24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penanganan bahan baku memegang peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu pabrik. Pada sebagian besar manufacturing, orang beranggapan bahwa lebih baik bahan yang bergerak atau berpindah dari pada orang atau mesinnya. Untuk beberapa kasus tertentu kadang-kadang akan lebih baik manusia atau mesin (ataupun keduanya) yang dipindakan. Perencanaan tata letak pabrik tidaklah bisa mengabaikan signifikasi dari aktivitas pemindahan bahannya, demikian juga sebaliknya tidak mungkin menerapkan sistem pemindahan bahan secara efektif tanpa memperhatikan masalah-masalah umum yang dijumpai dalam perencanaan tata letaknya. Pemindahan bahan atau material adalah suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan perencanaan tata letak fasilitas produksi. Aktivitas ini merupakan aktivitas “non produktif” sebab tidak memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap material atau bahan yang dipindahkan, tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi, maupun sifat-sifat fisik atau kimiawi dari material yang berpindah. Kegiatan pemindahan bahan/material tersebut akan menambah biaya (cost). Dengan demikian sebisa mungkin aktivitas pemindahan bahan tersebut dieliminir atau paling tepat untuk menekan biaya pemindahan bahan tersebut adalah memindahkan bahan pada jarak yang sependek- pendeknya dengan mengatur tata letak fasilitas produksi atau departmen yang ada. Material handling adalah aliran bahan yang harus direncanakan secermat- cermatnya sehingga material (bahan) akan bisa dipindahkan pada saat dan menuju lokasi yang tepat. Biaya material handling dengan mudah akan dapat dihitung. Biasanya biaya material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan material dan pengukuran jarak akan bisa dilaksanakan dengan sederhana bilamana layout dari fasilitas produksi tersebut bisa digambarkan. Biaya material handling seringkali akan sangat dipengaruhi oleh desain layout itu sendiri. Karena biaya material handling proporsional dengan jarak perpindahan material, maka pemilihan tipe layout itu sendiri sudah akan memberi pengaruh terhadap jumlah biaya material handling. Perancangan layout fasilitas memiliki peranan penting dalam menunjang kelancaran keseluruhan produksi yang berdampak pada ketepatan waktu penyelesaian order. Pengaturan layout fasilitas yang optimal akan mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nurulkyu/files/2012/12/ISI-PAPER-MATERIAL-HANDLIN… · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penanganan bahan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem penanganan bahan baku memegang peranan yang sangat penting

dalam perencanaan suatu pabrik. Pada sebagian besar manufacturing, orang

beranggapan bahwa lebih baik bahan yang bergerak atau berpindah dari pada orang

atau mesinnya. Untuk beberapa kasus tertentu kadang-kadang akan lebih baik

manusia atau mesin (ataupun keduanya) yang dipindakan. Perencanaan tata letak

pabrik tidaklah bisa mengabaikan signifikasi dari aktivitas pemindahan bahannya,

demikian juga sebaliknya tidak mungkin menerapkan sistem pemindahan bahan

secara efektif tanpa memperhatikan masalah-masalah umum yang dijumpai dalam

perencanaan tata letaknya.

Pemindahan bahan atau material adalah suatu aktivitas yang sangat penting

dalam kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan perencanaan tata letak

fasilitas produksi. Aktivitas ini merupakan aktivitas “non produktif” sebab tidak

memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap material atau bahan yang

dipindahkan, tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi, maupun sifat-sifat fisik

atau kimiawi dari material yang berpindah. Kegiatan pemindahan bahan/material

tersebut akan menambah biaya (cost). Dengan demikian sebisa mungkin aktivitas

pemindahan bahan tersebut dieliminir atau paling tepat untuk menekan biaya

pemindahan bahan tersebut adalah memindahkan bahan pada jarak yang sependek-

pendeknya dengan mengatur tata letak fasilitas produksi atau departmen yang ada.

Material handling adalah aliran bahan yang harus direncanakan secermat-

cermatnya sehingga material (bahan) akan bisa dipindahkan pada saat dan menuju

lokasi yang tepat. Biaya material handling dengan mudah akan dapat dihitung.

Biasanya biaya material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan

material dan pengukuran jarak akan bisa dilaksanakan dengan sederhana bilamana

layout dari fasilitas produksi tersebut bisa digambarkan. Biaya material handling

seringkali akan sangat dipengaruhi oleh desain layout itu sendiri. Karena biaya

material handling proporsional dengan jarak perpindahan material, maka pemilihan

tipe layout itu sendiri sudah akan memberi pengaruh terhadap jumlah biaya

material handling.

Perancangan layout fasilitas memiliki peranan penting dalam menunjang

kelancaran keseluruhan produksi yang berdampak pada ketepatan waktu

penyelesaian order. Pengaturan layout fasilitas yang optimal akan mendukung

upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Secara umum tujuan

perancangan layout adalah untuk meminimalkan total biaya, terutama yang

menyangkut konstruksi dan instalasi, material handling, produksi, maintenance,

safety dan storage selain itu juga bertujuan untuk mengurangi proses material

handling, mengurangi kemacetan, dan kesimpangsiuran aliran material yang ada.

