46
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu : Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) Fase 0. Perencanaan : Kegiatan ini disebut sebagai ‘ zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Fase 1. Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk

BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengembangan Produk

Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger

dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses

pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu :

Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

Fase 0. Perencanaan : Kegiatan ini disebut sebagai ‘zerofase’ karena

kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran

pengembangan produk aktual.

Fase 1. Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep,

kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk

dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk

pengembangan dan percobaan lebih jauh. Dimana yang dimaksud dengan

konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

dan biasanya disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk

pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek.

Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem : Fase Perancangan Tingkatan

Sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi

subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Gambaran rakitan akhir

untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada

fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara

fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses

pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

Fase 3. Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi

lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen

unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari

pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap

komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah

pencatatan pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk

dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat

dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.

Fase 4. Pengujian dan Perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan

melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi

awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan

komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang

sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe

alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan apa

yang direncanakan dan apakah produk memuaskan kebutuhan konsumen

utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-

komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan

menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya.

Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan

menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya

adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam

rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk

produk akhir.

Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan

menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal

ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang

mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang

dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan

keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi

kekurangan-kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi

produksi sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap. Pada beberapa titik

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk

didistribusikan.

Total keseluruhan fase adalah 6 fase yakni : dari fase 0 sampai dengan fase 5,

dan pemahaman dari tiap tahapan dapat dimengerti dan diterapkan secara terpisah (

Ulrich-Eppinger,2001).

Sementara itu menurut C. Merle Crawford dan C. Anthony Di Benedetto

dalam buku mereka yang berjudul “New Products Management”, dikatakan bahwa

tahapan pengembangan produk terdiri atas 5 fase yaitu :

Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk Menurut Crawford-Benedetto

(Sumber : New Products Management, Crawford-Benedetto)

Phase 1: Opportunity Identification/Selection

Phase 2: Concept Generation

Phase 3: Concept/Project Evaluation

Phase 4: Development

Phase 5: Launch

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Fase 1. Identifikasi peluang dan Seleksi ( Opportunity Identification and

Selection) : menghasilkan sebuah peluang dari produk baru menjadi peluang

bisnis, mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya, dan

kebutuhan yang terdapat pada pasar. Mengadakan riset pasar untuk kemudian

dievaluasi, divalidasi dan keluarannya adalah pernyataan strategic untuk

menuntun lebih jauh ke tahap selanjutnya.

Fase 2. Pengembangan Konsep (concept generation) : Memilih peluang

yang paling berpotensi untuk dikembangkan dan mulai dengan keterlibatan

konsumen dalam tahap identifikasi kebutuhan. Mulai menyusun konsep

produk baru yang dapat menjawab kesempatan atau peluang yang ada.

Fase 3. Evaluasi Proyek/Konsep (Concept/Project Evaluation) :

Mengevaluasi konsep produk tersebut (seperti pada saat mereka mulai masuk)

pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih yang

terbaik kedua atau ketiga.

Fase 4. Pengembangan (Development) : Pada fase ini merupakan tahap

pengujian konsep yang sudah matang dengan pembuatan prototipe yang

langsung diujikan kepada konsumen, desain pembuatan dan peralatan yang

dibutuhkan sudah mulai disusun, sambil tidak lupa mempersiapkan strategi

pemasaran dan persiapan peluncuran produk tersebut dengan memperhatikan

jalur distribusi dan biaya-biaya yang dibutuhkan melalui sebuah business

plan.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Fase 5. Peluncuran (Launch) : mulai produksi awal dan pemasaran dengan

ruang lingkup yang kecil dulu sambil memantapkan sistem produksi

pembuatan produk tersebut, dan mulai menjalankan program peluncuran

sesuai yang direncanakan secara bertahap.

Kelima fase ini lebih difokuskan untuk pengembangan produk yang betul- betul

merupakan produk baru (Crawford-Beneditto, 2000).

Satu lagi pendapat dari ahli pengembangan produk di USA yaitu R. Cooper

dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper menyebutkan

tahapan pengembangan produk yang dikenal sebagai Stage-Gate Process yaitu

sebuah tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah ide hingga ke tahap

peluncuran. Stage merupakan tahapan sebenarnya dimana diwujudkan dalam

tindakan nyata. Sedangkan gate merupakan point pengambilan keputusan untuk

dilanjutkan atau tidak ke tahap atau stage selanjutnya. Berikut penjelasan singkat

mengenai Stage-Gate Process :

Gambar 2.3 Stage-Gate Process Menurut R. Cooper

(Sumber : Winning at New Products, R. Cooper)

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Discovery Stage . Tahap pemilihan ide : dalam tahapan ini, munculnya ide-ide

tentang produk apa yang akan dikembangkan dan apa jenis pengembangannya

semuanya pasti muncul dari suatu ide atau gagasan.

Gate 1. Idea screen : merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang telah

didapatkan.

Stage 1. Scooping : merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk

yang akan dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon

pasar terhadap produk tersebut nantinya. Gate 2. Second screen : dalam tahap

ini diadakan penyaringan konsep produk mana yang akan dilanjukan untuk

dikembangkan.

Stage 2. Building the business case : merupakan tahap yang paling

menentukan bagi tim pengembangan produk, disini akan dibuat definisi dari

produk dan proyek tersebut, rencana proyek dan pembenaran dari proyek

tersebut di masa-masa mendatang.

Gate 3. Go to Development : pada tahap ini ditentukan apakah diteruskan ke

tahap pengembangan atau tidak berdasarkan hasil dari tahapan sebelumnya

dan konsep yang telah terpilih.

Stage 3. Development : Tahap ini yang disebut tahapan pengembangan, pada

tahap ini dilakukan seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep,

persiapan peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap

selanjutnya.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Gate 4. Go to Testing : Merupakan tahapan awal dari pengujian konsep

produk yang sudah dikembangkan.

Stage 4. Testing and Validation : Merupakan tahapan final dari pengujian dan

validasi data pengujian dari seluruh proyek, perkiraan rencana proses

produksi, analisa ekonomi produk, respon dari konsumen, dan pembuatan

prototipe.

