25
AUTOPSI JANTUNG BAB I PENDAHULUAN Kegunaan autopsi forensik pada hakekatnya adalah untuk membantu penegak hukum untuk menjawab persoalan-persoalan yang di hadapi. Pemeriksaan jenazah di bagian forensik meliputi pemeriksaan luar dan dalam atas jenazah yang di mintakan oleh polisi penyidik yang menangani kasus. Suatu autopsi dapat mencegah orang yang bersalah bebas dari hukuman dan juga dapat menyelamatkan orang yang tak bersalah dari hukuman yang tidak semestinya. Autopsi adalah pemeriksaan terhadap bagian luar dan dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera melakukan interprestasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang di temukan dengan penyebab kematian, serta apakah kelainan yang lain turut memberi andil dalam terjadinya kematian. Untuk mendapat hasil yang maksimal yang terbaik adalah dengan melakukan autopsi yang lengkap meliputi pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut / panggul, serta melakukan pembukaan terhadap seluruh alat-alat/organ dalam tubuh. 1

Autopsi Jantung

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Autopsi Jantung

AUTOPSI JANTUNGBAB I

PENDAHULUAN

Kegunaan autopsi forensik pada hakekatnya adalah untuk membantu penegak hukum untuk

menjawab persoalan-persoalan yang di hadapi. Pemeriksaan jenazah di bagian forensik meliputi

pemeriksaan luar dan dalam atas jenazah yang di mintakan oleh polisi penyidik yang menangani

kasus. Suatu autopsi dapat mencegah orang yang bersalah bebas dari hukuman dan juga dapat

menyelamatkan orang yang tak bersalah dari hukuman yang tidak semestinya.

Autopsi adalah pemeriksaan terhadap bagian luar dan dalam, dengan tujuan menemukan

proses penyakit dan atau adanya cedera melakukan interprestasi atas penemuan-penemuan

tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-

kelainan yang di temukan dengan penyebab kematian, serta apakah kelainan yang lain turut

memberi andil dalam terjadinya kematian.

Untuk mendapat hasil yang maksimal yang terbaik adalah dengan melakukan autopsi yang

lengkap meliputi pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut / panggul, serta melakukan

pembukaan terhadap seluruh alat-alat/organ dalam tubuh.

Untuk mendapatkan sebab kematian pasti dan tujuan lainnya, autopsi ada baiknya selalu

disertai dengan pemeriksaan yang lengkap, seperti pemeriksaan bakteriologi, histopatologi,

serologi, mikrobiologi, toksikologi dan lain-lain sesuai kebutuhan.

Namun dari seluruh kegiatan autopsi dalam dunia kedokteran forensik autopsi jantung juga

sangat penting dilakukan dokter yang berpengalaman dalam menentukan sebab, cara dan

mekanisme kematian yang sangat erat kaitannya dengan sistem kerja jantung. Misalnya pada

korban yang meninggal oleh karena kasus keracunan, meninggal tiba-tiba (sudden death),

trauma, dan lain-lain.

1

Page 2: Autopsi Jantung

BAB IIPEMBAHASAN

I. PENGERTIAN AUTOPSI

Pemeriksaan kedokteran forensik terhadap jenazah di rumah sakit sering disebut dengan

bedah mayat, dimana istilah lainnya yaitu : Autopsi, Seksi, Nekropsi, Obduksi, atau pemeriksaan

post mortem.

Dalam istilah Indonesia dipakai bedah mayat atau bedah jenazah. Pemeriksaan post

mortem (post-sudah, mortem-mati) berarti pemeriksaan yang dilakukan pada orang yang telah

mati. Necropsi berasal dari necros (jaringan mati) dan opsi (lihat) jadi berarti pemeriksaan pada

jaringan mati. Seksi berasal dari sectio (potong, bedah). Autopsi bisa diterjemahkan langsung

berarti lihat sendiri (auto-sendiri, opsi-lihat). Autopsi dimaksud sebagai pemeriksaan luar dan

dalam pada mayat untuk kepentingan pendidikan, hukum dan ilmu kesehatan.