Hubungan antara penanganan material dan tata letak pabrik adalah secara

khusus tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya operasi peralatan,

sehingga perlu diketahui panjang, waktu, sumber serta tujuan perpindahan

material. Tata letak pabrik dan material handling mempunyai tujuan umum yaitu

meminimumkan biaya. Karena pengaruh yang nyata dalam material handling,

penting sekali untuk mendesain layout dan sistem material handling secara simultan

atau paling tidak terjadi back tracking yang signifikan.

1.2 Tujuan

Mengetahui pentingnya material handling, manfaat, tujuan, dan hubungannya

dengan fungsi perancangan layout pada PT. Five Food.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan

PT. Five Food merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

industri makanan ringan. Perusahaan ini digagas oleh lima sekawan tepatnya pada

tanggal 7 November 2008. Perusahaan ini berlokasi di kawasan Industri Waru

Sidoarjo, tepatnya di Jalan Tambak Sawah No. 4-7. Perusahaan ini memproduksi

beberapa jenis produk makanan ringan seperti cookies, biscuit, cookies stick, dan

wafer. Five Food’s biscuit merupakan salah satu produk unggulan yang dimiliki oleh

perusahaan. Head Office dan Pusat Produksi PT. Five Food berada dalam satu

wilayah, yakni di Kawasan Industri Waru Sidoarjo.

PT. Five Food telah mengembangkan sayapnya di tingkat nasional.

Perusahaan multinasional ini telah mempunyai jaringan pemasaran yang cukup luas.

Perusahaan ini mempunyai visi menjadi sebuah perusahaan industri pangan yang

menjamin kepuasan dan mengutamakan kebutuhan konsumen dengan inovasi-

inovasi barunya. Untuk mencapai visi tersebut perusahaan selalu mengutamakan

kualitas bahan baku dan proses produksi untuk mendapatkan produk yang

berkualitas tinggi. Perusahaan ini berkapasitas produksi 2300 produk per hari.

2.2 Profil Produk, Bahan Baku, Bahan Pembantu, Bahan Pengemas, Diagram Alir

Proses Produksi

2.2.1 Konsep Produk

Snack merupakan segala jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi

diantara dua waktu makan utama dan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan sehari-hari (Muchtadi et al., 1988). Produk snack sangat

digemari oleh konsumen terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Menurut

Brown (2000), ciri khas yang melekat pada produk cookies adalah memiliki

kandungan gula dan lemak yang tinggi serta kadar air yang rendah (kurang dari 5%)

sehingga bertekstur renyah, apabila dikemas akan terlindung dari kelembaban, dan

memiliki umur simpan yang lama. Ciri khas cookies tersebut sangat ditentukan oleh

bahan baku dan proses pembuatannya.

Produk Brownies Cookies yang merupakan salah satu produk andalan dari PT.

Five Food ini berbentuk kotak dengan ukuran (4x4x2) cm. Brownies cookies ini

bertaburkan kacang almond di bagian atasnya. Produk ini berwarna cokelat dengan

tekstur yang agak kasar. Brownis cookies ini renyah dan mempunyai rasa yang cukup

manis. Produk Brownis cookies ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kotak,

dimana pada setiap bungkus (kotak) berisi 10 biji brownis cookies.

Gambar 1. Brownis cookies

2.2.2 Proses Pengolahan

Proses pembuatan cookies terdiri dari tiga tahap, yaitu pembuatan adonan,

pencetakan, dan pemanggangan adonan. Pembuatan adonan diawali dengan proses

pencampuran dan pengadukan bahan-bahan, dimana bahan baku dicampur secara

bertahap. Tahap pertama adalah pencampuran lemak dan gula, kemudian tahap

selanjutnya adalah penambahan susu dan zat aditif yang sebelumnya telah

dilarutkan dalam air. Penambahan tepung terigu dilakukan pada bagian paling akhir

untuk membatasi pengembangan gluten yang berlebihan.

2.2.3 Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Menurut Matz dan Matz (1978), bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan cookies terbagi dalam dua kelompok, yaitu bahan pengikat dan bahan

pelembut. Bahan-bahan yang berfungsi sebagai pengikat adalah terigu, susu, dan

putih telur. Sedangkan bahan-bahan yang berfungsi sebagai pelembut adalah gula,

lemak, leavening agent (baking powder), dan kuning telur. Bahan pendukung lain

yang sering digunakan adalah garam, flavor, emulsifier, dan cokelat bubuk. Produk

cookies yang difortifikasi secara khusus melibatkan penambahan premix mineral,

premix vitamin serta serat pangan (fiber).

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk Brownis cookies ini

diantaranya adalah terigu, telur, lemak, air, susu, gula dan baking powder.