Gate 5. Go to launch : Tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang

sudah diuji.

Stage 5. Launching : produksi awal sudah mulai dilakukan, beserta

perbaikan-perbaikan sistem produksi dan peralatan untuk efisiensi proses,

jalur distribusi dan komersialisasi mulai dibangun dan diperluas secara

bertahap.

Review dari peluncuran produk : Setelah produk diluncurkan secara

komersialisasi, dilakukan review untuk memastikan bahwa hambatan-

hambatan yang ada bisa teratasi, serta memastikan apakah produksi tetap

dilanjutkan beserta pemasarannya, atau tetap memasarkan sisa stok barang

(bila produksi dihentikan karena tidak dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang

produk tersebut sehingga dapat dimanfaatkan menjadi barang lain (“Winning

at New Products”, R.Cooper, 2001).

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Setelah melihat ketiga model tahapan-tahapan pengembangan produk yang

merupakan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat dilihat banyak kesamaan

dari ketiga proses tersebut, perbedaan jumlah tahapan atau fase disebabkan karena

adanya penggabungan dari beberapa tahapan yang sejenis ataupun membaginya

menjadi beberapa tahapan yang lebih detail. Dan tahapan pengembangan produk

menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppingger adalah yang paling umum dan

mudah dipahami, serta sudah banyak diterapkan oleh para praktisi pengembangan

produk. Pada tahap pembahasan pengembangan produk ini nantinya akan disesuaikan

menurut tahapan yang dikembangkan oleh Ulrich dan Eppingger.

2.1.1 Perencanaan Produk

Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, yang

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat

lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek yang nantinya

akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan

pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk utuk tim pengembangan.

Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,

ada lima tahapan proses berikut :

Mengidentifikasi peluang → Langkah ini dapat dibayangkan sebagai

terowongan peluang karena membawa bersama-sama input berupa ide-ide

untuk produk baru yang dikumpulkan secara pasif, atau bisa juga

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

dikumpulkan melalui proses identifikasi kebtuhan pelanggan yang mencatat

kelemahan produk yang sudah ada, kecenderungan gaya hidup, studi para

pesaing, dan status teknologi. Bila ditelusuri secara aktif, maka terowongan

peluang dapat menampung ide-ide secara kontinu dan peluang-peluang

produk baru mungkin dapat dihasilkan setiap waktu.

Mengevaluasi dan Memprioritaskan proyek → Langkah kedua dalam

proses perencanaan produk adalah memilih proyek yang paling menjanjikan

untuk diikuti. Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan

memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk

yang sudah ada adalah strategi bersaing, segmentasi pasar, mengikuti

perkembangan teknologi, dan platform produk yang merupakan sekumpulan

aset yang dibagi dalam sekumpulan produk.

Mengalokasikan Sumberdaya dan rencana waktu → Penentuan waktu dan

alokasi sumber daya ditentukan untuk proyek-proyek yang lebih menjanjikan,

terlalu banyak proyek akan menimbulkan persaingan untuk beberapa sumber

daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk merancang sumber daya dan

merencanakan waktu hampir selalu menghasilkan suatu tingkat pengembalian

untuk evaluasi sebelumnya dan penentuan prioritas langkah untuk

memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek → Setelah proyek disetujui,

maka diadakan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan, dibentuk sebuah

tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pemasaran, manufaktur dan fungsi

pelayanan untuk menghasilkan suatu pernyataan visi dan pernyataan misi

produk yang isinya memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari pasar

target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan.

Merefleksikan kembali hasil dan proses → Pada tahap ini dilakukan reality

check terhadap pernyataan misi yang merupakan pegangan untuk tim

pengembangan.

Langkah awal untuk ini adalah waktu untuk memperbaiki apakah

pengembangan ini bisa berjalan dan konsisten.

2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses

pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat

dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan pesaing dan

menetapkan spesifikasi produk.

Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang

berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang

produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara

langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman dengan

lingkungan pengguna.

Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah :

Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan kepada kebutuhan

pelanggan

Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak

terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang ekplisit.

Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk

Memudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan

untuk proses pengembangan produk

Menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan

Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan di

antara anggota tim pengembangan

Lima tahap proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :

Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, proses pengumpulan data

mentah dari pelanggan akan mencakup kontak dengan pelanggan dan

mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga metode

yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan observasi pada

saat produk sedang digunakan. Sebelum dilakukan wawancara atau lainnya

harus dibuat dahulu matriks seleksi pelanggan untuk memilih pelanggan yang

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

akan digali kebutuhannya dan mempunyai pengalaman dengan penggunaan

produk tersebut.

Sementara itu hasil dari wawancara atau pengumpulan data mentah

didokumentasikan dan dikumpulkan, dapat dengan rekaman suara, video, catatan

ataupun foto, berikut ini contoh hasil wawancara.

Tabel 2.1 Contoh Format Wawancara

Nama Responden :Pekerjaan :Alamat wilayah :

Sekarang Menggunakan :

Pertanyaan Pernyataan Pelanggan

Interpretasi Kebutuhan

Penggunaan tertentuHal-hal yang disukai dari alat sekarangHal-hal yang tidak disukaiUsulan perbaikan

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan,

kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan

merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah setiap

pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan

pelanggan.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu

kebutuhan primer, sekunder dan jika perlu tertier, daftar kebutuhan yang

didapatkan sebelumnya beberapa diantaranya merupakan kebutuhan primer,

dimana kebutuhan primer dapat tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder.

Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara

kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.

Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan, dalam

menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara

bersama untuk menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan

secara bersama-sama. Atau cara kedua adalah dengan melakukan survey

lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting.

Menganalisa hasil dan proses, langkah terakhir pada metode identifikasi

kebutuhan pelanggan adalah menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil

tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan

melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan. Beberapa pertanyaan

dapat dijadikan acuan :

Sudahkah interaksi dilakukan dengan semua tipe pelanggan penting dalam

target pasar ?

Apakah sudah sanggup untuk menangkap kebutuhan tersembunyi dari

pelanggan ?

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Masihkah ada wilayah penyelidikan yang harus dikejar ?