A. Sejarah Autopsi

Autopsi sudah dilakukan beberapa abad yang lalu. Untuk perkembangan pendidikan

dibidang ilmu kedokteran, Raja Frederick II (Jerman) pada abad ketiga belas telah

memerintahkan dilakukan autopsi setiap 5 tahun dimuka umum. Autopsi untuk kepentingan

hukum (medicolegal autopsy) dimulai di Bologna (Italy) oleh Bartholomeo Devarignana tahun

13021. Sejak abad ke 13 dan 14 autopsi telah merupakan bagian dari pendidikan mahasisiwa

fakultas kedokteran. Pada mulanya dipergunakan mayat dari autopsi medikolegal, yaitu korban

pembunuhan dan bunuh diri serta korban hukuman mati. Demikian penting peranan autopsi

pendidikan pada masa itu sehingga Giovanni Morgagni (1682- 1771) yang dianggap sebagai

Bapak Anatomi menyatakan : Those who have dissected or inspected many bodies have at least

learned to doubt,while those who are ignorante of anatomy and do not take the trouble to attand

to it, are in no doubt at all.

B. Jenis Autopsi 2

Page 3: Autopsi Jantung

Berdasarkan tujunnya autopsi dapat dibagi atas 3 jenis :

1. Autopsi anatomi, dilakukan oleh mahasisiwa fakultas kedokteran untuk mengetahui

susunan jaringan dan organ tubuh.

2. Autopsi klinik untuk menentukan sebab kematian pasti dari pasien yang dirawat di rumah

sakit (RS).

3. Autopsi forensik (autopsi kehakiman) untuk membantu penegak hukum dalam

menentukan peristiwa kematian korban secara medis.

Autopsi Anatomi

Yaitu autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran dibawah bimbingan

langsung ahli ilmu urai anatomi di laboratorium anatomi fakultas kedokteran. Tujuannya adalah

untuk mempelajari jaringan dan susunan alat-alat tubuh dalam keadaan normal.

Autopsi Klinik

Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di rumah Sakit tetapi

kemudian meninggal.

Tujuan dilakukannya autopsi klinik adalah untuk :

a. Menentukan sebab kematian yang pasti.

b. Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan diagnosis

post mortem.

c. Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejala-

gejala klinik.

d. Menentukan efektifitas pengobatan.

e. Mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit.

Autopsi forensik (autopsi kehakiman)

3

Page 4: Autopsi Jantung

Dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan undang- undang, dengan tujuan :

a. membantu dalam hal penentuan identitas mayat.

b. menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat

kematian.

c. mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda

penyebab serta identitas pelaku kejahatan.

d. Membuat laporan tertulis yang obyektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk Visum et

Repertum.

e. Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta

penuntutan terhadap orang yang bersalah.3

II. DASAR HUKUM

Pemeriksaan autopsi di atur dengan jelas dalam ketentuan hukum. Dalam RIB (Reglemen

Indonesia yang di perbaharui), hukum acara pidana sebelum KUHAP yang berlaku sejak 31

desember 1981, di nyatakan adanya wewenang pegawai penuntut umum dan megistrat pembantu

(termasuk kepolisian) untuk meminta bantuan dokter melakukan pemeriksaan jenazah.

Dalam KUHAP yang mulai berlaku pada penutup tahun 1981, terdapat ketentuan yang

menjelaskan keterlibatan dokter dalam melakukan autopsi

KUHAP Pasal 133

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakim1an atau

dokter dan atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebut dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan

mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

4

Page 5: Autopsi Jantung

KUHAP Pasal 134

1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak

mungkin lagi di hindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga

korban.

KUHAP Pasal 222

Barang siapa dengan sengaja mencegah, mengalangi atau menggagalkan pemeriksaan

maya untuk penyidikan, dihukum dengan hukuman penjara selama lamanya 9 bulan atau denda

sebanyak banyaknya 300,- (Tiga ratus rupiah).

