125
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan masih terus meningkatkan pembangunan di segala bidang. Kemajuan pembangunan ekonomi dan terjadinya globalisasi di seluruh belahan dunia menyebabkan mobilitas penduduk dari suatu negara ke negara yang lainnya menjadi sangat pesat, yang berdampak pula pada meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang akan berpergian ke luar negeri. Hal diatas menyebabkan Negara Indonesia perlu memberikan fasilitas pelayanan yang sesuai dengan perkembangan jaman, terlebih pada penyiapan sarana dan prasarana harus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga terwujudnya pelayanan yang baik, optimal, efektif, dan tepat guna. Termasuk untuk melakukan perjalanan atau migrasi. Migrasi terjadi pada manusia dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan baik

Bab i Ika Terbaru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 1

Citation preview

Page 1: Bab i Ika Terbaru

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan masih terus

meningkatkan pembangunan di segala bidang. Kemajuan pembangunan ekonomi

dan terjadinya globalisasi di seluruh belahan dunia menyebabkan mobilitas

penduduk dari suatu negara ke negara yang lainnya menjadi sangat pesat, yang

berdampak pula pada meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang akan

berpergian ke luar negeri.

Hal diatas menyebabkan Negara Indonesia perlu memberikan fasilitas

pelayanan yang sesuai dengan perkembangan jaman, terlebih pada penyiapan

sarana dan prasarana harus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga

terwujudnya pelayanan yang baik, optimal, efektif, dan tepat guna. Termasuk

untuk melakukan perjalanan atau migrasi. Migrasi terjadi pada manusia dalam

rangka untuk pemenuhan kebutuhan baik sekunder maupun primer. Kegiatan

migrasi seiring dengan kemajuan peradaban manusia yang didorong oleh

kemajuan teknologi dan perkembangan budaya dan politik. Konsep tentang

migrasi berkembang dan melahirkan pengertian baru yang dibagi menjadi

emigrasi , transmigrasi dan imigrasi.

Menurut Moh. Arif dalam bukunya Keimigrasian di Indonesia Suatu

Pengantar (1997;16), Keimigrasian di Indonesia menyangkut 2 (dua) hal penting

yaitu:

Page 2: Bab i Ika Terbaru

2

a. Hal ihwal masuk dan keluar wilayah Negara Republik Indonesia baik warga Negara Indonesia maupun orang asing;

b. Pengawasan orang asing di Indonesia, menyangkut 2 hal yaitu:1. Keberadaan orang asing di Indonesia;2. Kegiatan orang asing selama berada di Indonesia.

(dalam Karya Tulis Akhir Akademi Imigrasi, Karina Maya Mustika;

2009:7).

Sedangkan Berdasarkan undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar

Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya

kedaulatan negara.

Dalam hukum keimigrasian, setiap orang yang melakukan perjalanan antar

negara diharuskan memiliki dokumen perjalanan yang diterbitkan oleh negara.

Dokumen perjalanan tersebut harus dapat ditunjukkannya untuk dapat memasuki

atau meninggalkan suatu negara. Ketentuan ini tentunya juga berlaku bagi setiap

Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan antar negara. Dokumen

perjalanan yang lazimnya disebut juga Paspor RI yang diterbitkan oleh negara

kepada warganya juga berfungsi sebagai identitas diri dan identitas

kebangsaannya ketika berada di luar negeri.

Di dalam Paspor RI harus memuat data diri, foto pemegang paspor,

lembar-lembar untuk pencatatan/peneraan visa dan tanda keberangkatan atau

kedatangan oleh petugas keimigrasian dari negara asal keberangkatan dan negara

yang dikunjungi. Paspor RI merupakan dokumen yang mutlak harus dimiliki oleh

Page 3: Bab i Ika Terbaru

3

setiap warga negara yang ingin bepergian antar negara. Seiring perkembangan dan

kemajuan tekhnologi transportasi dan perekonomian, permintaan penerbitan

Paspor RI semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pemenuhan permohonan

penerbitan Paspor RI yang dimohonkan masyarakat mutlak harus dilakukan oleh

pemerintahan suatu negara.

Pemberian Paspor RI bagi warga negaranya dilakukan oleh Pemerintah

Republik Indonesia yang dilakukan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia (Kemenkumham), melalui Direktorat Jenderal Imigrasi. Pelayanan

penerbitan Paspor RI dilakukan oleh Kantor Imigrasi yang lazim disebut sebagai

Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Keimigrasian dan pada Perwakilan Republik

Indonesia di luar negeri. Saat ini ada 118 Kantor Imigrasi yang tersebar di seluruh

Wilayah Republik Indonesia.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal

Imigrasi mengemban fungsi yang dikenal dengan Fungsi Keimigrasian, dimana

maksud dari fungsi itu sendiri adalah sebagai dasar pelaksanaan fungsi imigrasi.

Maka secara operasional peran keimigrasian tersebut dapat diterjemahkan ke

dalam konsep Fungsi Keimigrasian. Konsep ini hendak menyatakan bahwa sistem

keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum

(peraturan hukum), lembaga, organisasi, aparatur, mekanisme hukum, serta sarana

dan prasarana hukum dalam oprasionalisasinya harus sesuai dengan fungsi

keimigrasian, yaitu : 1) Fungsi Pelayanan Keimigrasian; 2) Fungsi Penegakan

Hukum; 3) Fungsi Keamanan Negara; dan 4) Fungsi Fasilitator Pembangunan

Kesejahteraan Masyarakat.

Page 4: Bab i Ika Terbaru

4

Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki unit-unit pelaksana teknis (UPT) di

daerah berupa Kantor Imigrasi untuk melaksanakan fungsinya tersebut serta

sebagai kepanjangan tangan segala macam kebijakannya.

Kantor imigrasi sebagai Unit Pelaksana Teknis di daerah memegang

peranan yang sangat penting, yaitu sebagai ujung tombak pelaksana tugas-tugas

pokok keimigrasian di daerah kerjanya. Kantor imigrasi mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Departemen Hukum dan HAM RI

di bidang keimigrasian di wilayah yang bersangkutan. Maka, dengan demikian

kantor imigrasi dalam wilayah kerjanya memegang peranan yang sangat penting

atas terlaksananya kebijakan dalam pemberian pelayanan keimigrasian di wilayah

kerjanya, khususnya dalam bidang pemberian pelayanan umum.

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang adalah salah satu dari kantor unit

pelayanan pelaksana teknis yang ada di Kota Palembang. Sebagai ujung tombak

pemerintahan maka fungsi keimigrasian dalam pemberian pelayanan publik

menjadi sangat penting. Adapun kegiatan pelayanan yang diberikan pada Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang, diantaranya yaitu :

1. Pelayanan penerbitan Paspor RI kepada warga Negara Indonesia;

2. Pelayanan dan pengawasan lalu lintas orang masuk/keluar wilayah

Indonesia melalui Bandara dan Pelabuhan Laut; dan

3. Pelayanan (izin tinggal, REP) dan pengawasan keberadaan serta kegiatan

orang asing di wilayah kerja yang meliputi 2 (dua) wilayah kota dan 4

(empat) Kabupaten.

Page 5: Bab i Ika Terbaru

5

Pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

dinyatakan bahwa “setiap Warga Negara Indonesia berhak melakukan perjalanan

keluar dan masuk wilayah Indonesia”. Dengan demikian setiap Warga Negara

Indonesia dapat melakukan perjalanan keluar atau masuk wilayah Indonesia

dimana setiap Warga Negara Indonesia (WNI) harus memiliki dokumen

perjalanan yang sah dan masih berlaku.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 istilah Surat Perjalanan

Republik Indonesia (SPRI) diubah menjadi Dokumen Perjalanan Republik

Indonesia (DPRI), menyesuaikan dengan terminologi yang dikenal secara

internasional dalam Dokumen International Civil Aviation Organisation (ICAO)

tersebut diatas yaitu Trevel Document.

Dokumen perjalanan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang

berwenang dari suatu Negara, Perserikatan Bangsa-bangsa, atau organisasi

internasional lainnya untuk melakukan perjalanan antar negara yang memuat

identitas pemegangnya.

Sedangkan menurut Arif (1997:234), DPRI yang dalam jenis bentuknya

berbentuk Paspor RI atau Dokumen Perjalanan Laksana Paspor, merupakan

dokumen resmi negara yang memuat identitas pemegangnya dan dapat

dipergunakan untuk melakukan perjalanan antar negara.

Page 6: Bab i Ika Terbaru

6

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang

Keimigrasian menyebutkan bahwa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia

adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada

warga Negara Indonesia untuk melakukan perjalanan. Dengan demikian

pemegangnya tidak memiliki hak mutlak atas dokumen negara tersebut, meskipun

berisi identitas dirinya. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia (DPRI/Paspor

RI) terdiri atas :

A. Paspor, Pasport ini sendiri terdiri atas:

1. Paspor Diplomat ( diplomatic pasport), Diterbitkan bagi warga negara

Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia

dalam rangka penempatan atau perjalanan tugas yang bersifat

diplomatik;

2. Paspor Dinas ( servise passport ), Diterbitkan bagi warga negara

Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia

dalam rangka penempatan atau perjalanan dinas yang tidak bersifat

diplomatik ;

3. Paspor Biasa ( ordinary passport/ Paspor 48 halaman ), Diterbitkan

untuk warga negara Indonesia.

Page 7: Bab i Ika Terbaru

7

B. Surat Perjalanan Laksana Paspor, terdiri atas:

1. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia,

dikeluarkan bagi WNI dalam keadaan tertentu jika Paspor biasa tidak

dapat dikeluarkan;

2. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Asing,

dikeluarkan bagi Orang Asing yang tida mempunyai Dokumen

Perjalanan yang sah dan negaranya tidak mempunyai perwakilan di

Indonesia (atas kehendak sendiri, dikenai deportasi, dan repatriasi);

dan

3. Surat Perjalanan lintas batas atau pas lintas batas, dikeluarkan untuk

WNI yang berdomisili di wilayah perbatasan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dengan negara lain sesuai dengan perjanjian.

Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada pelayanan penerbitan Paspor

biasa (Paspor 48 Halaman) dimana fungsi paspor biasa tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Bukti status Kewarganegaraan Indonesia;

2. Dokumen Negara yang berisi indentitas diri pemegangnya berlaku

internasional dan dipergunakan untuk melakukan perjalanan antar

negara; dan

3. Perlindungan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia selama

berada di luar.

Page 8: Bab i Ika Terbaru

8

Adapun proses pengajuan permohonan Paspor 48 Halaman dibagi menjadi

dua bagian, yaitu proses permohonan Paspor 48 Halaman yang konvensional dan

secara online. Pemberian Paspor 48 Halaman secara konvensional dilakukan

pemohon secara langsung dengan mendatangi Kantor Imigrasi setempat dengan

membawa semua persyaratan permohonan kemudian diajukan melalui loket

penerimaan berkas dengan menggunakan sistem antrian yang telah ditentukan

sedangkan Pemberian secara Online pemohon DPRI dapat melakukan pengajuan

permohonan sendiri melalui website Ditjen Imigrasi (www.imigrasi.go.id) yang

ditujukan ke kantor imigrasi yang diinginkan dengan memindai seluruh berkas

permohonan yang ditentukan tanpa perlu melakukan sistem antrian sebagaimana

yang dilakukan di kantor imigrasi yang selanjutnya bukti pra permohonan dapat

disampaikan melalui kantor imigrasi yang dituju untuk melalui tahap selanjutnya

sesuai alur permohonan yang telah ditentukan.