Mana pelanggan partisipan yang baik yang dapat membantu untuk

lanjutan proses pengembangan produk selanjutnya ?

Apakah didapatkan kejutan dengan kebutuhan yang terkumpul ?

Bagaimana perbaikan untuk pengembangan yang akan datang ?

2.1.3 Arsitektur Produk

Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen

fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang

terhadap kinerja keseluruhan produk.

Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen,

dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk.

Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut.

Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks

utama yang disebut chunks. Setiap Chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang

mengimplementasikan fungsi dari produk.. Arsitektur produk adalah skema elemen-

elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik. Dan

menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.

Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri

arsitektur modular adalah : Chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu

atau sedikit elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar chunk

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

dapat dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi

utama produk.

Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang berapa

banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan beberapa

isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti : perubahan produk,

variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk, kemampuan manufaktur, dan

manajemen pengembangan produk

Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan :

1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan

pengertian terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa

elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.

Gambar 2.4 Contoh Skema Produk

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan

setiap elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk

memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

digabungkan dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang mungkin terjadi

adalah semua komponen memiliki chunk sendiri sehingga jumlah

elemen sama dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan

semua komponen ke dalam satu fungsi yang sifatnya akan lebih

kompleks.

Gambar 2.5 Contoh Function Diagram

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris dapat

diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2

atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang masih berbentuk kotak dapat

memberikan beberapa alternatif penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar

chunk yang saling bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan

aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

2.1.4 Design For Manufacturing

Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis

dari suatu produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari

tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Jadi

secara keseluruhan DFM memiliki sasaran jaminan kualitas produk yang tinggi,

sambil meminimasi biaya manufaktur.

DFM mengarahkan untuk meminimasi biaya manufaktur tanpa harus

mengurangi kualitas dari produk tersebut. Metode itu terdiri dari lima langkah : -

Memperkirakan biaya manufaktur

- Mengurangi biaya komponen

- Mengurangi biaya perakitan

- Mengurangi biaya pendukung produksi

- Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor lainnya.

Gambar 2.6 Metode dalam DFM

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Biaya manufaktur secara keseluruhan dapat diperkirakan dengan

memperhatikan variabel-variabel komponen seperti yang terdapat pada contoh format

tabel di bawah yang secara sistematis memperlihatkan cara memperkirakan biaya

manufaktur secara keseluruhan.

Tabel 2.2 Contoh Tabel Biaya Manaufaktur

Setelah biaya manufaktur secara keseluruhan diperkirakan, maka biaya-biaya

tersebut dapat diperkirakan secara terpisah untuk dianalisis manakah biaya yang

dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kualitas produk. Perkiraan biaya tersebut

dibagi ke dalam tiga bagian yaitu biaya komponen, biaya perakitan serta biaya

overhead.

Pemrosesan Total Biaya Peralatan & Umur pakai Total Biaya

Komponen Material (mesin + Perakitan Variabel Biaya tidak peralatan biaya tetap Total

Yang dibeli T. kerja) (T.Kerja) Per unit berulang lain per unit

Total Biaya Langsung

Beban Overhead

Biaya Total

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Perkiraan-perkiraan biaya tersebut dapat dipisah dengan tampilan seperti di

bawah ini :

Tabel 2.3 Contoh Format Tabel Perkiraan Biaya Langsung

Perincian BiayaBiaya Variabel

Material 1Material 2PerakitanPemrosesan(machining)

Biaya TetapPeralatan dan alat bantu

mesin

Total biaya langsungBeban overhead

Biaya Total per Unit

Seperti dilihat di atas perkiraan biaya komponen dengan cara

memperhitungkan jumlah material yang digunakan, beserta biaya overhead yang

merupakan 10% dari bahan yang dibeli, dan 80% dari upah perakitan.

Tabel 2.4 Contoh Format Tabel Perkiraan Biaya Rakitan

Komponen KuantitasWaktu

PenangananWaktu

PenyisipanWaktu total

Komponen 1Komponen 2Komponen 3Total waktu (detik)Biaya rakitan dengan Rp.../jam

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Selanjutnya memperkirakan biaya perakitan dengan melihat jumlah proses

perakitan, untuk kemudian dihitung waktu perakitan. Setelah itu total biaya perakitan

didapatkan dengan mengalikan total waktu perakitan dengan biaya perakitan dalam

satuan rupiah/jam.

Bila pengurangan-pengurangan biaya sudah dilakukan, maka tahap akhir dari

DFM adalah memperkirakan ulang biaya manufaktur secara keseluruhan dengan

menggunakan format yang sama seperti yang dilakukan di awal tahapan ini.

Keputusan untuk menerima desain dapat diteruskan jika sasaran dari DFM terpenuhi,

yaitu apabila minimasi biaya tidak mempengaruhi kualitas dan fungsi dari produk

tersebut.

2.1.5 Analisis Ekonomi

Analisis Ekonomi membantu tim pengembangan produk untuk mengambil

keputusan, proses ini memuat dua jenis analisis, kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis kuantitatif, adalah analisis yang melihat dari segi aliran kas masuk

(pendapatan) dan kas keluar (biaya). Kas masuk berasal dari hasil penjualan produk.

Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan, biaya produksi seperti pembelian

perlengkapan, dan alat-alat, biaya pemasaran dan penyokong produk dan biaya

produksi yang terus-menerus seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk

yang menguntungkan adalah produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas yang

masuk lebih banyak dibandingkan yang keluar.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Metode ini menggunakan metode Nilai bersih saat ini (Net Present Value /

NPV), karena metode ini lebih mudah dimengerti dan digunakan secara luas dalam

bidang bisnis. Metode analisis NPV menggunakan rumus :

trCPV

1

Dimana : PV = Nilai saat ini

C = Nilai pada periode t

R = Suku bunga

t = Periode

Penggunaan rumus tersebut untuk menghitung aliran kas masuk dan keluar

yang untuk mempermudah biasanya disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah

ini.

