22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium kimia klinik selain bertujuan membantu para klinisi dalam memantau atau mengikuti perjalanan penyakit dan evaluasi tindakan medis juga merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit, maka sejak dirintisnya pembukaan unit hemodialisa di RS, keberadaan unit hemodialisa yang merupakan prestasi RS tersebut harus pula didukung kerjasama yang baik dari unit lain, antara lain dokter, paramedis, rawat jalan dan yang tak kalah penting adalahunit laboratorium. Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik biasanya dilakukansesuai dengan permintaan dokter sehubungan dengan gejala klinis dari penderita.Penderita gagal ginjal yang pertama kali akan menjalani terapi hemodialisis harusmembawa hasil pemeriksaan laboratorium terakhir yang terdiri dari hemoglobin,ureum, creatinin, SGOT, SGPT, glukosa darah sewaktu, HBs Ag, dan Kalium.Pemeriksaan sesudah dan untuk monitoring pasien hemodialisa dilakukanpemeriksaan rutin sebagai tindakan pemeliharaan penderita hemodialisa yaitu dilakukan setiap bulan, setiap tiga bulan, setiap enam bulan dan setiap tahun Dalam setiap tahap dari perjalanan suatu penyakit dapat dilakukan penatalaksanaan dengan tujuan menghentikan ataupun sedapat mungkinmenghambat laju progressivitas, untuk itu maka mengatasi faktor risiko utam adalah penting diantaranya yaitu pengendalian kadar glukosa darah karena hiperglikemia diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hiperfiltrasi maka pengontrolan kadar glukosa darah dapat memperlambat kerusakan ginjal, baik secara 1

Bab i, Bab II, Bab III, Daftar Pustaka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

K3 di Laboratorium RSUD Badung

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium kimia klinik selain bertujuan membantu para klinisi dalam memantau atau mengikuti perjalanan penyakit dan evaluasi tindakan medis juga merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit, maka sejak dirintisnya pembukaan unit hemodialisa di RS, keberadaan unit hemodialisa yang merupakan prestasi RS tersebut harus pula didukung kerjasama yang baik dari unit lain, antara lain dokter, paramedis, rawat jalan dan yang tak kalah penting adalahunit laboratorium. Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik biasanya dilakukansesuai dengan permintaan dokter sehubungan dengan gejala klinis dari penderita.Penderita gagal ginjal yang pertama kali akan menjalani terapi hemodialisis harusmembawa hasil pemeriksaan laboratorium terakhir yang terdiri dari hemoglobin,ureum, creatinin, SGOT, SGPT, glukosa darah sewaktu, HBs Ag, dan Kalium.Pemeriksaan sesudah dan untuk monitoring pasien hemodialisa dilakukanpemeriksaan rutin sebagai tindakan pemeliharaan penderita hemodialisa yaitu dilakukan setiap bulan, setiap tiga bulan, setiap enam bulan dan setiap tahun Dalam setiap tahap dari perjalanan suatu penyakit dapat dilakukan penatalaksanaan dengan tujuan menghentikan ataupun sedapat mungkinmenghambat laju progressivitas, untuk itu maka mengatasi faktor risiko utam adalah penting diantaranya yaitu pengendalian kadar glukosa darah karena hiperglikemia diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hiperfiltrasi maka pengontrolan kadar glukosa darah dapat memperlambat kerusakan ginjal, baik secara fungsional maupun struktural. Keadaan kadar glukosa dalam batas normal yang terjadi setelah hemodialisa dapat memperbaiki lesi nefrotik diabetik pada ginjal.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa saja jenis pemeriksaan laboratorium kimia klinik serta bagaimana mekanisme pemeriksaannya?1.2.2 Bagaimana dampak atau resiko tidak menggunakan APD di laboratorium?

1.3 Tujuan1.3.1 Untuk mengetahui apa saja jenis jenis pemeriksaan laboratorium kimia klinik serta mekanisme pemeriksaannya.1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana dampak atau resiko apabila tidak menggunakan APD di laboratorium

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Laboratorium Klimia Klinik

1. Pemeriksaan Urinalisis (Pengujian Terhadap Urin)

Fungsi : memberi fakta terhadap ginjal & saluran urin. Sampel urin dibagi menjadi 5 yang terdiri atas: Urin sewaktu : dikeluarkan pada waktu pemeriksaan, digunakan untuk pemeriksaan rutin. Urin pagi : dikeluarkan pada waktu bangun tidur (pagi), digunakan untuk pemeriksaan tes kehamilan (HCG) & untuk bj protein & untuk pemeriksaan sediment. Urin postrandial : digunakan ntuk pemeriksaan glukosuria (untuk mengetahui glukosa dalam urin). Diambil 1,5-3jam setelah makan. Urin 24 jam : digunakan untuk pemeriksaan metabolit dalam tubuh. Urin 3 gelas & 2 gelas pada laki laki : digunakan untuk tes urologi (untuk mengetahui ada radang / tidak & letaknya dimana). Alat dan bahan : wadah urine carik celup

