48
Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Kuratif Dan Rehabilitatif I PERAWATAN GIGI SULUNG SKENARIO I Oleh : KELOMPOK 3 Tutor : Drg. Erawati Wulandari, M.kes 1 | Perawatan Gigi Sulung Skenario1

Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Laporan Tutorial Skenario 3Blok Kuratif Dan Rehabilitatif I

PERAWATAN GIGI SULUNG SKENARIO I

Oleh :

KELOMPOK 3

Tutor :Drg. Erawati Wulandari, M.kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBER

2011

1 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 2: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula

disebabkan oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas.

Terbukanya pulpa disebabkan oleh karies yang sering terjadi pada gigi-gigi susu

dengan rongga pulpa yang relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol, dan

email serta dentin yang lebih tipis. Karies akan menyebabkan infeksi pulpa

sedangkan trauma yang menyebabkan terbukanya pulpa akan mengalami infeksi

jika terkontaminasi oleh saliva. Pulpa yang terinfeksi ini akan meradang dan

dapat terjadi nekrosis pulpa. Jika infeksi menyebar ke tulang alveolar maka benih

gigi permanen dibawahnya dapat terkena. Oleh karena itu, gigi susu dengan pulpa

yang terbuka tidak boleh dibiarkan tanpa perawatan tetapi harus dilakukan pilihan

perawatan konservatif melalui perawatan pulpa atau dengan pencabutan. 

Perawatan endodonti pada anak pada dasarnya memiliki tujuan yang sama

dengan yang dilakukan pada pasien dewasa. Tujuan perawatan yaitu meringankan

rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya.

Selain itu, faktor pertimbangan khusus diperlukan saat memutuskan rencana

perawatan yang sesuai untuk gigi susu yaitu mempertahankan gigi pada lengkung

rahang sampai tanggal secara normal. 

      Perawatan endodonti pada anak dapat meliputi perawatan pulpa konservatif

dan perawatan pulpa radikal. Pada perawatan pulpa konservatif, pulpa yang

dirawat hanya sebatas pada pulpa yang berada pada kamar pulpa dan

2 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 3: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

meninggalkan jaringan pulpa diakar secara vital. Sedangkan pada perawatan

pulpa radikal, jaringan pulpa yang dirawat baik meliputi kamar pulpa maupun

pada saluran akar. Perawatan pulpa konservatif yang dilakukan adalah pulp

capping (direct & indirect) dan pulpotomi (vital, devital dan mortal). Perawatan

pulpa radikal pada gigi susu yaitu pulpektomi. Berbagai jenis perawatan pulpa

pada anak dapat kita lakukan tergantung dari indikasinya. Pada makalah ini, akan

dibahas perawatan pulpotomi pada gigi susu dengan teknik devitalisasi

(mumifikasi). Pulpa pada gigi sulung secara anatomis memiliki perbedaan dengan

pada gigi permanen. Perbedaan anatomi ini dapat kita lihat pada ruang pulpa dan

pada saluran akar. Secara anatomis, ruang pulpa pada gigi sulung bentuknya

hampir mengikuti dari bentuk mahkota. Selain itu, pulpa pada gigi sulung secara

proporsional lebih besar dan tanduk pulpa lebih dekat kearah cups daripada gigi

permanent. Dentin yang melindungi pulpa di kamar pulpa dan dentinoenamel

junction lebih tipis dari gigi permanen serta terlihat adanya peningkatan aksesori

kanal dan foramina pada dasar ruang pulpa sehingga dapat menjelaskan tingkat

respon dari nekrosis pulpa pada daerah furkasi pada gigi sulung yang sering

terlihat sebagai gambaran radiolusensi.

 

      Aspek lain yang berbeda adalah perbedaan anatomis dari saluran akar gigi

sulung dengan gigi permanen. Pada gigi sulung, akarnya secara proporsional lebih

panjang dan lebih ramping dibndingkan dengan gigi permanen. Saluran akar lebih

bersifat ribbon-like dan banyak memiliki filamen pulpa dan aksesori kanal. Pada

gigi sulung molar, akarnya membelok tajam keluar dari arah servikal sampai ke

arah akar untuk menyediakan tempat bagi benih gigi permanen. Lebar akar

mesiodistal gigi depan sulung lebih sempit dari akar gigi permanen. Dan

perbedaan yang paling nyata adalah akar gigi sulung mengalami resorpsi secara

fisiologis.

