solanum tuberosum

D. Prosedur kerja ( Mirawati, 2014)Menghitung Jumlah bahan pengisotonis yang digunakan1. Hitunglah banyaknya dextrose yang digunakan agar isotonis dengan cairan tubuh,jika akan dibuat larutan dextrose sebanyak 100ml ?(gunakan ketiga metode perhitungan).1. Tentukan tonisitas dari 100 ml larutan glukosa 30%!1. Buat larutan dibawah ini :1. Larutan NaCl fisiologis 1. Larutan dextrose isotonis1. Larutan glukosa 30%Pengamatan terhadap larutan isotonis, hipertonis, dan hipotonis.1. Bersihkan kentang dari kulitnya. Potong kentang dengan ukuran2 cm sebanyak 3 potong. Usahakan besarnya sama.1. Masukkan kentang kedalam larutan NaCl fisiologis,larutan glukosa 30% dan aquadest.Biarkan selama 60 menit.1. Keluarkan dari larutan kemudian letakkan diatas tissue, kemudian timbang lalu amati.

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat yang digunakanAdapun alat yang digunakan adalah gelas kimia 250 mL, gelas ukur 50 mL, neraca digital, pinset ,pisau, dan talenan.B. Bahan yang digunakanAdapun bahan yang digunakan adalah aquadest,larutan Dextrosa 15 %, larutan Dextrosa 3 %, larutan NaCl 0,9 %, dan kentang.C. Cara KerjaUntuk pengamatan larutan yang isotonis, hipertonis, dan hipotonis. Pertama-tama dibersihkan kentang dari kulitnya. Dipotong kentang dengan ukuran 2 x 1 cm sebanyak 3 potong, diusahakan beratnya sama. Lalu dimasukkan masing-masing kentang yang telah dipotong ke dalam larutan NaCl fisiologis (0,9 %), larutan dextrosa 15 %, dan larutan dextrosa 3 %. Didiamkan selama 30 menit. Setelah di diamkan , dikeluarkan kentang tersebut dari larutan tersebut kemudian letakkan diatas tissue, kemudian timbang, lalu amati.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan1. Menghitung Bahan PengisotonisLarutanBanyaknya zat ( gram )

NaCl 0,9 % ( 500 mL )4,5 gram

Dextrosa 15 % ( 250 mL )37,5 gram

Dextrosa 3 % ( 250 mL )7,5 gram

2. Pengamatan Kentang terhadap LarutanKlpBerat Kentang ( gram )

SebelumSesudah

IsotonisHipotonisHipertonisIsotonisHipotonisHipertonis

123453,9111,154,882,113,863,9111,144,862,133,863,9111,114,882,193,863,9411,134,872,063,824,1212,225,032,183,903,4510,164,351,833,42