Sedangkan bahan-bahan pembantu yang digunakan diantaranya adalah garam,

flavor, emulsifier dan cokelat bubuk. PT. Five Food selalu menjamin mutu bahan

baku dan bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi Brownis cokelat

ini untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

2.2.4 Bahan Pengemas

PT. Five Food selain mengutamakan keuntungan perusahaan juga

mengutamakan dampak terhadap lingkungan yang akan diberikan, sehingga bahan-

bahan pengemas yang dipilih dan digunakan dalam perusahaan ini berdasar pada

sifat keramahannya terhadap lingkungan. Bahan pengemas yang digunakan dalam

produk Brownis cookies ini terdiri dari 3 jenis, yakni kemasan primer, kemasan

sekunder dan kardus. Kemasan primer dari produk ini adalah aluminium foil yang

dirasa cukup aman dan bersahabat dengan lingkungan. Kemasan sekunder dari

produk ini berbahan kertas yang berbentuk kotak. Sedangkan kemasan kardus dari

produk ini terbuat dari kertas kardus yang mudah terdegradasi. Berdasarkan

gambaran umum, rancangan dari kemasan produk kami kuranng lebih adalah

seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. Kemasan Primer, Sekunder dan Kardus

2.2.5 Diagram Alir Proses Produksi

Gambar 3. Diagram Alir Proses Produksi Brownis cookies

2.3 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Pabrik Atau Perusahaan

Perencanaan lokasi merupakan suatu kegiatan strategis yang bertujuan untuk

memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan sehingga perusahaan atau

pabrik dapat beroperasi dengan lancer, dengan biaya yang rendah, dan

memungkinkan perluasan di masa dating. Dalam menentukan lokasi perusahaan,

manager perlu mempertimbangkan berbagai factor seperti kedekatan terhadap

pasar, kemudahan mendapatkan bahan baku, rendahnya biaya tenaga kerja,

rendahnya biaya transportasi, dan lain-lain. Kemampuan lokasi yang tepat akan

mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam (Herjanto, 2008):

Melayani konsumen dengan memuaskan

Mendapatkan bahan-bahan mentah yang cukup dan kontinyu dengan harga

yang layak/ memuaskan

Mendapatkan tenaga kerja yang cukup

Memungkinkan perluasan perusahaan di kemudian hari

Dalam mendapatkan lokasi suatu perusahaan/ pabrik yang tepat, perlu untuk

memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan.

Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut (Herjanto, 2008):

1. Letak pasar

2. Letak sumber bahan baku

3. Ketersediaan tenaga kerja

4. Ketersediaan tenaga listrik

5. Ketersediaan air

6. Fasilitas pengangkutan

7. Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi

8. Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran

9. Peraturan pemerintah setempat

10. Sikap masyarakat

11. Biaya dari tanah dan bangunan

12. Luas tempat parker

13. Saluran pembuangan

14. Kemungkinan perluasan

15. Lebar jalan

Penentuan lokasi pabrik sangat menetukan kelangsungan hidup perusahaan di

masa yang akan dating. Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin

seluruh segi-segi negative dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-

faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya

(investasi dan operasional) jangka pendek ataupun jangka panjang, dan ini akan

meningkatkan daya saing perusahaan. Letak geografis suatu pabrik mempunyai

pengaruh terhadap sistem produksi yang ekonomis, karena banyak faktor-faktor

yang memengaruhi letak fasilitas/ mesin-mesin dalam pabrik, dan yang lebih penting

lagi karena lokasi tersebut akan memengaruhi besarnya biaya operasi ataupun biaya

capital (Prasetya dan Lukiastuti, 2009).

Di dalam penentuan lokasi pabrik, di mana pabrik itu akan didirikan dan di

bagian mana dari daerah itu akan didirikan pabrik, pemilihan letak pabrik pada

umumnya dipengaruhi oleh factor-faktor (Prasetya dan Lukiastuti, 2009):

1. Lingkungan masyarakat

2. Kedekatan dengan pasar

3. Tenaga kerja

4. Kedekatan dengan bahan mentah dan penyuplai

5. Fasilitas dan biaya transportasi

6. Sumber-sumber daya alam

7. Tanah untuk perluasan

Setelah lokasi ditentukan, maka perusahaan harus menentukan di bagian

mana pabrik akan didirikan. Berbagai factor yang perlu diperhatikan untuk

pemilihan tempat, antara lain (Prasetya dan Lukiastuti, 2009):

a. Tanah harus kering dan kuat untuk menyangga bangunan

b. Mempunyai keamanan dan perlindungan kebakaran yang baik

c. Bila pabrik mengeluarkan asap, maka harus cukup banyak angin yang membawa

asap keluar daerah permukiman

d. Dekat dengan transportasi masyarakat

e. Cukup tersedia areal untuk bangunan sekarang, ekspansi dan parker kendaraan

karyawan.