Instruksi Kapolri No. Pol Ins / E / 20 / IX / 75

Lampiran 3 : Dengan Visum et repertum atas mayat berdasarkan pemeriksaan luar saja.

Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan / Panglima Angkatan bersenjata

No.Kep / b/ 20 / v / 1972.

Pasal II : Bedah mayat klinis tidak diperlukan persetujuan anggota ABRI yang

bersangkutan sebelum meninggal atau keluarga yang terdekat bila :

Pasal III : Bedah mayat diperlukan persetujuan anggota ABRI yang bersangkutan

sebelum meninggal atau keluarga terdekat, bila

Fatwa Majelis pertimbangan kesehatan No. 4 / 1995 dan Syara Departemen

Kesehatan Indonesia memutuskan sebagai berikut :

Ayat 1 : Bedah mayat itu mubah / boleh hukumnya untuk kepentingan ilmu

pengetahuan, pendidikan dokter dan penegakan keadilan diantara umat

manusia.

Ayat 2 : Membatasi kemubahan ini sekedar darurat saja, menurut kadar yang tidak

boleh tidak, karena dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

5

Page 6: Autopsi Jantung

Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1981

Tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis transplantasi alat atau jaringan tubuh

manusia.

III.KETENTUAN UMUM DAN PERSIAPAN

Beberapa ketentuan umum dalam malaksanakan autopsi forensik oleh dokter adalah :

a.Autopsi harus dilakukan sedini mungkin

Ini dilakukan unutk menghindari perubahan-perubahan lanjut yang mungkin terjadi akibat proses

post mortem pada mayat.

b. Pemeriksaan harus dilakuakan pada siang hari.

Ini dilakukan untuk interprestasi kerja yang mungkin terjadi apabila pemeriksaan dilakukan

malam hari dan pencahayaan yang kurang baik.

c.Autopsi harus lengkap

Karena hasil dari pemeriksaan nantinya dimungkinkan digunakan sebagai pengganti mayat

(corpus delicti)

d. Dilakukan sendiri oleh dokter

e.Pemeriksaan yang teliti.

Ini dilakukan dengan sebaik-baiknya karena tidak mungkin mengulang pemeriksaan terhadap

mayat apabila telah dikremasi.

f. Penyampaian hasil pemeriksaan yang segera kepada penyidik.

Ini berkaitan dengan masa penahanan tersangka yaitu 2 minggu. Demikian pula dengan laporan

hasil (visum et repertum) tidak boleh ada yang dihapus.

A. Persiapan-Persiapan Yang Perlukan Di Perhatikan Dalam Autopsi

1. Permintaan tertulis

6

Page 7: Autopsi Jantung

Menurut KUHAP 133 dan Pol Ins / E / 20 / IX / 75, maka harus diperhatikan

kelengkapan isi permintaan visum et repertum secara tertulis diterima dan ditanda

tangani.

2. Kebenaran Mayat

Apakah mayat yang dikirim sesuai dengan permintaan visum et repertum.

3. Keterangan pendukung pemeriksaan

Keterangan ini dihimpun atas segala sesuatu yang berhubungan dengan korban / kasus,

diperoleh dari penyidik dan atau kelurga korban ini sangat membantu, tetapi kesimpulan

tetap apa yang dilihat dan diperiksa.

4. kehadiran penyidik pada saat pemeriksaan.

Ini untuk menguatkan hasil pemeriksaan.

5. ketika autopsi dilakukan maka keluarga korban / pihak yang tidak berwenang tidak

berada pada ruang pemeriksaan.

6. Ruang pemeriksaan dan alat alat di rumah sakit harus dipersiapkan.1,2

B. Alat dan Teknik Autopsi

Alat dan bahan yang biasa digunakan untuk autopsi yang biasa digunakan biasa tersedia

dirumah sakit yaitu berupa :

1. Timbangan, yang besar untuk menimbang mayat dan yang kecil untuk menimbang organ

2. Pisau, untuk memotong tulang rawan (cartilage knife). Memotong jaringan otak (brain

knife) dan pisau bedah mayat (post knife).