KlpPenampakan Morfologi

IsotonisHipotonisHipertonis

12345TetapTetapTetapTetapTetapMengembangMengembang

Mengembang

Mengembang

MengembangMengerutMengerutMengerutMengerutMengerut

B. PerhitunganPembuatan Bahan Pengisotonis 0,9 gNaCl 0,9 % = x 500 mL = 4,5 g 100 mL 15 g Dextrosa 15 % = x 250 mL = 37,5 g 100 mL 3 gDextrosa 3 % = x 250 mL = 7,5 g 100 mLC. PembahasanTonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Dimana membran semipermeabel adalah selaput berpori yang hanya bias melewati zat terlarut. Suatu larutan dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bila memiliki tekanan osmosa yang sama. Bila cairan yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain, maka cairan yang lebih tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih rendah, sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya.Pada praktikum tonisitas ini bahan utama yang digunakan adalah kentang. Sebelum kentang dijadikan sampel terlebih dahulu kentang tersebut dibersihkan dan dikupas kulitnya, setelah itu dipotong dengan ukuran 1x2 dengan 3 bagian dan diusahakan agar ketiga potongan tersebut sama besar. Untuk mengetahui apakah beratnya sudah sama, maka setelah pemotongan kentang ditimbang terlebih dahulu.Untuk kentang potongan pertama dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan NaCl 0,9 %. Selanjutnya, kentang potongan yang kedua dimasukkan juga ke dalam gelas kimia yang berisi larutan dekstrosa 3 %, dan potongan kentang yang ketiga atau yang terakhir dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi dekstrosa 15 % selama 30 menit.Setelah 30 menit ketiga kentang tersebut diangkat atau dikelurkan dari cairan tersebut kemudian letakkan di atas tissue, dan ditimbang kembali dengan menggunakan timbangan analitik, lalu diamati perubahan yang terjadi pada ketiga kentang tersebut dan dicatat. Setelah semuanya selesai terjadi perubahan pada ketiga potongan kentang tersebut. Pada percobaan ini, kentang yang pertama sebelum direndam dengan larutan beratnya adalah 2,11 gram, setelah direndam dengan NaCl 0,9 % beratnya berubah menjadi 2,06 gram dan tidak mengalami perubahan bentuk, hal tersebut terjadi karena konsentrasi cairan di luar dan di dalam sel kentang sama sehingga cairan yang ada di dalam kentang tidak perlu menyeimbangkan diri dengan keadaan di luar,hal ini disebut dengan isotonis. Lalu, kentang yang kedua dari berat semula yaitu 2,13 gram menjadi 2,18 gram dengan menggunakan larutan dekstrosa 3 % dan keadaan kentang menjadi mengembang, karena di dalam sel kentang kelebihan air, hal itu terjadi karena konsentrasi cairan dalam sel kentang lebih tinggi dari konsentrasi di luar kentang sehingga untuk menyeimbangkan dirinya kentang menyerap aquades ke dalam selnya sehingga terjadilah sel kentang mengembang dan berat kentang menjadi bertambah. Peristiwa tersebut dinamakan hipotonis. Sedangkan kentang ketiga atau yang terakhir yang menggunakan dekstrosa 15 % dari berat semula 2,19 gram menjadi 1,83 gram, dan bentuk kentang menjadi mengkerut/mengecil sehingga mengurangi beratnya, kentang mengkerut karena kelebihan cairan di dalam sel,hal itu terjadi karena larutan glukosa memiliki konsentrasi tinggi sedangkan konsentrasi di dalam sel kentang rendah sehingga untuk menyeimbangkan dirinya,kentang mengeluarkan cairan dari dalam sel sehingga kentang mengkerut dan menyebabkan berat kentang menjadi berkurang. Peristiwa tersebut di namakan hipertonisAlasan digunakannya larutan NaCl 0,9 % karena diketahui NaCl merupakan larutan yang isotonis terhadap darah, dalam hal ini mempunyai konsentrasi yang sama antara diluar sel dan didalam sel. Digunakannya larutan dektrosa 15% karena diketahui bahwa larutan glukosa merupakan larutan yang hipertonis dimana jika larutan glukosa dimasukkan dalam sel maka sel tersebut akan mengerut karena tekanan osmosis didalam sel lebih rendah dan tekanan osmosis diluar sel lebih tinggi sehingga cairan dari dalam sel akan menuju luar sel. Digunakannya larutan dektrosa 3% karena diketahui bahwa dektrosa 3% adalah larutan yang hipotonis dimana jika larutan air ini dimasukkan kedalam sel maka sel akan mengembang karena tekanan osmosis di luar sel lebih tinggi dari pada didalam sel, sehingga cairan yang dari luar sel akan masuk kedalam sel dan lama-kelamaan sel akan pecah. Sehingga dengan menggunakan ketiga larutan tersebut kita dapat mengamati peristiwa isotonis, hipertonis dan hipotonis pada kentang. Digunakannya kentang pada percobaan ini karena kentang memiliki dinding sel yang bersifat permeabel Membran sel ini tidak sekedar bersifat semipermiabel tetapi selektif permeabel yaitu, molekul zat tertentu saja yang dapat menembus sedangkan molekul zat tidak dapat menembus walaupun berukuran lebih kecil.Dalam bidang farmasi, perhitungan tonisitas digunakan untuk menentukan tonisitas suatu larutan apakah larutan itu isotonis, hipertonis dan hipototonis.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanDari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa :1. Pada larutan isotonis( NaCl 0,9% ) sampel tidak mengalami perubahan bentuk.2. Pada larutan hipertonis (dekstrosa 15%) kentang mengalami perubahan bentuk menjadi lunak/mengkerut (krenasi). 3. Pada larutan hipotonis (dekstrosa 3%) kentang mengembung (hemolisis).

B. SaranSebaiknya dalam praktikum, semua praktikan harus lebih aktif dalam bekerja.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanDari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa pada larutan isotonis ( NaCl 0,9% ) sampel tidak mengalami perubahan bentuk, pada larutan hipertonis (dekstrosa 15%) kentang mengalami perubahan bentuk menjadi lunak/ mengkerut (krenasi) dan pada larutan hipotonis (dekstrosa 3%) kentang mengembung (hemolisis).B. SaranSebaiknya dalam praktikum, semua praktikan harus lebih aktif dalam bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. 2004. Kalkulasi Farmasetika.EGC: JakartaDitjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan Republik Indonesia:Jakarta

Ditjen POM.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen kesehatan Republik Indonesia:Jakarta

Interagency Taxonomic Information System. 2014. ITIS Standart Report Page:http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=505272, diakses 14 April 2014

Mirawati, 2014.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Universitas Muslim Indonesia: Makassar

Martin, Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta

Petrucci, Ralp Suminar. 1985. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta. Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Swarbrick James, 2007. Ensiklopedia Teknologi Farmasi. London : PharmaceuTech, Inc. Pinehurst, North Carolinia, USA.

Yazid, Estian.2006. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta

LAMPIRANSKEMA KERJA

Kentang dibersihkan dari kulitnya dan dipotong dengan ukuran 2 x 1 cm sebanyak 3 potong

Dimasukkan kentang potongan pertama ke dalam larutan larutan Nacl 0,9 % ,potongan kedua ke dalam larutan dekstrosa 15 %, dan potongan yang ketiga ke dalam dekstrosa 3 %.

Dibiarkan selama 30 menit

Dikeluarkan dari larutan dan diletakkan diatas tissue

Ditimbang dan diamati perubahan yang terjadi

LAMPIRANGAMBAR

Kentang Kentang yg telah dipotong NaCl 0,9%

Pisau Talenan

Kentang yang direndam dengan Larutan NaCl 0,9% , Dextrosa 3% dan Dextrosa 15% Kentang setelah perendaman

Nama : DEWI ANDRIANI MUNIR Asisten: MUHAMMAD YUSDINStb : 150 2013 0109