Pemilihan lokasi suatu pabrik membutuhkan pertimbangan yang penting dari

banyak faktor. Pemilihan lopkasi industri yang strategis haruslah dapat

meminimalkan biaya, strategi yang digunakan terfokus pada memaksimalkan

pendapatan. Pemilihan lokasi PT Five Food yang berada di JL Tambak Sawah 4-7

Waru Sidoarjo telah mempertimbangkan berbagai factor utama diantaranya adalah:

1. Letak pasar

Pabrik yang didirikan terletak di area industri yang cukup strategis karena cukup

dekat dengan pasar dan konsumen. Sehingga biaya untuk pemasaran dapat

diminimalisasi dan keamanan barang tetap terjaga.

2. Letak sumber bahan baku

Lokasi perusahaan yang berada di area industri ini dekat dengan sumber bahan

baku, sehingga memudahkan dalam pendistribusian bahan baku menuju pabrik

dan meminimasikan biaya untuk memperoleh bahan baku produksi. Bahan baku

yang digunakan cukup mudah penanganannya, dan tidak mudah rusak serta

tahan lama sehingga untuk memperoleh bahan baku ini cukup mudah.

3. Ketersediaan tenaga kerja

Tenaga kerja yang bekerja di perusahaan mudah untuk menjangkau area

perusahaan. Selain itu terdapat hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan

dalam tenaga kerja mencakup tingkat kecakapan yang diperlukan, kuantitas

yang mencukupi, serta tinggi rendahnya upah. Tenaga kerja yang terdapat

dalam perusahaan terdiri dari dua kelompok yaitu tenaga kerja berkemampuan

kecakapan tinggi dan tenaga kerja berkecakapan rendah. Berdasarkan tingkatan

tersebut, tenaga kerja tetap mudah untuk mencapai lokasi perusahaan.

4. Ketersediaan tenaga listrik

Tenaga listrik yang diperlukan oleh perusahaan adalah tenaga listrik yang besar.

Lokasi sumber tenaga listrik tersebut mampu mencukupi kebutuhan listrik

perusahaan, sehingga memudahkan perusahaan dalam beroperasi. Berdasarkan

hal tersebut, listrik yang digunakan juga memiliki mutu serta kestabilan yang

tinggi dan tariff yang telah disesuaikan dengan tariff dasar listrik.

5. Ketersediaan air

Lokasi pabrik yang berada di area industri memiliki sumber air yang mencukupi

dan diperoleh dari sungai di dekat lokasi perusahaan. Jumlah air mencukupi

untuk proses produksi, serta mutu air yang digunakan terjaga dan terhindar dari

bahaya-bahaya yang dapat menambah biaya investasi untuk pengelolaan

tambahan.

6. Fasilitas pengangkutan

Fasilitas pengangkutan atau transportasi mudah mencapai lokasi perusahaan.

Fasilitas transportasi yang digunakan adalah transportasi darat sehingga mudah

untuk dilewati.

7. Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi

Perusahaan menyediakan perumahan untuk tenaga kerja yang berada di

pemukiman area perusahaan sehingga memudahkan untuk menjakau lokasi.

8. Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran

Lokasi pabrik cukup dekat dengan pelayanan kesehatan dan keamanan.

Sehingga missal terdapat kecelakaan kerja, dapat memudahkan untuk

menjangkau pusat pelayanan kesehatan tersebut.

9. Peraturan pemerintah setempat

Dalam peraturan pemerintah yang ditetapkan mencakup system pajak, jam

kerja maksimum, upah minimum, usia kerja minimum dan kondisi lingkungan

kerja. Pemilihan lokasi perusahaan sudah sesuai dengan peraturan pemerintah

dan lokasi yang digunakan cukup strategis.

10. Sikap masyarakat

Masyarakat memberikan tanggapan yang positif atas berdirinya perusahaan

karena lokasi yang dipilih berada di area industri dan tidak mengganggu

kenyamanan masyarakat.

11. Biaya dari tanah dan bangunan

Biaya investasi untuk pembangunan perusahaan dari berbagai alternative yang

dipilih, diketahui bahwa investasi yang sesuai adalah area industri di daerah

Waru Sidoarjo ini.

12. Luas tempat parker

Area parkir industri cukup luas dan mendukung untuk mobilisasi kagiatan

industri.

13. Saluran pembuangan

Saluran pembuangan limbah industri cukup aman karena telah terdapat lokasi

kusus untuk pembuangan limbah dan tidak menimbulkan pencemaran untuk

lokasi sekitar.

14. Kemungkinan perluasan

Kemungkinan perluasan perusahaan cukup mendukung, karena masih terdapat

cukup lokasi yang luas di area industri untuk perluasan pabrik.

15. Lebar jalan

Jalan di area perusahaan luas dan dekat dengan jalan besar, sehingga

memudahkan untuk transportasi baik distribusi dan pemasaran produk.

2.4 Urut-Urutan Material Dari Supplier Hingga Konsumen (Termasuk Di Dalam

Fasilitas Produksi/Perusahaan) + Peta Dari-Ke (From-To Chart) (Jarak Dan Muatan)

Urutan Material:

1. Supplier

Pada proses pembuatan Brownies Cookies ini bahan baku langsung

didapatkan dari supplier. Pemilihan supplier ini di dasarkan atas kualitas bahan

baku, kedekatan supplier dengan lokasi perusahaan, dan harga bahan baku.