Pada setiap permohonan Paspor RI, pemohon diwajibkan melengkapi

segala persyaratan yang telah ditentukan yaitu:

a. Keterangan identitas diri;

1. Bukti domisili

- KTP , dilengkapi KK

- bukti penduduk LN bagi WNI yg tinggal di LN

2. Bukti Identitas diri , melampirkan salah satu yaitu:

- Akte lahir; - Akte Perkawinan /Surat Nikah ;

- Ijazah; - Surat Baptis

- Surat Keterangan ganti nama

Page 9: Bab i Ika Terbaru

9

b. Surat Rekomendasi bagi pemohon yang berstatus karyawan/Pegawai

Negeri Sipil (PNS)/Tentara Nasional Indonesia (TNI); dan

c. Paspor lama bagi pemohon yang pernah memiliki paspor RI

sebelumnya.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-

891.GR.01.01 Tahun 2008 tentang Standar Operasional Prosedur Sistem

Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia. Proses sistem penerbitan DPRI

secara singkat dapat di gambarkan sebagai berikut :

Page 10: Bab i Ika Terbaru

Formulir Permohonan(Pemohon)

Formulir Permohonan(Pemohon)

Penyerahan DPRI/Paspor

(Petugas Loket)

Penyerahan DPRI/Paspor

(Petugas Loket)

Penandatanganan(Pejabat Imigrasi)Penandatanganan(Pejabat Imigrasi)

Pencetakan Paspor(Petugas Imigrasi)Pencetakan Paspor(Petugas Imigrasi)

Adjudicator(Petugas

Adjudicator)

Adjudicator(Petugas

Adjudicator)

Wawancara(Pejabat Imigrasi)

Wawancara(Pejabat Imigrasi)

Pengambilan Foto dan Sidik Jari

(Petugas Imigrasi)

Pengambilan Foto dan Sidik Jari

(Petugas Imigrasi)

Loket Pembayaran (Bendahara Penerima)

Loket Pembayaran (Bendahara Penerima)

Entery Data(Petugas Imigrasi)

Entery Data(Petugas Imigrasi)

Loket Permohonan(Petugas Imigrasi)Loket Permohonan(Petugas Imigrasi)

Identifikasi data biometrik (Petugas

Imigrasi)

Identifikasi data biometrik (Petugas

Imigrasi)

10

Gambar 1. 1

Proses Penerbitan Paspor 48 Halaman (Paspor Biasa) Pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

Mengambil

Nomor Antrian

Sumber : Peraturan Direktorat Jenderal Imigrasi No.IMI-891.GR.01.01 Tahun 2008 tentang Standar Operasional Prosedur

Sistem Penerbitan Paspor 48 Halaman dan Diolah oleh penulis

Page 11: Bab i Ika Terbaru

11

Berdasarkan gambar proses permohonan Paspor 48 Halaman pada

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang diatas,maka dapat dijelaskan prosesnya

sebagai berikut:

1. Formulir Permohonan (Pemohon)

Pertama kali yang harus dilakukan seorang pemohon DPRI/Paspor

RI pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang adalah mengisi secara

lengkap formulir (perdim11) yang telah disediakan kemudian

melampirkan persyaratan-persyaratan secara umum seperti yang telah

dijelaskan di atas.

2. Antrian (Pemohon)

Pemohon mengambil nomor antrian elektronik dan memilih jenis

layanan yang diinginkan. Untuk melakukan permohonan Paspor RI pada

hari pertama datang, maka pemohon mengambil jenis layanan penyerahan

formulir.

3. Loket Permohonan (Petugas Loket/Petugas

Imigrasi)

Setelah petugas loket memanggil nomor antrian pemohon, maka

pemohon menuju loket permohonan untuk menyerahkan formulir

permohonan disertai persyaratan permohonan. Kemudian petugas loket

menerima dan memeriksa kebenaran dan kelengkapan persyaratan asli

yang dibawa oleh pemohon atau yang diberi kuasa, serta melakukan

wawancara awal untuk mengetahui /memastikan bahwa: 1) Pemohon

Page 12: Bab i Ika Terbaru

12

adalah Warga Negara Indonesia; 2) Data pribadi pemohon sesuai dengan

data yang tertera dalam persyaratan yang dilampirkan; dan 3) Pemohon

telah/belum pernah memiliki paspor, untuk memastikan apakah

permohonan Paspor RI baru atau penggantian;

Kemudian petugas loket memeberikan tanda terima permohonan

dan memberitahukan kepada pemohon dalam waktu 4 hari kerja kedepan

untuk melakukan pembayaran, foto, wawancara atau langkah berikutnya

yang harus dilakukan oleh pemohon.

4. Entery Data (Petugas Entery Data /Petugas

Imigrasi)

Setelah petugas loket menerima Formulir Pendaftaran (Perdim 11)

dari pemohon, maka data-data pemohon tersebut diserahkan kebagian

petugas entery data untuk kemudian memasukkan data pemohon dan

memindahi persyaratan. Setelah selesai kemudian berkas pemohon

tersebut dikirim ke bendaharawan.

5. Loket Pembayaran (Petugas Loket/Petugas

Imigrasi)

Setelah pemohon menerima tanda terima permohonan dari petugas

loket, yang berarti bahwa penyerahan permohonan dan persyaratan telah

selesai, maka 4 (empat) hari kerja setelah penyerahan berkas permohonan

DPRI/Paspor RI, pemohon harus dating kembali ke Kantor Imigrasi Kelas

Page 13: Bab i Ika Terbaru

13

I Palembang untuk melakukan pembayaran tarif keimigrasian sebesar Rp

255.000,-.

6. Pengambilan foto wajah dan sidik jari (Petugas

foto/sidik jari)

Pada hari yang sama setelah melakukan pembayaran tarif

keimigrasian maka pemohon diharuskan melaksanakan foto biometrik,

sidik jari dan wawancara.

7. Wawancara (Pejabat Imigrasi)

Pada tahap ini pemohon wajib datang dengan menunjukan

dokumen asli sebagai persyaratan pada saat proses wawancara, pada saat

ini petugas wawancara dapat menangguhkan proses selanjutnya apabila

pada hasil penelitian ditemukan kecurigaan tentang identitas dan jati diri

pemohon untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan apabila hasil

penelitian lanjutan terbukti adanya pelanggaran keimigrasian maka

permohonannya dapat ditolak dengan membuat keterangan pada kolom

catatan petugas;

8. Identifikasi Foto Wajah dan Sidik Jari (Pejabat

Imigrasi)

Setelah proses pengambilan foto wajah dan sidik jari serta wawancara

selesai maka dilakukan identifikasi foto wajah dan sidik jari, petugas

Page 14: Bab i Ika Terbaru

14

wawancara mengirim data foto wajah, sidik jari serta identitas diri ke

Pusdakim untuk dilakukan identifikasi, kemudian Sistem Identifikasi pada

Pusdakim secara otomatis akan memberikan jawaban kepada kantor

imigrasi berupa persetujuan atau tindak lanjut.

9. Sistem Adjudicator (Petugas Adjudicator)

Setelah melakukan identifikasi wajah dan sidik jari, maka Pusdakim

akan memberikan jawaban secara langsung berupa persetujuan atau tindak

lanjut dari proses permohonan DPRI/Paspor RI tersebut, dan melanjutkan

berkas permohonan kepetugas cetak paspor.

10. Pencetakan DPRI.

Pada tahap ini petugas yang diberi wewenang melakukan pencetakan

halaman biodata pemohon, halaman catatan resmi (official notes) serta

halaman pengesahan/endorsements jika diperlukan setelah mendapat

persetujuan identifikasi foto wajah dan sidik jari dari Pusdakim, dan

melakukan laminasi blanko DPRI/Paspor RI, dan melakukan uji kualitas

pencetakan laminasi, dalam hal ditemukan cacat produksi maka dilakukan

penggantian blanko DPRI/Paspor RI tanpa dikenakan tarif.

11. Penandatanganan DPRI

Page 15: Bab i Ika Terbaru

15

Pada tahap ini Kepala Bidang Lalu Lintas dan Status Keimigrasian

atau Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian atau pejabat yang diberi

wewenang membubuhkan paraf pada DPRI/Paspor RI dan menyerahkan

kepada petugas untuk diterakan cap dinas untuk selanjutnya diserahkan

kepada petugas loket penyerahan paspor.

12. Penyerahan DPRI

Pada tahap ini petugas loket penyerahan DPRI/paspor RI melakukan

pemindahan halaman tandatangan kepala kantor dan halaman catatan

petugas atau sering disebut dengan Scan tanda tangan dan selanjutnya

menyerahkan kepada pemohon atau yang diberi kuasa, menandatangani

bukti penerimaan DPRI/Paspor RI pada kolom penerimaan

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang mempunyai keinginan untuk

memberikan pelayanan dalam proses permohonan Paspor 48 Halaman kepada

masyarakat dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan

berdasarkan peraturan yang berlaku.

Agar terciptanya suatu pelayanan yang baik dalam penerbitan Paspor 48

Halaman tersebut maka segala aparatur yang terlibat dalam proses pelayanan

harus memperhatikan kualitas pelayanan yang ada.

Page 16: Bab i Ika Terbaru

16

Kualitas pelayanan menurut Albrecht dan Zemke (dalam Subarsono,

2005:145) adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Kualitas pelayanan publik menurut Parasuraman yang dijelaskan lebih

lanjut oleh Tjiptono (dalam Arief, 2006:127) sebagai berikut:

1. Tangible, aspek ini sangat penting untuk dijadikan tolak ukur apakah

layanan itu berkualitas atau tidak. Dimensi ini menilai wujud fisik di

kantor penyedia layanan.

2. Reliability, dimensi ini menjelaskan derajat kehandalan dari aparat

pelayanan publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Aspek

kehandalan ini berkaitan dengan kemampuan lembaga publik dan para

aparatnya untuk memberikan layanan sesuai dengan yang dijanjikan.

3. Responsiveness, dimensi ini berhubungan dengan sikap tanggap dari para

pelayan publik terhadap harapan, keluhan, maupun kecenderungan

perubahan yang terjadi dimasyarakat. Dalam hal inilah diperlukan

keberadaan staf yang sigap untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan

yang diajukan oleh warga masyarakat.

4. Assurance, dimensi ini berkaitan dengan kemampuan lembaga dan para

stafnya untuk menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para

pengguna layanan publik.

Page 17: Bab i Ika Terbaru

17

5. Empathy, dimensi ini ditandai dengan sikap peduli dan penuh perhatian

kepada warga masyarakat yang membutuhkan jasa layanan.

Masyarakat mengkonotasikan pelayanan yang diberikan oleh aparatur

pemerintah kepada masyarakat cenderung dan kurang bahkan tidak berkualitas.

Hal ini dapat dilihat masih ada masyarakat mengeluh atas pelayanan yang

diberikan aparatur pemerintah. Salah satu keluhan yang sering terdengar ketika

masyarakat berurusan di kantor pemerintah adalah menghadapi situasi birokrasi

yang berbelit-belit, praktik percaloan, dan juga perilaku oknum aparatur yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat kurang bersahabat.

Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah telah berupaya untuk memberikan

layanan publik yang lebih baik melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No. 81/1993 yaitu: sederhana, jelas dan pasti, aman, terbuka,

ekonomis, efesiensi, adil dan merata, serta tepat waktu. Selain itu sebagaimana di

amanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000

tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), perlu disusun Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai tolah ukur untuk menilai tingkat kualitas

pelayanan.

Pada tanggal 18 Juli 2009 Indonesia mengesahkan Undang-Undang No 25

tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, untuk meningkatkan kualitas dan

menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum

pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi

setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam

Page 18: Bab i Ika Terbaru

18

penyelenggaraan pelayanan publik, dengan Persetujuan Bersama Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia.

Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik untuk

membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan oleh

para penyelenggara negara agar supaya seiring dengan harapan dan tuntutan

seluruh warga negara, selain itu juga sebagai upaya untuk mempertegas hak dan

kewajiban setiap warga negara serta terwujudnya tanggung jawab penyelenggara

negara dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Akan tetapi sampai saat ini

upaya meningkatkan pelayanan publik dalam perspektif seperti dimaksudkan

tersebut masih sebatas Lip Service atau masih pada tataran wacana. Pelayanan

publik yang tidak profesional.menyebabkan masyarakat merasa kecewa dan

meragukan integritas pemberi pelayanan yang ada.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang

berkesinambungan seiring dengan perkembangan teknologi, Direktorat Jenderal

Imigrasi (Ditjen Imigrasi) sejak tanggal 28 Juli 2008 telah menerapkan sistem

baru dalam penerbitan Paspor. Sistem baru ini disebut dengan ”Sistem Penerbitan

Dokumen Perjalanan Republik Indonesia” menggantikan sistem lama yang

disebut ”Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik” (SPTBB) yang beroperasi

sejak 02 Februari 2006 dan berakhir pada 25 Juli 2008. Penggantian sistem ini

lebih tepat disebut sebagai pembaharuan sistem karena pada hakekatnya

merupakan kesinambungan dengan sistem yang lama. Sistem baru ini digelar di

118 Kantor Imigrasi dan 1 Unit Khusus TKI.

Page 19: Bab i Ika Terbaru

19

Terkait dengan masalah pelayanan, dalam memenuhi kebutuhan dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat umumnya menerima pelayanan dari

pemerintah maupun swasta. Adanya layanan yang diterima dari kedua sektor

tersebut menjadikan masyarakat melakukan penilaian perbandingan pelayanan

yang dilakukan oleh pemerintah dengan pelayanan oleh swasta. Umumnya,

masyarakat merasakan pelayanan yang lebih baik diberikan sektor swasta

dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh sektor publik. Disisi lain

masyarakat mengaharapkan kualitas pelayanan yang sama atau kalau mungkin

lebih baik, dapat diberikan oleh pemerintah.