Tabel 2.5 Contoh Tabel Aliran Kas, Nilai Saat ini dan Nilai Bersih Saat Ini

Nilai dalam ribuan (Rp) Thn 1

Thn 2

Thn 3

Thn 4

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Biaya PengembanganBiaya PerakitanBiaya Pemasaran dan penunjangBiaya Produksi

Volume produksiBiaya Produksi/unit

Pendapatan PenjualanVolume PenjualanHarga / unit

Aliran kas / periodeNilai saat ini tahun 1, r+10%

Nilai bersih Proyek saat ini

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

2. Analisis kualitatif, adalah analisis yang lebih memperhatikan masalah

lingkungan proyek, yakni menangkap persoalan-persoalan dan mempertimbangkan

interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro.

Analisis ini menggunakan analisis kuantitatif, hanya saja disesuaikan dengan

keadaan faktor perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro tadi. Analisis

kualitatif dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang lebih kompetitif dan

dinamik.

Setelah mengenal kedua jenis analisis yang umumnya dipakai pada analisis

ekonomi suatu produk, maka perlu diketahui kapan seharusnya analisis tersebut

ditampilkan. Analisis ekonomi yang mencakup kedua pendekatan kuantitatif dan

kualitatif, berguna paling tidak dalam kedua keadaan yang berbeda, yakni :

- Melaksanakan / tidak kejadian penting : Yaitu biasanya pada setiap fase

akhir pengembangan dimana perlu diambil keputusan untuk meneruskan atau

tidak peluncuran dari produk tersebut.

- Keputusan bentuk operasional dan pengembangan : Keputusan

operasional berkaitan dengan, memperkirakan jumlah biaya pengembangan

yang paling ideal, atau menunda peluncuran dikaitkan dengan faktor

lingkungan pasar dan keadaan ekonomi makro, dengan mengharapkan

penurunan harga bahan baku pada periode tersebut.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

2.1.6 Prototype

Prototype adalah sebuah penaksiran melalui satu atau lebih dimensi yang

menjadi perhatian. Dengan definisi ini, setiap wujud yang memperhatikan sedikitnya

satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembang dapat di tampilkan sebagai

sebuah prototype. Membuat prototype merupakan proses pengembangan perkiraan-

perkiraan semacam itu dari produk. Prototype dapat berguna diklasifikasikan di

antara 2 dimensi. Dimensi yang pertama adalah tingkat dimana sebuah prototype

merupakan bentuk fisik sebagai lawan dari analitik. Prototype fisik merupakan benda

nyata yang dibuat untuk memperkirakan produk. Aspek-aspek produk yang diminati

oleh tim pengembang secara nyata dibuat menjadi sebuah produk untuk pengujian

dan percobaan. Contoh prototype fisik model yang tampilannya seperti produk, bukti

bahwa prototype konsep digunakan untuk menguji sebuah pemikiran secara cepat,

dan hardware percobaan digunakan untuk membenarkan fungsi dari sebuah produk.

Prototype analitik meliputi simulasi komputer, sistem persamaan penulisan pada

kertas komputer dan tiga dimensi.

Dimensi kedua adalah tingkatan dimana sebuah prototype merupakan

prototype yang menyeluruh sebagai lawan dari terfokus. Prototype yang menyeluruh

mengimplementasikan sebagian besar atau semua atribut dari produk. Prototype yang

menyeluruh dapat disamakan dengan pemakaian sehari-hari dari kata prototype,

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

merupakan sebuah skala keseluruhan, versi kerja keseluruhan dari produk. Sebuah

contoh protoype menyeluruh adalah yang diberikan kepada konsumen untuk

mengidentifikasi kekurangan dari desain sebelum memutuskan diproduksi.

Berlawanan dengan prototype menyeluruh, prototype terfokus

mengimplementasikan satu atausedikit sekali atribut produk. Contoh prototype

terfokus meliputi model busa, untuk menggali bentuk dari prototype rancangan

produk. Sebuah praktek umum dimaksudkan untuk menggunakan dua atau lebih

protoype terfokus secara bersama-sama untuk menyelidiki performansi produk secara

keseluruhan. Satu dari prototype ini seringkali merupakan prototype yang ”mirip

kerjanya”. Dengan membuat dua prototype terfokus yang terpisah, tim dapat

menjawab pertanyaan lebih cepat daripada jika membuat satu protoype menyeluruh.

2.2 Teknik Sampling dan Pengumpulan Data

2.2.1 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel secara garis besar dapat dibagi 2 :

1. Probability Sampling

Probabilty sampling adalah teknik sampling yang memeberikan peluang yang

sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Teknik-teknik yang termasuk dalam probability sampling adalah :

a. Simple Random Sampling

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Pengambilan sampel dari populasi diambil secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada di dalam populasi itu. Teknik ini

dilakukan bila populasi homogen.

b. Proportionate Startified Random Sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak

homogen dan berstrata secara proporsional. Sampel diambil berdasarkan

proporsi yang ada di setiap kelompok yang terdapat di populasi.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi

berstrata tetapi kurang proporsional.

d. Cluster Sampling

Teknik ini dilakukan bila obyek yang diteliti sangat luas, sehingga

dilakukan pengambilan daerah-daerah tertentu secara random.

2. Nonprobability Sampling

Nonprobabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel.

a. Sampling Sistematis

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Teknik pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan urutan dari

anggota populasi yang telah diberikan nomor urut.

b. Sampling Kuota

Teknik sampling ini dilakukan untuk menentukan sampel dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang

diinginkan.

c. Sampling Aksidential

Sampel diambil secara kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan

berttemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.

d. Sampling Purposive

Sampel dengan teknik purposive ditentukan melalui pertimbangan

tertentu.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel.

f. Snowball Sampling

Penentuan sampel mula-mulanya sedikit, namun lama-kelamaan

junlahnya semakin besar.

Sedangkan berdasarkan Naresh.K Malhotra dalam buku Marketing Research :

An Aplied Orientation, terdapat beberapa macam teknik sampling yang termasuk

dalam Non-Probability Sampling, yaitu :

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

a. Convenience Sampling

Convenience sampling mencoba untuk mendapatkan sampel elemen-

elemen yang mudah. Pemilihan unit sampling tergantung dari

pewawancara. Sering, responden dipilih karena kebetulan berada ditempat

yang tepat pada waktu yang tepat. Convenience sampling merupakan yang

paling murah dan paling hemat waktu dari semua teknik pengambilan

sampel.

b. Judgmental Sampling

Judgmental sampling adalah bentuk convenience sampling dimana elemen

populasi dipilih berdasarkan penilaian peneliti. Peneliti melaksanakan

penilaian atau keahlian, memilih elemen yang dimasukkan dalam sampel,

karena percaya bahwa mereka mewakili populasi yang diteliti atau sesuai.