Pemilihan harga bahan baku sangat penting karena 70% harga operasional

bergantung pada bahan baku.

2. Receiving

Receiving adalah proses awal menerima barang dari supplier atau pemasok

bahan baku. Di receiving bahan baku akan diperiksa mengenai perhitungan,

penimbangan dan pengambilan sampel. Setiap bahan dipisahkan berdasarkan

penampakannya. Pemisahan dilakukan dalam ruang persiapan, agar tidak terjadi

kontaminasi bau, rasa dan yang lainnya antar bahan baku dengan benda lainnya.

SUPPLIER RECEIVING STORAGE PENIMBANGAN

BAHAN

PENCAMPURAN

BAHAN

PENGADONAN PEMANGGANGAN PENCETAKAN

PENDINGINAN PENGEMASAN WAREHOUSING SHIPPING

DISTRIBUSI KONSUMEN

Apabila telah sesuai, maka diberikan cap received sebagai tanda terima barang.

Bahan baku di angkut dengan menggunakan truck dari supplier dan di alokasikan

ke storage.

3. Storage

Storage adalah tempat menyimpan bahan baku dari pembuatan Brownies

Cookies. Setelah bahan baku melewati receiving, lalu disimpan di storage

terlebih dahulu sebelum memasuki proses produksi. Bahan baku di angkut dari

receiving ke storage dengan menggunakan forklift.

4. Penimbangan bahan

Beberapa bahan seperti tepung terigu, susu bubuk, cokelat bubuk, dan gula

akan melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sebelum penimbangan. Setelah

masing-masing bahan tersebut ditimbang sesuai formulasinya, bahan tersebut

dimasukkan ke dalam plastik dengan warna yang berbeda-beda. Hal ini

bertujuan untuk membedakan jenis-jenis bahan. Penimbangan bahan baku

Brownies Cookies dengan menggunakan alat timbangan digital. Masing-masing

bahan baku ditimbang sesuai dengan kapasitas produksi dalam sekali proses

produksi.

5. Pencampuran bahan

Pencampuran bahan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama merupakan

pencampuran lemak dan gula. Tahap selanjutnya adalah penambahan susu dan

zat aditif yang sebelumnya telah dilarutkan dalam air. Tahap selanjutnya

penambahan tepung terigu dilakukan pada bagian paling akhir. Pencampuran

bahan dilakukan dengan menggunakan mixer.

6. Pengadonan

Dalam proses pengadonan dilakukan pembentukan lembaran (Sheeting).

Adonan yang telah tercampur rata kemudian dipindahkan ke konveyor dengan

alat bantu berupa sekop. Di atas konveyor, adonan akan melewati pembatas

pada sisi atas, sehingga adonan menjadi lebih tipis kemudian adonan ini akan

masuk ke dalam penampungan untuk siap pencetakan.

7. Pemanggangan

Pemanggangan dilakukan dengan menggunakan indirect oven yang

mempunyai lima zona dengan total waktu pemanggangan selama 8 menit.

Indirect oven tidak menggunakan api langsung sebagai sumber panas pada oven.

Sumber panas menggunakan udara kering yang berasal dari pipa-pipa panas

berisi air yang dipanaskan dengan bahan bakar gas elpiji. Pembagian zona ini

memiliki tujuan berbeda yaitu, zona 1 dan 2 bertujuan untuk pengembangan

adonan cookies. Suhu di zona ini 175ºC dan 185ºC. Zona 3 memilik suhu 195ºC

bertujuan untuk pematangan cookies. Zona 4 dan 5 bertujuan untuk pewarnaan

dengan suhu 190ºC dan 175ºC.7.

8. Pencetakan

Adonan yang telah ditipiskan turun ke dalam penampungan dengan dibantu

menggunakan roll. Adonan akan diteruskan menuju lubang pencetak dengan

adanya dorongan dan pengaturan berat standar. Alat pencetak terdiri atas

tabung dan lubang sebanyak 18 lubang dengan diameter kurang lebih 2 cm.

Adonan yang telah masuk dalam pipa pencetak akan diteruskan ke bagian mulut

bawah pipa. Proses selanjutnya, adonan yang terdorong keluar akan dipotong

menggunakan kawat tipis (wire cutter) hingga membentuk koin tebal (bulatan

cookies) yang kemudian jatuh ke atas konveyor untuk mengalami tahap

berikutnya.

9. Pendinginan

Pendinginan Brownies Cookies dilakukan secara 2 tahap, antara lain:

1) Pendinginan I

Setelah pemanggangan, tahap selanjutnya akan dilakukan pendinginan.

Pendinginan dilakukan dengan menggunakan kipas angin dan exhaust fan

dengan suhu 20-27ºC selama 12-16 menit. Pendinginan ini bertujuan untuk

menurunkan suhu brownies sehingga tekstur brownies akan menjadi renyah

dan mempunyai kadar air yang memenuhi standar. Bersamaan dengan

proses ini dilakukan pengecekan dari segi dimensi, kadar air, dan warna dari

brownies oleh operator bagian produksi sebelum dilakukan pengemasan.