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang mempunyai keinginan untuk

memberikan pelayanan dalam proses permohonan Paspor 48 Halaman kepada

masyarakat dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan

berdasarkan peraturan yang berlaku.

Hal diatas tercemin dari beberapa fenomena-fenomena yang terjadi pada

Pelayanan Penerbitan Paspor 48 Halaman pada Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang dan menjadi Latar belakang penelitian mengenai Analisisn Kualitas

Pelayanan Penerbitan Paspor 48 Halaman (Paspor Biasa) Bagi Warga Negara

Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang, adalah:

a. Adanya Paspor 48 Halaman yang Terbit tidak Tepat Waktu Sesuai

dengan Jadwal yang Telah Ditentukan Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang

Page 20: Bab i Ika Terbaru

20

Sejak penerapan aplikasi layanan Sistem Pelayanan Paspor RI pada

tanggal 27 Juli 2008. Telah diterapkan Standar Operasional Pelayanan

(SOP) baru dalam Juklak Dirjenim Nomor : IMI-891.GR.01.01.10 Tahun

2008 tanggal 30 Juni 2008. Di dalam ketentuan tersebut diatur bahwa

penyelesaian pelayanan Paspor RI paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah

dilakukan wawancara.

Pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang juga menerapkan SOP

diatas bahwa setelah pemohon melakukan pengajuan permohonan Paspor 48

Halaman, kemudian petugas loket penerimaan permohonan memberikan

tanda terima permohonan dan petugas loket memberitahukan kepada

pemohon untuk 4 (empat) hari kerja selanjutnya pemohon datang kembali

untuk melaksanakan pembayaran biaya keimigrasian sebesar Rp 255.00,- ,

pengambilan foto wajah dan sidik jari serta wawancara. Penyelesaian

pelayanan Paspor 48 Halaman paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah

dilakukan wawancara. Sehingga pada saat pemohon selesai wawancara akan

diberi kartu tanda bukti pengambilan Paspor pada tanggal 4 (empat) hari

kerja setelah dilakukannya wawancara dengan pemohon.

Pemberian tanggal pada kartu tanda pengambilan Paspor 48

Halaman dimaksudkan untuk kejelasan penyelesaian pelayanan Paspor 48

Halaman tersebut.

Namun pada saat observasi dilapangan terjadi keluhan masyarakat

terhadap keterlambatan penerbitan Paspor 48 Halaman pada Kantor Imigrasi

Page 21: Bab i Ika Terbaru

21

Kelas I Palembang ini, masih ada Paspor 48 Halaman yang terlambat

penerbitannya. Berikut data jadwal Penerbitan Paspor 48 Halaman Per Hari

Periode 1 Januari – 28 Februari 2013:

Page 22: Bab i Ika Terbaru

22

Table 1.1

Jumlah Penerbitan Paspor 48 Halaman Per-hari Periode 01 Januari – 28 Februari 2013 Terhitung Sejak Tanggal Pemohon Melaksanakan Pendaftaran di Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

Tanggal Pendaftaran

Paspor 48 Halaman

(1)

Jumlah Pemohon

(2)

Tanggal Foto

Biometrik &

Wawancara(3)

Jumlah Pemohon yang mengikuti Foto

Biometrik & Wawancara

(4)

Tanggal PenerbitanPaspor 48 Halaman

(4)

Paspor 48 Halaman yang

seharusnya Terbit

(5)

Jumlah Paspor 48 Halaman

yang terbit

(6)

Jumlah Paspor 48 Halaman yang tidak

Terbit(7)

Keterangan

2/1/2013 235 8/1/2013235 + 8 =

(243)14/1/2013 243 243 0

Angka Warna Biru :Tambahan Pemohon Paspor 48 Hal yang tidak melaksanakan foto & wawancara pada tanggal sebelumnya.

Angka Warna Merah :Jumlah Paspor 48 Hal yang telat diterbitkan dan menjadi tambahan paspor yang harus diterbitkan pada hari berikutnya

3/1/2013 212 9/1/2013212 + 35 =

(247)15/1/2013 247 210 37

4/1/2013 298 10/1/2013 203 16/1/2013203 + 37 =

(240)234

6 + 95 =(101)

7/1/2013 266 11/1/2013 255 17/1/2013255 + 101 =

(356)244

112 + 11 =(123)

8/1/2013 232 14/1/2013 195 18/1/2013195 + 123 =

(318)205

113 +37 =(150)

9/1/2013 210 15/1/2013210 + 5 =

(215)21/1/2013

215 + 150 =(365)

312 53

10/1/2013 240 16/1/2013 185 22/1/2013185 + 53 =

(238)197

41 + 55 =(96)

11/1/2013 251 17/1/2013 150 23/1/2013150 + 96 =

(246)142

104 + 101 =(205)

14/1/2013 191 18/1/2013 183 25/1/2013 183 + 101 =(284)

3 281 + 8 =(289)

Page 23: Bab i Ika Terbaru

23

Angka Warna Hijau :Jumlah Pemohon Paspor yg tidak melaksanakan foto & wawancara Pada Hari tersebut dan otomatis menambah jumlah Paspor yang tidak diterbitkan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Tanggal 25 Januari 2013:Terjadi Sistem error dari Kantor Pusat Dirjen Keimigrasian sehingga tidak dapat melaksanakan aktivitas penerbitan Paspor seperti biasanya karena jaringan terputus pada hari tersebut.

15/1/2013 214 21/1/2013214 + 219 =

(343)28/1/2013

343 + 289 =(632)

332 300

16/1/2013 166 22/1/2013166 + 87 =

(253)29/1/2013

253 + 300 =(553)

274 279

17/1/2013 244 23/1/2013244 + 14 =

(258)30/1/2013

258 + 279 =(537)

247 290

18/1/2013 261 25/1/2013 0 31/1/20130 + 290 =

(290)187

103 + 261 =(364)

21/1/2013 224 28/1/2013246 + 162 =

(408)1/2/2013

408 + 364 =(772)

8 764

22/1/2013 300 29/1/2013 246 4/2/2013246 + 764 =

(1010)364

646 + 54 =(700)

23/1/2013 134 30/1/2013134 + 19 =

(153)5/2/2013

153 + 700 =(853)

193 660

25/1/2013 0 31/1/2013 220 6/2/2013220 + 660 =

(880)123 757

28/1/2013 131 1/2/2013 0 7/2/2013 757 219538 + 131 =

(669)

29/1/2013 147 4/2/2013147 + 209 =

(356)8/2/2013

356 + 669 =(1025)

197 828

30/1/2013 168 5/2/2013 168 11/2/2013168 + 828 =

(996)402 594

31/1/2013 251 6/2/2013 57 12/2/201357 + 594 =

(651)235

416 + 194 =(610)

1/2/2013 0 7/2/2013 176 13/2/2013176 + 610 =

(786)216

570 + 55 =(625)

4/2/2013 161 8/2/2013 161 + 42 =(203)

14/2/2013 203 + 625 =(828)

220 608

Page 24: Bab i Ika Terbaru

24

Tanggal 01 Februari 2013 :Kembali Terjadi Sistem error dari Kantor Pusat Dirjen Keimigrasian sehingga tidak dapat melaksanakan aktivitas penerbitan Paspor seperti biasanya karena jaringan terputus pada hari tersebut.

5/2/2013 178 11/2/2013178 + 19 =

(197)15/2/2013

197 + 608 =(805)

178 627

6/2/2013 124 12/2/2013124 + 93 =

(217)18/2/2013

217 + 627 =(844)

413 431

7/2/2013 187 13/2/2013187 + 11 =

(198)19/2/2013

198 + 431 =(629)

204 425

8/2/2013 199 14/2/2013199 + 8 =

(207)20/2/2013

207 + 425 =(632)

187 445

11/2/2013 280 15/2/2013 157 21/2/2013157 + 445 =

(602)170

432 + 123 =(555)

12/2/2013 176 18/2/2013176 + 2 =

(179)22/2/2013

179 + 555 =(734)

193 541

13/2/2013 135 19/2/2013135 + 113 =

(248)25/2/2013

248 + 541 =(789)

369 420

14/2/2013 151 20/2/2013151 + 58 =

(209)26/2/2013

209 + 420 =(629)

210 419

15/2/2013 216 21/2/2013 191 27/2/2013191 + 419 =

(610)208

402 + 25 =(427)

18/2/2013 129 22/2/2013129 + 8 =

(137)28/2/2013

137 + 427 =(564)

231 333

19/2/2013 165 25/2/2013165 + 113 =

(278)1/3/2013

278 + 333 =(611)

204 407

20/2/2013 178 26/2/2013178 + 19 =

(197)4/3/2013

197 + 407 =(604)

441 163

21/2/2013 174 27/2/2013174 + 39 =

(213)5/3/2013

213 + 163 =(378)

224 152

22/2/2013 242 28/2/2013 242 + 11 =(253)

6/3/2013 253 + 152 =(405)

299 106

Page 25: Bab i Ika Terbaru

25

25/2/2013 209 1/3/2013209 + 4 =

(213)7/3/2013

213 + 106 =(319)

255 64

26/2/2013 224 4/3/2013224 + 11 =

2358/3/2013

235 + 64 =(299)

213 86

27/2/2013 251 5/3/2013 217 11/3/2013217 + 86 =

303258

45 + 34 =(79)

28/2/2013 251 6/3/2013 235 13/3/2013232 + 79 =

(311)311

0 + 16 =(16)

Jumlah Paspor 48 Halaman yang terlambat terbit 14.853Rata-rata Paspor 48 Halaman Per hari yang terlambat terbit 362 14.853/41 = 362,2

Sumber: Kepala Bagian Umum Kantor Imigrasi Kelas 1 Palembang dan diolah oleh Penulis

Page 26: Bab i Ika Terbaru

26

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 63 Paspor 48

Halaman lagi yang terlambat diterbitkan oleh Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

pada Periode 01 Januari-28 Februari 2013. Kemudian sebagai contoh dapat kita

lihat pada tanggal 02 Januari 2013 jumlah pemohon sebanyak 235 pemohon, dan

dijadwalkan untuk foto 4 (empat) hari kerja berikutnya yaitu pada tanggal 08

Januari 2013 untuk melaksanakan pembayaran biaya keimigrasian, pengambilan

foto biometric dan wawancara, pada tanggal tersebut jumlah pemohon yang

melaksanakan foto biometrik dan wawancara melebihi jumlah pemohon pada

tanggal 02 Januari 2013 yaitu sebanyak 243 pemohon, hal ini terjadi karena ada

pada hari sebelumnya pemohon paspor yang belum melaksanakan foto biometric

dan wawancara sesuai dengan jadwal yang ditentukan, sehingga pemohon tersebut

melaksanakan foto biometric dan wawancara pada hari berikutnya. Dan ada juga

jumlah pemohon paspor yang melaksanakan foto biometric dan wawancara

kurang dari jumlah pemohon yang melakukan pendaftaran pada 4 (empat) hari

kerja sebelumnya, hal ini juga terjadi karena ada pemohon paspor yang tidak tepat

waktu melaksanakan foto biometric dan wawancara sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan oleh Kantor Imigrasi kelas I Palembang. Keadaan seperti ini

dapat menjadi penyebab keterlambatan penerbitan paspor. Kemudian pada tabel

diatas dapat juga kita ketahui bahwa keterlambatan penerbitan paspor RI hampir

setiap harinya, namun berdasarkan tabel diatas setidaknya Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang sempat menerbitkan paspor tepat waktu yaitu pada tanggal 14 Januari

2013. Setelah itu pada tanggal 25 Januari dan 01 Februari 2013 terjadi gangguan

sistem yang parah dikantor pusat Direktorat Keimigrasian, sehingga pada tanggal

Page 27: Bab i Ika Terbaru

27

tersebut semua sistem dimatikan oleh dkantor pusat Direktorat Keimigrasian,

akibatnya pada tanggal tersebut semua aktifitas di Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang tidak bisa berjalan seperti biasanya dan tidak dapat melakukan proses

penerbitan Paspor 48 Halaman.

Berdasarkan jangka waktu penerbitan Paspor 48 Halaman diketahui rata-

rata penerbitan lebih dari 4 hari kerja sebagaimana telah ditentukan dalam Standar

Operasional Prosedur (SOP) Kantor Imigrasi kelas 1 Palembang. Masih ada

paspor yang terlambat diterbitkan oleh Kantor imigrasi kelas I Palembang.