2.2.2 Pengumpulan Data

Teknik kuesioner merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data yang

banyak digunakan, terutama untuk penelitian sosial dengan menggunakan riset atau

survey. Kuesioner apapun harus mempunyai 3 objektif yang spesifik. Pertama,

kuesioner harus menterjemahkan informasi yang dibutuhkan menjadi sekumpulan

pertanyaan spesifik yang dapat dijawab oleh reponden. Kedua, kuesioner harus bisa

memotivasi dan mendorong reponden menjadi terlibat dalam wawancara, bekerja

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

sama dan menyelesaikan wawancara. Ketiga, kuesioner harus meminimasi kesalahan

tanggapan.

Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dibedakan menjadi empat bentuk

yaitu :

1. Pertanyaan Terbuka atau tidak terstruktur

Bentuk pertanyaan ini membebaskan responden untuk menjawab pertanyaan

dengan bebas sesuai dengan pertanyaannya sendiri, sesuai logikanya dan

dengan menggunakan bahasanya sendiri.

2. Pertanyaan tertutup atau terstruktur

Pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga kemungkinan jawaban

yang dapat diberikan oleh responden menjadi terbatas.

3. Pertanyaan kombinasi terbuka dan tertutup

Jawaban pertanyaan sudah ditentukan kemudian disusul pertanyaan terbuka

4. Pertanyaan setengah terbuka

Jawabannya sudah tersusun, tetapi masih mungkin ada tambahan jawaban.

2.3 Macam-macam Data

Macam-macam data terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat, kata maupun gambar.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau data

kualitatif yang diangkakan.

Data kuantitaif dapat dibedakan menjadi dua yaitu data diskrit dan data

kontinu. Data diskrit adalah data yang yang digolongkan secara diskrit atau kategori,

misalnya pria-wanita. Data kontinu adalah data yang dapat dibagi menjadi tingkatan

tertentu, yaitu data ordinal, interval dan ratio. Data ordinal adalah data yang

berbentuk peringkat, dan jarak satu dengan yang lainnya tidak sama apabila

menggunakan skala. Data interval adalah data yang memiliki jarak yang sama antara

satu dengan yang lainnya namun tidak memiliki nol absolut. Data ratio adalah data

yang memiliki nol absolut.

2.4 Skala Pengukuran

2.4.1 Tipe Skala Pengukuran

Dalam skala pengukuran, terdapat empat macam tipe skala pengukuran yaitu :

1. Skala Nominal adalah skala dimana angka yang diberikan tidak

menggambarkan suatu kedudukan terhadap kategori lainnya, hanya sekedar

kode atau label

2. Skala Ordinal adalah skala yang mengurutkan data dari tingkat terendah ke

tertinggi atau sebaliknya dengan interval yang tidak sama.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

3. Skala Interval adalah skala yang mengurutkan objek berdasarkan suatu atribut

yang memberikan info tentang interval antar suatu objek dengan objek lainnya

adalah sama.

4. Skala Rasio, ukuran pada skala ini mempunyai nilai nol sehingga dapat dibuat

perkalian atau pembagian.

2.4.2 Metode Skala

Metode penggunaan skala digunakan apabila seluruh skala-skala yang ada

akan digabungkan untuk mendapat variabel baru. Untuk memenuhi hal ini maka

terdapat dua teknik yaitu :

1. Skala Likert

Kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar setuju atau tidak setuju saja.

Tetapi dibuat dengan lebih banyak kemungkinan jawaban.

2. Skala Guttman

Tujuan skala ini adalah memperoleh ukuran gabungan yang bersifat

undimensional (hanya mengukur satu dimensi). Misalnya penelitian mengenai

pembuatan skala pemilikan benda bergerak (motor,mobil dan lainnya)

2.5 Conjoint Analysis

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Analisis konjoin adalah suatu teknik multivariat yang digunakan terutama

untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa berdasarkan

suatu premis sederhana bahwa konsumen menilai suatu produk atau jasa dengan

menggabungkan nilai-nilai yang tergabung dalam produk atau jasa tersebut. Conjoint

analysis didasarkan premis sederhana bahwa konsumen mengevaluasi nilai suatu

produk/jasa/ide dengan mengkombinasikan jumlah-jumlah yang terpisah dari nilai

yang disediakan oleh masing-masing faktor. Nilai yang diperoleh tadi, dalam konjoin

disebut utilitas.

Conjoint analysis mencoba menentukan tingkat kepentingan relatif yang

konsumen berikan pada atribut yang menonjol dan utilitas yang mereka berikan pada

tingkat-tingkat dari atribut. Asumsi dasarnya adalah pasangan stimuli apapun seperti

produk, merek, atau harga dieveluasi sebagai sekumpulan atribut. Utilitas yang

merupakan konsep dasar untuk mengukur nilai dalam conjoint analysis adalah suatu

penilaian subjektif akan preferensi yang unik bagi setiap individu utilitas didasarkan

pada nilai yang dimiliki setiap taraf dari atribut. Penjumlahan nilai utilitas yang

diasosiasikan dengan setiap atribut dari setiap produk atau jasa manghasilkan utilitas

keseluruhan.

Kekuatan dari conjoint analysis adalah kemampuannya dalam

mendisagregatkan harga produk menjadi nilai yang diberikan konsumen pada setiap

atribut. Konsekuensinya conjoint analysis membantu perusahaan dalam

mengidentifikasi nilai diferensiasi dari atribut produk yang unik dan yang lebih

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

penting lagi, conjoint analysis mampu merancang produk baru yang hanya

memasukkan atribut-atribut yang disukai konsumen.