2) Pendinginan II

Setelah melalui exhaust fan, brownies akan melewati tunnel pendingin

bersuhu 10-15ºC selama 4-5 menit. Hal ini bertujuan untuk mendinginkan

chocochip yang ada dalam brownies. Pendinginan ini untuk memperkuat dan

mempertegar tekstur chocochip sehingga tidak mudah lumer.

10. Pengemasan

Pengemasan Brownies Cookies dilakukan secara 2 tahap, antara lain:

1) Pengemasan I

Proses yang dilakukan untuk menyusun brownies ke dalam tray dan

kemudian di kemas dengan plastik Oriented Poly Propylene (OPP). Brownies

Cookies diletakkan dalam sebuah tray yang terbagi atas 3 bagian yang

dipisahkan oleh 2 sekat. Proses pengemasan dilakukan secara otomatis dan

selanjutnya produk dilewatkan pada alat metal detector. Pengemasan

dilakukan menggunakan mesin pengemas (warping machine) otomatis. Hal

ini bertujuan untuk mewadahi, melindungi produk, dan mempertahankan

kualitas tekstur serta aroma dari produk.

2) Pengemasan II

Pengemasan ini merupakan proses pengemasan produk yang sudah

dikemas dengan OPP ke dalam karton (doos). Salah satu tujuannya adalah

mempermudah pendistribusian barang dari ruang produksi ke gudang

penyimpanan hingga ke tangan konsumen.

11. Warehousing

Warehousing ialah tempat untuk menyimpan produk jadi. Brownies Cookies

yang sudah diproduksi akan disimpan di warehouse. Di warehouse akan di data

jumlah brownies cookies yang sudah di hasilkan dalam sekali proses produksi.

12. Shipping

Shipping ialah proses pemeriksaan bahan akhir. Brownies Cookies sebelum di

distribusi akan diperiksa di proses shipping mengenai kelayakan produk sebelum

memasuki pasar/konsumen yang dituju.

13. Distribusi

Setelah proses shipping maka Brownies Cookies di distribusikan ke

konsumen.

14. Konsumen

Setelah di distribusi ke konsumen, Brownies Cookies bisa dibeli dan dinikmati

oleh konsumen melalui mall, swayan, pusat oleh-oleh, pusat perbelanjaan dan

warung-warung kecil.

Peta Dari Ke Jarak (m)

Peta Dari Ke Muatan (kg)

Ongkos penanganan bahan mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya

produksi, oleh karena itu agar biaya produksi dapat ditekan maka ongkos

penanganan bahan ini harus diminimalkan. Ongkos penanganan bahan dipengaruhi

oleh jumlah load (beban atau berat bahan) dan biaya untuk berpindahnya suatu

load, dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan penggunaan alat

penanganan bahan. Disamping itu jarak perpindahannya juga akan mempengaruhi

terhadap ongkos (Ma’arif dan Tanjung, 2003).

Pada peta dari ke mengenai jarak perpindahan dari receiving, proses produksi

hingga shipping didapatkan jarak perpindahan sebesar 98 m. Hal ini berarti jarak

perpindahannya tidak begitu besar. Dengan adanya jarak perpindahan yang cukup

pendek maka akan mengurangi ongkos material handling. Sedangkan pada peta dari

ke mengenai berat bahan/muatan didapatkan sebesar 11057 kg. Muatan bahan

setiap perpindahan di buat seefisien mungkin agar ongkos material handling

diminimalisir sehingga mengurangi biaya produksi bagi perusahaan.

2.5. Tipe Layout Dan Layout Proses Produksi (Gambar)

Product Layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan

penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen

tertentu atau khusus. Suatu produk dapat dibuat/diproduksi sampai selesai didalam

departemen tersebut. Bahan baku di pindahkan dari satu stasiun kerja ke stasiun

kerja ke stasiun kerja lainnya di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu

dipindah-pindahkan ke departemen lain. Dalam Product Layout, mesin-mesin atau

alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk-produk

bergerak secara terus-menerus dalam suatu garis perakitan. Product Layout akan

digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan

sangat sesuai untuk produksi continue (Prasetya dan Lukiastuti, 2009).

Pada proses pembuatan Brownies Cookies menggunakan tipe Layout – Product

Layout dikarenakan penempatan stasiun kerja berdasarkan urutan operasi dari

sebuah produk. Di dalam pembuatan Brownies Cookies ini proses yang dilakukan

dari awal hingga akhir secara urut tanpa adanya proses backtracking. Layout yang

digunakan lurus dalam satu lini proses produksi.