Cara pengambilan urinnya adalah :1. Siapkan 3 gelas (meruncing kebawah)a. gelas 1 : 20-30 ml ditampungb. gelas 2 : sisanya mpe beberapa tetes terakhirc. gelas 3 : beberapa ml terakhir.2. Siapkan 2 gelasa. gelas 1 : 50-70mlb. gelas 2 : sisanya

WARNA URINNormal : kuning, hijau, merah, coklat tua, hitam dan serupa susu.1. kuning normal: disebabkan urobilin & urokrom. Abnormal : disebabkan bilirubin (liver) atau obat2an spt : efedrin, vit B2 atau makanan.2. hijau normal: disebabkan oleh indikan Abnormal : disebabkan oleh obat2an : metilen blue, evansblue.Dan kuman / bakteri : pseudomon.3. merah normal: disebabkan oleh uroeritrin (hasil akhir ginjal). abnormal : disebabkan oleh Hb, forfirin, forfobilin, obat2an : santonin, amidofirin & zat2 warna. Dan kuman : bacillus prodigiosus4. coklat normal: disebabkan oleh urobilin abnormal : disebabkan oleh bilirubin, hematin.5. coklat tua / hitam normal: disebabkan oleh indikan abnormal : disebabkan oleh darah tua dan obat2an : der. fenol6. serupa susu normal: disebabkan oleh fosfat abnormal : disebabkan lemak, getah posfat, protyein yang membeku, dan bakteri.2. Pemeriksaan Glukosa pada Urin

Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa disalam urine karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi dari glomerulus. Glukosuria yaitu, adanya ditemukan glukosa didalam urine yang melebihi kadar normalny / ekresi glukosa kedalam urine. Alat :1. Rak tabung2. Tabung reaksi3. Api Bunsen4. Bulf piller5. Penjepit tabung6. Gelas beaker 7. Korek api8. Pipet tetes

Bahan : 1. Urine pagi Reagen: Reagen fehling A Reagen fehling B

Cara kerja :1. Siapkan urin yang diambil pada waktu pagi hari setelah bangun tidur kurang lebih 10 ml.2. Siapkan tabung reaksi, diisi 5 ml urin + 5 tetes fehling A + 5 tetes fehling B, kemudian dikocok.3. Panaskan tabung reaski yang sudah berisi urin diatas, dipegang dengan penjepit diatas lampu bunse, mulut tabung reaksi harus diarahkan menjauh/arah berlawanan dengan saudara.4. Periksa perubahan warna yang terjadi.5. Sebagai pembanding dibuat larutan gula + fehling A + fehling B, dipanaskan menghasilkan warna merah bata. Penilaian hasil : warnanya tetap biru atau kehijauan() negatif warna hijau kekuningan(+) positif warna kuning kehijauan(++) positif warna jingga(+++) positif warna merah bata(++++) positif

3. Pemeriksaan Protein pada UrinBertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam urine dan juga pemeriksaan protein termasuk pemeriksaan rutin . cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urine bedasarkan timbulnua kekeruhan Alat :1. Api Bunsen2. Tabuk reaksi3. Penjepit tabung4. Rak tabung5. Pipet ukur6. Bulf filler7. Korek api

Bahan 1. Urine pagi Reagen:Reagen asam asetat 6%

Cara kerja :1. Isi tabung urine dengan 5 ml urine memakai pipet ukur2. Nyalakan api Bunsen3. Panaskan tabung sampai mendidih4. Berjarak 2-3 cm dan membentuk sudut 45 derajat5. Arahkan tabung secara merata dari ujung bawah ke atas6. Bila urine yang di panaskan keruh tambahakan 3-5 tetes asam asetat 6 %Dan bila kekeruhan hilangh menunjukan hasil yang negative7. Jika urine tetap keruh panaskan lagi8. Bila urine tetap keruh maka hasilnya postif dan baca hasil pemeriksaan

Penilaian Hasil : Negatif : tidak ada kekeruhan Positif + : kekeruhan ringan tanpa butiran Positif ++ : kekeruhan dengan butiran Positif +++ : kekeruhan dengan kepingan Positif ++++ : kekeruhan dengan gumpalan

4. Pemeriksaan BilirubinBilirubin ( sebelumnya disebut sebagai hematoidin ) adalah produk rincian kuning normal hemekatabolisme. Heme ditemukan dalam hemoglobin, komponen utama dari sel darah merah Bilirubin diekskresikan dalam empedu dan urin , dan peningkatan kadar dapat mengindikasikan penyakit tertentu.Hal ini bertanggung jawab untuk warna kuning memar , warna kuning air seni (melalui produk pemecahan direduksi, urobilin ), warna coklat dari kotoran (melalui konversi kepada stercobilin ), dan perubahan warna kuning pada penyakit kuning .