Kenyataan inilah yang tentu saja berdampak pada kualitas layanan pembuatan

Paspor RI, dan pada akhirnya akan berdampak pada kepuasan masyarakat

terhadap pelayanan penerbitan Paspor 48 Halaman.

Menanggapi fenomena keterlambatan penerbitan paspor RI ini

Kepala Seksi Lalulintas Keimigrasian (Lantaskim) mengungkapkan

beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan penerbitan tersebut,

yaitu:

1. Seringnya terjadi ganguan sistem dalam proses penerbitan

DPRI/Paspor RI

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang telah menerapkan Sistem

Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (Sistem SPRI) yang

berbasis Sistem Informasi Keimigrasian (SIMKIM) dalam pelayanan

penererbitan DPRI/Paspor sejak tanggal 28 Juli 2008 menggantikan sistem

lama yang disebut ”Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik” (SPTBB)

Page 28: Bab i Ika Terbaru

28

yang beroperasi sejak 02 Februari 2006 dan berakhir pada 25 Juli 2008.

Penggantian sistem ini lebih tepat disebut sebagai pembaharuan sistem

karena pada hakekatnya merupakan kesinambungan dengan sistem yang

lama.

Namun menurut Kepala Seksi Lalulintas Keimigrasian Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang (Bapak Sutejo, Senin 14/02/13) pada saat

dilapangan sering terjadi gangguan sistem (System error) dan lama loading

ke server pusat dalam Sistem Penerbitan SPRI ini, sehingga mengakibatkan

lambannya dalam pelayanan pembuatan DPRI/Paspor itu sendiri karena

untuk setiap tahap dalam proses penerbitan DPRI/Paspor ini selalu

terhubung dengan server pusat yang berada di Direktorat Jendral

Keimigrasian.

Sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam pelayanan penerbitan

paspor itu sendiri. Berikut beberapa dampak yang terjadi akibat “System

error” lamanya loading ke server pusat:

a. Pelayanan Foto Biometrik dan wawancara menjadi lama dan

melebihi batas waktu jam Kerja Kantor; dan

b. Kurang efektifnya dalam melaksanakan verifikasi adjudicator,

2. Adanya pemohon Paspor 48 Halaman yang tidak disiplin/tepat

waktu untuk melaksanakan foto biometric dan wawancara

Berdasarkan table 1.1 dapat kita lihat adanya perbedaan jumlah

pemohon paspor pada saat pendaftaran dengan jumlah pemohon paspor

Page 29: Bab i Ika Terbaru

29

pada saat foto biometric dan wawancara. sebagai contoh dapat kita lihat

pada tanggal 02 Januari 2013 jumlah pemohon sebanyak 235 pemohon, dan

dijadwalkan untuk foto 4 (empat) hari kerja berikutnya yaitu pada tanggal

08 Januari 2013 untuk melaksanakan pembayaran biaya keimigrasian,

pengambilan foto biometric dan wawancara, pada tanggal tersebut jumlah

pemohon yang melaksanakan foto biometrik dan wawancara melebihi

jumlah pemohon pada tanggal 02 Januari 2013 yaitu sebanyak 243

pemohon, hal ini terjadi karena ada pada hari sebelumnya pemohon paspor

yang belum melaksanakan foto biometric dan wawancara sesuai dengan

jadwal yang ditentukan, sehingga pemohon tersebut melaksanakan foto

biometric dan wawancara pada hari berikutnya. Dan ada juga pada tanggal

04 Januari 2013 jumlah pemohon paspor yang mendaftar adalah sebanyak

298 pemohon, dan yang melaksanakan melaksanakan foto biometric dan

wawancara pada 4 (empat ) hari kerja berikutnya yaitu pada tanggal 10

Januari 2013 adalah sebanyak 203 pemohon, yang artinya jumlah pemohon

yang melaksanakan foto biometric dan wawancara kurang dari jumlah

pemohon yang mendaftar pada tanggal 04 Januari 3013, hal ini juga terjadi

karena ada pemohon paspor yang tidak tepat waktu melaksanakan foto

biometric dan wawancara sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh

Kantor Imigrasi kelas I Palembang. Keadaan seperti ini dapat menjadi

penyebab keterlambatan penerbitan paspor.

Page 30: Bab i Ika Terbaru

30

3. Kurangnya Sarana dan Prasarana pendukung Untuk menunjang

pelaksanaan Pelayanan Penerbitan Paspor 48 Halaman

Dengan jumlah pemohon yang banyak setiap harinya maka kantor

Imigrasi Kelas I palembang dituntut untuk memiliki sarana dan prasarana

pendukung dalam Sistem Penerbitan Paspor 48 Halaman, namun jumlah

perangkat komputer dan perangkat lainnya yang berfungsi untuk

membantu kelancaran proses Sistem Penerbitan Paspor 48 Halaman pada

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang sangat terbatas, berikut daftar

Inventaris Perangkat Sistem Penerbitan Paspor 48 Halaman Pada Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang:

TABEL 1.2

Daftar Inventaris Perangkat Sistem Penerbitan Paspor 48

Halaman Pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

No Nama Barang Kuantitas

1. PC Unit 13 unit

2. Finger Print 3 unit

3 Alat Sidik Jari 2 unit

4. Camera 2 unit

5. Scaner 3 unit

6. Printer 4 unit

7. Mesin Laminasi 1 unit

8. Portable Generating Set 1 unit

9. Server 2 unit

Sumber : Data inventaris Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

Page 31: Bab i Ika Terbaru

31

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa perangkat komputer

yang ada untuk membantu melaksanakan fungsi sistem penerbitan Paspor

48 Halaman di kantor Imigrasi kelas I Palembang berjumlah 13 unit

dimana perangkat-perangkat computer tersebut difungsikan sebagai

berikut: 2 unit untuk entery data; 2 unit untuk pembayaran biaya

keimigrasian; 2 unit untuk foto biometrik; 2 unit untuk wawancara; 1 unit

untuk scan tandatangan; 1 unit untuk verifikasi adjudikatir; dan 3 unit

untuk pencetakan Paspor 48 Halaman.

Pada saat ini komputer yang berfungsi untuk pencetakan Paspor RI

hanya dapat difungsikan satu unit saja sedangkan2 unit lainnya tidak dapat

berfungsi dikarenakan terjadi kerusakan pada 2 unit mesin pencetakan

Paspor RI (Finger Print).

Kemudian jumlah mesin pencetakan Paspor 48 Halaman pada

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang ada 3 unit dimana yang berfungsi

hanya 1 unit saja 2 yang lainnya sedang mengalami kerusakan.

Selanjutnya terdapat 2 unit alat sidik jari yang berfungsi untuk merekam

sidik jari pemohon Paspor 48 Halaman pada setelah foto, 2 unit Kamera

digital yang berfungsi untuk merekam foto pemohon paspor dan terhubung

langsung ke perangkat computer, 3 unit scanner yang masing-masing

fungsinya 2 unit scanner untuk entery data, 1 unit untuk scan tanda tangan.

Kemudian 4 unit printer yang difungsikan untuk cetak hasil verifikasi data

dan 2 unit digunakan untuk cetak hasil wawancara.1 unit mesin laminasi

difungsikan untuk melaminasi hasil cetak paspor. Dan terakhir 2 unit

Page 32: Bab i Ika Terbaru

32

server yang berfungsi sebagai jaringan yang menghubungkan jaringan

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang ke server pusat di Direktorat

Keimigrasian di Jakarta, 1 unit server difungsikan di lantai 1 untuk

membantu pelaksanaan Sistem Penerbitan Paspor RI dan 1 unit server

difungsikan di Lantai 2 untuk pelayanan Warga Negara Asing (WNA).

Berdasarkan data peralatan inventaris pada Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang masih terdapat kekurangan karena hanya memiliki 1 buah

mesin laminasi dan 1 mesin cetak Paspor yang masih berfungsi sehingga

hal tersebut akan menghambat proses penerbitan paspor.

Menurut Kepala seksi Lalulintas Keimigrasian 2 mesin pencetak

Paspor RI tersebut tidak dapat segera diperbaiki karena masih menunggu

teknisi dari Dirjen Keimigrasian. Tidak adanya teknisi ini pun menjadi

kendala dalam kelancaran proses penerbitan Paspor RI tersebut.

b. Kurangnya Sosialisasi Proses Pelayanan Paspor 48 Halaman sehingga

munculnya issue Keluhan Pelayanan yang diberikan di Kantor

Imigrasi Kelas 1 Palembang selama ini masih belum memuaskan

masyarakat.

Hal ini di akui oleh Kepala Seksi Lalulintas Keimigrasian pada

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang, bahwa sosialisasi mengenai proses

dan alurnya pembuatan Paspor 48 Halaman kurang di jelaskan kepada

para pemohon paspor, yang ada hanya flow chart alurnya saja pada ruang

tunggu pemohon, tetapi tidak dijelaskan berapa lama waktu yang di

Page 33: Bab i Ika Terbaru

33

butuhkan utnuk proses pembuatan paspor. Fenomena ini menjadi issue

hangat dalam masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan pembuatan

paspor, masyarakat dihadapkan pada situasi yang dianggap kurang

memuaskan karena pelayanan yang diberikan aparat tidak maksimal.

Untuk memperoleh Paspor RI dibutuhkan waktu dua minggu, yaitu 4 hari

setelah berkas masuk melaksanakan foto, dan 4 hari kemudian baru

Paspor RI mereka bias diambil, sehingga pelayanan di Kantor Imigrasi

ini terkesan lamban. Persoalan inilah yang menjadi anggapan bahwa

pelayanan yang diberikan di Kantor Imigrasi tidak profesional.

Sehingga banyak masyarakat yang beranggapan, bahwa

pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas I Palembang identik dengan

pelayanan yang kurang profesional sehingga terkesan lamban, apa lagi

letak kantornya yang cukup jauh di luar pemukiman penduduk membuat

masyarakat menjadi enggan untuk berurusan di kantor ini, sehingga

banyak masyarakat menggunakan jasa orang lain untuk mengurus

paspornya. Opini yang sudah terbentuk dalam masyarakat bahwa

berurusan di Kantor Imigrasi penuh dengan nuansa ketidak-profesionalan.

Fenomena yang terjadi di Kantor Imigrasi Kelas 1 Palembang diataslah

yang menjadi latar belakang utama penulisan skripsi ini dan menitik-beratkan

pada pelayanan pembuatan paspor. Mengapa penulis lebih menekankan dan

menitik-beratkan pembahasan pada pelayanan paspor 48 halaman, karena

Page 34: Bab i Ika Terbaru

34

pelayanan tersebut sangat dominan dibutuhkan masyarakat Kota Palembang.

Sehingga penulis tertarik untuk Menganalisis Kualitas Pelayanan Penerbitan

Paspor 48 Halaman (Paspor Biasa) Bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang.

1.2.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangdan fenomena yang terjadi , maka rumusan

masalahnya adalah:

1. Bagaimana Kualitas Pelayanan Penerbitan Paspor 48 Halaman (Paspor

Biasa) Bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penlitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas

pelayanan penerbitan Paspor 48 Halaman (Paspor Biasa) bagi warga negara

indonesia (WNI) pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang.

Page 35: Bab i Ika Terbaru

35

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1.3.2.1  Manfaat Akademik

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai pendalaman

yang berhubungan dengan Kualitas Pelayanan terhadap Pelayanan

Publik.

1.3.2.2  Manfaat Praktis

Dapat memberikan masukan dan informasi bagi pihak Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang guna lebih meningkatkan Kualitas

Pelayanan penerbitan Paspor 48 Halaman (Paspor Biasa) bagi warga

negara indonesia (WNI) pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang.

1.4. Kerangka Teori

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan beberapa landasan teori

sebagai kerangka berfikir dan konsepsi menjelaskan tiap variable dalam

permasalahan, yaitu:

1.4.1. Pengertian Pelayanan

Kegiatan pelayanan pada dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak.

Ia melekat pada setiap orang, baik secara pribadi maupun berkelompok

(organisasi) dan dilakukan secara universal. Hal ini seperti yang diungkapkan

oleh Moenir (1995 : 41) bahwa “ Hak atas pelayanan itu sifatnya sudah

Page 36: Bab i Ika Terbaru

36

universal, berlaku terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak itu, dan

oleh organisasi apapun juga yang tugasnya menyelenggarakan pelayanan”.

Menurut Sianipar (1995 : 5) bahwa pelayanan adalah cara melayani,

membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan

seseorang atau sekelompok orang. Artinya obyek yang dilayanui adalah

masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi (sekelompok

anggota organisasi).

Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan

atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang

pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Mengutip Kotler (1990:50), Tjiptono menyebutkan dan menjelaskan

beberapa karakteristik pelayanan meliputi:

a. Intangibility, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicim atau

didengar sebelumnya, konsep ini memiliki dua pengertian yaitu :

1. sesuatu yang tidak daat disentuh dan tidak dapat dirasa;

2. Sesuatu yang mudah di defenisikan, diformulasikan, atau dipahami

secara rohaniah.

b. Inseparability, jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian

diproduksi dan dikonsumsi secara bersama. Interaksi antara penyedia jasa

dan pelanggan merupakan ciri husus dalam pemasaran jasa;

c. Variability, banyak variasi, banyak bentuk, kualitas dan jenis, tergantung

pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Terdapat tiga

Page 37: Bab i Ika Terbaru

37

fator yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa yaitu kerjasama atau

partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa, moral / motivasi

karyawan dalam melayani pelanggan dan beban kerja perusahaan; dan

d. Perishability, jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak

dapat di simpan. Apabila suatu jasa tidak digunakan maka jasa tersebut

akan berlalu begiru saja.

Kemudian, Boediono mendefenisikan bahwa pelayanan adalah suatu

proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan

kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan

keberhasilan. Defenisi yang menekankan pada kepekaan dan hubungan

interpersonal dari penyedia layanan akan menghasilkan pelayanan prima.

Pelayanan prima merupakan pelayanan dengan nilai yang tinggi atau

pelayanan yang bermutu, dimana tujuan dari pelayanan prima adalah:

a. Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi

instansi pemerintah dibidang pelayanan umum;

b. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan,

sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara berdaya guna

dan berhasil guna (efisien dan efektif);

c. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat

dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat

luas.

Page 38: Bab i Ika Terbaru

38

Sugiarto mendefinisikan jasa pelayanan sebagai suatu tindakan yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan,

tamu, klien, pasien, penumpang dan lain-lain) yang tingkat kepuasannya

hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani dan orang yang dilayani.

Dari pengertian diatas kita ketahui bahwa tingkat kepuasan konsumen

dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu dari pihak penyedia jasa layanan

(provider) dan dari pihak pnerima layanan (customer). Pelayanan yang dalam

bahasa inggris disebut SERVICE dijelaskan oleh Sugiarto dengan mengutip

Vyre (1997:22) dalam bentuk akronim sebagai berikut :

- S = Smile for everyone (tersenyum pada semua orang);

- E = Excellence in everything we do (melakukan pekerjaan dengan

bagus);

- R = Reaching out to every quest special with hospitality (berikan

pelayanan special dengan keramahtamahan yang mencapai

semua tamu);

- V = Viewing every quest as a special (menganggap semua tamu

adalah tamu special);

- I = Inviting quest to return (mengundang tamu untuk datang

kembali);

- C = Creating a warm atmosphere (menciptakan suasana yang

hangat); dan

- E = Eye contact that shows we care (lakukan kontak mata yang

menunjukkan keseriusan kepedulian kita).

Page 39: Bab i Ika Terbaru

39

Memahami penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa dalam

setiap layanan harus dilakukan dengan tulus dan didasari oleh kesediaan dari

dalam hati yang ikhlas, petugas yang melayani tidak menganggap pemberian

layanan hanya sekedar melaksanakan tugas apalagi dianggap sebagai beban,

pelayanan diberikan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan bagi pemberi

layanan dan terutama kepuasan pelanggan. Pelanggan dianggap sebagai raja

dan juga sahabat yang harus di senangkan dan di bahagiakan.

1.4.2. Konsep Pelayanan Publik

Pemerintah sebagai penyedia utama pelayanan publik senantiasa harus

menyiapkan kebutuhan pelayanan masyarakat yang berkualitas, hal ini perlu

dilaksanakan guna peningkatan kesadaran dan kepercayaan masyarakat

terhadap tuntutan perbaikan sistem pelayanan masyarakat dan kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah.

Sinambela (dalam Pasolong, 2008: 199) mengatakan pelayanan publik

sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia

yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan

atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat

pada suatu produk secara fisik. Sementara itu, Kurniawan (dalam Pasolong,

2008:199), menyatakan pelayanan publik adalah pemberian pelayanan

(melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara

yang telah ditetapkan.

Page 40: Bab i Ika Terbaru

40

Definisi Pelayanan Publik menurut Keputusan MENPAN nomor 63

Tahun 2004 (dalam Pasolong, 2008:199) tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik adalah pemberian pelayanan prima

kepada masyarakat yang merupakan perwujudan suatu kewajiban aparatur

pemerintah sebagai abdi masyarakat. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh

Lembaga Administrasi Negara (dalam widodo, 2001:269) yang

mengemukakan pelayanan umum sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan

umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat , di daerah, dan di

lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/daerah dalam bentuk barang

atau jasa dalam rangka upaya pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Berdasarkan beberapa definisi pelayanan publik diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa pelayanan public adalah segala bentuk kegiatan yang

diselenggarakan oleh organisasi pemerintah dalam rangka melaksanakan

fungsi pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2004 (dalam Pasolong,

2008:199) tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

mengelompokkan tiga jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta

BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut didasarkan pada

ciri-ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang dihasilkan yaitu:

Page 41: Bab i Ika Terbaru

41

1. Jenis pelayanan administratif adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh

unit pelayanan berupa pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,

dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan

menghasilkan produk akhir berupa dokumen. Misalnya sertifikat tanah,

KTP, akte kelahiran, dan sebagainya.

2. Jenis pelayanan barang adalah pelayanan yang diberikan oleh unit

pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan

berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaian kepada konsumen

langsung (sebagai unit atau individual) dalam suatu sistem. Secara

keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda

(berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah

secara langsung bagi penggunanya. Misalnya jenis pelayanan listrik, air

bersih, dan telepon.

3. Jenis pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit

pelayanan berupa sarana dan prasarana serta penunjangnya. Produk

akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya

secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya

pelayanan angkutan darat, laut, udara, pelayanan kesehatan, perbankan,

pos dan pelayanan pemadam kebakaran.

1.4.3. Konsep Kualitas Pelayanan

Peningkatan kualitas pelayanan perlu dilakukan sebagai suatu upaya

untuk memberikan kepuasan bagi masyarakat sebagai penerima pelayanan.

Page 42: Bab i Ika Terbaru

42

Banyak pakar dibidang kualitas pelayanan yang mencoba untuk

mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.

Nasution (2004:47) mengatakan kualitas pelayanan adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan

tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Albrecht dan Zemke (dalam Subarsono, 2005:145) mengatakan bahwa

kualitas pelayanan adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan.

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur

yang “relevan, valid dan reliable”, sebagai unsur minimal yang harus ada,

untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan

2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya

3. Kejelasan Petugas Pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas

yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan

tanggung jawabnya)

Page 43: Bab i Ika Terbaru

43

4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas

dalammemberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu

kerjasesuai ketentuan yang berlaku

5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan

6. Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan

ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan

pelayanan kepada masyarakat

7. Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan

dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan

8. Keadilan mendapatkan Pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan

dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani

9. Kesopanan dan Keramahan Petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan

ramah serta saling menghargai dan menghormati

10. Kewajaran Biaya Pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat

terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan

11. Kepastian Biaya Pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan

12. Kepastian Jadwal Pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan,

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

Page 44: Bab i Ika Terbaru

44

13. Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana dan

prasaranapelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat

memberikanrasa nyaman kepada penerima pelayanan

14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamananlingkungan

unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yangdigunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkanpelayanan terhadap

resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan

Untuk menilai kualitas atau mengukur kualitas jasa perlu pemahaman

mengenai dimensi kualitas jasa. Banyak penelitian dilakukan oleh para pakar

untuk mengetahui secara rinci dimensi kualitas jasa, termasuk menentukan

dimensi mana yang paling menentukan dalam kualitas jasa tertentu. Beberapa

model dimensi kualitas dipaparkan oleh para tokoh, yaitu:

1. Lenvine

Lenvine (dalam Ratminto dan Atik 2010:175), pelayanan publik

harus memenuhi tiga indikator, yaitu:

a. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia

layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan

pengguna layanan.

b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu

Page 45: Bab i Ika Terbaru

45

dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan

administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai

dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang

dalam masyarakat.

2. Zeithmal, Parasuraman, dan Berry

Valerie A.Zeithaml, A. Parasuraman, dan Leonard L. Berry (dalam

Arief, 2006:125) menggunakan hasil penelitiannya bahwa ada sepuluh

kriteria dimensi (variabel) yang dapat digunakan untuk menilai kualitas

pelayanan, yaitu Ten Dimension of Servequal (service quality). Lebih

lanjut Zeithaml meringkas sepuluh dimensi tersebut ke dalam lima

dimensi yang disebut Service Quality (Servequal) seperti pada tabel

berikut ini:

Page 46: Bab i Ika Terbaru

46

Gambar 1.2

Corespondence Between Servequal Dimensions and Original Ten

Dimension For Evaluating Service Quality

10 Dimensi Original untuk mengevaluasi kualitas Pelyanan

Tangibles Reliability Responsiveness Assurance Emphaty

Bukti fisik (Tangible)

Keandalan (Reliability)

Ketanggapan (Responsiveness)

Kompetensi (Competence)

Kesopanan (Courtesy)

Kredibilitas (Ceredibility)

Keamanan (security)

Akses (Access)

Komunikasi (Communication)

Kemampuan memahami pelanggan (Understanding the

Customer)

Sumber: Zeithaml, Pasuraman and Berry (dalam Arief, 2006)

Berdasarkan tabel 1.2 diatas Konsep Servqual mencakup sepuluh

dimensi, disederhanakan menjadi lima dimensi yaitu: tangible, reliability,

responsiveness, assurance dan empathy atau kepastian. Ini merupakan

penggabungan dari empat dimensi yaitu pengetahuan, kesopanan, dan

kemampuan para petugas penyedia layanan dalam memberikan

kepercayaan kepada pengguna layanan. Serta empathy yang dapat dilihat

Page 47: Bab i Ika Terbaru

47

melalui kemampuan memberikan perhatian kepada pengguna layanan

secara individual melalui akses dan informasi yang tepat dan sesuai.

Pemikiran Parasuraman ini dijelaskan lebih lanjut oleh Tjiptono (dalam

Arief, 2006:127) sebagai berikut:

a) Tangible, aspek ini sangat penting untuk dijadikan tolak ukur apakah

layanan itu berkualitas atau tidak. Dimensi ini menilai wujud fisik di

kantor penyedia layanan.

b) Reliability, dimensi ini menjelaskan derajat kehandalan dari aparat

pelayanan publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Aspek

kehandalan ini berkaitan dengan kemampuan lembaga publik dan para

aparatnya untuk memberikan layanan sesuai dengan yang dijanjikan.

c) Responsiveness, dimensi ini berhubungan dengan sikap tanggap dari para

pelayan publik terhadap harapan, keluhan, maupun kecenderungan

perubahan yang terjadi dimasyarakat. Dalam hal inilah diperlukan

keberadaan staf yang sigap untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan

yang diajukan oleh warga masyarakat.

d) Assurance, dimensi ini berkaitan dengan sopan santun lembaga dan para

stafnya untuk menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para

pengguna layanan publik.

e) Empathy, dimensi ini ditandai dengan sikap peduli dan penuh perhatian

kepada warga masyarakat yang membutuhkan jasa layanan.

Page 48: Bab i Ika Terbaru

48

3. Philip Kotler

Menurut Philip Kotler dalam J. Supranto (2001: 31) merincikan

kriteria penentu kualitas jasa pelayanan menjadi lima kriteria yaitu :

a) Kehandalan (reability), kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

b) Daya tanggap (Responsiveness), kemampuan untuk membantu

penerima layanan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan

c) Keyakinan (confidence), pengetahuan dan kesopanan pegawai serta

kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan

atau assurance.

d) Empati (empaty), syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi

penerima layanan.

e) Berwujud (tangible), penampilan fisik, peralatan, personil dan media

komunikasi.

4. Zulian Yamit

Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas tersebut dapat dilakukan

dengan cara menganalisa terhadap aspek-aspek kualitas yang terdiri dari :

(Zulian Yamit, 2005:89-90)

a) Reliability. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui bahwa apakah suatu

pelayanan itu berbelit-belit ataukah tidak, apakah pelayanan itu efektif

ataukah tidak, dan apakah pelayanan yangdiberikan itu optimal ataukah

belum.

Page 49: Bab i Ika Terbaru

49

b) Credibility. Analisa dimensi ini lebih ditekankan kepada disiplin kerja

pegawai, apakah pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya cukup

disiplin ataukah tidak, tepat waktu atau tidak, terkontrol ataukah kurang

terkontrol.

c) Competence. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui apakah pegawai itu

cukup profesional dalam melaksanakan pekerjaannya ataukah tidak.

Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa apakah sumber daya

manusianya perlu ditingkatkan ataukah tidak. Dengan demikian akan

diketahui pula bahwa penempatannya harus lebih tepat.

d) Tangibles. Dengan analisa ini maka akan diketahui segala fasilitas yang

berhubungan dengan pelayanan, apakah fasilitasnya perlu ditambah

ataukah tidak.

e) Responsiveness. Analisa ini untuk mengetahui seberapa besar tanggung

jawab yang ada dalam setiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya,

dengan demikian akan diketahui mana pegawai yang lamban dan mana

pegawai yang cekatan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka peneliti menggunakan

dimensi Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy dari

Zeithaml, Parasuraman, dan Berry. Model Servequal tersebut dikembangkan

dengan maksud untuk membantu para manager dalam menganalisis sumber

masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas jasa. Sejauh

ini model servequal telah diterapkan pada beraneka ragam konteks, baik

Page 50: Bab i Ika Terbaru

50

untuk komersial, industrial dan nirlaba (Asubonteng, 1996), model ini lebih

terfokus pada proses penyampaian jasa dan lebih didasarkan pada

paradigmadiskonfirmasi dari pada attitudinal (Buttle, 1996). Namun, pada

kenyataannya bahwa sampai saat ini model servequal dipersepsikan sebagai

model terbaik dan popular, karena teori ini masih dipandang relevan

digunakan untuk meneliti organisasi publik karena sifatnya yang masih

sederhana, lain halnya dengan organisasi swasta, teori ini sudah tidak relevan

lagi digunakan untuk meneliti organisasi swasta. Metode servequal mengukur

harapan pelanggan terhadap perusahaan ideal dalam suatu industry jasa

tertentu sehingga menimbulkan penilaian terhadap penyedia jasa ideal yang

diharapkannya dengan penyedia jasa aktual yang diterimanya. Penjelasan

tersebut sesuai dengan pendapat Cronin dan Taylor (1992) menyatakan

bahwa ukuran yang obyektif sebuah pendekatan yang tepat untuk

memperkirakan kualitas dari suatu perusahaan jasa adalah dengan mengukur

kinerja dari jasa yang dikonsumsi oleh konsumen.

1.4.4. Paspor 48 Halaman (Paspor Biasa)

Dokumen perjalanan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat

yang berwenang dari suatu Negara, Perserikatan Bangsa-bangsa,atau

organisasi internasional lainnya untuk melakukan perjalanan antar Negara

yang memuat identitas pemegangnya.

Page 51: Bab i Ika Terbaru

51

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang

Keimigrasian menyebutkan bahwa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia

adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia

kepada warga Negara Indonesia untuk melakukan perjalanan. Dengan

demikian pemegangnya tidak memiliki hak mutlak atas dokumen negara

tersebut, meskipun berisi identitas dirinya.

Dalam Undang-undang No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

Dijelaskan pada pasal 24 bahwa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia

(DPRI) terdiri atas :

1.4.4.1. Paspor, Pasport ini sendiri terdiri atas:

a. Paspor Diplomat ( diplomatic pasport), Diterbitkan bagi warga

negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah

Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan tugas yang

bersifat diplomatik;

b. Paspor Dinas ( servise passport ), Diterbitkan bagi warga negara

Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah

Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan dinas yang

tidak bersifat diplomatik;

c. Paspor Biasa/Paspor 48 Halaman ( ordinary passport ), Diterbitkan

untuk warga negara Indonesia.

Page 52: Bab i Ika Terbaru

52

1.4.4.2. Surat Perjalanan Laksana Paspor, terdiri atas:

a. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia,

dikeluarkan bagi WNI dalam keadaan tertentu jika Paspor biasa tidak

dapat dikeluarkan;

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Asing,

dikeluarkan bagi Orang Asing yang tida mempunyai Dokumen

Perjalanan yang sah dan negaranya tidak mempunyai perwakilan di

Indonesia (atas kehendak sendiri, dikenai deportasi, dan repatriasi);

dan

c. Surat Perjalanan lintas batas atau pas lintas batas, dikeluarkan untuk

WNI yang berdomisili di wilayah perbatasan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dengan negara lain sesuai dengan perjanjian.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Dokumen

Perjalanan Republik Indonesia adalah Paspor Republik Indonesia dan

Surat Perjalanan laksana Paspor Republik Indonesia Dokumen resmi. Paspor

Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Paspor adalah Dokumen yang

dikeluarkan oleh Pemerintah indonesia kepada Warga negara Indonesia untuk

melakukan Perjalanan antar negara yang berlaku selama jangka waktu

tertentu. Surat Perjalanan Laksanan Paspor Republik Indonesia selanjutnya

disebut Surat Perjalanan Laksanan Paspor Republik Indonesia Paspor adalah

Dokumen pengganti Paspor yang diberikan dalam keadaan tertentu yang

berlaku selama jangka waktu tertentu.

Page 53: Bab i Ika Terbaru

53

Jadi Paspor 48 Halaman/Paspor biasa adalah Paspor yang diterbitkan

untuk Warga Negara Indonesia (WNI) dan digunakan untuk perjalanan antar

Negara.

Fungsi Paspor 48 Halaman/Paspor Biasa (Ordinary Paspor) adalah

sebagai berikut:

1. Bukti status Kewarganegaraan Indonesia;

2. Dokumen Negara yang berisi indentitas diri pemegangnya berlaku

internasional dan dipergunakan untuk melakukan perjalanan antar

negara; dan

3. Perlindungan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia selama

berada di luar

Adapun alur kerja atau tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses

permohonan Paspor 48 Halaman pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

adalah sebagai berikut:

1. Formulir Permohonan

Pertama kali yang harus dilakukan seorang pemohon Paspor 48

Halaman pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang adalah mengisi secara

lengkap formulir (perdim11) yang telah disediakan kemudian

melampirkan persyaratan-persyaratan secara umum sebagai berikut:

Page 54: Bab i Ika Terbaru

54

a. Keterangan identitas diri;

Bukti domisili

- KTP , dilengkapi KK

- bukti penduduk LN bagi WNI yg tinggal di LN

d. Bukti Identitas diri , melampirkan salah satu yaitu:

- Akte lahir; - Akte Perkawinan /Surat Nikah ;

- Ijazah; - Surat Baptis

- Surat Keterangan ganti nama

b. Surat Rekomendasi bagi pemohon yang berstatus karyawan/Pegawai

Negeri Sipil (PNS)/Tentara Nasional Indonesia (TNI); dan

c. Paspor lama bagi pemohon yang pernah memiliki Paspor 48

Halaman sebelumnya.

2. Antrian

Pemohon mengambil nomor antrian elektronik dan memilih jenis

layanan yang diinginkan. Kemudian mesin antrian akan memanggil secara

otomatis dan menampilkan nomor antrian pada layar monitor atau petugas

loket memanggil pemohon sesuai antrian. Jenis layanan antrian terdiri dari

4 (empat) jenis yaitu :

a. Penyerahan formulir, antrian ini untuk mengajukan permohonan

paspor (mulai dari permohonan paspor, pembayaran hingga

pengambilan data biometrik dan wawancara);

b. Pembayaran, antrian ini untuk melanjutkan pembayaran jika sudah

mengajukan permohonan paspor sebelumnya;

Page 55: Bab i Ika Terbaru

55

c. Foto, sidik jari dan wawancara, antrian ini untuk melajutkan

pengambilan biometrik dan wawancara jika sudah melakukan

pembayaran paspor sebelumnya;

d. Pengambilan paspor, layanan ini untuk mengambil paspor.

Untuk melakukan permohonan paspor pada hari pertama datang, maka

pemohon mengambil jenis layanan penyerahan formulir.

3. Loket Permohonan

Setelah petugas loket memanggil nomor antrian pemohon, maka

pemohon menuju loket permohonan untuk menyerahkan formulir

permohonan disertai persyaratan permohonan. Tahapan-tahapan yang

dilakukan diloket permohonan ini adalah:

a. Permohonan Paspor diajukan kepada petugas loket oleh pemohon

ataupun yang diberi kuasa;

b. Petugas loket menerima dan memeriksa kebenaran persyaratan asli

yang dibawa oleh pemohon atau yang diberi kuasa;

c. Memeriksa kelengkapan persyaratan;

d. Mencocokan data yang terdapat dalam masing-masing persyaratan;

e. Melakukan wawancara awal untuk mengetahui /memastikan bahwa :

1. Pemohon adalah Warga Negara Indonesia;

2. Data pribadi pemohon sesuai dengan data yang tertera dalam

persyaratan yang dilampirkan;

3. Pemohon telah/belum pernah memiliki paspor, untuk memastika

Page 56: Bab i Ika Terbaru

56

4. Apakah permohonan paspor baru atau penggantian;

f. Memberitahukan kepada pemohon dalam waktu paling lama 3 hari

kerja untuk melakukan pembayaran, foto, wawancara atau langkah

berikutnya yang harus dilakukan oleh pemohon .

b. Petugas loket memindai dokumen dan memeriksa hasil

pemindaian serta memeriksa daftar cekal yang terhubung

langsung ke Pusat Data Keimigrasian Ditjenim;

c. Petugas loket melakukan pemindaian ulang terhadap hasil pemindaian

yang kurang sempurna;

4. Entery Data

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada bagian entery data

permohonan ini adalah:

a. Melakukan entry data;Memindai persyaratan;

b. Verifikasi cekal dan status permohonan dilakukan otomatis oleh

sistem;

c. Apabila ditemukan permohonan yang identik dengan hasil cekal

dan / atau status permohonan maka sistem akan menolak secara

otomatis;

d. Apabila ditemukan keraguan atas hasil cekal dan/atau status

permohonan maka akan diteruskan kepada atasan/pejabat yang

ditunjuk;

e. Klik lanjutkan jika hasil verifikasi menyatakan clear;

Page 57: Bab i Ika Terbaru

57

5. Mengirim berkas permohonan ke bendaharawan pada kesempatan

pertama ;

a. Mengirim berkas permohonan ke bidang/seksi WASDAKIM

apabila diketahui pemohon kehilangan paspor atau rusak untuk

dilakukan BAP setelah tahap verifikasi.

6. Loket Pembayaran

Setelah pemohon menerima tanda terima permohonan dari petugas

loket, yang berarti bahwa penyerahan permohonan dan persyaratan telah

selesai, maka pemohon menuju loket pembayaran untuk melakukan

pembayaran tarif keimigrasian. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan

pada loket pembayaran ini meliputi:

a. Bendahara penerima pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

menerima pembayaran tarif keimigrasian dari pemohon ataupun yang

diberi kuasa sesuai ketentuan yang berlaku;

b. Bendahara penerima setelah menerima pembayaran memasukkan

nomor blanko Paspor 48 Halaman dan mencetak serta memberikan

tanda terima pembayaran.

7. Pengambilan foto wajah dan sidik jari

Adapun tahapan-tahapan pada proses pengambilan foto wajah dan

sidik jari ini adalah sebagai berikut :

Page 58: Bab i Ika Terbaru

58

a. Pemohon wajib datang pada saat pengambilan foto wajah dan sidik

jari;

b. Petugas Imigrasi melakukan pengambilan foto wajah dan sidik jari

terhadap pemohon sesuai dengan nomor antrian pada tanda terima

pembayaran;

c. Petugas Imigrasi melakukan pengambilan foto wajah pemohon dalam

posisi menghadap ke depan lensa kamera;

d. Petugas Imigrasi melakukan pengambilan sepuluh sidik jari tangan

pemohon, dimulai dari jempol kanan, telunjuk kanan, tengah kanan,

manis kanan, kelingking kanan, dilanjutkan dengan jempol kiri,

telunjuk kiri, tengah kiri, manis kiri dan kelingking kiri;

e. Petugas Imigrasi membuat catatan pada kolom petugas dalam hal:

i. Terdapat kelainan pada jari pemohon;

ii. Sidik jari telah dilakukan berulang kali, namun sistem belum dapat

mendeteksi sidik jari pemohon.

f. Petugas Imigrasi tidak perlu mengambil sidik jari bagi anak yang

berusia dibawah 3 (tiga) tahun dengan membuat catatan pada kolom

petugas.