Product Layout

1. Receiving

2. Storage

3. Penimbangan Bahan

4. Pencampuran (Secara Bertahap)

5. Pengadonan

6. Pemanggangan

7. Pencetakan

8. Pendinginan

9. Pengemasan

10. Warehousing

11. Shipping

2.6. Penanganan Bahan (Kupas Untuk Masing-Masing Material Dan Sebutkan

Alat/Mesin/Peralatan Yang Dibutuhkan (Sertakan Gambar), Serta Analisis Dan

Dasar Pemilihan

Mesin adalah sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan atau tenaga yang

diguanakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian

produk. Peralatan adalah instrumen atau perkakas yang digunakan untuk melakukan

pekerjaan pada bagian hasil atau produk. Mesin dan peralatan yang tepat harus

memenuhi desain proses dan produk perusahaan serta dapat memperlancar arus

barang atau material dalam jalur produksi (Assauri,2004). Menurut Ahyari (2002),

jenis mesin dan peralatan ditinjau dari segi operasi produksinya dibedakan menjadi

tiga, yaitu:

a. Manual

Merupakan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk

melaksanakan proses produksi dengan tangan. Mesin dan peralatan produksi

yang bersifat manual adalah merupakan mesin dan peralatan produksi yang

dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan menggunkan

tangan atau kerja manusia.

b. Semi otomatis

Merupakan mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk keperluan

tertentu (baik bersifat umum maupun khusus). Mesin dan peralatan produksi

semi otomatis merupakan mesin dan peralatan yang bersifat otomatis, tetapi

masih ada beberapa fungsional mesin yang dilakukan secara manual.

c. Otomatis

Mesin peralatan yang termasuk dalam kategori otomatis adalah mesin

peralatan yang dipergunakan dalam perusahaan secara otomatis penuh (full

automatic). Mesin dan peralatan yang digunakan dalam perusahaan secara

otomatis (semua dijalankan dengan mesin) sedangkan tenaga manusia hanya

untuk mengontrol saja.

2.6.1 Dari Receiving ke storage

Semua material dari suplier pada saat perpindahannya dari receiving ke storage

menggunakan Forklift.

Gambar Forklift

Alasan :

1. Mempermudah dalam pengangkutan.

2. Dapat mengangkut bahan yang ketaknya di ketinggian

3. Mempermudah menjangkau bahan yang berat

2.6.2 Dari Storage ke Proses Produksi

Material seperti tepung terigu, Lemak atau mentega, susu, gula, telur, kokoa,

lesitin, flavor, garam,serta bahan pengembang cookies, dalam proses perpindahan

bahan dari storage ke proses produksi menngunakan LOAD TROLLY STAINLESS.

Pada bahan telur, telur diletakkan pada keranjang, kemudian dalam perpindahannya

menggunakan Load Trolly Stainless.

Alasan:

1. Mempermudah dalam perpindahan susu untuk memasuki proses produksi

2. Mengurangi kerusakan material akibat perpindahan

3. Fungsi dari trolley ini adalah untuk memudahkan dalam pemindahakan

barang dari suatu tempat ketempat lain. Trolley stainless sangat baik

kegunaannya mulai dari lebih ringan dari besi, tahan lama sampai mudah

perawatannya.

2.6.3 Pada saat Proses Penimbangan

Material seperti jenis bubuk yaitu tepung terigu, mentega, susu, gula, kokoa,

te;ur, flavor, garam serta pengembang cookies menggunakan mesin

penimbang digital.

Alasan :

1. Mempermudah dalam penimbangan dengan berat 150 kg-300 kg.

2. Hasil penimbangan menunjukkan berat yang akurat.

3. Timbangan kapasitas 150kg-300kg. timbangan ini cocok untuk industri.

terbuat dari rangka yang kokoh sehingga dapat mengurangi kelembaman

dari rangka dan akan menghasilkan hasil penimbangan yang lebih presisi.

2.6.4 Proses Pencampuran

Pada saat pencampuran, mesin yang digunakan dalam proses ini adalah

mixer

Alasan:

Mixer ini dapat digunakan dalam pencampuran bahan dengan jumlah

volume lebih banyak.

2.6.5 Proses Pengadonan

Alasan :

1. Dapat mempermudah dalam proses pengadonan karena memuat dalam

jumlah banyak.

2. Pengaturan yang diatur secara otomatis.

3. Adonan yang dihasilkan memiliki tekstur yang baik.

2.6.6 Proses Pemanggangan

Pada saat adonan sudah jadi, kemudian adonan memasuki proses

pemanggangan. Proses pemanggangan menggunakan Oven

Alasan :

1. Oven ini memiliki kapasitas yang banyak jika adonan yang telah dicetak

menghasilkan hasil dalam jumlah banyak.

2. Proses yang diatur secara otomatis oleh mesin menghemat tenaga

operator

2.6.7 Proses Pencetakan

Pencetakan adonan menggunakan mesin pencetak cookies

Alasan:

1. Mempermudah dalam proses pencetakan karena diatur oleh mesin.

2. Mesin cetak cookies KMK 510, dimensi 1500x1000x1400 mm, 220V,

computerized/otomatis, yang sangat cocok sekali untuk membuat

cookies sesuai bentuk yang diinginkan.