      Perbedaan yang nyata mengenai anatomis pulpa pada gigi sulung perlu kita

3 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 4: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

ketahui untuk menunjang keberhasilan perawatan yang akan kita lakukan

khususnya untuk perawatan pulpa konservatif, perawatan hanya dilakukan sampai

sebatas kamar pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa vital pada saluran akar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tujuan dari perawatan pada gigi sulung?

2. Bagaimana definisi dari perawatan pulp capping?

3. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari perawatan pulp capping?

4. Bagaimana bahan dan alat dari perawatan pulp capping ?

5. Bagaimana prosedur dan prognosis dari perawatan pulp capping?

6. Bagaimana perbedaan atau perbandingan dari perawatan pulp capping

dengan pulpotomi?

7. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi, serta prognosis dari pulpotomi?

8. Adakah hubungan fraktur gigi 75 berhubungan dengan karies dan pulpa

terbuka dengan diagnose pada skenario?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tujuan dari perawatan pada gigi sulung.

2. Mengetahui definisi dari perawatan pulp capping

3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari perawatan pulp capping.

4. Mengetahui bahan dan alat dari perawatan pulp capping.

5. Mengetahui prosedur dan prognosis dari perawatan pulp capping.

6. Mengetahui perbedaan atau perbandingan dari perawatan pulp capping

dengan pulpotomi.

7. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi, serta prognosis dari pulpotomi.

8. Mengetahui hubungan fraktur gigi 75 berhubungan dengan karies dan

pulpa terbuka dengan diagnose pada skenar

4 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 5: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pulpa gigi merupakan struktur yang unik diantara organ-organ dan jaringan

tubuh yang lain. Pulpa sangat kecil namun mampu memenuhi fungsi sensoris dan

nutrisi gigi. Pulpa juga membentuk dentin tambahan dan memberikan perlindungan

terhadap infeksi. Pulpa merupakan jaringan yang sangat vaskular dan dinding

pembuluh darah pulpa sangat tipis sehingga mudah terjadi pendarahan bila kamar

pulpa terpapar karena adanya perforasi yang sangat kecil pada dentin (Baum, Lloyd,

1997).

Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula

disebabkan oleh trauma dari suatu enturan atau selama preparasi kaitas. Terukanya

pulpa disebabkan oleh karies terjadi leih sering pada gigi-gigi susu daripada gigi-gigi

tetap karena gigi-gigi susu mempunyai rongga pulpa yang relatif lebih besar, tanduk

pulpa leih menonjol dan email serta dentin yang lebih tipis. Terbukanya pulpa karena

karies akhirnya diikuti oleh infeksi pulpa, sedangkan terbukanya pulpa karena trauma

diikuti oleh infeksi, jika pulpa yang terbuka terkontaminasi saliva. Pulpa yang

terinfeksi menjadi meradang dan dan dapat terjadi nekrose pulpa, jika infeksi

menyebar ke tulang alveolar, gigi tetap yang sedang berkembang dapat terkena.

Karena alasan-alasan ini, gigi susu dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa

perawatan dan gigi molar susu lebih sering memerlukan perawatan pulpa, daripada

gigi anterior susu (Andlaw R.J, 1992).

Rencana perawatan yang baik dibuat oleh dokter gigi anak-anak yang baik.

Hal utama pada rencana perawatan yang baik adalah tekad yang kokoh untuk

kebaikan anak seluruhnya, tidak hanya gigi-giginya dan untuk mempengaruhi sikap

5 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 6: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

anak terhadap kedokteran gigi, selain melakukan perawatan yang diperlukan. Tujuan

utama perawatan operatif pada anak adalah mencegah meluasnya penyakit gigi dan

memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat berfungsi kembali secara sehat,

sehingga integritas lengkung geligi dan kesehatan jaringan mulut dapat

dipertahankan. Untuk mencapai tujuan ini, perlu mengetahui lebih jauh mengenai

anak dari pada hanya keadaan gigi geliginya. Bayak keterangan yang dapat diperoleh

pada riwayat sosial, dental dan medis dari pasien serta pengaruhnya terhadap rencana

perawatan. Setiap anak berbeda dan setiap rencana perawatan yang tepat untuk tiap

individu hanya dapat dilakukan berdasarkan latar belakang yang berhubungan.

Dengan keterangan mengenai latar belakang ini, gangguan yang mungkin timbul

dapat diantisipasi dan perawatan dapat direncanakan sedemikian rupa untuk

mengatasi atau menghindarinya, tanpa itu semua, perawatan hanya berlangsung

membabi buta, dengan kemungkinan menghadapi gangguan yang tidak diharapkan

(Andlaw R.J, 1992).