2.5.1 Perancangan Stimuli dan Atribut

Dasar perancangan dari conjoint analysis sangat mementingkan perancangan

stimuli yang dievaluasi oleh responden. Stimuli adalah kumpulan dari taraf atribut

yang spesifik. stimuli inilah yang akan di evaluasi oleh responden. Perancangan ini

melibatkan penetapan atribut dan taraf atribut yang akan dimasukkan dalam membuat

stimuli. Perancangan ini penting karena mempengaruhi efektifitas stimuli dalam

proses, keakuratan hasil dan relevansi manajerial.

Hal-hal yang haru dipertimbangkan dalam menetapkan tipe dan karakter dari

atribut dan taraf atribut yang dipilih :

1. Actionable Measure

Atribut dan taraf atribut harus bisa ditetapkan dalam praktek, artinya atribut

harus berbeda dan mewakili suatu konsep yang diterapkan. Atribut tidak

boleh samar. Taraf atribut juga seharusnya tidak dispesifikasikan dalam istilah

tidak jelas seperi rendah, moderat atau tinggi. Spesifikasi ini tidak jelas karena

perbedaan persepsi antara individu.

2. Communicable Measure

Atribut dan taraf atribut harus bisa dikomunikasikan dengan mudah. Sebagai

contoh, sulit untuk menggambarkan keharuman dari minyak wangi atau rasa

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

dari suatu krim tangan gambaran tertulis tidak menangkap efek penginderaan

dengan baik, kecuali responden melihat langsung produk, mencium aroma

minyak wangi atau menggunakan krim tangan tersebut.

3. Jumlah atribut dan Taraf Atribut

Atribut dan taraf atribut yang digunakan secara langsung mempengaruhi

efisiensi statistik dan reliabilitas dari hasil penelitian. Dengan bertambahnya

atribut dan taraf atribut, jumlah parameter yang akan diestimasi meningkat

membutuhkan jumlah stimuli yang lebih besar atau pengurangan reliabilitas

dati parameter

4. Jumlah taraf atribut yang seimbang

Dalam merancang stimuli, keseimbangan jumlah dari atribut dan taraf aribut

harus dijaga sebaik mungkin. Jika suatu atribut memiliki jumlah kategori yang

terlalu banyak, maka akan menyebabkan konsumen lebih berfokus pada

atribut tersebut dibandingkan atribut lainnya.

5. Range dari taraf atribut

Jarak dari taraf ditetapkan sedikit diluar nilai yang ada sekarang ini, tetapi

masih taraf yang memungkinkan. Kriteria dari taraf atribut yang relevan dan

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

feasible juga harus ditetapkan karena taraf yang tidak dapat digunakan dalam

kenyataannya dapat mempengaruhi hasil.

2.5.2 Model Dasar

Dalam conjoint analysis, terdapat dua aturan penyusunan dasar yang akan

memepengaruhi perancangan stimuli dan analisis evaluasi responden yaitu :

1. Model Aditif

Model ini menganggap responden memasang nilai keseluruhan suatu produk

dengan menambahkan nilai-nilai yang terdapat dalam setiap atribut (parth-

worth)

2. Model Aditif + Efek Transisi

Model ini hampir sama dengan model pertama, yaitu melakukan penjumlahan

nilai-nilai parth-worth untuk memperoleh nilai utilitas keseluruhan, namun

pada model ini ditambahkan dengan adanya efek interaksi diantara faktor-

faktornya. Apabila terdapat interaksi antara dua buah faktornya, maka

gabungan nilai dari kedua level yang terdapat dalam faktor tersebut dapat

bernilai lebih besar ataupun lebih kecil dari penjumlahan secara biasa.

2.5.3 Metode Conjoint Analysis

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Pemilihan metode yang digunakan dalam analisis konjoin didasarkan pada

tiga karakteristik dasar, yaitu jumlah faktor yang terlibat, level dari analisis, dan

bentuk model. Berikut ini ditampilkan tabel dari karakteristik metode – metode

conjoint :

Tabel 2.6 Karakteristik Conjoint

Karakterisitik Traditional Adaptive Choice Based

Jumlah Faktor Max 9 30 6

Level Analisis Individual +

Agregat

Individual Agregat

Bentuk Model Bentuk Model Aditif Aditif + Efek

Transisi

2.5.4 Metode Presentasi

Dalam mempresentasikan stimuli yang ada, terdapat tiga metode yang biasa

digunakan, yaitu :

1. Metode Trade-Off

Cara Penggunaan metode ini adalah dengan dilakukan perbandingan untuk

dua buah faktor dengan meranking semua kombinasi setiap level yang

mungkin, dengan menggunakan matriks trade-off. Metode ini mempunyai

kelebihan bagi responden, yaitu mudah dilakukan dan menghindari beban

informasi yang berlebihan. Akan tetapi, penggunaan metode ini jarang

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

dilakukan karena beberapa keterbatasan, yaitu :

a. Mengorbankan kenyataan dengan hanya menggunakan hanya dua

atribut pada saat bersamaan

b. Jumlah penilaian yang banyak, walaupun untuk taraf atribut yang

sedikit.

c. Responden cenderung bingung atau mengikuti suatu pola respon

karena kelelahan.

d. Tidak dapat memberi gambaran stimuli lainnya.

e. Data hanya berupa respon nonmetrik

f. Tidak dapat menggunakan fractional factorial design untuk

mereduksi banyaknya kombinasi.

2. Metode Full-Profile

Pada metode ini, setiap stimuli berisi seluruh atribut dengan kombinasi

level-levelnya. Setiap stimuli dipresentasikan secara terpisah dan penilaian

terhadap stimuli dapat dilakukan dengan meranking maupun rating. Metode

ini juga memiliki dua keterbatasan yaitu:

a. Semakin banyak atribut, maka akan semakin banyak informasi yang

dibebankan kepada responden sehingga responden mempunyai

kecenderungan untuk mempermudah keputusannya dengan hanya

memperhatikan beberapa atribut saja, padahal mereka seharusnya

mempertimbangkan setiap atribut.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

b. Urutan atribut-atribut yang berada pada kartu stimulus dapat

mempengaruhi evaluasi. Jadi, peneliti perlu mengubah urutan atribut

antar responden untuk meminimasi pengaruhnya.