3. Dapat mencetak dengan hasil yang baik sesuai ukuran dari produk yang

dihasilkan

2.6.8 Proses Pendinginan

Proses Pendinginan menggunakan freezer snack

Alasan :

1. Dapat memperhemat waktu endinginan karena diatur dalam mesin

waktu pendingin.

2. Alat freezer ini cocok dalam industri cookies dalam jumlah banyak.

2.6.9 Mesin Perpindahan Bahan dari satu mesin ke mesin lainnya

Mesin belt conveyor yang digunakan dalam perpindahan adonan

Alasan:

1. Mempermudah dalam proses perpindahan

2. Mencegah terjadinya kerusakan bahan.

3. Mencegah terjadinya proses antrian.

2.6.10 Proses pengemasan

Mesin pengemas Sunpack

Alasan :

1. Merupakan mesin packaging yang digunakan untuk mengemas produk

dengan jenis GB dan GC yang memiliki netto 250 gram dan 500 gram.

2. Cocok dalam pengemasan sekunder.

3. Memiliki spesifikasi khusus yaitu:

Power 5 amp

Jumlah Mesin 1 unit

Buatan Korea

Mesin packaging sealer

Alasan:

1. Sangat cocok dalam pengemasan primer

2. Memiliki spesifikasi-spesifikasi khusus seperti

Mesin pengemas (sealer plastic) berfungsi untuk menutup plastik

polypropylene dengan panas.

2.7. Ongkos Material Handling (Pilih Satu Tahap Operasi Saja)

Data untuk perhitungan material handling pada alat angkut forklift:

Pembelian alat angkut dengan harga Rp 60.000.000,-, dengan umur ekonomis 8

tahun. Biaya bahan adalah sebesar Rp 30.000,-/ 8 jam. Biaya perawatan untuk alat

adalah Rp 6.000,-. Setiap harinya forklift berjalan rata-rata 20.000 m. alat angkut ini

beroperasi selama 300 hari per tahun, dan upah operatornya adalah Rp 15.000,-/

jam. Dari data tersebut dapat diketahui besarnya ongkos material handling sebagai

berikut:

Depresiasi garis lurus

Jarak angkutan tiap jam

Total biaya = Biaya (maintenance + bahan bakar + depresiasi + operator)

Ongkos Material Handling

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PT. Five Food merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

industri makanan ringan. Perusahaan ini memproduksi beberapa jenis produk

makanan ringan seperti cookies, biscuit, cookies stick, dan wafer. Five Food’s biscuit

merupakan salah satu produk unggulan yang dimiliki oleh perusahaan. Produk

Brownies Cookies yang merupakan salah satu produk andalan dari PT. Five Food ini

berbentuk kotak dengan ukuran (4x4x2) cm. Brownies cookies ini bertaburkan

kacang almond di bagian atasnya. Produk ini berwarna cokelat dengan tekstur yang

agak kasar. Brownis cookies ini renyah dan mempunyai rasa yang cukup manis.

Produk Brownis cookies ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kotak, dimana pada

setiap bungkus (kotak) berisi 10 biji brownis cookies.

Proses pembuatan cookies terdiri dari tiga tahap, yaitu pembuatan adonan,

pencetakan, dan pemanggangan adonan. Bahan pengemas yang digunakan dalam

produk Brownis cookies ini terdiri dari 3 jenis, yakni kemasan primer, kemasan

sekunder dan kardus. Kemasan primer dari produk ini adalah aluminium foil yang

dirasa cukup aman dan bersahabat dengan lingkungan. Kemasan sekunder dari

produk ini berbahan kertas yang berbentuk kotak. Sedangkan kemasan kardus dari

produk ini terbuat dari kertas kardus yang mudah terdegradasi. Pada proses

pembuatan Brownies Cookies ini bahan baku langsung didapatkan dari supplier.

Pemilihan harga bahan baku sangat penting karena 70% harga operasional

bergantung pada bahan baku. Pada proses pembuatan Brownies Cookies

menggunakan tipe Layout – Product Layout dikarenakan penempatan stasiun kerja

berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk. Di dalam pembuatan Brownies

Cookies ini proses yang dilakukan dari awal hingga akhir secara urut tanpa adanya

proses backtracking. Layout yang digunakan lurus dalam satu lini proses produksi.

Pengaturan layout fasilitas yang optimal akan mendukung upaya peningkatan

produktivitas dan efisiensi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi Perencanaan sistem Produksi. Buku Dua.

Edisi Keempat. BPPE. Yogyakarta.

Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta.

Brown, A. 2000. Understanding Food: Principles and Preparation. Wadsworth Inc., Belmont.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta.

Ma’arif ,M.S dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Erlangga. Jakarta.

Matz, S.A. dan T.D. Matz. 1978. Cookies and Crackers Technology. The AVI Publishing Co. Inc., Texas.

Muchtadi, T.R., Purwiyatno, dan Basuki, A. 1988. Teknologi Pemasakan Ekstrusi.

Lembaga Sumber Daya Informasi. IPB, Bogor.

Prasetya, Hery dan Lukiastuti, Fitri. 2009. Manajemen Operasi. MedPress.

Yogyakarta.