Perawatan dapat dilakukan dengan pilihan antara konservasi (melalui

beberapa bentuk perawatan pulpa) atau pencabutan. Metode perawatan meliputi pulp

capping dan pulpotomi, pulpektomi biasanya dianggap tidak praktis karena sulit

untuk mendapatkan arah masuk ke saluran akar pada mulut anak-anak yan kecil dan

karena kompleksnya saluran akar molar susu (Andlaw R.J, 1992).

Secara umum pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan

mengaplikasikan bahan pelindung pada pulpa baik secara langsung maupun tidak

langsung (pada selapis tipis dentin). Sedangkan pulpotomi merupakan suatu tindakan

perawatan dengan mengambil pulpa vital pada bagian korona sampai batas

sementoenamel junction dan mempertahankan pulpa saluran akar tetap vital dan

sehat. Prosedur pulpotomi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan pulpitis ringan

dan pasein dengan gigi dengan bentuk foramen apikalnya masih lebar. Sedangkan

untuk pulp capping biasa dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka karena trauma

6 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 7: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

mekanis (direct) dan pada gigi-gigi dengan karies yang dalam yang menyisakan

selapis tipis dentin diatas kamar pulpa (indirect) (Akbar, 1989).

Perawatan lainnya dalam perawatan pulpa konservatif adalah pulpotomi.

Pulpotomi dilakukan terutama pada gigi-gigi vital dengan pulpa terbuka lebih besar

dari yang diindikasikan untuk perawatan pulp capping. Untuk pulpa vital telah

dikembangkan 2 cara yaitu formokresol pulpotomi dan devitalisasi formokresol.

Sedangkan untuk pulpa non vital dapat dilakukan metode pulpotomi mortal. Dalam

aplikasinya, untuk perawatan pada pulpa vital yang biasa digunakan adalah pulpotomi

formocresol. Hal ini disebabkan karena metode ini cepat dan dapat diselesaikan

dalam satu kali kunjungan (one-visit pulpotomy) serta memilki tingkat keberhasilan

yang memuaskan. Pada pulpotomi devital atau biasa disebut mumifikasi ini hanya

dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu saja (Akbar, 1989; Tarigan R, 1994).

7 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 8: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tujuan dari Perawatan Gigi Sulung

Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu

gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejak gigi susu mulai

tumbuh, Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi susu yang keberadaannya hanya

sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak di

kemudian hari. Oleh karena itu perawatan gigi sulung mempunyai beberapa tujuan

yang diantara lainnya ialah:

1. Memertahankan gigi

2. Mencegah tanggal prematur

3. Mempertahankan lengkung gigi

4. Menghilangkan infeksi dan radang kronis

5. Mempertahankan fungsi estetik

6. Mempertahankan fungsi mastikasi

7. Mempertahankan fungsi fonetik

8. Mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman

3.2 Definisi dari Perawatan Pulp Capping

Pulp capping merupakan suatu aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau

bahan untuk perawatan di atas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium, yang

akan merangsang pembentukan dentin reparatif (Harty, 1995). Sedangkan menurut

8 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 9: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Tarigan (2002), pulp capping adalah suatu tindakan perlindungan terhadap pulpa vital

dengan cara memberikan selapis tipis material proteksi pada pulpa yang hampir

terbuka (masih tertutup selapis tipis dentin). Obat yang digunakan adalah Ca(OH)2

yang berkhasiat merangsang odontoblas untuk membentuk dentin sekunder. Teknik

perawatan pulp capping dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara tidak langsung

(indirek) dan secara langsung (direk).

Tujuan pulp capping yaitu:

1. Melindungi pulpa dari bahan tumpatan

2. Kelengkapan suatu tumpatan, membantu pengobatan, dan membantu

melekatkan tumpatan

3. Memberkan fungsi protektif terutama berupa pencegahan kuman atau

toksinnya, yang umumnya berada di sekitar tumpatan, memasuki tubulus dan

mengiritasi pulpa.