3. Gunting, untuk usus (intestinal scissor) dan untuk bedah (surgical scissor).

4. Pinset

5. Sonde Tumpul

6. Pemotong Tulang (Bone Forceps)

7. Gergaji Besi

8. Martil dan Pahat

9. Jarum jahit dan benang7

Page 8: Autopsi Jantung

10. Gelas Ukur

11. Meteran

12. Sarung tangan

13. Gelas objek dan piring petri

14. Cairan Pengawet

15. Air yang cukup terutama yang mengalir.2,3,4

Chissel Morgue Needles

Ribcutter Postmortem table

Saw Scalpel Scissor Tweesers

IV. TEHNIK AUTOPSI

8

Page 9: Autopsi Jantung

a) Teknik VIRCHOW

Organ- Organ di keluarkan satu persatu dan langsung di periksa. Dengan demikian

kelainan-kelainan yang terdapat pada masing-masing organ dapat segera di lihat, namun

hubungan anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistim menjadi

hilang. Dengan demikian, tehnik ini kurang baik bila di gunakan pada autopsi forensik,

terutama pada kasus- kasus penembakan dengan senjata api dan penusukan dengan

senjata tajam, yang perlu di lakukan penentuan saluran luka, arah serta dalamnya

penetrasi yang terjadi.

b) Teknik ROKITANSKY

Setelah rongga tubuh di buka, organ- organ di lihat dan di periksa dengan melakukan

beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ- organ tersebut di keluarkan dalam

kumpulan- kumpulan organ (en bloc). Tehnik ini jarang di pakai, karena tidak

menunjukkan keunggulan yang nyata atas tehnik lainnya. Tehnik ini pun tidak baik di

gunakan untuk autopsi forensik.

c) Teknik LETULLE

Setelah rongga dibuka, organ leher, dada, perut dikeluarkan sekaligus (en messe) Plexus

Coeliacus, Kelenjar aorta dibuka dan diperiksa rectum dipisah dari sigmoid. Organ

orogenetial dipisah dari organ lain. Bagian proksimal yeyenum diikat didua tempat dan

diputus. Esophagus dilepas dari trachea tetapi hubungan dengan lambung dipertahankan.

9

Page 10: Autopsi Jantung

d) Teknik GHON

Setelah rongga tubuh di buka, organ leher dan dada, hati, limpa dan organ- organ

pencernaan serta organ- organ urogenital diangkat ke luar sebagai 3 kumpulan organ-

organ (bloc).

V. AUTOPSI JANTUNG

Setelah organ jantung tampak sehabis dilakukan pembukaan tulang dada yang lengkap lalu

perhatikan keadaan selaput pembungkusnya (pericard) apakah masih dalam kondisi fisiologis

atau tidak , kemudian lakukan pembukaan selaput tipis pembungkus jantung (pericard) dengan

metode penguntingan huruf Y terbalik. Kemudian diperhatikan apakah terdapat cairan diantara

bagian dalam selaput dengan permukaan luar otot jantung yang berwarna kekuning-kuningan,

perhatikan warna selaput (normal : warna kuning gading kemerahan), perubahan warna cairan,

dan hitung jumlah volumenya (normal : 30-50 ml). Kemudian jantung diangkat dengan cara

memegang pada bagian apeknya dan perhatikan besar jantung (kira-kira sebesar kepalan tangan

korban), warna jantung, berat jantung, apakah ada dijumpai resapan darah, adakah penebalan

dinding jantung pada pembedahan jantung, perhatikan ukuran keliling seluruh katup-katup

jantung, tebal otot jantung, konsistensi, pembuluh darah arteri dan vena, dan penyumbatan

pembuluh darah jantung. Timbang berat jantung, normal pada laki-laki perawakan sedang (60-70

kg) antara 250-350 gr.