Page 59: Bab i Ika Terbaru

59

8. Wawancara

Tahapan-tahapan proses wawancara meliputi:

a. Pemohon wajib datang dengan menunjukan dokumen asli sebagai

persyaratan pada saat proses wawancara;

b. Petugas wawancara melakukan penelitian tentang kelengkapan

dokumen persyaratan asli, serta menuangkan hasil penelitian pada

kolom catatan petugas dan formulir yang telah disediakan;

c. Petugas wawancara wajib memasukan data alamat lengkap

(Kecamatan, Kota/Kabupaten, Provinsi) dan bilamana diperlukan

memasukkan data alamat lain yang bisa dihubungi selain pada alamat

KTP;

d. Petugas wawancara mencetak biodata pemohon, selanjutnya pemohon

menandatangani hasil pencetakan dan blangko Paspor 48 Halaman;

e. Petugas wawancara dapat menangguhkan proses selanjutnya apabila

pada hasil penelitian ditemukan kecurigaan tentang identitas dan jati

diri pemohon untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan apabila hasil

penelitian lanjutan terbukti adanya pelanggaran keimigrasian maka

permohonannya dapat ditolak dengan membuat keterangan pada kolom

catatan petugas;

f. Penolakan sebagaimana dimaksud pada huruf ( e ) dilakukan

berdasarkan keputusan tertulis Kepala Kantor Imigrasi, yang memuat

Page 60: Bab i Ika Terbaru

60

alasan-alasan penolakan secara elektronik maupun manual yang

salinannya diserahkan kepada pemohon.

9. Sistem Adjudicato.

Setelah proses pengambilan foto wajah dan sidik jari serta

wawancara selesai maka dilakukan identifikasi foto wajah dan sidik jari,

dengan tahapan sebagai berikut :

a. Petugas wawancara mengirim data foto wajah, sidik jari serta identitas

diri ke Pusdakim untuk dilakukan identifikasi;

b. Sistem identifikasi pada Pusdakim secara otomatis akan memberikan

jawaban kepada kantor imigrasi berupa persetujuan atau tindak lanjut;

c. Dalam proses identifikasi foto wajah dan sidik jari ditemukan

duplikasi maka kepala kantor Imigrasi atau pejabat yang diberi

wewenang melakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam berita

acara pemeriksaan dan berita acara pendapat untuk selanjutnya

dilakukan proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

10. Pencetakan Paspor 48 Halaman

Tahapan-tahapan proses pencetakan Paspor 48 Halaman sebagai

berikut:

a. Petugas yang diberi wewenang melakukan pencetakan halaman

biodata pemohon, halaman catatan resmi (official notes) serta halaman

pengesahan/endorsements jika diperlukan setelah mendapat

Page 61: Bab i Ika Terbaru

61

persetujuan identifikasi foto wajah dan sidik jari dari Pusdakim, dan

melakukan laminasi blanko Paspor 48 Halaman;dan

b. Petugas yang diberi wewenang, melakukan uji kualitas pencetakan

laminasi, dalam hal ditemukan cacat produksi maka dilakukan

penggantian blanko Paspor 48 Halaman tanpa dikenakan tarif.

11. Penandatanganan Paspor 48 Halaman

Tahapan-tahapan proses penandatanganan adalah:

b. Kepala Bidang Lalu Lintas dan Status Keimigrasian atau Kepala Seksi

Lalu Lintas Keimigrasian atau pejabat yang diberi wewenang

membubuhkan paraf pada Paspor 48 Halaman;

c. Kepala Kantor Imigrasi atau pejabat yang diberi wewenang

menandatangani Paspor 48 Halaman dan menyerahkan kepada petugas

untuk diterakan cap dinas untuk selanjutnya diserahkan kepada petugas

loket.

12. Penyerahan Paspor 48 Halaman

Tahapan-tahapan penyerahan Paspor 48 Halaman adalah sebagai

berikut:

a. Petugas loket melakukan pemindaian halaman tanda tangan kepala

kantor dan halaman catatan petugas dan selanjutnya menyerahkan

kepada pemohon atau yang diberi kuasa;

Pemohon atau yang diberi kuasa, menandatangani tanda bukti

penerimaan Paspor 48 Halaman pada kolom penerimaan.

Page 62: Bab i Ika Terbaru

62

1.4.5. Keimigrasian

Menurut Moh. Arif dalam bukunya Keimigrasian di Indonesia Suatu

Pengantar (1997;16), Keimigrasian di Indonesia menyangkut 2 (dua) hal

penting yaitu:

Hal ihwal masuk dan keluar wilayah Negara Republik Indonesia baik warga Negara Indonesia maupun orang asing;Pengawasan orang asing di Indonesia, menyangkut 2 hal yaitu:1. Keberadaan orang asing di Indonesia;2. Kegiatan orang asing selama berada di Indonesia.

(dalam Karya Tulis Akhir Akademi Imigrasi, Karina Maya Mustika; 2009:7)

Menurut Santoso (2004:14) istilah Imigrasi berasal dari bahasa latin

migratio yang artinya perpindahan orang dari satu tempat atau negara menuju

tempat atau negara lain. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia

imigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain untuk

tinggal menetap disana.

Sedangkan Berdasarkan undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2011 Tentang keimigrasian pasal 1 menyebutkan bahwa dalam

Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Keimigrasian adalah hal ihwal

lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta

pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Obyek keimigrasian adalah : 1) lalu lintas orang masuk / keluar

wilayah Indonesia; dan 2) pengawasan orang asing (keberadaan dan kegiatan

di wilayah Indonesia).

Page 63: Bab i Ika Terbaru

63

1.4.6. Analisis Kualitas Pelayanan Penerbitan Paspor 48 Halaman

(Paspor Biasa) Bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan

bahwa Analisis Kualitas Pelayanan Penerbitan Paspor 48 Halaman (Paspor

Biasa) Bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang merupakan suatu penilaian untuk melihat seberapa baik pelayanan

pada produk jasa Penerbitan Paspor 48 Halaman dalam melayani permohonan

penerbitan Paspor RI di Kantor Imigrasi Kelas I Palembang.

Baik atau tidaknya pelayanan penerbitan Paspor 48 Halaman Pada

Kantor Imigrasi Kelas I Palembang, sangat ditentukan oleh dimensi-dimensi

dalam kualitas pelayanan, yaitu:

1. Tangible (bukti fisik), dimensi yang menilai tampilan fisik kantor penyedia

layanan. Adapun indikatornya, kenyamanan fasilitas pelayanan,

penampilan pegawai dalam memberi layanan, kebersihan Kantor Imigrasi

Kelas I Palembang , dan perlengkapan peralatan penerbitan Paspor 48

Halaman.

2. Reliability (kehandalan) dimensi ini menilai derajat kehandalan dari aparat

pelayanan publik dalam memberi layanan pada masyarakat. Adapun

indikatornya terdiri dari kesederhanaan persyaratan layanan, kejelasan

pegawai dalam menyampaikan informasi tentang prosedur, kemampuan

pegawai dalam melakukan proses penerbita Paspor 48 Halaman, kepastian

Page 64: Bab i Ika Terbaru

64

jangka waktu penyelesaian penerbitan Paspor 48 Halaman, kecepatan

pegawai dalam pelayanan.

3. Responsiveness (daya tanggap), dimensi yang menilai daya tanggap dari

penyedia layanan terhadap harapan, keluhan, maupun kecendrungan

perubahan yang terjadi di masyarakat. Adapun indikatornya terdiri dari

kesiapan pegawai dalam melayani penerima layanan, kelancaran pada saat

pelayanan, serta ketanggapan pegawai dalam memberikan pelayanan.

4. Assurance (jaminan), dimensi ini berkaitan dengan kemampuan lembaga

dan para pegawainya untuk menanamkan rasa percaya dan keyakinan para

pengguna layanan publik.Adapun indikatornya terdiri dari, keramahan

pegawai, kesopanan pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Palembang dan

keamanan tempat pelayanan.

5. Empathy (kepedulian), dimensi ini ditandai dengan sikap peduli dan penuh

perhatian kepada para warga masyarakat yang membutuhkan jasa layanan.

Adapun indikatornya terdiri dari kemampuan pegawai berkomunikasi

dengan baik, perhatian pegawai kepada penerima layanan, dan keadilan

dalam pemberian pelayanan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Secara ringkas, berdasarkan paparan dalam landasan teori di atas, dan

dengan mengacu pada pola servqual tentang upaya peningkatan kualitas

pelayanan selanjutnya dirumuskanlah dalam kerangka pemikiran penelitian.

Page 65: Bab i Ika Terbaru

65

Gambar 1.3 : Kerangka Pemikiran

Sumber: modifikasi dari teori Zeithmal, dan Bitner serta Pasasuraman

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2009:1). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Azwar

(2003:5) mengatakan penelitian deskriptif kuantitatif sebagai prosedur penelitian

yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode

statistik. Penelitiam deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan,

meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang

timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang

Analisis Kualitas Pelayanan Penerbitan

Paspor 48 halaman (Paspor Biasa) bagi

Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas

I Palembang

Keandalan (Reliability)

Ketanggapan (Responsiveness)

Jaminan(Assurances)

Empati (Ampathy)

Bukti fisik (Tangible)

Page 66: Bab i Ika Terbaru

66

terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang

kondisi, situasi, maupun variabel tersebut (Bungin, 2006: 37). Penelitian ini

menggambarkan Kualitas Pelayanan Penerbitan Paspor 48 halaman (Paspor

Biasa) bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang.

1.6.2. Definisi Konsep

Definisi konsep menurut Singarimbun dan Effendi (1995: 33) merupakan

istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan,

kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Berdasarkan

pengertian di atas, maka definisi konsep penelitian ini adalah:

1. Pelayanan, merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada

konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut

dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi;

2. Pelayanan Publik adalah segala bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh

organisasi pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

3. Kualitas Pelayanan segala bentuk penyelenggaraan pelayanan secara

maksimal yang diberikan perusahaan dengan segala keunggulan terhadap

setiap dimensi-dimensinya yang terdiri dari tangibles, reliability,

Page 67: Bab i Ika Terbaru

67

responsiveness, assurance, dan empathy dalam rangka memenuhi harapan

pelanggan.

4. Paspor 48 Halaman/Paspor biasa adalah Paspor yang diterbitkan untuk

Warga Negara Indonesia (WNI) dan digunakan untuk perjalanan antar

Negara;

5. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar

Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya

kedaulatan Negara (Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011); dan

6. Analisis Kualitas Pelayanan Penerbitan Paspor 48 halaman (Paspor Biasa)

bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang adalah suatu penilaian untuk melihat seberapa baik pelayanan

pada Penerbitan Paspor 48 halaman kepada pemohon dengan melihat

setiap dimensi-dimensinya yang terdiri dari dari tangibles, reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy Pada Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang.

1.6.3. Definisi Operasional

Definisi Operasional menurut Singarimbun dan Effendi (1995: 46).

dinyatakan sebagai unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel. Penelitian ini dilakukan di titik pelayanan dimana

penduduk mulai mendatangi tempat pelayanan sampai selesai melakukan

perekaman data. Definisi operasional dari penelitian ini terdiri dari 5 dimensi dan

Page 68: Bab i Ika Terbaru

68

dari kelima dimensi tersbeut terbagi menajdi beberapa indikator . Adapun dimensi

yang akan diteliti yaitu:

Tabel 1.3

Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator

Analisis Kualitas

Pelayanan Penerbitan Paspor 48 halaman (Paspor

Biasa) bagi Warga Negara

Indonesia (WNI) Pada

Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang

Tangible : Tampilan Fisik

1) Kelengkapan peralatan Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

2) Tampilan Fisik Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

3) Ruang Pelayanan Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

4) Penampilan pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

Reliability: Keadaan atau penyampaian jasa yang dapat dipercaya

5) Kesesuaian penyelesaian Paspor 48 Halaman sesuai dengan ketentuan

6) Ketulusan dalam memberikan pelayanan

7) Pelayanan oleh petugas loket

8) Kesesuaian operasional kantor dengan jam kerja kantor

9) Petugas tidak melakukan kesalahn

10) Kepastian dalam pemberian setiap tahapan pelayanan

Responsiveness:Daya tanggap atau kesediaan menyampaikan jasa secara cepat

11) Kesediaan Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Palembang untuk melayani

12) Kesedian Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Palembang dalam memberikan informasi

13) Kesediaan Pegawaia Kantor Imigrasi Kelas I Palembang dalam merespon permintaan pemohon Paspor 48 Halaman

Page 69: Bab i Ika Terbaru

69

14) Tidak terdapat praktek percaloan

Assurance/ Jaminan:Menumbuhkan kepercayaan terhadap pelanggan

15) Kenyamanan Pemohon

16) Keramah tamahan petugas Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

17) Penguasaan petugas dalam melaksanakan tugasnya

18) Kualitas petugas wawancara

Emphaty: Perhatian dan pemahaman terhadap keinginan pelanggan

19) Perlakuan petugas Kantor Imigrasi Kelas I Palembang tidak diskriminatif

20) Kesediaan memberikan layanan lebih dari yang ditetapkan

21) Pelayanan tanpa pamrih

22) Pelayanan yang simpatik

23) Kesediaan dalam mengarahkan dan membantu

24) Pemohon Paspor diberi kesempatan untuk melengkapi kekurangan

Sumber: Modifikasi dari Teori Zeithaml, Bitner dan Parasuraman

1.6.4. Unit Analisis

Unit analisis data adalah satuan yang menunjuk pada subjek penelitian

(Sugiono, 2003:13). Dalam penelitian ini, unit analisis adalah :

1. Organisasi, yaitu Kantor Imigrasi Kelas 1 Palembang yang memberikan

pelayanan kepada publik / masyarakat; dan

2. Masyarakat individu yang memanfaatkan jasa pelayanan pembuatan

Paspor 48 Halaman di Kantor Imigrasi Kelas 1 Palembang.