4. Untuk menutupi dentin hang terbuka

5. Melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat

6. Mempertahankan vitalitas pulpa. (Ford, 1993 dan Andlaw, 1992)

3.3 Indikasi dan Kontraindikasi dari Perawatan Pulp Capping

3.3.1 indikasi

1. Pulpa terbuka kurang dari 1 mm

2. Dentin sekitar pulpa sehat

3. Tidak ada kelainan pulpa

4. Tidak ada peradangan pada periapikal

5. Belum ada keluhan spontan

6. Fraktur sebagian mahkot, sehingga salah 1 tanduk pulpa terbuka

9 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 10: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

3.3.2 kontra indikasi

1. Peka terhadap perkusi

2. Terdapat kelainan pulpa

3. Sesorbsi akar

4. Adanya pembengkakkan

5. Terdapat kegoyangan gigi patologis

6. Pernah didapati sakit yang spontan

7. Terdapat gambaran radiolution pada periapikal

8. Terdapat pendarahan ginggiva

9. Terbukannya pulpa karena bur yang terkontaminasi

3.4 Bahan dan Alat dari Perawatan Pulp Capping

Alat :

1. Bur bulat

Fungsinya :

a) Untuk membur email

b) Untuk menyingkirkan karies di dentin

c) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum

2. Ekscavator

Fungsinya :

a) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris

b) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karie

3. Hachet email atau pahat

4. Pinset berkerat

10 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 11: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Fungsinya :

a) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas

5. Plastis filling instrument

Fungsinya :

a) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan

plastis

b) Aplikasi semen

c) Untuk mengurangi kelebihan bahan

6. Alat pengaduk semen

Fungsinya :

a) Untuk memanipulasi bahan tumpatan

7. Stopper cement

Fungsinya :

a) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen

Bahan-bahan :

1. Semen zinc oxide eugenol. Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc oxide

dicampur dengan cairan eugenol, kemudian diaduk sehingga menghasilkan

suatu massa dengan konsistensi pasta

2. Kalsium Hidroksida. Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan powder

yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium hidroksida juga tersedia dalam

bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated para chlorophenol,

metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni.

11 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 12: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

3.5 Prosedur dan Prognosis dari Perawatan Pulp Capping

Prosedur perawatan pulp Capping secara Umum

Kunjungan pertama

1. Asepsis

Untuk menghindari kontaminasi bakteri dari dari permukaan gigi dapat

dilakukan dengan pemblokiran daerah kerja dengan cotton roll dan digunakan saliva

ejector. Sterilisasi instrument juga sangat perlu dilakukan untuk menghindari

penyebaran suatu penyakit. Jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis,

semua instrument yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih

dahulu. Selain itu, harus diingat bahwa semua instrument yang hendak di sterilisasi

harus digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan air karena jika

terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat menghambat jalannya

sterilisasi. Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan

endodontik ini, seperti autoklaf, oven udara panas, pemanas kering, dan sterilisasi

garam panas.

2. Pembersihan jaringan karies

Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang

terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan eksavator.

3. Membersihkan permukaan preparasi

12 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 13: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh

sisaselapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat

mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat

terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak begitu

nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat optimal semen

gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh kebersihan permukaan

preparasi pada waktu penumpatan..

4. Menempatkan Subbase:

Bahan Subbase

` a. Ca(OH)2

Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping

yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Kalsium hidroksida tersedia dalam

bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik

yang banyak mengandung kalsium di atas dentin yang baru dipotong atau sebagai

insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling

populer karena bahan ini dapat dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat.

Jenis bahan ini dipakai dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur

bahan. Sebelum penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena

sebagian pelapik bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari

noda-noda yang berserakan di semua tempat. Bahan pelapik mngeras dengan sangat

cepat setelah dicampur, sehingga harus ditempatkan langsung setelah pencampuran.

Temperatur mulut mempercepat reksi pengerasan ini. Kelembaban yang meningkat

juga akan mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini disebabkan karena tidak

memakai isolator karet. (Baum, 1997)

13 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 14: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

b. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang

dikembangkan di Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang

baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah

memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi darah, tidak

larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan sementum).

Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin

schingga mempermudah membedakannya daJam radiografi. Karena sifat-sifatnya ini

MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu: sebagai

perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan direct pulp

capping

5. Melapisi subbase dengan base

Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal

untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi

kimia dan fisik. Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia,

menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan

semalam pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan pelindung sebelum

merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan material restorasi yang

akan digunakan. Karena memiliki tujuan yang sama, liner dan base tidak dibedakan

secara jelas.

Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal

untuk pulpa dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan

mendistribusikan stress local dari restorasi ke permukaan dentin di bawahnya. Basis

memberikan perlindungan bagi pulpa :

14 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 15: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

- Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi

- Insulating base : melindungi pulpa dari shock termal

- Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury

(Gatot Sutrisno, 2006)

Bermacam-macam bahan untuk basis diantaranya :

a. Semen Oksida Seng Eugenol

Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam

bentuk bubuk dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini

sering dipakai karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati

7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan dapat meminimalkan kebocoran

mikro serta memberikan perlindungna terhadap pulpa. Campuran konvensional dari

oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena itu produk OSE diperkuat dengan

menambahkan polimer sebagai penguat.

Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad

dibanding glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes

eugenol dan diaduk sampai mencapai suatu tekstur yang seperti kental yang bila

dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen dilengketkan

pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam kavitas. Hindari

mengenai tepi-tepi kavitas. Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan

digunakan sebagai alat untuk ”menekan” bahan tersebut dan membentuknya di dalam

kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung lengket ke instrument logam atau plastik,

karena itu kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan berulangkali dengan

cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.

b. Semen Seng Fosfat (ZP)

15 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 16: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa.

Terdiri atas bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan cairannya

adalah asam ortho phosporik, garam-garam logam dan air. Pemakaian utama dan

tradisional dari bahan ini adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi pengecoran gigi

dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi yang besar. Semen

posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan tanpa perlindungan varnish

atau jenis bahan basis lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa yang irreversible.

Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu basis,

dapat menahan dari trauma mekanis dan memberi perlindungan yang baik dari

rangsangan panas tetapi semen ini mudah pecah dan tidak baik untuk tambalan

sementara.

c. Semen Polikarboksilat

Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada

komponen kalsium dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki potensi

untuk adhesi klinis ke ion kalsium pada email dan dentin. Karena bahan ini

cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk semen hingga

menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk semen ini sama dengan

semen seng phospat bubuk mengandung oksida seng dan sejumlah kecil oksida

magnesium. Pada saat ini oksida magnesium sering digantikan dengan oksida stanic

dan stanius flourida untuk memodifikasi waktu pengerasan dan meningkatkan

kekuatan dan karakteristik manipulasinya. Cairannya adalah asam poliakrilik dan air.

pH semen polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat tetapi

respon pulpanya mirip dengan semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin untuk

tingkat iritasi yang rendah adalah ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi

penetrasi melalui dentin dan penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi

difusinya melalui tubulus dentin

16 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 17: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

d. semen silikophospat

semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen

silikat, sering disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen

silikat dan 10 % semen seng fosfat. Dengan adanya kandungan florida dalam bagian

silikat dari bubuk tersebut, semen ini memberikan pencegahan karies sekunder. Dari

titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko fosfat sering merupakan bahan semen

pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk perlindungan pulpa adalah sama

dengan seng fosfat.

6. Penumpatan sementara

Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal

hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa

mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai.

Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.

Tujuan restorasi sementara :

a. Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan

sakit atau ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga

harus non-iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode

waktu yang singkat.

b. Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.

c. Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral,

dengan cara merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan

merestorasi stop sentrik.

d. Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.

e. Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak

mempersulit pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika

17 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 18: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

kavitas dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva akibat sulit

menjaga kebersihan mulut.

Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama,

tekanan oklusal dan keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya

jaringan gigi yang hilang.Restorasi sementara harus bertahan satu sampai

beberapa minggu.

Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antaralain:

a. Cavit G( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang mengandung

calcium sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv

waktu mengeras, karena penggunaanya mudah dan mempunyai

kerapatan yang baik dengan dinding kavitas, digunakan untuk waktu

antar kunjungan yang singkat, kekuatan komprehensifnya yang rendah

dan mudah hilang oleh pemakaian. Cara meletakkan kekavitas adalah

sebagaian demi sebagian pada dinding kavitas dengan instrument

plastis (system incremental), kelebihan bahan dibuang dan permukaan

tumpatan dihaluskan dengan kapas basah. Setelah penumpatan

sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah paling tidak selama 1

jam. Menurut Wilrdman (1971). Kualitas penutupan cavit G

kelihatannya berdasarkan kemampuan bahan untuk mengembang saat

mengeras. Cavit G adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat

mengeras dalam susasana lembab. Karena itulah, hendaknya jangan

digunakan pada gigi vital karena dapat mengeringkan dentin dan

dengan demikian dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi.

b. IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan sementara

yang mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin.