Tekhnik:

Pada prinsipnya tekhnik membuka jantung mengikuti aliran darah jantung. Pertama-tama

buka atrium kanan dengan menggunting dinding belakang lumen vena cava superior-inferior

10

Page 11: Autopsi Jantung

mengikuti alirannya, buka ventrikel kanan dengan memasukkan pisau dari lumen vena cava

menuju ke apex jantung dan lanjutkan dengan memotong kearah lateral, ukur keliling katup

trikuspidalis (normal : 9,5 - 11 cm). Buka arteri pulmonalis dengan melakukan pengguntingan

dari apex jantung dengan jarak 1 cm lateral dengan sekat antar bilik ke arteri pulmonalis, ukur

dan perhatikan katup arteri pulmonal (normal : 5 - 7 cm). Buka atrium kiri dengan cara

memotong dinding posterior vena pulmonalis kanan dan kiri. Buka ventrikel kiri dengan cara

memasukkan pisau ke dalam ventrikel kiri dan tusuk sampai keluar dari apek kea rah lateral,

ukur dan perhatikan katup bikuspidalis (normal : 7 - 9,5 cm). Buka aorta dengan cara

menggunting otot jantung dari apex ke aorta dengan jarak 1 cm dengan sekat antar bilik. Tebal

ventrikel / bilik kanan (normal : 3 - 5 mm) dan kiri (normal : 12 - 14 mm) dengan cara membuat

potongan tegak lurus pada 1 cm di bawah katup tricuspidalis dan bicuspidalis. Bila diduga infark

bisa dilihat dengan cara melakukan sayatan pada septum interventrikularis dan myokard secara

sejajar dengan serabut otot. Arteri coronaria di buka dengan melakukan sayatan melintang mulai

dari muara arteri coronaria di pangkal aorta sampai ke distal pada jarak tiap ½ cm lihat adanya

penebalan, penyempitan atau pelebaran lumen pembuluh darah.

11

Page 12: Autopsi Jantung

Adapun nilai rujukan normal yang menjadi penilaian jantung pada autopsi tersebut :

Besar jantung sebesar kepalan tangan korban sendiri.

Berat normal 250-350 gram.

Katup trikuspidalis = 9,5- 11 cm

Katup bicuspudalis = 7- 9,5 cm

Katup a.pulmonalis = 5-7 cm

Katup aorta = ± 6,5 cm

Tebal otot bilik kanan = ± 3-5 mm

Tebal otot bilik kiri = ± 12-14 mm

VI. PENYAKIT CARDIOVASCULAR

Penyakit atherosklerosis pada pembuluh darah jantung merupakan penyebab

sudden death yang terbanyak. adalah atheroslerosis (pengerasan pembuluh darah) merupakan

12

Page 13: Autopsi Jantung

penumpukan lemak (plaque) dan komponen lainnya yang terjadi pada dinding pembuluh

darah jantung. Menurut American Heart Association ada beberapa penyakit sistem

kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kematian yang pernah mencapai 81.100.000 orang

dan menyebabkan kematian mendadak, diantaranya :

Arteriosclerosis heart disease (425.425 orang), seperti :

= Coronary Artery Disease

= Coronary Thrombosis

= Coronary Occlusion

= Myocard Infark (8.500.00 orang)

Congestive Heart Failure (5.800.00 orang)

Pulmonary Embolism Infark

Aneurysma Aorta

Functional Heart Disease : = Arrhythmia

= Atrial fibrilation

Acut Myocarditis Non-Rheumatic

Rheumatic Myocarditis (3.257 orang)

Banyak ilmuwan yang beranggapan bahwa atherosclerosis berawal karena lapisan

paling dalam arteri rusak. Lapisan ini dinamakan endothelium. Kerusakan pada

endothelium mungkin disebabkan oleh tiga hal berikut:

Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah meningkat

Tekanan darah yang tinggi

Asap rokok

Diabetes

Faktor-faktor genetik

Setelah dinding arteri mengalami kerusakan, terjadi pengendapan lemak, kalsium,

kolesterol yang secara keseluruhan penumpukan ini disebut plaque. Demikian pula dengan

Aneurisma yang merupakan suatu penonjolan (pelebaran, dilatasi) pada dinding suatu arteri.