Alat :1. Tabung2. Corong3.Kertas saring4. Pinset5.Pipet tetes6. Pipet takar Bahan:1.FeCl32.Trikhloracetat3 BaCl24.Urine segar (urine sewaktu)

Pembuatan reagen : Reagen fauchet0.9 g FeCl3 di larutkan dalam trikhloracetat 25% sampai 100 ml. Larutan BaCl2 10%

Cara kerja :1. 5 ml urine di masukkan dalam tabung reaksi2. Tambahkan 5 ml BaCl2 10%, campur, kemudian saring dengan kertas saring.3. Presipitat pada kertas saring di biarkan sampai kering.4. Tambahkan 1 tetes reagen fouchet pada presipitat

Penilaian hasil :Positif bila timbul warna hijau atau biru kehijauan

5. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, Sebuah enzim yangbiasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati ataujantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus )Sedangkan SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPTatau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlahyang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tesSGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkanpada proses kronis didapat sebaliknya. Alat: Spekrtrofotometer Tabung reasi + rak Jarum suntik Alcohol pads Mikropipet Tipp Bahan: Plasma darah (hindarkan hemolisis)

Reagen : Reagen 1 (R1/reagen enzim) : Tris Buffer pH7,5 100 mmol/L L-Alanin 500 mmol/L-. LDH 1200 U/L Reagen 2 (R2/reagen pemulai) : 2-oxoketoglutarat 15 mmol/L-. NADH0,18 mmol/L

Cara kerja:1. Lakukan pengambilan darah sebanyak 3ml (hindari hemolisis), masukkan kedalamtabung vacutest kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan plasmanya2. Hangatkan reagen dan cuvet pada temperature yang diinginkan dan temperature haruskonstan (0,5C)3. Campurkan sampel 200L dengan reagen 1 1000L lalu diinkubasi pada temperature25/30C, sampel 100L dengan reagen 1 1000L lalu diinkubasi selama 5 menit padatemperatur 37C4. Tambahkan reagen 2, masing-masing sebanyak 2505. Campurkan reagen dengan sampel, baca absorbansi pada panjang gelombang 365nm,setelah 1 menit dan pada saat yang sama, hitung waktu dengan stopwatch6. Baca lagi absorbansi dengan pasti setelah 1 menit, 2 menit dan 3 menit Hasil :SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secarasemi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :Laki-laki : 0 50 U/LPerempuan : 0 35 U/LDalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebutdalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah : Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatanempedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosisbiliaris6. Pemeriksaan UrobilinogenEmpedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu . Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit.

Alat : 1. Rak tabung reaksi2. Tabung reaksi 3. Pipet ukur 4. Pipet tetes5. Batang pengaduk beaker glass

Bahan :1. Urine segar

Reagen :1. pereaksi fouchet2. Larutab Bacl3. Larutan lodium 1%4. Pereaksi erhlich5. Pereaksi Schlesinger6. Pereaksi lugol

Cara kerja : a. Metode Ehrlich Tabung reaksi diisi 5 ml urin, ditambah 3 tetes reagen ehrlich Diamati perubahan warnab. Metode Schlesinger Tabung reaksi diisi 5 ml urin, ditambah 2 tetes pereaksi lugol Ditambah 5 ml reagen schlesinger, dicampur Disaring sampai dapat filtrat yang jernih Filtrat diperiksa dengan latar yang gelap

Hasil :a. Metode Ehrlichhasil ( + ), yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah anggur.b. Metode Schlesingerhasil ( + ), ditunjukkan dengan terbentuknya fluoresensi hijau.

2.2 Resiko Tidak Menggunakan APD di Laboratorium Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya kecelakaan kerja pada area kerja. Penggunaan alat pelindung diri seringkali dianggap tidak penting ataupun remeh oleh para pekerja, terutama pada pekerja yang bekerja pada area yang berbahaya. Padahal penggunaan alat pelindung diri ini sangat penting dan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pekerja. Kedisiplinan para pekerja dalam mengunakan alat pelindung diri tergolong masih rendah sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja cukup besar.