Page 70: Bab i Ika Terbaru

70

1.6.5. Key Informan

Key informan yang dipilih adalah orang-orang yang terlibat langsung

mengenai Kualitas Pelayanan Penerbitan Paspor 48 halaman (Paspor Biasa)

bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang

ini. Key informan yang saya pilih adalah:

1. Kepala Seksi Lalulintas Keimigrasian di Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang;

2. Petugas Bagian Loket Pelayanan Paspor 48 Halaman Pada di Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang;

3. Petugas pada Bagian Foto Biometrik Pada di Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang; dan

4. Petugas Wawancara Pada di Kantor Imigrasi Kelas I Palembang.

1.6.6. Populasi dan Sampel

1.6.6.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek, atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2003:90).

Populasi penelitian ini adalah masyarakat pemohon Paspor RI di

Kantor Imigrasi kelas I Palembang dalam kurun waktu satu bulan,

Page 71: Bab i Ika Terbaru

Jumlah sampel (n) = 4 atau 5 kali n.

71

Sesungguhnya tidak pernah dapat diketahui jumlah total populasi dalam

penelitian ini, mengingat penelitian dilakukan bersamaan dengan

dilakukan pelayanan kepada populasi. Total jumlah pasti populasi tidak

dapat ditentukan di awal penelitian, sehingga populasi dirumuskan dari

rata-rata jumlah pemohon Paspor RI per bulan di Kantor Imigrasi Kelas I

Palembang. Selama tahun 2012 jumlah pemohon Paspor RI adalah 35.943

pemohon. Sehingga diperoleh rata-rata pelayanan dalam sebulan adalah

35.943/12 sama dengan 2995 pemohon per bulan. Jumlah 2995 pemohon

dijadikan jumlah populasi, dengan asumsi pelayanan Paspor RI di Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang tahun 2013 (saat dilakukan penelitian) adalah

kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya.

1.6.6.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Penentuan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan Simple Random Sampling yaitu

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2003:93).

Dalam penelitian ini Ukuran Sampel yang akan diambil dapat

dilakukan secara sederhana dengan menggunakan rumus sederhana

Supranto bahwa:

Artinya dengan jumlah Indikator sebanyak 24 indikator

sebagaimana termuat pada operasional konsep, maka:

Page 72: Bab i Ika Terbaru

72

Jumlah sampel (n) = 4 X 24 = 96 Pemohon Paspor 48 Halaman

Untuk kepentingan olah data sampel dibulatkan menjadi 100

pemohon Paspor 48 Halaman. Maka ditetapkan jumlah sampel atau

responden penelitian ini sebesar 100 pemohon Paspor 48 Halaman.

1.6.7. Uji Validitas dan Rebilitas Data

Uji validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa

yang akan diukur. Semakin tinggu validitas suatu alat tes, maka alat tes

tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan

apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai

validitas tinngi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurannya, atau

memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes

tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data

penelitian, maka item yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan

alat tes yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

Reabilits artinya tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran.

Pengukuran yang memiliki rebilitas tinngi, yaitu pengukuran yang mampu

memberikan hsil ukuran yang terpercaya. Ide pokok dalam konsep

reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00 . koefisien rebilitas yang besarnya

kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reabilitas selalu

mengacu pada koefisien reabilitas yang positif.

Page 73: Bab i Ika Terbaru

73

Pengujian validitas dan rebilitas instrument dalam penelitian ini

akan dilakukan dengan menggunakan metode SPSS 14.0. Hasil uji

validitas dan reabilitas atas butir-butir pertanyaaan tentang Kualitas

Pelayanan Penerbitan Paspor 48 halaman (Paspor Biasa) bagi Warga

Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang. Jika

semua butir alpha if item deketed dari butir yang ada memiliki skor yang

lebih kecil dari alpha (r alpha if item deleted < r alpha), maka butir

tersebut dinyatakan reliabel, dan sebaliknya. Apabila nilai dari koefisien

kolerasi butir (nilai corrected item-total correlation) > nilai kolerasi table,

maka instrument dapat dikatakan valid, dan sebaliknya. Dengan ketentuan

korelasi table untuk validitas sebagai berikiut:

Df = N – K – 1

Df = 100 – 1 – 1

Df = 98

r ∞, Df = r (5% . 98) = 0,1356

Keterangan:

N = Sample Size (Person)

K = Jumlah Variabel

Df = Degree of Freedom

Kuesioner yang dibuat berdasarkan indicator penelitian, diturnkan

kelapangan untuk selanjutnya dilakukan uji validitas dan rebilitas guna

mengetahui kekuatan konstruk dari kuesioner penelitian tersebut.

Page 74: Bab i Ika Terbaru

74

1.6.8. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data-data diperoleh, selanjutnya

data tersebut diolah dan mendapat hasil dari penelitian tersebut (Arikunto,

2002:15).

Data yang akan diolah dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder, yang akan dipaparkan sebagai berikut :

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan

menggunakan pedoman kuesioner atau wawancara pada sumber di

lapangan.

2. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari dokumen-dokumen atau

berupa laporan yang ada di Kantor Imigrasi Kelas 1 Palembang.

1.6.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan :

1.6.9.1. Observasi

Peneliti akan melakukan peninjauan langsung ke lokus penelitian

hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran objektif dan kondisis

berbagai hal yang ada di lokus penelitian dan yang dijadikan objek

penelitian serta beberapa hal informasi yang perlukan.

Page 75: Bab i Ika Terbaru

75

1.6.9.2.Study Kepustakaan

Study kepustakaan dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan

memahami teori-teori dan pendapat para ahli tentang topik yang akan

diteliti dan menjadi rujukan atau pisau analisis dalam melakukan

pengkajian atau analisis data. Study Kepustakaan ini dilakukan dengan

membaca buku-buku, jurnal ilmiah, makalah dan penelusuran website

yang dianggap relevan dengan topik penelitian (untuk mendapatkan data

sekunder).

1.6.9.3.Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan

yang diberikan kepada responden sebagai alat untuk menjaring data

mengenai sejauh mana Kualitas Pelayanan Penerbitan Paspor 48 halaman

(Paspor Biasa) bagi Warga Negara Indonesia (WNI) Pada Kantor Imigrasi

Kelas I Palembang.

1.6.9.4.Wawancara

Wawancara akan dilakukan secara langsung kepada para Key

Informan untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang

harapan kualitas layanan yang diberika. Hasil wawancara mendalam ini

akan dijadikan data analisis mendalam terhadap persepsi pemohona atas

layanan Paspor RI yang diterima, untuk menguatkan penegasan hasil

kuisioner yang telah diberikan Wawancara akan menggali informasi

Page 76: Bab i Ika Terbaru

76

tentang kesenangan, kemudahan, kebaikan, kesulitan, ketertiban, hingga

kebobrokan yang dihadapi pemohon Paspor 48 Halaman.

1.6.10. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber lain terkumpul (dalam Sugiono, 2009: 169).

Analisis data merupakan kegiatan yang paling penting karena dengan

analisis data, data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik,

dengan pengukuran setiap data menggunakan skala interval :

Keterangan: I = Interval

R = Skor tertinggi - skor terendah

∑ k= Jumlah kelas

Sementara itu, penentuan skor jawaban dalam kuesioner, dibagi dalam

lima kategori dengan menggunakan skala likert (Sugiono, 2010: 93), yaitu skor 1

kategori sangat tidak baik sampai skor 5 untuk kategori sangat baik.

Setiap jawaban diberi skor sebagai berikut:

1. Jawaban 1 dengan skor 1 pada alternatif jawaban sangat tidak baik.

2. Jawaban 2 dengan skor 2 pada alternatif jawaban tidak baik.

3. Jawaban 3 dengan skor 3 pada alternatif jawaban cukup baik.

Page 77: Bab i Ika Terbaru

77

4. Jawaban 4 dengan skor 4 pada alternatif jawaban baik.

5. Jawaban 5 dengan skor 5 pada alternatif jawaban sangat baik.

Nilai tertinggi 5, maka 5x100=500

Nilai terendah 1, maka 1x100=100

Besar interval : I = 500-100 = 80

5

Jadi besarnya interval adalah 80 sehingga kategori hasil dari skor yang

dipilih adalah :

1. Skor 100-179 = sangat tidak baik

2. Skor 180-259= tidak baik

3. Skor 260- 339= cukup baik

4. Skor 340-419 = baik

5. > 420 = sangat baik

Untuk mengukur kualitas pelayanan, ditentukan rata-rata dari setiap

dimensi kualitas pelayanan dengan menggunakan rumus rata-rata :

X = ∑ x : n

Keterangan : X = Rata-rata Sampel

∑ x = Jumlah data

n = Banyaknya data

Page 78: Bab i Ika Terbaru

78

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika skripsi bertujuan untuk memberikan gambaran secara

umum mengenai isi skripsi agar jelas dan terstruktur, maka dibawah ini

disajikan secara garis besar sistematika skripsi, yaitu:

- BAB I PENDAHULUAN

Bab yang berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

serta manfaat penulisan, kerangka pemikirian, metode penelitian serta

sistematika penulisan.

- BAB II GAMBARAN UMUM

Merupakan uraian dari objek penelitian yang memuat gambaran umum,

visi misi, tugas pokok dan fungsi, serta struktur organisasi Kantor

Imigrasi Kelas I Palembang.

- BAB III Analisis dan Interpretasi data

Tentang analisis dan interpretasi data yang terdiri dari pengolahan data

- Data yang diperoleh dari hasil lapangan, hasil data pengumpulan dari

kuisioner maupun dokumentasi tentang Kualitas Pelayanan Penerbitan

Paspor 48 halaman (Paspor Biasa) bagi Warga Negara Indonesia

(WNI) Pada Kantor Imigrasi Kelas I Palembang.

- BAB VI PENUTUP

Page 79: Bab i Ika Terbaru

79

Bab ini merupakan bagian akhir penulisan yang berisi kesimpulan serta

saran yang didapat dari hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Lijan Poltak Sinambela, dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Moenir, A.S. 2008. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Public. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2001. Total Quolity Management. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009. 2009. Yogyakarta: New Merah Putih.

A. Peraturan Perundang-undangan

_______, Indonesia. Undang-undang Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian.

_______, Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor : IMI-891.GR.01.01

Tahun 2008 tentang Standar Operasional Prosedur Sistem

Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia.

_______, UU No 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional

(PROPENAS)

Page 80: Bab i Ika Terbaru

80

_______, KEPMENPAN Nomor 63 tahun 2003 Tentang Pedoman Umum

penyelenggaraan Pelayanan Publik

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 17

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................... 17

1.3.1. Tujuan Penelitian............................................................... 17

1.3.2. Manfaat Penelitian............................................................. 17

1.4. Kerangka Teori................................................................................. 18

1.4.1. Pengertian Pelayanan......................................................... 18

1.4.2. Pengertian Pelaynan Publik............................................... 22

1.4.3. Pengertian Kualitas Pelayanan........................................... 23

1.4.4. Pengukuran Kualitas Pelayanan......................................... 27

1.4.5. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia(DPRI/Paspor). . 39

1.4.6. Keimigrasian...................................................................... 43

1.5. Kerangka Pemikiran......................................................................... 45

1.6. Metode Penelitian............................................................................. 46

1.6.1. Definisi Konsep.................................................................. 47

1.6.2. Definisi Operasional.......................................................... 48

Page 81: Bab i Ika Terbaru

81

1.6.3. Unit Analisis Data.............................................................. 49

1.6.4. Populasi dan Sampel.......................................................... 49

1.6.5. Data dan Sumber Data....................................................... 51

1.6.6. Teknik Pengumpulan Data................................................. 52

1.6.7. Teknik Analisis Data.......................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 59