Aneurisma Aorta perut atau Aneurisma Aorta Abdominalis (Abdominal aortic aneurysms

terjadi pada bagian dari aorta yang melewati perut. Penyakit ini cenderung terjadi pada suatu

keluarga (diturunkan). Aneurisma ini sering terjadi pada penderita tekanan darah tinggi,

13

Page 14: Autopsi Jantung

ukurannya lebih besar dari 7,5 cm dan bisa pecah. (diameter normal dari aorta adalah 1,8-2,5

cm).

14

Page 15: Autopsi Jantung

BAB III

PENUTUP

Autopsi adalah suatu pemeriksaan terhadap tubuh jenazah untuk kepentingan tertentu,

meliputi pemeriksaan bagian dalam dengan menggunakan cara-cara yang dapat di pertanggung

jawabkan secara ilmiah oleh ahli yang berkompeten. Karena meliputi pemeriksaan bagian dalam

maka autopsi memerlukan pembukaan tubuh jenazah dengan melakukan irisan.

Pelaksanaan autopsi forensik di atur di dalam KUHAP, yang pada prinsipnya autopsi baru

boleh di lakukan jika ada surat permintaan tertulis dari penyidik dan setelah keluarga di beri tahu

serta telah memahaminya atau setelah 2 hari dalam hal keluarga tidak menyetujui autopsi atau

keluarga tidak di temukan.

Autopsi forensik atau medikolegal di lakukan terhadap mayat seseorang dengan tujuan

membantu dalam hal penemuan identitas mayat, sebab kematian, identitas pelaku kejahatan,

membantu laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta serta melindungu orang yang tidak

bersalah dalam penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.

Namun dari seluruh kegiatan autopsi dalam dunia kedokteran forensik autopsi jantung juga

sangat penting dilakukan dokter yang berpengalaman dalam menentukan sebab, cara dan

mekanisme kematian yang sangat erat kaitannya dengan sistem kerja jantung. Misalnya pada

korban yang meninggal oleh karena kasus keracunan, meninggal tiba-tiba (sudden death),

trauma, dan lain-lain.

15

Page 16: Autopsi Jantung

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Budiyanto, dkk. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

FKUI, 1997; hlm.2, 214-218.

2. Gonzales TA, et al. Legal Medicine : Pathology and Toxicology. Appleton Centuries

Crofts, Inc : New York, 1996 : hlm 122-124, 132-133.

3. Hall & Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta, 1997 : EGC ; hlm. 706-

707.

4. Knight. B, Forensic Pathology. Second edition. Oxford University Press, inc : New York,

page 506 – 507.

5. Sheperd, Richard. Simpson's Forensic Medicine. 12th edition. Greaat Britain: Arade

Publisher, 2003; page 120, 124-125.

6. Teknik Autopsi Forensik.Cetakan Pertama,Tahun 1981.Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran

Kehakiman FK-UI : 1 – 43.

7. Modi’s.Medical Jurisprudence and Toxicology.Edited by C.A.FRANKLIN.BOMBAY

8. N.M.TRIPATHI PRIVATE LIMITED 1988 ; page 69 – 95.

9. Dahlan S. Ilmu kedokteran Forensik. Cetakan III. Penerbit Universitas Diponegoro.

10. Semarang. 2004: 177-182. 3. Amir A. Autopsi Medikolegal. Edisi Kedua. Penerbit

Ramadhan. 2004 ; page 1-50.

11. MD, Jurgen Ludwig. Handbook of : autopsy Practice. 3th ed. Totowa, New Jersy

Humana Press, 2002 ; page 1-83.

12. Dimaio Vincent J, Dimaio Dominick. Forensic Pathology. 2th ed. Florida : CRC, 2001;

page 43-48.

16

Page 17: Autopsi Jantung

13. Knight B. Forensic Pathology. 2th ed. New York : Oxford University Press. 1996 ; page

1-29.

14. Hamdani N. Ilmu kedokteran kehakiman. Edisi kedua. Jakarta. 1991 ; page 48-59.

17