Bahan ini cukup untuk baik digunakan walaupun kerapatannya kurang

18 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 19: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

bila dibandingkan dengan cavit G. teknik peletakkannya sama dengan

bahan pertama. Semen ini diindikasikan diregio yang sukar diisolasi

seperti karies interproksimal subgingiva tetapi yang tidak memerlukan

pemanjangan mahkota atau gingivektomi. Semen ini harus tetap

mempertahankan kontak proksimal atau jika struktur gigi hanya tersisa

sedikit, semen harus dikontur sedemikian rupa sehingga tidak

menyebabkan impaksi makanan.

c. Dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman) merupakan

bahan tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas. Pada

saat bentuknya cair, sewaktu mengaplikasikannya harus dihindarkan

dari tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila terkena saliva.

Bahan ini mempunyai stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan

juga sangat rapat dalam menutup kavitas terutama bagian tepinya.

Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi warna yaitu warna gading

untuk pemakaian normal, warna merah jambu untuk pemakaian yang

keras dan warna biru untuk kasus yang membutuhkan campuran

arsenic

7. Melakukan control

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan

sementara

a. Tes termal panas

Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital

atau tidak. Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh

19 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 20: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

dari guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal gigi,

karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga rangsangan

mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes termal, maka dapat

dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.

b. Tes termal dingin

Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat

menyebabkan kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil

klorida atau es berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan

diletakkan didaerah servikal.

c. Perkusi

Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk

mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.

d. Druk

Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca

mulut di atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan

untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.

2. Menanyakan Keluhan penderita

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan

keluhan penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan

dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.

20 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 21: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Prognosis Pulp Capping

Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan

yang valid di bidang endodontik, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas

dari gigi dengan pulpa terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung

pada diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai pulpa

dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka. Keberhasilan dari pulp

capping pada lesi pulpa terbuka karena karies lebih rendah. Prognosis baik juga

tergantung pada kekooperatifan pasien dalan perawatan.

3.6 Perbedaan atau Perbandingan dari Perawatan Pulp Capping Dengan

Pulpotomi

Perawatan pulpa konservatif adalah perawatan yang dilakukan pada pulpa yang hanya

terbatas pada ruang pulpa yang meliputi tindakan pulp capping dan pulpotomi. Secara

umum pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan mengaplikasikan bahan

pelindung pada pulpa baik secara langsung maupun tidak langsung (pada selapis tipis

dentin). Sedangkan pulpotomi merupakan suatu tindakan perawatan dengan

mengambil pulpa vital pada bagian korona sampai batas sementoenamel junction dan

mempertahankan pulpa saluran akar tetap vital dan sehat. Prosedur pulpotomi ini

biasanya dilakukan pada pasien dengan pulpitis ringan dan pasein dengan gigi dengan

bentuk foramen apikalnya masih lebar. Sedangkan untuk pulp capping biasa

dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka karena trauma mekanis (direct) dan pada

gigi-gigi dengan karies yang dalam yang menyisakan selapis tipis dentin diatas kamar

pulpa (indirect).

      Perawatan pulpa dengan pulp capping diindikasikan untuk gigi-gigi vital dan gigi-

gigi dengan karies yang dalam (indirect) atau pada pulpa yang terbuka karena faktor

mekanis misalnya terbuka saat melakukan pengeburan (direct). Bahan yang

21 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 22: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

digunakan adalah calsium hidroksida. Bahan ini dapat merangsang pembentukan

dentin sekunder atau jembatan dentin. Pada dasarnya prognosis untuk kasus dengan

perawatan pulp capping adalah buruk, kecuali diameter pada gigi yang terlibat tidak

lebih besar dari ujung jarum. Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa

lebih baik langsung dilakukan pulpotomi pada pulpa yang terbuka disebabkan karena

penyebaran bakteri dalam kamar pulpa yang diragukan sudah menyebar jauh.

      Perawatan lainnya dalam perawatan pulpa konservatif adalah pulpotomi.

Pulpotomi dilakukan terutama pada gigi-gigi vital dengan pulpa terbuka lebih besar

dari yang diindikasikan untuk perawatan pulp capping. Untuk pulpa vital telah

dikembangkan 2 cara yaitu formokresol pulpotomi dan devitalisasi formokresol.