Metode ini di rekomendasikan untuk untuk atribut yang berjumlah

enam atau kurang. Jika atribut berjumlah tujuh samapai sepuluh

maka lebih baik menggunakan penedekatan trade-off. Jika jumlah

atribut lebih dari sepuluh, maka lebih disarankan menggunakan

metode lain.

3. Pairwise Comparison

Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode sebelumnya. Metode ini

mirip dengan metode trade-off tetapi disini yang dibandingkan adalah dua

profil yang terdiri atas beberapa faktor. Biasanya tidak semua faktor

dimasukkan dalam profil tersebut.

2.5.5 Pembuatan Stimuli

Setelah menentukan atribut dan tarafnya, serta metode presentasi yang

digunakan, selanjutnya menciptakan stimuli yang akan dievaluasi oleh responden.

Untuk metode trade-off digunakan semua kombinasi yang muncul. Jika terdapat lima

atribut, maka sepuluh matriks akan akan mewakili sepuruh kemungkinan kombinasi

atribut yang akan dievalusi oleh responden.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Dua metode lainnya, full profile dan pairwise comparison, evaluasi stimuli

dilakukan secara satu persatu (untuk full profile) dan secara berpasangan (untuk

pairwise comparison).

Jika jumlah aribut dan taraf atribut yang akan diteliti tidak terlalu banyak,

maka responden akan mengevaluasi semua kombinasi stimuli yang muncul.

Pendekatan ini disebut fractional factorial design, dimana semua kombinasi

digunakan. Semakin banyak atribut dan taraf atribut, menjadikan pendekatan ini

semakin tidak praktis. Jika terdapat empat atribut dan empat taraf atribut, 256 stimuli

(4 x 4 x 4 x 4) akan dihasilkan desain factorial penuh untuk metode full profile.

Dalam menetapkan rangkaian stimuli yang akan digunakan pada metode full

profile dan pairwise comparison., dapat menggunakan fractional factorial design.

Desain ini akan memilih beberapa sampel dari stimuli yang mungkin, dengan jumlah

stimuli bergantung pada tipe aturan penyusunan dasar yang digunakan. Menggunakan

metode aditif yang hanya mengasumsikan hanya ada efek utama untuk setiap faktor

tanpa adanya interaksi, penelitian menggunakan menggunakan metode full profile

dengan empat faktor pada empat taraf membutuhkan hanya 16 stimuli untuk

mengestimasi efek utama. Keenambelas stimuli harus dibuat dengan hati-hati untuk

menjamin estimasi yang benar dari efek utama.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

2.5.6 Evaluasi Hasil

Tujuan dari evaluasi hasil adalah untuk melihat konsistensi dari model dalam

memprediksi preferensi yang diberikan responden. Untuk data ranking, dilihat

korelasi antara ranking aktual dengan ranking prediksi, misalnya dengan kendall’s

tau. Sedangkan untuk data rating, dapat digunakan korelasi pearson.

Pada kebanyakan eksperimen conjoint, akurasi dapat pula diukur dengan satu

set validation stimuli. Validation stimuli ini juga harus dievaluasi oleh responden

bersama dengan stimuli sesungguhnya. Validation stimuli ini juga disebut hold out.

2.5.7 Interpretasi Hasil

Interpretasi yang dihasilkan dalam perhitungan conjoint analysis adalah

1. Analisis agregat dan disagregat

Pada interpretasi conjoint analysis secara disagregat, penetapan model

dijelaskan untuk masing-masing responden. Sedangkan pada interpretasi

secara agregat, analisis menetapkan suatu model untuk agregat dari respon.

2. Penilaian tingkat kepentingan relatif fakor

Semakin besar perbedaan nilai kegunaan, semakin tinggi tingkat kepentingan

atribut tersebut. Untuk memberikan dasar pembanding yang konsisten antar

responden, perbedaan nilai distandarisasikan dengan membagi tiap perbedaan

nilai dengan jumlah dari seluruh perbedaan nilai. Hasilnya adalah tingkat

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

kepentingan untuk tiap atribut yang berjumlah 100% untuk tiap individu

untuk seluruh atribut. Jika ada suatu tingkat kepentingan yang mempunyai

perbedaan ekstrim atau tidak mungkin ada dalam keadaan sebenarnya,

sebaiknya atribut tersebut dihilangkan dari analisis atau tingkat kepentingan

tersebut dikurangi untuk memproyeksikan perbedaan tingkat yang fleksibel.

2.5.8 Validasi Hasil

Validasi hasil conjoint analysis dilakukan secara internal dan eksternal.

Validasi internal melibatkan konfirmasi bahwa aturan komposisi (aditif atau

interaktif) yang dipilih sesuai. Validasi eksternal melibatkan perwakilan dari sampel.

Walau tidak ada evaluasi kesalahan sampling pada taraf individual, analis harus

menjamin bahwa sampel mewakili populasi.

2.5.9 Perhitungan Teknis Analisis Konjoin

Untuk tiap kasus, harus dibuat rancangan kombinasi yang paling mewakili

keadaan pasar untuk disimulasi berdasarkan preferensi consumen. Umumnya metode

yang digunakan untuk memeprediksi probabilitas memilih produk adalah BTL

(Bradley-Terry_Luce).

Langkah-langkah untuk melakukan perhitungan teknis dari conjoint analysis

adalah sebagai berikut :

1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Skala Interval

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Data mentah penelitian yang berupa kartu penelitian responden yang berskala

ordinal (urutan) diubah menjadi skala interval dengan menghitung nilai

deviasinya. Jika sebelumnya data yang berbentuk ordinal menggunakan

deskritif skala median, maka dengan data yang berbentuk interval, statistik

yang digunakan adalah mean. Nilai deviasi diperoleh dengan membandingkan

rata-rata ranking tiap atribut dengan rata-rata ranking penelitian untuk setiap

taraf atribut. Rata-rata ranking untuk penelitian diperoleh dengan rumus :

21

nK

Dimana n adalah banyaknya kombinasi

2. Menghitung Nilai Kegunaan Taraf Atribut

Untuk menghitung nilai kegunaan dari taraf atribut, maka terlebih dahulu

diperiksa ulang bagaimana cara penilaian kartu yang dilakukan. Jika nilai

yang kecil mengindikasikan nilai ranking yang lebih baik dan meyatakan

stimulus yang lebih disukai, maka untuk menghitung nilai kegunaannya

dengan membalik semua tanda (dengan mengalikannya dengan minus 1)

sehingga nilai bagian yang positif sekarang akan mengindikasikannya nilai

yang lebih disukai. Jika nilai besar menyatakan hasil yang lebih disukai (jira

digunakan skala likert, dimana semakin besar semakin disukai) maka tidak

perlu membalik tandanya untuk mengetahui nilai kegunaannya.