1. Keselamatan TanganSebagian Besar Aktivitas kita menggunakan tangan. Saat bekerja di laboratorium, harus diperhatikan keselamatan tangan dengan menggunakan alat pelindung diri pada tangan. Resiko atau bahaya jika kita tidak menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu akan terjadi kecelakaan kerja berupa cedera/luka di bagian tangan akibat percikan bahan kimia atau reagen yang mengenai langsung permukaan tangan. Kontak dengan bahan kimia langsung pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi yang tepat untuk pencegahannya. Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecahatau rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin. Penggunaan APD khususnya sarung tangan adalah langkah optimal untuk mencegah cedera pada tangan , karena apabila tangan terluka atau cacat kita tidak dapat bekerja dengan baik.

Tips Penggunaan Sarung Tangan Pilih jenis dan gunakan sarung tangan yang benar dan sesuai dengan pekerjaan. Lepaskan cincin, jam atau gelang yang dapat merusak sarung tangan. Cucilah tangan sebelum dan sesudah menggunakannya. Periksalah sarung tangan sebelum dipakai dari kerusakan/kebocoran.

2. Keselamatan Mata dan WajahProteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Jika para pekerja laboratorium tidak menggunakan APD pada mata dan wajah, akan beresiko tinggi untuk terpercik bahan kimia, uap kimia, serta terkena radiasi langsung menuju organ mata dan sekitar wajah dan hal tersebut sangat berbahaya untuk kesehatan para pekerja. Untuk jenis APD di mata dan wajah, dapat dipergunakan kaca mata khusus untuk pemeriksaan laboratorium serta face shield yang digunakan untuk melindungi bagian wajah dari percikan bahan kimia yang bersifat korosif.

3. Keselamatan PernapasanKontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dihirup ketika bekerja. Terlebih lagi laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi yang cukup besar. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Bahaya yang terjadi apabila para pekerja tidak memakai masker, resiko yang ditimbulkan bisa fatal, seperti gangguan pernapasan yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

4. Keselamatan TubuhUntuk perlindungan tubuh, di laboratorium biasanya disediakan jas lab untuk melindungi tubuh dari bahaya bahaya di laboratorium. Apabila pekerja tidak menggunakan jas lab, resiko yang ditimbulkan yaitu pekerja laboratorium bisa terpercik bahan kimia, terkena panas, dingin, uap lembab, bahkan radiasi yang sangat fatal akibatnya dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

5. Keselamatan KakiSaat bekerja di laboratorium, keselamatan kaki pekerja juga sangat penting dan harus diperhatikan. Saat bekerja di laboratorium, alas kaki yang digunakan harus sepatu dalam keadaan tertutup. Jika menggunakan alas kaki yang terbuka maka resiko yang ditimbulkan kaki akan terluka karena terkena bahan kimia yang bersifat korosif.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Simpulan Pemeriksaan Kimia Klinik merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium yang menggunakan sample urin, darah, dan cairan tubuh lainnya. Jenis jenis pemeriksaannya meliputi pemeriksaan urinalisis, pemeriksaan glukosa pada urin, pemeriksaan protein pada urin, pemeriksaan bilirubin, pemeriksaan urobilinogen, dimana pemeriksaaan tersebut menggunakan sampel urin dan pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) serta pemeriksaan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase), menggunakan sampel darah.Resiko kecelakaan kerja akibat tidak menggunakan APD lengkap di laboratorium, sangat merugikan pekerja. Sebab banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan bagi kesehatan akibat berbagai bahan kimia korosif, radiasi, dan alat alat berbahaya lainnya.3.2 SaranPekerja laboratorium yang melakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan kimia klinik yang berhubungan dengan reagen reagen serta sampel yang banyak mengandung bakteri harus memproteksi dirinya dengan menggunakan APD lengkap untuk menghindari resiko adanya kecelakaan kerja di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata. R.1999. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: PT DIAN RAKYAT

Anonym, 2012, Pemeriksaan Kimia Klinikhttp://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html (diakses Jumat, 8 November 2013)

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.artikelbagus.com%2F2012%2F06% (diakses Jumat, 8 November 2013)http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CE4QFjAE&url=http%3A%2F%2Flabkesehatan.blogspot.com% (diakses Jumat, 8 November 2013)

Anonym, 2013, Akibat Tidak Menggunakan Alat Pelindung Dirihttp://abdurrahmanmuhtadin.blogspot.com/2013/01/keselamatan-tangan-hand-safety.html (diakses Sabtu, 9 November 2013)

Anonym, 2012, Alat Pelindung Diri di Laboratoriumhttp://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/12/alat-pelindung-diri-apd-di-laboratorium.html (diakses Sabtu, 9 November 2013)

Anonym, 2011, Tujuan, Manfaat, Jenis, dan Kegunaan dari APDhttp://mysafetyshoes.wordpress.com/2011/10/27/tujuan-manfaat-jenis-dan-kegunaan-dari-alat-perlindungan-diri-apd/ 1