Sedangkan untuk pulpa non vital dapat dilakukan metode pulpotomi mortal. Dalam

aplikasinya, untuk perawatan pada pulpa vital yang biasa digunakan adalah pulpotomi

formocresol. Hal ini disebabkan karena metode ini cepat dan dapat diselesaikan

dalam satu kali kunjungan (one-visit pulpotomy) serta memilki tingkat keberhasilan

yang memuaskan. Pada pulpotomi devital atau biasa disebut mumifikasi ini hanya

dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu saja. Pada subbab berikut, akan dijelaskan

lebih lanjut mengenai perawatan pulpa pada gigi sulung dengan metode pulpotomi

devital.

22 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 23: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

3.7 Indikasi dan kontraindikasi dari Perawatan Pulpotomi serta Prognosis

3.7.1 Indikasi Pulpotomi

Secara umum Indikasi perawatan pulpotomi adalah perforasi pulpa karena proses

karies atau proses mekanis pada gigi sulung vital, tidak ada pulpitis radikular, tidak

ada rasa sakit spontan maupun menetap, panjang akar paling sedikit masih dua

pertiga dari panjang keseluruhan, tidak ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada

kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula, perdarahan setelah amputasi pulpa

berwarna pucat dan mudah dikendalikan (Budiyanti, 2006). Selain itu indikasinya

adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan, untuk

merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum

terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi (Bence, 1990, Andlaw dan

Rock, 1993).

Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah sebagai berikut.

a. Pulpotomi Vital

1. Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda – tanda gejala

peradangan pulpa dalam kamar pulpa.

2. Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur

pulp capping indirek yang kurang hati – hati, faktor mekanis selama

preparasi kavitas atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa.

3. Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih

dari 2/3 panjang akar gigi.

4. Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.

5. Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.

23 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 24: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

b. Pulpotomi Devital

1. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau trauma.

2. Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.

3. Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.

4. Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan

pulpektomi terutama pada gigi posterior.

5. Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan

karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.

c. Pulpotomi Non-vital

1. Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.

2. Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih

diperlukan sebagai space maintainer.

3. Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.

4. Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus dirawat

dahulu.

3.7.2 Kontraindikasi Pulpotomi

Secara umum kontraindikasi pulpotomi adalah sakit spontan, sakit pada amlam hari,

sakit pada perkusi, adanya pembengkakan, fistula, mobilitas patologis, resorpsi akar

eksternal patologis yang luas, resorpsi internal dalam saluran akar, radiolusensi di

daerah periapikal dan interradikular, kalsifikasi pulpa, terdapat pus atau eksudat

serosa pada tempat perforasi, dan perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dari

pulpa yang terpotong (Budiyanti, 2006). Selain itu, kontraindikasinya adalah pasien

24 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 25: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat

demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, kehilangan tulang pada

apeks dan atau di daerah furkasi (Kennedy, 1992; Andlaw dan Rock, 1993).

Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah sebagai berikut.

a. Pulpotomi Vital

1. Rasa sakit spontan.

2. Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.

3. Ada mobiliti yang patologi.

4. Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi akar

interna maupun eksterna.

5. Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap infeksi

sangat rendah.

6. Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.

b. Pulpotomi Devital

1. Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak mungkin

dilakukan.

2. Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.

3. Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.

3.8 Hubungan Fraktur Gigi 75 dengan Karies dan Pulpa Terbuka dan Diagnosa

pada Skenario

Anamnesa/Pemeriksaan Subyektif: gigi bawah kiri patah karena menggigit

tulang ayam tadi malam, tidak ada keluhan rasa sakit. Gigi sudah berlubang tapi tidak

pernah sakit.

25 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 26: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Hasil pemeriksaan klinis : gigi 75 fraktur karena karies, pulpa terbuka <1mm,

dan gigi masih vital serta hasil radiografi diperoleh gigi 75 pulpa sedikit terbuka,

jaringan periapikal sehar, tidak ada kelainan jaringan periodontal.

Karies terkena trauma fraktur dengan pulpa terbuka <1mm

Diagnosa : Pulpitis Reversibel (asimtomatik)

Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang

yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan

tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya sebentar, yang dapat

dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang mengalami inflamasi

reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah jejas dihilangkan. Pulpitis

reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan contohnya erosi servikal atau atrisi

oklusal, fraktur email.

Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa,

antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang

terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur yang

tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas yang

berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform

yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka, adanya

bakteri dari karies. Pada skenario didapatkan bahwa gigi mengalami trauma sehingga

gigi yang sebelumnya sudah berlubang mengalami fraktur tetapi tidak terdapat

keluhan rasa sakit.

Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu

stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit dapat

datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan

karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan

dan gigi direstorasi dengan baik.