3. Menghitung Tingkat Kepentingan Taraf Atribut

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Untuk mengetahui tingkat kepentingan setiap taraf atribut, maka sebelumnya

harus dilakukan perhitungan nilai koefisien dengan tahapan berikut :

a. Jumlahkan nilai deviasi setiap taraf atribut yang telah dikuadratkan (JDK)

b. Menghitung Nilai Standar Baku (NB) dengan membagi jumlah taraf

atribut dengan penjumlahan nilai deviasi yang telah dikuadratkan.

c. Menghitung nilai koefisien taraf atribut dengan mengakarkan nilai deviasi

yang telah dikuadratkan dengan nilai baku. Jika nilai yang kecil

mengindikasikan nilai ranking yang lebih baik dan menyatakan stimulus

yang lebih disukai, maka nilai koefisien taraf atribut harus dibalik.

4. Menghitung Nilai Skor Kombinasi

Skor kombinasi adalah skor preferensi responden terhadap kombinsi (kartu)

atribut produk yang diuji. Perhitungan skor kombinasi diperoleh dengan

menjumlahkan nilai kegunaan taraf atribut yang diikut sertakan dengan nilai

rata-rata ranking.

Perhitungan preferensi responden untuk setiap kombinasi atribut adalah :

5. Menghitung Probabilitas Memilih Profil Produk

Salah satu yang dapat dihasilkan dengan analisia konjoin adalah perhitungan

probabilitas atas pemilihan suatu produk secara simulasi. Probabilitas memilih

profil produk dihitung dengan menggunakan metode BTL (Bradley-Terry-

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

Luce). Metode ini mengitung probabilitas profil produk dengan membagi skor

simulasi produk dengan total skor simulasi produk yang diuji.

6. Menghitung Nilai Asosiasi

Nilai asosiasi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi kecocokan antara

nilai dugaan dengan nilai observasi (sebenarnya) adalah koefisien korelasi

kendall. Koefisien korelasi kendall merupakan suatu besaran yang dapat

digunakan unntuk mengukur hubungan linier dua variabel. Tetapi pada

perhitungan koefisien ini , kedua variabel haruslah berskala ordinal atau

ranking. Kisaran nilai korelasi yang memungkinkan adalah antara -1 sampai

dengan 1. semakin besar nilai korelasi (baik positif maupun negatif)

menandakan bahwa hubungan antara kedua varaiabel semakin erat.

Sedangkan jika nilai korelasinya mendekati atau sama dengan 0, maka kedua

variabel tersebut tidak berkorelasi atau saling bebas. Nilai negatif

menandakan hubungan yang bertolak belakang sedangkan nilai positif

menandakan hubungan yang searah.

2.6 Kemasan

Packaging atau kemasan adalah teknik industri dan pemasaran yang

digunakan untuk melindungi, mengidentifikasi dan menyegel produk konsumen yang

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

didistribusikan/ dipasarkan. Packaging sebenarnya gabungan antara sains (dalam hal

melindungi produk) dan seni (dalam hal merepresentasikan produk). Sains lebih

mengarah kepada desain struktural yang ergonomis dan berfungsi untuk

memudahkan pemakai dalam proses pengidentifikasian, penggunaan, penempatan,

pengepakan, penyimpanan dan distribusi suatu produk. Jadi bagaimana desainnya

bisa stabil jika diletakkan, jika dipegang tidak masalah, display, penggunaan dan

pengirimannya bagus.Sedangkan seni menyangkut bagaimana teks, warna dan

gambarnya dapat menarik perhatian dan mengikat emosi orang yang melihatnya.

Dalam marketing, packaging merupakan sarana komunikasi sebuah produk.

Kemasan menjadi sarana terbaik untuk mendorong konsumen untuk membeli sebuah

produk dan untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produk. Sebab,

packaging bisa menjadi personal statement bagi konsumen untuk menunjukkan jati

diri mereka. Daya tarik suatu kemasan sangatlah penting untuk menarik minat

konsumen dan mempengaruhi tindakan konsumen baik secara sadar maupun tanpa

disadari. Selain itu desain suatu kemasan yang optimal harus mampu memberikan

impresi spontan dan langsung atas tindakan konsumen ditempat penjualan, karena

tujuan akhir dari desain kemasan adalah menciptakan penjualan.

Suatu desain kemasan yang baik memilki kriteria sebagai berikut :

1. Kemasan harus sesuai dengan isi.

2. Kemasan harus sesuai dengan kelas perdagangan (target market) yang

diinginkan.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00514-TI bab 2.pdfProses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

3. Kemasan mutakhir secara grafis dan fungsional, serta harus mencerminkan

posisi pasar yang terkhir (up to date), karena kemasan akan kehilangan daya

tariknya setelah lama beredar di pasar atau dapat dibilang ketinggalan jaman.

4. Kemasan harus memiliki fungsi praktis, seperti melindungi produk, mudah

dibuka, mudah ditumpuk, mudah disimpan, dan ekonomis dalam situasi

dimana produk itu dijual.

5. Kemasan harus bisa dipajang, dan dengan bentuk dan ukuran yang

membuatnya mudah dilihat di atas rak.

6. Kemasan harus didesain baik secara grafis dan harus menjamin bahwa produk

tersebut mampu menarik perhatian untuk diambil, berdaya tarik ke semua

orang, tanpa membedakan jenis kelamin, serta memiliki warna yang sesuai

dengan karakteristik produknya.

7. Kemasan harus mudah dilihat dan memiliki tampilan yang membedakannya

dengan kemasan produk pesaing.