26 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 27: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi

ringan hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara

mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran

pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten.

Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.

Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala

sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh

rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan,

terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan

dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.

27 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 28: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

BAB IV

KESIMPULAN

Tujuan dari Perawatan Gigi Sulung

perawatan gigi sulung mempunyai beberapa tujuan yang diantara lainnya

ialah:

1. Memertahankan gigi

2. Mencegah tanggal prematur

3. Mempertahankan lengkung gigi

4. Menghilangkan infeksi dan radang kronis

5. Mempertahankan fungsi estetik

6. Mempertahankan fungsi mastikasi

7. Mempertahankan fungsi fonetik

8. Mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman

Pulp capping merupakan suatu aplikasi selapis atau lebih material pelindung

atau bahan untuk perawatan di atas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida

kalsium, yang akan merangsang pembentukan dentin reparatif (Harty, 1995).

Sedangkan menurut Tarigan (2002), pulp capping adalah suatu tindakan

perlindungan terhadap pulpa vital dengan cara memberikan selapis tipis material

proteksi pada pulpa yang hampir terbuka (masih tertutup selapis tipis dentin).

Obat yang digunakan adalah Ca(OH)2 yang berkhasiat merangsang odontoblas

28 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 29: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

untuk membentuk dentin sekunder. Teknik perawatan pulp capping dapat

dilakukan dengan 2 cara yaitu secara tidak langsung (indirek) dan secara langsung

(direk).

Indikasi dan Kontraindikasi dari Perawatan Pulp Capping

Indikasi Kontra Indikasi

Pulpa terbuka kurang dari 1 mm Peka terhadap perkusi

Dentin sekitar pulpa sehat Terdapat kelainan pulpa

Tidak ada kelainan pulpa Sesorbsi akar

Tidak ada peradangan pada periapikal Adanya pembengkakkan

Belum ada keluhan spontan Terdapat kegoyangan gigi patologis

Fraktur sebagian mahkot, sehingga salah

tanduk pulpa terbuka

Terdapat gambaran radiolution pada

periapikal

Terbukannya pulpa karena bur yang

terkontaminasi

Terdapat pendarahan ginggiva

Pernah didapati sakit yang spontan

Prosedur dan Prognosis dari Perawatan Pulp Capping

Kunjungan pertama

1. Asepsis

29 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 30: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Untuk menghindari kontaminasi bakteri dari dari permukaan gigi dapat

dilakukan dengan pemblokiran daerah kerja dengan cotton roll dan digunakan saliva

ejector

2. Pembersihan jaringan karies

Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang

terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan eksavator.

3. Membersihkan permukaan preparasi

Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh

sisaselapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat

mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat

terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak begitu

nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat optimal semen

gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh kebersihan permukaan

preparasi pada waktu penumpatan..

4. Menempatkan Subbase:

Bahan Subbase Ca(OH)2. Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan

bahan direct pulp capping yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Kalsium

hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta.

5. Melapisi subbase dengan base

Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal

untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi

kimia dan fisik. Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia,

30 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 31: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan

semalam pemampatan bahan restorative.

6. Penumpatan sementara

Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal

hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa

mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai.

Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.

7. Melakukan control

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan

sementara

2. Menanyakan Keluhan penderita

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan

keluhan penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan

dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.

31 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 32: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Akbar SMS. 1989. Perawatan endodontik konvensional & proses

penyembuhannya. 1st ed. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

BAUM, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi/ Baum Phillips Lund. Alih

bahasa, Rasinta Tarigan; editor Lilian Yuwono. Ed. 3. Jakarta: EGC.

Tarigan R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1st ed. Jakarta: Widya

Medika.

Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak: A manual of paedodontics. 2nd ed.

Alih Bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Widya Medika, 1992: 107-113.

Harty FJ. Endodonti Klinis. 3rd ed. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta:

Hipokrates, 1992: 292-298.

Ingle JI. Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Ontario: BC Decker Inc., 2002: 861-

862.

Ranly DM. Pulpotomy therapy in primary teeth: new modalities for old

rationales. Pediatric Dentistry. 1994; Vol.16 (6): 403-409.

32 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1

Page 33: Tinjauan Pustaka, Bab i, Bab II, Bab III, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Kennedy DB. Konservasi Gigi Anak: Paediatric Operative Dentistry. 3rd ed. Alih

Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC, 1993: 260-261

33 | P e r a w a t a n G i g i S u l u n g S k e n a r i o 1